Anda di halaman 1dari 5

MK PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL

KELOMPOK PPL SD 106 PEKANBARU


NAMA : SUCI NURRAHMI
SYIFA FAUZIYYATUN
TASKYA VIRA SYAHPUTRI
WIDYA FEBRI ANGGREINI

1. Apa faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi


penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di masa penjajahan Belanda dan
Jepang?
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik
sangat mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di wilayah yang
mereka jajah. Berikut ini beberapa faktor yang signifikan diantaranya:
a. Masa Penjajahan Belanda:
1. Faktor sosial
 Stratifikasi Sosial: Sistem pendidikan cenderung mencerminkan stratifikasi
sosial, dengan pendidikan lebih mudah diakses oleh kalangan orang Belanda dan
pribumi yang terpilih.
 Diskriminasi Etnis: Etnis pribumi sering mendapat perlakuan diskriminatif,
dengan kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan setara dengan
penduduk Belanda.
2. Faktor Budaya:
 Dominasi Budaya Belanda: Kurikulum didesain untuk menciptakan identitas
kolonial, mempromosikan budaya Belanda, dan menggantikan nilai-nilai lokal.
 Penggunaan Bahasa: Penggunaan bahasa Belanda sebagai medium pengajaran
memperkuat dominasi budaya Belanda.
3. Faktor Ekonomi:
 Pendidikan untuk Pelayanan Kolonial: Pendidikan ditujukan untuk
menghasilkan pekerja yang mendukung kepentingan ekonomi kolonial, seperti
petani dan pekerja pabrik.
 Kesenjangan Ekonomi: Pendidikan lebih mendukung penguasaan ekonomi oleh
Belanda, sedangkan masyarakat pribumi sering dibiarkan dalam kemiskinan.
4. Faktor Politik:
Kontrol Politik Belanda: Belanda memiliki kendali penuh terhadap kebijakan
pendidikan, memastikan bahwa pendidikan mendukung kebijakan politik kolonial.
b. Masa Penjajahan Jepang
1. Faktor Sosial:
 Peningkatan Kesetaraan Sosial: Jepang menerapkan kebijakan yang
mendukung kesetaraan sosial, yang berdampak pada akses pendidikan lebih luas
bagi masyarakat setempat.
 Penghapusan Diskriminasi Etnis: Kebijakan yang lebih inklusif diarahkan
untuk mengurangi ketidaksetaraan di antara berbagai kelompok etnis.
2. Faktor Budaya:
 Pengaruh Budaya Jepang: Pendidikan mencerminkan pengaruh budaya Jepang,
termasuk penggunaan bahasa Jepang sebagai medium pengajaran.
 Penggalian Nilai-Nilai Tradisional: Beberapa nilai tradisional lokal
dipertahankan untuk menciptakan rasa identitas lokal yang mendukung
pemerintahan Jepang.
3. Faktor Ekonomi:
 Pendidikan untuk Keperluan Ekonomi Jepang: Pendidikan diarahkan untuk
menciptakan sumber daya manusia yang mendukung kebutuhan ekonomi Jepang.
 Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Beberapa upaya dilakukan untuk membangun
ekonomi lokal dan memberdayakan masyarakat.
4. Faktor Politik:
 Kendali Politik Jepang: Meskipun ada kesetaraan sosial yang lebih besar,
Jepang tetap mengendalikan politik dan pendidikan untuk memastikan kepatuhan
dan dukungan terhadap pemerintahannya.
Sementara kedua penjajah ini memiliki perbedaan signifikan dalam
pendekatannya terhadap pendidikan, keduanya tetap mengejar kebijakan yang
mendukung kepentingan penjajah dan mengubah sistem pendidikan sesuai dengan
tujuan politik, sosial, ekonomi, dan budayanya masing-masing.

2. Bila ditarik pada masa sekarang, menurut Anda, apa faktor sosial, budaya, ekonomi,
dan politik penting yang berpengaruh pada pendidikan saat ini? Apakah Anda sudah
mengalami dan melihat yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara (lihat video
singkat di awal) yaitu belajar secara merdeka?
 Faktor sosial semua siswa berhak mendapatkan pendidikan yang gratis, faktor budaya,
walupun di Indonesia sudah banyak sekolah internasional, namun bahasa yang mereka
pakai tetap Bahasa Indonesia, faktor ekonomi, pemerintah sudah banyak memberikan
beasiswa bagi siswa yang kurang mampu, sedangkan factor politik yaitu bahwa
Pendidikan Indonesia harus menghasilkan generasi unggul untuk kemajuan Indonesia.

