Anda di halaman 1dari 11

Ar Deklarasi Djuanda dan Konferensi Hukum Laut PBB bagi Indonesia

Muhammad Ahalla Tsauro 1

Abstrak
Tulisan ini mengulas mengenai ar pen ng Deklarasi Djuanda dan Konferensi
Hukum Laut PBB bagi Indonesia. Deklarasi yang dicetuskan oleh Djuanda
Kartawidjaja memberikan ar bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dan
nusantara sebagai satu kesatuan yang utama memberikan padangan tersendiri
terhadap dunia bahwa negara yang terdiri dari banyak pulau punya kedaulatan
penuh atas pulau dan perairan yang ada di sekitarnya Adapun UNCLOS lebih
awal mulanya banyak menyinggung mengenai aturan dan teknis e ka seper
apa yang harus dilakukan negara diatas laut, apa hak laut negara dan masih
banyak lagi. Sebagai negara kepulauan, Indonesia melihat kedua hal menjadi
celah yang sangat menguntungkan bagi Indonesia untuk terus melakukan
peningkatan terbaiknya disektor laut namun banyak juga kendala dan
hambatan yang harus dihadapi Indonesia. Oleh karena itu penulis menghadirkan
salah satu hambatan tersebut berupa sengketa wilayah perairan dengan negara
lain. Dengan demikian, penulis beranggapan dengan melihat realitas kasus yang
terjadi dan dialami oleh Indonesia seper sengketa wilayah, yang menjadi k
kri s tulisan ini, apakah masih pen ng deklarasi djuanda dan UNCLOS bagi
Indonesia.

Kata Kunci: Deklarasi Djuanda, UNCLOS, Mari me, Indonesia

1
Asisten Peneli Stratagem Indonesia, Sarjana Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli k
Universitas Airlangga. Email: ahalla.tsauro@gmail.com

184 Gema Keadilan Edisi Jurnal


Pendahuluan
Setelah perdebatan panjang dan dak kembali dilaksanakan konferensi hukum
menemukan kata kesepakatan diantara laut yang kedua atau UNCLOS II,
negara-negara yang bersengketa tentang membicarakan tentang lebar laut teritorial
wilayah mari m, maka PBB mengadakan dan zona tambahan perikanan, namun
konferensi hukum laut pertama pada 1958 masih mengalami kegagalan untuk
dan konferensi hukum laut yang kedua mencapai kesepakatan, sehingga perlu
pada 1960 yaitu yang lebih dikenal dengan diadakan konferensi lagi (Treves 1982).
is lah UNCLOS I dan UNCLOS II. Dalam Pada pertemuan konferensi hukum laut
konferensi hukum laut pertama ini kedua kemudian disepaka untuk
melahirkan 4 buah konvensi, dan isi dari mengadakan kembali pertemuan untuk
Konvensi UNCLOS pertama ini adalah: (1) mencari kesepakatan dalam pengaturan
Konvensi tentang laut teritorial dan jalur kelautan, maka diadakan kembali
tambahan (conven on on the territorial sea Konferensi Hukum Laut PBB III atau
and con guous zone) belum ada UNCLOS III yang dihadiri 119 negara. Dalam
kesepakatan dan diusulkan dilanjutkan di pertemuan ini, disepaka 2 konvensi yaitu:
UNCLOS II; (2) Konvensi tentang laut lepas (1) Konvensi Hukum Laut 1982 merupakan
(conven on on the high seas): a. Kebebasan puncak karya dari PBB tentang hukum laut,
pelayaran, b. Kebebasan menangkap ikan, yang disetujui di Montego Bay, Jamaika (10
c. Kebebasan meletakkan kabel di bawah Desember 1982), ditandatangani oleh 119
laut dan pipa-pipa, d. Kebebasan terbang di negara.
atas laut lepas; (3) Konvensi tentang Ada 15 negara yang memiliki ZEE besar:
perikanan dan perlindungan sumber- Amerika Serikat, Australia, Indonesia,
sumber haya di laut lepas (conven on on Selandia Baru, Kanada, Uni Soviet, Jepang,
fishing and conserva on of the living Brasil, Mexico, Chili, Norwegia, India,
resources of the high sea); dan (4) Konvensi Filipina, Portugal, dan Republik Malagasi
tentang landas kon nen (conven on on (UNCLOS, 1982).
con nental shelf). Konvensi ini telah Dalam tulisan kali ini, penulis akan melihat
disetujui. Pada 17 Maret – 26 April 1960 bagaimana posisi Indonesia mengenai ar

