(Tesis)
Oleh
AYU REZA NINGRUM
Oleh
AYU REZA NINGRUM
Tesis
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Oleh
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki interaksi sosial antara dua
kelompok etnis Jawa dan Bali di Bawang Tirto Mulyo dan Kahuripan Dalam,
penelitian menunjukkan (1) Interaksi sosial antaretnis Jawa dan Bali: (a)
masyarakat Jawa untuk mengurus kebun miliknya. (b) Asimilasi, yakni adanya
tradisi saling berkunjung ketika ada tetangga atau teman (Bali) yang merayakan
Hari Raya Galungan dan Hari Raya Idul Fitri maka kedua etnis tersebut saling
berkunjung dan berbagi makanan. (c) Akulturasi, seperti ada acara kenduri/doa
bersama (etnis Jawa), mereka mengundang tetangga (etnis Bali). (d) Akomodasi,
yakni etnis Jawa dan Bali saling bertoleransi demi terciptanya kehidupan yang
terwujud dalam dalam hal gotong royong saat “pawai ogoh-ogoh”, dimana
setelah masyarakat Bali menjalani Ibadah Nyepi. (b) Asimilasi, seperti terciptanya
sebuah amalgamasi antaretnis Jawa dan Bali. (c) Akulturasi, terdapat variasi
pemakaian bahasa Jawa dan Bali dalam kehidupan sehari. (d) Akomodasi, sempat
terjadi perselisihan antara etnis Jawa dan Bali pada awal tahun 1990an yang
baik.
By
The objective of the resrach is to investigate social interaction between two ethnic
groups of Javanese and Balinese in Bawang Tirto Mulyo and Kahuripan Dalam,
particularly in the forms of cooperation, assimilation, acculturation, and
accommodation in two levels, i.e., the interaction between individuals and the
interaction between groups. This research used qualitative descriptive method,
using an ethnographic approach. The sampling technique used was snowball
sampling. Data collection techniques are obtained through participative
observation, in-depth interviews, and photo documentation. The results showed
that (1) Javanese and Balinese social interactions : (a) Cooperation, where the
majority of Balinese people are fond of using the services of the Javanese
community to take care of their own gardens. (b) Assimilation, that is the tradition
of visiting each other when there are neighbors or friends (Bali) who celebrate
Galungan and Eid al-Fitr, then the two ethnic groups visit each other and share
food. (c) Acculturation, such as there is a gathering / joint prayer (Javanese
ethnic), they invite neighbors (ethnic Balinese). (d) Accommodation, ie ethnic
Javanese and Balinese tolerate each other for the sake of creating a safe, peaceful
and harmonious life. (2) Interaction between groups of ethnic Javanese and
Balinese: (a) Cooperation, this form manifests in terms of mutual cooperation
during the "ogoh-ogoh parade", where some ethnic Javanese youths helped to lift
"ogoh-ogoh" during the march after the Balinese worshiped Nyepi. (b)
Assimilation, such as the creation of an inter-ethnic amalgamation of Java and
Bali. (c) Acculturation, there is a variation of Javanese and Balinese language
usage in daily life. (d) Accommodation, there had been a dispute between ethnic
Javanese and Balinese in the early 1990s due to misunderstanding, but it was
finally resolved.
Nur Hayati.
Pada tahun 2016, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Magister
Lampung.
Motto
Adik
Terimakasih telah menjadi adik sekaligus abang tersayang yang selalu
bisa mengayomi dan tempat berbagi dalam segala hal. Semoga tetap
menjadi adik sekaligus abang yang selalu bisa diandalkan
Almamater Tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
syarat guna memperoleh gelar magister pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
antara Jawa dengan Bali di Desa Bawang Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan
doa, bimbingan, motivasi, kritik dan saran yang telah diberikan oleh berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
3. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan
4. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan
Lampung;
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini, terima kasih untuk
9. Bapak Dr. Pargito, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah mengajarkan dan
10. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Penguji II yang telah mengajarkan dan
11. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., yang telah membimbing dan membantu
12. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Pendidikan IPS Universitas
14. Bapak M. Samudi selaku Kepala Desa Bawang Tirto Mulyo dan Bapak
Hamidi selaku Kepala Desa Kahutipan Dalam, erima kasih atas izin untuk
15. Masyarakat Desa Bawang Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam yang
16. Ayah dan Ibu atas segala hal yang kalian berikan yang bahkan tak mampu
17. Nenek dan Kakek tercinta yang tak pernah bosan memberikan nasehat demi
kebaikanku;
18. Adik tersayang, yang selalu menjadi pengayom dan tempat berbagi
yang selalu diberi. Semoga kelak semua cita-cita dan kebahagiaan selalu
mengiringimu;
dukungan, keceriaan, canda, tawa serta cerita yang sudah dibagi. Semoga
21. Teman-teman Magister Pendidikan IPS 2016, terima kasih atas persahabatan,
22. Kakak dan adik tingkat Magister Pendidikan IPS terima kasih untuk bantuan
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Aamiin.
Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................13
1.3 Tujuan Penelitian .......................................13
1.4 Fokus Masalah ......................................................................................14
1.5 Kegunaan Penelitian .............................................................................14
1.6 Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................15
Tabel Halaman
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir Interaksi Sosial antara etnis Jawa dan Bali
di Desa Bawang Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam
Kabupaten Tulang Bawang................................................................ 61
3.1 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 74
3.2 Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif ............................... 74
3.3 Komponen dalam Analisis Data ........................................................ 78
4.1 Asimilasi antarindividu etnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Kahuripan Dalam Kabupaten Tulang Bawang................ 102
4.2 Akulturasi antarindividu etnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Kahuripan Dalam Kabupaten Tulang Bawang................ 108
4.3 Asimilasi antarkelompok etnis Jawa dan Bali di Desa Bawang
Tirto Mulyo dan Kahuripan Dalam Kabupaten Tulang Bawang....... 133
4.4 Akulturasi antarkelompok etnis Jawa dan Bali di Desa Bawang
Tirto Mulyo dan Kahuripan Dalam Kabupaten Tulang Bawang....... 144
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu,
budaya, bahasa, adat istiadat, agama serta suku bangsa atau etnis yang
tersebar di seluruh tanah air. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
sumber daya alam, sumber daya politik dan ekonomi. Konflik antaretnis
Konflik di Poso pernah terjadi tahun 1999 sampai dengan tahun 2000,
agama yaitu Islam dengan Kristen. Bukan hanya sebagai konflik antar
agama yang menimbulkan konflik ini tetapi ada faktor lain yaitu adanya
yang terjadi antara warga Muslim baik pribumi maupun pendatang, yang
bahwa isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang dilakukan
Konflik berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) juga pernah
Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran
Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001
ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik
Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000
warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga
etnis Jawa, Lampung, Sunda, Banten, etnis asal Sumatera Selatan, etnis
Bali, Minangkabau, Cina, Bugis, Batak dan etnis lainnya yang tersebar di
memiliki motto “Sang Bumi Rua Jurai”. Motto ini merupakan perwujudan
dari spesifikasi Lampung yang terdiri dari 2 jurai yaitu, jurai asli
Lampung, etnis Jawa yang dominan. Faktor penyebabnya ialah karena pada
penduduk menjadi lebih banyak pendatang dari pada orang asli Lampung.
6
Permasalahan akan timbul jika tata nilai kelakuan tertentu menjadi tidak
pada etnis Bali ada larangan untuk menyantap daging sapi, karena sapi
dianggap hewan suci tunggangan Dewa Krisna. Tetapi untuk etnis lain hal
Hindu) dipicu persoalan sepele yang tidak terselesaikan secara hukum adat
motor yang melibatkan pemuda dari Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji
(mayoritas Etnis Bali) dan pemudi dari Desa Agom Kecamatan Kalianda
kedua desa tersebut, namun melibatkan banyak desa dari kedua etnis yang
ada, Etnis Lampung dan Etnis Bali. Konflik bermula pada tanggal 27
Peristiwa penyerbuan dan bentrok berdarah oleh ribuan warga Desa Agom
sebanyak 14 orang tewas, puluhan orang luka-luka, 166 unit rumah warga di
2012 juga terjadi konflik amuk massa, kali ini korbannya warga
Desa Kusumadadi dirusak dan dibakar oleh ratusan massa dari Desa Buyut,
Buyut dibakar hidup-hidup. Warga Buyut yang mendengar berita itu marah
Bumi Ruwa Jurai, seperti tragedi “Talangsari” pada tahun 1989 di Desa
alat politik untuk tujuan tertentu yang justru memakan korban di pihak sipil.
Kejadian ini memakan korban tewas hingga 185 orang serta ratusan orang
tersebut akan terjadi atau selalu terjadi pada daerah yang didiami oleh oleh
beragam etnis, khususnya Lampung. akan tetapi jika di lihat dari sisi lain,
rentang jarak sosial (Koentjaraningat, 1981: 254). Jarak sosial ini akan
atau kelompok lain. Jarak sosial ini dilambangkan oleh kesukaan memilih
sesuai dengan peristiwa apa yang menjadi objeknya. Dengan kata lain, bisa
10
saja pada satu peristiwa tertentu seseorang atau kelompok menyukai orang
tertentu atau kelompok tertentu, sedangkan pada peristiwa lain bisa menjadi
sebaliknya.
serta etnis. Perbedaan etnis, agama dan budaya, bukan merupakan sebuah
Indonesia.
kelompok masyarakat seperti etnis, ras, budaya, gender, strata sosial, agama,
menghormati.
11
Desa Bawang Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam merupakan desa
Desa Bawang Tirto Mulyo (mayoritas etnis Jawa) dan Desa Kahuripan
etnis ini sangat jelas seperti agama dan budaya. Etnis Bali terkenal dengan
etos kerja yang baik, sehingga jika diperhatikan secara ekonomi banyak
Etnis Jawa juga dikenal sebagai etnis yang ramah dan ulet. Kebanyakan dua
etnis tersebut memiliki kebun yang cukup luas, karena kondisi lingkungan
Kabupaten Tulang Bawang yang cocok untuk berkebun, seperti karet, sawit
dan singkong. Konflik antaretnis juga pernah terjadi di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Kahuripan Dalam yakni antara etnis Jawa dan Bali. Pemicunya
ialah, di awal tahun 1990an, warga etnis Bali mulai ramai dan menetap
Kahuripan Dalam.
berupa lahan kosong tersebut dari beberapa etnis Lampung sekitar desa
Kahuripan Dalam (saat ini) dan oleh mereka mulailah dibangun sebuah
etnis Bali tempati tersebut sudah menjadi milik beberapa masyarakat etnis
12
Jawa yang tinggal di Desa Bawang Tirto Mulyo. Merasa tidak terima,
masyarakat etnis Jawa yang merasa bahwa haknya sudah diambil orang lain,
maka mereka terlibat adu mulut bahkan nyaris saling baku hantam (Samudi,
2017).
pendatang yakni etnis Bali yang sedang mencari lahan untuk didirikan
menyadari bahwa yang salah ialah pihak pertama yang menjual. Sebagian
besar masyarakat asli yakni etnis Lampung dari dulu hingga sekarang,
merasa bahwa dimana ada lahan kosong, lahan tersebut sudah pasti milik
tersebut membuat masyarakat di kedua desa yakni Bawang Tirto Mulyo dan
mengetahui bagaimana pola interaksi lebih lanjut antara Jawa dan Bali di
Tulang Bawang?
Tulang Bawang?
Jawa Desa Bawang Tirto Mulyo dan Bali di Desa Kahuripan Dalam,
Jawa Desa Bawang Tirto Mulyo dan Bali di Desa Kahuripan Dalam,
penelitian ini dibatasi pada kajian interaksi sosial antaretnis Jawa Desa
Bawang Tirto Mulyo dan Bali di Desa Kahuripan Dalam, Kabupaten Tulang
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas VII pada tema “
Kahuripan Dalam Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2017. Objek yang
interaksi sosial antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto Mulyo
Interaksi sosial antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto Mulyo
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah masyarakat etnis Jawa Desa
Tulang Bawang.
antaretnis.
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Desa Bawang Tirto
Manusia adalah makhluk sosial, dia tidak bisa hidup sendiri dan
terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau
yang berfungsi menjalin berbagai jenis relasi sosial yang dinamis, baik
hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara
dengan kelompok.
kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain.
Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara aloplastis dengan
individu lain, dimana individu yang lain itulah yang dipengaruhi oleh
kelompok.
berikut :
a. Sugesti
b. Imitasi
Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain
sosialisasi keluarga.
c. Identifikasi
terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang
lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau
e. Empati
secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang
orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia.
1. Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang
berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi
secara harafiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara
fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai
gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena
orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti
misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan.
Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat
berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio,
dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.
Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontak sosial positif dan
kontak sosial negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang
mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan kontak sosial negative
mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan kontak sosial. Selain itu kontak sosial juga memiliki
sifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang
mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka,
sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara.
2. Komunikasi.
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran
kepada orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah
atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi
terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya
komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui olek
kelompok lain atau orang lain. Hal ini kemudian merupakan bahan
untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Menurut Gillin dan Gillian dalam Soekanto (2015: 64), ada 2 bentuk
1. Kerjasama.
bahwa kerjasama ialah suatu bentuk proses sosial dimana dua atau
adalah bentuk alamiah yang berupa sebuah tindakan atau sikap untuk
tujuan sama.
tertentu.
organisasi.
penguasa
2. Akomodasi.
kelompok
yang baru.
waktu.
yang terpisah
27
mengurangi tuntutannya.
formal
3. Asimilasi.
yang kontinu dan serius. Karena hal itu akhirnya unsur dan nilai
1. Toleransi
4. Akulturasi
1. Persaingan
kebutuhan.
lainnya.
individu lain.
c. Alat seleksi
a. Pengenalan kepribadian
b. Solildaritas kelompok
c. Disorganisasi/perpecahan
2. Kontravensi
individu
dengan lainnya.
dengan lainnya.
dengan lainnya.
34
dengan lainnya.
lainnya
114). Sejalan dengan itu, Blumer dalam Wirawan (2012: 116) mengatakan
bahwa makna yang muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja
dahulu.
satu simbol yang terpenting dan isyarat (decoding). Akan tetapi, simbol
benda itu, dimana makna dari simbol-simbol itu merupakan hasil dari
interaksi sosial dalam masyarakat itu, hal ini mengandung maksud bahwa
Karakteristik dari teori simbolik ini ditandai oleh hubungan yang terjadi
masyarakat,
(2012 : 118)
dan non verbal inilah salah satu yang membuat perbedaan, karena
berkomunikasi.
verbal yaitu lisan dan tulisan. Dapat kita ketahui setiap bangsa mempunyai
ciri khas unik salah satunya bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa suku
Jawa dan tulisan Jawa tentunya berbeda dengan bahasa suku Bali dan
Ducan dalam Rakhmat (2001: 289) menyebutkan enam jenis pesan non
verbal:
1. Pesan Kinesik (gerak tubuh) meliputi pesan raut muka (facial) seperti
raut muka marah sengan sedih; pesan gerakan sebagian anggota
badan (gestural), seperti lirikan mata, gerakan tangan, gerakan kaki,
uraian rambut ; pesan gerakan seluruh tubuh (postural) seperti sikap
tentara yang tegak hormat pada komandannya, postur santri yang
berhadapan dengan kyai, postur orang tertarik yang condong kedepan.
37
seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang
adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways
berikut:
1. Keterbukaan (Openess)
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau
gagasan bahkan permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada
rasa malu. Keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-
masing.
2. Empati (Emphaty)
Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang
dialami mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa
saja yang di komunikasikan dengan penuh perhatian. Empati
merupakan kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya
kepada peranan orang lain. Apabila komunikator atau komunikan
mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain,
kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang efektif.
3. Dukungan (Supportiveness)
Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan
mendapatkan dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi.
Dukungan membantu seseseorang untuk lebih bersemangat dalam
melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diharapkan.
4. Rasa Positif (Possitivenes)
Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat
tanggapan positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya
akan lebih mudah dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang
yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang dapat
menganggu jalinan komunikasi.
40
5. Kesamaan (Equality)
Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi
semakin kuat apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator
dan komunikan dalam hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan
lain sebagainya.
a. Saling pengertian
b. Memberikan kesenangan
c. Mempengaruhi sikap
media dan tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses
1. Lambang Verbal
Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk bahasa. Oleh karena itu,
mengenai hal atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak
yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa depan kepada
komunikannya
tubuh seperti kepala, mata, jari, dan lainnya. Batasan komunikasi non
verbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala
yang berada pada dalam sifat-sifat tertentu. Pada sistem yang lebih
maupun nilai.
2.1.5 Etnis
Dalam suatu negara sering kali terdapat berbagai kelompok etnis yang
ditandai dengan ciri-ciri fisik yang relatif sama, seperti warna dan jenis
ditandai dengan ciri-ciri fisik yang relatif sama, seperti warna dan jenis
of the House of Lords in the Mandla v Dowell Lee- ruling ([1983] dalam
nasional Indonesia.
46
Pemukiman penduduk yang berasal dari daerah Jawa atau yang lebih
Bagelan, Purworejo, Jawa Timur adalah desa pertama yang dipilih sebagai
155 KK ini menamai desa baru mereka juga Bagelan. Tahun 1952 program
memiliki slogan hidup yang unik, yakni “Mangan Ora Mangan Sing
sepertinya ada rasa berat ketika salah satu darinya harus pergi
meninggalkan jalinan itu. Jalinan yang begitu kuat dalam intern keluarga
dengan bayaran makan pagi dan siang saja. Suasana hangat begitu terasa
ketika tiba jam makan. Mereka dengan peluh yang masih membasahi
tubuh begitu menikmati makan gratis sederhana diiringi canda ringan satu
sama lainnya. Ketika ada acara pernikahan, semua membantu secara suka
1979. Tidak hanya slogan tersebut yang masih dianut. Ada beberapa tradisi
Islam.
meliputi: nelung dina (tiga hari), mitung dina (tujuh hari), matang
puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu
(seribu hari).
Etnis Bali (bahasa Bali: Anak Bali, Wong Bali, atau Krama Bali) adalah
etnis bangsa mayoritas di pulau Bali, yang menggunakan bahasa Bali dan
mengikuti budaya Bali. Menurut hasil sensus penduduk 2010, ada kurang
lebih 3,9 juta orang Bali di Indonesia. Sekitar 3,3 juta orang Bali tinggal
Bali lainnya. Tahun 1952 sebagian masyarakat Bali juga menjadi sasaran
Lampung.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa etnis asli Bali adalah etnis Aga
yaitu salah satu subetnis bangsa Bali yang bermukim di Desa Trunyan.
Masyarakat Bali Aga dianggap sebagai orang gunung yang bodoh. Sebab
tempat suci karena daerah tersebut banyak sekali puri dan kuil yang
Selain etnis Aga yang ada di Bali, ada pula etnis Bali Majapahit. Etnis ini
berasal dari pendatang Jawa yang sebagian besar tinggal di Pulau Bali
khususnya berada di dataran rendah. Masyarakat etnis Bali ini berasal dari
Mata pencaharian dari masyarakat etnis ini adalah bercocok tanam. Etnis
ini juga menjadi salah satu pengaruh dari sejarah etnis Bali.
Pendapat lain mengatakan bahwa, asal-usul etnis Bali terbagi ke dalam tiga
asli Bali.
50
Kebudayaan Bali terkenal akan seni tari, seni pertujukan, dan seni ukirnya.
Dalam suatu desa yang bobrok sekalipun dapat dijumpai sebuah pura yang
indah, pemain gamelan andal, dan bahkan aktor berbakat. Bahkan sesajen
yang dibuat wanita Bali memiliki sisi artistik pada jalinan potongan
daun kelapa dan susunan buah-buahan yang rapi dan menjulang. Sebagian
besar etnis Bali beragama Hindu (sekitar 95%), sedangkan sisanya (sekitar
dengan judul “Interaksi Sosial Siswa Suku Jawa dan Bali (Suku
interaksi antara siswa suku Jawa dan Bali (suku pendatang) dengan
antara siswa suku Jawa dan Bali (suku pendatang) dengan siswa suku
antara siswa suku Jawa dan Bali (suku pendatang) dengan siswa suku
Bugis Luwu (suku setempat) adalah terjadinya kontak sosial yang baik
antara siswa suku Jawa dan Bali (suku pendatang) dengan siswa suku
Jawa dan Bali (suku pendatang) dengan siswa suku Bugis Luwu (suku
(Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 5 (1) 2016)
teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam,
meliputi tunggal bahasa, alih kode, dan campur kode. Pola akomodasi
dan Arab–konvergensi.
adalah status sosial, jarak sosial, usia, dan tujuan tuturan. Fungsi sosial
dokumentasi.
Badung” tahun 2014 pada jurnal Kajian Bali Vol 4(1). Bumi Dalung
kerjasama yang sama. Konflik dan kerja sama berjalan dari perbedaan
pemahaman agama.
