PROPOSAL PELAKSANAAN
RISET PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN (RPP)
JUDUL PENELITIAN
TIM PENGUSUL
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Tahun 2021
1
Halaman Pengesahan
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : I Gusti Ayu Gangga Santi Dewi, SH., M.Kn
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP/NIDN : 19740526 2006042001 / 0026057406
d. Fakultas/Jurusan : Hukum / Ilmu Hukum
e. Pusat Penelitian : -
f. Telp/Faks (Kantor) : (024) 76918201
g. Telp/Faks (Rumah) : -
h. HP/Email : 08112754243 / ganggasanti@gmail.com
4. Waktu Penelitian : Tahun ke 1
5. Pembiayaan
a. Tahun Pertama : Rp 40.000.000,00
b. Tahun Kedua : Rp 40.000.000,00
c. Tahun Ketiga : -
d. Biaya dari instansi lain : -
/ in kind : -
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum Ketua Peneliti,
Universitas Diponegoro
Prof. Dr. Retno Saraswati, SH, MHum, I.G.A Gangga Santi Dewi, SH., M.Kn
NIP. 196711191993032002 NIP. 19740526 2006042001
ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian : Model Kebijakan Alih Fungsi Hutan Yang Berkearifan Lokal di
Indonesia
2. Tim Peneliti
Alokasi
Instansi
No Nama Jabatan Bidang Keahlian Waktu
Asal
(Jam/Minggu)
I Gusti Ayu Gangga Universitas
1 Ketua Hukum Agraria 25 jam
Santi Dewi, SH, M.Kn Diponegoro
Dr. Bambang Eko Universitas
2 Anggota Hukum Perdata 25 jam
Turisno,SH,MH Diponegoro
3. Objek Penelitian : Kebijakan Alih Fungsi Hutan yang Berkearifan Lokal di Indonesia.
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan April tahun : 2021
Berakhir : bulan November tahun : 2021
5. Usulan Biaya RPP Ditjen Penguatan Risbang
• Tahun ke-1 : Rp 50.000.000,00
6. Lokasi Penelitian : a. Kabupaten Lombok Timur – Provinsi Nusa Tenggara Barat,
b. Kabupaten Sukamara - Provinsi Kalimantan Tengah,
c. Kabupaten Subang- Provinsi Jawa Barat.
d. Kabupaten Pemalang - Provinsi Jawa Tengah
7. Instansi yang terlibat :
Kelurahan/ Desa, Kecamatan dan Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional serta Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup di lokasi penelitian.
8. Temuan yang ditargetkan : Alih fungsi hutan yang tidak berizin/ilegal, alih fungsi hutan
lindung, alih fungsi hutan untuk food estate dan pengawasan yang kurang sehingga
mengakibatkan bencana banjir di lokasi penelitian dan sekitarnya. Pembatasan alih fungsi
hutan sangat penting sehingga diperlukan kebijakan untuk pengaturan dalam perijinan
alih fungsi hutan. Kebijakan tidak hanya secara sektoral akan tetapi juga melibatkan
pemerintah daerah setempat dan warga yang bertempat tinggal di hutan serta masyarakat
yang berkompeten. Kebijakan alih fungsi hutan yang berkearifan lokal yang dilakukan
secara terpadu dan berkelanjutan akan mencegah bencana banjir dan bencana lainnya
seperti tanah longsor serta kerusakan tanah dan lingkungan di hutan. Model akan
dijadikan kebijakan bagi pemerintah daerah khususnya dinas kehutanan dan dinas
pertanahan yang berkaitan dengan penataan ruang dan mengelola kawasan hutan yang
akan berlaku di masing-masing daerah dengan penyesuaian sesuai keistimewaan
karakteristik yang dimiliki suatu daerah.
iii
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu : Hukum Agraria sebagai Hukum Tanah
Nasional yang diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dan Undang _Undang No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, Perlindungan Hutan dan Kawasan Hutan yang mewajibkan tanah harus
bermanfaat bagi kepentingan warga, umum, bangsa dan negara dengan tidak membuat
kerusakan tanah dan lingkungan. Dengan penelitian ini akan diketahui bentuk
pelaksanaan kewajiban menjaga kelestarian tanah dan lingkungan hutan khususnya bagi
pemerintah dan masyarakat sekitar. Sebagai kegiatan pengembangan ilmu tentang agraria
dalam menjaga kelestarian tanah dan kerusakan lingkungan merupakan informasi yang
sangat penting bagi pemerintah, masyarakat dan akademisi untuk pengembangan ilmu.
iv
DAFTAR ISI
v
ABSTRAK
Berbagai kegiatan alih fungsi hutan terkadang mengancam terjadinya bencana dan
kerusakan ekosistem wilayah hutan sehingga perlu dilakukan suatu bentuk pengawasan dan
pengendalian melalui kebijakan alih fungsi hutan yang berkearifan lokal secara berkelanjutan.
Hal ini untuk mencegah bencana banjir, tanah longsor dan kebakaran serta kerusakan tanah.
