Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL OBSERVASI

WISATA SAUJANA SITUS CAGAR BUDAYA: TAMAN PURBAKALA


PUGUNGRAHARJO

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pariwisata Indonesia

Dosen Pengampu:
Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum.
Aprilia Triaristina, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Amanda Aulia Annisa 2013033006


Dita Adelia Karisma 2013033007
Habib Nurrohman 2013033040
Alfiani Rhamadani 2013033043
Afaf Nafisah 2013033059
Ferdy Nurfajri 2053033013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
hasil observasi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita, yaitu Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah Swt atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu sehat berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun
mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan hasil observasi sebagai tugas
dari mata kuliah Sejarah Pariwisata Indonesia dengan judul “Wisata Saujana SItus
Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo”.
Penyusun tentu menyadari bahwa laporan hasil observasi ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk laporan hasil observasi ini, agar laporan hasil observasi ini nantinya dapat
menjadi laporan hasil observasi yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada laporan hasil observasi ini penyusun mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum. dan Ibu Aprilia Triaristina,
S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing kami dalam menulis laporan hasil observasi
ini. Demikian, semoga laporan hasil observasi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1


1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Observasi...........................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Observasi.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4
2.1 Gambaran Umum Daerah Observasi.............................................................4
2.2 Pelaksanaan Observasi..................................................................................4
2.3 Hasil Observasi..............................................................................................5

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................


3.1 Kesimpulan......................................................................................................
3.1 Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saujana tidak dapat dilepaskan dari nilai ruang sosial budaya yang terbentuk
dari bentukan alam. Kondisi alam diyakini masyarakat sebagai inspirasi dalam
pembentukan ruang kawasan. Selain itu, saujana berfokus pada perubahan
lingkungan-lingkungan alam dan masyakatnya yang mungkin terjadi akibat dari
perubahan pola pikir manusia serta perubahan alami lingkungannya. Bentang
alam yang meliputi ruang fisik yang terbentuk dijadikan sebagai acuan dalam
membentuk aktivitas-aktivitas manusianya yang selalu bergerak dinamis. Nilai-
nilai terhadap kondisi alam dipercaya sebagai arahan untuk mengelola lingkungan
fisiknya. Dengan demikian, saujana menguraikan mengenai potensi alam dan
budaya disuatu kawasan. Saujana mengandung nilai-nilai yang seharusnya
menjadi pertimbangan dalam pengembangan suatu kawasan (Utami & Andalucia,
2018).
Menurut Piagam Pelestarian Pustaka Indonesia (2003), pariwisata saujana
merupakan gabungan dari pariwisata alam dengan pariwisata budaya dalam
kesatuan ruang dan dan waktu. Keindahan alam dan kebudayaan menjadi daya
tarik wisata. Pariwisata menyatukan kegiatan pendidikan, pelestarian budaya,
keindahan alam, dan aktivitas ekonomi sebagai potensi wisata. Pariwisata saujana
merupakan hubungan antara manusia degan alam tidak dapat dipisahkan dalam
melestarikan pariwisata saujana (Rani, dkk, 2018).
Lampung sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi alam dan
budaya yang bisa dikembangkan sebagai objek wisata. Potensi tersebut antara lain
alam yang indah dan hawa sejuk, dikelilingi oleh kehijauan bukit yang banyak
ditumbuhi pohon. Dengan kondisi demikian, maka Lampung bisa dijadikan mata
rantai tujuan wisata. Keindahan alam dan budaya di Lampung sebagian sudah
digarap atau dikelola dengan baik, artinya sudah dijadikan sebagai tujuan wisata.
Namun, bila dibandingkan dengan potensi yang ada tampaknya pariwisata di
Lampung belum digali secara optimal. Salah satunya wisata saujana yang ada di
Lampung, yaitu Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo yang
terletak pada koordinat 50 1854’BT dan 1050 3203’BT. Lahan tersebut seluas

1
kurang lebih 30 hektar, namun hanya 9 hektar yang digunakan/dipakai yang
didalamnya terdapat peninggalan sejarah. Sisa dari lahan tersebut ditanami
tanaman singkong. Situs ini berada di dataran rendah pada dataran bergelombang
yang terbentuk dari dataran vulkanik. Taman Purbakala Pugungraharjo berlokasi
di Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur (Dewi, dkk,
2021:101). Lokasi tersebut cukup strategis karena mudah dijangkau baik dari
Sribawono maupun Bandar Lampung. Pugungraharjo berada disebelah barat
Sukadana dengan jarak sekitar 60 Km, sedangkan apabila dari Bandar Lampung
sekitar 50 Km (Ekwandari, dkk, 2021:107).
Berdasarkan ltar belakang diatas, maka dalam laporan observasi ini akan
diuraikan mengenai “Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah
dalam laporan hasil observasi ini sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum daerah observasi?
2. Bagaimana pelaksanaan observasi?
3. Bagaimana deskripsi hasil observasi?

1.3 Tujuan Observasi


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan kegiatan dalam
laporan hasil observasi ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran umum daerah observasi.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan observasi.
3. Untuk mengetahui deskripsi hasil observasi.

