Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN

INDONESIA
TOPIK 1
SEL.11.2-T1-3 EKSPLORASI KONSEP HAL 3

DOSEN PENGAMPU:
Dr. M. Shoim, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
A. GHARIZI AKBAR (23527054)
IAN HIDAYATI NISA’ (23527061)
NILAM PRABANINGRUM (23527065)
SILVIA QOTRUNNADA (23527070)

PPG PRAJABATAN GELOMBANG 2 TAHUN 2023


UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2023
Dalam kelompok-kelompok kecil, silakan diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apa faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di masa penjajahan Belanda dan
Jepang?
2. Bila ditarik pada masa sekarang, menurut Anda, apa faktor sosial, budaya,
ekonomi, dan politik penting yang berpengaruh pada pendidikan saat ini? Apakah
Anda sudah mengalami dan melihat yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara
(lihat video singkat di awal) yaitu belajar secara merdeka?
3. Menurut Anda sebagai guru, apa arti penting mempelajari perspektif sosial,
budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan di Indonesia?
4. Apa semangat yang Anda dapatkan sebagai calon guru dari mempelajari video-
video tersebut?

JAWABAN:
1. Faktor sosial : pada masa penjajahan Belanda pribumi tidak memiliki
kebebasan dalam mengenyam pendidikan. Pendidikan yang diciptakan oleh bangsa
kolonial hanya untuk kaum atas. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang,
pendidikan bagi pribumi mulai dibebaskan. Namun hal tersebut dimanfaatkan oleh
pihak Jepang untuk mencari dukungan pihak Indonesia dalam kepentingan perang
Asia Timur Raya.
Faktor Budaya : Pola pikir yang ditanamkan Jepang kepada rakyat Indonesia
adalah pola pikir kolonial, sehingga rakyat Indonesia banyak yang terpengaruh
propaganda Jepang. Salah satu contoh berlakunya lagu-lagu Jepang dan bahasa
Jepang di sekolah-sekolah Pribumi.
Faktor ekonomi : pada masa kolonial, pribumi merupakan rakyat yang berasal
dari kalangan jelata sehingga tidak memiliki kekuatan lebih. Apalagi saat
penjajahan Jepang, rakyat pribumi laki-laki dijadikan sebagai romusa.
Faktor politik : di masa penjajahan kolonial, banyak doktrin yang diberikan
oleh pihak kolonial kepada rakyat pribumi. Hal tersebut tentu bertujuan untuk
memperkuat pemerintahan bangsa kolonial.
2. Faktor sosial : semua anak dari berbagai kalangan berhak mendapat
pendidikan yang layak dan gratis, meskipun saat ini juga sudah ada beberapa
sekolah yang berbasis internasional.
Faktor budaya : Walaupun di Indonesia terdapat sekolah Internasional dengan
bahasa asing, Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama dalam pembelajaran.
Faktor Ekonomi : pemerintah telah menggerakkan banyak beasiswa pendidikan
bagi peserta didik dengan kategori tertentu yaitu dari segi ekonomi yang kurang
mampu, dari segi prestasi, dari segi keterampilan yang dimiliki, dan sebagainya).
Faktor politik : Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus memiliki
tujuan yang jelas yakni mencetak generasi bangsa yang unggul untuk kemajuan
bangsa Indonesia. Meskipun faktanya kurikulum di Indonesia masih mengalami
perubahan seiring berkembangnya zaman, padahal isi yang terkandung di dalamnya
tetap berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
3. Menurut kami, mempelajari perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam
pendidikan di Indonesia sangat penting. Hal tersebut disebabkan sebagai guru harus
bisa mengetahui dan memahami terkait multikulturalisme di daerah tempatnya
mengabdi agar dapat menentukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat.
Selain itu agar guru mampu memahami bagaimana harus mengambil sikap dalam
menghadapi perbedaan latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik yang
dimiliki masing-masing peserta didik.
4. Saya dan rekan-rekan menjadi merasa bersemangat dan mendapatkan pemahaman
baru terkait konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yang menjadi dasar
penerapan Kurikulum Merdeka saat ini. Hal tersebut disebabkan konsep pendidikan
yang digagas KHD tidak hanya untuk dipahami saja melainkan juga diterapkan saat
proses pembelajaran berlangsung dengan mengaitkan pada pendidikan kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai