Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon - Mata Kuliah Bahasa Indonesia
RENDAHNYA KESADARAN PENDIDIKAN DI PULAU KERA
ABSTRAK
Memperoleh pendidikan pada hakikatnya membantu seseorang berpikir, merasa dan berperilaku
dengan cara yang berkontribusi pada kesuksesan mereka dan meningkatkan tidak hanya
kepuasan pribadi mereka, tetapi juga masyarakat. Peran pendidikan dapat mengembangkan
kepribadian, pikiran, dan keterampilan sosial seseorang, pendidikan mempersiapkan orang
untuk pengalaman hidup, status khusus dalam masyarakat mereka sendiri dan di mana mereka
berada. Sehingga dengan pendidikan orang akan mampu untuk menata masa depanya
dengan bijaksana, dan dapat berfikir lebih kritis dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi
didalam kehidupannya. Secara keseluruhan menyimpulkan bahwa pendidikan anak suku Bajo
masih tergolong rendah serta belum terlaksana dengan baik atau kualitas sumber daya manusia
belum memenuhi target. Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan anak Bajo khususnya pada
Pulau Kera, Kabupaten Kupang sepenuhnya dibutuhkan kesadaran dari orang tuadan lingkunan,
perhatian pemerintah setempat secara aktif memberikan fasilitas dan bantuan dalam rangka
untuk menunjang kehidupan masyarakat Bajo.
A. LATAR BELAKANG
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon - Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Pendidikan yang dijalani oleh anak suku bajau pada Pulau Kera baru dijalani
secara formal pada lima tahun terakhir ini. Pembelajaran yang dijalani selama ini adalah
dengan pembelajaran Non Formal, sehingga siswa tidak bisa melanjutkan ke jenjang
selanjutnya. Hal ini dikarenakan pendidikan yang dijalani secara regulasi tidak diakui
oleh pemerintah.
Pendidikan formal memiliki peran yang besar dalam masyarakat karena pendidikan
formal mengacu pada program yang terencana, terstruktur, dan berjenjang mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Oleh sebab itu,
pendidikan formal inilah yang nantinya dapat dijadikan sebagai tolak ukur apakah
sebuah masyarakat memiliki kemajuan atau tidak (Aslikudin 2015).
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Suku Bajau di Pulau Kera.
Suku Bajau adalah sekelompok orang yang telah lama hidup bersama,
bermukim tidak jauh dari pantai dengan mata pencaharian utamanya adalah
mencari hasil laut yang jauh dari permukiman mereka. Sebagai masyarakat yang
tinggal dipesisir pantai dan menggantungkan kehidupan mereka pada hasil laut
berupa ikan, udang dan rumput laut, maka aktivitas masyarakat Bajau yang
tinggal dipesisir pantai hampir semua waktunya di laut. Suku Bajau merupakan
salah satu suku yang ada di Indonesia. Suku Bajau mengantungkan
kehidupannya dari sumber daya kelautan.
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon - Mata Kuliah Bahasa Indonesia
setiap jenjang pendidikan akan terpenuhi. Sosial ekonomi adalah kedudukan
atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenid
aktifitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal dan
jabatan dalam organisasi. (Abdulsyani 2007) Sebagian dari penduduk Pulau
Kera masi menerapkan system nomaden dalam perekonomiannya. Mereka
sering berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain pada musim tertentu
dalam waktu yang lama dengan membawa semua anggota keluarga
didalamnya. Sehingga tingkat putus sekolah semakin tinggi
b) Kurangnya Kesadaran Orang Tua
Keluarga adalah tempat pertama bagi anak dalam menerima arahan dan
bimbingan untuk bagaimana anak harus bersikap dan berperilaku. Arahan
dan bimbingan dari orang tua biasanya dilakukan berdasarkan falsafah hidup
yang orang tua anut, keyakinan agama, dan pengalaman hidup yang
didapatkan oleh orang tua. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam
kehidupan masyarakat karena pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap
kalangan masyarakat khususnya untuk anak- anak. Dengan adanya
pendidikan, anak-anak diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya
agar memiliki keterampilan, kecerdasan dan pengendalian diri yang baik
(Aslikudin, 2015).
