Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KE-NWDI-AN

IMPLEMENTASI PEMIKIRAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI PERJUANGAN


TGKH M. ZAINUDDIN ABDUL MADJID PADA PELAJARAN EKONOMI DI SMAN 3
SELONG

DOSEN MATAKULIAH: AHMAD TOHRI, S.Pd, M.Pd

OLEH:

MUHAMMAD FAISAL

PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN GELOMBANG 1

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep kebangsaan dipahami sebagai kesadaran individu dan kolektif tentang bangsa
menyangkut kemerdekaan, ideologi, kesejahteraan, persatuan, kebudayaan, serta aspek
kecerdasan lainnya. Dewasa ini, pemahaman konsep yang mendasari tindakan berkebangsaan
dalam konteks keindonesiaan mengalami berbagai tantangan. Tanpa bermaksud mereduksi
konteks yang terjadi dapat dikemukakan beberapa fakta: pengingkaran atas hak dasar
berketuhanan dan berkemanusiaan; menguatnya identitas individual dan menafikan
kebhinekaan; kecenderungan menguasai sumber daya secara individual dengan mengabaikan
kepentingan massa, lambat laun akan menggangu cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan
bangsa sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar 1945. Satu hal strategis dilakukan adalah
menemukan konstruksi nilai kebangsaan dalam sejarah Nahdlatul Wathan (disingkat NW)
sebagai khazanah lokal yang memiliki matra nasional dan memenuhi kebutuhan universal
masyarakat Indonesia dalam memahami konsep dan tindakan kebangsaannya, karena kelahiran
organisasi sebagai gerakan, dinamika organisasi dan gerakan, hingga survivalitas dewasa ini
penuh dengan tidak lepas dari entitas berkebangsaan melalui ber-Pancasila, ber-Bhineka
Tunggal Ika, ber-NKRI, yang berdasarkan UUD 1945.
NW sebagai satu organisasi masa Islam, lahir di Lombok Nusa Tenggara Barat, Tahun
1934, lahir dalam kondisi bangsa belum mengenal indentitas Indonesia, sehingga ide
kelahirannya tidak lepas dari kesadaran dan keinginan untuk merdeka. Pada fase awal
berdirinya, NW sangat kental dengan jiwa dan perjuangan kemerdekaan. Fase selanjutnya di
era kemerdekaan, melalui instrumen pendidikan (pengetahuan Islam dan umum), dakwah,
sosial, dan pengembangan ekonomi, NW tetap konsisten membangun kesadaran dan praktek
kebangsaan Indonesia, hingga era globalisasi dewasa ini. Upaya-upaya tersebut perlu
dirumuskan dalam bentuk konstruksi nilai kebangsaan yang komprehensif dalam perjalanan
sejarah menyangkut filosofi nilai dan strategi pemassalan sehingga menjadi milik kolektif yang
disadari dan terimplementasi. Konstruksi nilai kebangsaan komprehensif dalam perjalanan
sejarah dalam kajian ini dipahami sebagai perumusan yang memanjang dan khusus sebagai
tradisi sejarah serta pemilahan berdasarkan aspek-aspek kebangsaan: kemerdekaan, ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan.
TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid memiliki kiprah nyata yang bisa ditulis dalam sejarah
panjang Islam dan masyarakat Sasak adalah didirikannya madrasah oleh TGKH Muhammad
Zainuddin. Kiprahnya dalam bidang pendidikan bukan saja dalam pendidikan agaa melainkan
juga dalam pendidikan umum. TGKH Muhammad Zainuddin, sepertinya melawan arus bagi
kebanyakan cara berpikir tokoh-tokoh pendidikan atau lebih tepatnya tokoh pendidikan Islam
di Lombok. Paling tidak pendirian madrasah atau sekolah yang ditentang adalah suatu bentuk
rintisan atau revolusi baru dalam dunia pendidikan khususnya di Lombok. Kondisi daerah di
Lombok menjadikan TGKH sadar bahwa Indonesia harus merdeka, harus menjadi bangsa, dan
harus menyejahterakan bangsanya. Kesadaran itu diujudkan dengan mendirikan NW dan
berkiprah melalui NW. Saat berikutnya, wujud dalam bentuk ide dan tindakan itu mampu
menggugah kalangan lain di sekitarnya yang memiliki kesadaran yang sama, lalu berjuang
bersama-sama dalam bidang pendidikan serta melibatkan sekolah-sekolah negri untuk turut
serta untuk melestarikan nilai-nilai kebangsaan dan kebangsaan seperti di SMAN 3 Selong.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi pemikiran kebangsaan dan nilai-nilai perjuangan TGKH M.
Zainuddin Abdul Madjid dalam bidang dakwah, pendidikan, dan sosial di SMAN 3
Selong?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui implementasi pemikiran kebangsaan dan nilai-nilai perjuangan
TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid dalam bidang dakwah, pendidikan, dan sosial di
SMAN 3 Selong
.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Implementasi pemikiran kebangsaan dan nilai-nilai perjuangan TGKH M. Zainuddin


