Anda di halaman 1dari 4

NAMA :AYUNITA

NIM : D 101 18 085

KELAS : BT 04

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut

(Bahasa Inggris: United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat
UNCLOS, juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional atau Hukum Perjanjian
Laut, adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari Konferensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hukum Laut yang ketiga (UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973
sampai dengan tahun 1982. Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung
jawab negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis,
lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut. Konvensi disimpulkan pada tahun 1982,
menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958. UNCLOS diberlakukan
pada tahun 1994, setahun setelah Guyana menjadi negara ke 60 untuk menandatangani
perjanjian [1] Untuk saat ini telah ada 158 negara, termasuk Uni Eropa, telah bergabung dalam
konvensi.

Dalam perumusan konvensi ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa


menerima instrumen ratifikasi dan aksesi, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara peserta konvensi. PBB tidak
memiliki peran operasional langsung dalam pelaksanaan konvensi. Peran PBB hanyalah
melalui organisasi-organisasi dunia yang menangani masalah-masalah maritim dan kelautan
seperti Organisasi Maritim Internasional.

Sebagai tindak lanjut atas ratifikasi UNCLOS tersebut, kini Indonesia sejak tahun
2014 telah memiliki payung hukum yang menekankan kewilayahan laut Indonesia yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, yang disahkan pada
tanggal 17 Oktober 2014, dan dicantumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 294, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603.

Pada abad ke 16 dan ke 17, Negara-negara kuat maritim diberbagai kawasan Eropa saling
merebutkan dan memperdebatkan melalui berbagai cara untuk menguasai lautan di dunia
ini. Negara- negara tersebut yaitu adalah Negara-negara yang terkenal kuat dan tangguh di
lautan yaitu antara Spanyol dan Portugis.

Spanyol dan Portugis yang menguasai lautan berdasarkan perjanjian Tordesillas tahun 1494,
ternyata memperoleh tantangan dari Inggris (di bawah Elizabeth 1) dan Belanda.

Konferensi Internasional utama yang membahas masalah laut teritorial ialah


“codificationconference” (13 Maret – 12 April 1930) di Den Haag, di bawah naungan Liga
Bangsa Bangsa, dan dihadiri delegasi dari 47 negara.

Konferensi ini tidak mencapai kata sepakat tentang batas luar dari laut teritorial dan
hak menangkap ikan dari negara-negara pantai pada zona tambahan. Ada yang menginginkan
lebar laut teritorial 3 mil (20 negara), 6 mil (12 negara), dan4 mil.
Setelah perdebatan panjang dan tidak menemukan kata kesepakatan diantara negara-negara
yang bersengketa tentang wilayah maritim, maka PBB yang sebelumnya bernama Liga
Bangsa-Bangsa mengadakan konferensi hukum laut pertama pada tahun 1958 dan konfrensi
hukum laut yang kedua pada tahun 1960 yaitu yang lebih dikenal dengan istilah UNCLOS 1
danUNCLOS 2. Dalam konfrensi hukum laut pertama ini melahirkan 4 buah konvensi, dan
isi dari konvensi Unclos pertama ini adalah:

1. Konvensi tentang laut teritorial dan jalur tambahan (convention on the territorial sea
and contiguous zone) belum ada kesepakatan dan diusulkan dilanjutkan di UNCLOS
II.
2. Konvensi tentang laut lepas (convention on the high seas) a. Kebebasan pelayaran, b.
Kebebasan menangkap ikan, c. Kebebasan meletakkan kabel di bawah laut dan pipa-
pipa, d. Kebebasan terbang di atas laut lepas.
3. Konvensi tentang perikanan dan perlindungan sumber-sumber hayati di laut lepas
(convention onfishing and conservation of the living resources of the high sea).
4. Konvensi tentang landas kontinen (convention on continental shelf). Konvensi ini
telah disetujui. Pada tanggal 17 Maret – 26 April 1960 kembali dilaksanakn
konferensi hukum laut yang kedua atau UNCLOS II, membicarakan tentang lebar laut
teritorial dan zona tambahan perikanan, namun masih mengalami kegagalan untuk
mencapai kesepakatan, sehingga perlu diadakan konferensi lagi.

