Anda di halaman 1dari 18

KARYA TULIS ETNOGRAFI

PENGANTAR ANTROPOLOGI
BUDAYA REWANG SEBAGAI ISU PERMASALAHAN SOSIAL YANG
KENTAL DI TRIMURJO LAMPUNG TENGAH
Tugas Ujian Akhir Semester

DOSEN PENGAMPU : DR. BARTOVEN VIVIT NURDIN, M.Si


IWAN SULISTYO, S.Sos., M.A
KHAIRUNNISA SIMBOLON, S.IP., M.A

PENYUSUN:
PIJAR SYIFFA ADITAMA
2316071001

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
BIODATA PENELITI

A. Identitas Pribadi
Nama : Pijar Syiffa Aditama
NPM : 2316071001
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Oktober 2004
Agama : Islam
Alamat : Desa Tempuran, Kec. Trimurjo
Lampung Tengah
Email : pijarsyiffa.psa64@gmail.com
Instagram : @pijaraditama
Website : pijaraditama.blogspot.com
Hobi : Solotravelling, Reviewer, Blogging, Cycling

B. Riwayat Pendidikan

TK : TKIT Darul Ma’arif Islamic School, Jakarta


(2009-2011)

SD : SDIT Darul Ma’arif Islamic School, Jakarta


(2011-2017)

SMP : SMP Negeri 135 Jakarta (2017-2019)


SMP Muhammadiyah 1 Metro (2019-2020)

SMA : SMA Muhammadiyah 1 Metro (2020-2023)

Perguruan Tinggi : S1 Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Lampung


(2023-sekarang)
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji dan rasa syukur kita yang tiada hentinya atas kehadirat Allah SWT
yang memberikan berbagai rasa kenikmatan, kesehatan jasmani dan rohani sampai melakukan
selaga aktivitas dengan keadaan lancar tanpa terhindar suatu apapun. Shalawat serta salam kita
sanjung agungkan keharibaan junjungan nabi kita yaitu, Nabi Muhammad SAW. Manusia yang
agung sejagat alam yang memberikan keteladanan dan pencerahan bagi seluruh makhluk yang
berada di muka bumi dan alam semesta beserta seisinya.

Pada kesempatan yang baik ini, mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin setelah
melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan atau lokasi dan bertemu dengan para tokoh
narasumber setempat hingga terbitnya karya tulis etnografi berjalan dengan keadaan lancar. Saya
turut mengucapkan terima kasih yang tiada hingga wabilkhusus teruntuk para dosen pengapu mata
kuliah Antropologi yang terus mengeluarkan bimbingan luas, mempelajari mengenai berbagai
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam suatu kebudayaan dalam karakteristik makhluk
individu.

Karya tulis etnografi ini masih jauh dari kata sempurna, utuh dan lengkap. Karenanya,
karya tulis ini membuka bagi para pembaca untuk menyalurkan hidangan saran dan kritik agar ke
kedepannya berbagai karya tulis yang disusun dapat menjadi sebuah tulisan yang menarik dan
bagus. Terima Kasih.

Bandarlampung, 2 Desember 2023

Penulis

Pijar Syiffa Aditama


2316071001
i
ABSTRAK

Rewang tumbuh dan terus turun temurun hingga terus dilestarikan oleh masyarakat Jawa.
Segi positif yang mampu tumbuh dari gotong royong, saling membahu, soliditas yang berakar
kuat di tengah suatu perkampungan. Terlebih sebagian besar di Lampung, sebagian masyarakat
dapat terus gencar dan tidak akan melunturkan tradisi rewang ini. Anggapan sebagian warga
mengadakan acara hajatan adalah suatu hal yang dipikir hanya seumur hidup sekali. Maka, tak
heran jika punjungan, nasi kenduren hingga bentuk sejenisnya dapat terbagi luas ke rumah-
rumah sekitar bahkan sekampung. Di sisi lain, si empu hajat memikirkan dan beranggapan
bahwa acara itu ialah harus dengan mewah, sebab tuan hajat ingin menandakan acara adalah
yang mengadakan adalah mereka. Oleh karena nya, terselip sisi baik dan buruk di dalam kegiatan
rewang ini yang akan berdampak kepada masyarakat secara keseluruhan.

