Anda di halaman 1dari 78

i

DAMPAK KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT


NELAYAN TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN ANAK
DI DESA AMPIBABO

SINTYA USMAN P

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan


gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
i

DAMPAK KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT


NELAYAN TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN ANAK
DI DESA AMPIBABO

Oleh

SINTYA USMAN P
A 311 17 071

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan


gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
i

THE IMPACT OF SOCIO-ECONOMIC CONDITIONS ON


THE LAW EDUCATION LEVEL OF CLIDREN OF
FISHING COMMUNITY IN AMPIBABO VILLAGE

Oleh

SINTYA USMAN P
A 311 17 071

SKRIPSI

Submitted as One the Requirements for Obtaining a Bachelor’s


Degree In Education History Studies Education Study Program
Departemen of Teacer TrainingFaculty and Education
Tadulako University

STUDY PROGRAM OF HISTORICAL EDOCATION


DEPARTEMEN OF SOCIAL SCIENCE EDUCATION
FACULTY OF TEACHING AND EDUCATION SCIENCES
TADULAKO UNIVERSITY
2021
ii
iii
iv

ABSTRAK

Sintya Usman P, 2017. Dampak Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan
Anak Masyarakat Nelayan Di Desa Ampibabo, Program Studi Pendidikan Sejarah,
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tadulako. Pembimbing Charles Kapile.

Permasalahan penelitian ini, bagaimana dampak kondisi sosial ekonomi


terhadap rendahnya tingkat pendidikan anak masyarakat nelayan di Desa
Ampibabo?. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak kondisi sosial
ekonomi terhadap rendahnya tingkat pendidikan anak masyarakat nelayan di Desa
Ampibabo, Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kondisi sosial keluarga nelayan
masih ada yang memiliki jumlah saudara lebih dari 3 orang. Hasil penelitian
diketahui bahwa dampak kondisi sosial yang terjadi di Desa Ampibabo adalah
sebagai berikut: yang pertama jumlah angota keluarga yang banyak akan
menjadikan kondisi sosial sebuah keluarga semakin rendah. Keluarga nelayan
yang memiliki kondisi sosial rendah maka tingkat pendidikan anaknya juga
rendah. Sebaliknya jika kondisi sosial keluarga tinggi maka tingkat pendidikan
anaknya juga tinggi. Kedua umur atau usia orang tua dapat menentukan
bagaimana cara berfikir sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman yang
diprolehnya tentang bagaimana pendidikan anak mereka namun masih ada orang
tua memikirkan tentang pendidikan anaknya yang mementingkan memberikan
pendidikan kepada anaknya dari pada membuat anak mengikuti pekerjaanya yang
tidak pernah meningkat. Ketiga keadaan sosial ekonomi keluarga dapat ditinjau
dari segi tingkat pendidikan keluarga sehingga pendidikan yang dimiliki anak di
pengaruhi oleh orang tua, semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka
semakin tinggi pula persepsi mereka tentang pendidikan. Sehingga berdasarkan
dampak yang terjadi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial dan
ekonomi orang tua mempengaruhi tingkat pendidikan anak.

Kata kunci : Dampak Kondisi Sosial Ekonomi, dan Tingkat Pendidikan


v

ABSTRACT

Sintya Usman P, 2017. The Impact of Socio-economic Conditions on The Low


Education Level of children of Fishing Community in Ampibabo Village. History
Educations Study Program, Departement of social Sciences, Faculty of Teacher Training
and Educations, Tadulako Universty. Counselor Charles kapile.

The problem of this research, how is the impact of socio-economic


conditions on the low level of education of children of fishing communities in
Ampibabo Village?. This study aims to determine the impact of socio-economic
conditions on the low level of education of children of fishing communities in
Ampibabo Village. The research method used is descriptive qualitative with
observation, interview, and documentation techniques. The social conditions of
the fishermen's families still have more than 3 relatives. The results of the study
show that the impact of social conditions that occur in Ampibabo Village are as
follows: first, the large number of family members will make the social condition
of a family lower. Fisherman families who have low social conditions, the
education level of their children is also low. Conversely, if the social conditions of
the family are high, the education level of their children is also high. Both the age
or the age of the parents can determine how to think according to the level of
knowledge and experience they get about how their children's education is, but
there are still parents who think about their children's education who are hich
never improves. The three socio-economic conditions of the family can be viewed
in termconcerned with providing education to their children rather than making
children follow their work ws of the level of family education so that the
education of children is influenced by parents, the higher the education level of
parents, the higher their perception of education. So based on the impact that
occurs, it can be concluded that the social and economic conditions of parents
affect the level of education of children.

Keywords : impact of socio-economic conditions, and educations level


vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puja dan puji syukur penulis haturkan atas rahmat ALLAH SWT, tuhan

yang maha esa yang telah telah berikan rahmat dan nikmat kesehatan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kondisi Ekonomi

Penghasilan Gula Aren dalam Pendidikan Anak di Desa Bengkoli Kecamatan

Sojol Utara Kabupaten Donggala” skripsi ini disusun sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi dan memperoleh gelar

sarjana pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan

IPS, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Tadulako.

Terima kasih yang tulus kepada bapak Charles kapile M.Hum selaku

pembimbing yang telah memberikan pembimbingan, pengarahan dan waktu yang

sangat berharga kepada penulis, begitu pula dengan Bapak Dr.Lukman M,Hum

selaku pembahas dan ibu Dra. Hj. Junarti, M.Hum yang telah memberikan

masukan berupa kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi

ini. Tuhan yang maha Esa membalas segala budi baik yang telah diberikan kepada

penulis.

Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan

terima kasih kepada

1. Prof.Dr.Ir. Mahfudz, MP.,Rektor Universitas Tadulako

2. Dr.Ir Amiruddin Kade, S.Pd.,M.Si Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako


vii

3. Dr.H. Nurhayadi, M.Si Wakil dekan Akademik Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

4. Abdul Kamaruddin. S,Pd., M.Ed.,Ph.,D Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

5. Dr.Iskandar, M.Hum Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

6. Dr.Nuraedah,S.Pd.,M.Pd Selaku ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Tadulako.

7. Dr.Mahfud M.Gamar, S.Pd.,M,Pd Selaku Koordinator Program studi

Pendidikan Sejarah Universitas Tadulako.

8. Seluruh dosen di lingkugan Universitas Tadulako pada umumnya, dan

khususnya Dosen Program Studi Sejarah yang telah membimbing serta

memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti studi.

9. Seluruh Staf Akademik dan Pegawai di lingkungan Fakultas Keguruan

Dan Ilmu Pendidikan yang telah banyak membantu dan mengurusi segala

administrasi.

10. Bapak/Ibu pegawai Kantor Desa Ampibabo timur, serta seluruh

Masyarakat Desa ampibabo yang telah mengarahkan dan berpartisipasi

dalam memberikan informasi kepada penulis selama melakukan penelitian

di Desa ampibabo Kecamatan ampibabo Kabupaten parigi moutong

11. Seluruh keluargaku terkhusus kedua orang tuaku dan adik-adikku, sepupu,
tante yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah

memberikan nasihat, motivasi serta doa untuk keberhasilan penulis.


viii

12. Teruntuk orang istimewa yang sedang bersama penulis saat ini terimakasih
telah sabar menghadapi sikapku, menemaniku, membantuku di setiap

urusanku. Semoga engkau menjadi seseorang yang Allah SWT takdirkan

untuk menjadi pendamping hidupku, serta semoga niat baikmu untuk

hubungan kita selanjutnya di mudahkan oleh Allah SWT..

13. Teruntuk sahabatku Dedde pantoiyo, Aldina aristan, Wahyunani, Rezky

pratiwi yang selalu memberikan semangat motivasi serta bantuan selama

penyusunan proposal sampai tahap penyelesaian skripsi ini terima kasih

karna selalu menemani dalam suka duka selama hidup di tanah rantau serta

berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan studi.

yang bersifat membangun darui semua pihak sangat di harapkan demi

penyempurnaan selanjutnya penulis tidak dapat membalas bantuan bimbingan

motivasi serta doa yang telah diberikan. Semoga Allah SWT senantiasa

melindungi kita dan membalas segala budi serta amal yang telah penulis terima

dari berbagai pihak dengan segala bentuk kemuliaan dan kemurahanya semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis dan pembaca

pada umunya serta berguna bagi perkembangan dunia pendidikan Aamiin

Palu 2021

Penulis
ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4 Manfaat Penelitian 6
1.4.1 Manfaat Teoritis 6
1.4.2 Manfaat Praktis 7
1.5 Batasan Istilah 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9


2.1 Penelitian yang Relevan 9
2.2 Kajian Pustaka 12
2.2.1 Kondisi Sosial Ekonomi 12
2.2.2 Nelayan 14
2.2.3 Tingkat Pendidikan 22
2.3 Kerangka Pemikiran 27
x

BAB III METODE PENELITIAN 28


3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian 28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 28
3.3 Subyek Penelitian 28
3.4 Unit Analisis 28
3.5 Jenis dan Sumber Data 29
3.5.1 Data Primer 29
3.5.2 Data Sekunder 30
3.6 Teknik Pengumpulan Data 30
3.6.1 Observasi 30
3.6.2 Wawancara 30
3.6.3 Dokumentasi 31
3.7 Teknik Analisis Data. 31
3.7.1 Reduksi Data (data reduction) 31
3.7.2 Penyajian Data 32
3.7.3 Kesimpulan/Verifikasi (conclusion drawing/verification) 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 34
4.2 Hasil Penelitian 42
4.3 Pembahasan 50

BAB V PENUTUP 56
5.1 Kesimpulan 56
5.2 Saran 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan 9
4.1 Karakteristik Informan Nelayan Menurut Umur 37
4.2 Karakteristik Informan Nelayan Menurut Tingkat Pendidikan 38
4.3 Karakteristik Informan Nelayan Menurut Pendapatan 39
4.4 Karakteristik Informan Nelayan Menurut Jenis Rumah 40
4.5 Pendidikan Anak 41
xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Kerangka Pemikiran 27
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya alam yang melimpah belum tentu merupakan jaminan bahwa

suatu Negara atau wilayah itu akan makmur, bila pendidikan sumber daya

manusianya kurang mendapat perhatian. Upaya peningkatan kualitas sumber daya

manusia merupakan tugas bersama dan berjangka waktu yang panjang karena

menyangkut pendidikan bangsa.

