Anda di halaman 1dari 13

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia

Nama : Kamariah
NIM : 2364823076
Kelas : IPA-03

Topik 1
Ruang Kolaborasi

Diskusikan dalam kelompok pertanyaan berikut :


1. Apa faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik penting yang mempengaruhi
pendidikan dan pembelajaran di kelima daerah tersebut? Apa yang mirip atau sama,
dan apa yang berbeda?
Jawab:
Setelah menonton kelima video tentang pengabdian masing-masing guru pada setiap
daerah yang berbeda, berikut factor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang
mempengaruhi pendidikan dan pembelajaran di kelima daerah tersebut:
Video Pertama
Sosial Di desa Lumasebu, kebersamaan menjadi suasanan yang mudah
ditemukan dimana saja. Interaksi antara guru, murid, maupun dengan
masyarakat sekitar begitu baik sehingga proses pembelajaran juga dapat
berjalan dengan baik. Masyarakat terlihat senang bergotong royong dan
saling membantu dimana hal itu menjadi modal sosial untuk mendukung
pendidikan di daerah tersebut.
Budaya Kebiasaan masyarakat dan anak-anak yang akrab dengan Pantai
menciptakan kreativitas dan kecerdasan psikomotorik secara alami. Jika
anak kota terbiasa menonton tayangan stand up comedy di layar TV,
anak-anak disana justru menampilkan cerita lucu dengan kreasi sendiri
yang disebut cerita mop. Kebiasaan anak-anak yang aktif terbiasa main
di Pantai membuat guru menerapkan pembelajaran yang bisa
mengaktifkan semua sumber daya audio, visual dan kinestetik yang
dikemas dalam bentuk permainan-permainan kecil.
Ekonomi Pendapatan masyarakat di desa Lumasebu yang masih minim berimbas
pada kemampuan mereka untuk menyediakan pendidikan bagi anak-
anak. Mayoritas masyarakat desa Lumasebu hidup dalam kondisi
ekonomi yang kurang mampu, sebagian besar masyarakat bekerja
sebagai nelayan dengan pendapatan yang tidak seberapa. Hal ini
menyebabkan banyak anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Politik Peningkatan kepedulian warga terhadap pendidikan Lumasebu tidak
lepas dari peran pemerintah desa, kepala desa menghibahkan ruang balai
desa menjadi ruang belajar TK, serta mengajak masyarakat berswadaya
memperbaiki gedung sekolah.

Video Kedua
Sosial Video ini menggambarkan kehidupan Masyarakat di desa Lombang yang
terletak di Sulawesi Barat. Pergaulan di masyarakat di desa tersebut
sangat harmonis, mereka memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi antara
satu sama lain. Stratifikasi sosial tidak mencolok di desa ini. Selain itu,
lingkungan fisik, biologis, dan sosial budaya masih terjaga dengan baik.
Seluruh Masyarakat di desa ini beragama Islam.
Pergaulan masyarakat di desa ini sangat baik. Masyarakat dari berbagai
kalangan usia ikut serta memeriahkan setiap kegiatan perayaan-perayaan
hari besar Islam maupun hari besar nasional untuk meningkatkan rasa
nasionalisme dan solidaritas.
Pada video tersebut terlihat bahwa pada saat bulan Ramadhan,
masyarakat mengadakan berbagai kegiatan perlombaan untuk berbagai
kalangan usia baik anak-anak maupun dewasa. Kegiatan lomba tersebut
terdiri dari lomba-lomba cerdas cermat, pidato, tarik tambang, dan lain -
lain. Lomba tersebut diadakan untuk menyambut hari raya Idul Fitri
sekaligus peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Panitia kegiatan
tersebut berasal dari kalangan anak-anak muda di desa tersebut. Pada
kegiatan tersebut terlihat anutisias masyarakat yang sangat tinggi.
Kegiatan ini semakin memumpuk rasa kekeluargaan masyarakat di desa
Lombang.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk kesadaran
masyarakat terhadap pendidikan. Anak-anak muda desa ini aktif
berkontribusi dalam menggaungkan betapa pentingnya pendidikan.
Budaya Sebagian besar masyarakat di desa Lombang beragam Islam sehingga
budaya di daerah ini selaras dengan nilai-nilai agama. Budaya di daerah
ini diwarnai dengan nuansa islami. Agama sangat menekankan betapa
pentingnya pendidikan. Pada video tersebut, pada mometum ceramah
agama guru menyampaikan betapa pentingnya pendidikan untuk masa
depan yang lebih baik.
Ekonomi Sebagian besar masyarakat memiliki tingkat prekonomian yang rendah
sehingga akses terhadap pendidikan sangat terbatas. Faktor ekonomi
menjadi penyebab utama anak-anak di desa ini terancam putus sekolah,
hanya segelintir anak yang mampu melanjutkan pendidikan hingga
perguruan tinggi. Anak-anak di desa Lombang memiliki bakat dalam
bidang akademik, seni, dan olahraga. Bakat tersebut harus mendapat
dukungan dari berbagai pihak terutama keluarga. Oleh sebab itu, guru
berupaya membangun komunikasi dengan orang tua dalam upaya
mendukung bakat anak-anak mereka. Akan tetapi, keterbatasan dalam
ekonomi ini menjadikan sebagian besar anak-anak di desa Lombang
tidak dapat mengembangka bakatnya dengan maksimal.
Politik Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh besar terhadap pendidikan.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan di desa Lombang
menyebabkan minimnya sarana dan prasarana di sekolah yang ada di
desa ini sehingga kualitas pendidikan di desa ini sangat kurang. Selain
itu, belum adanya kebijakan berupa pemberian beasiswa untuk
mendukung dan mengapresiasi anak-anak berprestasi di desa Lombang
sehingga hal itu menyebabkan tingginya angka putus sekolah.

Video Ketiga
Sosial Para orang tua di desa Air Guci Sangat mendukung Pendidikan anak-anak
mereka, meskipun mereka sendiri memiliki Tingkat Pendidikan yang
rendah. Masyarakat disana memiliki norma dan nilai yang positif
terhadap Pendidikan dan percaya bahwa Pendidikan adalah kunci untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Budaya Masyarakat di desa Air Guci memiliki jiwa-jiwa yang religius dengan
mayoritas beragama muslim. Mereka sangat mendukung Pendidikan
karena menuntut ilmu dalam agama itu dipandang penting. Budaya
religius tersebut juga membangun karakter dan moral anak-anak, mereka
terlihat sangat menghargai guru-gurunya sehingga kegiatan pembelajaran
menjadi lebih efektif dan kondusif.
Ekonomi Mayoritas penduduk di desa air guci adalah petani karet. Penghasilan
mereka tidak stabil tergantung pada harga karet. Mereka kesulitan untuk
memenuhi biaya hidup sehari-hari. Sehingga faktor ekonomi ini menjadi
salah satu penghambat anak-anak di desa ini untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Politik Sekolah di Airguci kurang mendapat perhatian dari pemerintah, Lokasi
desanya yang terpencil dan akses jalan yang sulit ke sekolah menjadi
hambatan bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas. Alokasi dana pendidikan dari pemerintah daerah untuk desa
Airguci belum optimal sehingga menyebabkan infrastruktur pendidikan
yang minim, jumlah guru yang terbatas, dan kurangnya fasilitas
belajar mengajar.

Video Keempat
Sosial Video ini menggambarkan tentang kehidupan sosial masyarakat di desa
Tanjung Matol, Kalimantan Utara. Masyarakat di desa ini memiliki
hubungan interaksi yang baik antara satu sama lain. Akan tetapi
Masyarakat di desa ini memiliki perhatian yang rendah terhadap
Pendidikan. Rendahnya akses terhadap pendidikan dan fasilitas sekolah
yang tidak memadai menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas
Pendidikan dan perhatian masyarakat terhadap pendidikan.
Budaya Pernikahan dini merupakan salah satu budaya di daerah ini karena
kurangnya dukungan dan rendahnya kesadaran orang tua terhadap
Pendidikan anak sehingga motivasi dan semangat belajar anak-anak di
desa Matol ini sangat rendah. Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya
pengaruh budaya terhadap Pendidikan anak.
Ekonomi Kondisi ekonomi masyarakat sangat berpengaruh besar terhadap
pendidikan. Masyarakat di desa Matol bertahan hidup dengan berburu
dan meramu, sebagian besar masayarakat memiliki tingkat perekonomian
yang rendah sehingga menjadi salah satu penyebab tingginya angka putus
sekolah.
Politik Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap Pendidikan.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap sekolah-sekolah yang ada di
Matol menyebabkan kurangnya kualitas pendidikan di desa ini.

