Anda di halaman 1dari 6

Nama : Indah Ayu silvyana

Nim : B10019285

Kelas : F

UAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL

 Jawab : Karena hukum internasional merupakan sebuah sistem aturan, prinsip, dan
konsep mengatur hubungan antar negara, organisasi internasional, individu, dan
aktor lainnya dalam politik dunia. Hubungan antar aktor internasional ini merupakan
subjek dari ilmu hubungan internasional. Sehingga untuk memahami tersebut
seorang mahasiswa atau ahli hukum harus mampu memahami ilmu hubungan
internasional. Untuk menjadi subjek Hukum Internasional , sebuah negara harus
memiliki kedaulatan. Kedaulatan merupakan hal yang menegaskan bahwa negara
tersebut sudah merdeka dan tidak di jajah oleh negara mana pun. Negara tersebut
juga harus kuat secara militer, politik, maupun ekonomi
 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pentingnya wilayah laut untuk
kepentingan umat manusia dalam berbagai perspektif;
 RPS Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Unsyiah
 Konvensi Jenewa 1958 dan 1960, serta Konvensi HukumLaut 1982
(UNCLOS 1982); 4.5. Menganalisa, memahami dan menjelaskan bermacam
kasus dalam Hukum Laut Internasional; dan Memahami dan menjelaskan
Laut Territorial dan pengukurannya, Hak Lintas, Negara Kepulauan, Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE),
 Landas Kontinen, RIK, Perlindungan Lingkungan Laut, dan Penyelesaian
Sengketa Kelautan, termasuk masalah Kawasan.rus mendapatkan pengakuan
dari negara-negara lain.

Sumber : https://www.umy.ac.id/penting-bagi-mahasiswa-hukum-internasional-memahami-
ilmu-hubungan-internasional.html

http://demo-fakultashukum.top10fact.net/wp-content/uploads/RPS/HUKUM%20LAUT
%20INTERNASIONAL.pdf
 Jawab : Kedaulatan negara ini semakin mendapat perhatian dengan banyaknya
terbentuk negara baru. Dalam konteks negara yang baru merdeka, negara-negara
berkembang telah memperdalam dan memperluas kedaulatan permanen atas sumber
daya alam mereka (permanent sovereignty over natural resources). Negara
berkembang telah mencoba sebanyak mungkin mengajukan klaim atas dasar prinsip
kedaulatan permanen atas sumber daya alam, sehingga menimbulkan 'nasionalisasi'
pengelolaan sumber daya alam. Mereka telah memperluas ruang lingkup kedaulatan
permanen atas sumber daya alam dengan mengklaim hak eksklusif atas sumber daya
alam laut di perairan yang berdekatan dengan pantai mereka. Hingga batas tertentu
klaim ini telah diterima dan diakui dalam hukum laut internasional.

Salah satu tonggak yang menguatkan kedaulatan negara terhadap akses ke sumber daya
maritim adalah proklamasi Presiden Truman tahun 1945,2 yang memperpanjang yurisdiksi
Amerika Serikat terhadap sumber daya alam di landas kontinen dan perikanan yang berada di
perairan diatasnya. Setelah tindakan Amerika Serikat ini maka negara-negara berkembang
lainnya mengikuti jejak Amerika sehingga klaim atas landas kontinen menjadi hukum
kebiasaan internasional saat itu. Hukum kebiasaan internasional ini memperkenalkan prinsip
baru dalam hukum laut yang membatasi kebebasan hukum laut lepas klasik dan
menggantinya dengan hukum peruntukan dan perlindungan. Dalam hal ini, tidak hanya
perlindungan keamanan ekonomi negara pantai dan penduduknya saja yang diperhatikan,
tetapi juga membuat negara pantai bertanggung jawab untuk memanajemen sumber daya laut
secara tepat. Kebiasaan internasional tentang landas kontinen disahkan dalam UNCLOS 1958
tentang Landas Kontinen dan zona ekonomi eksklusif akhirnya diakui dan disahkan dalam
UNCLOS 1982. Kedua rezim landas kontinen dan ZEE ini memberikan hak berdaulat yang
cukup signifikan bagi negara-negara pantai yang secara geografis memiliki hak untuk
mengklaim kedua zona tersebut.