Kata kunci: Rewang, Punjungan, Gotong Royong

ABSTRACT

Rewang grows and continues to be passed down from generation to generation until it
continues to be preserved by the Javanese people. Positive aspects that can grow from mutual
cooperation, working together, solidity that is firmly rooted in the middle of a village. Moreover,
mostly in Lampung Province, several of the people can continue to be active and will not fade
this rewang tradition. Some residents think holding a celebration event is something they only
think about once in a lifetime. And so, it is not surprising that punjungan, kenduren rice and
similar forms can be distributed widely to surrounding houses and even throughout the village.
On the other hand, the event owner thinks and assumes that the event must be royal, so it’s
because the event owner wants to indicate that the event is being held by them. Therefore, there
are good and bad sides to this rewang activity which will have an impact on society as a whole.

Keywords: Rewang, Punjungan, Gotong Royong


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii

BAB 1 PENDAHULUAN PENELITIAN……………………………..………………………...1

1.1 Latar Belakang Objek Penelitian………………………………………………........1

1.2 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….2

1.3 Metode Penelitian…………………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN KARYA PENELITIAN…...…………………………………………4

1.1 Waktu dan Lokasi Penelitian………………………………………………………………...4


1.2 Laporan Hasil Wawancara Lapangan..……………………………………………………..4
1.3 Dokumentasi Penelitian…………………………………………………………………..…10

BAB II PENUTUP KARYA PENELITIAN

1.1 Kesimpulan Penelitian……….......……………………………………………………….....11

1.2 Saran Objek Penelitian………...……………………………………………………………11

DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………………………12

ii
BAB I

PENDAHULUAN PENELITIAN

1.1 Latar Belakang Objek Penelitian

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indoenesia yang terdapat di ujung
paling selatan Pulau Sumatera yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang begitu
melimpah. Begitu pun masyarakatnya yang bersifat heterogen di mana menonjolkan kekayaan
suku dan ragam bahasa yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis, Provinsi Lampung
berposisi tedapat ujung selatan yang berbatasan menghadap selat Sunda, kemudian di ujung
utara menghadap dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu. Lalu Provinsi
Lampung pula berada di posisi ujung barat menghadap langsung dengan Samudera Hindia.
Terakhir di ujung timur menghadap dengan laut Jawa. Kemudian, Provinsi Lampung terdapat
sekitar 13 kabupaten dan 2 kota yang menonjolkan identitas ciri masyarakat yang khas dan
terkenal multikulturalnya.

Sejak masa kolonial Belanda, telah banyak memberikan banyak warisan yang berharga.
Kebijakan-kebijakan yang ditorehkan oleh pemerintahan kolonial Belanda dahulu yang
menerapkan program transmigrasi, mengalihkan tempat para penduduk dari pulau Jawa ke lain
pulau yang membutuhkan para penduduknya alias kekososongan penduduk, salah satunya
yang terbesar ialah di Pulau Sumatera. Pulau Sumatera salah satu yang paling terbanyak proses
transimgrasi, utamanya terdapat di provinsi Lampung yang bertujuan untuk menyediakan
tenaga kerja di kawasan perkebunan, dan juga pemeraatan penduduk serta meminimalisir
kepadatan penduduk yang terdapat di Pulau Jawa.

Akibat dari kebijakan tersebut, terjadilah berbagai elemen masyarakat yang bersifat
heterogenitas yang ada di berbagai daerah Lampung. Terkhusus yang mendominasi besar suku
yang ada di Lampung ialah suku Jawa. Sedangkan suku aslinya, Suku Lampung merupakan
suku minoritas.

1
Selain itu, sebagai pintu gerbang utama Pulau Sumtera dan juga berbagai arus aktivitas dan
jalur perdagangan menjadikan salah satu faktor penting yang mana Lampung memiliki
keragaman suku dan bahasa serta kebudayaan.

Salah satu daerah yang akan dibahas dan diteliti pada karya tulis ini yaitu kebudayaan-
kebudayaan yang berasal dari Jawa di Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah
akibat faktor transmigrasi tersebut. Maka, tak heran sering jumpa beraneka nama daerah di
tanah Lampung yang mirip dengan nama-nama daerah yang familiar berada di Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Terdapat banyak sekali kebudayaan Jawa yang terus dilestarikan hingga turun-
temurun di setiap daerah di Lampung. Salah satunya rewang yang masih sangat kental dan
terus dilestarikan kuat hingga saat ini. Seperti tradisi rewang membuat hubungan
antarmasyarakat terus semakin mencolok dan begitu berakar hingga sekarang.

Rewang merupakan suatu tradisi adat masyarakat Jawa yang sudah ada sejak nenek
moyang terdahulu. Rewang berasal dari kata iwang-iwang atau rerewang, yaitu bermakna
bantu-membantu ketika seseorang memiliki hajatan besar.

Ciri khas yang terkenal dari tradisi rewang adalah punjungan. Punjungan adalah suatu
pemberian atau seserahan kepada tetangga-tetangga sekitar berupa nasi dan lauk pauk sebagai
tanda jika seseorang mengadakan suatu acara hajatan di lingkungan perkampungan. Namun,
rewang menjadi salah satu bahan pembicaraan warga mengenai isu-isu rewang dan berujung
berbagai sisi manfaat dan sisi buruknya daripada perilaku kebiasaan masyarakat yang akan
berdampak pada dengan tradisinya sebab Lampung dikenal dengan lingkungan masyarakat
yang heterogen, khususnya pada suatu lingkungan masyarakat pada daerah Trimurjo.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Memperoleh penelitian daripada suatu kebudayaan yang berkembang di suatu elemen
masyarakat.

2
2. Memperoleh segala informasi kehidupan budaya bermasyarakat dalam kegiatan rewang
yang berada di Trimurjo.
3. Membahas dengan para tokoh sekaligus pelaku rewang mengenai kebiasaan masyarakat
terhadap perilaku rewang dan sisi positif dan sisi negatif yang akan membuahi dampak
bagi masyarakat luas.
4. Pemecehan ataupun penyelesaian terhadap isu-isu tradisi rewang dari sisi negatif di
tengah kebiasaan perilaku masyarakat Trimurjo dalam rewang.

1.3 Metode Penelitian

Penelitian pada karya tulis ini adalah menggunakan metode etnografi. Mengamati secara
langsung dengan menemui dan mewawancarai para pelaku rewang mapun tokoh suatu
kebudayaan. Dengan itu, banyak mengambil segala informasi mengenai kehidupan perilaku
bagi setiap individu dalam masyarakat.

Peneliti secara langsung turun ke lapangan dengan mengunjungi lokasi yang berada di
Lampung Tengah sebagai pusat objek penelitian daripada kebiasaan rewang yang kental di
lokasi setempat. Terdapat para informan atau narasumber serta pelaku budaya setempat yang
menjadi pengamat dan aktor pada tradisi ini.

Etnografi ialah suatu metode yang mana menggunakan cara mengamati keadaan suatu
kalangan individu dalam suatu perkembangan kebudayaan dan mempelajari keadaan
lingkungan di suatu daerah. Sehingga biasanya, fokus sang peneliti dapat melakukan
eksperimen dan terlihat seperti detektif di kehidupan nyata di lapangan. Sebab, peneliti dapat
mengambil berbagai informasi yang cukup tentang perkembangan sampai isu yang terjadi
serta pemecahan masalah sosial yang terdapat pada suatu kebudayaan.

3
BAB II

PEMBAHASAN KARYA PENELITIAN

1.1 Waktu dan Lokasi Objek Penelitian


Kegiatan penelitian dilaksanakan pada:
Hari tanggal : Kamis, 30 November 2023
Pukul : 07.30 - 09.30
Lokasi : Kantor Camat Trimurjo, Kab. Lampung Tengah

1.2 Laporan Hasil Wawancara Lapangan


Hasil penelitian yang dilakukan pada Kamis, 30 November 2023 di Kantor Camat
Trimurjo. Terdapat 3 informan yang merupakan pejabat di lingkungan setempat dan
sekaligus pengamat kemasyarakatan dan pelaku rewang.

Berikut hasil wawancara,

Informan pertama:

Nama : Ibu Sugiarti

Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Simbarwaringin, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah

Jabatan : Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial dan Kemasyarakatan Kantor Camat Trimurjo

4
Keterangan : P = Penanya

Narasumber : N = Narasumber

DATA WAWANCARA DATA OBSERVASI


P “Kalau menurut Ibu, bagaimana urutan rewang sejak Dengan serius.
dilakukan oleh pelaku rewang hingga hari H?”

N “Begini Mas, rewang itu kan minimal 3 hari ya apalagi Menjawab dengan santai.
sekarang ada punjungan, itu kan punjungan memakan
waktu sekitar 3 hari ya, lah kalo punjungan beribu-ribu?
Jadi sebelum hari H sudah ready. Kalo tahapan rewang
dimulai dari persiapan punjungan, undangan, dan
sebagainya. Punjungan sih yang memakan waku banyak.”

