Anda di halaman 1dari 14

Konvensi PBB III 1982

Tentang Hukum Laut


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Kelompok Mata Kuliah Hukum
Laut Internasional Di Bawah
Dosen Pengampu Ibu Dewi Nurvianti, S.H., M.H.
Nama Anggota Kelompok 8
Lokal A1

Aura Irgi Natasya Irma Ariani Risky Amelia


(2140501005) (2140501014) (2140501029)

Khuswatun Nerry Fitria


Hasanah Risamdhani
(2140501037) (2140501041)
Pembahasan Sub Materi

01 02 03
Konvensi PBB Latar Belakang Isi Konvensi PBB
Pengertian,1982
Sebutan, Tanggal Mencakup 1982
Penandatanganan, dan
Konvensi PBB terkait sesuatu yang
dihasilkan pada Konvensi
Keberlakuan 1982 tersebut

04 05 06
Negara Peserta Sebab-Akibat
Peran Indonesia
Konvensi PBB Konvensi PBB
Dalam Konvensi
1982 1982
PBB 1982
01 Konvensi PBB 1982
United Nations Convention on The Law of the Sea (UNCLOS) yang
sering disebut Konvensi PBB tentang Hukum Laut. UNCLOS adalah
hasil dari Konferensi-Konferensi PBB mengenai hukum laut yang
berlangsung sejak 1973 sampai 1982. Hingga kini, tak kurang dari 158
negara yang telah menyatakan bergabung dengan Konvensi, termasuk
Uni Eropa. Konvensi PBB 1982 dikenal sebagai United Nation
Convention of Law of the Sea atau UNCLOS 1982. Sesuai dengan
namanya, UNCLOS 1982 membahas perihal hukum kelautan termasuk
aturan di dalamnya. Konvensi ini ditandatangani pada 10 Desember 1982
di Montego Bay, Jamaika. Dilansir dari United Nations, konvensi hukum
laut ini mulai berlaku pada 16 November 1994.
02 Latar Belakang Konvensi PBB 1982
Hukum Laut yang pada masa lampau didasari oleh kebiasaan dan hukum nasional dari negara-negara
yang berlaku universal, dianggap tidak lagi memenuhi kebutuhan hukum negara-negara yang
berkembang. Situasi ini jelas terlihat di dalam konferensi-konferensi mengenai laut, dimana negara-negara
berkembang ingin menghapuskan aturan-aturan kebiasaan internasional yang lama dan ingin membuat
aturan-aturan baru yang lebih cocok untuk menjamin kepentingan mereka dan kepentingan masyarakat
internasional. Melalui United Nation Conference on The Law of The Sea III, disepakatilah suatu konvensi
hukum laut yang dikenal dengan United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS). Dalam
menyikapi berbagai tantangan dan permasalahan di bidang kelautan tersebut, masyarakat internasional
telah mengupayakan serangkaian usaha untuk membentuk satu rezim Hukum Laut Internasional.
Konferensi terakhir, yaitu Konferensi Hukum Laut PBB III Tahun 1982 telah berhasil menghasilkan
Konvensi tentang Hukum Laut Internasional/United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS
1982). Salah satunya poin penting dari UNCLOS 1982 bagi Indonesia adalah diakuinya rezim Negara
03 Isi Konvensi PBB 1982
Pemberlakukan konvensi ini berarti seluruh negara peserta harus
tunduk pada peraturannya, termasuk Indonesia. Secara garis besar,
konvensi ini terdiri atas 320 pasal dengan sembilan lampiran. Isinya
berupa penetapan batas kelautan, pengendalian lingkungan, penelitian
ilmiah terkait kelautan, kegiatan ekonomi dan komersial, transfer
teknologi, serta penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan masalah
kelautan. Berikut poin penting dalam UNCLOS 1982 :
1. Negara pesisir (negara yang memiliki pantai) menjalankan dan
menetapkan kedaulatan laut teritorialnya tidak boleh melebihi lebar
12 mil.
2. Kapal laut dan pesawat udara diperbolehkan melintas di selat yang
digunakan untuk navigasi internasional.
3. Negara kepulauan memiliki kedaulatan sendiri
atas wilayah laut, ditentukan oleh garis lurus yang
ditarik di titik terluar pulau. Negara dapat
menentukan jalur laut dan rute udara yang bisa
dilintasi oleh negara asing.
4. Negara yang memiliki perbatasan langsung
dengan laut, bisa menetapkan ZEE atau Zona
Ekonomi Eksklusif sejauh 200 mil.
5. Negara asing memiliki kebebasan navigasi dan
penerbangan di wilayah ZEE, termasuk
pemasangan kabel dan pipa bawah laut.
6. Negara yang tidak memiliki pantai, mendapat hak
untuk mengakses laut dan melakukan transit
melalui negara transit.
7. Seluruh negara harus turut serta dalam mencegah dan
mengendalikan pencemaran laut, termasuk bertanggung
jawab atas kerusakan yang diakibatkan oleh
pelanggaran negara terhadap konvensi.
8. Penelitian ilmiah di kelautan ZEE dan landas kontinen
haruslah tunduk pada negara pesisir. Jika penelitian ini
dilakukan untuk tujuan perdamaian atau lainnya, maka
harus meminta persetujuan dari negara lainnya yang
tergabung dalam UNCLOS 1982.
9. Permasalahan yang ada hendaknya diselesaikan dengan
cara damai.
10. Untuk sengketa bisa diajukan ke pengadilan
internasional atau ke pihak lainnya yang terkait dengan
konvensi ini.
04 Negara Peserta Konvensi PBB 1982
Konferensi PBB ketiga pada hukum laut yang diselenggarakan di
New York pada bulan Desember 1973. Dihadiri oleh lebih dari
3.000 delegasi dari 157 negara. Konferensi ini berlangsung selama
total 585 hari selama sebelas sesi selama sembilan tahun. Konvensi
yang dihasilkan oleh konferensi dibuka untuk ditandatangani pada
10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaika. Konvensi ini mulai
berlaku pada tanggal 14 November 1994, satu tahun setelah negara
ke-60,
Pekerjaan para delegasi dibagi antara tiga komite, yaituGuyana,
: menandatanganinya.