Permasalahan ini merupakan masalah kritis, sehingga perlu dilakukan tindakan langsung
secara hukum formal dan tindakan tidak langsung berdasarkan kearifan lokal terhadap
kegiatan-kegiatan yang dapat merusak lingkungan. Dalam rangka penanganan masalah
tersebut, maka perlu dirumuskan suatu penataan ruang, pengelolaan dan pengusahaan
kawasan wilayah hutan yang memiliki aspek keterpaduan ekologis, sektoral, disiplin ilmu
serta keterpaduan antar stakeholders, sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan dapat
tercapai yaitu pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kualitas lingkungan. Penelitian tahun
pertama ini akan diperoleh 1 (satu) artikel pada jurnal internasional terindeks scopus dan 1
(satu) artikel jurnal nasional terakreditasi Sinta.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan
melalui observasi di kawasan hutan yang beralih fungsi yang mengalami kerusakan baik
ekosistem sumber daya alam maupun yang mengakibatkan bencana banjir, dan tanah longsor
juga wawancara mendalam dengan responden pengelola hutan, dinas terkait, informan
maupun pihak/ tokoh kunci (key-persons) yang berkompeten. Data sekunder diperoleh
melalui mengkaji kebijakan, kebiasaan masyarakat setempat sebagai kearifan lokal menjaga
kelestarian lingkungan, peraturan perundangan serta dokumentasi dari sumber dan pustaka
yang relevan yang digunakan untuk memperkaya analisis. Sampel responden dipilih secara
snowball sampling, sedangkan key-persons dipilih secara purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang diaplikasikan untuk memperkuat analisis untuk
merumuskan model kebijakan alih fungsi hutan yang berkearifan lokal yang akan didesain
secara visual berdasarkan hasil rekonstruksi proses triangulasi yang dilakukan terhadap pihak
yang berkompeten.
Kata kunci: Kebijakan, alih fungsi hutan, kearifan lokal.
vi
BAB I.
PENDAHULUAN
1
Supriadi, Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan Di Indonesia,Jakarta , Sinar Grafika, 2011, hlm.
1-2.
1
berupa faktor yang komplek seperti faktor sosial, politik, ekonomi, budaya, dan
kependudukan.
Di Indonesia, alih fungsi kawasan hutan merupakan dampak langsung maupun
tidak langsung dari perkembangan industri perkayuan, pemberian ijin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) pada hutan alam (HA) maupun hutan
tanaman (HT), ijin pemanfaatan kayu (IPK), pelepasan kawasan untuk perkebunan,
pertambangan, dan pemekaran wilayah, serta maraknya pembalakan liar (illegal
logging) dan kebakaran hutan.
Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan sistem konversi hutan
menjadi perkebunan menyebabkan deforestasi bertambah luas. Banyak pengusaha
mengajukan permohonan izin pembangunan HTI dan perkebunan hanya sebagai dalih
untuk mendapatkan keuntungan besar dari Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) pada areal
hutan alam yang dikonversi. Setelah itu mereka tidak melakukan penanaman kembali,
yang menyebabkan jutaan hektar lahan menjadi terlantar. Disamping itu, beberapa
perusahaan perkebunan dan HTI sering melakukan pembakaran untuk pembersihan
lahan, yang merupakan sumber utama bencana kebakaran hutan di Indonesia.
Sebagian besar lahan hutan itu berubah menjadi perkebunan dan sebagian
besar adalah untuk kepentingan pertanian, pertambakan dan perikanan. Wilayah
Sumatera dan Kalimantan merupakan wilayah utama pengembangan kelapa sawit,
sedangkan di Nusa Tenggara Barat, hutan menjadi kawasan perkebunan jagung.
Sedangkan di Madura hutan Mangrove dialih fungsikan menjadi pertambakan dan
perikanan.
Selama ini, bencana banjir di wilayah Indonesia sebagai dampak kerusakan
hutan dan daerah aliran sungai (DAS) terjadi secara beruntun dengan intensitas,
frekuensi,dan distribusi atau wilayah yang terkena bencana semakin meningkat dan
meluas. Alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian/tegalan maupun
pemukiman pada DAS cenderung meningkat intensitasnya.
Sumber daya hutan memiliki fungsi yang penting sebagai penopang kehidupan
manusia. Dalam rangka mendukung fungsi tersebut pemerintah telah menata kawasan
hutan dengan fungsi utamanya masing-masing, yaitu : (1) hutan konservasi untuk
tujuan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang
juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, (2) hutan lindung untuk
2
tujuan mengatur tata air, mencegahbanjir, mengendalikan erosi, mencegah institusi air
laut dan memilihara kesuburan tanah dan (3) hutan produksi untuk memproduksi hasil
hutan.2
Alih fungsi lahan atau lazimnya sebagai konvensi lahan adalah perubahan
fungsi sebagai atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula. Apabila tidak diatur
dalam suatu kebijakan yang baik dan komprehensif akan dampak negatif terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.
Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan
lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi kondisi alih fungsi
hutan lindung di beberapa daerah pada saat ini semakin banyak dan mengkhawatirkan
bagi kondisi ekologi dan ekosistem sekitarnya. Khususnya pegunungan yang lahan
hutan lindungnya menjadi lahan pertanian, lahan perkebunan atau beralih fungsi
menjadi perumahan warga yang dilegalkan oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat
ataupun bentuk penyerobotan karena faktor tingkat penduduk yang semakin
bertambah.
Pada UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan bahwa perubahan
peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah dengan didasarkan
pada hasil penelitian terpadu.Namun, alih fungsi hutan tentu tidak boleh dilakukan
secara sembarangan. Jika alih fungsi hutan ini berdampak penting dan cakupan yang
luas serta bernilai strategis, maka harus ditetapkan oleh pemerintah dan dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Hutan yang dapat dialihfungsikan juga hutan yang dapat dikonversi. Namun
kenyataannya banyak kawasan hutan lindung yang dialihfungsikan secara ilegal.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 19 ayat (1) secara
tegas menyebutkan bahwa untuk melakukan perubahan peruntukan dan fungsi
kawasan hutan harus didasarkan atas penelitian terpadu yang secara operasional
prosedurnya diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 70/Kpts-
II/2000. Sedangkan pengkajiannya dilakukan oleh tim terpadu sesuai Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 1615/Kpts-VII/2001. Dengan terbitnya Undang-Undang
2
Alimuddin Rianse, Pengembangan Sistem Kompensasi Areal Hutan Yang Dialihfungsikan (Produk :
Model Pengembangan), Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri,
2010, hlm 1.
3
Nomor 41 Tahun 1999, kegiatan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
tidak dengan mudah dilaksanakan mengingat di samping perubahan tersebut
didasarkan atas kriteria-kriteria sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 47 tahun 1997, Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998, Keputusan
Presiden Nomor 32 tahun 1992, Keputusan-keputusan Menteri, juga perlu mendapat
rekomendasi pemerintah provinsi dan kabupaten, serta harus didasarkan atas
pengkajian secara terpadu oleh tim terpadu tersebut. Dan apabila berdampak penting
dan cakupan yang luas serta bernilai strategis diperlukan persetujuan legislatif.
Pada negara bercorak agraris seperti Indonesia, maka pemilikan lahan atau
tanah merupakan kebutuhan untuk memenuhi hak untuk mendapatkan kehidupan
yang layak. Dalam konsep penguasaan tanah oleh perseorangan maupun masyarakat
ini berdasarkan hak yang diberikan negara berdasarkan peraturan yang berlaku. Salah
satu faktor penting untuk menunjang pembangunan yang berpihak kepada rakyat
adalah mengubah kebijakan dengan segala birokrasi pembangunan yang
dianggappenting sehingga menjadi organisasi yang menghargai hak-hak masyarakat
sebagai pelaksana pembangunan itu sendiri.
Masyarakat bukan hanya mempunyai sistem penguasaan lahan hutan sendiri
guna menunjang kehidupan mereka, komunitas masyarakat ini mempunyai aturan
dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam, termasuk pembukaan lahan hutan
untuk pertanian mereka. Sebagaimana konsep semi autonomous social field yang
diintroduksi bahwa komunitas masyarakat yang hidup di dan sekitar hutan adalah
merupakan arena sosial yang memiliki kapasitas membentuk pengaturan-pengaturan
sendiri (self-regulation) sebagai sarana untuk melindungi kawasan hutan dan menjaga
keteraturan sosial dii wilayah komunitasnya3. Maria Rita Ruwiastuti menyatakan
bahwa proses pembuatan hukum sebenarnya dapat dikuasai oleh sekelompok
manapun, asal saja mereka memiliki kekuatan atau kekuasaan, artinya rakyatpun dapat
mengendalikan proses pembuatan hukum untuk menciptakan aturan-aturan yang
mendukung dan melindungi kepentingan mereka sendiri4.
3
Moore, Law as Process an Antrophopological, USA, Routhedge, 1978, hlm. 54.
4
Maria Rita Ruwiastuti, Sesat Pikir Politik Hukum Agraria Membongkar Atas Penguasaan Negara Atas
Hak- Hak Adat, Jakarta,Insist Press, KPA DanPustaka Pelajar, hlm.vii.
4
Hutan telah memberikan segalanya bagi masyarakat yang hidup di hutan.
Mereka memperoleh dari hutan yang mereka jadikan perkebunan berupa bahan-bahan
pangan, bahan obat-obatan, papan, sandang untuk menjaga kelangsungan kehidupan
pokok.
Hubungan masyarakat dengan hutan sangat erat, oleh karena itu penggelolaan
sumber daya hutan seyogyanya dilakukan secara baik dan berkelanjutan. Hutan selain
berfungsi sebagai sumber daya alam yang dapat dieksploitasi demi kemajuan
pembangunan dan ekonomi. Hak-hak rakyat atas tanah di Indonesia diatur dalam
Pasal 9 ayat (2) UUPA yang menyatakan “Tiap-tiap warga negaraIndonesia, baik
laki-laki maupunwanita mempunyai kesempatanyang sama untuk memperolehsesuatu
hak atas tanah serta untukdapat manfaat dan hasilnya baikbagi diri sendiri maupun
keluarganya.” Sedangkan pengelolaan sumber daya alamyang tercermin dalam Pasal
33 (3) UUDN RI Tahun 1945 yang berbunyi “ Bumi dan air dan kekayaan alam
yangterkandung di dalamnya dikuasai olehNegara dan dipergunakan untuksebesar -
besar kemakmuran rakyat”. Hal ini berarti sumber daya alam yang di kuasai oleh
Negara dan dipergunakan sebesarnya kemakmuran rakyat, pengaturan,
penyelenggaraan, penggunaan, penyediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta
pengaturan hubungan-hubungan hukumnya diatur dan ditentukan oleh suatu
kebijakan Negara. Konsep hak menguasai negara ini menempatkan negara sebagai
sentral yang mengatur pemanfaatan segala kekayaan alam yang terkandung di negera
Indonesia ini untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bersifat populis, karena
menempatkan masyarakat sebagai kelompok utama dalam tujuan kesejahteraan atas
hasil sumberdaya alam. Hal ini tidakmenutup akses masyarakat ke sumber daya
alamnya, sehingga setiap penguasaan sumber-sumber daya alam termasuk dalam
bidang kehutanan dan harus melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan
status hak atas tanah sampai pada skala menikmati hasil penggolahan sumber daya
alam di hutan.
Dalam rangka mencegah dan mengatasi bencana banjir dan tanah longsor akibat
alih fungsi hutan, maka perlu dirumuskan suatu model kebijakan dengan
mengintegrasikan setiap kepentingan antar sektor agraria, ekologis dan sosial meliputi
perbaikan seperangkat kebijakan yang bersifat teknis dan bersifat pengaturan.
5
Pemanfaatan sumber daya alam di kawasan hutan yang tidak memenuhi kaidah-kaidah
pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya.
Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan hutan dapat mempengaruhi produktivitas
sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari
sumberdaya alam pun sering menimbulkan konflik yang dapat berdampak timbal
balik. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya alam kawasan hutan untuk tujuan
pembangunan nasional akan dapat berhasil jika dikelola secara terpadu. Penelitian
sangat penting dan merupakan keniscayaan supaya didapatkan model kebijakan alih
fungsi hutan yang berkearifan lokal di Indonesia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Fungsi Hutan
Hutan mempunyai tiga fungsi pokok, yang diatur dalam Pasal 6 Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu : (a) fungsi konversi, fungsi
lindung, dan fungsi produksi. Pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsi-fungsinya
dengan kriteria dan pertimbangan tertentu, hal ini juga ditetapkan dalam Peraturan
5
Supriadi, Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan Di Indonesia,Sinar Grafika, 2011, Jakarta,
hlm.1.
7
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan yaitu (a)
Kawasan Hutan Konservasi yang terdiri dari kawasan suaka alam (Cagar Alam dan
Suaka Margasatwa), Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam), dan Taman Baru. (b) Hutan Lindang, dan (c) Hutan
Produksi. Selain itu manfaat hutan juga sebagai sumber daya alam, fungsi hutan
dalam pembangunan, serta manfaat hutan dalam masyarakat.
Secara umum klasifikasi sumber daya alam terbagi kedalam bentuk antara lain
(a). Lahan Pertanian, (b). Hutan dengan aneka ragam hasilnya, (c). Lahan alami untuk
keindahan, rekreasi atau untuk peneltian ilmiah, (d). Perikanan darat dan laut, (e).
Sumber Mineral Bahan Bakar dan Non Bahan Bakar, (f). Sumber energi nonmineral
seperti: panas bumi, tenaga surya, angin, sumber tenaga air, gelombang pasang. 6
Menurut Rahmi Hudayanti, macam-macam fungsi hutan, yaitu7 : (1). Hutan
wisata, adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk melindungi
tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak musnah / punah di masa
depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi sebagai
buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi orang dan tempat
penelitia,.(2) Hutan cadangan, merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan
pertanian danpemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar 20 juta hektar
hutancadangan, (3) Hutan lindung, adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga
ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi
serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan
udara seperti C02 (karbon dioksida) dan C0 (karbon monoksida). Hutan lindung
sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang umumnya
terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai, (4) Hutan produksi yaitu adalah hutan yang
dapat dikelola untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi
dapat dikategorikan menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya.
Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang
sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan
6
Zain, Hukum lingkungan Konservasi Hutan, Rineka Cipta, 2006, Jakarta, hlm 5.
7
Rahmi Hudayanti, Pemberantasan Illegal Logging dan Penyeludupan Kayu: Melalui Pelestarian
Hutan dan Peningkatan Kinerja Sektor Kehutanan, Wana Aksara,2006, Tanggerang, hlm.11.
8
rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon denga sistem tebang pilih
dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak
ikut rusak.
Fungsi hutan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat direalisasikan
dalam bentuk antara lain 8: (a) hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang
dicadangkan atau ditetapkan oleh menteri untuk dikelola oleh masyarakat yang tinggal
di dalam dan di sekitar hutan dengan tujuan pemanfaatan hutan secara lestari sesuai
dengan fungsinya dan menitikberatkan kepentingan mensejahterakan masyarakat, (b)
hutan rakyat, dimana hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik
dengan luas minimal 0.25 ha.
3. Jenis Hutan
Jenis-jenis hutan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia disertai arti
definisi dan pengertian antara lain yaitu9 (1) Hutan Bakau, adalah hutan yang tumbuh
di daerah pantai berlumpur. Contoh : pantai timur kalimantan, pantai selatan cilacap,
dan lain-lain, (2) Hutan sabana, adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah
pohon yang sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah. Contoh : Nusa tenggara,
(3) Hutan rawa, adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah
tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan, Kalimantan, (4) Hutan hujan tropis,
adalah hutan lebat / hutan rimba belantara yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa /
ukuator yang memiliki curah turun hujan yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini
memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah
serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak hutan liar
dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan merugikan negara
trilyunan rupiah. Contoh : hutan kalimantan,hutan sumatera, (5) Hutan musim, adalah
hutan dengan curah hujan tinggi namun punya periode musim kemarau yang panjang
yang menggugurkan daun di kala kemarau menyelimuti hutan.
4. Hutan Lindung
Berdasarkan Pasal 1 huruf h Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan, pengertian hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
8
Ibid, hlm. 6.
9
Rahmi Hudayanti, Pemberantasan Illegal Logging dan Penyeludupan Kayu: Melalui Pelestarian
Hutan dan Peningkatan Kinerja Sektor Kehutanan, Wana Aksara,2006, Tanggerang, hlm. 10.
9
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara
kesuburan tanah. Sedangkan menurut Riyanto, bahwa hutan lindung adalah kawasan
hutan yang karena keadaan sifat alamnya diperlukan antara lain untuk melindungi
sistem penyangga kehidupan, yaitu proses hidroorologi, proses penyuburan tanah,
proses keanekaragaman hayati, proses penyehatan lingkungan dan manfaat lainnya10.
Pada Pasal 2 Ayat (3) poin (b) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004
Tentang Perencanaan Kehutanan dinyatakan bahwa kriteria hutan lindung adalah
kawasan hutan yang memenuhi kriteria yaitu (1) Kawasan hutan dengan faktor-faktor
kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan angka
penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih,
(2) Kawasan yang mempunyai lereng lapangan 40% (empat puluh per seratus) atau
lebih, (3) Kawasan hutan yang berada pada ketinggian 2 000 (dua ribu) meter atau
lebih di atas permukaan laut, (4) Kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka
terhadap erosi dengan lereng lapang lebih dari 15% (lima belas per seratus), (5)
Kawasan hutan yang merupakan daerahresapan air, (6) Kawasan hutan yang
merupakan daerah perlindungan pantai.
10
Riyanto, Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan dalam Perlindungan Kawasan Pelestarian Alam,
Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan, 2005, Bogor, hlm. 30.
10
tingkat penduduk yang semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk merupakan
masalah utama, karena dengan kepadatan penduduk akan berimplikasi pada masalah-
masalah yang krusial di bidang ekonomi, sosial, kesehatan, politik, hukum, keamanan
dan ilmu pengetahuan.11
11
Supartman, Kajian Nilai Hutan, Studi Kasus Fungsi Hutan Lindung Menjadi Hutan Produksi Pada
Areal Hutan Gowa- Maros, Tesis, 1997, hlm. 87.
12
Eko Nurmijayanto, Analisis Kawasan Hutan Dan Kawasan Lindung Dalam Rangka Arahan
Penataan Ruang Di Kabupaten Deli Serdang, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2008,
hlm 18.
13
Badan Planologi Kehutanan, Kajian penataan Ruang dalam Rangka Pemantapan Kawasan Hutan,
2005.
14
Loc.cit.
11
Pada Pasal 19 ayat (1) Undang-Unadang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan secara tegas menyebutkan bahwa untuk melakukan perubahan peruntukan
dan fungsi kawasan hutan harus didasarkan atas penelitian terpadu yang secara
operasional prosedurnya diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
70/Kpts-II/2000. Sedangkan pengkajiannya dilakukan oleh tim terpadu sesuai Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1615/Kpts-VII/2001.
12
BAB III.
METODE PENELITIAN
PENCEGAHAN BENCANA
• LINGKUNGAN PENATAAN
KEARIFAN LOKAL HUTAN RUANG (RTRW)
• SUMBER DAYA
ALAM
• KONDISI LAHAN
• HAK DAN KEWAJIBAN
• PENGENDALIAN
• PENGAWASAN
TARGET LUARAN
- 1 ARTIKEL JURNAL INTERNASIONAL SCOPUS Q2
- 1 ARTIKEL JURNAL NASIONAL SINTA 2
13
Penelitian ini termasuk dalam tradisi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
mempunyai iterasi empat unsur, yaitu : 1). Pengambilan/penentuan sample secara
purposive, 2.) Analisis induktif, 3). Grounded Theory 4). Desain sementara sesuai
konteksnya.15 Melalui penggunaan metode kualitatif diharapkan dapat ditemukan
makna-makna yang tersembunyi dibalik obyek maupun subyek yang akan diteliti.
Pada tradisi penelitian kualitatif tidak dikenal populasi karena sifat penelitiannya studi
kasus. Dalam penelitian ini diawali dengan data sekunder sebagai data awal kemudian
dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan. Ini berarti penelitian hukum
empiris tetap bertumpu pada premis normatif, dimana fokus kajiannya pada esensi
hukum yang tertuang dalam bentuk norma-norma baik dalam bentuk peraturan
perundang-undangan maupun dalam bentuk hukum lainnya seperti hukum yang hidup
di masyarakat, selanjutnya dihubungkan dengan kenyataan dilapangan dewasa ini.
Sampel yang menjadi informan ditentukan secara purposive.16
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam ranah
pendekatan Social Legal.17 Di dalam hal ini terdapat dua aspek penelitian, yaitu aspek
legal research, yakni obyek penelitian tetap ada yang berupa hukum dalam arti
“norm” dan socio research, yaitu digunakannya metode dan teori teori ilmu ilmu
sosial tentang hukum untuk membantu peneliti melakukan analisis.18 Pendekatan ini
dilakukan untuk memahami hukum dalam konteks masyarakatnya. Dikatakan Brian Z
tamanaha bahwa antara hukum dan masyarakat memiliki bingkai yang disebut “The
Law-Society Framework” yang memiliki karakteristik hubungan tertentu. Hubungan
tersebut ditunjukkan dengan dua komponen dasar. Komponen pertama terdiri dari dua
tema pokok yaitu ide yang menyatakan bahwa hukum adalah cermin masyarakat dan
15
Noeg Muhardjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Rake Sarasin, Yogyakarta, 2002, hlm. 165-168
16
Sampel yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan tujuan penelitian,
yang memiliki ciri ciri khusus dan esensial. Semua ini tergantung pada pertimbangan atau penilaian (judgment)
dari peneliti. Oleh sebab itu, purposive sampling juga disebut judgmenttal sampling.
Soeratno dan Lincoln Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, Unit Penerbitan dan Percetakan
APMP YKPN, Yogyakarta, 1993, hlm. 119-120
17
Tipe penelitian secara sosial terhadap hukum (socio legal research) sesungguhnya merupakan jawaban dari
komunitas ilmu hukum terhadap berbagai tantangan. Hukum sebagaimana tampil dalam bentuk peraturan, teks,
dan dokumen sesungguhnya mereduksi kenyataan menjadi skema skema belaka. Penelitian hukum secara sosial
sesungguhnya meneriakkan suatu keluhan bahwa hukum sudah direduksi menjadi teks. Dengan demikian
menjadi tidak utuh lagi.Satjipto Rahardjo, Laposan Lapisan Dalam Studi Hukum, Alumni, Bandung, 2009, hlm.
125
18
Pendekatan ini tetap dalam ranah hukum, hanya perspektifnya berbeda. Zamroni, Pengembangan Pengantar
Teori Sosial, Tiara Yogya, Yogyakarta, 1992, hlm. 80-81.