Masyarakat merupakan pelaku utama bagi pembangunan, maka diperlukan

kualitas sumber daya manusia yang berpotensial, sehingga masyarakat dapat

bergerak pada arah pembangunan untuk menuju cita-cita rakyat Indonesia. yaitu

bangsa yang makmur dan berkepribadian yang luhur, masyarakat dituntut untuk

mempunyai ketrampilan atau kompetensi dalam dirinya supaya dirinya menjadi

manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, bagi bangsa dan Negara, untuk

menggali potensi yang dimiliki oleh manusia maka diperlukan adanya pendidikan.

Dunia pendidikan adalah sesuatu tidak pernah luput dari kehidupan

peradaban manusia, sehingga untuk menjadikan suatu negara itu maju maka yang

dibutuhkan adalah sumber daya manusia di dalamnya. Pengertian pembangunan

adalah pembangunan di segala bidang kehidupan, walaupun titik beratnya di

bidang ekonomi, namun tidak mengabaikan sama sekali bidang-bidang lainnya

salah satunya pendidikan. Hal ini disebabkan bahwa tinggi rendahnya kualitas

penduduk lebih ditentukan oleh keadaan pendidikannya. Semakin baik pendidikan

1
2

seseorang, merupakan suatu diantara kemungkinan untuk mencapai tingkat

kehidupan yang lebih baik.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan nasional untuk

meningkatkan kecerdasan masyarakat, sehingga terwujud masyarakat yang cerdas,

maju, dan sejahtera. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

2003 Bab VI Pasal 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu setiap warga

Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti

pendidikan dasar. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk usaha mencerdaskan

masyarakat yaitu dengan adanya program wajib belajar sembilan tahun dari

Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tujuannya adalah

setiap warga mempunyai bekal dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan

sehingga mempunyai daya saing dalam kompetisi di masa globalisasi seperti

sekarang ini.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud

yang menyebutkan bahwa “Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada

peningkatan mutu setiap jenjang pendidikan serta memperluas kesempatan belajar

pada jenjang pendidikan menengah yaitu dengan memperluas wajib belajar 6

tahun menjadi 9 tahun, setaraf dengan Sekolah Menengah Pertama”. (Fauzul

Murtafiah, 2017)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun

usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah

penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. PK

menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat


3

pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur

daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Angka

Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia

sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai

dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang

bersangkutan. (Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga, 2018)

Dewasa ini masih banyak dijumpai adanya masalah pada sistem

pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah banyak anak usia Pendidikan Dasar

tidak lagi dapat melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah. Banyak faktor yang

mempengaruhi kondisi tersebut. Faktor utama yang biasa menjadi alasan

masyarakat adalah mahalnya biaya pendidikan untuk Sekolah Menengah,

sehingga para orang tua lebih cenderung menyekolahkan anaknya sampai

pendidikan dasar saja.

Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi

sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang komplek (Kusnadi, 2009:27).

Hal ini disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang belum bersungguh-

sungguh, persoalan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi pada masyarakat

nelayan cukup kompleks, sehingga penyelesaiannya tidak seperti membalikkan

telapak tangan.

Di sepanjang daerah pesisir mata pencaharian penduduk umumnya

nelayan dan pedagang. Pekerjaan sebagai nelayan dipilih karena sesuai dengan

keterampilan masyarakat setempat, sementara sumber daya yang tersedia hanya

laut beserta isinya yang mempunyai nilai ekonomi. Sehingga tidak ada pilihan lain
4

bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir laut selain menjadi nelayan atau

pedagang yang berhubungan dengan laut.

Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial budaya masyarakat nelayan

adalah memiliki struktur relasi patron-klien sangat kuat, etos kerja tinggi,

memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi

prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan

ekpresif, solidaritas sosial tinggi, sistem pembagian kerja (laut menjadi ranah laki-

laki dan darat adalah ranah kaum perempuan), dan berperilaku konsumtif

(Kusnadi, 2009:39).

Desa Ampibabo merupakan salah satu Desa di Kabupaten Parigi, yang

mempunyai potensi perikanan tangkap. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi

Sulawesi Tengah Nomor 10 tahun 2017 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

dan pulau-pulau kecil Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017- 2037 bahwa

perairan wilayah timur Ampibabo termasuk dalam kategori Zona II (Kementerian

Kelautan dan Perikanan, 2018)

Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Desa

Ampibabo yang hidup dengan mengelola potensi sumber daya perikanan. Sebagai

suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan

mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang

tinggal di wilayah daratan.

Persentase tingkat sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat di Desa

Ampibabo berdasarkan observasi awal peneliti sebanyak 50% tingkat sosial

rendah, 50% tingkat ekonomi rendah, dan 65% tingkat pendidikan rendah.
5

Masyarakat di desa Ampibabo mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan

(60%) dengan usia rata-rata 40-45 tahun (data Desa, 2020). Banyaknya warga

Desa Ampibabo yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar menunjukkan bahwa

masih rendahnya angka partisipasi mereka di bidang pendidikan, khususnya

dalam ketuntasan wajib belajar 9 tahun. Mayoritas perekonomian masyarakat

nelayan di Desa Ampibabo juga masih tergolong rendah, hal ini tergambar dari

masih banyaknya masyarakat nelayan Desa Ampibabo yang kurang sejahtera

dengan tempat tinggal semi permanen.

Faktor lainnya adalah masih kurang perhatiannya orang tua terhadap

pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Kebanyakan orang tua menyuruh

anaknya bekerja setelah tamat dari SD dan SMP, baik itu menjadi buruh atau

membantu orang tua melaut dan lain sebagainya. Hal ini juga tidak lepas dari

pendapatan orang tua dan jenis pekerjaan pada lingkungan masyarakat tersebut.

Masyarakat nelayan di Desa Ampibabo, memiliki masalah yang cukup serius di

bidang pendidikan, hal ini berdasarkan observasi awal tergambar dari masih

banyaknya warga desa Ampibabo yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) saja.

Sebanyak 14.973 warga tamat Sekolah Dasar (SD) dan hanya 8.062 atau sekitar

(35%) warga yang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), data tersebut

menunjukkan bahwa ada sekitar sekitar (6%) warga di Desa Ampibabo yang tidak

melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP, sedangkan untuk pendidikan anaknya

dari 5.539 anak usia sekolah hanya 2.736 anak yang mengenyam pendidikan,

1.148 (21%) Sekolah Dasar, 856 (15%) Sekolah Menengah Pertama, 732 (13%)

Sekolah Manegah Atas, (Monografi Desa Tahun 2020).


6

Pembahasan di atas menunjukan bahwa pendidikan anak di Desa

Ampibabo Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi masih tergolong rendah dan

kurang sejahtera. Penulis berasumsi bahwa rendahnya tingkat pendidikan anak

berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi nelayan di Desa Ampibabo. Berdasarkan

latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang

dampak kondisi sosial ekonomi terhadap rendahnya tingkat pendidikan anak

masyarakat nelayan di Desa Ampibabo.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana dampak kondisi

sosial ekonomi terhadap rendahnya tingkat pendidikan anak masyarakat nelayan

di Desa Ampibabo?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dampak kondisi sosial

ekonomi terhadap rendahnya tingkat pendidikan anak masyarakat nelayan di Desa

Ampibabo.

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberi manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teori

a. Sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis yang mungkin akan

dilakukan selanjutnya.

b. Memberikan informasi seputar dampak kondisi sosial ekonomi

terhadap rendahnya tingkat pendidikan anak masyarakat nelayan.


7

c. Memberikan informasi pengetahuan, pengalaman dan wawasan

berfikir kritis guna melatih kemampuan, memahami dan menganalisis

masalah-masalah pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Memberikan referensi bagi para mahasiswa dalam menyikapi dampak

sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan.

b. Bagi Universitas Tadulako

Menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi institusi terkait mengenai

dampak sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dampak sosial

ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak.

1.5 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam tulisan ini antara lain sebagai berikut :

1. Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok

masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta

pendapatan (Wayan, 2014).

2. Menurut Imron dalam Mulyadi (2005), nelayan adalah Suatu kelompok

masyarakat yang kehidupanya tergantung langsu ng pada hasil laut, baik

dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya.


8

3. Jenjang pendidikan formal sesuai dengan pasal 14 bab VI UU Nomor 20

Tahun 2003 yakni pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi.
9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Penelitian Relevan

Beberapa penelitian relevan yang berhubungan tentang dampak sosial

ekonomi masyarakat nelayan terhadap tingkat pendidikan anak adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan

Jenis
No Nama Judul Persamaan Perbedaan Kesimpulan
penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Dwi Jatmiko, Pengaruh analisis Penelitian ini Metode dan Hasil
Tjaturahono Kondisi deskriptif sama-sama obyek penelitian
Budi Sanjoto Sosial persentatif mengkaji penelitian menunjukkan
dan Saptono Ekonomi dan analisis tentang bahwa
Putro Terhadap regresi kondisi besarnya nilai
(2012) Tingkat sosial R square
Pendidikan ekonomi paling tinggi
Anak Pada nelayan yaitu pada
Keluarga terhadap keluarga
Buruh Batik, tingkat petani sebesar
Petani, Dan pendidikan 93,7%,
Nelayan Di anak kemudian
Kecamatan keluarga buruh
Wiradesa batik sebesar
Kabupaten 62,8%, dan
Pekalongan yang paling
rendah pada
keluarga
nelayan
sebesar 55,5%
2 Indra Moha, Kondisi Analisis Penelitian ini Metode dan Hasil
Srie J. Sosial kualitatif sama-sama obyek penelitian
Sondakh dan Ekonomi studi kasus mengkaji penelitian menunjukkan
Olvie V. Keluarga tentang bahwa Kondisi
Kotambunan Nelayan Dan kondisi sosial nelayan
(2019) Pengaruhnya sosial di Desa
Terhadap ekonomi Bulawan
Tingkat nelayan Induk sangat
Pendidikan terhadap berpengaruh
Anak Di Desa tingkat dilihat dari
Bulawan pendidikan segi
Induk pendidikan
Kecamatan paling banyak
Kotabunan berpendidikan

9
10

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Kabupaten SD, terdapat 2
Bolaang agama
Mogondow responden
Timur yaitu Islam
dan Kristen
Protestan,
umur nelayan
berada pada
kisaran umur
produktif
sebanyak 8
orang,
sebagian besar
responden
tanggungan
keluarga rata –
rata 1 – 5
orang per
kepala
keluarga dan
kodisi rumah
sebagian besar
(44%)
responden
memiliki jenis
rumah dari
papan/triplex.
3 Ledidiana S, Kondisi Kuantitatif Penelitian ini Metode dan Hasil
Taufik Arifin Sosial dan sama-sama obyek penelitian ini
dan Murdjoli Ekonomi mengkaji Penelitian menunjukkan
Rodja terhadap tentang bahwa (1)
(2020) Tingkat kondisi Terdapat
Pendidikan sosial pengaruh
Anak ekonomi secara
Keluarga nelayan signifikan
Nelayan di terhafap antara kondisi
Desa tingkat sosial terhadap
Nangadhero pendidikan tingkat
Kecamatan anak pendidikan
Aesesa anak nelayan,
Kabupaten dengan
Nagekeo diperoleh nilai
thitung 2,113
> 1,667, dan
signifikan =
0,038 < 0,05.
(2) Tidak
terdapat
pengaruh
signifikan
antara kondisi
11

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


ekonomi
terhadap
tingkat
pendidikan
anak nelayan

Penelitian yang pertama berjudul “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi

Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Pada Keluarga Buruh Batik, Petani, Dan

Nelayan Di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan” ditulis oleh Dwi

Jatmiko, Tjaturahono Budi Sanjoto dan Saptono Putro. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian penulis yaitu sama-sama mengkaji tentang kondisi sosial

ekonomi nelayan terhadap tingkat pendidikan anak. Perbedaan penelitian ini

adalah penelitian ini metode penelitiannya kuantitatif dan penelitian ini dilakukan

di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan sedangkan penulis metode

penelitiannya kualitatif dan penelitiannya dilakukan di Desa Ampibabo

Kabupaten Parigi.

Penelitian yang kedua berjudul “Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

Nelayan Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Di Desa Bulawan

Induk Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mogondow Timur” ditulis oleh

Indra Moha, Srie J. Sondakh dan Olvie V. Kotambunan. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian penulis yaitu sama-sama mengkaji tentang kondisi sosial

ekonomi nelayan terhadap tingkat pendidikan anak dan sama-sama menggunakan

metode penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini

dilakukan di Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mogondow Timur

sedangkan penulis melakukan penelitian di Desa Ampibabo Kabupaten Parigi.


12

Penelitian yang ketiga berjudul “Kondisi Sosial dan Ekonomi terhadap

Tingkat Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Desa Nangadhero Kecamatan

Aesesa Kabupaten Nagekeo” ditulis oleh Ledidiana S, Taufik Arifin dan Murdjoli

Rodja. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu sama-sama

mengkaji tentang kondisi sosial ekonomi nelayan terhadap tingkat pendidikan

anak. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini metode penelitiannya

kuantitatif dan penelitian ini dilakukan di Desa Nangadhero Kecamatan Aesesa

Kabupaten Nagekeo sedangkan penulis metode penelitiannya kualitatif dan

penelitiannya dilakukan di Desa Ampibabo Kabupaten Parigi.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Kondisi Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian

sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Dalam

Departemen Sosial kata sosial ekonomi menunjukkan pada kegiatan yang

ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam

bidang kesejahteraan khususnya dalam ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan

sosial. Kata sosial berasal dari kata socius yang artinya kawan (teman). Dalam hal

ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman

sekampung dan sebagainya.

Istilah “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomia yang

terdiri dari suku kata oikos dan nomos. Oikos artinya segala sesuatu yang

berhubungan dengan lading, sedangkan nomos berarti undang-undang atau

peraturan. Dalam perkembangannnya, istilah ini memiliki arti upaya-upaya yang


13

dilakukan manusia untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. (Sidung

Haryanto, 2011).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi adalah pengetahuan

dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan

dan pemakaian barang serta kekayaan.

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok

masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta

pendapatan (Wayan, 2014).

Suparianto (2010) sosial ekonomi adalah gambar tentangan keadaan

seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran

itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa pengertian sosial ekonomi yang telah dikemukakan

diatas, maka sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendidikan,

kondisi perumahan, kesehatan, pendapatan dan pekerjaan.

Melly G Tan dalam Hendratmoko, (2012), bahwa kedudukan sosial

ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.

Pendapat di atas didukung oleh MaMahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama

dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa

kehidupan sosial ekonomi dititik beratkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan,

perumahan, dan air yang sehat serta didukung oleh pekerjaan yang layak.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial

ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam

lingkungannya, sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang


14

dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalakan usaha dan

berhasil mencukupinya.

Demikian halnya dengan masyarakat, mereka akan selalu dihadapkan

kepada keputusan yang harus mereka lakukan dan yang tidak kalah penting yaitu

orientasi dari keputusannya tersebut dengan melaksanakannya. Suatu masyarakat

harus memutuskan pekerjaan apa yang akan dia peroleh dan apa yang dia hasilkan

dari perkerjaannya tersebut. Seseorang membutuhkan orang lain untuk

menghasilkan pangan, orang yang membuat sandang, orang yang dapat membuat

kendaraan, orang yang dapat membangun rumah, menjahit pakaian dan

seterusnya.

Dengan keadaan seperti ini akan menciptakan suatu sistem yang dikenal

dengan simbiosis mutulisme yang terikat antara satu orang dengan orang yang lain

dengan keterikatan diantara satu sama lain. Tentunya hal ini dibedakan

berdasarkan penghasilan yang mereka dapatkan dan juga hal tersebut akan

menjadikan seseorang mempunyai kedudukan atau status dalam masyarakat

berdasarkan apa yang masyarakat sekitar lihat.

Menurut Soerjono Sukanto (2010) mengatakan, “Kedudukan sosial artinya

adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan

orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisnya dan hak-hak

serta kewajiban”. Status atau kedudukan sosial tidak terbatas pada pengertian

kumpulan statusstatus seseorang dalam kelompok-kelompok yang berbeda,

melainkan status-status sosial tersebut mempengaruhi status orang tadi dalam

kelompok-kelompok yang berbeda.


15

Binarto dalam Oktama (2013) mengemukakan tentang kondisi sosial

ekonomi masyarakat adalah suatu usaha bersama dalam suatu masyarakat untuk

menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup, dengan lima parameter yang

dapat digunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi masyrakat yaitu usia,

jenis kelamin, tingkat Pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

Sosial ekonomi adalah pernyataan, keadaan atau suatu pernyataan yang

dapat dilihat atau dirasakan dan diukur oleh indera manusia (Poerwadarminto,

2002). Status yang dimaksud dalam penelitian ini yakni suatu keadaan ekonomi

orangtua, sedangkan ekonomi menurut Poerwadarminto (2002) menjelaskan

bahwa ekonomi adalah urusan keuangan rumah tangga. Kondisi sosial ekonomi

menurut Abdulsyani (2002) menjelaskan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah

kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh

jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat Pendidikan, usia, jenis rumah tinggal,

dan kekayaan yang dimiliki.

Berdasarkan pemaparan di atas maka sosial ekonomi adalah suatu keadaan

ekonomi orangtua/ keluarga yang bisa dirasakan atau diukur oleh indera manusia.

Sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan

ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Serta status sosial ekonomi diartikan

sebagai keadaan urusan keuangan keluarga, yang mejelaskan suatu keadaan yang

dapat dilihat indera manusia, mengenai keadaan dan kemampuan ekonomi

orangtua seperti pendapatan dan kekayaan yang dimiliki dalam memenuhi

kebutuhananya.
16

Menurut Soerjono Sukanto (2010) mengemukakan bahwa bentuk-bentuk

status sosial ekonomi salah satunya adalah Achieved Status yaitu seseorang yang

mencapai status dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini bersifat

terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan dalam mengajar serta

mencapai berbagai tujuan.

2.2.2 Nelayan

Menurut Imron dalam Mulyadi (2005), nelayan adalah Suatu kelompok

masyarakat yang kehidupanya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan

cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Masyarakat nelayan adalah

masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu

kawasan transisi antara wilayah darat dan laut yakni suatu kawasan transisi antara

wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri dari

kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial.

Mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai

referensi perilaku mereka sehari-hari. Faktor kebudayaan ini menjadi pembeda

masyarakat nelayan dari kelompok sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat

pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan

hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya perikanan.

Mereka menjadi komponen utama konstruksi masyarakat maritim

Indonesia. Dalam konteks ini, masyarakat nelayan didefinisikan sebagai kesatuan

sosial kolektif masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dengan mata

pencahariannya menangkap ikan di laut, polapola perilakunya diikat oleh sistem

budaya yang berlaku, memiliki identitas bersama dan batas-batas kesatuan sosial,
17

struktur sosial yang mantap, dan masyarakat terbentuk karena sejarah sosial yang

sama. Sebagai sebuah komunitas sosial, masyarakat nelayan memiliki sitem

budaya yang tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang hidup di daerah

pegunungan, lembah atau dataran rendah, dan perkotaan.

Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi

penangkapan ikan, nelayan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk

melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air

lainnya/tanaman air.

b. Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya

digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang

air lainnya/tanaman air. Di samping melakukan pekerjaan penangkapan,

nelayan dalam kategori ini bisa saja mempunyai pekerjaan lain.

c. Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya

digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan (Kementerian

Kelautan dan Perikanan, 2011)

Dalam satu keluarga, tiap anggota memiliki peranan masing-masing

terutama dalam menjalankan perekonomian keluarga. Suami sebagai kepala

rumah tangga adalah penanggungjawab kebutuhan rumah tangga, dan sebagai

pencari nafkah, yaitu mencari ikan di laut.

Laut bagi nelayan merupakan ladang hidup, dan kehidupannya tergantung

dari sumber-sumber kelautan. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan adalah pergi ke

laut untuk menangkap ikan, jadi aktivitas nelayan (suami) sebagian besar
18

dihabiskan di laut. Kegiatan yang berkaitan dengan kenelayanan ini dilakukan

oleh nelayan tidak hanya di laut, tetapi juga dilakukan pada waktu di darat.

Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Indonesia

yang hidup dengan mengelola potensi sumberdaya perikanan. Sebagai suatu

masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai

karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di

wilayah daratan (Fargomeli, 2014). Masyarakat pantai (nelayan) mempunyai ciri

kehidupan atau ritme kehidupan yang spesifik, sesuai dengan aktivitas sosial

ekonomi sebagai nelayan. Kehidupan nelayan yang sering meninggalkan

kampung halaman untuk beberapa hari, minggu atau bulan, berpengaruh terhadap

susunan masyarakat, peranan, status, interaksi sosial dan fungsi individual dalam

masyarakat (Kurnia dkk, 1992).

Masyarakat nelayan sering dinilai lebih terbelakang daripada masyarakat

perkotaan dalam hal derap pembangunan, dalam arti seluas-luasnya. Padahal

mereka dapat mencukupi hidup keseharian jika bisa memenejnya dengan baik.

Namun semua itu hanya bersifat memenuhi kebutuhan primer saja (Sarjulis,

2011).

Bagi nelayan tradisional, tingkat pedidikan tidak terlalu penting bagi

mereka untuk bekal kerja mencari ikan di laut karena pekerjaan sebagai nelayan

merupakan pekerjaan kasar yang lebih banyak mengandalkan otot dan

pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan nelayan itu tidak

memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam melaut. Persoalan dari

arti penting pendidikan ini biasanya baru dirasakan jika seorang nelayan ingin
19

berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang

rendah akan mempersulit nelayan tradisional memilih atau memperoleh pekerjaan

lain selain menjadi nelayan (Muflikhati, 2010)

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan,

masyarakat nelayan adalah masyarakat yang meiliki mata pencaharian sebagai

penangkap ika. Mereka melakukan aktivitas usaha dan mendapat penghasilan dari

kegiatan mencari dan menangkap ikan. Karena bekerja sebagai penangkap ikan

maka tingkat kesejahteraan sangat ditentukan oleh jumlah dan kualitas hasil

tangkapan. Banyak sedikitnya hasil tangkapan mencerminkan besar kecilnya

pendapatan yang diterima.

Masyarakat nelayan menganggap bahwa menjadi nelayan merupakan

pilihan terakhir. Menjadi nelayan adalah pekerjaan turun menurun, bahkan ada

yang menilai sebagai satu-satunya pilhan. Hal tersebut terjadi karena tingkat

ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya perairan akibat tidak tersedia

alternatif pekerjaan lain. Kondisi seperti ini juga mengakibatkan nelayan

tradisonal tidak bisa bersaing dengan nelayan berteknologi modern. (Mochammad

Nadjib, 2013)

Secara geografis, masyarakat Nelayan adalah masyarakat yang hidup,

tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara

wilayah darat dan laut.

Seperti masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi sejumlah

masalah politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut

diantaranya adalah sebagai berikut: (1) kemiskinan, kesenjangan sosial, dan


20

rekanan-rekanan ekonomi yang datang setiap saat, (2) keterbatasan akses modal,

teknologi, dan pasar, sehingga mempengaruhi dinamika usaha, (3) kelemahan

pungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, (4) kualitas SDM yang rendah

sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik,

(5) degradasi sumberdaya lingkungan, baik dikawasan pesisir, laut, maupun

pulau-pulau kecil, dan (6) belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada

kemaritiman sebagai pilat utama pembangunan nasional.

Masalah-masalah di atas tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu

sama lain. Misalnya, masalah kemiskinan. Masalah ini disebabkan oleh

hubungan-hubungan korelatif antara keterbatasan akses, lembaga ekonomi belum

berfungsi, kualitas SDM rendah, degradasi sumberdaya lingkungan, karena itu

penyelesaian persoalan kemiskinan dalam masyarakat pesisir harus bersifat

intergriralistik. Kalaupun harus memilih salah satu faktor sebagai basis

penyelesaian persoalan kemiskinan, pilihan ini benar menjangkau faktor-faktor

yang lain atau menjadi motor untuk mengatasi masalah-masalah yang lain. Pilihan

demikian memang sulit dilakukan, tetapi harus di tempuh untuk mengefisienkan

dan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia yang memang terbatas. (Kusnadi,

2009)

Dalam Perspektif stratifikasi sosiaol ekonomi, masyarakat pesisir bukanlah

masyarakat yang homogen. Masyarakat pesisir terbentuk oleh kelompok-

kelompok sosial beragam. Dilihat dari aspek interaksi masyarakat dengan

sumberdaya ekonomi yang tersedia di kawasan pesisir, mjasyarakat pesisir

terkelompok sebagai berikut: (1) pemanfaat langsung sumber daya manusia,


21

seperti nelayan (yang pokok), pemudi daya perairan ikan di perairan pantai

(dengan aring apung taua keramba), pemudi daya rumput laut/mutiara, dan

petmbak; (2) pengolah hasil ikan jatau hasil laut lainnya, seperi pemindang,

pengering ikan, pengasap, pengusaha terasi/kerupuk, ikan/tepung ikan, dan

sebagainya; dan (3) penunjang kegiatan ekonomi perikanan, seperti pemilik toko

warung, pemilik bengkel (montir dan las), pengusaha angkutan, tukang perahu,

dan buruh kasar (manol). Tingkatan keragaman (heterogenitas) kelompok-

kelompok sosial yang ada dipengaruhi oleh tingkat perkembangan desa-desa

pesisir.

Desa-desa pesisir atau desa-desa nelayan dipengaruhi oleh tingkat

perkembangan desa-desa nelayan yang sudah berkembang lebih maju dan

memunghkinkan terjadinya diversifikasi kegiatan ekonomi, tingkat keragaman

kelompok-kelompok sosialnya lebih kompleks daripada desa-desa pesisir yang

sudah berkembang biasanya dinamika sosial ekonomi lokal berlangsung secara

intensif. Di desa-desa pesisir yang memiliki potensi perikanan tangkap (laut)

cukup besar dan memberikan peluang mata pencarian bagi separo atau sebagian

besar penduduknya melakukan kegiatan penangkapan, masyarakat atau kelompok

sosial masyarakat atau kelompok sosial nelayan merupakan pilar sosial, ekonomi,

dan budaya masyarakat pesisi. Karena masyarakat nelayan beposisi sebagai

produsen perikanan tangkap, maka kontribusi mereka terhadap dinamika sosial

ekonomi lokal sangat besar.


22

Peluang kerja di sektor perikanan tangkap ini tidak hanya memberi

manfaat secara sosial ekonomi masyarakat lokal, tetapi juga kepada masyarakat

desadesa lain daerah hulu yang berbatasan dengan nelayan tersebut.

2.2.3 Tingkat Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Fungsi dari pendidikan nasional menurut undang-undang tersebut adalah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehta, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Menurut Umar Tirta Rahardja dan La Sulo, (2015) pendidikan sebagai

penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik

sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Melalui pendidikan seseorang

dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap atau mengenal dan mengembangkan

metode berifikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan

dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.


23

Pendapat lain tentang pendidikan dikemukakan oleh Henderson yang

dikutip oleh Uyoh Sadulloh, (2014) menyatakan bahwa, pendidikan merupakan

suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu

dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak

manusia lahir.

Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek dalam

kepribadian manusia secara menyeluruh untuk mencapai kepribadian individu

yang lebih baik.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan dalam Uyoh Sadulloh, (2014) adalah

tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang

pendidikan dibagi menjadi dua yakni Formal dan Informal. Jenjang pendidikan

formal sesuai dengan pasal 14 bab VI UU Nomor. 20 tahun 2003 yakni

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

1) Pendidikan dasar

Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan yang dilaksanakan selama 9

(sembilan) tahun pertama masa sekolah. Pendidikan dasar dapat

berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk

lainnya yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lainnya yang sederajat.


24

Pendidikan dasar pada prinsipnya memberikan bekal dasar bagaimana

kehidupan baik untuk diri sendiri maupun bermasyarakat.

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun. Pendidikan

menengah terdiri atas pendidikan umum atau kejuruan. Pendidikan

menengah dapat berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah

Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan

menengah berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik untuk

melanjutkan ke pendidikan tinggi atau untuk mempersiapkan memasuki

dunia pekerjaan

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menenngah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magiser, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Pendidikan tinggi berfungsi untuk menyiapkan peserta didik untuk

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau

professional yang dapat menerapkan atau mengembangkan ilmu

pengetahuan teknologi dan kesenian.

Bagi peserta didik yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan

pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal disediakan pendidikan

informal atau nonformal. Pendidikan informal atau non formal sebagai mitra
25

pendidikan formal yang semakin berkembang. Pendidikan informal dapat berupa

Paguyuban, Kursus-kursus, Kejar Paket dan lain sebagainya.

Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang

berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Peran

keluarga dalam mendidik anak tidak sama dengan pendidikan yang di berikan

oleh sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan apa yang di ungkapkan oleh J.J

Rousseau seorang pelopor ahli jiwa anak seperti dikutip Ngalim Purwanto (2007),

bahwa pendidikan anak-anak harus disesuaikan dengan tiap-tiap masa

perkembangannya sedari kecil. Karena, anak itu bukanlah orang dewasa dalam

bentuk kecil. Fikiran, perasaan dan kemampuan anak itu berbeda dengan

kemampuan orang dewasa.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan merupakan

jenjang atau tahap-tahap pendidikan yang dilalui atau bahkan sudah dilalui

seseorang dalam menuntun ilmu seperti jenjang SD, SMP, SMA dan sampai ke

Perguruan Tinggi.

Komaruddin dalam Widiansyah (2017), berpendapat bahwa pendidikan

memberikan sumbangan yang berarti dalam kenaikan tingkat kehidupan, kualitas

manusia dan pendapatan nasional,terutama dalam hal-hal berikut:

1. Proses belajar mengajar menjamin masyarakat yang terbuka (yaitu

masyarakat yang senantiasa bersedia untuk mempertimbangkan

gagasangagasan dan harapan-harapan baru serta menerima sikap dan

proses baru tanpa harus mengorbankan dirinya).

2. Sistem pendidikan menyiapkan landasan yang tepat bagai

pembangunan dan hasil-hasil rises (jaminan melekat untuk


26

pertumbuhan masyarakat modern yang berkesinambungan). Investasi

pendidikan dapat mempertahankan keutuhan dan secara konstan

menambah persediaan pengetahuan dan penemuan metode serta teknik

baru yang berkelanjutan.

3. Apabila dalam setiap sektor ekonomi kita dapatkan segala faktor yang

dibutuhkan masyarakat kecuali tenaga kerja yang terampil, maka

investasi dalam sektor pendidikan akan menaikkan pendapatan

perkapita dalam sektor tersebut, kecuali bila struktur sosial yang hidup

dalam masyarakat tersebut tidak menguntungkan.

4. Sistem pendidikan menciptakan dan mempertahankan penawaran

keterampilan manusia di pasar tenaga kerja yang luwes. Selain itu juga

mampu mengakomodasi dan beradaptasi dalam hubungannya dengan

perubahan kebutuhan akan tenaga kerja dan masyarakat teknologi

modern yang sedang berubah

2.3 Kerangka Pemikiran

Tinggi

Kondisi Sosial Tingkat


Ekonomi Pendidikan
Sedang

Rendah

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode peneltian kualitatif bersifat deskriptif.

Menurut Sugiyono (2016) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci. Laporan penelitian kualitatif berisi kutipan-

kutipan data atau fakta yang diungkapkan di lapangan untuk memberikan ilustrasi

yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang penulis gunakan untuk penelitian adalah pesisir pantai di

Desa Ampibabo. Waktu penelitian dilakukan dari observasi awal di lapangan

yaitu pada bulan April 2021 hingga dilakukan pengumpulan data-data yang

diperlukan.

3.3 Subyek Penelitian

Subjek penelitian menurut (Suharsimi Arikonto, 2016) memberi batasan

subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel. Dalam

penelitian ini subyek penelitiannya adalah masyarakat nelayan yang tinggal di

pesisir pantai. Adapun informan atau obyek dalam penelitian ini berjumlah 10

orang.

3.4 Unit Analisis

Menurut Sugiyono (2016) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang di

teliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti

27
28

misalnya aktivitas individu atau sekelompok sebagai subjek penelitian. Unit analisis

penelitian ini adalah nelayan yang ada di desa Ampibabo. Peneliti berperan

sebagai unit utama dalam menjaring data dan informasi yang diperlukan. Namun

untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan

unit analisis pengumpulan data berupa:

a. Buku catatan untuk mengumpul data dari lapangan.

b. Handpone untuk merekam hasil percakapan saat melakukan

wawancara.

c. Kamera untuk mengambil gambar yang mendukung keabsahan data

penelitian seperti keadaan sosial dan geografis desa, aktivitas peneliti

saat wawancara, dan bukti-bukti yang dapat meningkatkan keabsahan

penelitian tersebut.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data

sekunder yaitu:

3.5.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi

penelitian baik yang dilakukan melalui observasi dan wawancara. Data primer

yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis dilapangan cara

mengumpulkan data primer yaitu dengan melakukan dokumentasi dan hasil

wawancara oleh informan yang telah penulis tetapkan (Surakhmad, 2015).

Data primer dapat diperoleh melalui wawancara, observasi atau pengamatan

langsung.
29

3.5.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti

dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan untuk melengkapi data primer

yang diperoleh dari dokumentasi atau studi kepustakaan yang terkait dalam

permasalahan yang diteliti (Surakhmad, 2015). Data sekunder diperoleh melalui

studi kepustakaan, data-data tulisan ilmiah, buku bacaan, dan penelitian-penelitian

lain yang berhubungan dengan judul penelitian yang dibuat oleh penulis.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik sebagai berikut:

3.6.1 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung di

lokasi penelitian, (Sukmadinata, N.S 2011). Pada penelitian ini, peneliti turun

secara langsung untuk melakukan observasi, kepada masyarakat nelayan di Desa

Ampibabo.

3.6.2 Wawancara

Menurut (Sugiyono, 2016) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan

data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari informan diberikan yang lebih mendalam tentang perilaku, dan

makna dari perilaku tersebut.

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau
30

tanyajawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena

ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi. Misalnya bagaimana

kondisi ekonomi masyarakat nelayan di Desa Ampibabo.

Menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal ketika melakukan

wawancara guna menacari data penelitian seluas-luasnya. Pengumpulan data di

lapangan dilakukan secara terbuka, akrab, dan kekeluargaan.

1.6.3 Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara foto-foto selama wawancara dan

mengumpulkan dokumen tentang profil lokasi penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisis Kualitatif studi kasus. Teknik ini dipilih untuk menjelaskan dan

menggambarkan keadaan sesungguhnya tentang obyek penelitian. Pada proses ini

peneliti akan melakukan analisis data melalui 3 (tiga) tahap yakni reduksi data,

penyajian data, kemudian disimpulkan serta intrepertasi data, (Milles dan

Huberman dalam Sugiyono, 2016)

3.7.1 Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan

terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan

data yang dirasa masih kurang. Data yang diperoleh dilapangan mungkin

jumlahnya sangat banyak.


31

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang akan direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2016).

3.7.2 Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya. Dalam

hal ini Milles dan Huberman dalam sugiyono (2016) menyatakan bahwa yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

yang selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

3.7.3 Verifikasi data

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Milles dan

Huberman dalam Sugiyono (2016) adalah penarikan kesimpulan dan Verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.


32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Sejarah

Desa Ampibabo Timur adalah salah satu desa yang berada dalam wilayah

Kecamatan Ampibabo yang merupakan hasil pemekaran dari Desa Ampibabo dan

diresmikan menjadi Desa Definitif pada tanggal 18 April 2011. Desa Ampibabo

Timur terdiri dari 3 dusun yang dibagi atas dasar batas alam yang ada yaitu

sungai kecil yang mengalir kearah teluk tomini dan jalan Desa. Masyarakat Desa

Ampibabo Timur bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani dan sebagian

sebagia Pegawai Negeri Sipil dan Pedagang. Adapun bahasa yang digunakan

sehari-hari oleh masyarakat Desa ampibabo Timur adalah Bahasa kaili (rai).

Pelaksanaan pembangunan antara wilayah diupayakan berdasarkan skala

prioritas dan tetatp mengacu pada kesepakatan Musyawarah Desa serta pedoman

RPJMDes yang ada. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kecemburuan sosial

ditingkat dusun yang menagkibatkan ketidak harminisan dalam masyarakat demi

tercapainya azas “keseimbangan dan pemerataan” pembangunan di desa

diaksanakan secara bertahap dan berantian di masing–masing Dusun.

Pembangunan desa juga harus mengacu pada prinsip transparansi, partisipasi serta

pemberdayaan masyarakat dan peran serta lembaga internal desa secara

langsung guna tercipta rasa saling memiliki, sikap kebersamaan, gotong royong

dan tanggung jawab.

32
33

Pada tanggal 18 April 2011 Desa Ampibabo Timur Resmi menjadi Desa

definitif yang diresmikan oleh Bupati Parigi Moutong (Drs. Hi. Longki Djanggola

M.Si) yang peresmiannya dilaksanakan di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga

bersama 20 desa pemekaran lainnya dalam wilayah Parigi Moutong dimana

pejabat sementara Kepala Desa Ampibabo Timur dijabat oleh Moh.Nasir.R.Laisa.

Dalam usia mudanya yakni hanya dalam kurun waktu 5 bulan telah

berhasil menyelenggarakan PILKADES pesta demokrasi yaitu pada tanggal 24

Desember 2010 dimana masyarakat Desa Ampibabo Timur memilih 2 orang

calon kepala Desa yaitu :

1. Moh.Nasir.R.Laisa

2. Abd. Haris U Atja

Yang dalam pemilihan tersebut dimenangkan oleh Moh.Nasir.R.Laisa,

Setelah selesai masa jabatan Moh. Nasir R. Laisa di Tahun 2017, dipegang oleh

pejabat Sementara dari Pihak Kecamatan, sambil menungguh Pemilihan Serentak

di Tahun 2019, Kemudian diadakan Pemilihan Serentak Kepala Desa tahun 2019

yang dimenangkan oleh Bapak Lukman masa jabatan 2019 s/d 2025.

b. Letak Geografis

Desa Ampibabo Timur merupakan salah satu Desa yang ada di

Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.

Luas wilayah Desa sebesar ± 67,09. Ha yang terdiri dari 3 Dusun. Desa Ampibabo

Timur terletak di wilayah Kota Ampibabo Ibukota Kabupaten Parigi Moutong

dengan titik koordinat 120.0644 Bujur Timur dan 0.4638 Lintang Selatan, dengan

jarak ± 48 km dari ibu kota Parigi.


34

Batas Desa / Kecamatan Wilayah

Barat Desa Ampibabo Kab. Parigi Moutong

Timur Teluk Tomni Kab. Parigi Moutong

Utara Ampibabo Utara Kab. Parigi Moutong

Selatan Desa Ampibabo Kab. Parigi Moutong

Wilayah Desa Ampibabo Timur terletak pada ketinggian antara 4-8

meter di atas permukaan laut. Lahan di Desa Ampibabo Timur merupakan

hamparan dataran pesisir pantai. Curah hujan rata – rata sebesar 1.460 mm dengan

jumlah hari hujan rata– rata 120 hari. Bulan basah 5-8 bulan, sedangkan bulan

kering berkisar antara 4-6 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober–

November dan pada bulan April–Mei terjadi musim kemarau pada setiap

tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember–Februari. Suhu

udara rata – rata setiap hari berkisar 31,7oC, suhu minimum 24,2oC, dan suhu

maksimum 35,4oC.

c. Kondisi Umum Demografis Daerah

Jumlah penduduk Desa Ampibabo Timur sebanyak 614 jiwa dengan

jumlah rumah tangga 148 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk perempuan 277

jiwa, sedangkan penduduk laki – laki 337 jiwa, yang Sebagian besar bermata

pencaharian sebagai Nelayan, petani pekebun dan bidang jasa perdagangan

dengan komoditi unggulan Desa yaitu hasil laut.


35

4.1.2 Data Informan

Informan yang ditentukan oleh peneliti didasarkan pada judul yang

diangkat yaitu mengenai dampak kondisi sosial ekonomi terhadap rendahnya

tingkat pendidikan anak masyarakat nelayan di Desa Ampibabo. Fokus analisis

penelitian ini adalah masyarakat nelayan yang tinggal di pesisir pantai. Adapun

informan atau obyek dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5

anak dan 5 orang tua.

4.1.2.1 Informan Nelayan Menurut Umur

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Nelayan Menurut Umur

No Nama Umur

1 Irham 45 Tahun

2 Darwis 50 Tahun

3 Hasan 52 Tahun

4 Makmur 48 Tahun

5 Musafir 50 Tahun
Sumber : Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa 20% dari jumlah nelayan

sebagai informan yang berumur 26 - 45 Tahun sedangkan 80% yang berumur 46 -

65 Tahun. Berdasarkan karakteristik umur informan nelayan sebagian besar

informan berumur antara berumur 46 - 65 Tahun yaitu sebesar 80%.

4.1.2.2 Informan Nelayan Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud peneliti yaitu batas pendidikan yang

ditempuh orang tua karena batas pendidikan ini juga penting untuk mengetahui
36

Apakah ada pengaruh dari tingkat pendidikan orang tua sehingga anak ada yang

tidak sekolah adapun jenjang pendidikan orang tua sesuai dengan tabel di bawah

ini.

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Nelayan


Menurut Tingkat Pendidikan

Pendapatan
No Nama
TK SD SMP SMA PT

1 Irham √
2 Darwis √
3 Hasan √
4 Makmur √
5 Musafir √
Sumber : Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan karakteristik informan nelayan berdasarkan tingkat

pendidikan pada tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa informan yang

berpendidikan SD sebanyak 3 orang dengan presentase sebesar 60%, responden

yang berpendidikan SMP sebanyak 1 orang dengan presentase sebesar 20%,

responden yang berpendidikan SMA sebanyak 1 orang dengan presentase sebesar

20%. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan sebagian besar informan

nelayan memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebesar 60%.

4.1.2.3 Informan Nelayan Menurut Pendapatan

Pendapatan ini dapat di lihat dari jumlah penjualan nelayan setiap bulan,

dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


37

Tabel 4.3 Karakteristik Informan Nelayan


Menurut Pendapatan

Pendapatan
No Nama
/Bulan
1 Irham ± Rp. 1.900.000

± Rp. 2.500.000
2 Darwis

± Rp. 1.200.000
3 Hasan

± Rp. 1.000.000
4 Makmur

± Rp. 1.900.000
5 Musafir
Sumber : Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan karakteristik informan nelayan berdasarkan pendapatan pada

tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa pendapatan nelayan di atas Rp. 1.000.000.

4.1.2.4 Informan Nelayan Menurut Jenis Rumah

Jenis rumah adalah keadaan rumah yang ditempati seseorang dalam jangka

waktu yang lama. Keadaan rumah yang dimaksud peneliti yaitu rumah permanen (

rumah yang bersifat tetap dengan bahan bangunan yang bersifat kokoh baik dari

tiang, dinding dan atap dan tanah rumah ini sudah milik sendiri), semi permanen (

rumah yang belum sepenuhnya bangunan terbuat dari bahan kokoh walaupun

sudah ada bahan bangunan yang bersifat kokoh seperti lantai yang sudah terbuat

dari plester sedangakan dinding masih dari kayu), kayu (rumah ini masih bisa di

pidah-pindahkan dan bahan bangunanya masih harus selalu di ganti pertahun atau

perbulan sesuai dengan jenis kayu yang digunakan), bambu ( jenis rumah ini

masih sangat kurang layak dikarenakan jenis rumah ini harus diganti perbulanya).
38

Adapun jumlah responden yang mempunyai rumah permanen,semi permanen,

kayu dan bambu di tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Karakteristik Informan Nelayan


Menurut Jenis Rumah

No Nama Kriteria

1 Irham Permanen

Semi Permanen
2 Darwis

Semi Permanen
3 Hasan

Semi Permanen
4 Makmur

Kayu
5 Musafir
Sumber : Observasi, 2021

Menurut hasil observasi yang dilakukan berdasarkan karakteristik

informan nelayan berdasarkan jenis rumah pada tabel 4.4 di atas, menunjukkan

bahwa informan yang jenis rumah permanen sebanyak 1 orang atau 20%,

sedangkan informan yang jenis rumahnya semi permanen sebanyak 3 orang atau

60% dan informan yang jenis rumahnya kayu sebanyak 1 orang atau 20%.

Berdasarkan karakteristik jenis rumah sebagian besar informan nelayan memiliki

jenis rumah semi permanen yaitu sebesar 60%.

4.1.2.5 Pendidikan Anak

Pendidikan anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak usia

sekolah yang melanjutkan sekolahnya atau anak yang berenti sekeolah karena ada

suatu faktor yang melatar belakangi seperti faktor ekonomi, faktor lingkungan, dll
39

Berdasarkan data yang sudah di ambil melalui wawancara peneliti dapat dilihat

sesuai dengan tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Pendidikan Anak

Tingkat Pendidikan
No Nama
TK SD SMP SMA PT

1 Ridwan √

2 Arif √

3 Rendy √

4 Asrudin √

5 Chairul √
Sumber : Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan karakteristik pendidikan anak pada tabel 4.5 di atas,

menunjukkan bahwa anak nelayan yang berpendidikan SD sebanyak 1 orang

dengan presentase sebesar 20%, anak nelayan yang berpendidikan SMP sebanyak

3 orang dengan presentase sebesar 60%, anak nelayan yang berpendidikan SMA

sebanyak 1 orang dengan presentase sebesar 20%. Berdasarkan karakteristik

pendidikan anak sebagian besar anak nelayan memiliki tingkat pendidikan SMP

yaitu sebesar 60%.


40

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Dampak Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Rendahnya Tingkat

Pendidikan Anak Masyarakat Nelayan Di Desa Ampibabo

a. Wawancara Bersama Orang Tua

Masyarakat di Desa Ampibabo mayoritas merupakan masyarakat nelayan

dan kelompok-kelompok orang yang menguntungkan hidupnya dari hasil laut,

meliputi: pedagang ikan dan pemasok ikan ke luar kota.

Sebagaimana yang dijelaskan Bapak Irham selaku masyarakat nelayan di

Desa Ampibabo Ia mengatakan bahwa:

“Di Desa ini sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan,

karena letak kami yang memang bertepatan dengan wilayah pesisir pantai

sehingga masyarakat yang tinggal disekitar ini yah bekerja sebagai nelayan”.

(Wawancara Senin, 31 Mei 2021)

Selain itu penulis juga mewawancarai Bapak Darwis selaku masyarakat

nelayan di Desa Ampibabo Ia mengatakan bahwa:

“Masyarakat di Desa ini bermata pencaharian sebagai nelayan karena

tempat tinggal kami yang memang berada di daerah pesisir”. (Wawancara Senin,

31 Mei 2021)

Lanjut penulis juga mewawancarai Bapak Hasan, Ia mengatakan bahwa

“di sini kebanyakan bekerja sebagai nelayan”. (Wawancara Senin, 31 Mei 2021)

Wawancara bersama Bapak Makmur, Ia mengatakan bahwa “mayoritas di

sini itu nelayan”. (Wawancara Senin, 31 Mei 2021)


41

Wawancara bersama Bapak Musafir, Ia mengatakan bahwa “disini ada

petani, ada swasta dan nelayan tapi mayoritas disini nelayan apalagi yang tinggal

di pesisir pantai”. (Wawancara Senin, 31 Mei 2021)

Berdasarkan hasil wawancara penulis bersama beberapa masyarakat di

Desa Ampibabo maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat di

daerah Ampibabo bekerja sebagai nelayan karena didukung oleh letak geografis

wilyaha tersebut yang berada di daerah pesisir sehingga masyarakat di wilayah

tersebut bergantung kepada hasil laut.

Orang tua perlu membuat anak menyadari bahwa belajar adalah hal yang

penting, menyenangkan, dan harus dilakukan. Di usia prasekolah anak lebih

bergantung pada orang tua, sehingga ia akan mendengarkan dan menerima arahan

orangtuanya dalam segala hal yang ia lakukan. Sehingga orangtua perlu

mengarahkan anak pada hal-hal yang baik termasuk menanamkan pentingnya

menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Berikut kutipan wawancara penulis

bersama Orang tua siswa mengenai peran orang tua terhadap pendidikan anak.

Sebagaimana yang dijelaskan Bapak Irham selaku masyarakat nelayan di

Desa Ampibabo Ia mengatakan bahwa:

“menyerahkan sepenuhnya kepada anak mau sekolah atau tidak, tetapi

anak lebih memilih membantu saya untuk bekerja sebagai nelayan.”. (Wawancara

Senin, 31 Mei 2021)

Lanjut wawancara bersama Bapak Darwis, Ia mengatakan bahwa “sudah

menyuruh sekolah tetapi anak yang bersangkutan tidak mau untuk sekolah”.

(Wawancara Senin, 31 Mei 2021)


42

Wawancara bersama Bapak Hasan, Ia mengataka bahwa “Kalau anak saya

lebih suka membantu saya mencari ikan saya, tidak masalah”. (Wawancara Senin,

31 Mei 2021)

Wawancara bersama Bapak Makmur, Ia mengatakan bahwa “anak saya

tidak ada semangat untuk sekolah dia lebih suka membantu saya mencari ikan

daripada anak saya hanya tidur di rumah saya panggil mencari ikan di laut”.

(Wawancara Senin, 31 Mei 2021)

Wawancara bersama Bapak Musafir, Ia mengatakan bahwa “saya ingin

anak saya itu memiliki pendidikan yang tinggi tetapi terkendala di pembayaran

jadi saya hanya berharap kepada beasiswa”. (Wawancara Senin, 31 Mei 2021)

Berdasarkan hasil wawancara penulis bersama beberapa masyarakat di

Desa Ampibabo maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya peran orang tua

terhadap pendidikan anak bukanlah hal yang sepele karena pendidikan adalah

modal utama yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat

bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini orang tua semakin

menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak

mereka sejak dini. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti

memberikan banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang mencapai kesuksesan

setelah mereka menginjak usia dewasa dan terjun ke dalam dunia sosial yang

sebenarnya. Peran aktif orang tua tentu saja perlu didukung oleh komunikasi yang

baik antara orang tua dan pihak sekolah.

Pendidikan orangtua sangat berpengaruh terhadap pola perkembangan

anak. Fenomena yang terjadi kebanyakan orangtua menginginkan anaknya


43

menjadi orang sukses dalam pendidikan maupun karirnya, sehingga masa yang

akan datang mereka dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi lebih baik dari

sebelumnya.

Tinggi rendahnya pendidikan anak salah satunya diakibatkan oleh peran

orang tua. Bagaimana orang tua memberikan motivasi terhadap anaknya.

Berdasarkan wawancara bersama Arif salah satu anak nelayan di Desa Ampibabo

Ia mengatakan bahwa “saya membantu orang tua saya menangkap ikan jadi saya

tidak melanjutkan sekolah saya”. (Wawancara Selasa, 02 Juni 2021)

Selain itu penulis juga mewawancarai Ridwan salah satu anak nelayan Ia

mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan Arif bahwa saya lebih memilih

membantu orang tua dibanding melanjutkan sekolah”. (Wawancara Selasa, 02

Juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

anak dari orang tua yang bekerja sebagai nelayan di Desa Ampibabo lebih

memilih membantu orang tua dibanding dengan melanjutkan sekolahnya sehingga

anak-anak merekapun rata-rata tidak sempat menyelesaikan pendidikan hingga

jenjang yang setinggi-tingginya dan ada juga yang putus sekolah.

Kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini berkaitan dengan pendidikan

anak keluarga nelayan yang tentunya bergantung pada tingkat pendapatan

keluarga nelayan itu sendiri tapi juga posisi seseorang dalam kelompok

masyarakat di tentukan oleh berbagai jenis aktivitas masyarakat berkaitan erat

dengan berbagai aktivitas sosial ekonomi lainnya, salah satunya berdasarkan

tanggungan keluarga.
44

Selanjutnya penulis menanyakan pertanyaan mengenai jumlah anggota

keluarga kepada Bapak Musafir salah satu nelayan di Desa Ampibabo. Ia

mengatakan bahwa “jumlah anggota keluarga 7 orang yang terdiri dari istri dan 6

orang anak”. (Wawancara Rabu, 03 Juni 2021)

Penulis kemudian mewawancarai Bapak Irham salah satu nelayan di Desa

Ampibabo mengenai pertanyaan yang sama. Ia mengatakan bahwa “jumlah

anggota keluarga saya berjumlah 5 orang yang terdiri dari istri dan 4 orang anak”.

(Wawancara Rabu, 03 Juni 2021)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

cenderung jumlah anggota keluarga nelayan yang ada di Desa Ampibabo

berjumlah lebih dari 3 orang sehingga menyebabkan kepala keluaga kesulitan

untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga salah satunya dalam hal pendidikan.

Tingkat pendidikan sangat erat kaitannya dengan kondisi perekonomian

orang tua dari pendapatan yang mereka hasilkan dari bekerja sebagai petani.

Orang tua berkewajiban membiayai seluruh keperluan pendidikan anaknya.

Dalam hal ini kondisi ekonomi orang tua menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat pendidikan anak.

Berikut kutipan wawancara penulis bersama responden mengenai kondisi

sosial orang tua terhadap pendidikan anak, wawancara bersama Bapak Musafir, Ia

mengatakan bahwa “iya, berpengaruh karena kebutuhan anak saya dalam dunia

pendidikan tidak terpenuhi”. (Wawancara Rabu, 03 Juni 2021)

Wawancara bersama Bapak Darwis, Ia mengatakan bahwa “iya, karena

apabila saya memiliki uang yang banyak anak saya pasti mendapatkan pendidikan
45

yang baik dan tidak akan malas untuk bersekolah”. (Wawancara Rabu, 03 Juni

2021)

Lanjut wawancara bersama orang tua lainnya yaitu Bapak Irham, Ia

mengatakan bahwa “Iya, karena ketika anak ingin melanjutkan sekolah saya tidak

mampu memenuhi kebutuhannya”. (Wawancara Rabu, 03 Juni 2021)

Dari penjelasan diatas dapat diketahui seberapa besar kontribusi antara

kondisi sosial dan kondisi ekonomi baik secara terpisah maupun secara bersama-

sama, dimana antara kondisi sosial dan ekonomi keluaraga, kontribusi kondisi

ekonomi keluagalah lebih dominan pengaruhnya terhadap tingkat pendidikan

anak. Hal ini disebabkan karena untuk dapat mengenyam pendidikan tidaklah

gratis tanpa adanya biaya, walaupun dengan adanya bantuan operasional sekolah

(BOS) dari pemerintah yang menyatakan dengan BOS kini sekolah gratis. Namun

kenyataannya tidak semuanya gratis, pihak sekolah masih menarik iuran dengan

berbagai alasan, walaupun tidak besar jumlahnya namun bagi masyarkat nelayan

yang mayoritas ekonominya menengah kebawah terasa masih terlalu

memberatkan. Karena biaya pendidikan bukan hanya masalah administrasi

disekolah namun masih banyak lagi kebutuhan yang diperlukan agar seorang anak

dapat bersekolah, dari uang saku, transportasi, baju seragam dan perlengkapan

sekolah lainya yang harus terpenuhi agar seorang anak dapat bersekolah.

b. Wawancara Bersama Anak Nelayan

Orang tua adalah guru pertama bagi anak, karena orang tualah yang

pertama kali mendidik atau menanamkan pendidikan dasar kepada anak-anaknya.

Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar, oleh karena itu hendaknya
46

orang tua senantiasa memotivasi anak agar lebih giat dalam belajar dan juga

berprestasi. Motivasi belajar dari orang tua merupakan salah satu bentuk nyata

pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya

Namun, kebanyakan para orang tua menyerahkan pendidikan si kecil

sepenuhnya pada sekolah. Padahal seharusnya orang tua memberikan perhatian

dan semangat belajar yang lebih sehingga dapat memunculkan motivasi belajar

anak. Orang tua harus bekerja sama dengan sekolah bagaimana memahami

kurikulum dan memberikan pengajaran saat mendampingi anak.

Orang tua juga harus menemani atau mendampingi anak saat belajar. Saat

mendampingi anak belajar, orang tua harus siap memberikan pertolongan dengan

membantu kesulitan yang dihadapi anak, mengatasi masalah belajar, memberi

dukungan kepada anak dan menjadi teladan bagi anak-anak.

Berikut beberapa kutipan wawancara penulis bersama responden mengenai

motivasi yang diberikan orang tua terhadap anak. Wawancara bersama Ridwan, Ia

mengatakan bahwa “saya membantu orang tua menangkap ikan jadi saya tidak

melanjutkan sekolah”. (Selasa, 02 Juni 2021)

Wawancara bersama Rendy, Ia mengatakan bahwa “Ia, ada motivasi”.

Lanjut wawancara bersama Asrudin, Ia mengatakan bahwa “menyuruh saya

bersekolah”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi

yang diberikan orang tua hanya berdasar menyuruh tidak mendampingi sehingga

anak-anak sekolah sesuai dengan keinginan hatinya karena tidak ada komunikasi

dengan anak sebagai bentuk perhatian kepada anak. Perhatian yang diberikan
47

orang tua terhadap anak dapat berpengaruh terhadap motivasi belajarnya.

Misalnya pada saat anak pulang sekolah hendaknya orang tua menanyakan apa

saja yang dilakukan di sekolah. Karena tidak menutup kemungkinan, si kecil

memiliki masalah dengan teman atau pun guru, atau masalah sosial ketika di

sekolah. Dengan seringnya orang tua menanyakan kepada anak tentang

kegiatannya di sekolah dapat membangkitkan motivasi anak untuk bersekolah.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang menentukan tumbuh

kembang anak. Dalam hal ini, orangtua memegang peranan penting sehingga ada

kewajiban orangtua terhadap anak yang harus dilakukan untuk menjamin anak

selalu sehat, baik secara fisik maupun mental. Kewajiban orangtua terhadap anak

adalah berbagai hal yang harus dilakukan orangtua untuk menjamin pemenuhan

hak anak di berbagai bidang salahsatunya dalam bidang pendidikan.

Berikut kutipan wawancara penulis bersama responden mengenai apakah

orang tua memenuhi kebutuhan pendidikan anda?. Penulis mewawancarai

Asrudin, Ia mengatakan bahwa “jarang karena terkendala di biaya hidup”.

Lanjut penulis kemudian mewawancarai Chairul, Ia mengatakan bahwa

“tidak dapat terpenuhi semua karena harus berbagi dengan adik-adik saya”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa orang tua

dari anak tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan anaknya dengan maksimal

karena terkendala dari kebutuhan-kebutuhan dari anggota keluarga yang lain.


48

4.3 Pembahasan

4.3.1 Dampak Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Rendahnya Tingkat

Pendidikan Anak Masyarakat Nelayan Di Desa Ampibabo

Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan, kedudukan atau posisi seseorang

di dalam masyarakat yang ditinjau dari segi sosial dan ekonomi. Menurut

Suparianto (2010) sosial ekonomi adalah gambar tentangan keadaan seseorang

atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti

tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian

nelayan di desa Ampibabo kondisi sosial ekonomi nelayan masih tergolong

kriteria sedang hal ini berdasarkan hasil pengamatan penulis terkait bangunan

rumah yang yang sangat sederhana yang terbuat dari papan serta fasilitas

kehidupan yang kurang memadai.

Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat ditinjau dari segi tingkat

pendidikan keluarga sehingga pendidikan yang dimiliki anak di pengaruhi oleh

orang tua, semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula

persepsi mereka tentang pendidikan namun tidak menuntut kemungkinan ada

orang tua yang tingkat pendidikanya rendah tetapi mempunyai persepsi tentang

pendidikan yang tinggi dan ingin memberikan pendidikan kepada anaknya yang

lebih tinggi dari tingkat pendidikan dimilikinya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa latar belakang

pendidikan orang tua pada keluarga nelayan yaitu yang berpendidikan SD

sebanyak 3 orang dengan presentase sebesar 60%, responden yang berpendidikan

SMP sebanyak 1 orang dengan presentase sebesar 20%, responden yang


49

berpendidikan SMA sebanyak 1 orang dengan presentase sebesar 20%.

Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan sebagian besar informan nelayan

memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebesar 60%. Dengan kondisi yang

demikian maka dapat dikatakan wawasan orangtua tentang dunia pendidikan

sangat kurang walaupun tidak menutup kemungkinan masih ada yang mempunyai

wawasan atau kesadaran tentang pentingnya pendidikan.

Sedangkan pada umur atau usia orang tua dapat menentukan bagaimana cara

berfikir sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman yang diprolehnya

tentang bagaimana pendidikan anak mereka namun masih ada orang tua

memikirkan tentang pendidikan anaknya yang mementingkan memberikan

pendidikan kepada anaknya dari pada membuat anak mengikuti pekerjaanya yang

tidak pernah meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian untuk umur orang tua yaitu 20% dari jumlah

nelayan sebagai informan yang berumur 26 - 45 Tahun sedangkan 80% yang

berumur 46 - 65 Tahun. Berdasarkan karakteristik umur informan nelayan

sebagian besar informan berumur antara berumur 46 - 65 Tahun yaitu sebesar

80%. Hal ini membuktikan bahwa umur orang tua berpengaruh terhadap

pendidikan anak.

Hasil analisis diketahui bahwa anak nelayan sebagian besar dari keluarga

yang memiliki tingkat pendidikan orang tuanya rendah seperti bependidikan SD.

Hal ini akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat pendidikan

anaknya. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah maka cara

berpikirnya akan berbeda dengan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.


50

Hasil penelitian juga diketahui bahwa kondisi sosial keluarga nelayan

masih ada yang memiliki jumlah saudara lebih dari 3 orang. Hasil penelitian

diketahui bahwa ada 18 orang yang memiliki saudara lebih dari 3 orang. Jumlah

angota keluarga yang banyak akan menjadikan kondisi sosial sebuah keluarga

semakin rendah. Selain itu usia orang tua juga akan menjadikan faktor

pengukuran kondisi sosial. Orang tua yang sudah tidak termasuk usia produktif

maka akan kesulitan anaknya ketika akan bersekolah lebih tinggi. Orang tua sudah

tidak berpenghasilan tetap lagi sehingga tidak dapat dijadikan jaminan untuk

memenuhi kebutuhan. Kondisi sosial keluarga nelayan berdasarkan hasil

penelitian termasuk kriteria sedang. Keluarga nelayan yang memiliki kondisi

sosial di bawah sedang yaitu kriteria rendah bahkan sangat rendah karena kondisi

usia orang tua yang sudah tidak produktif dan jumlah anggota keluarga yang lebih

dari 5 orang. Beban keluarga yang banyak menjadikan kondisi sosial semakin

rendah.

Keluarga nelayan yang memiliki kondisi sosial rendah maka tingkat

pendidikan anaknya juga rendah. Sebaliknya jika kondisi sosial keluarga tinggi

maka tingkat pendidikan anaknya juga tinggi. Kondisi sosial berkaitan dengan

beban tanggungan orang tua terhadap anaknya. Jika kondisi beban anak tinggi

maka orang tua tidak akan sanggup untuk menyekolahkan tinggi. Orang tua hanya

mampu memberikan pendidikan anaknya sebisanya yaitu rata-rata setingkat SMP.

Selain itu kondisi sosial usia orang tua juga akan mepenrgaruhi tingkat

pendidikan. Orang tua yang memiliki usia sudah tidak produktif artinya sudah tua

dan tidak bisa bekerja maka anak tidak akan mendapatkan pendidikan yang tinggi.
51

Orang tua tidak sanggup lagi untuk membiayai sekolah anak. Kondisi ekonomi

juga memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendidikan

anaknya. Kondisi ekonomi berkaitan dengan kemampuan untuk membiayai biaya

hidup pokok terlebih dahulu seperti biaya hidup sehari-hari.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indra Moha, Srie J. Sondakh

dan Olvie V. Kotambunan (2019) yang menunjukkan bahwa Kondisi sosial

nelayan di Desa Bulawan Induk sangat berpengaruh dilihat dari segi pendidikan

paling banyak berpendidikan SD.

Hal ini tentunya berkaitan dengan jumlah pendapatan dan jumlah

pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari. Tingkat pendapatan yang rendah jika

diimbangi dengan kebutuhan pengeluaran yang tinggi maka akan menjadikan

tingkat kondisi ekonomi rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin

tinggi kondisi ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat pendidikan anak nelayan

di Desa Ampibabo. Tingkat pendidikan anak dipengaruhi oleh tingkat kondisi

ekonomi orang tuanya. Kondisi sosial dan ekonomi berdasarkan hasil penelitian

memberikan dampak terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Desa

Ampibabo.

Pemerintah terkait dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan

memberikan bantuan kepada masyarakat berupa perahu katinting pada bulan

Maret 2021 hal ini diharapkan dapat meningkatkan semangat dan peningkatan

aktivitas para nelayan di desa Ampibabo.


52

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan

bahwa dampak kondisi sosial ekonomi nelayan terhadap tingkat pendidikan anak

yaitu menyebabkan secara tidak langsung tingkat pendidikan anaknya rendahnya.

hal ini terjadi karena orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah seperti

tidak sekolah maka cara berpikirnya akan berbeda dengan yang bersekolah. Selain

nelayan sebagian besar dari keluarga yang memiliki tingkat pendidikan orang

tuanya rendah seperti tidak tamat sekolah. Hal ini akan berpengaruh

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberi saran-saran

sebagai berikut:

1. Orang tua memegang peranan yang penting terhadap pendidikan anak, jadi

sebagai orang tua harus membimbing ,mendukung dan memperhatikan

pentingnya pendidikan anak. orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya

untuk menyuruh anak bekerja setelah tamat dari Pendidikan Dasar,

diutamakan anak dapat sekolah minimal sampai ke tingkat Pendidikan

Menengah karena dangan pendidikanlah anak akan lebih membantu orang

tua.

2. Orang tua sebaiknya meningkatkan pendapatannya dengan cara bekerja lebih

giat lagi dan mencari pekerjaan tambahan/sampingan, melalui pelatihan-

pelatihan yang ada atau pendidikan informal agar pendapataannya bisa

52
53

bertambah untuk mencukupi kebutuhan.

3. Untuk meningkatkan tingkat pendidikan di lokasi penelitian, perlu diadakan

program penyuluhan pendidikan dari Pemerintah Daerah setempat melalui

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar, serta baik bagi Pemerintah Daerah

maupun masyarakat setempat dapat memberikan bantuan bagi mereka yang

benar-benar tidak mampu khususnya nelayan agar dapat menyekolahkan

anaknya sampai Pendidikan Menengah


54

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2020). “Monografi Desa Tahun 2020” Desa Ampibabo, Kabupaten


Parigi.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga, (2018) Analisis Pendidikan. Medan
Dwi Jatmiko, Tjaturahono Budi Sanjoto dan Saptono Putro, (2012). Pengaruh
Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Pada
Keluarga Buruh Batik, Petani, Dan Nelayan Di Kecamatan Wiradesa
Kabupaten Pekalongan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Semarang.

Fauzul Murtafiah. (2017). Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa dalam.


Mengajukan Masalah Persamaan Diferensial. Jurnal Ilmiah Pendidikan.
Hendratmoko.(2012).“Pengertian Sosial Ekonomi”. (http://www.Psychology
man-ia.com/2012/10/pengertian-sosialekonomi.html, dikases tanggal 12
Maret 2021)
Indra Moha, Srie J. Sondakh dan Olvie V. Kotambunan. (2019). Kondisi Sosial
Ekonomi Keluarga Nelayan Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat
Pendidikan Anak Di Desa Bulawan Induk Kecamatan Kotabunan
Kabupaten Bolaang Mogondow Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2011). Produktivitas Perikanan Indonesia.
Jakarta: KKP.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2018). Produktivitas Perikanan Indonesia.
Jakarta: KKP.
Kusnadi. (2009). Keberdayaan Nelayan Dalam Dinamika Ekonomi Pesisir.
Yogyakarta: LkiS Yogyakarta
Ledidiana S, Taufik Arifin dan Murdjoli Rodja, (2020). Kondisi Sosial dan
Ekonomi terhadap Tingkat Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Desa
Nangadhero Kecamatan Aesesa Kabupaten Nageke. Pendidikan Ekonomi,
IKIP Muhammadiyah Maumere.

Mochammad Nadjib. (20013). Sistem Pembiayaan Nelayan. Jakarta: LIPI Press

Mulyadi. (2009). Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada


Sadulloh, Uyoh. (2014). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: CV. Alfabeta
55

Sidung Haryanto. (2011). Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: ArRuzz Media.


Soekanto,Soerjono. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Sukmadinata, N. S, (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke 7.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suparyanto. (2010). Konsep Dasar Status Ekonomi. (http://dr--
suparyanto.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Maret 2021)
Surakhmad, Winarno. (2015). Dasar-Dasar Tekhnik Research, Bandung: Tarsito.
Tirtarahardja, Umar, S.L. La Sulo. (2015). Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta
Wayan Krisna. (2014)“Pengaruh Kondisi Ekonomi dan Kinerja Keuangan
terhadap Return Saham Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek
Indonesia. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana. Vol. 3. No. 11.
56

Dokumentasi

Wawancara bersama Pak Musafir

Wawancara bersama Pak Makmur


57

Wawancara bersama Pak Darwis

Wawancara bersama Ridwan (anak dari Pak Irham)


58

Wawancara bersama Pak Hasan

Wawancara bersama Arif (anak dari Pak Darwis)


59
60
61
62
63
64

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. UMUM
1. Nama : Sintya Usman P
2. Tempat dan tanggal lahir : Moutong 5 September 1998
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Nama orang tua
a. Ayah : Usman P
b. Ibu : Linda
5. Agama : Islam
6. Alamat : Ampibabo

II PENDIDIKAN

1. SD : SD Negeri Pembina Ampibabo Tamat 2011


2. SMP : MTs. Alkhairat Ampibabo Tamat 2014
3. SMA : SMA Negeri 1 Ampibabo Tamat 2017
4. PT : Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Tadulako 2017-2021

Anda mungkin juga menyukai