Gema Keadilan Edisi Jurnal 185


pen ng Deklarasi Djuanda dan keberadaan Indonesia pada saat itu, Djuanda
UNCLOS melalui pendekatan terkait aturan- Kartawidjaja, yang menyatakan kepada
aturan seper apa yang menjadi dunia bahwa laut Indonesia adalah
kepen ngan Indonesia dan ditambah termasuk laut sekitar, di antara dan di
mengenai dampak apa yang dihasilkan bagi dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
Indonesia. Selanjutnya penulis juga kesatuan wilayah NKRI. Isi dari Deklarasi
memberikan penjelasan mengenai sengketa Juanda yang ditulis pada 13 Desember
wilayah Indonesia dan Malaysia yang tentu 1957, menyatakan: 1) Bahwa Indonesia
saja menjadi ukuran tersendiri dalam menyatakan sebagai negara kepulauan
melihat deklarasi Djuanda dan UNCLOS. yang mempunyai corak tersendiri. 2) Bahwa
Deklarasi Juanda dalam UNCLOS sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini
Konferensi Hukum Laut PBB atau yang kita sudah merupakan satu kesatuan. 3)
kenal dengan UNCLOS, merupakan Ketentuan ordonansi 1939 tentang
perjanjian hukum laut yang dihasilkan dari ordonansi, dapat memecah belah keutuhan
konferensi PBB yang berlangsung dari 1973 wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut
sampai dengan 1982. UNCLOS sendiri mengandung suatu tujuan: untuk
sebelumnya sudah dilaksanakan sejak 1958 mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan
yang kemudian dirasa perlu adanya Republik Indonesia yang utuh dan bulat,
penyempurnaan hingga akhirnya untuk menentukan batas-batas wilayah
dilaksanakanlah UNCLOS 1982 yang sudah NKRI, sesuai dengan azas negara
diakui oleh lebih dari 150 negara termasuk Kepulauan, dan untuk mengatur lalu lintas
Negara Kesatuan Republik Indonesia. damai pelayaran yang lebih menjamin
keamanan dan keselamatan NKRI. Deklarasi
Setahun sebelum diadakan UNCLOS untuk
tersebut ditegaskan bahwa demi keutuhan
pertama kalinya, sebenarnya Indonesia
territorial dan melindungi kekayaan Negara
sudah mulai memperjuangkan hukum laut
Indonesia, semua kepulauan serta laut yang
demi memperkokoh Kedaulatan Negara
terletak diantaranya harus dianggap
Kesatuan Republik Indonesia melalui
sebagai kesatuan yang bulat. Selain itu,
Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957.
dalam Deklarasi ini juga disebutkan bahwa
Deklarasi dicetuskan oleh Perdana Menteri

186 Gema Keadilan Edisi Jurnal


penentuan batas territorial yang lebarnya laut, Zona Ekonomi Ekslusif sejauh 200 mil
12 mil, diukur dengan garis- garis yang laut, dan landas kon nen sejauh 350 mil
menghubungkan k- k ujung terluar atau lebih yang lebar masing-masing zona
pada pulau- pulau Negara Indonesia. tersebut diukur dari referensi yang disebut
garis pangkal.
Demikian isi dari Deklarasi Djuanda yang
kemudian disisipkan dalam rangka Laut territorial sendiri yaitu suatu
menghadiri UNCLOS pertama yang kedaulatan yang diberikan kepada negara
diadakan di Jenewa pada 1958. Namun pantai termasuk ruang udara, dasar laut
karena banyaknya kepen ngan dari negara- dan tanah dibawahnya (Pandoyo, 1985).
negara peserta UNCLOS, konferensi Sedangkan yang dimaksud Zona Tambahan
tersebut akhirnya gagal menentukan lebar yaitu zona yang lebarnya dak melebihi 24
laut territorial dan konsepsi negara mil yang diukur dari garis pangkal dimana
kepulauan yang diajukan Indonesia. lebar laut territorial diukur. Selain itu yang
Kemudian dilanjutkan dengan UNCLOS dimaksud dengan Zona Ekonomi Ekslusif
kedua yang sama-sama mengalami yaitu zona yang luasnya 200 mil dari garis
kegagalan dalam penetapan lebar laut pantai, dimana dalam zona tersebut sebuah
territorial dan negara kepulauan (Pandoyo, negara pantai mempunyai hak atas
1985). kekayaan alam didalamnya, berhak
menggunakan kebijakan hukumnya,
Namun seiring berjalannya waktu
kebebasan bernavigasi, terbang diatasnya,
kesadaran masyarakat dunia akan
ataupun melakukan penanaman kabel atau
pen ngnya mengatur batas- batas perairan,
pipa.
akhirnya pada UNCLOS ke ga yang
berlangsung pada 1973 sampai dengan Negara Kepulauan Indonesia dalam
1982, ditetapkan beberapa kesepakatan UNCLOS
diantaranya yaitu penetapan Indonesia
Sehubungan dengan diakuinya Indonesia
sebagai Negara Kepulauan, selain itu
sebagai Negara Kepulauan, maka secara
dinyatakan bahwa negara pantai seper
otoma s sesuai ketentuan diatas, maka
Indonesia berhak atas Laut Teritorial sejauh
wilayah perairan Indonesia yang tadinya
12 mil laut, Zona Tambahan sejauh 24 mil

Gema Keadilan Edisi Jurnal 187


merupakan bagian dari laut lepas kini social, dan budaya, karena sebagaimana
menjadi wilayah kedaulatan wilayah diketahui Indonesia berada digaris
perairan Indonesia. Ar nya kedaulatan khatulis wa, berada diantara dua benua
Indonesia atas wilayah perairannya semakin yaitu Benua asia dan Benua Australia,
luas dibandingkan sebelum diadakannya berada diantara dua samudera yaitu
UNCLOS. Indonesia memiliki pulau Samudera Pasifik dan Samudera Hindia,
sebanyak 17.480 pulau dan garis pantai serta negara yang menjadi perlintasan
sepanjang 95.181 Km, sehingga secara kapal- kapal asing yang melakukan ak fitas-
geografis Indonesia merupakan negara ak fitas perekonomian.
mari me, yang memiliki luas total wilayah
Selanjutnya yaitu dengan adanya UNCLOS
7,9 juta kilometer persegi, yang terdiri atas
yang kemudian dira fikasi kedalam
1,9 juta kilometer persegi daratan dan 5,8
peraturan perundang-undangan nasional
juta kilometer persegi lautan.
membuat adanya kejelasan batas wilayah
Dengan semakin luasnya wilayah perairan dari Negara Indonesia, sehingga dapat
Indonesia, hal tersebut berdampak pada dijadikan alat legi masi dalam menjalin
keutuhan wilayah Negara Kesatuan hubungan berbangsa dan bernegara.
Republik Indonesia, yaitu sebelumnya ada Kejelasan batas-batas perairan suatu
daerah d wilayah Indonesia yang harus negara yang berbatasan pun akan dapat
dipisahkan karena adanya laut lepas, tapi membantu memperjelas fungsi pertahanan
setelah adanya UNCLOS, wilayah perairan negara, yaitu menjaga kemungkinan adanya
Indonesia semakin bertambah yang penyerangan atau penyusup dari luar
menyebabkan wilayah laut lepas dak ada wilayah Negara Kesatuan Republik
lagi, dan kemudian bersatu menjadi Indonesia. Karena dengan mera fikasi
kedaulatan wilayah perairan Indonesia. UNCLOS secara dak langsung hal ini
merupakan cara untuk mempertahankan
Bukan hanya semakin luas wilayah perairan
kedaulatan Indonesia mengingat Negara
Indonesia saja, dampak posi f lainnya dari
Indonesia memiliki wilayah perairan yang
status Negara kepulauan yang dimiliki
sangat luas (Tabloid Diplomasi, 2010).
Indonesia, yaitu Indonesia berada pada
posisi yang strategis bagi kegitan ekonomi,

188 Gema Keadilan Edisi Jurnal


Selain dampak posi f dari UNCLOS, berdasarkan UNCLOS tersebut, namun di
ternyata ada kelemahan yang dirasakan lain pihak negara tetangga dalam
oleh Negara Indonesia, meskipun mengklaim suatu wilayah laut malah dak
perbandingannya sangat jauh dari dampak tunduk atau dak didasarkan kepada
posi ve yang dirasakan (Mauna, 2005). UNCLOS akan tetapi hanya dilakukan secara
Kelemahan Indonesia antara lain yaitu sepihak, seper halnya contoh konflik yang
disamping keberadaan Indonesia yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia
strategis dalam kegiatan perekonomian terkait kasus perebutan Sipadan dan
dunia, social dan budaya negara Indonesia Ligitan, maupun masalah blok Ambalat
pun sangat rawan untuk mengalami konflik (Kusumaatmadja, 1978).
dengan negara tetangga, baik yang
Selain itu, wilayah Indonesia yang sebagian
berbatasan langsung dengan Negara
besar adalah wilayah perairan mempunyai
Indonesia, maupun dengan negara yang
banyak celah kelemahan yang dapat
memang mempunyai kepen ngan tertentu
dimanfaatkan oleh negara lain yang pada
terhadap Negara Indonesia (Mauna, 2005).
akhirnya dapat meruntuhkan bahkan dapat
Konflik Wilayah Laut Indonesia dan menyebabkan disintegrasi bangsa
Malaysia Indonesia.

Negara-negara tetangga akan mengklaim Sebenarnya dengan ditetapkannya


suatu wilayah laut yang pada mulanya Indonesia sebagai negara kepulauan, tentu
diklaim oleh Indonesia sebagai wilayah saja memiliki berbagai keuntungan
kekuasaanya, hal ini terjadi karena negara terutama dalam segi sumber daya alam,
yang berbatasan langsung dengan Negara Indonesia bisa memanfaatkan sumber daya
indonesia tersebut juga berusaha alam laut yang berada pada wilayah
memperluas wilayah lautnya dengan kedaulatan lautnya demi kepen ngan dan
pengukuran garis batas sebagaimana yang kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun
ditentukan di dalam UNCLOS . Selain itu tentu saja dengan tanggung jawab yang
konflik dapat saja terjadi ke ka Indonesia besar pula. Indonesia secara juridis formal
sudah mengesahkan UNCLOS, kemudian pun sudah sangat kuat atas wilayah lautnya,
didasarkan pengaturan wilayah laut tetapi konsekuensinya adalah Indonesia

Gema Keadilan Edisi Jurnal 189


harus mampu menjaga laut dan Meskipun alasan sebenarnya Mahkamah
kekayaannya, bukan hanya Internasional memenangkan Malaysia
memanfaatkannya saja. karena jika bukan berdasarkan pada soal perairan
Indonesia dak mampu menjaganya territorial dan batas-batas mari me atau
dengan baik maka Negara asing akan pada pembangunan resort, melainkan
semakin leluasa untuk mengambil alih penjajah Malaysia telah melakukan
kekayaan laut di wilayah Indonesia. ndakan administra ve secara nyata
(penerbutan ordonansi perlindungan satwa
Jika pemerintah dak serius dalam menjaga
burung, pungutan pajak terhadap
kedaulatan lautnya, maka yang terjadi
pengumpulan penyu, dan operasi
adalah seper beberapa kasus seper Pulau
mercusuar), tentu saja ini menjadi sebuah
Sipadan dan Ligitan, maupun Pulau Ambalat
ancaman atau contoh ke ka Indonesia
yang saat ini sudah berada dikedaulatan
dak serius dalam menjaga ataupun
Pemerintah Malaysia (Kusumaatmadja,
memanfaatkan kekayaan laut dalam
1978).. Pada kasus Sipadan dan Ligitan,
wilayah kedaulatan lautnya, maka nasiob
Pemerintah Indonesia awalnya dak
serupa akan sama pada pulau- pulau terluar
memasukan kedua pulau tersebut kedalam
Indonesia lainnya (Tabloid Diplomasi,
peta wilayah lautnya, berbeda dengan
2010).
Malaysia, ke ka pulau tersebut masih
dalam status quo, mereka sudah Contoh lainnya yaitu tentang kasus Ambalat
membangun resort meskipun kedua pulau yang bernasib hampir serupa dengan Pulau
tersebut memang tertera berada dalam Sipadan dan Ligitan. Dalam kasus Ambalat,
peta wilayah laut Indonesia. Mereka disebutkan bahwa faktanya Ambalat bukan
beranggapan bahwa meskipun kedua pulau pulau melainkan suatu wilayah perairan
tersebut masih sengketa, namun berada yang terletak antara Indonesia dan
pada wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Malaysia dan berada sekitar 80 mil dari
sehingga dianggap berhak atas kekayaan garis pantai Indonesia (Kusumaatmadja,
dan sumber daya atas pulau tersebut 1978). Hal tersebut tentu sesuai dengan
(Kusumaatmadja, 1978). hasil dari UNCLOS tentang Zona Ekonomi
Ekslusif sehingga Ambalat berada dalam

190 Gema Keadilan Edisi Jurnal


zona tersebut yaitu sejauh 200 mil dari garis perlindungan serta pelestarian lingkungan
pantai. laut dengan kewajiban untuk menghorma
kebebasan pelayaran dan penerbangan
Meskipun Ambalat berada pada Zona
Internasional serta pemasangan kabel pipa
Ekonomi Ekslusif Indonesia, namun
bawah laut.
tentunya hal tersebut juga berlaku bagi
Malaysia karena sama- sama Negara yang Oleh karena itu, dalam blok Ambalat ini
mera fikasi UNCLOS, bahwa garis pantai Malaysia merasa berhak untuk ikut
Malaysia pun masih berada pada rentang mengolah sumber daya alam yang berada
Zona Ekonomi Ekslusif sejauh 200 mil dari dalam Zona Ekonomi Ekslusif tersebut.
garis pantai. Sehingga terjadinya tumpang Karena Pemerintah Malaysia menganggap
ndih pengusaan atas Zona Ekonomi bahwa masalah Ambalat bukanlah masalah
Ekslusif. Berdasakan ketentuan UNCLOS laut territorial melainkan masalah Zona
tentang Zona Ekonomi Ekslusif bahwa Ekonomi Ekslusif. Dan secara dak langsung
Indonesia dan Malaysia sama- sama mengatakan bahwa mengakui kedaulatan
memiliki hak untuk mengolah dan Indonesia kecuali dalam Zona Ekonomi
memanfaatkan sumber daya alam yang Ekslusif tersebut. Malaysia juga
berada dalam rentang jarak 200 mil dari berpendapat bahwa yang dilakukan dengan
garis pantai masing- masing Negara. Dalam kapal- kapal perangnya dengan memasuki
rentang jarak tersebut memberikan hak blok Ambalat adalah hal yang wajar dan
kepada se ap Negara pantai untuk tujuan dak bertentangan dengan ketentuan hak
eksploirasi, eksploitasi, pengelolaan dan lintas damai yang dalam UNCLOS dijelaskan
konservasi sumber kekayaan alam baik pelayaran lintas laut damai tersebut harus
haya maupun non haya didalam air, dan dilakukan secara terus menerus, langsung
kegiatan- kegiatan lainnya untuk eksploirasi serta secepatnya, serta berhen dan
dan eksploitasi ekonomi zona tersebut membuang jangkar hanya dapat dilakukan
seper pembangkit tenaga air, pembuatan untuk kepen ngan navigasi yang normal
dan penggunaan pulau- pulau buatan, atau hal karena keadaan memaksa,
instalasi- instalasi dan bangunan- bangunan sehingga mereka berasumsi dak perlu
lainnya, serta peneli an ilmiah dan

