Anda di halaman 1dari 7

1.

Trakat (Treaty),
Artinya, perjanjian yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang sifatnya lebih formal karena
mempunyai kekuatan hukum yang lebih mengikat bagi pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian. Dengan kata lain, para peserta yang membuat perjanjian tidak dapat menarik diri dari
kewajiban-kewajibannya tanpa persetujuan dan pihak-pihak yang bersangkutan. Isinya tentang
hal-hal yang substansinya tergolong penting bagi para pihak. biasaya mencakup bidang politik
dan bidang ekonomi.
Beberapa contoh dari traktat atau treaty adalah: Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the
Atmosphere, in Outer Space and Underwater of August 5, 1963 (Traktat tentang larangan
Melakukan Percobaan Senjata Nuklir di Atmosphir, Angkasa Luar, dan di Bawah Air, tanggal 5
Agustus 1963).

2. Konvensi (convetion)
Konvensi (Conventie atau Convention), termasuk juga salah satu istilah yang sudah umum
digunakan dalam bahasa Indonesia untuk menyebut nama suatu perjanjian internasional
multilateral, baik yang diprakarsai oleh Negara-negara maupun oleh lembaga atau organisai
internasional. Pada umumnya konvensi ini digunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional
multilateral yang mengatur tentang masalah yang besar dan penting dan dimaksudkan untuk
berlaku sebagai kaidah hukum internasioanal yang dapat berlaku secara luas, baik dalam ruang
lingkup regional maupun umum. Jenis penjanjian yang digunakan bagi hal- hal yang lebih
khusus dibandingkan dengan traktat, namun bersifat multilateral dan harus ditandatangani oleh
wakil-wakil yang berkuasa penuh.
Seabagai contoh dari beberapa konvensi, misalnya:
Convention on International Liability for Damage Caused by Space Objects of November 29,
1971 (Konvensi tentang Tanggung Jawab Internasional atas Kerugian oleh Benda-Benda
Angkasa, tanggal 29 Nopember 1971).
Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Savety of Civil Aviation of
September 23, 1971 (Konvensi mengenai Pemberantasan Tindakan-Tindakan Melawan Hukum
Terhadap Keselamatan Penerbangan Sipil, 23 September 1971).
Namun ada pula perjanjian yang sebenarnya merupakan perjanjian bilateral tetapi diberi nama
konvensi, seperti Perjanjian antara Pemerintah Perancis dan Spanyol tentang Garis Batas Kedua
Negara di Teluk Biscay, dengan nama Convention between the Government of the French
Republic and the Government Spanish State on the Delimitation of the Two States in the Bay of
Biscay, 29 January 1974, yang mulai berlaku pada tanggal 5 April 1975.
3. Protokol (protocol)
Istilah protokol merupakan persetujuan tidak resmi dan pada umumnya tidak dibuat oleh kepala
Negara, yang mengatur masalah-masalah tambahan seperti penafsiran klausual-klausual tertentu.
Jika digunakan dalam pengertian suatu instrument perjanjian biasanya dikaitkan pada instrument
tunggal yang memberikan amandemen atau pelengkap terhadap persetujuan internasional
sebelumnya. Istilah protokol ini juga diberikan pada instrument perjanjian yang memperpanjang
masa berlakunya suatu perjanjian atau konvensi yang sudah hamper berakhir masa berlakunya.
Artinya, perjanjian yang sifatnya kurang resmi dibandingkan dengan traktat atau konvensi.
Biasanya protokol digunakan sebagai naskah tambahan dan konvensi. Namun, protokol tidak
kalah petingnya daripada konvensi itu sendiri. Misalnya, protokol tambahan terhadap Konvensi
Jenewa 1949.
Ada tiga macam protocol, yaitu:
a. Protocol of Signature
Yaitu protokol penandatanganan, merupakan perangkat tambahan suatu perjanjian internasional
yang dibuat oleh pihak-pihak yang sama pada perjanjian, protokol tersebut berisikan hal-hal
yang berkaitan dengan penafsiran pasal-pasal tertentu pada perjanjian dan hal-hal yang berkaitan
dengan peraturan teknik pelaksanaan perjanjian.
b. Optional Protocol
Protokol tambahan, yaitu protokol yang memberikan hak tambahan hak dan kewajiban selain
yang diatur dalam perjanjian internasional. Contoh protokol tambahan, konvensi internasional
mengenai hak-hak sipil dan politik tahun 1966.
c. Protocol based on a framework
Protokol ini merupakan perangkat yang mengatur kewajiban-kewajiban khusus dalam
melaksanakan perjanjian induknya.
Protokol untuk mengubah beberapa perjanjian internasional sepertiProtocol of
Amending the Agreement 1945, Conventions and Protocol on Natur in Drugs.
Protokol yang merupakan perlengkapan perjanjian sebelumnya seperti Protocol of 1967
Relating to the Status of Refugees yangmerupakan pelengkap dari Convention of relating
to the Status Refugees.