Video Kelima
Sosial Video ini menggambarkan tentang kehidupan sosial masyarakat di
sebuah pedesaan bernama Lebaksitu. Kehidupan Masyarakat di desa ini
masih tradisional. Masyarakat di desa ini memiliki interaksi yang baik
satu sama lain. Pendidikan di desa ini masih terbatas terutama dari segi
akses dan fasilitas. Anak-anak di desa ini hidup dengan penuh keceriaan
dan mereka memiliki kebiasaan bermain di alam terbuka. Permainan
mereka masih sangat tradisional dan permainan ini dapat menjadi media
belajar bagi mereka. Seorang guru bernama Pak Bagus yang berasal dari
Jakarta menjadi lentera bagi anak-anak di desa ini. Kehadiran Pak Bagus
di desa ini memberikan banyak perubahan bagi anak-anak di desa ini. Pak
Bagus terus menggiring mereka untuk terus belajar sesuai dengan bakat
yang mereka miliki. Pak Bagus mengajar di sebuah SD di Lebaksitu dan
memanfaatkan potensi alam sebagai media belajar bagi peserta didik di
desa ini. Jauh dari sentuhan teknologi tidak menjadi penghalang bagi
peserta didik di Lebaksitu untuk berkembang, mereka berinteraksi
dengan sangat baik belajar dengan ceria. Belajar dan bermain di alam
terbuka adalah pengalaman belajar yang sangat bermakna.
Budaya Masyarakat di Lebaksitu memiliki budaya Bertani. Mereka
menggunakan hasil pertanian sebagai bahan persediaan untuk memenuhi
kebutuhan pangan. Anak-anak di desa ini biasa membantu orang tua
mereka di sawah misalnya membantu mengusir burung pemakan padi,
mereka membuat sendiri alat pengusir burung tersebut. Alat tersebut
sekaligus menjadi permainan anak-anak di Lebaksitu, mereka bermain
mainan tradisional dan mereka biasa membuat alat mainan sendiri. Desa
ini jauh dari sentuhan teknologi sehingga segala aktivitas mereka
dikerjakan secara tradisional. Secara tidak langsung, budaya yang ada di
desa ini menjadikan anak-anak menjadi pribadi yang mandiri dan kreatif.
Selain itu, mereka mendapat pengalaman belajar yang bermakna saat
belajar di lingkungan mereka karena guru selalu mampu menjelaskan
dengan baik konsep ilmu yang terdapat pada setiap permaianan
tradisional dan fenomena alam yang ada di lingkungan mereka.
Ekonomi Faktor ekonomi sangat berpengaruh bagi pendidikan. Masyarakat di desa
Lebaksitu memiliki tingkat perekonomian yang rendah sehingga para
orang tua di desa ini tidak bisa menyekolahkan anak-anak mereka ke
jenjang yang lebih tinggi. Faktor ekonomi ini pula menjadikan para orang
tua tidak ingin berharap lebih terhadap pendidikan anak-anak mereka,
padahal anak-anak di desa ini memiliki potensi yang sangat baik. Oleh
sebab itu, sebagai seorang guru Pak Bagus berusaha untuk membantu
anak-anak di desa ini untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki,
ada yang berbakat dalam bidang Pendidikan, olahraga, dan seni.
Keterbatasan dalam perekonimian bukan penghalang bagi anak-anak
untuk mengambangkan potensi mereka. Dengan cara yang sederhana Pak
Bagus membina anak-anak di desa ini untuk mengmbangkan potensinya.
Misalnya bagi anak-anak yang berpotensi dibidang olahraga, pak Bagus
melatih mereka tentang teknik-teknik dalam bermain sepak Bola dengan
cara belajar sambil bermain. Contoh lain yaitu bagi anak yang berbakat
dalam puisi, Pak Bagus membantu dengan melatih mereka untuk berpuisi
yang baik dan benar. Kemudian Pak Bagus mendokumentasikan anak
tersebut ketika berpuisi dengan latar belakang pemandangan alam di desa
tersebut dan mengikutsertakan anak tersebut untuk mengikuti sebuah
kompetesi yang dapat membantu anak tersebut untuk terus berkembang.