Sumber : http://repository.untan.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=4547&bid=308

Presidential Proclamation No. 2667, Policy of the United States with Respect to the Natural
Resources of the Subsoil and Sea Bed of the Continental Shelf, 10 Fed. Reg. 12,303 (1945
 Jawab : Res Nullius, yang mengatakan bahwa laut tidak ada pemiliknya, sehingga
dapat diambil atau dimiliki oleh setiap negara;
Res Communis, yang menyatakan bahwa laut adalah milik Bersama masyarakat
dunia dan karenanya tidak dapat diambil atau dimiliki oleh setiap negaraa. Sebagai
milik Bersama, maka laut harus dipergunakan untuk kepentingan.

Mare Liberum
Azas kebebasan laut (Freedom of the Sea) pertama kali dikemukakan oleh Hugo
Grotius dalam bukunya Mare Liberum yang terbit ditahun 1609. Buku ini yang
beranak judul (subtitle) “on the right of the Dutch to sail to the East Indies” (tentang
hak orang Belanda untuk berlayar ke Hindia Timur) ditulis oleh Grotius sebagai
pembelaan hak orang Belanda atau orang lain selain orang Portugis dan Spanyol
untuk mengarungi lautan.

Mare Clausum
Ajaran Grotius mengenai “Mare Liberum” sebagaimana disebutkan di atas mendapat
tantangan dari berbagai penulis sejamannya. Mereka antara lain Gentilis, William
Welwood, John Borough, Paulo Sarol, dan John Shelden. Tantangan atas ajaran
Grotius mencegah kemenangan teorinya atas kedaulatan pada bagian-bagian tertentu
dari laut bebas pada waktu itu. Kemajuan yang dibuat berdasarkan teori

Sumber : / http://repository.unpas.ac.id/42860/4/BAB%202.pdf
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16337/2/T1_312014185_BAB
%20II.pdf

 laut teritorial merupakan perluasan dari wilayah teritorial darat. Sejak tahun 1985
perkembangan hukum laut sangat pesat, perluasan lebar laut teritorial menjadikan
pegangan negara berkembang untuk aman dapat memanfaatkan sumber daya hayati
dengan cara dan tingkat teknologi yang dimilikinya. Namun kebanyakan negara
berkembang merasa terdesak oleh doktrin kebebasan di laut lepas

Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/16575/3/HK114912.pdf
5. Landas kontinen meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dan berada di bawah
permukaan laut serta merupakan kelanjutan alamiah wilayah daratan negara tersebut.
Batas terdalam landas kontinen berada di luar laut teritorial suatu negara (bukan dari
pantai).
Batas terluar Landas Kontinen ditetapkan berdasarkan tiga kriteria: (a) kriteria horizontal,
yaitu jarak dari dari garis pangkal; (b) kriteria vertikal pada kedalaman laut 2500 meter,
dan (c) kriteria ketebalan sedimen dasar laut sebagai bukti adanya keterkaitan alamiah
dengan daratan (natural prolongation). Setiap negara berhak menentukan kriteria yang
dianggap paling menguntungkan. Namun apapun kriteria yang dipilih, batas terluar
paling jauh adalah 350 mil diukur dari garis pangkal. Untuk Indonesia yang merupakan
negara kepulauan, maka dihitung dari garis pangkal kepulauan.

Sumber : https://jurnalmaritim.com/landas-kontinen-dan-landas-kontinen-ekstensi-dalam-
unclos-1982/

6. Penarikan garis pangkal lurus tersebut merupakan penerapan prinsip Negara Kepulauan
yang telah diakui oleh Hukum Internasional melalui Putusan Mahkamah Internasional.
Pengertian “negara kepulauan” dalam konsepsi negara kepulauan Indonesia berasal dari
pengertian Nusantara. Nusantara berasal dari kata “nusa” yang berarti kumpulan (gugusan)
pulau, dan “antara” diartikan suatu tempat yang terletak benua dan di antara diartikan suatu
tempat yang terletak atau diapit oleh tempat yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
arti “nusantara” yaitu kepulauan yang terletak diantara benua dan diantara samudera. Yang
dimaksud dengan benua padawaktu adalah India dan China (The realm of India and the realm
of China) (Danusaputra, 1980). Dalam pengertian sekarang, arti nusantara yaitu kepulauan
yang terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia, serta diantara samudera yaitu
Samudera Hindia dan Pasifik.Pengertian negara kepulauan berasal dari pengertian nusantara
yang berarti negara yang terdiri dari gugusan pulau. Oleh karena itu, pengertian nusantara
sudah menunjukkan konsepsi Negara Kepulauan (Archipelagic State Conception) (Hasbullah,
2001). Perjuangan untuk menjaga kesatuan wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) telah dilakukan sejak tahun 1957 melalui Deklarasi Djuanda yang menyatakan
wilayah negara Republik Indonesia menggunakan asas negara kepulauan (archipelagic state
principle) (Kusumaatmadja, 2015)
Sumber : file:///C:/Users/YUDHA%20ABMARZHA/Downloads/KTA/23054-70095-1-PB
%20(1).pdf

7.  PRINSIP KEBEBASAN DI LAUT LEPAS


Pada abad pertengahan terjadi tuntutan-tuntutan kedaulatan terhadap laut dikarenakan
adanya prinsip kebebasan pelayaran di laut, salah satunya tuntutan dari Paus-
Alexander VI tahun 1493 yang membagi dunia baru atas 2 bagian, yaitu: - Portugal
memperoleh seluruh Samudera Hindia dan Laut Atlantic di sebelah Maroko; -
Spanyol memperoleh lautan Pasific dan Teluk Mexico. 9 Hal tersebut mengundang
protes dari berbagai pihak, khususnya sejak abad XVI dan XVII dimana pada abad itu
karakteristiknya adalah penemuan- penemuan daerah baru, karena tuntutan tersebut
akan menjadi halangan bagi negara-negara yang ingin bebas berlayar kemana saja
untuk mendapatkan daerah-daerah baru dengan segala kekayaan alamnya.

laut lepas menurut Konvensi Hukum Laut 1982 adalah dimulai dari zona ekonomi eksklusif
yang berarti dimulai dari 200 mil. Siapapun dapat melihat dari Pasal 86 Konvensi
Hukum Laut 1982 telah merombak konsep tradisional laut lepas.

hot pursuit

yaitu hak suatu negara di laut lepas untuk mengejar, menangkapdan memba!a ke
pelabuhannya suatu kapal asing yang diduga telah melakukan suatu perbuatan melanggar
hukum di laut diwilayah atau di perairan pendalamannya"

Pengejaran tersebut harus terus-menerus dan tidak boleh berhenti" Pengejaran harus
dihentikan, segera setelahkapal yang dikejar memasuki laut wilayahnya atau laut wilayah
negara lain"

self-defence

yaitu hak negara pantai untuk menahan kapal beserta awaknya yang diduga akan mengancam
keamanan nasional negara pantai tersebut

SUMBER :https://text-id.123dok.com/document/9ynlwoe0q-prinsip-kebebasan-di-laut-
lepas.html
8. Melalui diplomasi maritim, Indonesia mengajak negara-negara tetangga untuk melakukan
perundingan batas-batas maritim. Negara-negara mitra perundingan batas maritim Indonesia
adalah India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea,
Australia, dan Timor Leste. Indonesia tidak mengakui negara lain di luar sepuluh mitra
tersebut di atas, karena sesuai UNCLOS 1982, overlap batas maritim Indonesia hanyalah
dengan sepuluh negara tersebut. Proses perundingan batas maritim dengan sepuluh negara
tersebut berjalan dengan baik

Sumber : https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-
pendukung/DitJaskel/publikasi-materi-2/sarasehan-pusriskel/Presentasi%20Webinar
%20KKP-GS-2020.pdf

Anda mungkin juga menyukai