3. Menurut Anda sebagai guru, apa arti penting mempelajari perspektif sosial, budaya,
ekonomi, dan politik dalam pendidikan di Indonesia?
Memahami dan mempelajari perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam
pendidikan di Indonesia memiliki signifikansi yang besar bagi para guru. Berikut beberapa
alasan mengapa hal ini penting:
1. Konteks Pendidikan yang Lebih Relevan: Memahami konteks sosial, budaya, ekonomi,
dan politik membantu guru dalam merancang dan mengadaptasi pembelajaran agar lebih
sesuai dengan realitas lokal dan kebutuhan siswa. Ini membuat pengalaman belajar lebih
bermakna dan relevan bagi siswa.
2. Pemberdayaan Siswa: Pengetahuan tentang konteks sosial dan politik membantu guru
untuk memberdayakan siswa agar mereka dapat memahami peran mereka dalam masyarakat.
Hal ini melibatkan pengembangan keterampilan kritis, pemikiran mandiri, dan kepedulian
terhadap isu-isu sosial.
3. Membentuk Pemikiran Kritis: Melibatkan siswa dalam pemahaman perspektif sosial,
budaya, ekonomi, dan politik membantu mereka mengembangkan pemikiran kritis. Guru
dapat mendorong siswa untuk menganalisis informasi, memahami berbagai sudut pandang,
dan mengembangkan kemampuan menyusun argumen.
4. Mendorong Keanekaragaman: Pendidikan yang memperhatikan konteks sosial dan
budaya mendorong penghargaan terhadap keanekaragaman. Guru dapat menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif dan menghargai berbagai latar belakang siswa, sehingga
menciptakan ruang bagi pertumbuhan sosial dan emosional.
5. Mengatasi Ketidaksetaraan: Pengetahuan tentang konteks ekonomi dan politik
membantu guru untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam pendidikan. Guru dapat bekerja
untuk memberikan dukungan tambahan kepada siswa yang mungkin menghadapi hambatan
ekonomi atau politik dalam akses dan kesempatan pendidikan.
6. Persiapan untuk Kewarganegaraan yang Aktif: Melalui pemahaman perspektif politik,
guru dapat membantu siswa memahami hak dan tanggung jawab sebagai warga negara. Ini
dapat menciptakan generasi yang lebih terlibat dalam proses demokrasi dan memiliki
kesadaran politik yang lebih tinggi.
7. Mengatasi Tantangan Global: Pemahaman terhadap faktor-faktor sosial, budaya,
ekonomi, dan politik di tingkat nasional membantu siswa memahami tempat mereka dalam
konteks global. Ini dapat membantu mereka bersiap menghadapi tantangan global dan
menjadi bagian dari solusi untuk isu-isu global.
8. Menyediakan Model Perilaku Positif: Guru, sebagai model peran, dapat menggunakan
pengetahuan mereka tentang konteks sosial dan politik untuk menunjukkan sikap dan
perilaku positif. Hal ini membantu menciptakan lingkungan di mana norma-norma sosial
positif dapat diterapkan dan dipraktikkan oleh siswa.
9. Penyelarasan dengan Kebijakan Pendidikan: Pemahaman tentang faktor-faktor sosial,
budaya, ekonomi, dan politik mendukung guru untuk melihat bagaimana kebijakan
pendidikan nasional dapat diimplementasikan secara efektif dalam konteks lokal. Hal ini
penting agar pendidikan dapat mencapai tujuan nasional dan global. Pemahaman yang
mendalam terhadap aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik tidak hanya
memperkaya proses pembelajaran tetapi juga membantu guru untuk menjadi agen perubahan
yang lebih efektif dalam konteks pendidikan di Indonesia

4. Apa semangat yang Anda dapatkan sebagai calon guru dari mempelajari video-video
tersebut?
 Berdasarkan video yang telah saya telaah sebelumnya, sebagai calon guru saya bertekad
untuk meningkatkan pendidikan Indonesia semakin lebih baik lagi kedepannya. Tanpa
harus mempertimbangkan keadaan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Adanya
kesetaraan antar peserta didik tanpa harus merasa rendah diri terhadap latar belakang
yang ia miliki. Dari video tersebut dikatakan bahwa pendidikan pada masa penjajahan
bisa dikategorikan buruk, terutama dari segi penanaman materi. Pada masa itu mereka
bersekolah hanya untuk baris berbaris, olahraga, dan belum memiliki tempat yang layak
untuk belajar dalam ruangan. Namun sekarang walaupun prasarana dan sarana fasilitas
sudah sangat memadai, hambatan sosiokultural masih sering terjadi. Dengan begitu
semua guru, pendidik, serta pengajar dimanapun berada mesti berjuang memerdekakan
peserta didik dari hambatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai