“TAPE SINGKONG”
Disusun oleh:
Dehan Alfarizi
Kiki Nugraha
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “MAKANAN HASIL BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL (Tape singkong)” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata pelajaran IPA.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................................1
BAB IV PENUTUPAN
4.1. Kesimpulan...........................................................................................10
4.2. Saran.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tapai hasil fermentasi dengan ragi yang didominasi S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair,
lunak, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket. Produksi tapai
biasanya dilakukan oleh industri mikro, kecil, dan menengah.
Dengan terlaksananya kegiatan praktek percobaan ini, maka kami berharap telah memenuhi
tugas ujian praktek IPA. Serta bermamfaat bagi teman-teman sekalian.
2
4. Tape
Suka dengan cemilan unik satu ini? Tape merupakan makanan fermentasi paling populer nih. Dibuat
dengan singkong, yang kemudian diproses fermentasi alkohol dengan
mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae
5. Acar atau sayuran fermentasi
Salah satu pelengkap yang bikin nasi gorengmu jadi seger dan gak enek. Acar adalah salah satu
produk bioteknologi konvensional yang paling mudah dibuat, dan sering kita temui. Acar dibuat dari
sayuran yang diproses fermentasi dengan larutan cuka dan garam, serta dibantu oleh
mikroorganisme Lactobacillus plantarum, Streptococcus, Pediococcus.
6.Mentega
Selanjutnya, ada bahan makanan utama yang sering kita temui, yakni mentega. Produk ini dibuat dari
krim susu yang kemudian difermentasi dengan mikroorganisme Streptococcus lactis. Mentega ini
berbeda dengan margarin yang dibuat dari minyak kelapa ya guys!
7. Keju
Siapa nih yang apa-apa, harus pakai keju, ngga martabak, nggak ayam goreng, semuanya disiram
pake saus keju? Nah, keju ini salah satu produk dari bioteknologi konvensional. Keju berawal dari
susu yang kemudian difermentasi dengan bakteri Penicillium camemberti, atau bakteri
mikroorganisme lainnya.
8. Nata de Coco
Siapa yang suka minuman kenyal yang segar ini? Nata de coco adalah produk bioteknologi yang
dibuat dari air kelapa, yang difermentasi dengan bakteri Acetobacter xylinum
2.4 Karakteristik Bioteknologi Konvensional
Sebelumnya kita sudah singgung dikit, kalau bioteknologi konvensional itu menggunakan prinsip
fermentasi dan memanfaatkan mikroorganisme secara utuh. Selain dua hal tersebut, bioteknologi
konvensional punya karakteristik lain, diantaranya adalah:
1. Menggunakan alat tradisional dan sederhana
Pengolahan dalam bioteknologi konvensional umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang bisa
mudah kita temui. Misalnya ember, panci, gelas, toples, dan baskom.
Contoh pengolahan bioteknologi konvensional dengan alat sederhana seperti pembuatan yoghurt. Alat
yang digunakan yakni panci, toples, alat pengaduk dan termometer.
2. Menggunakan cara yang sederhana
Proses pengerjaan dalam bioteknologi konvensional juga terbilang sederhana. Cara mengolah bahan-
bahan cukup mudah dan tidak terlalu rumit
3
3. Tidak memerlukan keahlian khusus
Karena prosesnya yang dilakukan dengan cara yang sederhana, maka dari itu bioteknologi
konvensional bisa dikerjakan oleh siapa saja dan tidak memerlukan keahlian khusus.
Misalnya kembali lagi pada contoh cara membuat yoghurt, kita hanya perlu mencampur bakteri
tertentu ke dalam susu, untuk selanjutnya disimpan untuk waktu tertentu.
4. Melibatkan mikroorganisme secara langsung dan utuh
Proses bioteknologi konvensional, sepenuhnya bergantung pada peran mikroorganisme. Misalnya saat
membuat yoghurt, bakteri Lactobacillus bulgaricus membantu proses pembuatan yoghurt.
5. Menggunakan prinsip fermentasi
Prinsip utama dari karakteristik bioteknologi konvensional, yakni fermentasi. Fermentasi adalah
proses yang menghasilkan energi untuk memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana,
dalam keadaan minim atau tanpa oksigen.
Melalui proses fermentasi ini, kemudian diperoleh produk akhir bioteknologi konvensional, yakni
berupa produk utama atau produk sampingannya.
6. Proses biokimia dan genetik terjadi secara alami
Dalam proses bioteknologi konvensional, tidak ada manipulasi genetik yang terjadi. Misalnya
pada contoh pembuatan yoghurt, bakteri yang dicampurkan pada susu, melakukan proses
fermentasi yang terjadi secara alami.
7. Kondisi lingkungan dimanipulasi
Jika dari segi proses biokimia terjadi secara alami, salah satu hal yang bisa dimanipulasi hanya
kondisi lingkungannya. Seorang yang memproses bioteknologi konvensional, dapat
memanipulasi melalui media tempat mikroorganisme tumbuh. Selain itu, masa
inkubasi serta konsentrasi mikroorganisme yang digunakan juga bisa disesuaikan.
8. Skala produksi umumnya lebih kecil
Karakteristik terakhir dari bioteknologi konvensional, yakni skala produksinya yang relatif lebih kecil
dari bioteknologi modern. Karena prosesnya bergantung pada proses fermentasi dan bantuan dari
mikroorganisme, maka skala produksi dari bioteknologi konvensional umumnya tidak dapat
dilakukan secara massal.
2.5. Pengertian Tape
Tapai atau tape adalah kudapan yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan pangan
berkarbohidrat sebagai substrat oleh ragi. Di Indonesia dan negara-negara tetangganya, substrat ini
biasanya beras ketan dan umbi singkong.