14
ide bahwa fungsi hukum adalah untuk mempertahankan “social order”. Komponen
kedua terdiri dari tiga elemen, yaitu : custom/consent; morality/reason, dan positive
law.19Custom/consent and morality/reason dapat dipahami dalam pemikiran Donald
Black sebagai culture.20
Penelitian ini tentang model kebijakan alih fungsi hutan yang berkearifan lokal
di Indonesia berpotensi dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait. Dalam penelitian
ini dilakukan rekonstruksi realitas sosial, dengan mengedepankan interaksi antara
penelitian dengan apa yang dikaji melalui sumber-sumber dan informan, serta
memperhatikan konteks yang membentuk masukan, proses dan hasil penelitian,
maupun pemaknaan-pemaknaannya.
2. Lokasi Penelitian
Kawasan reklamasi pantai yang sudah dibangun perumahan, wisata dan
infrastuktur yang mengakibatkan bencana di lingkungan sekitarnya. Lokasi penelitian
akan dilakukan di wilayah alih fungsi hutan yang mengakibatkan bencana banjir dan
tanah longsor di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, Kabupaten
Sukamara Kalimantan Tengah, Kabupaten Subang Jawa Barat dan Kabupaten
Pemalang yang telah mengakibatkan bencana dan kerugian bagi masyarakat.
19
Brian Z. Tamanaha, A General Jurisprudence of Law and Society, Oxford University Press, New york, 2006,
hlm. 1-2.
20
Black mengatakan bahwa “culture is the symbolic aspect of social life, including expression of what is true,
good, beatiful. It includes ideas about the nature of reality of reality (theoritical and oractical, suprenatural
metaphisical or empirical), conceptions of what ougt to be (right or wrong, proper and technology, religion,
magic or folkore). Values, ideology, morality and law have a symbolic aspect of this kind”.
Donal Black, The Bahavior of Law, Academic Press, New York, 1976, hlm. 61.
15
reklamasi pantai serta pengaturan dan kebijakan pengembangan kawasan
pantai.
Selain ketiga bahan hukum tersebut, penelitian ini juga menggunakan
bahan non hukum, yakni buku-buku yang bertemakan ekonomi, kebudayaan,
filsafat serta politik, sepanjang digunakan untuk membantu dan memperkaya
pembahasan. Sedangkan data primer dalam penelitian ini terdiri dari data
empiris dan non empiris.
b. Sumber Data
Tradisi penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif sehingga
wujud data penelitian bukan berupa angka angka untuk keperluan analisi
kuantitatif-statistik, akan tetapi data tersebut adalah informasi yang berupa
kata-kata atau disebut data kualitatif.21 Sumber data dalam penelitian ini adalah
sumber data primer yang digali dari para informan terutama pengelola hutan,
perangkat desa sekitar lokasi penelitian, Kementrian ATR/ BPN, Kementrian
Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH), Perseroan Terbatas Perkebunan
Nasional (PTPN) untuk mengetahui pengaturan, tindakan serta kebijakan-
kebijakannya. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari bahan
bahan hukum dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer dalam
penelitian ini meliputi hukum nasional, terutama yang terkait dengan penelitian
ini, yakni:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang –Undang No. 5 Tahun 1960 dan peraturan pelaksanaan.
c) Undang – Undang No. 41 Tahun 1999 dan peraturan pelaksanaan.
d) Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 dan peraturan pelaksanaan.
e) Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2021 dan peraturan pelaksanaan.
f) Peraturan Daerah terkait.
21
Chaedar Alwasilah, Pokoknya kualitatif: Dasar dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif,
Pustaka Jaya, Jakarta, 2002, hlm. 67.
16
material, serta personal experience. Dalam melakukan observasi peneliti akan
mengambil posisi sebagai perticipant oserver. Peneliti adalah instrumen utama
(key Instrument) dalam pengumpulan data. Indepth interview dilakukan dengan
pertanyaan pertanyaan terbuka (open ended), namun tidak menutup
kemungkinan akan dilakukan pertanyaan-pertanyaan tertutup (closed ended)
terutama untuk informan yang memiliki banyak informasi tetapi ada kendala
dalam mengelaborasi informasinya tersebut.
Penelitian ini dilengkapi dengan Library research tentang teori - teori
yang mendukung analisis problematika yang diajukan, maupun hukum positif
berupa kebijakan, peraturan perundang-undangan yang terkait alih fungsi hutan
di Indonesia. Pendapat para ahli dibidang ini (melalui berbagai media
informasi) juga akan dijadikan rujukan untuk mendukung data empirik yang
diperoleh.
22
John W.Creswell, Research Desain, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, Terjemahan Achmad
Fawaid, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011, hlm.285-288
17
menggunakan analisis interaktif dengan menggunakan fieldnote yang terdiri
atas deskripsi dan refleksi data.23Selanjutnya peneliti melakukan klasifikasi
data melalui proses indexing, shorting, grouping, dan filtering. Setelah data
dari hasil penelitian dianggap valid dan reliable, langkah selanjutnya adalah
merekonstruksi dan menganalisisnya masalah secara induktif kualitatif24,
dengan bertitik tolak dari pengamatan atas masalah –masalah masalah yang
bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan bersifat umum untuk
menjawab problematika yang menjadi fokus studi penelitian ini. Langkah-
langkah teknik analisis data penelitian ini mengikuti model interaktif analisis
data yang meliputi tiga siklus kegiatan, yaitu : reduksi data, penyajian data,
dan penarikan simpulan atau verifikasi. Simpulan yang dimaksud bukanlah
simpulan yang bersederajat dengan generalisasi.
Hasil pengumpulan data sekunder, observasi paritisipatif dan
wawancara mendalam yang diperoleh selanjutnya diadakan diskusi kelompok
untuk membahas masalah penelitian. Selanjutnya dianalisis, dievaluasi, dicek
keabsahannya dan disusun hasil penelitian.
23
HB Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif Bagian II, Universitas Negeri Sebelasmaret Press, Surakarta,
1990, hlm. 11.
24
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 57.
18
BAB IV. JADWAL PELAKSANAAN DAN ANGGARAN BIAYA
Penelitian dilakukan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Penyusunan Proposal V
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alwasilah, Chaedar, 2002, Pokoknya kualitatif : Dasar dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif, Pustaka Jaya, Jakarta.
Black, Donal , 1976, The Bahavior of Law, Academic Press, New York.
Creswell, John W., 2011, Research Desain, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed,
Terjemahan Achmad Fawaid, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Dahuri, R, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Muhardjir, Noeg, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Rake Sarasin, Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono,1985, Ejektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Karya, Jakarta.
Soeratno dan Lincoln Arsyad, 1993, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, Unit
Penerbitan dan Percetakan APMP YKPN, Yogyakarta.
Sitorus, Oloan dan Limbong, Dayat, 2004, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,
Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta.
Soemardjono, Maria S.W, 2001, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi,
Penerbit Kompas, Jakarta.
Soemitro, Ronny Hanitiyo, 1982, Studi Hukum dan Masyarakat, Alumni Bandung.
Soimin, Soedharyo,2004,Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Edisi 2, Sinar Grafika, Jakarta.
20
Strauss, A and Busir, J. Corbin, 1990, Qualitative Research; Grounded Theory Procedure
and Techniques,Sage Publication, London.
Surajiyo, 2008, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.
Susanto, I.S.,1999, Kejahatan Korporasi di Indonesia Produk Kebijakan Rezim Orde Baru,
Pidato Pengukuhan Guru Besar, Semarang.
Suteki, 2008, Rekonstruksi Politik Hukum Tentang Hak Menguasai Negara Atas Sumber
Daya Air Berbasis Nilai Keadilan Sosial (Studi Privatisasi Pengelolaan Sumber
Daya Air), Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro,
Semarang.
--------, 2010, Kebijakan Tidak Menegakkan Hukum (Non Enforcement Of Law) Demi
Pemuliaan Keadilan Substantif, Pidata Pengukuhan Guru Besar Ilmu Hukum – Undip,
Semarang.
Sutopo, HB, 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif Bagian II, Universitas Negeri Sebelas
Maret Press, Surakarta.
Swasono, Sri Edi,2010, Kembali ke Pasal 33 UUD 1945, Menolak Neoliberalisme, Yayasan
Hatta, Jakarta.
Tamanaha, Brian Z, 2001, A General Jurisprudence of Law and Society, Oxford Unity Press,
New York.
21
Triwibowo, Darmawan & Bahagijo, 2006,Sugeng, Mimpi Negara Kesejahteraan, LP3ES,
Jakarta.
Vincent Roquet and Carine Durocher, 2006, Compensation Policy Issue, Compendium on Relevant
Practices - 2nd Stage(Final Report), United Nations Environment Programme Dams and
Development Project.
Wiradi, Gunawan, 2000, Reforma Agraria Perjalanan Yang Belum Berakhir, Insist Press,
KPA & Pustaka Pelajar Cetakan Pertama, Yogyakarta.
Word Commission on Dams (WCD), 2000, Dams and Development, A New Framework for
Decision Making, The Report of the World Commission on Dams. Earthscan
Publications LTD, London.
Yin, Robert K., 2006, Studi Kasus, Desain dan Metode, PT Radja Grafindo, Jakarta.
22
LAMPIRAN
23
1. Pembelian bahan habis pakai
Justifikasi Harga Harga Peralatan
Material Pembelian Kuantitas Satuan Penunjang
Cartridge Warna HP 4 Buah 300.000 1.000.000
Alat Tulis Kantor /ATK 1 Paket 5.000.000
(stapler, CD, snelhekter, 6.000.000
dan lain-lain)
Biaya Fotocopy Data 30 eksemplar 80.000
Sekunder yang terkait 250.000
Kertas HVS A4 80 gram 9 Rim 50.000 600.000
Flashdis 32 Gb 4 Buah 175.000 750.000
Biaya fotocopy Pustaka 30 eksemplar 80.000 250.000
Biaya fotocopy dan jilid 8 eksemplar 80.000
proposal pelaksanaan r
penelitian 650.000
Biaya fotocopy dan jilid 8 eksemplar 80.000
laporan kemajuan
penelitian 650.000
Pembuatan Poster 8 Buah 100.000 800.000
Biaya fotocopy dan jilid 9 eksemplar 80.000
laporan akhir penelitian 650.000
Biaya fotocopy literature 17 eksemplar 250.000
ilmiah 450.000
Pembelian data dari 1 Paket 6.500.000
instansi terkait 6.500.000
Subtotal 18.750.000
2. Perjalanan
Justifikasi Harga Biaya per Tahun
Material
Perjalanan Kuantitas Satuan (Rp)
SPD survey penelitian 16 Hari 1.000.000 16.000.000
3. Lain-lain
Harga
Uraian Justifikasi Kuantitas Biaya (Rp)
(RP)
Biaya pemaparan laporan, 150 Dus 19.000
konsumsi, snack (5
tempat x 25 orang) 2.850.000
Dokumentasi 1 Paket 650.000 650.000`
Mencetak modul 8 Lembar 100.000 800.000
Terjemah, biaya seminar internasional dan prosiding 11.950.000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN 50.000.000
(Rp)
18
24
Dukungan sarana dan prasarana pada penelitian ini yakni : 1. Akses jurnal, 2. Ruangan
untuk berdiskusi dan membuat laporan, 3. Sambungan Internet berupa wifi, 3. Perpustakaan
kampus, 4. Bahan-bahan referensi pendukung, 5. Sarana dan prasarana pendukung lainnya
Sarana prasarana telah terdapat di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro dan dapat
dipergunakan untuk mendukung kelancaran jalannya penelitian ini.
Alokasi waktu
No Nama Instansi Asal Bidang Ilmu Uraian Tugas
(jam/ minggu)
25
CURRICULUM VITAE KETUA PENELITI
A. Data Diri
1. Nama : I Gusti Ayu Gangga Santi Dewi, SH, M.Kn
B. Riwayat Pendidikan
RINCIAN S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Universitas Universitas
Tinggi Diponegoro Diponegoro Sultan Agung
Bidang Ilmu Hukum Hukum Hukum
Tahun Masuk - Lulus 1992 -1996 2002-2004 2009-2016
Judul Perubahan Peran Rekonstruksi
Skripsi/Tesis/Desertas Status Badan Notaris/PPAT Kebijakan Ganti
i Usaha Milik Dalam Pembuatan Rugi Non Fisik Pada
Negara Akta lain Dalam Pengadaan Tanah
Menjadi Perkreditan (Studi Untuk Kepentingan
Perseroan Bank Pemerintah Umum (Studi Jalan
Terbatas di Kota Tol Semarang –
Semarang) Solo)
26
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
Ketua/
No Tahun Judul Penelitian Sumber
Anggota Jumlah
Dana
Implementasi Pendaftaran
tanah Komunal di Tengger
1. 2020 Anggota
Bromo Kabupaten Probolinggo Internal Rp. 40.000.000
Jawa Timur Fakultas
Model Kebijakan
Internal
Penanggulangan Bencana
2. 2020 Ketua Universitas Rp. 41.000.000
Banjir Akibat Reklamasi
Pantai di Indonesia
3. 2019 Dampak Positif Relamasi Ketua Internal Rp. 40.000.000
Pantai di Kota Pekalongan Fakultas
Jawa Tengah
4. 2019 Model Kebijakan Reklamasi Ketua Internal Rp. 42.500.000
Pantai Yang Berkeadilan Universitas
Sosial di Indonesia
5. 2018 Rekonstruksi Kebijakan Tanah Ketua Internal Rp. 10.000.000
Eks Kerajaan Di Indonesia Fakultas
Yang Berkeadilan Sosial
6. 2017 Kajian Hukum terhadap Anggota Internal Rp. 20.000.000
Legalitas Kemasan Pangan Fakultas
Hasil Produksi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)
7. 2016 Konflik Tentang Ganti Rugi Ketua Internal Rp. 5.000.000
Non Fisik Pada Pengadaan Fakultas
Tanah Untuk Kepentingan
Umum Di Kabupaten
Semarang
Pendanaan
No Ketua/
Tahun Judul Penelitian Sumber
Anggota Jumlah
Dana
1 2020 Ganti Rugi Dalam Pengadaan Ketua Internal Rp.8.000.000
Tanah Fakultas
2 2019 Pelaksanaan Pendaftaran Ketua Internal Rp.8.000.000
Tanah Sistematik Lengkap Fakultas
(PTSL)
3 2018 Pelaksanaan Konsolidasi Ketua Internal Rp.8.000.000
Tanah di Perkotaan Fakultas
27
E. Publikasi Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
Penulis
Judul Publikasi Status
No Tahun Utama/Angg Identitas Jurnal
Jurnal Jurnal
ota
1 2020 The Influence of Penulis International Journal Jurnal
Cultural and Legal Utama TEST Enginering Internasion
factors in decisions and Management al Scopus
Regarding the Jurnal
Existence of Royal Internasion
Customary Lands : al Scopus
A Study in
Surakarta,
Indonesia
No
JUDUL BUKU
.
1 Hukum Agraria di Indonesia, Cetakan I tahun 2020, Jakad Publising
Teori
7. dan Praktek Hak tanggungan, Cetakan I tahun 2012, LPPM, Undip Press.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya
buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian
RPP Tahun 2021.
Pengusul
I Gusti Ayu Gangga Santi Dewi, SH, M.Kn
Nip. 197405262006042001
1. Hukum Perdata
12. Mata Kuliah yang diampu :
2. Hukum Waris
3. Hukum Perlindungan Konsumen
4. Konvensi-Konvensi Hukum Perdata Internasional
5. Etika Bisnis
B. Riwayat Pendidikan
Pendanaan
Tahu Ketua/
No Judul Penelitian Sumber
n Anggota Jumlah
Dana
1 2017 Penyuluhan Hukum Terpadu
Internal Rp.
mengenai Hukum Anggota
Fakultas 8.000.000,00
Perkawinan di Desa
33
Candirejo Desa Karangrejo
dan Desa Borobudur
Kabupaten Magelang
34
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata
ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan penelitian RPP Tahun 2021.
35
Lampiran 5. Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bawha Proposal Penelitian saya dengan judul : Model Kebijakan Alih
Fungsi Hutan yang Berkearifan Lokal di Indonesia yang diusulkan dalam skim RPP tahun
anggaran 2021 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/sumber dana lain.
Proposal penelitian ini juga bebas dari tindakan plagiat.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Prof. Dr. Retno Saraswati, SH, MHum, I Gusti Ayu Gangga Santi Dewi, SH., M.Kn
NIP. 196711191993032002 NIP. 19740526 2006042001
36