Anda di halaman 1dari 7

A.

Lahirnya Deklarasi Djuanda

Lahirnya Deklarasi Djuanda perairan Indonesia merupakan perairan yang memiliki banyak
potensi. Potensi ituterlihat dengan jelas melalui banyak sumber daya yang beraneka ragam dalam
perairannya. Seiring perkembangan dalam sejarah Indoneisa, perairan Indonesiamenjadi salah satu hal
yang sangat vital dalam berbagai kegiatan. Berbagai kegiatan itu berupa kegiatan perdagangan,
transportasi, mata pencaharian, hiburan, dansebagainya. Dari berbagai kegiatan tersebut, terciptalah
potensi-potensi yangistimewa. Potensi-potensi ini mempengaruhi bangsa lain sehingga ada keinginan
dari mereka untuk menguasai daerah kedaulatan.

Dalam wilayah kedaulatan yang dimiliki Indonesia, terutama untuk perairan,tentu hal ini menjadi
sesuatu yang penting. Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesiadijajah oleh Belanda dengan waktu
yang tidak sebentar. Selama penjajahan tersebut, banyak sekali pergolakan yang dilakukan oleh tokoh-
tokoh pergerakan mulai dari organisasi hingga pemberontakan yang melimpahkan tumpah darah
rakyat Indonesia.Pemerintah Belanda yang pada akhirnya tergantikan oleh pemerintah Jepang harus
menelan pil pahit bahwa kekuasaan berganti. Namun, tokoh-tokoh pergerakan tetap melawan adanya
imperialisme tersebut dengan cara berjuang baik secara diplomasi maupun aksi kolektif terhadap
pemerintah. Ketika rakyat merebut kemerdekaan pada17 Agustus 1945, masih ada perlawanan
terhadap para penjajah. Belanda masih inginmerebut wilayah kedaulatan Indonesia dengan strategi-
strategi yang mereka gunakan karena masih merasa wilayah Indonesia masih dikuasai Belanda. Hal
ini menuntut rakyat Indonesia untuk melawan dalam bentuk diplomasi dan aksi secara fisik.Perjuangan
tersebut terus berlangsung hingga terjadinya perebutan wilayah IrianBarat. Perebutan Irian Barat
antara Indonesia dangan Belanda membuat hubung antara kedua negara tersebut menjadi renggang,
bahkan putus. Oleh karena itu,Indonesia harus mempertahankan wilayah dan kedaulatan negara demi
terwujudnya Indonesia yang bebas dari penjajah.

Indonesia mendapatkan ancaman dari dalam dan luar Ancaman dari dalam adalahancaman
berupa pemberontakan-pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan tersebut bersifat sparatis.
Ancaman dari luar adalah sengketa antara Belanda dengan Indonesia tentang Irian Jaya. Hal ini
sungguh membuat prihatin Indonesia dalam situasi dan kondisinya. Belum lagi, suasana perang dingin
antara AS dan US yang pada saat itu sedang marak mempengaruhi jalannya deklarasi tersebut. AS
menolak deklarasi, sedangkan US mendukungnya.
Dalam mempertahankan wilayah dan kedaulatan tersebut, Indonesia harusmemiliki kekuatan
wilayah yang kuat dan pengakuan dari dunia internasional tentang Indonesia itu sendiri. Penguatan
kedaulatan dapat diperkuat dari sisi hukum,sedangkan penguatan wilayah dapat dilakukan dengan
perluasan batas-batasnya.Indonesia memiliki pulau besar dan kecil sejumlah 18000. Oleh karena itu,
penting sekali jika wilayah perairan diprioritaskan.Untuk mempertahankan hal itu wilayahnegara
Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en
Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini,
pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahka noleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya
mempunyai laut di sekeliling sejauh3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas
melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
B. Deklarasi Djuanda

Pada awal kemerdekaan Indonesia, persoalan wilayah (teritorial) menjadi salah satu isu
strategis.Di mana masih diberlakukannya Ordonansi Hindia Belanda 1939,yaitu Teritoriale
Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939(TZMKO 1939)Perdebatan yang terjadi di dalam
BPUPKI ketika pembahasan wilayah republi kmenjadi buktinya. Akan tetapi, beragam
pendapat yang muncul terbatas pada soalwilayah daratan. Muhammad Yamin salah satu tokoh
republik pada waktu itu yangmenyinggung pentingnya wilayah lautan.Melalui pernyataannya
“Tanah air Indonesia ialah terutama daerah lautan dan mempunyai pantai yang panjang. Bagi
tanah yang terbagi atas beribu-ribu pulau, maka semboyan mare liberum (laut merdeka)
menurut ajaran Hugo Grotius itu dan yang diakui oleh segala bangsa dalam segala seketika
tidak tepat dilaksanakan dengan begitu saja, karena kepulauan Indonesia tidak saja berbatasan
dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, tetapi juga berbatasan dengan beberapa lautan
dan beribu-ribu, selat yang luas atau yang sangat sempit. Di bagian selat dan lautan sebelah
dalam, maka dasar “laut merdeka” tidak dapatdijalankan, dan jikalau dijalankan akan sangat
merendahkan kedaulatan negara dan merugikan kedudukan pelayaran, perdagangan laut dan
melemahkan pembelaannegara. Oleh sebab itu, maka dengan penentuan batasan negara,
haruslah pula ditentukan daerah, air lautan manakah yang masuk lautan lepas. Tidak
menimbulkan kerugian, jikalau bagian Samudra Hindia Belanda, Samudera Pasifik dan
Tiongkok Selatan diakui menjadi laut bebas, tempat aturan laut merdeka. Sekeliling pantai
pulauyang jaraknya beberapa kilometer sejak air pasang-surut dan segala selat yang jaraknya
kurang dari 12 km antara kedua garis pasang-surut, boleh ditutup untuksegala pelayaran di
bawah bendera negara luaran selainnya dengan seizin atau
perjanjian negara kita.”
Melihat kondisi geografis Indonesia yang unik, banyaknya wilayah lautdibanding darat,
menyadarkan pemerintah bahwa persoalan wilayah laut merupakan faktor penting bagi
kedaulatan negara. Mochtar Kusumaatmadja, saat itu menjadi salah satu tim penyusun RUU
Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim, bahwa timtersebut telah berhasil menyusun lebar laut
teritorial seluas 12 mil sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam hukum internasional.
Kemudian Chaerul Saleh (Menteri Veteran) mendatangi beliau dan tidak setuju dengan usulan
tim penyusun.Alasannya adalah jika aturan diterapkan maka terdapat laut bebas antara pulau-
pulau di Indonesia sehingga kapal-kapal asing bisa bebas keluar masuk. Hal tersebut jelas dapat
“mengganggu” kedaulatan Indonesia yang masih berumur muda. Saran dari Chaerul Saleh
adalah untuk menutup perairan dalam (Laut Jawa) sehingga tidak adakategori laut bebas
didalamnya. Mochtar lantas menjawab tidak mungkin karena tidak sesuai dengan hukum
internasional saat itu dan berjanji untuk mendiskusikanya dengan tim.
Hari Jumat 13 Desember 1957, tim RUU Laut Teritorial menghadap kepada perdana
menteri Djuanda. Beliau meminta untuk dijelaskan perihal hasil rancangan tim.Mochtar
Kusumaatmadja sebagai ahli hukum internasional (hukum laut) tampil kedepan untuk
menjelaskan. Fakta di atas memunculkan tiga aktor penting hingga dikeluarkanya Deklarasi
Djuanda, yaitu; Djuanda, Mochtar Kusumaatmadja dan Chaerul Saleh. Satu hal yang pasti ialah
deklarasi Djuanda merupakan keputusan Djuanda karena posisi dia saat itu sebagai pengambil
kebijakan.

Secara prinsip Deklarasi Djuanda menyatakan hal hal dibawah ini :


1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corakter sendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhanwilayah
Indonesia

Prinsip-prinsip dalam Deklarasi Djuanda ini kemudian dikukuhkan dengan Undang-


undang Nomor 4 Tahun 1960, yang isinya sebagai berikut :-Untuk kesatuan bangsa, integritas
wilayh, dan kesatuan ekonominya ditarik garis-garis pngkal lurus yang menghubungkan titik-
titik terluar dari kepulauan terluar.-Termasuk dasar laut dan tanah bawahnya maupun ruang
udara di atasnya dengan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.-Jalur laut
wilayah laut territorial selebar 12 mil diukur dari garis-garis lurusnya.-Hak lintas damai kapal
asing melalui perairan nusantara (archipelagic water) dijamin tidak merugikan kepentingan
negara pantai, baik keamanan maupun ketertibannya.
C. Tujuan dan Manfaat Deklarasi Djuanda

