Anda di halaman 1dari 20

COVER

MATA KULIAH PENGANTAR EKOLOGI LANSEKAP


ASE331– SEMESTER III
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

PENGAMATAN EKOSISTEM DANAU DAN GUNUNG KAPUR DI


CISEENG,BOGOR

Dosen Pembimbing:
Dr.Ir.Arwindrasti Bandjar K,M.Si
Prof. Dr. Ir.Zoer'aini Djamal Irwan,M.S.

Disusun Oleh :
Ratu Segi Regita
Shafira Dwijaya F. 081001600010
Putu Nala Visma Dharma

JURUSAN ARSITEKTUR LANSEKAP


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
TAHUN 2017-2018

1
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 PENDAHULUAN...........................................................................................................4

1.2 LATAR BELAKANG....................................................................................................5

1.3 PERMASALAHAN........................................................................................................6

1.4 TUJUAN..........................................................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................8

2.1 LITERATUR..................................................................................................................8

BAB III METODE.................................................................................................................12

3.1 METODE PENGAMATAN LANGSUNG.................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................13

4.1 EKOSISTEM DANAU.................................................................................................13

4.2 EKOSISTEM TAMAN WISATA GUNUNG KAPUR.............................................15

4.3 FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK...........................................................................16

4.4 FAKTOR BIOTIK.......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak karuniaNya sehingga laporan pengamatan ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini
kami membahas tentang “Pengamatan Ekosistem Danau Dan Gunung Kapur Di Ciseeng”,
yaitu mengamati ekosistem yang ada di danau dan Gunung Kapur yang berada di
Ciseeng,Bogor.
Dengan selesainya laporan pengamatan ini, kami ucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :

1. Dosen pengampu Mata Kuliah Pengantar Ekologi yaitu Dr.Ir.Arwindrasti Bandjar


K,M.Si dan Prof. Dr. Ir.Zoer'aini Djamal Irwan,M.S. yang telah banyak membimbing
kami selama penyusunan laporan pengamatan ini.
2. Teman – teman yang membantu dalam penelitian dan memberikan saran – saran yang
terbaik dalam penulisan karya ilmiah ini.
3. Seluruh pihak yang telah memfasilitasi dan membantu untuk kegiatan pengamatan
kami.

Kami sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran, masukan, dan
motivasi sangat kami harapkan guna tercapainya tulisan yang lebih baik lagi untuk masa
yang akan datang.

Jakarta, 03 November 2017

Salam Hormat,

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Gunung Kapur adalah sebuah gunung yang


terletak di Kecamatan Citeureup, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Gunung
Pancar terletak pada ketinggian 300–800 m
dpl dengan topografi landai sampai
bergelombang terjal dengan kemiringan
sekitar 15-40%. Bagian tertinggi yaitu pada
puncak Gunung Pancar 800 m dpl dan Pasir
Astana 700 m dpl.

Lokasi Gunung Kapur dapat ditempuh melalui jalur :Pintu tol Sentul menuju Desa Babakan
Madang dan Desa Karang Tengah dengan kondisi jalan beraspal cukup baik (± 13 Km, waktu
tempuh ± 20 menit).Kota Bogor - melewati daerah Bog T

Gunung Kapur memiliki objek dan daya tarik wisata yang cukup menarik, yaitu pemandian
air panas, makam keramat mbah putih yang di anggap sebagai leluhur oleh warga setempat
dan menikmati pergelaran kesenian tradisional daerah. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan
antara lain :Wisata alam sambil olahraga (hiking, berkemah, berkuda, bersepeda, tenis,
berenang (air panas), lintas alam) Wisata konvensi (berwisata sambil melakukan seminar,
rapat, konferensi),Wisata budaya (menikmati pergelaran seni tradisional dan ziarah ke
makam keramat di Puncak Gunung Kapur).

Sarana prasarana wisata di TWA Gunung Kapur di


antaranya pusat informasi, pondok kerja, sarana
olahraga, camping ground, tempat bermain anak,
sarana pemandian air panas, shelter, fasilitas
penginapan dan ruang pertemuan.Gunung Pancar
dikelola oleh :Perhutani, Pemda Bogor, BKSDA,
Swasta, Warga setempat,EO Lokal.

4
1.2 LATAR BELAKANG

Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting.
Bahkan sektor ini diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu. Di samping menjadi
mesin penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang menarik untuk
mengurangi angka pengangguran mengingat berbagai jenis wisata dapat ditempatkan dimana
saja. Sektor pariwisata mempunyai trickle-down effect ke sektor lain seperti industri
kerajinan, makanan, perhotelan, biro wisata sehingga secara pasti mampu menciptakan
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan (Raharjo, 2002).

Prospek pariwisata yang memperlihatkan kecenderungan meningkat dari waktu-


kewaktu dan besarnya potensi wisata yang dimiliki Indonesia juga menjadi pemicu
berkembangnya pariwisata di Indonesia. Salah satu potensi wisata yang dapat dijadikan
sebagai penunjang pengembangan pariwisata adalah taman wisata alam. Berdasarkan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, taman wisata alam merupakan kawasan pelestarian alam
yang pemanfaatan utamanya adalah untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi alam. Padatnya
aktivitas di kota besar, diikuti dengan kemacetan lalu lintas dan polusi udara menjadikan
obyek wisata dengan konsep back to nature banyak diminati oleh masyarakat, khususnya
masyarakat perkotaan untuk menghilangkan kepenatan selama beraktivitas. Wisata alam
dapat memberikan sensasi relaksasi sehingga dapat membangkitkan kembali semangat
mereka untuk menjalankan aktivitas sepulang berwisata.

Pengertian taman wisata alam yaitu hutan wisata yang mempunyai berbagai
keindahan alam, baik keindahan flora dan fauna maupun keindahan alam itu sendiri yang
mana memiliki keunikan corak untuk kepentingan rekreasi dan kebudayaan.  Taman wisata
alam juga dapat didefinisikan sebagai suatu kawasan hutan yang tidak hanya digunakan
sebagai tempat konservasi tetapi juga dimanfaatkan sebagai hutan wisata dan rekreasi alam.
Meskipun digunakan sebagai tempat wisata, pengelolaannya tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pelestarian dan perlindungan alam.

Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Kapur dapat menjadi salah satu pilihan wisata
back to nature. TWA Gunung Kapur merupakan kawasan hutan pinus yang lokasinya cukup
strategis dan berada tidak jauh dari kawasan pemukiman Sentul City. Kawasan ini memiliki
kekayaan sumber daya alam hayati yang potensial. Keanekaragaman hayati berupa flora dan
fauna serta keindahan panorama alamnya menjadi daya tarik utama wisata di taman wisata
alam ini.

Keistimewaan lain dari TWA Gunung Kapur yaitu adanya tempat permandian air
panas, sehingga pengunjung tidak hanya dapat menikmati wisata hutan atau gunung dengan
panoramanya, tetapi pengunjung juga dapat melakukan pengobatan dan relaksasi dengan
berendam di pemandian air panas yang terdapat di TWA Gunung Kapur selain itu di TWA

5
Gunung Kapur juga terdapat sarana olahraga berupa tracking sepeda gunung (downhill) dan
arena outbound.

Pada TWA Gunung Kapur juga terdapat wisata pendidikan. Koleksi flora dan
faunanya yang begitu banyak sangat berpotensi bagi pengembangan wisata pendidikan di
TWA Gunung Kapur. Di kawasan ini, terdapat berbagai kekayaan flora, seperti pinus (Pinus
merkusii), Sengon (Albizia falcatria), Kayu Afrika (Maesopsis emanii), Meranti (Shorea sp),
Rasamala (Altingia exelsa), Huru (Quercus sp.), Beringin (Ficus Benyamina), Puspa (Schima
walichii), Saninten (Castanopsisargentea), Jamuju (Podocaspus imbricatus), Rotan (Calamus
sp) dan beberapa jenis liana dan tumbuhan epiphyt seperti Anggrek, Paku Sarang Burung
(Asplenium nidus), Paku Tanduk Rusa (Platicerium coronarium), dan lain sebagainya.

Fauna yang ada di TWA Gunung Kapur antara lain seperti Owa (Hylobates moloch), Surili
(Presbytis cornata), Kera (Macaca fascicularis), Jelaran (Ratufabicolor), Babi Hutan (Sus scrofa), dan
jenis-jenis burung seperti Elang (Haliasturindus), Kutilang (Pygnonotus aurigaster), Ayam Hutan
Merah (Gallus gallus), Jalak (Sturnus melanopterus), Srigunting (Dicrurus paradiseus), dan Enggang
(Buceros sp).

1.3 PERMASALAHAN

Potensi sumberdaya alam yang dimiliki taman wisata Gunung Kapur juga dapat
menjadi magnet untuk menarik pengunjung. Kekayaan sumber daya alam hayati yang
potensial berupa flora dan fauna, serta keindahan panorama alamnya dapat mendukung
potensi obyek dan daya tarik wisata di taman wisata Gunung Kapur. Potensi obyek dan daya
tarik wisata yang ditawarkan di taman wisata Gunung Kapur antara lain;

1) Pemondokan Atau Pesanggrahan;

2) Panorama Alam;

3) Pemandian Air Panas; Dan

4) Wisata Pendidikan.

Melihat cukup banyaknya potensi obyek dan daya tarik wisata di taman wisata
Gunung Kapur maka perlu dilakukan juga penelitian tentang pengembangan wisata alam di
taman wisata Gunung Kapur ini sehingga dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang
ramai dikunjungi oleh wisatawan.

Taman wisata Gunung Kapur sebagai salah satu obyek wisata dengan konsep back to
nature tidak hanya diharapkan dapat menghasilkan pendapatan tetapi juga diharapkan sebagai
suatu kawasan pelestarian keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Pada
pengamatan yang dilakukan pada hari Kamis 26 Oktober 2017 dapat dikatakan bahwa pohon-
pohon yang ditanam pada taman wisata Gunung Kapur sebagian adalah pohon bukan berasal

6
dari pegunungan atau dikatakan sebagai pohon exotis. Kondisi tanaman pada taman wisata
Gunung Kapur adalah sedikit kurang terawat pada beberapa lokasi.

1.4 TUJUAN

Tujuan dilakukannya pengamatan di Taman Wisata Gunung Kapur adalah untuk


mengetahui komponen abiotik dan biotik yang terdapat pada taman wisata Gunung Kapur,
mengatahui ekosistem yang terdapat pada Gunung Kapur dan ekosistem yang ada di danau
dekat taman wisata Gunung Kapur, dan juga faktor-faktor apa saja yang membuat tanaman di
daerah Gunung Kapur tumbuh baik/tidak baik.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 LITERATUR

Laurie (1986) mengemukakan bahwa asal mula pengertian kata taman (garden) dapat
ditelusuri pada bahasa Ibrani gan, yang berarti melindungi dan mempertahankan; menyatakan
secara tidak langsung hal pemagaran atau lahan berpagar, dan oden atau eden, yang berarti
kesenangan atau kegembiraan. Jadi dalam bahasa Inggris perkataan “garden” memiliki
gabungan dari kedua kata-kata tersebut, yang berarti sebidang lahan berpagar yang digunakan
untuk kesenangan dan kegembiraan.

Djamal (2005), taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya
ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi
dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai, bermain dan
sebagainya.

Wilkinson (1951) mendefinisikan sumber daya sebagai atribut alam yang bersifat netral
sampai ada campur tangan manusia untuk mengubahnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan
kepuasan manusia itu.

Pitana (2009) menyebutkan bahwa dalam konteks pariwisata, sumber daya diartikan sebagai
segala sesuatu yang memiliki potensi untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sumber daya wisata tersebut kemudian dapat
dikategorikan menjadi fasilitas, sarana dan prasarana wisata, serta sumber daya wisata yang
bersifat aktual maupun potensial baik sumber daya alam ataupun budaya. 1. Sumber daya
Wisata Alam Flora.

A.G. Tansley (1935) menjelaskan Ekosistem ialah suatu unit ekologi (an ecological unit)
yang didalamnya terdapat struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam ekosistem
tersebut yakni berhubungan dengan keanekaragaman spesies atau species diversity. Pada
ekosistem yang strukturnya kompleks, maka akan mempunyai keanekaragaman spesies yang
tinggi.Adapun fungsi yang dimaksudkan pada pengertian ekosistem menurut A. G. Tansley
ialah berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen
ekosistem.

Berdasarkan UU Lingkungan Hidup tahun 1997, ekosistem ialah tatatan kesatuan cara yang
utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur-
unsur lingkungan hidup baik itu unsur biotik maupun abiotik, baik itu makhluk hidup maupun
benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing

8
tidak dapat berdiri sendiri, tidak dapat hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling
mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan.

Definisi Ekosistem menurut Soemarwoto (1983), ekosistem itu yaitu suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.Tingkatan organisasi ini sendiri dikatakan sebagai suatu sistem karena
memiliki komponen-komponen dengan fungsi berbeda yang terkoordinasi secara baik
sehingga masing-masing komponen terjadi hubungan timbal balik.Hubungan timbal balik
terwujudkan dalam rantai makanan serta jaring makanan yang pada setiap proses ini terjadi
aliran energi dan siklus materi.

Widada, dkk (2006:18) menyatakan bahwa flora dibagi menjadi dua yaitu Tumbuhan dan
Tumbuhan Liar. Tumbuhan adalah semua sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat
maupun di air dapat dikatakan sebagai tumbuhan contohnya seperti pohon, bunga, rumput,
semak dan sebagainya. Sedangkan Tanaman Liar adalah tumbuhan yang hidup dialam bebas
dan atau dipelihara yang masih mempunyai kemurnian jenisnya contohnya yaitu rotan.

Panut (2004:1) menyatakan bahwa secara evolusi tumbuhan telah dicatat oleh fosil yang
dilestarikan dalam endapan di tanah rendah maupun dalam endapan di laut, yang sudah ada
sejak jutaan tahun yang lalu. Tumbuhan adalah organisme yang menggunakan cahaya sebagai
sumber tenaga untuk membuat makanan yang diperlukan untuk hidup dan tumbuhnya. Sel
tumbuhan memiliki dinding luar yang kuat, terbuat dari bahan yang disebut selulosa, yang
membuat dinding itu menjadi keras dan kaku. Hal ini menjelaskan mengapa tumbuhan hanya
dapat bergerak sedikit saja, tidak seperti binatang, yang sel-selnya tidak punya dinding yang
keras dan kaku. Tumbuhan berkembang-biak dengan menurunkan informasi genetiknya
kepada keturunannya menyerupainya Fauna.

Darsoprajitno (2002:80-81) menyatakan bahwa hewan juga dapat hidup tanpa hadirnya
manusia, kecuali beberapa jenis hewan yang sudah dibudidayakan manusia dan
lingkungannya tidak dapat mendukung kehidupannya. Namun, hewan pun tidak dapat hidup
tanpa hadirnya tumbuhan atau hutan yang di dalamnya juga ada lapangan perburuan. Hewan
pada umumnya memiliki perilaku sesuai dengan kehadirannya sebagai unsur lingkungan,
antara lain dapat berfungsi sebagai fertilisator (penyubur tanah), katalisator (pemacu),
predator (pemangsa), indikator (penunjuk), fasilitator (penyandang). Hadirnya berbagai jenis
hewan dari yang berukuran bakteria sampai dengan berukuran gajah atau ikan paus,
semuanya memiliki fungsi dan manfaat masing-masing. Satu dengan yang lainnya saling
memerlukan, termasuk dengan tata alam dan lingkungan hayatinya.

Widada, dkk (2006:18) menyatakan bahwa Fauna dibagi menjadi dua macam yaitu Satwa
dan Satwa Liar. Fauna adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat
maupun di air, di udara contohnya Rusa, surili dan kupu-kupu, sedangkan untuk Satwa Liar
adalah semua binatang yang hidup di darat dan atau di air atau udara yang masih mempunyai
sifat-sifat liar baik yang hidup di alam bebas maupun dipelihara contohnya Owa Jawa, Macan
tutul, dan Elang Jawa.

9
Supriatna, dkk (2006:25-26) menyebutkan bahwa Fauna Indonesia secara umum dapat
dikelompokkan atas tiga wilayah yaitu fauna Indonesia bagian barat, Fauna Indonesia bagian
tengah, fauna.

Kaidah Ekosistem
Kaidah ekosistem menurut, Irwan (2012).
a.    Suatu ekosistem diluar dan dikendalikan secara alamiah.
b.    Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan seimbang.
c.    Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling mempengaruhi dan
bersifat timbal balik.
d.   Interaksi tejadi antara komponen biotik dan abiotik, sesama komponen biotok dan sesama
komponen abiotik.
e.    Interaksi itu senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil.
f.     Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas dan umum dan secara bersama-sama.
g.    Setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat dan waktu.
h.    Ekosistem juga melibatkan diri untuk memilih interaksinya.

Komponen atau Faktor Ekosistem


Komponen-komponen ekositem dibagi berdasarkan
1.      Komponen autotrop (memberimakan sendiri), terjadi pengikatan energi sinar matahari
2.      Komponen heterotrof (memakan yang lain)
Energi sinar matahari hanya dapat disintesis dalam bentuk kehidupan dalam bentuk
kehidupan oleh tumbuhan berhijau (Soerjani, 1987).
Perbedaan ekositem yang satu dengan yang lain dapat ditentukan oleh :
1.      Jumlah jenis organisme produsen
2.      Jumlah jenis organisme konsumen
3.      Jumlah keanekaragaman mikroorganisme
4.      Jumlah dan macam komponen abiotik
5.      Kompleksitas interaktif anatar komponen
6.      Berbagai proses yang berjalan dalam ekosistem

10
11
BAB III
METODE

3.1 METODE PENGAMATAN LANGSUNG


Pengamatan yang dilakukan pada hari kamis,26 Oktober 2017 di kawasan Gunung Kapur
Ciseeng,Bogor. Lokasi pengamatan berada di Gunung Kapur dapat ditempuh melalui
jalur :Pintu tol Sentul menuju Desa Babakan Madang dan Desa Karang Tengah dengan
kondisi jalan beraspal cukup baik (± 13 Km, waktu tempuh ± 20 menit).Kota Bogor -
melewati daerah Bog T.

3.2 ALAT
Alat tulis

Kamera (HP)

3.3 BAHAN
Ekosistem danau

Ekosistem Taman Wisata Gunung Kapur

3.4 CARA KERJA


-Menentukan terlebih dahulu ekosistem yang akan diteliti (taman)

-Mengamati dan mencatat komponen organisme yang berada pada area yang diteliti.

-Mengamati pula bentuk interaksi yang terjadi antara organisme dengan lingkungannya.

-Mencatat jumlah masing-masing organisme yang ada atau hasil yang diperoleh.

-Menentukan arah trofik dan jaring-jaring atau rantai makanan pada ekosistem yang diteliti
dari data pengamatan.

12
BAB III

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 EKOSISTEM DANAU

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen biotik dan
abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem
perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan biotik (produser, konsumer, dan
dekomposer) yang membentuk suatu hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.

Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas dan mempunyai air yang relatif
tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Jorgensen and Vollenweiden, 1989).
Sementara itu, menurut Ruttner (1977) danau adalah suatu badan air alami yang selalu
tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air yang bersifat khas dari satu danau ke
danau yang lain serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi.

Ekosistem danau termasuk habitat air tawar yang memiliki perairan tenang yang
dicirikan oleh adanya arus yang sangat lambat sekitar 0,0001—0,01 m/detik. Pergerakan air
pada danau dibentuk oleh gelombang dan aliran air yang dipengaruhi oleh arah dan lama
kecepatan angin, bentuk tepian, serta kedalaman perairan tersebut (Welch, 1952).

Menurut Odum (1994), tipe danau dapat ditentukan berdasarkan 3 kategori sebagai berikut.

1. Danau oligotrofik-eutrofik, yaitu klasifikasi danau menurut produktivitas primernya.


Danau oligotrofik merupakan danau yang memiliki kadar hara yang rendah, sedangkan danau
eutrofik merupakan danau dengan kadar hara tinggi.

2. Danau khusus, meliputi danau distrofik dengan kandungan asam humat yang tinggi; danau
tua yang dalam dengan binatang yang endemik; danau alkali di gurun pasir; danau vulkanik;
danau dengan stratifikasi kimiawi; dan danau kutub.

3. Danau binaan atau buatan, merupakan danau yang sengaja dibuat oleh manusia sehingga
tipe ini tergantung pada daerah dan pengairan alaminya.

Clapham (1983) membagi ekosistem perairan danau menjadi 2 zona kehidupan yaitu :

1. Zona pelagik (daerah perairan terbuka),


merupakan daerah dengan dasar yang sangat
dalam sehingga tanaman berakar tidak dapat
hidup di zona ini.

2. Zona litoral (daerah tepian danau), daerah


di mana sinar matahari dapat menembus
sampai ke dasar perairan.

13
Dari Hasil Pengamatan

Dari foto yang diambil pada saat melakukan pengamatan


dapat diketahui bahwa danau di taman wisata Gunung
Pancar kurang terawat. Ini terlihat dari tanaman yang
tumbuh kurang baik disekitar danau. Dan juga di pinggiran
danau terdapat banyak sampah yang dapat mengganggu
keberlangsungan ekosistem di danau.

14
Suasana di danau Wisata Alam
Gunung Pancar

Terlihat banyaknya sampah yang terdapat


pada pinggiran danau di Taman Wisata
Gunung Pancar. hal ini menyebabkan
terganggunya ekosistem yang ada di
danau.

4.2 EKOSISTEM TAMAN WISATA GUNUNG


KAPUR

Tempat rekreasi yang ada di Jalan Raya


Gunung Kapur-Ciseeng Kabupaten Bogor. Lokasinya
terletak di Ciseeng Bogor. Tempat ini bisa diakses
melalui BSD-Puspiptek-Prumpung-Ciseeng atau
Bogor-Parung-Ciseeng/Bogor-Jampang-
Ciseeng. Lokasinya memang tidak terlalu
mencolok/tidak kelihatan dari jalan raya, jadi memang harus teliti untuk melihat
sekeliling jalan untuk menemukan tempat wisata ini.

Ekosistem di taman wisata Gunung Kapur ini memiliki 2 komponen yaitu


komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen abiotik yang ada di taman wisata
Gunung Kapur terdiri dari air, tanah dan udara. Namun komponen biotik yang ada taman
wisata wisata Gunung Kapur termasuk kedalam jenis ekosistem yang spesifik,karena
tidak semua hewan dan tumbuhan dapat hidup di daerah yang hidup di daerah Gunung
Kapur.

15
4.3 FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK

Udara
Faktor Abiotik

Air
Batu-batuan

Tanah
16
4.4 FAKTOR BIOTIK

FAUNA

Cacing Tanah

(Lumbricus Sp.)

17
Telor Keong

(Pila ampullacea)
Capung

(Anisoptera sp.)

Kupu-Kupu

(Rhopalocera sp.)

Lalat Belalang

(Diptera sp.) (Caelifera sp.)

18
Katak Laba-Laba
(Anura sp.) (Araneae sp.)

Kucing

(Felis catus)

DAFTAR PUSTAKA

19
Daryadi Lukito,Konservasi Lansekap,2002;27
Wilkinson,1951, Wisata Alam E. Sumber daya Wisata Zimmerman

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Pancar

http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53127/1/BAB%20I
%20Pendahuluan.pdf

https://ilmugeografi.com/biogeografi/pengertian-taman-wisata-alam

http://lumuthijaucerdas.blogspot.co.id/2014/10/makalah-tentang-ekosistem.html

20

Anda mungkin juga menyukai