Anda di halaman 1dari 3

Nama : Husnul Hatimah

NIM : 2364823078
Topik 1 Eksplorasi Konsep
Dalam kelompok-kelompok kecil, silakan diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apa faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran di masa penjajahan Belanda dan Jepang?
Jawaban:
a. Faktor sosial
Pada saat kolonialisme Belanda, kondisi sosial rakyat Indonesia benar-benar menentukan
layak tidaknya seseorang mendapatkan pendidikan sehingga hal ini tentu sangat
menghambat meratanya pendidikan di kalangan masyarakat pribumi. Seperti halnya di
Holland Indische School (HIS) yakni sekolah dasar zaman kolonial Belanda yang
ditempuh selama 7 tahun, tidak menerima anak buruh tani untuk bersekolah. Sekolah
hanya diperuntukkan bagi para anak-anak priyayi, bangsawan, dan calon dokter Jawa.
Pada saat zaman penjajahan Jepang, pribumi memiliki kebebasan mengenyam
pendidikan. Namun, pendidikan masa Jepang mengalami berbagai kemunduran. Karena,
guru dan murid mengikuti kegiatan milliter untuk membantu perang asia timur raya.
b. Faktor Budaya
Penyelenggaraan pendidikan masa kolonial Belanda sungguh ketat, hal ini diketahuidari
adanya bahasa sehari-hari yang digunakan ialah Bahasa Belanda, lagu-lagu kebangsaan
Belanda yang dinyanyikan setiap saat, dan pengibaran bendera Belanda. Hal tersebut
menjadi semacam doktrin yang upaya ditanamkan pemerintah Belanda terhadap rakyat.
Pada zaman penjajahan Jepang pola pikir yang diberikan kepada Indonesia adalah pola
pikir kolonial,sehingga pribumi yang menerima pola pikir tersebut dapat terpengaruh
dengan mudah dengan propaganda Jepang
c. Faktor Ekonomi
Hal yang menyangkut pembiayaan pendidikan saat itu terjadi ketika Ki Hadjar
Dewantara berupaya sekuat tenaga mendirikan Taman Siswa di Yogya dengan
pararakyat. Beberapa pendidik saat itu yang mengajar dihambat harus memiliki ordonansi
semacam sertifikat pendidik yang diakui oleh pemerintah Belanda. Di samping
itu,sekolah-sekolah swasta yang tidak memiliki ijin tidak akan diberi bantuan oleh
pemerintah Belanda karna dianggap melanggar kebijakan. Bahkan saat itu, barang-
barang milik Ki Hadjar Dewantara sempat disita di kediamannya karna dianggap tidak
membayar pajak. Namun karna kecintaan rakyat Indonesia dengan Taman Siswa
akhirnya barang-barang yang sudah dilelang oleh orang-orang kaya tersebut
dikembalikan pada Ki Hadjar (Taman Siswa) untuk pendidikan anak-anak
Indonesia.Berbeda pada saat zaman penjajahan Jepang. Pada masa ini, masyarakat
dituntut untuk menyerahkan hasil panen untuk persiapan perang.
d. Faktor Politik
Pada saat pemerintahan Belanda maupun Jepang dalam penyelenggaraan pendidikan
lebih menekankan pada kemampuan intelektual saja tidak mempedulikan pendidikan
karakter kebangsaan karena berusaha melenyapkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia.
2. Bila ditarik pada masa sekarang, menurut Anda, apa faktor sosial, budaya, ekonomi, dan
politik penting yang berpengaruh pada pendidikan saat ini? Apakah Anda sudah mengalami
dan melihat yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara (lihat video singkat di awal) yaitu
belajar secara merdeka?
Jawaban:
a. Faktor Sosial
Semua siswa berhak mendapatkan pendidikan yang gratis
b. Faktor Budaya
Walaupun di Indonesia sudah banyak sekolah Internasional, namun Bahasa yang mereka
pakai tetap Bahasa Indonesia
c. Faktor Ekonomi
Pemerintah sudah banyak memberikan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu
d. Faktor Politik
Pendidikan Indonesia harus menghasilkan generasi unggul untuk kemajuan bangsa
Indonesia
3. Menurut Anda sebagai guru, apa arti penting mempelajari perspektif sosial, budaya,
ekonomi, dan politik dalam pendidikan di Indonesia?
Jawaban:
a. Memahami keanekaragaman budaya: Indonesia memiliki beragam etnis, bahasa,agama,
dan budaya. Memahami dan menghargai keragaman ini adalah kunci untuk membangun
toleransi, harmoni, dan kerjasama dalam masyarakat. Pendidikan harusmempromosikan
nilai-nilai ini agar peserta didik dapat menjadi warga negara yanginklusif dan menghargai
perbedaan.
b. Memerangi diskriminasi: Memahami perspektif sosial membantu mengidentifikasidan
mengatasi diskriminasi sosial, gender, dan rasial. Ini penting untuk menciptakan
lingkungan pendidikan yang adil dan inklusif di mana setiap anak memiliki kesempatan
yang sama untuk berkembang.
c. Konteks ekonomi: Memahami perspektif ekonomi membantu peserta didik memahami
bagaimana faktor-faktor ekonomi memengaruhi kehidupan mereka. Ini juga membantu
mereka memahami tantangan dan peluang dalam dunia kerja,sehingga mereka dapat
mempersiapkan diri dengan lebih baik.
d. Keterlibatan politik: Pendidikan harus mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga
negara yang aktif dan berpartisipasi dalam proses politik. Ini termasuk pemahaman
tentang sistem politik Indonesia, hak dan kewajiban warga negara, serta pentingnya
pemilihan umum dalam demokrasi.
e. Mengatasi masalah sosial: Masalah sosial seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan
perubahan iklim merupakan tantangan besar bagi Indonesia. Pendidikan
yangmengintegrasikan perspektif-perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik
dapatmembantu peserta didik memahami akar masalah ini dan berkontribusi dalam
mencarisolusi yang berkelanjutan.
f. Meningkatkan kualitas pendidikan: Dengan memahami konteks sosial, budaya,ekonomi,
dan politik, pendidik dapat merancang pembelajaran yang lebih relevan dan menarik bagi
peserta didik. Ini dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman mereka tentang
dunia di sekitar mereka.
g. Pembentukan kritis: Memahami perspektif-perspektif ini juga membantu pesertad idik
mengembangkan pemikiran kritis. Mereka dapat belajar menganalisis
informasi,mengidentifikasi bias, dan memahami berbagai sudut pandang.
4. Apa semangat yang Anda dapatkan sebagai calon guru dari mempelajari video-video
tersebut?
Jawaban:
Berdasarkan Video yang telah saya tonton dan pahami sebelumnya, sebagai calon guru saya
bertekad untuk meningkatkan pendidikan Indonesia semakin lebih baik lagi kedepannya
tanpa harus mempertimbangkan keadaan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Adanya
kesetaraan antar peserta didik tanpa harus merasa rendah diri terhadap latar belakang yang ia
miliki. Dari video tersebut dikatakan bahwa pendidikan pada masa penjajahan bisa
dikategorikan buruk, terutama dari segi penanaman materi. Pada masa itu mereka bersekolah
hanya untuk baris berbaris, olahraga, dan belum memiliki tempat yang layak untuk belajar
dalam ruangan. Namun sekarang walaupun prasarana dan sarana fasilitas sudah sangat
memadai, hambatan sosiokultural masih sering terjadi. Dengan begitu semua guru, pendidik,
serta pengajar dimanapun berada mesti berjuang memerdekakan peserta didik dari hambatan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai