Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia
bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia
menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi
Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO
1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan
oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari
garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-
pulau tersebut.
Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight baselines) dari titik pulau terluar
( kecuali Irian Jaya ), terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut[1].
Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima
dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention
On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU
Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara
kepulauan.
Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai
Hari Nusantara.[2] Penetapan hari ini dipertegas oleh Presiden Megawati dengan menerbitkan
Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara, sehingga tanggal 13
Desember resmi menjadi hari perayaan nasional tidak libur.
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:
Deklarasi Djuanda pertama dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri
Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja. Oleh karena itu deklarasi ini disebut sebagai
Deklarasi Djuanda mengacu pada tokoh Deklarasi Djuanda tersebut. Secara umum, hasil dari
deklarasi Djuanda adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah
termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah
NKRI.
Sebelum adanya Deklarasi Djuanda ini, wilayah Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia
Belanda 1939. Dalam aturan tersebut, pulau-pulau di wilayah Indonesia dipisahkan oleh laut di
sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh maksimal 3 mil dari
garis pantai. Sedangkan laut yang memisahkan pulau-pulau yang ada bebas dilewati oleh kapal
asing.
Hal itu yang melandasi dibuatnya deklarasi ini. Dengan adanya Deklarasi Djuanda menyatakan
bahwa Indonesia negara kepulauan. Artinya Indonesia menganut prinsip-prinsip negara
kepulauan atau archipelago state. Artinya wilayah laut dan perairan antar pulau yang ada di
Indonesia juga termasuk dalam wilayah Republik Indonesia dan bukan merupakan kawasan
bebas negara.
Peresmian Deklarasi Juanda ini terdapat dalam UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia.
Selain itu, deklarasi ini juga sudah diakui oleh dunia internasional. Pada tahun 1982, PBB
menetapkannya dalam konvensi hukum laut PBB ke-III. Selanjutnya deklarasi ini kembali
dipertegas dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa
Indonesia merupakan negara kepulauan.
Secara umum terdapat 3 poin utama yang tertuang dalam perjanjian Djuanda, dimana poin ketiga
terdiri dari tiga poin. Berikut ini akan kami jelaskan hasil dari Deklarasi Djuanda serta bunyi dan
isi Deklarasi Djuanda lengkap beserta penjelasan dan pengaruhnya bagi wilayah Republik
Indonesia.
Deklarasi Djuanda
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan :
Deklarasi Djuanda sangat berpengaruh pada wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.
Dengan adanya deklarasi ini, laut yang menjadi penghubung pulau di Indonesia kini juga
dianggap sebagai wilayah resmi Indonesia. Sebelumnya laut antar pulau dianggap sebagai
kawasan bebas dan bukan menjadi bagian dari Indonesia, karena yang diakui hanya wilayah
perairan sejauh 3 mil dari garis pantai.
Hasil Deklarasi Djuanda juga menegaskan antara darat, laut, dasar laut, udara dan seluruh
kekayaan, semua dalam satu kesatuan wilayah Indonesia. Di masa kolonialisme Belanda,
wilayah Indonesia hanya terbatas pada wilayah darat saja. Perdana Menteri Indonesia saat itu
Djuanda Kartawidjaja memiliki inisiatif untuk merubah aturan ini. Ia pun menjadi tokoh
Deklarasi Djuanda dan namanya bahkan digunakan sebagai nama deklarasi ini.
Dalam deklarasi ini terkandung konsepsi negara maritim nusantara yang melahirkan konsekuensi
bagi pemerintah dan bangsa indonesia untuk memperjuangkan serta mempertahankannnya
hingga mendapat pengakuan internasional. Deklarasi ini sendiri baru diakui dunia internasional
pada tahun 1983 atau puluhan tahun setelah awal deklarasi. Selain itu isi Deklarasi Juanda
merupakan landasan struktural dan legalitas bagi proses integrasi nasional indonesia sebagai
negara maritim dalam posisi geografinya
Sejak tahun 1999 lalu, tanggal 13 Desember yang menjadi tanggal dideklarasikannya Deklarasi
Djuanda diperingati sebagai Hari Nusantara Nasional. Hal ini juga kembali dipertegas dan
diresmikan dalam Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara.
Sekian info sejarah kali ini, semoga bisa menjadi referensi pengetahuan umum.