4. Deklarasi (declaration)
yaitu Perjanjian internasional yang berbentuk trakat, dan dokumen tidak resmi. Deklarasi sebagai
trakat bila menerangkan suatu judul dari batang tubuh ketentuan trakat, dan sebagai dokumen
tidak resmi apabila merupakan lampiran pada trakat atau konvensi. Deklarasi (Declaratie atau
Declaration), dalam bahasa Indonesia diartikan juga sebagai pernyataan ataupun
pengumuman. Pada umumnya isi dari deklarasi tersebut lebih merupakan kesepakatan antara
para pihak yang masih bersifat umum dan berisi tentang hal-hal yang merupakan pokok-pokok
saja. Akan tetapi ada pula deklarasi yang berisi kaidah hukum yang mengikat secara kuat sebagai
kaidah hukum dalam pengertian yang sesungguhnya.Isi dari deklarasi lebih ringkas dan padat
serta mengenyampingkan ketentuan-ketentuan formal seperti surat kuasa (full powers), ratifikasi,
dll. Deklarasi sebagai persetujuan tidak resmi bila mengatur hal-hal yang kurang penting.
Contoh: Salah satu contoh dari deklarasi adalah Declaration of Principles Governing the Seabed
and the Ocean Floor, and the Subsoil Thereof, Beyond the Limit of National Jurisdiction
(Deklarasi tentang Prinsip-Prinsip Pengaturan Dasar Laut dan Dasar Samudera-Dalam serta
Tanah di Bawahnya di Luar Batas-Batas Yurisdiksi Nasional).

5. Persetujuan.
Istilah persetujuan (agreement, arrangement) digunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional
yang ditinjau dari segi isinya lebih bersifat teknis dan administratif. Jika dibandingkan dengan
substansi traktat (treaty) ataupun konvensi (convention) yang berkenaan dengan masalah-
masalah yang besar dan penting, substansi dari persetujuan berkenaan dengan masalah-masalah
teknis yang ruang lingkupnya relatif kecil. Saat ini, istilah agreement jauh lebih sering digunakan
jika dibandingkan dengan istilah arrangement.
Beberapa contoh dari persetujuan (Agreement) adalah:
Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the
Commonwealth of Australia Establishing Certain Seabed Boundaries, Mei 18, 1971 (Persetujuan
antara Pemerintah Republik Indonesia dan Persemakmuran Australia tentang Penetapan Garis-
Garis Batas Dasar Laut Tertentu, tanggal 18 Mei 1971)

6. Charter
Istilah charter ini umumnya digunakan untuk perangkat internasional seperti dalam pembentukan
suatu organisasi internasional atau untuk pendirian badan yang melakukan fungsi administratif
dimana penggunaan istilah ini berasal dari kata Magna Carta. Contoh: Piagam PBB, dll. Dengan
kata lain, PBB dalam membuat anggaran dasarnya berbentuk charter. Misalnya, Atlantic Charter
1941, dan The charter of the united nations 1945.

