Anda di halaman 1dari 6

UNCLOS atau United Nations Conference on the law of the sea 1982 merupakan hukum laut

internasional yang dianut oleh seluruh negara yang ada di Dunia kecuali negara Amerika Serikat, Jepang,
dan negara lainnya. Sejarah UNCLOS dimulai pada tahun 1930 dengan diselenggarakannya Konferensi
Kodifikasi DenHaag. Dalam konferensi ini hanya menghasilkan beberapa pasal yang telah disetujui.
Sehingga pada tahun 1958 diadakan kembali konferensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1958 yang
diadakan pada tanggal 29 April 1958 oleh Konferensi PBB I. dalam konferensi tersebut membahas
tentang Hukum Laut, yang diselenggarakan di Jenewa dan dihadiri oleh 86 negara. Dalam konferensi ini
menghasilkan 4 konvensi yaitu

a. Convention on the Territorial sea and contigious zone atau konvensi tentang laut territorial dan
zona tambahan. Konvensi ini berlaku sejak tanggal 10 September 1964
b. Convention on High Sea atau Konvensi mengenai laut lepas. Konvensi ini mulai berlaku sejak
tanggal 30 September 1962
c. Convention on fishing and conservation of living resource of the high sea atau konvensi tentang
perikanan dan perlindungan kekayaan hayati laut lepas. Berlaku sejak tanggal 20 Maret 1966
d. Convention on the Continental Shelf atau Konvensi mengenai landas kontinen. Berlaku sejak
tanggal 10 Juli 1964.

Setelah menghasilkan 4 konvensi tersebut, konferensi yang diadakan PBB pun masih gagal. Hal ini
dikarenakan karena belum adanya hukum mengenai batas territorial antar negara, sehingga
memunculkan konflik antar sesama negara tetangga. Dari ketidak puasan tersebut menyebabkan
masyarakat Amerika Serikat mengklaim bahwa batas territorial sejauh 200mil sehingga mendorong
terlaksanakannya Konferensi Hukum Laut yang ke 2 pada tahun 1960 yang bertujuan untuk membahas
batas territorial negara yang ada di dunia. Namun konferensi yang kedua tersebut juga gagal, hal ini
dikarenakan kurangnya satu suara sehingga menyebabkan kegagalan pada Konferensi Hukum Laut yang
ke 2. Kemudian diadakannya konferensi terakhir dari kedua konferensi tersebut yaitu Konferensi Hukum
Laut 1982 yang diadakan oleh PBB di Jamaika. Pada konvensi yang terakhir ini merupakan puncak dari
dua konvensi yang gagal diatas dan dianggap sebagai konvensi terbesar sehingga dalam 3 dekade
setelah dilaksanakannya konvensi ini terbentuklah UNCLOS 1982 atau United Nations Conference on the
law of the sea 1982. sehingga UNCLOS ini telah menjadi dasar ketertiban dunia karena UNCLOS
didalamnya telah mengatur tentang rezim rezim hokum laut

Dalam UNCLOS 1982 terbagi menjadi beberapa negara yaitu negara maritime atau coastal state, negara
kepulauan atau archipelago state, negara terkunci atau landlock state.

1. Negara Kepulauan atau Archipelago State


Negara kepulauan atau Archipelago state berasal dari bahasa Italia yaitu Archipelagos. Archi
berarti penting, utama sedang pelagos berarti laut atau wilayah laut. Sehingga kata archipelago
berarti lautan yang terpenting. Negara ini sudah ada sebelum munculnya Konvensi Hukum Laut
1982 atau UNCLOS 1982. Akan tetapi, negara ini sudah dikenal sejak adanya naskah resmi
perjanjian antara Republik Venezzuela dan Michael Palaleogus pada tahun 1268. Menurut
UNCLOS 1982, definisi negara kepulauan adalah
a. Pasal 46 butir a yang menyebutkan bahwa negara kepulauan berarti sebuah negara yang
terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau pulau lainnya
b. Pasal 46 butir b kepulauan berarti suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau , perairan
diantaranya dan lain lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demikian
eratnya sehingga pulau pulau, peraian dan wujud alamiah merupakan suatu kesatuan
geografi, ekonomi, politik yang hakiki atau yang secata historis dianggap sebagai demikian.
c. Pasal 47butir 1 garis pangkal kepulauan atau archipelagic baselines adalah garis pangkal
lurus kepulauan yang menghubungkan titik titik terluar