 Komite 1 prihatin dengan eksplorasi dan eksploitasi dari dalam laut;


 Komite 2 diberi campuran tugas termasuk laut lepas, laut teritorial, zona bersebelahan, landas kontinen,
pengelolaan sumber daya hayati, selat internasional, isu-isu yang berkaitan dengan kepulauan, dan zona
ekonomi eksklusif.
05 Sebab-Akibat Konvensi PBB 1982
A. Sebab Konvensi PBB 1982 :
Semakin pesat dan majunya perkembangan dari teknologi kelautan, seperti
digunakannya teknologi modern dalam memancing, digunakannya teknologi
dalam penambangan tanah terdasar dan dasar laut, dan teknologi kelautan
yang lainnya yang membuat negara bersaing dan saling mengklaim untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dalam laut. Adanya klaim tersebut yang
mengakibatkan munculnya sengketa batas wilayah laut dikarenakan negara-
negara di dunia mengklaim secara sepihak wilayah laut tersebut. Dari hal
tersebutlah yang menghasilkan pandangan bahwa hukum laut internasional
yang mengatur mengenai sengketa terkait batas wilayah laut antarnegara
kurang jelas. Maka dari itu, lahirlah Konvensi Hukum Laut yang membahas
tentang Hukum Laut pada tahun 1960 dan pada tahun 1978 yang dibentuk
oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
B. Akibat Konvensi PBB 1982 :
Dikarenakan sebelumnya ditemukan adanya ketidakpastian serta
permasalahan terkait hukum laut, membuat terbentuknya dasar bagi
diadakannya Konvensi PBB yang ketiga pada tahun 1982 yang
melahirkan UNCLOS 1982 yaitu Konvensi tentang Hukum Laut yang
dibentuk oleh PBB yang telah ditandatangani pada 10 Desember
1982. Muncul batas perairan baru di dalam konvensi ini yakni Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE). Indonesia sudah mulai membahas berbagai
permasalahan terkait sengketa maritim dan penyelesaian sengketa
tersebut. Terdapat dua jalur untuk menyelesaikan sengketa tersebut
yaitu melalui jalur litigasi serta jalur non-litigasi. Indonesia telah
meratifikasi dan tunduk terhadap UNCLOS 1982 dalam Undang-
Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Nomor 17 tahun 1985
tentang Ratifikasi UNCLOS 1982.
Peran Indonesia Dalam
06 Konvensi PBB 1982
Indonesia mempunyai kontribusi yang signifikan dalam perumusan hukum internasional, salah satunya menjadi
pencetus dari Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut tahun 1982 (UNCLOS). Konvensi itu,
yang juga diratifikasi negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), menjadi dasar pengakuan Indonesia
sebagai negara kepulauan.
Negara Republik Indonesia berperan aktif dalam Konferensi Hukum Laut ke III, berupa :
a. Kepulauan yang diusulkan oleh Indonesia melalui Deklarasi Djuanda tahun 1957.
Menurut UNCLOS 1982 yang dimaksud sebagai Negara Kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya
terdiri atas satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lainnya. Kepulauan berarti suatau
gugusan pulau termasuk bagian pulau, perairan di antaranya, dan lain-lain wujud ilmiah yang hubungannya
satu sama lainnya demikian erat yang merupakan satu kesatuan geografis, ekonomi dan politik.
b. Diterimanya azas konsensus dalam merumuskan konvensi yang merupakan cerminan dari azas “musyawarah
untuk mufakat”.
Mochtar Kusumaatmadja,
Perumus Negara Kepulauan yang Mendunia

Mochtar dikenal sebagai tokoh yang membuat wilayah perairan


dan kepulauan Indonesia diakui internasional lewat konvensi
hukum laut (UNCLOS) PBB 1982. Konsep Mochtar dalam
Deklarasi Djuanda berisi tentang aturan wilayah lautan Indonesia
seluas mungkin dan dapat dipertahankan sesuai dengan hukum
internasional. Konsep negara kepulauan juga tercantum di sana.
Diterima PBB lalu dinamakan Archipelagic State dalam UNCLOS.
Hingga kini, konsep negara kepulauan tetap menjadi landasan
Indonesia dalam menentukan batas teritorial wilayah.
THANK YOU
☺️🎓😘
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and it includes
icons by Flaticon, infographics & images by Freepik Kelompok 8
SENGGOLLL
TERIMA Please keep this slide for attribution
KASIH KEREN KAN
KAMI, GA Bismillah SH
ADA
Jangan bertanya LAWAN
YAH..

Anda mungkin juga menyukai