Anda di halaman 1dari 6

Nama: Justin Alexander Homenta Rampengan

NRP: c14200148

Kelas: K

Normal baru atau yang biasa disebut dengan new normal adalah kebijakan yang
dibuat baru-baru ini oleh pemerintah. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang dibuat
untuk beradaptasi melawan Virus SARS-CoV-2 atau yang biasa dikenal sebagai virus yang
menyebabkan terjadinya Pandemi Covid-19. Melalui normal baru pemerintah berharap
masyarakat dapat melakukan kegiatan masing-masing seperti semula, walau tentunya
masyarakat masih harus mematuhi protokol kesehatan. Setidaknya, aktifitas masyarakat
dapat mulai berjalan seperti biasanya walau masih sedikit diharapkan perlahan-lahan
semua aktifitas masyarakat dapat Kembali normal sepenuhnya.

Selama normal baru pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan atau


kebijakan yang harus dilakukan masyarakat selama masa normal baru berjalan. Misalnya
masyarakat wajib mematuhi protokol-protokol kesehatan saat melakukan aktifitas
ditempat yang berpeluang menjadi tempat penyebaran Virus Corona. Selain protokol
kesehatan, pemerintah juga membuat beberapa kebijakan lain seperti belajar daring
atau belajar online. Melalui kebijakan belajar daring pemerintah berharap siswa-siswa di
Indonesia dapat tetap mengikuti pembelajaran walaupun tidak bertemu secara
langsung, namun sayangnya kebijakan ini sulit untuk diterapkan untuk seluruh wilayah
Indonesia khususnya wilayah pedesaan. Salah satu kendala yang menyebabkan kesulitan
pembelajaran daring adalah keterbatasan akses internet pada wilayah pedesaan.

Salah satu penyebab keterbatasan akses pada wilayah pedesaan adalah akses
internet di wilayah pedesaan belum merata. “contohnya, pada salah satu desa di
pelosok Sulawesi Selatan walau sudah tersedia internet namun akses untuk
mendapatkannya masih sulit. Bahkan siswa harus pergi ke area persawahan hanya untuk
tersambung dengan internet.” (Azzam). Hal seperti diataslah yang menyebabkan
terjadinya kesulitan kegiatan belajar daring di daerah-daerah pedesaan di Indonesia.

Selain dari keterbatasan akses pada wilayah pedesaan penyebab lainnya yang
dapat menyebabkan keterbatasan akses internet pada wilayah pedesaan yaitu, warga
tidak memiliki dana atau penghasilan yang cukup untuk dapat membeli paket internet
atau WiFi. “Seperti penduduk desa Pranggong yang merasa terbebani karena internet
disana sulit untuk diaksek ditambah dengan paket data yang mahal serta penghasilan
yang menipis akibat Covid-19 membuat akses internet menjadi sulit.” (Dwinanda).
“Sama juga dengan warga yang tinggal di desa perbatasan dimana internet disana hanya
dapat diakses menggunakan WiFi dan bahkan sering gangguan juga. Belum lagi harga
paket WiFi disana yang mahal dimana 120 megabyte saja harganya sudah mencapai
Rp.20.000, hal ini membuat warga irit dalam menggunakan internet.” (“Cerita di
Perbatasan”). Melihat kasus diatas dapat dikatakan bahwa kurangnya pendapatan dan
mahalnya harga paket menjadi salah satu penyebab sulitnya akses internet di pedesaan
Indonesia, apalagi saat ini internet sangat diperlukan untuk pembelajaran daring.

Dampak yang diterima oleh siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran
daring karena kesulitan untuk mengakses internet salah satunya yaitu, siswa akan
kehilangan materi yang dibahas selama pembelajaran daring. “Selama pembelajaran
daring guru dan sekolah tetap mengejar ketercapaian kurikulum dengan memberi
banyak tugas tanpa peduli keadaan murid.” (Antara). Oleh karena hal tersebut murid-
murid menjadi sulit untuk mengikuti pembelajaran daring, khususnya bagi murid yang
memiliki masalah internet. Bagi siswa yang memiliki akses internet terbatas bukan hanya
ketinggalan materi namun juga bisa ketinggalan tugas dan tidak mendapat nilai. Hal ini
juga tentu akan berdampak pada nilai ujian siswa menurun akibat ketinggalan materi
pelajaran ataupun tidak dapat mengikuti ujian karena keterbatasan akses internet.

Selain dari yang disebutkan diatas siswa yang memiliki keterbatasan internet
saat pembelajaran daring juga dapat mengalami kesulitan dalam beradaptasi saat
sekolah kembali menjadi luring atau offline. Hal ini tentunya dapat terjadi karena siswa
ketinggalan dalam mempelajari materi-materi pelajaran yang diberikan selama proses
pembelajaran daring berlangsung. “Bisa juga siswa tidak mampu beradaptasi
diakibatkan banyaknya tekanan selama sekolah daring, dimana setiap hari mendapat
tugas dan memeberatkan para siswa. Siswa juga mungkin tidak naik kelas sehingga siswa
mendapat lingkungan baru dengan teman baru bisa menghambat adaptasi siswa.”
(Antara). Melihat hal ini ternyata dampak dari kesterbatasan akses internet pada siswa
yang belajar atau besekolah secara daring ternyata amat besar. Bukan hanya dari segi
akademis namun juga dari segi psikologis yang membuat siswa tertekan hingga bisa
kesulitan menyesuaikan diri dengan sekolah.

Untuk mengatasi hal ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan salah satunya
adalah melakukan pengumpulan dana untuk memasang WiFi. “Sama seperti yang
dilakukan oleh ketua RT dari sebuah kecamatan di kabupaten subang. Pada kecamatan
ini setiap rumah tangga diminta untuk mengumpulkan Rp. 1000 per hari. Uang ini
nantinya akan digunakan untuk membeli paket WiFi dan perlengkapan belajar daring
lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan anak-anak disana. Walaupun hanya
mengumpulkan Rp. 1000 per hari kecamatan tersebut dapat membeli paket WiFi 50
mbps bahkan masih bisa membeli perlengkapan lain seperti kertas, alat tulis, buku,
tinta, dan lain sebagainya.” (Agni). Kebijakan yang dilakukan oleh ketua RT tersebut
menerapkan konsep pengumpulan dana, dimana setiap rumah tangga mengumpulkan
dana Rp. 1000 setiap hari yang akan disimpan dan dipergunakan sebagai dana untuk
belajar online. Nominal uang Rp. 1000 mungkin terlihat kecil namun tanpa Rp. 1000
maka tidak akan ada Rp. 2000, Rp. 5000, dan seterusnya. Dengan mengumpulkan Rp.
1000 dari setiap rumah tangga maka dana yang terkumpul akan menjadi besar dan
kemudian dapat dipakai untuk membiayai sebagian besar keperluan belajar daring
siswa.
Solusi lainnya untuk masalah keterbatasan internet untuk belajar online yaitu
menerima bantuan dari pemerintah, atau dengan kata lain pemerintah memberikan
bantuan bagi masyarakat. “Pemerintah saat ini telah mengalokasikan dana untuk
memberikan bantuan kuota kepada para pelajar, hal ini dilakukan pemerintah untuk
mengurangi beban pelajar selama melaksanakan pembelajaran daring. Kuota akan
diberikan kepada siswa dan guru PAUD, siswa dan guru SD, SMP, SMA, serta mahasiswa
dan dosen. Bantuan yang diberikan pemerintah berupa 5 GB kuota umum untuk
mengakses laman dan aplikasi, sedangkan sisanya merupakan kuota belajar untuk
mengakses laman dan aplikasi yang digunakan sebagai media pembelajaran daring.”
(Haryanto). Melalui bantuan pemerintah, pelajar dapat melakukan pembelajaran online
dengan lebih baik. Khususnya bagi pelajar yang tinggal di daerah pedesaan yang masih
sulit untuk mendapat internet entah karena kesulitan akses maupun karena kurangnya
biaya untuk membeli internet. Melalui bantuan pemerintah setidaknya beban yang
ditanggung pelajar dapat menjadi lebih ringan.

Selain dari solusi-solusi diatas masih ada solusi lain, yaitu pelajar dapat
memanfaatkan layanan atau fasilitas belajar daring secara gratis misalnya WiFi gratis
atau melalui saluran TV yang menyiarkan pembelajaran daring dalam program
siarannya. “Banyak siswa berkumpul di Polsek karena Polsek memberikan WiFi gratis
bagi para pelajar yang melakukan pembelajaran secara daring.” (“Polsek Sediakan Wifi”).
“Stasiun TV TVRI menyiarkan program jadwal belajar dari Kemendikbud untuk
kepentingan pembelajaran daring, sehingga siswa hanya perlu menonton TV untuk
belajar.” (Sunaryo). Melalui penyedian fasilitas dan layanan belajar gratis membuat
belajaran daring menjadi lebih mudah. Akses internet yang lambat atau tidak ada dapat
diatasi dengan pergi ke tempat yang menyediakan WiFi secara gratis atau cukup dengan
menonton TV dan mengerjakan tugas yang diberikan dari siaran TV tersebut. Dengan
adanya fasilitas dan layanan gratis pelajar desa pun dapat dengan mudah mengikuti
pembelajaran daring.

Selama normal baru banyak kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, salah
satunya adalah belajar daring. Sayangnya bagi pelajar di pedesaan hal ini cukup sulit
untuk dilakukan akibat dari sulitnya akses internet, maupun kurangnya dana yang
dimiliki warga untuk membeli paket internet yang mahal bagi para pelajar disana.
Akibatnya pelajar di daerah pedesaan menjadi tidak bisa atau sulit mengikuti proses
pembelajaran daring. Hal ini membuat mereka menjadi ketinggalan materi pelajaran
sehingga memengaruhi nilai mereka, bahkan mereka dapat merasa tertekan sehingga
sulit untuk kembali beradaptasi saat sekolah kembali dilaksanakan secara luring. Mereka
juga bisa mendapat tekanan psikologis akibat tidak naik kelas karena tidak dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu solusi-solusi mulai bermunculan
untuk membantu pelajar yang mengalami kesulitan akses internet. Mulai dari
pengumpulan dana untuk membeli internet dan kebutuhan belajar lainnya, pemerintah
menyalurkan bantuan kuota internet, hingga mulai bermunculan pihak-pihak yang
menyediakan layanan atau fasilitas untuk belajar daring yang dapat digunakan secara
gratis bahkan tanpa internet sehingga proses belajar daring menjadi lebih mudah.
Daftar Pustaka

Azzam, Abdullah “Siswa di Pelosok Sulawesi Selatan Kesulitan Akses Internet Untuk
Belajar Daring”. Bisnis.com, 03 Aug. 2020.
https://foto.bisnis.com/view/20200803/1274100/siswa-di-pelosok-sulawesi-
selatan-kesulitan-akses-internet-untuk-belajar-daring. Accessed 26 Sept. 2020.

Dwinanda, Reiny “Siswa Desa Pranggong Tebantu Internet Gratis di Balai desa”.
Republika.co.id, 28 Jul. 2020.
https://republika.co.id/berita/qe6tb4414/siswa-desa-pranggong-terbantu-
internet-gratis-di-balai-desa. Accessed 25 Sept. 2020.

“Cerita di Perbatasan: Akses Internet Sulit, Paket WiFi Diandalkan”. Tempo.co,


31 Aug. 2019.
https://bisnis.tempo.co/read/1242234/cerita-di-perbatasan-akses-internet-
sulit-paket-wifi-diandalkan. Accessed 25 Sept. 2020.

Antara “KPAI: Banyak Siswa Stres Hingga Putus Sekolah karena Belajar Daring”.
Medcom.id, 23 Jul. 2020.
https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/Rb10xmXN-kpai-banyak-
siswa-stres-hingga-putus-sekolah-karena-belajar-daring. Accessed 25 Sept.
2020.

Agni “Viral Solusi Sekolah Online Cukup dengan Iuran Rp1.000 Per Hari, Diunggah oleh
Ketua RT di Subang”. Joglosemarnews.com, 02 Aug. 2020.
https://joglosemarnews.com/2020/08/viral-solusi-sekolah-online-cukup
dengan-iuran-rp1-000-per-hari-diunggah-oleh-ketua-rt-di-subang/. Accessed 26
Sept. 2020.

Haryanto, Agus. T. “Hari Ini Bantuan Kuota Internet Gratis Pemerintah Disalurkan, Sudah
Terima?”. Detik.com, 22 Sept. 2020.
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-5182835/hari-ini-bantuan-kuota-
internet-gratis-pemerintah-disalurkan-sudah-terima. Accessed 27 Sept. 2020.

“Polsek Sediakan Wifi Gratis Untuk Belajar Daring”. Kompas.tv, 05 Aug. 2020.
https://www.kompas.tv/article/99609/polsek-sediakan-wifi-gratis-untuk
-belajar-daring. Accessed 27 Sept. 2020

Sunaryo, Adi “Siaran Belajar di Televisi Atasi Masalah Belajar Daring”. Lampost.co,
17 Apr. 2020.
https://www.lampost.co/berita-siaran-belajar-di-televisi-atasi-masalah-belajar
-daring.html. Accessed 27 Sept. 2020.
Lampiran

• Clustering

• Topik Khusus
• Listing

Anda mungkin juga menyukai