Rata-rata masyarakat Pulau Kera memiliki pendidikan yang tidak tamat
Sekolah Dasar, membuat mereka menerapkan hal yang sama kepada anak-
anaknya. Kurangnya motivasi atau dorongan dari orang tua untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi
c) Pengaruh Lingkungan masyarakat
Secara umum, bagi masyarakat suku Bajau pendidikan memang bukan
hal yang sangat penting mengingat secara turun temurun memang mata
pencaharian mereka adalah sebagai nelayan dan masih bergantung kepada
laut. Begitu pula yang terjadi pada lingkungan masyarakat Pulau Kera,
dimana sebagian besar orang tua membiarkan anaknya menghabiskan
waktunya bermain dan membantu orang tuanya di laut dibandungkan dengan
mengkuti pembelajaran. Hal senada juga dikatakan oleh Hadi (2003)
“Lingkunan (milieu) adalah segala sesuatu yang ada diluar orang-orang
pergaulan dan yang mempengaruhi perkembangan anak, seperti iklim, alam
sekitar, situasi ekonomi, perumahan, pakaian, tetangga dan lain-lain”. Anak-
anak Pulau Kera lebih banyak menghabiskan waktunya di laut dengan
mencari ikan sambil mengayuh perhu dan bermain, dari pada menuntul ilmu
di sekolah. Karena dengan melaut, mereka akan mendapatkan penghasilan
yang nyaris sama dengan orang dewasa dalam hal pembagian jatah dalam
satu kelompok nelayan. Selain itu, pola kebiasaan anak mengikuti atau
bahkan mengambil alih pekerjaan orang tua menjadi faktor rendahnya minat
belajar karena tidak ada lagi keinginan untuk belajar.
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon - Mata Kuliah Bahasa Indonesia
d) Tingginya Anak Usia Dini yang Putus Sekolah
Masyarakat suku Bajau memiliki budaya maritime yang kental dalam
segala aspek kehidupannya. Suku bajau mengandalkan laut sebagai tempat
mencari nafkah, sehingga banyaknya remaja laki-laki yang lebih memilih
untuk melaut dari pada bersekolah, dengan cara mempekerjakan anak yang
masi usia dini untuk membantu kedua orang tuanya dalam mencari nafkah di
laut.
Anak yang ada di suku Bajau utama sejak usia dini telah didik dengan
kondisi alam yang menuntutnya untuk mandiri (Hewi, 2015). Hal inilah
yang menyebabkan Anak-anak usia dini lebih memilih meninggalkan
bangku sekolah dan menjalan kehidupan sepenuhnya di laut.
e) Kurangnya Perhatian Pemerintah
Sejak kehadiran suku bajau pada Pulau Kera puluhan tahun lalu, tidak
ada satupun fasilitas yang dibangun pemerintah Kabupaten Kupang di
pulauh tersebut. Baik fasilitas kesehatan, pendidikan bahkan rumah ibadah.
Penduduk Pulau Kera bahkan tidak memiliki identitas kependudukan
layaknya Warga Negara Indonesia lainnya. Dalam hal pendidikan
masyarakat Pulau Kera mengandalkan pembelajaran nonformal. Sehingga
anak-anak hanya cukup dengan mengenal huruf, mambaca dan menulis.
Sedangkan pembelajaran formal tidak pernah mereka dapatkan disana.
Pendidikan formal memiliki peran yang besar dalam masyarakat karena
pendidikan formal mengacu pada program yang terencana, terstruktur, dan
berjenjang mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan
tinggi. Oleh sebab itu, pendidikan formal inilah yang nantinya dapat
dijadikan sebagai tolak ukur apakah sebuah masyarakat memiliki kemajuan atau
tidak (Aslikudin 2015).
f) Tingginya Pernikaha Anak Usia Dini
Ditinjau dari aspek kesehatan, perempuan usia 21 tahun, organ
reproduksinya secara psikologis sudah berkembang secara baik dan kuat serta
siap melahirkan. Sedangkan dari aspek ekonomi, laki-laki umur 25 tahun
sudah siap untuk menopang kehidupan keluarganya. Penyebab pernikahan
dini biasanya adalah faktor budaya dan sosioekonomi. Beberapa orangtua
beranggapan bahwa anak dapat menjadi penyelamat keuangan keluarga saat
menikah karena anak yang belum menikah akan menjadi beban keluarga.
Pernikahan dini inilah yang menjadi salah satu permasalahan yang ada
pada Pulau Kera, dimana banyak sekali remaja usia belasan yang
memilih untuk menikah setelah setelah dianggap telah mampu untuk mandiri
dan mencari nafkah, mereka enggan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi lagi
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon - Mata Kuliah Bahasa Indonesia
3. Upaya Peningkatan Kesadaran Pendidika
Program pemerintah dewasa ini adalah menyukseskan Pem-bangunan
Nasional Bangsa Indonesia. Maka salah satu bidang yang digalakkan oleh
pemerintah yaitu pembangunan di bidang Pendidikan, yang mempunyai arti
penting yang sifatnya ber-kesinambungan atau terus menerus yang bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea
IV Dalam Sistem Pendidikan Nasional, tentang Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II, Pasal 3, yang
berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang ber-martabat dalam rangka men-
cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sayangnya program
pemerintah itu tidak sepenuhnya dijalani oleh pemerintah daerah dan dinas
pendidikan terkait, sehingga pendidikan yang yang seharusnya menjadi hak
warga Pulau Kera terabaikan.
a) Pendirian Madrasah
Arah umum pembangunan pendidikan madrasah adalah menjadikan
madrasah agar mampu menghasilkan lulusan yang islami, unggul dalam
ilmu pengetahuan, bersikap mandiri dan berwawasan kebangsaan. Dengan
proses penyelenggaraan yang bertumpu pada prinsip good governance dan
pemberdayaan masyarakat agar sanggup menyediakan layanan pendidikan
bagi anak usia madrasah. Berangka dari persaoalan diatas, maka pada
tahun 2018, MIN Kupang yang berada pada Kelurahan Sulamu,
Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, membuka kelas jauh di Pulau
Kera, kemudian menempatkan beberapa guru disana. Disamping itu MIN
Kupang juga merekrut beberapa guru yang sejak awal mengajar mengaji,
membaca serta menulis non formal. Penbentukan kelas juh Pulau Kera
tersebut terselenggara berkat keprihatianan atas kebutuhan pendidikan yng
tidak terpenuhi disana, sehingga Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa
Tenggara Timur, mendirikan tiga local Ruang Kegiatan Belajar (RKB)
sebagai rung belajarnya anak-anak di Pulau Kera. Kemudian pada dua tahun
terakhir, menindak lanjuti siswa kelas jau Pulau Kera yang telah lulus MIN,
maka didirakanlah kelas jauh MTs Darussalam Bajau Sulamu di Pulau Kera,
MTs Darussalam Bajau Sulamu sendiri memiliki Madrasah induk pada
Kelurahan Sulamu. Sehingga keberlangsungan pendidikan telah berjalan
secara berjenjang disana.
b) Memberikan Penyadaran
Di tengah era globalisasi dan modernisasi, semakin canggih teknologi masih
ada saja masyarakat yang kurang menghargai bagaimana pen- tingnya
pendidikan. Hal-hal yang membuat masyarakat Pulau Kera kurang
mementingkan pendidikan adalah ketidaktahuan akan pentingnya pendidikan
bagi kelangsungan hidup. Persepsi masyarakat inilah yang harus diubah,
mereka harus menyadari bahwa pendidikan sangat amat penting untuk
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon - Mata Kuliah Bahasa Indonesia
menunjang kesejahteraan rakyat dalam era globalisasi sekarang ini.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama dalam hal ini
orang tua sebagai pendidik berperan memberikan arahan dalam semua
bidang khususnya pendidikan
Masyarakat Pulau Kera, Kelurahan Sulamu, Kecamatan Sulamu, yang
tidak menyadari pentingnya pendidikan akan menjadi masyarakat minim
pengetahuan, kurang keterampilan, dan kurang keahlian.
C. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka untuk meningkatkan minat belajar siswa, bukan hanya
dipengaruhi oleh guru, namun dukungan sepenuhnya dibutuhkan adalah dari dalam
lingkungan keluarga itu sendiri, dalam hal ini orang tua. Karena kesadaran pentingnya
pendidikan harus dimiliki oleh orang tua sebagai penentu perkembangan anak sejak
dilahirkan. Yang berikut adalah dukungan pemerintah setempat. Berdasarkan hasil
pengamatan dilapangan, Pulau Kera nyaris tidak memilki satupun fasilitas yang
memadai yang diberikan oleh pemerintan setempat, dalam hal ini pemerintak kabupate
Kupang. Ketiadaan fasiltas itu diantarnya Kesehata, Pendidikan, Rumah ibadah, bahkan
air bersih dan penerangan pun tidak terpenuhi disana. Sehingga pemenuhan kebutuhan
sepenuhnya menjadi tanggungan masyakarat secara swadaya dan bantuan pihak luar.
Fakta lain terdapat beberapa faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Pulau
Kera adalah: Pertama, pandangan masyarakat terhadap pendidikan adalah mahal. Kedua,
pendidikan dianggap tidak men-jamin perolehan pekerjaan yang layak. Ketiga,
rendahnya jenjang pendidikan orangtua menjadikan kurang terbukanya kesadaran untuk
berpendidikan tinggi. Sehingga, kesadaran terhadap pentingnya pendidikan formal di
Desa Labuan Kapelak penting untuk diteliti.
Diharapkan agar terjalin kerja sama anatara Guru, Orang tua, Lingkungan dan
Pemerintah setempat dalam mencengah meningkatnya angka putus sekolah serta
melanjutkan siswa hingga pada jenjang yang lebih tinggi. Kerja sama ini juga
diharapkan dapat mengembangkan dan mengawasi pelaksanaan pendidikan pada Pulau
Kera, agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan dengan baik dan merata.
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon - Mata Kuliah Bahasa Indonesia