Istilah Negara kepulauan (archipelago state) telah dikenal sebelum Konvensi Hukum Laut 1982 (UNCLOS

1982). Tetapi konsepsi Negara kepulauan sebagai kaidah hukum laut internasional yang baru dan

mendapatkan pengakuan dari masyarakat internasional, baru muncul setelah di tandatanganinya Konvensi

PBB tentang Hukum Laut pada tanggal 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jarnaica.

Kata ‘archipelago’ dan ‘archipelagic’ berasal dari kata Italia ‘archipelagos’. Akar katanya adalah ‘archi’ berarti

terpenting, terutama, dan pelagos berarti laut atau wilayah lautan. Jadi, archipelagic dapat diartikan sebagai

lautan terpenting. Istilah archipelago antara lain terdapat dalam naskah resmi perjanjian antara Republik

Venezza dan Michael Palaleogus pada pada tahun 1268.

Menurut UNCLOS 1982, pengertian :

 Pasal 47 Butir (1) Garis pangkal kepulauan (archipelagic baselines) adalah garis pangkal lurus

kepulauan yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau dan karang kering terluar kepulauan

itu, dengan ketentuan bahwa didalam garis pangkal demikian termasuk pulau-pulau utama dan suatu

daerah dimana perbandingan antara daerah perairan dan daerah daratan, termasuk atol, adalah

antara satu berbanding satu dan sembilan berbanding satu.

Negara kepulauan didefinisikan untuk memberi arti, ‘suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau

lebih kepulauan yang dapat mencakup pulau-pulau lain’. Metode garis pangkal lurus dipakai sebagai solusi

untuk masalah perairan kepulauan (Starke,Hlm 353).

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau. Filipina dengan jumlah

pulau 7.100 menempati peringkat kedua (Arroyo, 2012). ada 45 negara kepulauan lainnya antara lain

Micronecia dengan 10.000 pulau, Bahamas dengan 700 pulau, Marshal dengan 1.200 pulau, dan Maldives

dengan 2.000 pulau. Saat ini secara geografis merupakan negara yang memiliki luas laut sebesar 5,8 Juta

km² yang terdiri dari laut territorial dengan luas 0.8 juta km², laut nusantara 2.3 juta km² dan zona

ekonomi eksklusif (ZEE) 2,7 juta km².

Pada Konferensi Den Haag 1930, memang gagal mencapai kata sepakat. Namun beberapa benih terkait

archipelago, seperti kumpulan pulau-pulau atau kepulauan telah ada dalam rancangan Pasal Schukking
(panitia ahli) serta termuat dalam daftar persoalan (schedule of point) yang disusun oleh Panitia Persiapan

Konferensi[1]. (Mochtar, Hlm.76)

Kemudian pada tahun 1951 Mahkamah Internasional memutus Anglo norwegian fisheries case, yang

memberikan dampak perubahan batas laut territorial dari normal base lines menjadi straight base line.

Pada tanggal 7 maret 1955, Filipina, sebagai negara pertama yang mengajukan masalah “ archipelago” ke

forum internasional, sebagai jawaban dari seruan Sekjen PBB yang termuat dalam sebuah Note Verbal.

Isinya, Filipina menuntut kedaulatan yang eksklusif atas semua kepulauan yang dimiliki filipina dan perairan

di sekeliling, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulaunya dianggap sebagai “perairan nasional atau

perairan pedalaman”.[2]

Deklarasi Djuanda dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957, adalah deklarasi yang menyatakan kepada

dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia

menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Hal tersebut dikenal juga dengan konsep wawasan nusantara[3].

Konferensi hukum laut internasional yang pertama kalinya diselenggarakan di Jenewa, Swiss, pada tahun

1958[4]. Konvensi Jenewa 1958 atau UNCLOS I dianggap sebagai sebuah konvensi yang telah meletakkan

dasar-dasar dalam hukum internasional, khususnya hukum laut. Namun, dalam konferensi ini gagal

memasukan konsepsi negara kepulauan yang diajukan oleh Indonesia.

Deklarasi Djuanda dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957, yang selanjutnya diresmikan menjadi UU

No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia.

Menurut Mochtar, kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia sebelum berlangsungnya UNCLOS II,

adalah Indonesia tidak dapat mengharapkan UNCLOS mengambil keputusan negara-negara kepulauan.

Selain itu,faktor lain yang mendasarnya adalah, masih belum jelasnya dan ketidaktahuan negara lain

tentang konsepsi negara kepulauan.

Konferensi Hukum Laut Internasional yang kedua, (UNCLOS II) di Jenewa, Swiss, yang berlangsung dari

tanggal 16 Maret sampai dengan 26 April 1960 juga mengalami kegagalan dalam mengintegrasikan

konsepsi negara kepulauan. Pada konferensi ini, upaya Indonesia dilaksanakan dengan mengedarkan teks

UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia dalam bahasa Inggris.

Teori G Colombos (1967), yang disimpulkan[5], bahwa dasar penguasaan kedaulatan perairan yang berada

di sekitar wilayah daratannya adalah :


1. Keamanan negara menghendaki dimilikinya kekuasaan eksklusif atas daerah pantainya sehingga dapat

melindunginya terhadap serangan dari luar.

2. Untuk maksud mengembangkan perdagangan, perpajakan dan kepentingan politiknya, suatu negara

harus dapat mengawasi setiap kapal yang masuk dan keluar atau berhenti di laut wilayahnya

3. Pengolahan dan pemanfaatan yang eksklusif atas kekayaan laut yang berada dalam wilayah

perairannya demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan bangsanya.

Konferensi Hukum Laut Internasional III di Caracas, Venezuela, pada tahun 1973. Berhasil menyepakati

naskah final Konvensi Hukum Laut Internasional. Naskah konvensi ini berisikan berbagai rezim dalam

hukum laut internasional yang berlaku hingga saat ini, termasuk pula konsepsi negara

kepulauan (archipelagic state) yang diajukan oleh negara Indonesia.

Naskah final konvensi tersebut kemudian ditandatangani dalam Konferensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) 1982

di Montego Bay, Jamaika, pada tanggal 10 Desember 1982.

Konvensi UNCLOS 1982 merupakan satu Konvensi yang mengatur masalah kelautan secara utuh dan

terpadu sebagai satu kesatuan. Inlah pertama kalinya konsepsi Negara kepulauan sebagai kaidah hukum

laut internasional yang baru dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat internasional[6]

biogeografi adalah studi pola spasial dan temporal keanekaragaman hayati dan proses yang mendasari
pola tersebut. Tema utama geografi tumbuhan hewan: ada 4 tema umum dalam biogeografi yaitu
klasifikasi geografi wilayah berdasarkan biota semua jenis hewan, tumbuhan dan mikroba yg tinggal di
area tertentu. Misalnya clasifikasi geografi wilayah ekosistem terrestrial terhadap tumbuhan vascular
atau vertebrata.

Rekonstruksi perkembangan sejarah biota termasuk asal mereka, penyebaran dan perbedaan. Untuk
mendapatkan informasi latar belakang yang penting pada ekologi dan karakteristik biota evolusioner.

Menyediakan perbedaan eksplanasi jenis. Perbedaan tipe eksplanasi dan no pada jenis antara geografi
wilayah dan sekitar geografi yang tinggi seperti wilayah, garis lintang, elevasi dan kedalaman dll.
Menyedakan variasi eksplanasi geografi dalam karakteristik individual dan populasi jenis yang
berhubungan sangat dekat termasuk gejala dalam morfologi, kelakuan dan demografi

Sejarah geografi tumbuhan hewan

Aristoteles salah satu filosofi paling awal yang mempelajari tentang persebaran pola pada kehidupan di
bumi.

Biogeografi dimulai ketika abad eksplorasi 17 – 18 peneliti mulai berpesan tentag gejala persebaran
spesies. Sebagai hasil, beberapa peneliti mengusulkan laporan hipotesis perbedaan dan persebaran
organisme

Carolus Linnaeus, bahwa tumbuhan dan hewan bumi berada di tempat yang asli termasuk lereng pada
gunung dekat ekuator atau gunung Ararat dekat perbatasan turki dan Armenia. Setelah makanan noah
dan dari point ini penyebaran sesuai dengan lingkungan yg melewati globe.

Comte de buffon, hipotesisnya bhawa spesise alami yang ada di samudra artik ketika iklim masih alami /
tidak dingin. Disana kemudian lingkungan sejuk, persebaran ke amerika / dunia baru. Southward.
Mengubah mereka sebagai penjajah iklim danperbedaan ekologi wilayah. Spekulasinya bahwa biota
tropis pada dunia baru dan tua beberapa petani karema ada modifikasi bahwa selama terjadi migrasi
dari salah satu area key g lain. Menyajikan 2 kunci kontribusi bahwa pengaruh yang baik terhadap
perkembangan studi biogeografi selama abad ke 18. Satu dasar pada biogeografi yaitu hokum buffon
“iklim sama tapi biogeografi terpisah wilayah dunia mempunyai biota dunia yg berkumpulnya biota.
Mengkaji iklim dan spesies yg dinamik atau mereka sbg subjek perubahan.

Johanna foster mempresentasikan salah satu pandangan biota wilayah di dunia menggambarkan
berkumpulnya tumbuhan mereka dengan jelas. Mengobservasi hokum buffon dipakai atau tidak untuk
burung dan mamalia tapi tumbuhan juga. Dan semua wilayah di dunia tidak hanya tropis.
Mendeskripsikan zona flora berdasarkan perkiraan garis lintang/ hubungannya dengan flora wilayah dg
kondisi iklim. Mencatat jenis yg mempunyia perbedaan spesies yg besar dekat equator ketika
dibandingankan dengan yg disebelah utara. Menceritakan bagian ini menyambung ke variasi garis
lintang dalam permukaan bumi

Alexander von Humboldt, pandangan umum sebagai bapak phytogeografi. Menggenerasikan hokum
buffon termasuk tumbuhan sebagai terestrian hewan terbanyak. Mengobservasi persebaran tumbuhan
dalam pengangkatan zona berdasarkan iklim lokal.

Agustina de Candolle, mengobservasi bahwa tidak semua organisme terpengaruh oleh iklim tapi mereka
bersaing untuk Penelitian. Contoh : di islandia spesies yg sangat kuat terpengaruh karena wilayah pantai.
Pada tambahan dari faktor lain yaitu usia pantai, pariwisata, iklim dan isolasi juga berpengaruh pada
perbedaan flora

BIOGEOGRAFI ABAD 19
CHARLES Lyell, dipertimbangkan sebagai bapak geologi. Menggunakan dokumen fosil untuk menutupi
muka bumi di bumi dan biota dinamik. Ada observasi yg di realisasi bahwa bumi harus lebih tua seribu
tahun.

Charles Darwin, pengembang teori evolusi seleksi alami. Mempertimbangkan teori basis untuk
dimengerti perubahan dalam adaptasi organisme. Bermaksud bahwa perbedaan dan adaptasi

Joshep hooker: mengumumkan bahwa hubungan persebaran jenis yg dekat dan terpisah melalui
jembatan tanah,. Bagaimanapun pada abad ke 19 hipotesis di hilangkan sebagai bukti geologi jembatan
tanah tanpa material.

Anda mungkin juga menyukai