1.4 Ruang Lingkup Observasi


Kegiatan observasi dilaksanakan di wisata saujana yang berada di Lampung,
yaitu Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo yang terletak di Desa
Pugungraharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur.
Observasi ini dilakukan dengan mengamati objek berupa kolam megalitikum serta
mewawancarai pengelola Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo
untuk memperoleh data-data yang akurat. Data-data yang diperoleh dari pengelola

2
Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo digunakan sebagai sumber
primer dalam observasi sehingga didapatkan informasi-informasi yang mendalam
mengenai Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo. Selain itu, kami
juga menggunakan sumber sekunder berupa data-data atau informasi yang berasal
dari penelitian sebelumnya yang berasal dari jurnal, skripsi, tesis, maupun buu-
buku yang membahas Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Daerah Observasi


Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo terletak di Desa
Pugungraharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur. Cagar
Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan hasil peninggalan dari
zaman Megalitikum, zaman Klasik/Hindu-Budha, sampai zaman Islam. Penemuan
benda-benda yang ada di situs Taman Purbakala Pugung Raharjo ini berlangsung,
ketika adanya transmigrasi lokal yang berasal dari desa Batanghari, Sekampung
Kabupaten Lampung Timur yang tergabung dalam Biro Rekontruksi Nasional
pada tahun 1954. Situs Kepurbakalaan Pugung Raharjo secara gografis berada
pada koordinat 5°1854´LS dan 105° 3203´BT. Lahan situs berada di dataran
rendah pada pedataran bergelombang yang terbentuk dari dataran vulkanik. Desa
Pugung Raharjo berada pada lokasi yang strategis, yaitu ditepian Way Sekampung
yang mudah dijangkau baik dari Sribawono maupun Bandar Lampung Pugung
Raharjo berada di sebelah barat Sukadana, berjarak sekitar 60 km, sedangkan
kalau dilihat dari Bandar Lampung sekitar 50 Km.
Benda-benda peninggalan pada zaman nirleka di situs Pugung Raharjo
diantaranya yaitu punden berundak merupakan hasil karya tradisi megalitik. Situs
pugung Raharjo juga memiliki punden dengan ukuran besar dan kecil. Fungsi dari
punden berundak ialah sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang (Asmar,
1975). Kompleks batu mayit merupakan kumpulan batu megalitik yang berfungsi
sebagai tempat sakral untuk pemujaan arwah nenek moyang. Stamba merupakan
tugu kecil yang berfungsi sebagai tanda suatu batas wilayah kekuasaan. Batu
bergores, pada masa prasejarah digunakan sebagai alat mengasah dan masih
banyak lagi peninggalan-peninggalan sejarah lainnya yang terdapat di situs
purbakala pugung Raharjo.

2.2 Pelaksanaan Observasi


Kegiatan observasi bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo dari narasumber
langsung. Kegiatan observasi dilaksanakan pada:

4
Hari/Tanggal : Sabtu, 29 Oktober 2022
Pukul : 10.00-15.00 WIB
Tempat : Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo

2.3 Hasil Observasi


Sejarah Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo
Sebelum ditemukan cagar budaya taman purbakala Pugungraharjo, Desa
Pugungraharjo merupakan perkampungan hutan belantara. Masih banyak
binatang buas yang berkeliaran sehingga manusia takut untuk masuk ke
perkampungan tersebut. Selain itu, banyak binatang melata seperti pacet
(Heamadipsa) yang mengharuskan manusia apabila masuk ke perkampungan
tersebut memakai sepatu bot yang tinggi agar tetap aman dan terhindar dari
binatang tersebut. Hutan Pugungraharjo dibuka oleh warga Birokrasi
Rekontruksi Nasional (BRN) pada 1954, kemudian dibuat perkampungan
dengan 78 kepala keluarga yang datang untuk membuka perkampungan
tersebut.
Dulu nama Pugungraharjo yaitu “Puggung” yang berarti “dataran tinggi”.
Kata “Puggung” sendiri berasal dari bahasa Lampung asli. Namun, karena
banyak pendatang (transmigrasi) dari suku Jawa, kata “Puggung” berganti
menjadi “Pugung”. Kemudian oleh masyarakat Jawa ditambahkan nama
“Raharjo”. Jadi, Pugungraharjo berarti dataran tinggi yang sejahtera.
Sejarah awal dari Situs Purbakala Pugungraharjo, yaitu ditemukannya
sebuah arca yang disebut arca Bodhisatwa/Bodhisattva atau “Putri Badriah”
pada 14 Agustus 1957 oleh bapak Kadiran. Penemuan tersebut merupakan
penemuan yang luar biasa. Arca tersebut diletakkan di rumah kepala desa,
kemudian dipindahkan dan diletakkan di kediaman bapak Sardi. Pada 1975,
dibuatkan tugu yang masih dapat dilihat hingga saat ini di depan puskesmas
Pugungraharjo.