Orang tua anak tersebut sangat bangga dengan prestasi yang dimiliki
anaknya dan tidak pernah menyangkan bahwa anaknya bisa berprestasi
dan bersaing dengan anak-anak di tempat lain karena mereka berasal dari
keluarga yang tidak mampu secara ekonomi.
Politik Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap pendidikan baik dari
segi akses, fasilitas, dan tenaga pendidik. Sekolah yang terdapat di
Lebaksitu memiliki sarana dan prasarana yang kurang mendukung
terutama teknologi. Proses belajar mengajar di sekolah ini masih
tradisional dan tidak relevan dengan kurikulum yang berlaku saat ini. Hal
tersebut menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang maksimal
sehingga sarana pendukung anak dalam mengambangkan dirinya juga
menjadi terbatas.

Setelah menonton dan mencermati kelima video tersebut, kami menemukan tardapat
beberapa persamaan dan perbedaan kondisi sosiokultural masyarakat yang terdapat di setiap
daerah. Berikut penjelasan tentang persamaan dan perbedaannya:
a. Persamaan
Kelima daerah tersebut merupakan daerah yang berada di pelosok negeri dengan
akomodasi yang cukup sulit, akses teknologi yang kurang, dan infrastruktur sekolah yang
kurang memadai. Dari segi faktor sosial, masyarakat di kelima daerah tersebut sama-sama
memiliki rasa kekeluargaan yang sangat kental, stratifikasi sosial tidak terlalu mencolok
dan semua anak-anak yang bersekolah terlihat sama-sama memiliki semangat untuk belajar
yang tinggi. Anak-anak terlihat merasa lebih nyaman dan setara, hal tersebut juga
menciptakan atmosfer di mana semua siswa dapat merasa dihargai dan didukung tanpa
memandang latar belakang sosial. Pendidikan pada kelima daerah tersebut ditekankan
dalam pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa yang kehidupannya menyatu pada
alam. Kemudian dari segi faktor politik kelima daerah tersebut sama-sama membutuhkan
perhatian dari pemerintah untuk mendapatkan fasilitas pendidikan, jumlah guru profesional
dan infrastruktur yang lebih layak dan memadai. Dari segi ekonomi, Rata-rata masyarakat
di daerah-daerah tersebut memiliki pendapatan yang rendah sehingga mereka kesulitan
untuk membiayai pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
b. Perbedaan
1) Budaya
Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda walaupun mereka berada pada
kondisi yang sama yaitu daerah 3T.
- Pada video kedua, seluruh masyarakat di desa Lombang, Sulawesi Barat beragama
Islam sehingga budaya di desa ini terintegrasi dengan nilai-nilai agama.
- Pada video ketiga, masyarakat desa Airguci memiliki budaya seni berpantun
terutama dalam acara-acara besar.
- Pada video keempat: masyarajat desa Tanjung Matol memiliki budaya pernikahan
dini. Kurangnya kesadaran terhadap pendidikan menyebabkan tingginya angka
putus sekolah.
- Pada video kelima: masyarakat desa Lekabsitu memiliki budaya bertani dan anak-
anak di sana sangat lekat dengan alam. Mereka memanfaatkan potensi alam sebagai
sarana belajar dan bermain.
2) Walaupun sama-sama memanfaatkan potensi alam sebagai media dan sumber belajar,
terdapat perbedaan strategi yang dilakukan setiap pengajar pada masing-masing daerah
tersebut, strategi yang digunakan tergantung karakteristik peserta didiknya. Misalnya:
- Pada video pertama, guru memanfaatkan potensi alam pesisir sebagai sarana belajar
dan bermain.
- Pada video kedua, guru mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam pendidikan.
- Pada video ketiga, guru melakukan pendekatan budaya dalam mengajar.
- Pada video keempat, guru membangun semangat dan motivasi belajar peserta didik
dengan memberikan hadiah jalan-jalan ke luar desa tanjung Matol kepada siswa
berprestasi di sekolah tersebut, lalu siswa tersebut menceritakan pengalamannya
ketika berlibur. Siswa tersebut dijadikan sebagai contoh atau permodelan untuk
membangkitkam semangat dan motivasi belajar siswa yang lain.
- Pada video ke-5: peserta didik memiliki gaya belajar kinestetik sehingga guru
memanfaatkan gerak badan, kemampuan pengelihatan, dan pendengaran, serta
memanfaatkan permainan tradisional sebagai media pembelajaran. Selain itu, guru
memanfaatkan permaianan tradisional di desa tersebut sebagai media untuk belajar
IPA.
3) Padangan dan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan.
Setiap daerah memiliki pandangan yang berbeda terhadap pendidikan walaupun mereka
memiliki kesamaan dalam tingkat perekonomian:
- Pada video keempat, masyarakat memiliki tingkat perhatian dan kesadaran yang
rendah terhadap pendidikan. Mereka menganggap pendidikan tidak begitu penting
sehingga banyak terjadi pernikahan dini dan pada akhirnya hal itu menjadi budaya
di masyarakat.
- Pada video ke-1, 2, 3, dan 5: Masyarakat memiliki tingkat kesadaran yang cukup
tinggi terhadap pendidikan walaupun mereka memiliki tingkat perekonomian yang
rendah.
2. Bagaimana faktor-faktor tersebut dipertimbangkan dan kemudian diterapkan ke
dalam strategi pembelajaran oleh pengajar yang ada di dalam video tersebut?
Jawab:
Faktor-faktor yang dipertimbangkan pengajar untuk memilih strategi pembelajaran
di kelima daerah tersebut adalah akses pendidikan yang kurang, sarana dan prasarana
pembelajaran yang tidak memadai sehingga hal tersebut menjadikan guru lebih kreatif
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media dan sumber belajar untuk
menumbuhkan minat serta motivasi belajar anak-anak di setiap daerah. Pada bidang sosial
terlihat bahwa pendidik mampu membangun kolaborasi dan kerja sama dengan masyarakat
setempat sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan berbagai keterbatasan
yang ada. Pada beberapa desa di video tersebut, dukungan orang tua juga sangat tinggi
untuk pendidikan walaupun terhalang oleh kondisi ekonomi. Perhatian pemerintah untuk
pendidikan di kelima daerah tersebut sangat kurang mengakibatkan rendahnya kualitas
pendidikan di daerah 3T.
A. Video Pertama
Video pertama menggambarkan tentang kehidupan anak-anak di daerah Timbar,
Maluku. Pengajar mempertimbangkan faktor sosial dan budaya di daerah ini saat
menentukan strategi pembelajaran. Masyarakat Timbar yang tinggal di tepi pantai
menjadikan pantai sebagai tempat bermain utama mereka, mereka menunjukkan
semangat gotong royong yang luar biasa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
pendidikan di Timbar. Meskipun terletak di daerah dengan mutu pendidikan yang
tertinggal, pencapaian positif terlihat jelas, kendati fasilitas teknologi yang memadai
masih terbatas.
Setelah mempertimbangkan semua faktor tersebut, pengajar memilih strategi
pembelajaran yang aktif dan kolaboratif. Keputusan ini didasarkan pada pengamatan
bahwa masyarakat Timbar memiliki kecerdasan naturalis yang sangat baik, yang
tumbuh secara alami dari lingkungan bermain mereka. Kecerdasan naturalis ini
menciptakan tingkat rasa ingin tahu yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan,
menjadikan pembelajaran sangat dinamis dan sesuai dengan gaya belajar kinestetik
yang dimiliki oleh penduduk setempat. Dengan memanfaatkan alam dan benda-benda
sekitarnya, pengajar dapat membantu mereka memahami materi pembelajaran dengan
lebih mudah.
B. Video Kedua
Video kedua menayangkan tentang kehidupan masyarakat di desa Lambongan,
Sulawesi Barat. Pengajar mempertimbangkan aspek-aspek sosial, budaya, dan politik
di desa ini. Faktor-faktor nyata yang teridentifikasi di lapangan mencakup budaya
keagamaan yang sangat taat, namun rendahnya kesadaran terhadap mutu pendidikan di
Majene. Banyak peserta didik di Lambongan masih mengalami kesulitan dalam
membaca dan menulis. Berdasarkan pertimbangan ini, pengajar memilih strategi
pembelajaran demonstrasi dan simulasi yang disebut "daun kata," dengan tujuan
melatih peserta didik dalam keterampilan menulis dan membaca dari teks buku yang
mereka gunakan sehari-hari. Peserta didik diinstruksikan untuk menulis pada selembar
kertas yang dibentuk seperti pohon, kemudian membaca kata-kata yang mereka tulis
dan menempelkannya pada sebuah pohon buatan. Melalui strategi ini, pengajar
berharap peserta didik dapat memahami kalimat yang diucapkan dengan lebih baik.
Selain itu, Pengajar berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
dengan membuat program "sahabat pena." Mereka bertukar pesan/surat dengan pelajar
Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri, harapannya agar wawasan
mereka terbuka tentang dunia dan bisa meraih pendidikan setinggi-tingginya serta bisa
membawa perubahan yang lebih baik untuk Indonesia.
C. Video Ketiga
Video ini menayangkan tentang kehidupan anak-anak di desa Airguci, Sumatera
Selatan. Pengajar mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, dan politik di desa
tersebut. Tingkat ekonomi masyarakat yang berada di kelas menengah ke bawah
menyulitkan akses mereka ke sekolah. Selain itu, fasilitas sekolah yang kurang
mendukung, seperti satu kelas yang harus dibagi untuk beberapa sehingga proses
pembelajaran menjadi tidak efektif. Kurangnya alat peraga juga menjadi hambatan,
menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi sekolah.
Meskipun demikian, berkat kemampuan pengajar yang luar biasa di SD Muara Guci,
mereka tetap berhasil mencetak pendidik yang sangat bersemangat untuk belajar.
Pengajar memanfaatkan potensi alam sebagai media pembelajaran. Contohnya
pada saat kegiatan hiking, mereka menemukan tumbuhan teratai. Pengajar kemudian
menjelaskan adaptasi pada tumbuhan teratai, bagian-bagiannya, dan fungsinya. Dengan
cara ini, secara tidak langsung siswa belajar teori dan visualisasi bentuk tumbuhan yang
dapat ditemukan di alam. Selain itu, pengajar juga memanfaatkan budaya berpantun
dalam proses pembelajaran karena anak-anak di Airguci memiliki potensi dalam
berpantun sejak kecil dan mereka sudah terbiasa membuat pantun sendiri karena
mereka terbiasa mendengar pantun pada acara-acara besar seperti acara pernikahan.
Pengajar memilih strategi pembelajaran demonstrasi, yang tidak hanya dilakukan di
dalam kelas tetapi juga di luar kelas. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk menciptakan
pembelajaran yang kondusif dan menghindari kebisingan antar kelas, tetapi juga untuk
merangsang pemikiran kreatif dan aktif peserta didik.
D. Video Keempat
Video keempat menggambarkan tentang kehidupan Masyarakat di desa Tanjung
Matol, Kalimantan Utara. Pengajar mempertimbangkan berbagai faktor seperti sosial,
budaya, ekonomi, dan politik di desa tersebut yang memiliki dampak signifikan
terhadap pendidikan di daerah tersebut. Faktor sosial dan budaya menjadi krusial dan
memengaruhi pendidikan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.
Masyarakat di desa Matol memiliki budaya pernikahan dini, kurangnya kesadaran dan
perhatian orang tua akan pentingnya pendidikan menyebabkan tingginya angka putus
sekolah dan pernikahan dini. Oleh sebab itu, anak-anak di desa ini memiliki motivasi
yang rendah untuk bersekolah.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pengajar menerapkan strategi belajar sambil
bermain di alam terbuka karena siswa cenderung merasa cepat jenuh jika hanya belajar
di dalam kelas. Selain itu, siswa yang mencapai prestasi tertentu diberikan hadiah
berupa kesempatan untuk jalan-jalan keluar dari daerah Tanjung Maton untuk
memberikan wawasan baru mengenai dunia luar. Setelah itu, siswa tersebut berbagi
cerita di depan teman-teman kelasnya untuk memotivasi dan membangkitkan semangat
dan motivasi belajar mereka.
E. Video Kelima
Video kelima menayangkan tentang kehidupan masyarakat di Lebaksitu, Banten.
Pengajar mempertimbangkan aspek sosial dan budaya di daerah tersebut dalam
pendidikan. Fasilitas pendidikan di wilayah tersebut kurang memadai, sekolah ini
sangat jauh dari sentuhan teknologi. Meskipun demikian, peserta didik di sekolah
tersebut memiliki motivasi dan semangat belajar yang tinggi. Selain itu, dukungan
orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan anak-anak. Anak-anak di desa
ini sangat aktif dan menggunakan alam sebagai tempat bermain dan menciptakan karya
seni, seperti membuat terompet dari batang padi, pistol mainan dari barang bekas, dan
kincir angin dari batang bambu.
Adapun strategi yang diimplementasikan oleh pengajar untuk mengatasi tantang
tersebut yaitu:
1) Pengajar memanfaatkan potensi alam daerah tersebut dalam proses
pembelajaran,belajar dilakukan sambil bermain di alam. Selain itu, guru
mengajarkan siswa tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungan
mereka.
2) Belajar tentang IPA materi tekanan melalui permainan tradisional bernama bleson.
Selain sebagai permainan tradisional, Bleson biasanya digunakan untuk mengusir
burung-burung pemakan padi.
3) Belajar teknik bermain sepak bola dengan pola permainan yang lebih
menyenangkan yaitu bermain kejar-kejaran melalui jalur zig zag.
4) Pengajar menyadari bahwa sebagian besar peserta didiknya memiliki gaya belajar
kinestetik. Oleh sebab itu, guru memadukan pengelihatan, pendengaran dan gerak
agar peserta didik dapat menyerap pembelajaran dengan mudah. Pada saat
mendefinisikan dan mengingat konsep materi pelajaran, guru memberikan simbol
gerakan, setiap gerakan memiliki makna yang berbeda. Startegi seperti itu ampuh
membuat siswa memahami materi yang sedang dipelajari khususnya pada materi
yang bersifat teori dan hafalan.
5) Pada saat belajar matematika, guru membagi siswa berdasarkan level pengetahuan
peserta didik. Sebagian besar siswa tidak menghafal perkalian. Oleh sebab itu guru
mengajar mereka dengan metode jarimatika. Hasilnya yaitu kemampuan berhitung
peserta didik berkembang pesat dan mereka tidak perlu lagi melihat tabel perkalian
ketika berhitung.
3. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, apa yang akan Anda lakukan
selain yang sudah dilakukan pengajar tersebut?
Jawab:
Hal yang akan kami lakukan selain yang sudah dilakukan oleh para pengajar tersebut
yaitu untuk anak-anak yang telah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas memiliki
keinginan kuat agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi namun
terkendala dengan biaya, kami akan berusaha membantu dengan mencarikan beasiswa
untuk anak-anak yang kurang mampu dan membantu mereka untuk mendaftakannya. Akan
tetapi, apabila ada anak-anak yang tidak ingin melanjutkan pendidkan kejenjang yang lebih
tinggi, kami akan membimbing dan memberikan pelatihan kepada mereka agar mereka bisa
mandiri dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan cara belajar berwirausaha
dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada didaerah tersebut. Misalnya menciptakan
sistem pertanian yang modern, mengolah hasil pertanian/laut menjadi produk yang bernilai
jual tinggi, serta membangun peternakan/budidaya ikan yang modern, sehingga diharapkan
mampu keluar dari garis kemiskinan dan mampu menunjang perekonomian keluarga.
4. Apakah dengan mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik penting yang
mempengaruhi pendidikan dan pembelajaran mampu mengembangkan diri Anda
untuk menjadi pendidik yang baik?
Jawab:
Ya. Dengan mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan
dan pembelajaran mampu mempengaruhi perkembangan diri kami untuk menjadi pendidik
yang baik. Hal ini akan membantu kami sebagai calon pendidik untuk lebih terbuka
terhadap kebutuhan dan kondisi peserta didik, sehingga kami dapat merancang strategi
pembelajaran yang lebih sesuai dan efektif. Faktor-faktor yang sudah kami pelajari akan
menjadi dasar/pedoman untuk mengembangkan diri kami sebagai pendidik. Pemahaman
tentang materi ini dapat membuka wawasan serta pengetahuan kami, serta hal apa saja yang
harus kami lakukan dalam menghadapi situasi atau kondisi di suatu daerah yang memiliki
latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang berbeda sehingga kami mampu
menyesuaikan diri dengan baik dan dapat menerapkan hal-hal baik yang sudah dilakukan
oleh para pengajar muda pada kelima video tersebut. Selain itu, pemahaman ini juga akan
membantu kami dalam membangun hubungan yang baik dengan masyarakat setempat,
orang tua peserta didik, serta pihak-pihak terkait lainnya. Dengan demikian, kami percaya
bahwa dengan faktor-faktor tersebut, kami mampu menciptakan inovasi-inovasi baru dalam
meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didik
mampu bersaing di berbagai aspek kehidupan dan memberikan dampak positif bagi
kemajuan pendidikan, dan menjadi pribadi bermanfaat bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai