Ditulis untuk memenuhi tugas ujian praktikum pada mata pelajaran Biologi
Disusun Oleh:
Justin Rampengan
Kelas:
12 MIA B
MANADO
2019/2020
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata pelajaran
Biologi, tentang “Praktikum Pembuatan Tape Ketan Putih”. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada guru mata pelajaran, yaitu Ibu Ningsi yang telah membimbing tim penulis selama
pelaksanaan praktikum dan pengerjaan laporan praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan
karena keterbatasan penulis. Untuk itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangan tersebut
dan tidak menutup diri terhadap segala kritik dan saran serta masukan yang bersifat membangun
bagi tim penulis. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, institusi
pendidikan dan masyarakat luas.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, Negara yang berada di benua Asia, terkenal sebagai Negara dengan
keragaman kuliner. Seperti China, Korea, Jepang dan banyak lainnya termasuk Indonesia. Di
Indonesia sendiri hampir setiap daerah memiliki makanan dengan ciri khas tersendiri. Selain
kekhasan dan keunikan makanan tiap daerah, harga makanan yang murah juga membuat
Indonesia terkenal sebagai Negara wisata kuliner yang banyak dikunjungi orang-orang saat
ingin melakukan wisata kuliner termasuk warga mancanegara.
Salah satu makanan khas dari Indonesia adalah tape. Tape merupakan makanan
tradisional yang sangat populer dan digemari di masyarakat. Hal ini tidak lain karena rasanya
yang nikmat, harga yang murah, mengandung gizi yang baik, dan karena proses
pembuatannya yang dapat dikatakan sangatlah mudah sehingga dapat dibuat sendiri dirumah.
Bahan tape yang biasanya digunakan adalah beras ketan atau singkong, sehingga mudah di
dapat baik di pasar ataupun di supermarket. Namun karena kemudahan ini seringkali banyak
orang yang mencoba membuat tape gagal dalam proses fermentasinya dan menghasilkan tape
gagal yang sangat tidak enak. Biasanya hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya
pengertian mengenai bioteknologi, khususnya bioteknologi konvensional yang digunakan
dalam proses pembuatab tape. Tape menggunakan bioteknologi konvensional, karena proses
pembuatan tape hanya memerlukan beberapa bakteri dan jamur untuk membantu proses
fermentasi pada beras ketan atau singkong untuk menghasilkan tape. Oleh karena penelitian
ini penting untuk dilakukan untuk mengurangi kesalahan masyarakat dalam proses
pembuatan tape dan menambah pengetahuan mengenai bioteknologi konvensional dan
fermentasi. Serta cara Tuhan menjaga budaya dan kelangsungan hidup manusia melalui
proses pembuatan makanan tape.
3
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui cara pembuatan tape yang baik dan benar.
2. Mengetahui pengaruh ragi dalam proses fermentasi tape.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi berasal dari kata bios yang berarti makhluk hidup dan teknos yang berarti
aplikasi atau penerapan dan logos yang berarti ilmu. Sehingga bioteknologi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang penerapan makhluk hidup melalui suatu tahapan dan
proses untuk menghasilkan suatu produk guna meningkatkan kesejahteraan manusia.
(Suwarno, 2009).
Menurut (Suwarno, 2009). Bioteknologi konvensional sudah ada sejak jaman dulu.
Ketika orang dulu telah mampu membuat tempe, tape serta minuman beralkohol, itu semua
sebenarnya adalah penerapan dari bioteknologi. Orang dulu mendapatkan ilmu cara membuat
tempe dan tape secara turun temurun dan tanpa pengkajian secara ilmiah. Umumnya mereka
membuat itu semua hanya untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri tanpa ada pemikiran
untuk memperjualbelikan atau memproduksi dalam jumlah yang banyak. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa bioteknologi tradisional memiliki ciri-ciri:
a. Ilmu yang didapatkan merupakan warisan turun temurun san berdasarkan kebiasaan
semata .
b. Hanya diproduksi dalam skala kecil untuk mencukupi kebutuhan masing-masing.
c. Belum ada pengkajian prinsip-prinsip ilmiah
5
Menurut (Kistinnah & Lestari, 2009). Bioteknologi modern sudah mulai berkembang
sejak adanya penemuan struktur DNA pada tahun 1950. Bioteknologi modern merupakan
pengembangan dari bioteknologi konvensional, dilihat dari cara pengerjaannya yang lebih
modern serta penemuan-penemuan baru di bidang ilmu-ilmu lain, seperti mikrobiologi,
biokimia, genetika, biologi molekuler, biologi sel, dan fisika. Bioteknologi modern
merupakan bioteknologi berdasarkan manipulasi atau rekayasa DNA, yang dilakukan dengan
memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya pada organisme yang berbeda.
2.3 Fermentasi
Menurut (Moede, Gonggo, & Ratman, 2017). Fermentasi adalah proses oksidasi yang
meliputi perombakan media organik pada mikroorganisme anaerob atau fakultatif anaerob
dengan menggunakan senyawa organik sebagai aseptor elektron terakhir dan terbagi menjadi
dua bagian yaitu:
1) Fermentasi aerob. Fermentasi jenis aerob dilakukan ketika oksigen dibutuhkan untuk
dibutuhkan, gula akan dirombak menjadi asam piruvat, lalu asetaldehida, dan
Menurut (Berlian, Aini, & Ulandari, 2016). Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi
metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih
tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika, dan biopolymer.
Fermentasi merupakan perubahan enzimatik secara anaerob dari suatu senyawa organik
dan menjadi produk organik yang lebih sederhana. (Kistinnah & Lestari, 2009)
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Jacob (Marshall, 1999) di dalam (DR. J.R. Raco, 2010). Memaparkan 6 jenis
metode kualitatif yaitu: ethologi manusia, etnografi holistic, antropologi kognitif, ethnografi
komunikasi, interaksi simbolik, dan psikologi lingkungan. Dari antara ke-6 pembagian diatas
antropologi kognitif merupakan metode yang saya pakai dalam penelitian ini. Metode ini
berarti metode yang menentukan apa yang harus dilakukan manusia untuk bertahan hidup.
Melalui metode tersebut dalam penelitian ini, kita dapat mengetahui bahwa tape adalah
hasil fermentasi yang dilakukan sejak dulu dan bertujuan untuk kelangsungan hidup manusia.
Melalui metode ini kita akan mengutamakan kualitas yang dapat membantu kelangsungan
hidup melalui penelitian cara membuat tape yang baik dan benar agar kualitas tape menjadi
baik. Selain dari itu kita juga belajar untuk membuat tape dan mengoreksi kesalahan jika
terjadi sesuatu agar kedepannya kualitas tape yang dibuat bisa lebih membaik.
7
2. Siapkan kompor dan hubungkan kompor dengan gas.
3. Masukkan air secukupnya ke dalam panci kukusan lalu taruh panci diatas kompor dan
nyalakan api, tunggu hingga air mendidih.
4. Setelah air mendidih masukkan beras ketan ke dalam panci dan kukus selama 15
menit.
5. Setelah 15 menit keluarkan beras dari panci lalu dinginkan dengan air dingin dalam
baskom.
6. Sementara beras didinginkan cuci daun pisang agar dapat langsung kering data akan
dipakai.
7. Setelah selesai mencuci daun pisang tiriskan air dingin dari beras ketan lalu panaskan
kompor kembali hingga air dalam panci mendidih kembali.
8. Setelah air mendidih masukkan beras kedalam panci lagi dan kukus selama 30 menit.
9. Setelah 30 menit matikan api, lalu pindahkan beras ke dalam wadah yang beralaskan
daun pisang.
10. Setelah dipindahkan taburkan ragi tape secukupnya lalu aduk sampai merata. Setelah
selesai di aduk mulai bungkus beras menggunakan daun pisang, lalu simpan dalam
tempat tertutup yang steril dan diamkan selama 3 hari.