5
Gambar 1. Arca Budhisatwa (Putri Badariah)
Sumber: Dokumen Pribadi (2022)

Pada 1968, hasil penemuan dari arca Bodhisatwa (Putri Badariah)


dilaporkan ke Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional (LPPN) Jakarta. Dari
hasil laporan tersebut, kemudian ditindaklanjuti dan disurvei. Ternyata tempat
ditemukannya arca tersebut sangat berpotensi adanya peninggalan sejarah yang
lain bahkan arkeolog sudah mulai memetakkan. Pada 1973, Lembaga
Peninggalan Purbakala Nasional langsung bekerjasama dengan Van Sylvania
Museum University Amerika Serikat.

6
Kolam Megalitikum
Mengutip buku berjudul Hulu Tulung, Kolam megalitikum merupakan
salah satu peninggalan yang berada di Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala
Pugungraharjo yang berada di area situs Pugungraharjo. Sesuai dengan
namanya, kolam megalitikum merupakan tempat peninggalan sejarah hal ini
berdasarkan dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Kolam Megalitikum memiliki bentuk yang unik. Bentuknya
berupa batu besar yang di dalamnya tersimpan batu-batu berlubang. Kolam ini
adalah salah satu sumber mata air yang memenuhi batuan berlubang tersebut.
Maka, terbentuklah kolam yang dibuat secara alami. Konon, kolam ini
merupakan tempat nenek moyang melakukan kegiatan meramu, mengasah
senjata, dan kegiatan lainnya.
Di situs kolam megalitik terdapat mitologi, yaitu jika seseorang mencuci
muka atau bahkan meminum air yang mengalir dari sumber mata air yang ada
di kolam megalitikum, maka dipercaya dapat awet muda dan mudah dapatkan
jodoh. Sampai saat ini masih banyak orang yang percaya akan hal ini.

Gambar 2. Kolam Megalitikum


Sumber: Dokumen Pribadi (2022)

Di sekitar kolam megalitikum terdapat beberapa batu yang termasuk dalam


peninggalan kebudayaan megalitik yang dinamakan batu berlubang, karena

7
memiliki ciri khas pada permukaaan batu terdapat 1-3 lubang. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, yang dimaksudkan dengan batu berlubang
adalah batu yang memiliki sejumlah lubang, biasanya jumlah dan letak lubang
tidak beraturan pada permukaan batu tadi.
Kolam megalitikum ini dibagi menjadi tiga bagian tetapi masih saling
menyambung atau masih dalam satu tempat. Ditempat keluarnya air digunakan
oleh pemeluk agama Hindu sebagai tempat penyucian yang dilakukan pada
sabtu sore (menjelang magrib). Sedangkan di kolam bagian bawah biasanya
digunakan sebagai tempat pemeluk agama Kristen/Protestan dalam acara
pembaptisan, pemeluk agama Islam (mualaf), dan tempat mandi. Apabila
singgah ke kawasan kolam megalitikum, disarankan untuk merasakan sensasi
berendam di kolam prasejarah atau sekadar bermain tetapi jangan lupa untuk
mempersiapkan pakaian pengganti. Selain itu, aktivitas lain yang bisa
dilakukan di tempat ini adalah merendam kaki. Di kolam ini terdapat ikan-ikan
kecil sebagai terapi.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan hasil observasi ini masih
terdapat kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan pada penulisan laporan hasil observasi selanjutnya. Penulis berharap
dengan membaca lapoaran hasil observasi ini pembaca mendapatkan pengetahuan
dan wawasan mengenai Situs Cagar Budaya: Taman Purbakala Pugungraharjo
serta dapat menjadikan laporan hasil observasi ini sebagai sumber referensi materi
atau pembuatan media pembelajaran bagi pembaca. Penulis juga mengharapkan
agar tidak terpaku hanya dengan lapoaran hasil observasi ini saja namun juga
mencari sumber-sumber referensi lain guna menambah pengetahuan pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asmar, T. (1975). Sejarah Jawaa Barat dari Masa Pra Sejarah hingga Massa
Penyebaran Agama Islam. Bandung: Jawaa Barat: Proyek Penunjang
Peningkatan Kabupaten Nasional Provinsi Jawa Barat.

Dewi, P.B., Damasdino, F., dkk. (2021). Pengembangan Wisata Budaya di Taman
Purbakala Pugung Raharjo, Kabupaten Lampung Timur. Undergraduate
Conference on Language, Literature, and Culture (UNCLLE) 1(1):100-109.

Ekwandari, Y.S., Triaristina, A., & Susanto, H. (2021). Pemanfaatan Situs


Purbakala Pugung Raharjo Sebagai Sumber Belajar Sejarah Untuk
Mahasiswa. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan 5(2):103-
116.

Rani, F.P., Kusuma, H.E., & Ardhyanto, A. (2018). Pariwisata Pustaka: Distinasi
dan Motivasi Wisata di Pustaka Saujana Imogiri Yogyakarta. Jurnal
Planologi 15(2): 149-162.

Utami, W., & Andalucia. (2018). Ruang Pustaka Danau Toba. Temu Ilmiah
Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 7.

10
LAMPIRAN OBSERVASI

11

Anda mungkin juga menyukai