Gema Keadilan Edisi Jurnal 191


meminta ijin dulu pada pihak Indonesia Pemerintah Indonesia sehingga pada
(Tabloid Diplomasi, 2010). akhirnya mereka bisa mengelola sumber
daya alam secara bersama-sama dengan
Kemudian dengan adanya kapal Malaysia di
Indonesia melalui perusahaan minyak
blok Ambalat dimaksudkan untuk
raksasa yang saat ini sudah ditunjuk oleh
memperkuat posisi mereka dalam
masing-masing negara.
perundingan yang dilakukan oleh

192 Gema Keadilan Edisi Jurnal


Referensi :

Mauna, Boer, 2005. Hukum Internasional, Penger an, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Bandung: PT Alumni.

Kusumaatmadja, Mochtar, 1978. Hukum Laut Internasional, Bandung: Binacipta.

Pandoyo, S Toto. 1985. Wawasan Nusantara dan Implementasinya Dalam UUD 1945 Serta
Pembangunan Nasional, Jakarta: PT Bina Aksara.

Treves, Tullio, 1958. 1958 Geneva Conven ons on the Law of the Sea. [online]. dalam:
h p://legal.un.org/avl/ha/gclos/gclos.html [diakses pada 8 Januari 2015].

UNCLOS, 1982. United Na ons Conven ons on the Law of the Sea, [pdf]. dalam :
h p://www.un.org/depts/los/conven on_agreements/texts/unclos/unclos_e.pdf [diakses
pada 8 Januari 2016].

Tabloid Diplomasi, 2010. Sejarah Rezim Hukum Laut. Edisi September 2010. [online]. dalam:
h p://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/105-september-2010/928--sejarah-rezim-
hukum-laut.html [diakses pada 8 Januari 2015].

Tabloid Diplomasi, Konvensi PBB Tentang Hukum Laut (UNCLOS) . September 2010. [online]
dalam : h p://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/105-september-2010/929-konvensi-
pbb-tentang-hukum-laut-unclos.html (diakses pada 8 Januari 2015)

Gema Keadilan Edisi Jurnal 193


Profil Penulis

Name : Muhammad Ahalla Tsauro


Address : Jl. Sunan Drajat no 5 Latsari, Tuban
Personal Contact : +62 85749561183
Email : ahalla.tsauro@gmail.com
Place, Birth Date : Tuban, 30 April 1993
Hobbies : Football, basketball, wri ng, reading

Education
Universitas Airlangga
Bachelor's Degree in International Relations, Faculty of Social and Political Sciences
Surabaya, Indonesia (GPA 3.48)

Experiences
Media and Policy Monitoring & Analyst Intern
Ministry of State Secretariat of Republic of Indonesia | Jakarta, Indonesia
Role Journalist, Analyst/Writer
Journalist /Contributor
Unair News, Center for Information and Public Relations UNAIR | Surabaya, Indonesia
Role Journalist/Writer
Researcher Assistant
Stratagem Indonesia | Surabaya, Indonesia

Conferences
October, 2015 Presenting Paper “Post-Colonialism Perspective on Language Con lict in Algeria,” in
International Conference on Bilingual Language, Universitas Airlangga, Surabaya
November, 2015 Presenting Paper “Pathway of Development: Social Con lict Context and Key Actors
in
West Papua” in International Conference on Democracy and Accountability (ICODA),
Universitas Airlangga, Surabaya
May, 2016 Presenting Paper, “Digital Divide In ASEAN: Analyzing Digital Divide trough Information
and Communication Technologies Development” in International Conference on
Advancement of Development Administration (ICADA), National Institute of
Development Administration (NIDA), Thailand.
October, 2016 Presenting Paper, “Mass Media and Terrorism: A Case Study of Paris Terrorist Attacks
13/11 and Global Breaking News” in International Conference on Middle East and South
East Asia; Universitas Sebelas Maret, Solo
December, 2016 Presenting Paper, ”Media and Public Opinion’s In luence on Russia Military
Operation in
Russia-Georgia War 2008” in National Conference on European Studies, Universitas
Indonesia, Jakarta

194 Gema Keadilan Edisi Jurnal

Anda mungkin juga menyukai