11. Setelah 3 hari keluarkan beras tersebut dan tape sudah siap.
8
BAB IV
Berdasarkan gambar diatas hasil pengamatan yang sata dapat dari tape yang kami buat
adalah sebagai berikut:
- Beras ketan yang di fermentasikan menjadi tape berbau busuk dan memiliki tekstur
yang sangat lembek dan terdapat cairan-cairan di sekitar tape.
Dari pengamatan tersebut kami menyatakan tape yang kami buat gagal.
4.2 Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan, tape yang kami buat merupakan sebuah
hasil yang gagal. Dilihat dari proses saat pembuatan tape hasil kegagalan ini sudah diperkirakan,
kami memperkirakan ini akan terjadi karena kami melakukan beberapa kesalahan, seperti lupa
mencuci daun pisang yang akan dipakai, menaruh ragi terlalu banyak atau sedikit, mengkukus
terlalu lama karena tidak melihat jam, dll. Selain itu kegagalan ini juga mungkin terjadi karena
terdapat sedikit masalah pada beras ketan yang kami gunakan, karena beras tersebut berbau
setengah basi. Dari hasil ini kami melihat pentingnya ketelitian, kualitas bahan, dan keadaan
lingkungan yang harus steril agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik. Proses
feermentasi merupakan bagian dari bioteknologi karena melibatkan mikroorganisme dalam prose
pengaplikasiannya, oleh karena jika keadaan tidak steril proses fermentasi tidak akan berjalan
dengan baik, karena bisa saja bahan yang sementara melalui proses fermentasi oleh beberapa
mikroorganisme terkontaminasi oleh mikroorganisme lain disebabkan oleh keadaan yang tidak
steril. Keadaan yang tidak steril memungkinkan mikroorganisme lain untuk masuk dan
9
mengganggu atau mengubah proses yang sedang terjadi sehingga barang yang ingin dibuat
menjadi gagal.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kami, kami menyimpulkan penelitian pembuatan tape kami
mengalami kegagalan, karena hasil akhir dari tape kami merupakan tape yang gagal. Dari
kegagalan tersebut kami mendapati beberapa kesalahan dalam mengukus, penggunaan alat
dan bahan, serta kesalahan dalam penggunaan ragi tape yang kami taruh tanpa takaran yang
benar. Oleh karena itu kami merasa bahwa kegagalan dalam penelitian kali ini merupakan
kegagalan yang disebabkan oleh kesalahan kami sendiri. Melalui penelitian ini juga kami
dapat mengetahui bahwa Tuhan selalu berkuasa atas segala sesuatu, tanpa Dia tidak akan ada
apapun yang dapat terjadi, semua terjadi seturut kehendak-Nya entah itu kegagalan atau
keberhasilan rencana Tuhan selalu yang terbaik.
5.2 Saran
Pada penelitian seperti ini sebaiknya para peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang
baik serta mengingat untuk selalu teliti dan tidak melupakan atau melewati langkah kerja
sedikitpun.
11
DAFTAR PUSTAKA
Berlian, Z., Aini, F., & Ulandari, R. (2016). UJI KADAR ALKOHOL PADA TAPAI KETAN PUTIH DAN
SINGKONG MELALUI FERMENTASI DENGAN DOSIS RAGI YANG BERBEDA. Jurnal Biota Vol. 2 No.
1 Edisi Januari 2016, 107.
DR. J.R. Raco, M. M. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya.
Jakarta: PT Graamedia Widasarana Indonesia.
Kistinnah, I., & Lestari, E. S. (2009). BIOLOGI Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA/MA untuk Kelas
XII. Jakarta: pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Moede, F. H., Gonggo, S. T., & Ratman. (2017). PENGARUH LAMA WAKTU FERMENTASI TERHADAP
KADAR BIOETANOLDARI PATI UBI JALAR KUNING (Ipoema batatas L). J. Akad. Kim. 6(2), 87.
Suwarno. (2009). Panduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA&MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
12
LAMPIRAN
13
Beras ketan saat dikukus kedua kali
14
Beras ketan saat dikukus pertama
kali
15
Beras ketan setelah diangkat dan di
letakan dalam daun pisang
16
Beras ketan saat akan dibungkus
dalam daun pisang
17