P “Kalau rewang itu masih terus dilakukan oleh masyarakat di Terus mendalam.
pedesaan se-Trimurjo ini, Apa yang menjadi dampak positif
bagi masyarakat seiring zaman yang terus berkembang?”

N “Namanya rewang itu kan membantu ya Mas. Yang jelas


pihak yang dihajat itu merasa terbantu dengan tenaga kita,
kehadiran kita, tetapi yang menjadi sisi negatif seperti
warga yang mempunyai pekerjaan ya contoh kayak pegawai Narasumber menjelaskan
negeri sementara di kampung rewang itu umumnya kan dari dengan berbagai argumen.
pagi sampe sore, besok dateng lagi, kalo kami kan pegawai
negeri kan terikat dengan aturan, gak bisa rewang seharian
sama dengan dalam masyarakat yang memiliki pekerjaan
misalnya mungkin buruh, dia (buruh) kan harus bekerja
untuk mendapat upah, nah kalo dia rewang? Gitu kan ya.
Sekarang umumnya sekarang rewang gak hanya sehari atau
dua hari bahkan berhari-hari.”
5
P “Apakah rewang dilakukan satu kali acara hajatan besar,
Bu?”
Narasumber memberikan
“Seharusnya Mas, dulu ada juga warga yang berlaku pendapatnya dengan
N
demikian. Jaman dulu kan ya, Mas, rewang itu kan kalo kita senyum dan tertawa.
munjung itu kan yang dikasih tetangga kanan kiri, sodara
deket, lah kalo sekarang kadang kita nerima punjungan lah
iki sopo, ora kenal aku. Sekarang kalo hajatan kalo munjung
sedusun bahkan sekampung, Mas. Banyak e buruknya.”

Informan kedua:

Nama : Ibu Yoyo Rohimah

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Simbarwaringin, Trimurjo, Lampung Tengah

Jabatan : Staf Kesejahteraan Sosial dan Kemasyarakatan Camat Trimurjo

6
DATA WAWANCARA DATA OBSERVASI

P “Bagaimana tanggapan Ibu mengenai rewang ini yang Mengetahui persoalan


semakin banyak anggapan banyak orang, rewang itu terdapat yang terjadi.
sisi negatifnya?”

“Sebenernya rewang itu bagus, Mas, asasnya gotong royong,


N
tapi kalo anunya punjunganya itu bukan adat. Narasumber
Masalahnyakan warga sekarang gemar banget punjungan memberikan pendapat
karena kebiasaan di sini ngadain acara. Tapi saya pribadi dan argumennya.
sekarang rewang itu kan akarnya gotong royong begitu
tumbuh buahnya gak jelas ke mana-ke mana, banyak
kepentingan setiap warga yang punya hajat maupun warga
yang memiliki kesibukan lain.”

P “Berarti bagaimana pendapat ibu, apa yang harus diubah,


atau pandangan ibu soal masalah-masalah rewang karena
memang setiap individu banyak kepentingan dalam
masyakarat khususnya di Trimurjo ini?”

“Sebetulnya peraturan kampung sih, Mas, aturan yang


N
membatasi itu, berdasarkan keluhan warga, harus ada yang Narasumber
berani mengungkap itu. Atau itu anggota DPR sudah memberikan pendapat
harusnya nerima masukan itu. Pasti pihak akan solusinya.
menindaklanjuti, intinya harus ada masukan. Sekarang
bayangin aja, Mas, mau hajatan aja orgen yang diundang
yang harganya sekian padahal kenapa dia gak pake orgen
tunggal aja. Sekarang tinggal warganya ikhlas di tengah
acara yang sebesar ini, itukan sebenernya timbul hura-
huranya aja, ada yang minum-minum sambil musikan
kenceng bahkan sampai tengah malem yang mengganggu
masyarakat, tapi hura-hura ada batasnya.
Jadi cabangnya rewang itu akarnya gotong royong, tapi
buah udah macem-macem. Jadi tergantung yang
bersangkutan sih, menyadari atau nggak, tapi gengsi
berbicara, kepentingan berbicara, terus nggak membaca
situasi diri sendiri kemampuannya, kadang itu di luar batas.”

P Jadi Rewang itu adat istiadat bukan, bu?

Rewang itu adat istiadat, tapi kalo punjungannya bukan adat Narasumber berbicara
N
isitiadat. Itu tadi yang namanya anak baru nikah baru punya dengan santai.
anak belom punya penghasilan banyak, ngasih minum susu
anaknya aja masih keteteran.”

Informan ketiga:

Nama : Ibu Sri Ami Rokasih

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Simbarwaringin, Trimurjo, Lampung Tengah

Jabatan : Staf Kesejahteraan Sosial dan Kemasyarakatan Camat Trimurjo

8
DATA WAWANCARA DATA OBSERVASI
P “Apa tanggapan ibu mengenai pembahasan rewang, Meminta tanggapan
punjungan sampe hajatan tadi?” kembali.

N “Nah itu, Mas, kebiasan rewang itu kan terjadi ketika banyak Narasumber.
sekali punjungan ya, apalagi sekarang ini yang punya hajat memberikan pendapat
sekarang tujuannya nandain kalo kita punya acara, kan kalo dan tanggapan
di kampung banyak banget tuh, Mas, orang mau punya acara
harus yang mewah gitu ya, karena anggapan orang sini kalo
mengadakan acara satu sekali seumur hidup, Gitu to Mas.”

9
1.3 Dokumentasi Penelitian

Keterangan gambar : 1. Camat Trimurjo

2. Bersama para narasumber

3. Monumen Perjuangan Kampung Tempuran, Trimurjo

10
BAB III

PENUTUP KARYA PENELITIAN

1.1 Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan segala pembahasan dari berbagai informan melalui hasil


wawancaranya, dapat disimpulkan bahwa kegiatan rewang yang berada di Trimurjo telah
mendarah daging memberikan segala nilai budaya yang mengandung makna positif bagi
masyarakat luas. Sejatinya, rewang mengangkat gotong royong dan saling bahu-membahu
membantu dengan sesama.

Meskipun terdapat persoalan mengenai isu-isu tradisi rewang yang juga menuaikan
banyak sisi negatif bagi setiap individu yang memiliki kepentingan dan keinginan. salah
satu narasumber yang menyatakan solusi untuk memecahkan isu tersebut adalah membuat
peraturan kampung. Saat ini belum ada tanda-tanda mengenai persoalan kegiatan rewang
berdasarkan pernyataan kantor camat Trimurjo.

Rewang pun dilakukan sesering mungkin bagi setiap orang yang mempunyai hajat,
banyaknya ribu-ribu punjungan, maka durasi rewang pun akan lebih banyak harinya demi
hajatan berjalan dengan lancar.

1.2 Saran Objek Penelitian

Rewang semestinya sudah menjadi salah satu citra positif bagi kebiasaan
masyarakat. Dengan asas gotong royong yang menjadi penopang bagi keutuhan
kebersamaan masyarakat, namun memerhatikan segala kesibukan ada baiknya memang
tidak memaksakan kehendak.

Di sini pun akan berlaku membantu seikhlasnya karena banyak faktor penentu yang
menjadi suksesnya rewang adalah banyaknya yang membantu

11
Untuk itu, kelestarian rewang harus tetap dipertahankan dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai toleransi serta tepaselira yang baik. Demi bermasyarakat serta bersinergi dengan
individu yang terlibat.

12
DAFTAR PUSAKA

Murniati, Desi. (2020). Pringsewu. Kabupaten di Lampung yang Isinya Jawa


Banget. Diakses dari https://mojok.co/terminal/pringsewu-kabupaten-di-lampung-
yang-isinya-jawa-banget/

Renny, Fitriastuti, (2022). Lamteng. Tradisi Rewang Masyarakat Jawa di


Lampung Tetap Dilakukan Turun Temurun sebagai Penentu Suksesnya Hajatan.
Diakses dari https://zonapriangan.pikiran-rakyat.com/wisata/pr-466027542/tradisi-
rewang-masyarakat-jawa-di-lampung-tetap-dilakukan-turun-temurun-sebagai-
penentu-suksesnya-hajatan?page=2

Ogest, Michael. (2023). Indonesia. Mengenal 5 Tradisi Gotong Royong yang Unik
di Indonesia. Diakses dari https://www.detik.com/sumut/budaya/d-
6763795/mengenal-5-tradisi-gotong-royong-unik-di-indonesia

Wikipedia, Lampung. https://id.wikipedia.org/wiki/Lampung

Anda mungkin juga menyukai