Pada pertemuan konfrensi hukum laut kedua, telah disapakati untuk mengadakan
kembali pertemuan untuk mencari kesepakatan dalam pengaturan kelautan maka diadakan
kembali Konferensi Hukum Laut PBB III atau Unclos III yang dihadiri 119 negara. Dalam
pertemuan ini,disepakati 2 konvensi yaitu:

· Konvensi hukum laut 1982 merupakan puncak karya dari PBB tentang hukum laut,
yangdisetujui di Montego Bay, Jamaica (10 Desember1982), ditandatangani oleh 119 negara.

· Ada 15 negara yang memiliki ZEE besar: Amerika Serikat, Australia, Indonesia, New
Zealand,Kanada, Uni Soviet, Jepang, Brazil, Mexico, Chili, Norwegia, India, Filipina,
Portugal, danRepublik Malagasi.

Dalam dekade abad ke-20 telah 4 kali diadakan usaha untuk memperoleh suatu himpunan
tentang hukum laut, diantaranya:

1.Konferensi kodifikasi Den Haag (1930) di bawah naungan LigaBangsa-Bangsa

2.Konferensi PBB tentang hukum laut I (1958) UNCLOS I

3.Konferensi PBB tentang hukum laut II (1960) UNCLOS II

4.Konferensi PBB tentang hukum laut III (1982) UNCLOS III.

Kepentingan dunia atas hukum laut telah mencapai puncaknya pada abad ke-20. Faktor-
faktor yang mempengaruhi Negara-negara di dunia membutuhkan pengaturan tatanan hukum
laut yang lebih sempurna adalah:

1. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan.


2. Tersedianya kapal-kapal yang lebih cepat
3. Bertambah pesatnya perdagangan dunia
4. Bertambah canggihnya komunikasi internasional.
5. Pertambahan penduduk dunia yang membawa konsekuensi bertambahnya perhatian
pada usaha penangkapan ikan.

Dari penjelasan-penjelasan sejarah konfrensi hukum laut diatas, terdapat 4 pengaturan hukum
laut internasional yang telah disepakati oleh beberapa Negara dalam konvensi-konvensi yang
selanjutnya dikatakan sebagai rezim-rezim hukum laut.

ISTILAH YANGDIDUNAKAN UNTUK PERJANJIAN INTERNASIONAL

a. Traktat (Treaty) Traktat adalah suatu perjanjian atau persetujuan antara dua negara atau
lebih untuk mencapai hubungan hukum mengenai objek hukum (kepentingan) yang sama.
Traktat mengatur masalah-masalah yang bersifat fundamental sehingga kekuatan
mengikatnya sangat ketat. Oleh karena itu, traktat merupakan bentuk persetujuan yang paling
resmi (formal) dan harus diratifikasi oleh badan eksekutif dan atau legislatif negara peserta.
Misalnya, Perjanjian Celah Timur yaitu perjanjian antara negara Timor Loro Sae dengan
Australia mengenai bagi hasil pengolahan minyak di Kawasan Celah Timur.

b. Konvensi (Convention) Istilah konvensi digunakan untuk memberi nama suatu catatan dari
persetujuan mengenai hal-hal penting, tetapi yang tidak bersifat politik tinggi. Konvensi juga
dipergunakan untuk menyebut persetujuan formal yang bersifat multilateral yang diadakan di
bawah wibawa organisasi internasional, termasuk instrumen-instrumen yang dibuat oleh
organ-organ lembaga internasional. Konvensi memerlukan legalisasi dari wakil-wakil yang
berkuasa penuh (plenipotentiaries). Misalnya, Konvensi Hukum Laut Internasional.

c. Persetujuan (Agreement) Persetujuan (agreement) adalah suatu perjanjian atau persetujuan


antara dua negara atau lebih yang mempunyai akibat hukum seperti dalam traktat. Istilah
persetujuan (agreement) secara khusus dipergunakan untuk menyebut kontrak
antarpemerintah mengenai hal-hal yang relatif tidak penting atau tidak permanen dan bersifat
teknis. Dalam hal ini agreement lebih bersifat administratif. Agreement ini memerlukan
legalisasi dari wakil-wakil departemen, tetapi tidak memerlukan ratifikasi. Alasannya, sifat
agreement tidak seformal traktat dan konvensi. Misalnya, agreement tentang ekspor impor
komoditas tertentu.

d. Piagam (Charter) Piagam atau charter adalah istilah yang digunakan dalam perjanjian
internasional untuk pendirian badan yang melakukan fungsi administratif. Misalnya, PBB
dalam proses membentuk anggaran dasar dalam bentuk charter.

e. Statuta (Statute) Istilah statuta ini dipakai untuk menyebut hal-hal berikut.

Konstitusi lembaga internasional. Misalnya, Konstitusi Komisi Eropa untuk Sungai Danube
1921, Konstitusi Mahkamah Internasional 1920, dan bermacam-macam biro Liga Bangsa
Bangsa.Kumpulan aturan hukum yang ditentukan oleh persetujuan internasional mengenai
kerja suatu kesatuan hukum yang berada di bawah supervisi internasional. Misalnya, statuta
dari ”Sanjak of Alexandretta”.Instrumen tambahan dari konvensi yang membeberkan
aturanaturan tertentu yang harus diterapkan.
f. Deklarasi (Declaration) Deklarasi adalah pernyataan bersama mengenai suatu masalah
dalam bidang politik, ekonomi, atau hukum. Dilihat dari isinya, deklarasi lebih bersifat
politis. Istilah deklarasi dapat digunakan untuk menyebut hal-hal berikut.

Perjanjian internasional yang sebenarnya. Misalnya, Deklarasi Paris 1856.Suatu instrumen


informal yang ditambahkan pada suatu perjanjian internasional atau konvensi, yang
menginterpretasi atau yang menjelaskan ketentuan-ketentuan perjanjian internasional atau
konvensi tersebut.Suatu persetujuan informal mengenai hal-hal yang kurang penting.Suatu
resolusi yang dibuat oleh konferensi diplomatik yang memuat prinsip-prinsip yang ditaati
oleh semua negara.

g. Modus Vivendi Modus vivendi adalah suatu dokumen yang mencatat persetujuan
internasional yang bersifat sementara, sampai berhasil diwujudkan secara permanen. Modus
vivendi tidak memerlukan ratifikasi. Modus vivendi ini biasanya digunakan untuk menandai
adanya perjanjian yang baru dirintis.

h. Protokol (Protocol) Protokol adalah persetujuan yang isinya melengkapi suatu konvensi.
Protokol hanya mengatur masalah-masalah tambahan seperti penafsiran klausul-klausul
tertentu dari konvensi atau pembatasan-pembatasan oleh negara penanda tangan. Misalnya,
berita acara mengenai hasil suatu kongres atau konferensi yang ditandatangani oleh peserta.
Protokol juga dapat berupa alat tambahan bagi konvensi, tetapi sifat dan pelaksanaannya
bebas dan tidak perlu diratifikasi. Ada juga protokol sebagai perjanjian yang benar-benar
berdiri sendiri (independen).

i. Perikatan (Arrangement) Arrangement hampir sama dengan persetujuan (agreement). Akan


tetapi, arrangement ini biasanya digunakan untuk transaksi-transaksi yang bersifat mengatur
dan sementara (temporer) serta tidak seformal traktat dan konvensi.

Anda mungkin juga menyukai