Abdul Madjid dalam bidang dakwah, pendidikan, dan sosial di SMAN 1 Suralaga
a. Sejarah SMAN 3 Selong
SMA Negeri 3 Selong merupakan salah satu SMA Negeri yang berada di Kecamatan
Selong, Lombok Timur. SMA Negeri 3 Selong beralamat di Jalan H. Moh. Faisal No.1
Selong. Saat ini, SMA Negeri 3 Selong dipimpin oleh Syawalul Fitri, S.P. SMA NEGERI
3 SELONG memilik moto FANTASTIC,
• FAMILIAR,
• NASIONALIS,
• TANGGAP,
• SOPAN,
• TERAMPIL,
• INOVATIF
• CERDAS

Berikut merupakan rincian dari identitas sekolah SMA Negeri 3 Selong

• NPSN: 50219579
• Status: Negeri
• Bentuk Pendidikan: SMA
• Status Kepemilikan: Pemerintah Pusat
• Tanggal SK Pendirian: 01-01-1901
• SK Izin Operasional: 188.45/236/PDK/2008
• Tanggal SK Izin Operasional: 23-06-2008
• Akreditasi: A
• Kurikulum: 2013 dan kurikulum Merdeka
Pada waktu ini SMAN 3 Selong masi mengggunakan program kurikulum SMA 2013 untuk
kelas XI dan kelas XII sedangkan kelas X menggunakan kurikulum merdeka.
Visi dan misi SMAN 3 Selong
1. VISI
Terwujudnya insan indonesia yang berakhlak mulia, berbudaya unggul inovatif dan
peduli lingkungan
2. MISI

1. Meningkatkan pembinaan dan pengalaman ajaran agama dengan akhlaqul karimah


dalam hidup sehari-hari melalui penerapan senyum, salam, sapa dan santun
2. Menguatkan karakter religius melalui pembiasaan Dhuha, ngaji pagi, dan Zuhur
berjamaah
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran (KBM) yang berbasis
IT
4. Meningkatkan disiplin dan etos kerja warga sekolah untuk menggapai prestasi
akademik maupun non akademik
5. Meningkatkan hubungan kemitraan warga sekolah yang harmonis baik internal
dan eksternal
6. Meningkatkan dukungan lingkungan sekolah yang harmonis, dinamis, dan
berwawasan wiyata madala
7. Menumbuhkan kebiasaan peduli lingkungan pada warga sekolah

b. Nilai Kebangsaan TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid di SMAN 3 Selong


Kebangsaan merupakan kesadaran individu dan kolektif tentang bangsa terkait
kemerdekaan, ideologi, kesejahteraan, persatuan, kebudayaan, serta aspek kecerdasan
lainnya. Kesadaran, berkebangsaan dalam konteks keindonesiaan dewasa ini mengalami
berbagai tantangan, seperti yang terjadi banyaknya pengingkaran atas hak dasar
berketuhanan dan berkemanusiaan; menguatnya identitas individual dan menafikan
kebhinnekaan; kecenderungan menguasai sumber daya secara individual dengan
mengabaikan kepentingan massal, dan cenderung menggangu cita-cita luhur
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanat UUD 1945.
Bentuk nilai kebangsaan yang tercermin dari pelajaran sosiologi di SMAN 3 Selong
adalah seluruh siswa 1) mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban antara sesama teman di sekolah, 2) menjalani hak dan kewajiban sebagai warga
sekolah yang berjiwa sosial dengan seimbang, seperti tidak memaksakan kehendak, saling
toleransi, dan menghormati antar umat beragama, 3) patuh terhadap tata tertib sekolah, dan
4) Jiwa patriot dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengheningkan cipta untuk
jasa para pahlawan saat upcara bendera.
c. Nilai Perjuangan Dakwah TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid di SMAN 3 Selong
Iman dan ketakwaan menurut TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid memiliki fungsi
strategis yang sangat kuat dalam menjembatani nilai-nilai multi aspek kehidupan yang lain.
Sebagai bagian dari penguatan nilai keimanan dan ketakwaan secara verbal selalu
dikomunikasikan beliau di awal ceramahnya (pengajian), misalnya dengan mengatakan
Pokoknya NW, Pokoknya NW Iman dan Takwa sebanyak tiga kali dan hal ini sudah
menjadi bagian yang integral dalam setiap dakwah beliau.
Bentuk perjuangan dakwah yang tercermin dari pelajaran sosiologi di SMAN 3 Selong
adalah seluruh siswa 1) mendengarkan rekaman asmaul husna setiap pagi sebelum bel
pembelajaran pertama, 2) melaksanakan imtaq di Musholah 30 menit sebelum
pembelajaran dimulai, 3) beroda sebelum pembelajaran dimulai, 5) melaksanakan sholat
zuhur berjamaah.
d. Nilai Perjuangan Pendidikan TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid di SMAN 3 Selong
Dorongan internal TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid dalam menguatkan dasar
keilmuan ini dapat diperhatikan dari kegigihan, keuletan dan prestasi dalam belajar.
Prestasi akademiknya sangat membanggakan, selalu meraih peringkat pertama dan juara
umum. Sama halnya dengan SMAN 3 Selong yang menjadi sekolah terfavorit di Lombok
Timur. SMA 1 Suralaga selalu mencetak generasi-generasi yang unggul dan memenangkan
berbagai lomba hingga tingkat nasional.
Bentuk perjuangan pendidikan yang tercermin dari pelajaran sosiologi di SMAN 3
Selong adalah seluruh siswa 1) mengikuti pembelajaran sosiologi dengan baik, 2) aktif dan
kreatif saat mengerjakan tugas di kelas, 3) bertanya dengan sopan kepada guru terkait
materi yang kurang dipahami, 4) berdiskusi dengan baik antar rekan sesama kelompok, 5)
mengikuti lomba-lomba sosiologi dari tingkat kota hingga nasional.
e. Nilai Sosial TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid di SMAN 3 Selong
TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid membangun kerjasama dan kekeluargaan dengan
organisasi Islam lainnya. Menguatkan hubungan keislaman, hubungan kenegaraan, dan
hubungan kemanusiaan dengan organisasi Islam lainnya seperti NU, Muhammadiyah dan
lain sebagainya bagi TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid merupakan suatu keniscayaan
untuk menguatkan syiar Islam yang rahmatan lil alamin. Selain itu TGKH. M. Zainuddin
Abdul Majid membangun madrasah untuk meningkatkan dan menginternalisasikan nilai-
nilai gotong royong dan persaudaraan masyarakat. Nilai-nilai kebersamaan dalam bentuk
gotong royong sudah tertanam pada masyarakat Lombok secara khusus pada waktu itu
semakin diperkuat dengan cara bersama-sama membangun madrasah dan hal ini sekaligus
dapat menjadi momentum untuk memperkuat nilai persaudaraan dan silaturrahmi.
Nilai sosial yang diterapkan oleh TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid juga terdapat di
SMAN 3 Selong. Dimana pada SMAN 3 Selong para siswa di kelas bergotong royong
untuk membersihkan kelas mereka, ada yang menyapu, membersihkan langit-langit,
membersihkan jendela, dan membuang sampah. Selain itu, setiap hari jumat SMAN 3
Selong selalu mengadakan imtaq dan sholat dhuha berjamaah. Para siswa bergotong
royong untuk menyiapkan sarana prasarana sebelum acara imtaq dimulai.
Bentuk nilai sosial yang tercermin dari pelajaran sosiologi di SMAN 3 Selong adalah
seluruh siswa 1) menjaga kerukunan kelas dengan menaati peraturan kelas, 2) bertutur kata
sopan dan santun kepada guru, staf sekolah dan sesama siswa selama ada di lingkungan
sekolah, 3) memakai seragam sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku di
sekolah, 4) senyum, salam, sapa dengan seluruh warga sekolah.
BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah di atas dapat kita menyimpulkan bahwa agar kita mudah belajar dan mudah
memahami serta di yakini secara mendalam, khususnya oleh para pelajar dan mahasiswa Nahdatul
Wathan sebagai generasi penerus perjuangan Nahdatul Wathan, agar memperoleh pengetahuan
dan pemahaman secara utuh tentang Nahdatul Wathan dan perjuangannya dalam menengakkan
ajaran islam ahlusunnah waljamaah alamazhabil imamissyafi’i adliyallahu ‘anhu dan ikut serta
secara aktif membangun Nusa bangsa dan Negara Indonesia yang tercinta ini. Pola pendekatan
dakwah integratif TGH. Zainuddin yang melibatkan unsur pendidikan, dakwa, budaya, sosial,
kebangsaan, seni dan politik telah menjadi kunci kesuksesannya dalam proses Islamisasi di
Lombok.
Dakwah mengandung pengertian sehagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yangdilakukan secara sadar dan berncana dalam usaha
memengaruhiorang lain, baik secara individual maupun secara kelompok agarsupaya timbul dalam
dirinya suatu pengertian kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama
sebagaimassage (pesan) yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanyasebuah paksan.
Dengan demikian, maka esensi dakwah adalahterletak pada dorongan (motivasi), rangsangan, serta
bimbinganterhadap orang lain untuk menerima ajakan agama dengan penuhkesadaran demi untuk
keuntungan pribadinya sendiri, bukan untukkepentingan juru dakwah juru penerang.
Di dalam NW pendidikan dan sosial merupakan unsur yang saling bertautan satu dengan
yang lain. Kedua hal tersebut saling mempengaruhi, sehingga berdampak luas di masyarakat.
Pendidikan dapat dijadikan sebagai media perubahan sosial dan sekaligus menentukan arah
perubahan sosial yang disebut dengan pembangunan mesyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/100800399/modul-ke-NW-an

http://repository.upi.edu/11538/5/T_SEJ_1202153_Chapter1.pdf

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24708/1/Yusran%20Khaidir.pdf

http://orismile98.blogspot.com/2014/05/kiprah-organisasi-nw.html?m=1

Akun Facebook : Fahrurrozi Abu Raziki


Hamzanwadi, 1981. Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru.

Anda mungkin juga menyukai