Anda di halaman 1dari 6

Istilah Negara kepulauan (archipelago state) telah dikenal sebelum Konvensi Hukum Laut 1982

(UNCLOS 1982). Tetapi konsepsi Negara kepulauan sebagai kaidah hukum laut internasional
yang baru dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat internasional, baru muncul setelah di
tandatanganinya Konvensi PBB tentang Hukum Laut pada tanggal 10 Desember 1982 di
Montego Bay, Jarnaica.

Kata ‘archipelago’ dan ‘archipelagic’ berasal dari kata Italia ‘archipelagos’. Akar katanya
adalah ‘archi’ berarti terpenting, terutama, dan pelagos berarti laut atau wilayah lautan. Jadi,
archipelagic dapat diartikan sebagai lautan terpenting. Istilah archipelago antara lain terdapat
dalam naskah resmi perjanjian antara Republik Venezza dan Michael Palaleogus pada pada
tahun 1268.

Menurut UNCLOS 1982, pengertian :

 Pasal 47 Butir (1) Garis pangkal kepulauan (archipelagic baselines) adalah garis pangkal
lurus kepulauan yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau dan karang kering
terluar kepulauan itu, dengan ketentuan bahwa didalam garis pangkal demikian termasuk
pulau-pulau utama dan suatu daerah dimana perbandingan antara daerah perairan dan
daerah daratan, termasuk atol, adalah antara satu berbanding satu dan sembilan berbanding
satu.

Negara kepulauan didefinisikan untuk memberi arti, ‘suatu negara yang seluruhnya terdiri dari
satu atau lebih kepulauan yang dapat mencakup pulau-pulau lain’. Metode garis pangkal lurus
dipakai sebagai solusi untuk masalah perairan kepulauan (Starke,Hlm 353).

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau. Filipina dengan
jumlah pulau 7.100 menempati peringkat kedua (Arroyo, 2012). ada 45 negara kepulauan
lainnya antara lain Micronecia dengan 10.000 pulau, Bahamas dengan 700 pulau, Marshal
dengan 1.200 pulau, dan Maldives dengan 2.000 pulau. Saat ini secara geografis merupakan
negara yang memiliki luas laut sebesar 5,8 Juta km² yang terdiri dari laut territorial dengan luas
0.8 juta km², laut nusantara 2.3 juta km² dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) 2,7 juta km².
Pada Konferensi Den Haag 1930, memang gagal mencapai kata sepakat. Namun beberapa benih
terkait archipelago, seperti kumpulan pulau-pulau atau kepulauan telah ada dalam rancangan
Pasal Schukking (panitia ahli) serta termuat dalam daftar persoalan (schedule of point) yang
disusun oleh Panitia Persiapan Konferensi[1]. (Mochtar, Hlm.76)

Kemudian pada tahun 1951 Mahkamah Internasional memutus Anglo norwegian fisheries case,
yang memberikan dampak perubahan batas laut territorial dari normal base lines menjadi straight
base line.

Pada tanggal 7 maret 1955, Filipina, sebagai negara pertama yang mengajukan masalah
“archipelago” ke forum internasional, sebagai jawaban dari seruan Sekjen PBB yang termuat
dalam sebuah Note Verbal. Isinya, Filipina menuntut kedaulatan yang eksklusif atas semua
kepulauan yang dimiliki filipina dan perairan di sekeliling, diantara dan yang menghubungkan
pulau-pulaunya dianggap sebagai “perairan nasional atau perairan pedalaman”.[2]

Deklarasi Djuanda dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957, adalah deklarasi yang
menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di
dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Hal tersebut dikenal juga
dengan konsep wawasan nusantara[3].

Konferensi hukum laut internasional yang pertama kalinya diselenggarakan di Jenewa, Swiss,
pada tahun 1958[4]. Konvensi Jenewa 1958 atau UNCLOS I dianggap sebagai sebuah konvensi
yang telah meletakkan dasar-dasar dalam hukum internasional, khususnya hukum laut. Namun,
dalam konferensi ini gagal memasukan konsepsi negara kepulauan yang diajukan oleh Indonesia.

Deklarasi Djuanda dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957, yang selanjutnya diresmikan
menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia.

Menurut Mochtar, kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia sebelum berlangsungnya
UNCLOS II, adalah Indonesia tidak dapat mengharapkan UNCLOS mengambil keputusan
negara-negara kepulauan. Selain itu,faktor lain yang mendasarnya adalah, masih belum jelasnya
dan ketidaktahuan negara lain tentang konsepsi negara kepulauan.
Konferensi Hukum Laut Internasional yang kedua, (UNCLOS II) di Jenewa, Swiss, yang
berlangsung dari tanggal 16 Maret sampai dengan 26 April 1960 juga mengalami kegagalan
dalam mengintegrasikan konsepsi negara kepulauan. Pada konferensi ini, upaya Indonesia
dilaksanakan dengan mengedarkan teks UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia dalam
bahasa Inggris.

Teori G Colombos (1967), yang disimpulkan[5], bahwa dasar penguasaan kedaulatan perairan
yang berada di sekitar wilayah daratannya adalah :

1. Keamanan negara menghendaki dimilikinya kekuasaan eksklusif atas daerah pantainya


sehingga dapat melindunginya terhadap serangan dari luar.
2. Untuk maksud mengembangkan perdagangan, perpajakan dan kepentingan politiknya, suatu
negara harus dapat mengawasi setiap kapal yang masuk dan keluar atau berhenti di laut
wilayahnya
3. Pengolahan dan pemanfaatan yang eksklusif atas kekayaan laut yang berada dalam wilayah
perairannya demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan bangsanya.

Konferensi Hukum Laut Internasional III di Caracas, Venezuela, pada tahun 1973. Berhasil
menyepakati naskah final Konvensi Hukum Laut Internasional. Naskah konvensi ini berisikan
berbagai rezim dalam hukum laut internasional yang berlaku hingga saat ini, termasuk pula
konsepsi negara kepulauan (archipelagic state) yang diajukan oleh negara Indonesia.

Naskah final konvensi tersebut kemudian ditandatangani dalam Konferensi Hukum Laut PBB
(UNCLOS) 1982 di Montego Bay, Jamaika, pada tanggal 10 Desember 1982.

Konvensi UNCLOS 1982 merupakan satu Konvensi yang mengatur masalah kelautan secara
utuh dan terpadu sebagai satu kesatuan. Inlah pertama kalinya konsepsi Negara kepulauan
sebagai kaidah hukum laut internasional yang baru dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat
internasional[6]
biogeografi adalah studi pola spasial dan temporal keanekaragaman hayati dan proses yang
mendasari pola tersebut. Tema utama geografi tumbuhan hewan: ada 4 tema umum dalam
biogeografi yaitu klasifikasi geografi wilayah berdasarkan biota semua jenis hewan, tumbuhan
dan mikroba yg tinggal di area tertentu. Misalnya clasifikasi geografi wilayah ekosistem
terrestrial terhadap tumbuhan vascular atau vertebrata.

Rekonstruksi perkembangan sejarah biota termasuk asal mereka, penyebaran dan perbedaan.
Untuk mendapatkan informasi latar belakang yang penting pada ekologi dan karakteristik biota
evolusioner.

Menyediakan perbedaan eksplanasi jenis. Perbedaan tipe eksplanasi dan no pada jenis antara
geografi wilayah dan sekitar geografi yang tinggi seperti wilayah, garis lintang, elevasi dan
kedalaman dll.

Menyedakan variasi eksplanasi geografi dalam karakteristik individual dan populasi jenis yang
berhubungan sangat dekat termasuk gejala dalam morfologi, kelakuan dan demografi

Sejarah geografi tumbuhan hewan

Aristoteles salah satu filosofi paling awal yang mempelajari tentang persebaran pola pada
kehidupan di bumi.

Biogeografi dimulai ketika abad eksplorasi 17 – 18 peneliti mulai berpesan tentag gejala
persebaran spesies. Sebagai hasil, beberapa peneliti mengusulkan laporan hipotesis perbedaan
dan persebaran organisme

Carolus Linnaeus, bahwa tumbuhan dan hewan bumi berada di tempat yang asli termasuk lereng
pada gunung dekat ekuator atau gunung Ararat dekat perbatasan turki dan Armenia. Setelah
makanan noah dan dari point ini penyebaran sesuai dengan lingkungan yg melewati globe.
Comte de buffon, hipotesisnya bhawa spesise alami yang ada di samudra artik ketika iklim masih
alami / tidak dingin. Disana kemudian lingkungan sejuk, persebaran ke amerika / dunia baru.
Southward. Mengubah mereka sebagai penjajah iklim danperbedaan ekologi wilayah.
Spekulasinya bahwa biota tropis pada dunia baru dan tua beberapa petani karema ada modifikasi
bahwa selama terjadi migrasi dari salah satu area key g lain. Menyajikan 2 kunci kontribusi
bahwa pengaruh yang baik terhadap perkembangan studi biogeografi selama abad ke 18. Satu
dasar pada biogeografi yaitu hokum buffon “iklim sama tapi biogeografi terpisah wilayah dunia
mempunyai biota dunia yg berkumpulnya biota. Mengkaji iklim dan spesies yg dinamik atau
mereka sbg subjek perubahan.

Alexander von Humboldt, pandangan umum sebagai bapak phytogeografi. Menggenerasikan


hokum buffon termasuk tumbuhan sebagai terestrian hewan terbanyak. Mengobservasi
persebaran tumbuhan dalam pengangkatan zona berdasarkan iklim lokal.

Agustina de Candolle, mengobservasi bahwa tidak semua organisme terpengaruh oleh iklim tapi
mereka bersaing untuk Penelitian. Contoh : di islandia spesies yg sangat kuat terpengaruh karena
wilayah pantai. Pada tambahan dari faktor lain yaitu usia pantai, pariwisata, iklim dan isolasi
juga berpengaruh pada perbedaan flora

BIOGEOGRAFI ABAD 19

CHARLES Lyell, dipertimbangkan sebagai bapak geologi. Menggunakan dokumen fosil untuk
menutupi muka bumi di bumi dan biota dinamik. Ada observasi yg di realisasi bahwa bumi harus
lebih tua seribu tahun.

Charles Darwin, pengembang teori evolusi seleksi alami. Mempertimbangkan teori basis untuk
dimengerti perubahan dalam adaptasi organisme. Bermaksud bahwa perbedaan dan adaptasi

Joshep hooker: mengumumkan bahwa hubungan persebaran jenis yg dekat dan terpisah melalui
jembatan tanah,. Bagaimanapun pada abad ke 19 hipotesis di hilangkan sebagai bukti geologi
jembatan tanah tanpa material.
Johanna foster mempresentasikan salah satu pandangan biota wilayah di dunia menggambarkan
berkumpulnya tumbuhan mereka dengan jelas. Mengobservasi hokum buffon dipakai atau tidak
untuk burung dan mamalia tapi tumbuhan juga. Dan semua wilayah di dunia tidak hanya tropis.
Mendeskripsikan zona flora berdasarkan perkiraan garis lintang/ hubungannya dengan flora
wilayah dg kondisi iklim. Mencatat jenis yg mempunyia perbedaan spesies yg besar dekat
equator ketika dibandingankan dengan yg disebelah utara. Menceritakan bagian ini menyambung
ke variasi garis lintang dalam permukaan bumi

Anda mungkin juga menyukai