Dalam Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip- prinsip


negara kepulauan (Archipelagic State), sehingga laut-laut antar pulau pun merupakan wilayah
Republik Indonesia, dan bukan kawasan bebas dan dari situlah negara Indonesia disebut negara
kepulauan.Deklarasi itu mendapat tentangan dari beberapa negara, namun pemerintah
Indonesia meresmikan deklarasi itu menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan
Indonesia.Wilayah Negara RI yang semula luasnya 2.027.087 km2 (daratan) bertambah
luaslebih kurang menjadi 5.193.250 km2 (terdiri atas daratan dan lautan). Ini berarti bertambah
kira-kira 3.106.163 km2 atau kita-kira 145%.Manfaat dari Deklarasi Djuanda ini berlanjut
kepada bertambah besarnya perairan laut Indonesia,disamping itu juga perairan laut indonesia
yang kaya akan hasil laut menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang kaya akan hasil
laut.Sesuai data Konferensi Hukum Laut yang baru telah ditandatangani oleh 130 negara dalam
UNCLOS III (KonferensiHukum Laut) di teluk Montenegro, Kingston,
Jamaica, pada tanggal 6 - 10 Desember1982, yang memutuskan beberapa ketentuan
untuk wilayah kelautan di Indonesia:
- Batas laut territorial selebar 12 mil.
- Batas zona bersebelahan adalah 24 mil.
- Batas ZEE adalah 200 mil.
- Batas landas benua lebih dari 200 mil.Dan ada beberapa tujuan dari lahirnya Deklarasi
Djuanda,yaitu :
1. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
2. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan.
3. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI.
Selama 25 tahun yang secara resmi Negara Indonesia mendapat pengakuan resmi dari
Internasional.Pengakuan resmi asas Negara Kepulauan ini merupakan hal yang penting dalam
rangka mewujudkan satu kesatuan wilayah sesuai dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember
1957, dan Wawasan Nusantara yang menjadi dasar perwujudan bagi kepulauan Indonesia
sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Kemudian,
setelah Indonesia meratifikasi Konvensi PBBtentang Hukum Laut III (UNCLOS III) tahun
1982 melalui UU Nomor 17 tahun1985, PBB resmi mengakui Indonesia sebagai negara
kepulauan.
D. Hubungan Deklarasi Djuanda dengan Wawasan Nusantara
Mochtar Kusumaatmadja merupakan seorang tokoh pendidik dan juga negarawan. Pada
penulisan skripsi ini, penulis mengkaji peranan Mochtar Kusumaatmadja sebagai seorang
negarawan yang merupakan ahli hukum laut internasional dalam mencapai kedaulatan wilayah
laut Indonesia terutama melalui jalur diplomasi. Selain sebagai seorang diplomat yang yang
juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Mochtar Kusumaatmadja ikut serta dalam
berbagai perundingan mengenai Hukum Laut Internasional, Mochtar juga merupakan salah
satu konseptor dari Deklarasi pemerintah 13 Desember 1957 atau lebih kita kenal dengan
Deklarasi Djuanda 1957. Peranan Mochtar tidak berhenti sampai disana

E.Sejarah Zona Ekonomi Eksklusif

Mengenai Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE ini ada sejarahnya. Konsep mengenai Zona
Ekonomi Eksklusif ini telah jauh diletakkan di depan untuk pertama kalinya oleh negara Kenya pada
Asian- African Legal Constitutive Committee yang berlangsung pada bulan Januari 1971 dan juga
pada Sea Bed Committee PBB yang berlangsung pada tahun berikutnya. Proposal Kenya menerima
dukungan aktif dari banyak Negara Asia dan juga Afrika. Pada waktu yang hampir bersamaan, banyak
pula Negara Amerika Latin mulai membangun sebuah konsep yang serupa atas laut Patrimonial. Dua
hal yang serupa tersebut telah muncul secara efektif ketaika UNCLOS dimulai, dan juga konsep baru
mengenai Zona Ekonomi Eksklusif telah dimulai.

Itulah sejarah singkat mengenai Zona Ekonomi Eksklusif yang kemudian sangat diatur dalam hukum
negara. Zona Ekonomi Eksklusif mempunyai sifat sangat penting, karena menyangkut kepemilikan
wilayah beserta dengan kekayaan yang berada di bawah wilayah tersebut.
F.Batas Zona Ekonomi Eksklusif

Zona Ekonomi Eksklusif merupakan perkara yang sangat diperhatikan oleh setiap negara yang
mempunyai wilayah perairan atau laut. Salah satu yang paling diperhatikan mengenai Zona Ekonomi
Eksklusif ini adalah mengenai batasnya dan juga lebar zona ini. Dikemukakan bahwa lebar Zona
Ekonomi Eksklusif mempunyai lebar 200 mil atau setara dengan 370,4 km. Angka yang telah
ditetapkan ini tidak menimbulkan kesukaran dan sekaligus dapat diterima oleh negara- negara
berkembang maupun negara maju semenjak dikemukakannya gagasan zona ekonomi ini.

Batas dalam Zona Ekonomi Eksklusif merupakan batas luar dari laut teritorial. Zona batas luar ini
tidak boleh melebihi kelautan 200 mil dari garis dasar dimana luas pantai (baca: manfaat pantai)
teritorial telah ditentukan. Pernyataan dalam ketentuan ini memberikan saran bahwa 200 mil
merupakan batas maksimum dari Zona Ekonomi Eksklusif. Hal ini memberikan ketentuan bahwa
apabila ada suatu negara pantai yang menginginkan wilayah ZEE nya lebih kecil dari itu, maka negara
tersebut dapat mengajukannya.

Pada tanggal 13 Desember 1957, Pemerintah Indonesia mengeluaran deklarasi yang dikenal dengan
nama Deklarasi Juanda. Deklarasi ini melahirkan Wawasan Nusantara. Di dalam deklarasi Juanda
tersebut telah ditentukan bahwa batas perairan wilayah Indonesia adalah 12 mil dari garis dasar pantai
masing- masing pulau hingga ke titik yang paling luar. Dan pada tanggal 21 Maret tahun 1980
Pemerintah Indonesia mengeluarkan batas dari Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah sepanjang
200 mil yang diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. Zona Ekonomi Eksklusif merupakan
wilayah laut sejauh 200 mil dari pulau yang terluar dan diukur ketika air laut (baca: ekosistem air laut)
sedang mengalami masa surut.

Anda mungkin juga menyukai