BAB III
METODE PERCOBAAN
- ragi
- dandang
- kresek
3. Cuci lagi bagian dalam singkong yang sudah di kupas agar kandungan yang
berbahaya dalam kulit singkong yang masih menempel hilang
6
4. Kukus singkong yang sudah bersih kedalam panci dengan air merendam
singkong, kukus dengan api sedang selama 10 menit dan tiriskan selama 2jam
6. langkah terakhir bungkus dengan daun pisang kemudian bungkus lagi dengan
kresek agar proses fermentasi berjalan dengan sempurna.
7
Skema Pembuatan Tape
Tahapan
Pemilihan bahan
Persiapan
Penyucian
Pengupasan
Penyucian 2
Pengukusan 10
Tahap Proses
menit
Pendinginan 2 jam
peragian
pembungkusan
8
Hasil Laporan Percobaan
No Hari tanggal Reaksi Keterangan
1 Minggu, 24 Februari Tidak ada reaksi Singkong dicuci sampai bersih
2023
2 Minggu, 24 Februari Tidak ada reaksi Pengupasan kulit singkong
2023
3 Minggu, 24 Februari Tidak ada reaksi Singkong dicuci kembali
2023
4 Minggu, 24 Februari Singkong jadi agak lembek Dikukus selama 10 menit
2023
5 Minggu, 24 Februari Tidak ada reaksi Singkong ditiriskan selama 2
2023 jam lalu ditaburi ragi tape
hingga merata
6 Minggu, 24 Februari 1 hari belum ada reaksi Proses Pengamatan
2023 2 hari mulai meresap Fermentasi
dan mulai lembek
3 hari sudah matang dan
harum
7 Rabu, 01 Maret 2023 Tape singkong Jadi Siap dihidangkan
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tape sangat tergantung dari hasil fermentasi jenis
bahan utama/substratnya yaitu singkong, macam mikroba yang aktif dan kondisi di sekelilingnya
yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut, dan hal ini dapat dikatakan
bahwa pengolahan singkong hingga menjadi tape sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki,
walaupun menurut kami, terlalu cepat waktu mengukusnya sehingga tape masih sedikit keras.
Karena adanya dzat mikrobaa dalam tape maka tape akan bermanfaat
Sebagai pasokan energi bagi tubuh agar tidak mudah lelah dan tertap bugar ,dapat
meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan radikal bebas, Serta dapat menjadi penetral berbagai
macam racun yang menetap di dalam tubuh yang dihasilkan dari obat obatan atau dari sisa limbah
makanan.Digaris bawahi jika dikonsumsi secara wajar
Dapat melancarkan metabolisme tubuh sehingga tubuh senantiasa dalam keadaan sehat
Sehingga menjadikan makanan Bioteknologi seperti Tape itu sangatlah baik dan bagus bagi
kesehatan.
4.2 Saran
Dari Penulisan dan peneliti makalah ini kami menyadari terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini menjadi
lebih baik. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD,
Bandung.
Winarno,F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
Irnaningtyas. (2018). Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, I. 2003. Tapai from cassava and cereals. Dalam: First International Symposium and
Workshop on Insight into the World of Indigenous Fermented Foods for Technology Development and
Food Safety; Bangkok, 13 – 17 Apr 2003. hal. 1-10.
Blust, Robert; Trussel, Stephen. "Austronesian Comparative Dictionary: *t". Austronesian
Comparative Dictionary. Diakses tanggal 12 Maret 2021.
Fitrisia, Dohra; Widayati, Dwi (2018). "Changes in basic meanings from Proto-Austronesian to
Acehnese". Studies in English Language and Education. 5 (1): 114–125. doi:10.24815/siele.v5i1.9431
permanen]
Cronk TC, Steinkraus KH, Hackler LR, Mattick LR. (1977). "Indonesian tape ketan
fermentation" (PDF). Appl Microbiol. 33 (5): 1067–73.[pranala nonaktif permanen]
Cereda MP, Takahashi M. 1994. Cassava waste: Their Characterization, and Uses, and
Treatment in Brazil. Di dalam: Dufour D, O’Brien GM, Best R, editor. International Meeting on
Cassava Flour and Starch: Progress in Research and Development; Cali, 11-15 Jan 1994. Cali:
Centro Internacional de Agricultura Tropical. hlm 221-232.
Sahlin P. 1999. Fermentation as a method of food processing. [thesis]. Lund: Department of
Applied Nutrition and Food Chemistry, Lund University.
6
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tempe sangat tergantung dari hasil fermentasi
jenis bahan utama/substratnya yaitu kacang ijo, macam mikroba yang aktif dan kondisi di
sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut, dan hal ini
dapat dikatakan bahwa pengolahan kacang ijo hingga menjadi tempe sesuai dengan hasil akhir
yang dikehendaki, walaupun menurut kami, menaburkan terlalu banyak ragi tempe hingga
akhirnya muncul terlalu banyak munculnya mycelia putih dari jamur.
Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kacang ijo, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut.
Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kacang ijo menjadi lebih lunak, terurainya protein yang
terkandung dalam kacang ijo menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik
dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah
dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama
proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah
penyakit perut seperti diare.
Sehingga menjadikan makanan Bioteknologi seperti Tempe itu sangatlah baik dan bagus bagi
kesehatan.
4.2 Saran
Dari Penulisan dan peneliti makalah ini penulis menyadari terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini
menjadi lebih baik. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD,
Bandung.
Winarno,F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
Irnaningtyas. (2018). Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: Erlangga.
11