7. Statua
Istilah statuta (Statute) biasa dipergunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional yang
dijadikan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional. yaitu himpunan peraturan yang
ditetapkan oleh persetujuan internasional baik mengenai pekerjaan maupun kesatuan-kesatuan
tertentu seperti pengawasan internasional yang mencakup tentang minyak atau mengenai
lapangan kerja lembaga-lembaga internasional. Piagam itu dapat digunakan sabagai alat
tambahan untuk pelaksanaan suatu konvensi (seperti piagam kebebasan transit).
Organisasi atau lembaga internasional yang menggunakan istilah statuta untuk piagamnya adalah
Mahkamah Internasional Permanen dan Mahkamah Internasional yang masing-masing
piagamnya disebut Statute of Permanent Court of International Justice, dan Statute of
International Court of Justice.

8. Perserikatan (arrangement)
Antinya, suatu bentuk perjanjian yang tidak seresmi traktat atau konvensi. Oleh kanena itu,
perikatan merupakan persetujuan yang biasanya hanya digunakan bagi transaksi-transaksi yang
bersifat sementara.
. Contoh: Arrangement Studi Kelayakan Proyek Tenaga Uap di Aceh yang ditandatangani
tanggal 19-02-1976 antara Departemen Pertambangan RI dan President the Canadian
International Development Agency.

9. Process-Verbal.
yaitu catatan-catatan atau ringkasan-ringkasan atau kesimpulan-kesimpulan konferensi
diplomatik, atau catatan-catatan suatu permufakatan. Istilah ini dipakai untuk mencatat
pertukaran atau penyimpanan piagam pengesahan atau untuk mencatat kesepakatan hal-hal yang
bersifat teknik administratif atau perubahan-perubahan kecil dalam suatu persetujuan. . Proses
verbal tidak diratifikasi .

10. Modus vivendi
Modus Vivendi, yakni suatu perjanjian yang bersifat sementara dengan maksud akan diganti
dengan pengaturan yang tetap dan terperinci. Biasanya dibuat secara tidak resmi dan tidak
memerlukan pengesahan.

11. Pertukaran nota (exchange of notes)
Perjanjian ini dilakukan dengan mempertukarkan dua dokumen, yang kemudian ditandatangani
oleh kedua belah pihak pada masing-masing dokumen.Metode ini menimbulkan kewajiban-
kewajiban yang mengikat mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh wakil-wakil militer dan
Negara serta dapat bersifat nonagresi.

Perjanjian internasional diatur dengan UU Nomor 24 tahun 2000 :
1. Penjajakan
2. Perundingan
3. Perumusan naskah
4. Penerimaan naskah perjanjian
5. Penandatanganan
6. Pengesahan naskah perjanjian
a. Perundingan (negotiation), merupakan perjanjian tahap pertama antara pihak/negara tentang
objek tertentu. Dalam melaksanakan negosiasi, suatu negara dapat diwakili oleh pejabat yang
dapat menunjukkan surat kuasa penuh (full powers). Hal tersebut juga dapat dilakukan oleh
kepala negara, kepala pemerintahan, menteri luar negeri, atau duta besar. Perundingan yang
diadakan dalam rangka peijanjian bilateral, disebut talk. Sedangkan dalam rangka multilateral
disebut diplomatic conference atau konferensi. Selain secara resmi ada juga perundingan yang
tidak resmi. Perundingan sedemikian disebut corridor talk"'
b. Penandatanganan (signature), yaitu penandatanganan hasil perundingan yang dituangkan
dalam naskah perundingan yang dilakukan wakil-wakil negara peserta yang hadir. Dalam
perjanjian bilateral, penandatanganan dilakukan oleh kedua wakil negara yang telah melakukan
perundingan sehingga penerimaan hasil perundingan secara bulat dan penuh, mutlak sangat
diperlukan oleh kedua belah pihak. Sebaliknya, dalam perjanjian multilateral penandatanganan
naskah hasil perundingan dapat dilakukan jika disetujui 2/3 dan semua peserta yang hadir dalam
perundingan, kecuali jika ditentukan lain. Namun demikian, perjanjian belum dapat diberlakukan
oleh masing-masing negara, sebelum diratifikasi oleh masing-masing negaranya.
c. Pengesahan (ratification), di mana suatu negara mengikatkan din pada suatu perjanjian
dengan syarat apabila telah clisahkan oleh badan yang berwenang di negaranya.
Penandatanganan atas perjanjian hanya bersifat sementara dan masih hams dikuatkan dengan
pengesahan atau penguatan yang disebut ratifikasi.

Read more at: http://www.semipedia.com/2012/08/tahap-tahap-perjanjian-internasional.html
Copyright http://semipedia.blogspot.com/ Under Common Share Alike Atribution

Berdasarkan pendapat para ahli hukum internasional

Ada beragam pendapat diantara ahli tentang masalah ini. Mochtar Kusumaatmaja(1982)
menegaskan bahwa berdasarkan praktik di beberapa negara, dikenal 2 cara pembentukan
perjanjian internasional:
A. Tahap-tahap pembuatan perjanjian internasional melalui tiga tahapan yaitu:

1) Tahap Perundingan (negotiation)
Pada tahap ini pihak-pihak akan mempertimbangkan terlebih dahulu materi yang hendak
dicantumkan dalam naskah perjanjian. Materi tersebut ditinjau dari sudut pandang politik,
ekonomi maupun keamanan dan juga mempertimbangkan akibat-akibat yang akan muncul
setelah perjanjian disahka. Penunjukkan wakil suatu negara dalam perundingan diserahkan
sepenuhnya kepada negara bersangkutan.

2) Tahap Penandatangan (signature)
Tahap penandatanganan diakhiri dengan penerimaan naskah (adoption of the text) dan
pengesahan (authentication of the text). Apabila koferensi tidak menentukan cara pengesahan
maka pengesahan dapat dilakukan dengan penendatanganan, penandatanganan sementara atau
pembubuhan paraf. Dengan menandatangani suatu naskah perjanjian, berarti suatu negara telah
menyetujui untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian.
3) Tahap Ratifikasi (ratification)
Meskipun delegasi suatu negara telah menandatangani suatu perjanjian internasional, tidak
berarti bahwa negara tersebut secara otomatis terikat pada perjanjian itu. Negara tersebut baru
terikat pada materi/ isi perjanjian setelah naskah tersebut diratifikasi.
B. Melalui dua tahapan yaitu perundingan dan penandatanganan.
Cara yang pertama diadakan untuk hal-hal yang dianggap penting, sehingga perlu persetujuan
dari DPR. Sedangkan cara kedua untuk perjanjian internasional yang tidak begitu penting dan
memerlukan penyelesaian yang cepat seperti misalnya perdagangan yang berjangka waktu
pendek.
Hampir senada dengan Mochtar Kusumaatmaja, Pierre Fraymond (1984) mengemukakan 2
prosedur pembuatan perjanjian internasional yaitu:
Prosedur normal atau klasik. Prosedur ini mengharuskan adanya persetujuan parlemen,
dengan melalui tahap perundingan, penandatanganan, persetujuan parlemen, dan
ratifikasi
Prosedur yang disederhanakan (simplified). Prosedur ini tidak mensyaratkan persetujuan
parlemen dan ratifikasi. Prosedur ini timbul untuk penyelesaian secara cepat.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan ke dua prosedur terletak pada
perlu atau tidaknya persetujuan parlemen dalam pembuatan perjanjian internasional.

Berdasarkan hukum posisitf Indonesia
Dalam Pasal 11 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR
membuat perjanjian dengan negara lain. Dalam hal bahwa suatu perjanjian menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat terkait dengan beban keuangan negara, dan atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-Undang, maka pembuatan perjanjian
internasional harus dengan persetujuan DPR.

Ketentuan lebih lanjut tentang pembuatan perjanjian internasional diatur dengan UU Nomor 24
tahun 2000. Dalam UU ini ditegaskan pula bahwa pembuatan perjanjian internasional dilakukan
melalui tahap:
1. Penjajakan
2. Perundingan
3. Perumusan naskah
4. Penerimaan naskah perjanjian
5. Penandatanganan
6. Pengesahan naskah perjanjian

Pengesahan naskah perjanjian (authentication of the text) adalah perbuatan hukum untuk
mengikatkan diri pada suatu perjanjian internasional dalam bentuk ratifikasi (ratification), aksesi
(accession), penerimaan (acceptance), dan persetujuan (approval).

Anda mungkin juga menyukai