Dalung Permai publik bulding secara umum berjalan dengan baik dan
Teknik analisis data terdiri atas tiga alur kegiatan yakni reduksi data,
Hasil penelitian ini adalah 1) proses interaksi sosial di Pasar Gang Baru
8. Heryadi, Hedi. Silvana Hana tahun 2013 dalam jurnal yang berjudul
timbal balik antara etnis Sunda sebagai pendatang dengan etnis Rejang
58
10. Siti Huzaimah 2015 dalam artikel yang berjudul “Interaksi Sosial
Masyarakat dan kebudayaan seperti dua sisi koin yang tidak dapat
nilai, kebiasaan dan sejarah dikenal dengan sebutan etnis. Setiap etnis
disintegrasi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal itu terjadi. Di Desa
dengan damai.
Terkhusus bagi etnis Jawa dan Bali yang mendiami Desa Bawang Tirto
Interaksi sosial yang terjalin antretnis Jawa dan Bali ini bisa dilihat
Interaksi sosial
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Interaksi Sosial antara etnis Jawa dan Bali di
Desa Bawang Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam
Kabupaten Tulang Bawang
III. METODE PENELITIAN
(1992) dalam Sujarweni (2014: 19) adalah salah satu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.
adalah:
ke lapangan dengan baik dan lancar. Peneliti harus dapat masuk dalam
2. Tahapan kedua
juga harus pandai menentukan dimana tempat dan siapa yang nantinya
kebenarannya.
Pada tahapan ini penelitian harus bekerja hati-hati. Jangan sampai ada
data yang dibutuhkan belum masuk dan ketinggalan. Data yang menjadi
data primer harus diutamakan karena data ini merupakan data yang
menjadi argumen dalam penelitian. Data primer ini juga dijadikan data
pada tahapan ini adalah inti pokok dari penelitian karena peneliti benar-
3. Tahapan ketiga
Dalam tahap ini peneliti sudah mulai membawa dan menafsirkan data-
data yang didapatkan. Pada tahapan ini data-data penelitian sudah mulai
adalah waktu, tempat, sumber atau informan, dan alat-alat yang dipakai
laporan penelitian.
65
4. Tahapan keempat
Tahap ini adalah tahap terakhir dari penelitian etnografi. Pada tahapan
mendalam.
praktis.
66
ilmiah tentang suatu bangsa atau laporan etnografi suku bangsa tertentu
Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti ada dua fungsi. Pertama, peneliti
Peneliti sebagai instrumen atau alat semenjak awal hingga akhir penelitian.
Peneliti sendiri memiliki fungsi penuh atau terlibat aktif dalam penelitian
yang dilakukan mulai dari pengumpulan data, analisis data dan diskusi hasil
Penelitian ini dilakukan di Desa Bawang Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan
karena etnis Jawa dan Bali, keduanya adalah pendatang dan Desa Kahuripan
Kahuripan Dalam sempat terjadi pertikaian antara etnis Jawa dan Bali
beberapa orang dari etnis Lampung sempat menjual tanah (di lokasi Desa
67
pendatang yakni etnis Bali, padahal tanah tersebut merupakan milik warga
etnis Jawa yang mereka beli dari etnis pribumi (Lampung) sebelumnya.
kedua desa tersebut. Hal tersebut dilakukan didasarkan pada topik yang
Bawang Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam, Kab. Tulang Bawang.
penelitian ini, untuk memperoleh data yang akurat dan memenuhi kriteria
dari sebuah tujuan penelitian, maka penelitian dilakukan selama dua bulan.
Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi dan yang dijadikan
berupa:
68
memiliki sifat ramah tamah dan sabar serta bahasa Jawa yang
sikap saling tertarik dan saling peduli baik dalam suka dan duka.
sosial.
orang ataupun kelompok lain dengan baik. Seperti saat etnis Bali
saat masyarakat etnis Jawa menjalani ibadah puasa, maka etnis Bali
antaretnis tersebut.
petunjuk dari kelima informan kunci, maka didapati pada penelitian ini
70
antara etnis Jawa dengan Bali di Desa Bawang Tirto Mulyo dan Desa
empati.
dokumentasi.
1. Observasi Nonpartisipatif
yang akan diobservasi (Sugiyono, 2013: 205). Oleh karena itu peneliti
mayoritas buruh yang bekerja di kebun etnis Bali adaalah berasal dari
etnis Jawa.
2. Wawancara mendalam
dan empati. Hal ini bertujuan agar inti dari pokok pembahasan yang
ingin dicari tidak keluar dari konteks. Penelitian ini dilakukan pada 26
1. Identifikasi sosial
2. Simpati
e. Memahami perasaannya
f. Bekerjasama dengannya.
3. Empati
a. Sama seperti simpati namun ada gerakan atau tindakan reflek untuk
3. Dokumentasi
didapat bukan hanya koleksi peneliti saja, namun ada juga foto-foto
yang peneliti dapat dari narasumber, seperti foto beberapa remaja yang
Jawa”.
74
Observasi
partisipatif
Dokumentasi
Menurut Lincoln dan Guba dalam Bungin (2012: 59-62), dijelaskan bahwa
Uji kredibilitas
data
Uji
Transferbilitas
Uji keabsahan
data Uji
dependabilitas
Konfirmabilitas
Dalam penelitian ini, uji keabsahan data yang digunakan ialah uji
berbagai sumber.
dimaknai sebagai pencarian data yang dimulai dari informan pertama yang
dimaksud ialah informan 7 etnis Jawa dan 7 etnis Bali yang memberikan
(triangulasi sumber).
Informan pertama yang peneliti temui adalah bapak Samudi selaku tokoh
agama di Desa Bawang Tirto Mulyo. Setelah itu, peneliti diberi sejumlah
nama seperti bapak Rebin dan Sugimin yang bisa memberikan informasi
sosial antara etnis Jawa dan Bali, kemudian tidak lupa untuk menanyakan
sebelumnya. Barulah data bisa dikatakan jenuh dan penelitian bisa berakhir.
tidak diperlukan.
78
5.1 Kesimpulan
dan empati. Interaksi sosial antaretnis Jawa dan Bali yang ada di Desa
1. Interaksi antarindividu
Interaksi dalam kelompok antara etnis Jawa dengan Bali bisa dilihat
dari bentuk:
a. Kerjasama
bahwa etnis Jawa memiliki sifat tekun dan penurut. Hal tersebut
simpati
b. Asimilasi
Saat tengah ada perayaan Hari Raya Idul Fitri atau Galungan,
warga etnis Jawa dan Bali saling datang berkunjung dan berbagi
makanan atau kue khas sebuah perayaan juga menjadi salah satu
faktor simpati
c. Akulturasi
faktor simpati
151
d. Akomodasi
Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto Mulyo dan Kahuripan ialah
2. Interaksi antarkelompok
a. Kerjasama
empati.
b. Asimilasi
simpati.
c. Akulturasi
Akulturasi yang tercipta antara etnis Jawa dan Bali ialah seperti:
faktor empati.
d. Akomodasi
Kerukunan hidup antaretnis Jawa dan Bali merupakan ciri dari potensi
bicara (Jawa dan atau Bali) dapat menjadi sebuah usaha untuk meredakan
5.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Sekolah
Sosial (IPS) di kelas VII pada tema “ Dinamika Interaksi Sosial”, kelas
keadaan interaksi pada suatu tempat yakni Desa Bawang Tirto Mulyo
perubahan interaksi antara etnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam pada beberapa tahun yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Adyana, Sulis. Rokhman, Fathur. 2016. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Vol 5(1). Akomodasi Bahasa pada Masyarakat
Kota Pekalongan Etnis Jawa-Tionghoa-Arab dalam Ranah
Perdagangan.
Aliffiati. 2014. Jurnal Kajian Bali Vol 4(1). Interaksi Sosial Antarumat Beragama
di Perumahan Bumi Dalung Permai Desa Dalung, Kuta Utara,
Badung.
Aminah, Nur. 2015. Jurnal. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Sejarah Universitas
Negeri Gorontalo. Interaksi antaretnis di Desa Argakencana..
Andras. 2015. Racial, Ethnic, or National Minority? Legal Discourses and Policy
Frameworks on the Roma in Hungary and Beyon. Vol 3
Alfirdaus, Laila Kholid. Hiariej, Eric. Risakotta, Farsijana Adeney. 2014. Politik
Relasi Etnik: Matrilinealitas dan Etnik Minoritas Cina di Padang,
Sumatra Barat. Jurnal Komunitas. Vol 6 (1) :136-150. DOI: 10.15294
(https://doaj.org/article/a959e80eac2048298d0ca159d5abfc69).
Diakses pada 5 Februari 2018. Pukul 18. 22
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Budiarse, Komang. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang
Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Kahuripan Dalam.10 Desember 2017
Dharmapatni, Desak Putu Diah. 2016. Jurnal Humanis Vol 15 (1). Adaptasi
Wanita Islam terhadap Keluarga Suami “Studi Kasus Perkawinan
Amalgamasi Wanita Islam dan Pria Hindu di Bali”.
Fatniyanti. 2016. Jurnal Sosialisasi Vol 3 (3). Interaksi Sosial Siswa Suku Jawa
dan Bali (Suku Pendatang) dengan Siswa Suku Bugis Luwu (Suku
Setempat) di SMA Negeri 1 Sukamaju Kecamatan Sukamaju
Kabupaten Luwu Utara.
Haryanto, Joko Tri. 2013. Jurnal Analisa. Vol. 20 (1). Dinamika Kerukunan
Intern Umat Islam Dalam Relasi Etnisitas dan Agama di Kalteng.
Hendro, Darmojo dan Kaligis, Jenny R. F.. 1992. Pendidikan IPA II. Depdikbud,
Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Jakarta.
Heryadi, Hedi. Silvana Hana . 2013. Jurnal Kajian Komunikasi Vol 1(1).
Komunikasi antarbudaya dalam Masyarakat Multikultur
Iwan, Agus, Supriadi. 2015. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 4 (4).
Asimilasi Perkawinan Arab-Melayu Kampung Arab Kelurahan Dalam
Bugis Pontianak.
Jannah, Siti Raudhatul. 2012. Jurnal Studi Keislaman. Vol. 16 (2). Kegalauan
Identitas: Dilema Hubungan Muslimindan Hindu di Bali.
157
Kabupaten Tulang Bawang Dalam Angka. 2017. Diunduh pada 27/5/2018. Pukul
09.01
Kardiyan. 2015. Jurnal FISIP Vol 2 (2). Setengah Abad Amalgamasi antara Etnis
Jawa dengan Etnis Tempatan di Desa Siabu Kecamatan Salo
Kabupaten Kampar.
Liliweri, Alo. 1991, Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat. PT.
Citra Aditya Bakti. Bandung.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2007. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XII.
PT. Glora Aksara: Jakarta.
Murtado, Ali. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Bawang Tirto Mulyo. 26 Oktober 2017
Na’im, Akhsan. Syaputra, Hendri. 2011. Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa
Sehari-hari Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta
Purnawirawan, Wayan. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang
Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Kahuripan Dalam. 6 November 2017
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).
Balai Pustaka. Jakarta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Sosial
Humaniora Pada Umumnya. Pustaka Belajar. Bandung.
Rebin. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Bawang Tirto Mulyo. 28 Oktober 2017
Rosyid, Moh. 2013. Jurnal Addin. Vol. 7 (1). Harmoni Kehidupan Sosial Beda
Agama dan Aliran di Kudus.
Samudi. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto Mulyo
dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada Masyarakat Desa
Bawang Tirto Mulyo. 26 Oktober 2017.
Sarwono, Sarlito W., dan Meinarno,Eko A., 2009. Psikologi Sosial, Salemba
Humanika, Jakarta.
Setiawan, Deka. 2012. Journal of Educational Social Studies, Vol 1 (1) 2012,
ISSN 2252 – 6390. Interaksi Sosial antaretnis di Pasar Gang Baru
Pecinan Semarang dalam Perspektif Multikultural.
Suarse, Nyoman. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Kahuripan Dalam..10 Desember 2017
Sugimin. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Bawang Tirto Mulyo. 15 Oktober 2017
Sukapuk, Gede. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Kahuripan Dalam. 20 November 2017
Sumantik, Wayan. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang
Tirto Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Kahuripan Dalam. 20 November 2017
Susilo. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto Mulyo dan
Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada Masyarakat Desa
Bawang Tirto Mulyo. 30 November 2017
Suyitno, Adi. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Bawang Tirto Mulyo. 2 November 2017
Tugu, Ketut. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Kahuripan Dalam. 6 Desember 2017
Tumiyem. 2017. Interaksi antaretnis Jawa dan Bali di Desa Bawang Tirto
Mulyo dan Desa Kahuripan Dalam. Hasil Wawancara pada
Masyarakat Desa Bawang Tirto Mulyo. 1 November 2017