id
SKRIPSI
Oleh :
Tri Wahyono
NIM : D 3205035
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan khususnya pada zaman sekarang ini. Segala sesuatu didasarkan atas
pendidikan yang dimiliki. Salah satu contohnya adalah bila mencari suatu
tahun bagi semua masyarakat. Salah satu usaha pemerintah untuk dapat
mewujudkan program tersebut adalah dengan cara biaya sekolah gratis untuk
seorang anak sangat luas dan dalam hal ini para orang tua diringankan
bebannya sehingga tidak akan ditemui alasan ekonomi yang kurang mampu
bagi orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMP.
Tentulah pendidikan sampai tingkat SMP itu tidak cukup bagi seorang anak
karena masih perlu untuk meneruskan ke jenjang yang selanjutnya yaitu sampai
tingkat SMA sampai ke perguruan tinggi. Walaupun SMA biayanya tidak gratis
sampai ketingkat SMA karena biaya yang dikeluarkan tidaklah mahal dan
masih bisa terjangkau oleh orang tua di desa Kedungsono. Dengan adanya
Sekolah Dasar 3 buah, Sekolah Menengah Pertama 1 buah. Setelah tamat dari
SMA maka anak perlu pendidikan yang lebih tinggi yaitu pendidikan tinggi.
Biasanya yang menjadi masalah bagi orang tua karena diperlukan biaya yang
besar untuk bisa meneruskan ke pendidikan tinggi. Apalagi bagi keluarga yang
baik anak laki-laki maupun perempuan, maka ada orang tua yang memberikan
diskriminatif, yang tercermin pada sikap dan perlakuan orang tua atau keluarga
mempunyai pola pikir dan pola sikap diskriminatif dalam perlakuan terhadap
anak laki-laki dan perempuan. Orang tua dalam hal ini mempunyai peranan
yang sangat penting bagi kehidupan seorang anak dan termaasuk didalamnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
adalah pendidikan, Karena tanpa adanya dukungan orangtua maka tidak mudah
tinggi.
sekarang banyak anak perempuan yang mampu bekerja disektor publik dan
bisa dikatakan sebagai salah satu faktor bagi keluarga untuk memberikan
sebagai petani, buruh tani, pedagang, karyawan swasta, pegawai negeri sipil,
dan ada juga yang merantau ke kota besar untuk membuka usaha kecil yang
penghasilanya tiap bulan tidak tetap. Dengan keadaan ekonomi yang seperti itu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pendidikan tinggi.
keluarga yang memberikan kesempatan yang sama antara anak laki-laki dan
yang memberikan kesempatan yang berbeda antara anak laki-laki dan anak
bukanlah masalah memberikan kesempatan yang sama antara anak laki-laki dan
anak perempuan tapi bagi keluarga yang tidak mampu selalu berusaha untuk
tolok ukur kemampuan dalam memberikan kesempatan yang sama antara anak
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalm penelitian ini adalah sebagai berikut :
anak perempuan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
akan dirugikan.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang dapat
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
Untuk itu perlu dikemukakan definisi dari sosiologi itu sendiri. Sosiologi menurut
a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial
b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non sosial
c. Ciri-ciri umum dan semua jenis gejala-gejala sosial. (Soekanto, 1990: 20)
(Soekanto,1990:20).
Berger dan pendekatan dari Max Weber. Berger memandang bahwa sosiologi
ini dianggap yang memang sudah seharusnya demikian, benar dan nyata. (Sunarto,
1993)
proses dialektis mendasar yang terdiri dari tiga langkah yakni: eksternalisasi,
dilahirkan dengan struktur naluri yang tidak lengkap, yaitu tidak terarah dan
secara tidak sempurna, sehingga menurut Berger dunia manusia ditandai oleh
Obyektivasi, inti dari proses ini adalah bahwa kebudayaan yang diciptakan
Dunia yang diciptakan manusia tersebut menjadi sesuatu yang berada di luar
dirnya dan menjadi suatu realitas objektif. Internalisasi, pada langkah atau saat
internalisasi ini dunia yang telah diobyektifasikan itu diserap kembali ke dalam
diri dan menjadi miliknya. Individu tidak hanya memiliki makna tersebut tetapi
dari dunia sosial menjadi fakta subyektif dari individu. (Sunarto, 2004:224)
serta antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal mengenai arah
dan konsekuensi tindakan sosial itu. Tindakan sosial menurut Weber sendiri adalah
tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna dan arti subyektif
bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada
orang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat
subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu atau
situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu
(Ritzer,2003 :38)
Bertolak dari konsep tersebut, Weber mengemukakan lima ciri pokok yang
3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dan situasi, tindakan yang sengaja
5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang
Verstehen merupakan kunci bagi individu untuk menangkap arti tindakan sosial itu
adalah antara tindakan rasional dan non rasional. Singkatnya, tindakan rasional
Yakni suatu tindakan sosial murni. Dalam tindakan si aktor tidak hanya
sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga
menentukan nilai dan tujuan itu sendiri. Tujuan dalam zwerk rational tidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
absolut. Ia juga dapat menjadi cara tujuan lain berikutnya. Bila aktor
tindakannya itu.
Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang
dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk
mencapai tujuan lain. Ini menunjuk kepada tujuan itu sendiri. Dalam tindakan
ini memang antar tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar
untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional karena pilihan terhadap cara-
fenomenologi. Ketiga teori ini mempunyai kesamaan ide dasar bahwa menurut
adalah bahwa ketiga teori ini sama berpendirian bahwa realitas sosial bukan
merupakan alat statis dari pada paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia
dan sebagainya yang kesemuanya itu tercakup dalam konsep fakta sosial. (Ritzer,
2003:43)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
asumsi dasar dari teori ini yang merujuk pada karya Mac Iver dan Parsons sebagal
berikut :
4. Kelangsungan hidup manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat
3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuan.
tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut dapat berupa situasi dan
kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu, misalnya
(Ritzer,2003 :48-49).
mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan tujuan. Norma-norma itu tidak
menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan
menetapkan cara atau alat dan sejumlah alternàtif yang tersedia dalam rangka
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa tindakan sosial merupakan suatu proses
sarana-sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilihnya dan
2. Definisi Konsep
rendahnya .
keputusan dihadapkan pada dua pilihan yaitu untuk mengambil atau tidak
49). Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan adalah nilai yaitu suatu
konsepsi mengenai apa yang baik, apa yang diinginkan atau apa yang
pantas untuk dimiliki bersama oleh bagian terbesar anggota satuan sosial.
Nilai berpangkal dari kebudayaan yang berfungsi ganda. Dari satu segi,
mengalami perubahan.
keputusan adalah materi inovasi itu sendiri. Materi dari inovasi yang
dengan pendidikan tinggi itu akan lebih menjadikan masa depan yang
lebih baik bagi seseorang dan pendidikan tinggi sebagai bekal bagi
anak perempuan.
tindakan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jumlah pelajar menunjukkan tantangan utama untuk sistem atau tradisi yang
Dalam istilah finansial, hal ini telah menjadi model yang tidak
masyarakat secara umum. Orang tua atau pelajar semakin bertanggung jawab
www.findtoyou.com)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
para orangtuanya.
dengan cita-cita orang tua, bakat serta minat anak dengan harapan setelah
mata pencaharian untuk memperoleh nafkah, dan harapan orang tua dengan
memberikan kesempatan pendidikan tinggi besar harapan orang tua agar anak
pendapat para orang tua adalah sebagai sarana persiapan kehidupan yang
akan datang. Para orang tua yang berfikir bila pendidikan itu penting maka
pendidikan yang hampir dipilih oleh semua orang tua adalah sekolah atau
pendidikan formal.
dengan derap sosial masyarakat, bahkan mungkin lebih dari itu, agar sekolah
Anak bagi orang tua sangat diinginkan dan disenangi. Nilai anak-
anak dilantunkan dalam ucapan sehari-hari sebagai berikut: "Bila mana kau
tertebus dengan uangmu." Wanita yang banyak anak dicemburui dan wanita
yang mandul dikasihani. Sepasang suami istri yang tidak subur akan pergi
menempuh pejalanan panjang untuk mencari petuah dukun atau, dewasa ini,
1985;89).
seorang keturunan. Maka bila sepasang suami istri yang tidak berhasil
beruntung, dan akan banyak usaha yang dilakukan oleh pasangan suami istri
bila tidak kunjung dikaruniai seorang anak. Bila tidak kunjung dikaruniai
seorang anak maka keluarga tersebut akan mengadopsi seorang anak menurut
seorang anak. Tetapi ketika anak sudah didapatkan maka selanjutnya yang
banyak terjadi adalah adanya pembedaan nilai antara anak laki-laki dan
perempuan.
thought as the function they serve or needs they fulfill for parent" ( Nilai anak
keluarga. Sejak lahir anak telah diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma,
orangtua dalam keluarga. Dengan pola pengasuhan yang diterapkan oleh para
orang tua ada harapan bahwa anaknya kelak menjadi anak yang pintar dan
dapat berguna serta mempunyai kelakuan yang baik, sehingga dapat menjaga
adalah hal yang terpenting dalam sebuah keluarga maka bila anak
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anaknya. Karena tidak ada orang
tua yang mau melihat anaknya susah karena mendapat suatu masalah.
diketahui antara lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat
keluarga, anak sering dijadikan pertimbangan oleh sepasang suami istri untuk
oleh anak dalam kehidupan orang tua. Peranan yang dimaksud meliputi baik
peranan ideal, peranan yang seharusnya dan peranan yang nyata dilakukan
oleh anak untuk orang tua. Peranan tersebut mencakup peranan yang
dilakukan pada saat orang tua masih hidup maupun setelah orang tua
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
meninggal, dan dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain dari segi religius,
Bali. Nilai anak dalam segi keagamaan, dilandasi oleh adanya prinsip utang
(hutang) secara timbal bulik antara orang tua dan anak. Pembayaran hutang
Nilai anak dalam kehidupan sosial, tampak dalam hal anak berperan
sebagai penerus keturunan dan sebagai ahli waris. Dalam peranannya sebagai
ahli waris, anak tidak semata-mata mewarisi harta peninggalan orang tua
(warisan yang bersifat material), akan tetapi juga mewarisi kewajiban adat
materi. Bantuan tenaga kerja anak mempunyai arti penting dalam hal anak
sebagai tenaga kerja keluarga dalam usaha tani keluarga. Bantuan ekonomi
anak dalam bentuk materi, oleh para orang tua diakui sangat penting artinya
maupun negatif. Nilai psikologis positif dapat dilihat dari adanya kenyataan
yang dialami oleh para orang tua bahwa anak dapat menimbulkan perasaan
aman, terjamin, bangga dan puas. Perasaan semacam ini umumnya dialami
oleh pasangan suami istri yang telah mempunyai anak laki-laki. Para orang
tua merasa puas, aman dan terjamin karena yakin telah ada anak yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lingkungan kerabat maupun masyarakat. Selain itu, anak juga dirasakan dapat
dan menghangatkan hubungan suami istri. Nilai psikologis yang negatif dapat
dilihat dari adanya kenyataan yang dialami oleh beberapa orang tua yang
Bali tapi juga banyak berlaku pada banyak keluarga seperti dikeluarga Jawa.
Keluarga Jawa memberikan nilai pada anak itu tinggi. Nilai anak yang
dibedakan dalam berbagai segi seperti segi religius, sosial, ekonomi, dan
Selain nilai yang dibedakan peran juga dibedakan antara anak laki-
sudah tidak dapat dipungkiri lagi memang ada di banyak masyarakat. Banyak
orang menganggap hal itu hal biasa dan menjadi satu hal yang lumrah terjadi
disosialisasikan untuk menjadi lebih aktif dan tegas, sedang anak perempuan
lebih pasif dan tergantung. Hal ini disebabkan pria harus bersaing dalam
masyarakat yang bekerja, sedang wanita menjadi istri dan ibu dalam
terjebak dalam budaya patriarki, contoh sederhana saja, bayi laki-laki biasa
sesuatu yang bernuansa pink. Apabila melihat laki-laki memakai baju pink
atau ada laki-laki senang dengan warna pink itu akan menjadi satu hal yang
aneh dan dianggap tidak wajar karena warna pink itu dianggap milik
perempuan.
Lalu, ada hal lagi yang sering dilakukan namun lepas dari
bermain di halaman dan Wati membantu ibu di dapur. Atau Ibu membeli
sayur ke pasar dan Ayah pergi ke kantor. Penggalan kalimat itu rasanya
sudah melekat dalam kepala dan itu dijadikan 'referensi’ bahwa di situlah
terjadi dalam keluarga karena kuatnya paham patriakhi, yaitu paham yang
besar terletak di dalam keluarga dan para korbannya adalah anak-anak yang
menjawab. Namun, hasil dalam jurnal ini adalah bahwa diskriminasi anak
Jurnal ini menantang citra populer keluarga sebagai entitas homogen altruistik
kesetaraan dan keadilan sosial. Kedua aspek ini, itu disampaikan, sangat
anak. (B Rwezaura, The value of a child: marginal children and the law in
makin terpinggirkan, dan ketika dewasa kaum perempuan ini akan sulit untuk
masa depan, penerus perjuangan atau kader Ini tentu benar. Akan tetapi, yang
kerap dilupakan adalah peranan itu sendiri bagi anak-anak. Bukan saja masa
depan anak-anak, tapi juga hari ini dan masa lalu bagi mereka.
kepada siapapun, termasuk kepada sekolah yang paling mahal. Ini mengingat
lain. Yang tak kalah pentingnya adalah bermain dengan anak dimana bisa
memasukkan pil-pil positif saat hatinya senang. Kalau melihat ilustrasi milik
Profesor Marian Diamond tentang otak yang dirangsang dan otak yang tidak
distimulasi punya koneksi yang cukup banyak. Sementara, otak yang jarang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menentukan ketika dewasa. Koneksi yang bagus akan membuat orang lebih
seterusnya.
(realitas).
kesulitan, dan lain-lain. Memang, hampir semua orang tua sudah melakukan
pengungkapan yang mendidik tetapi ada yang hanya didiamkan; ada yang
memang didasari kesadaran untuk mendidik tetapi ada yang hanya karena
reaksi atau emosi sesaat. Sebut saja misalnya mengatakan si anak itu
pemalas dengan nada marah atau kesal pada saat tidak merapikan tempat
perniknya. Akibatnya, mau tidak mau, muncul efek kurang peduli atau
muncul efek tidak mau susah ikut memikirkan persoalan anak. Mungkin ada
karena di rumahnya tidak ada yang mengontrol atau tidak ada mendorong
dan peduli.
Semua sudah yakin bahwa pada setiap bayi yang lahir ke dunia ini
sedemikian rupa keyakinan itu ada, namun dalam prakteknya kerap lupa.
Terkadang kurang adil dalam melihat sosok si anak. Letak ketidakadilan itu,
misalnya, ketika yang ditemukan atau yang berusaha untuk menemukan dari si
anak itu adalah keburukannya. Fatalnya lagi, terkadang keburukan itu dijadikan
enam komentar negatif untuk setiap satu dorongan yang positif. Bagaimana
diawasi dan diupayakan asas keadilan tadi. Sebab, kalau hanya memuji terus
namun mengabaikan teguran atau koreksi yang faktanya dibutuhkan, ini juga
bisa membikin anak salah persepsi. Salah persepsi akan sama bahayanya
3. Definisi Operasional
3.1. Keputusan
keputusan:
sedang terjadi.
keadaan susah maupun senang. orang tua terutama ibu adalah orang yang
melahirkan kita dan beliau yang membesarkan kita hingga kita bisa seperti
sekarang ini. walaupun kita sering berkelahi dengan orang tua kita, kita
yakin bahwa orang tua kita pasti sangat sayang dengan kita hanya kita tidak
3.3. Pendidikan
(http://alen83.blogspot.com/)
kedua, dimana kata "anak" merujuk pada lawan dari orangtua, orang
dewasa adalah anak dari orangtua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
Walaupun begitu istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan mental
("anak".http://id.wikipedia.org/wiki/Anak)
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karena di desa ini semakin banyak anak perempuan yang diberi kesempatan
3. Sumber Data.
a. Para orang tua yang memiliki anak laki-laki dan perempuan yang
b. Wawancara mendalam
c. Dokumentasi
a. Populasi
menjadi populasi.
b. Sampel
sendiri. Tentang siapa dan berapa jumlah sampel sangat tergantung dari
yang diambil tidak mutlak jumlahnya, artinya sampel yang akan diambil
kualitatif sampel bukan mewakili populasi, akan tetapi sampel berfungsi untuk
merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik. Maksud
kedua dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar
dimana peneliti cenderung memilih responden yang dianggap tahu dan dapat
orang tua yang sedang diteliti, maka peneliti mencari orang tua yang
Kedungsono.
2. Anak perempuan
Dalam hal ini sampel yang dipilih adalah anak perempuan desa
Kedungsono.
Dalam hal ini sampel yang dipilih adalah Bapak Kepala Desa dan Kepala
Dusun.
6. Validitas Data.
a. Reduksi Data.
b. Sajian Data.
dapat dilakukan.
c. Penarikan kesimpulan.
Dari sajian data yang telah tersusun, selanjutnya peneliti dapat menarik
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
reduksi data dan sajian data dengan maksud semua data yang dikumpulkan dapat
data sudah berakhir, maka dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan pada semua
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
dingin sehingga sangat cocok untuk tanaman perkebunan seperti kopi dan
kacang kedelai, kacang tanah, kacang merah, padi sawah, ubi kayu, bawang
perekonomian, adapun hewan yang diternak antara lain sapi, kerbau, ayam
Adapun jumlah Kepala Keluarga dari setiap dusun adalah sebagai berikut :
2. Batas Wilayah
Tabel 2.1
Batas Wilayah Desa Kedungsono
Moden, Bayan, serta para staf – staf, tapi selain itu juga pemerintahan desa
3. Luas Wilayah
Tabel 2.2
Tata Guna Lahan di Desa Kedungsono
1. Jumlah Penduduk
besar merupakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi
produktif dan belum produktif. Selain itu juga dapat menjadi petunjuk bagi
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
5-9 90 75 165
15-19 75 51 126
1.182 jiwa, disusul penduduk belum produktif (0-14 tahun) yang berjumlah
697 jiwa dan penduduk non produktif (50-58 tahun) sebanyak 459 jiwa.
kelompok usia 30-39 tahun, yaitu sebanyak 153 jiwa dan untuk kelompok
yaitu berjumlah 1.234 jiwa. Selain itu dapat diketahui perbedaan antara
Tabel 2.4
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
(Bagi Umur 4 tahun keatas)
dilihat dari jumlah lulusan Akademi atau Perguruan Tinggi yang berjumlah
29 orang dan lulusan SLTA sebanyak 265 orang. Hal ini memberikan suatu
Kedungsono.
agama yang mereka anut. Adapun keadaan penduduk menurut agama dapat
Tabel 2.5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2 Kristen 15 0,48
3 Katolik 3 0,09
4 Hindu - -
5 Budha - -
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk yang
orang saja.
pekerjaan mereka.
Tabel 2.6
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa sebagian besar warga Desa
penduduk Desa Kedungono yang bekerja sebagai petani sendiri sejumlah 364
orang atau 8,46%, sedangkan yang bekerja sebagai buruh tani atau petani yang
tidak mempunyai sawah sendiri 1.597 orang atau 37,10%, sedangkan yang
sebagai buruh industri 304 orang 7,06%, sedangkan yang bekerja sebagai buruh
pegawai negeri sipil TNI POLRI 337 dan 79 orang atau 7,83% dan 1,83%,
Tabel 2.7
Keadaan Sarana Perekonomian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1 Pasar Desa 2
2 Toko 9
3 Warung 19
4 Koperasi Unit Desa 1
5 Koperasi Simpan Pinjam 1
6 Lumbung Desa 1
Sumber : Monografi Kelurahan Kedungsono 2008
jumlah pasar 2 buah, toko 9 buah dan warung ada19 buah. Di Desa
Kedungsono terdapat sebuah Koperasi Unit Desa (KUD) yang berguna untuk
Tabel 2.8
Keadaan Peternakan Penduduk
1 Sapi Perah 21
2 Sapi Biasa 25
3 Kerbau 24
4 Kambing 93
5 Kuda 1
6 Ayam Kampung 604
7 Ayam Ras 4.350
8 Itik 300
9 Angsa Itik 32
Sumber : Monografi Kelurahan Kedungsono 2008
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berikut , sapi perah dipelihara warga sejumlah 21 ekor, sapi biasa 25 ekor,
sejumlah 604 ekor, memelihara ayam ras 4.350 ekor, itik sejumlah 300 ekor
Tabel 2. 9
Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran
Warga Desa Kedungsono
Pekerjaan Pendapatan Pengeluaran
Pengusaha Rp 2.500.000 Rp 2.000.000
PNS Rp 1.200.000 Rp.1.000.000
Pedagang Rp 800.000 Rp 750.000
Pensiunan Rp 750.000 Rp 500.000
Petani Rp 750.000 Rp 700.000
Buruh Industri Rp 600.000 Rp 550.000
Buruh Bangunan Rp 600.000 Rp 600.000
Buruh Tani Rp 500.000 Rp 450.000
Buruh Angkutan Rp 500.000 Rp 450.000
Sumber : Monografi Kelurahan Kedungsono 2008 (diolah)
tiga bagian yaitu pendapatan Tinggi ≥ Rp. 1.000.0000 yaitu Pengusaha dan PNS,
pendapatan sedang ≤ Rp. 900.0000 yaitu pedagang dan pensiunan dan pendapatan
rendah ≤ Rp. 700.000 yaitu buruh industri, buruh bangunan, buruh tani dan buruh
angkutan dan rata – rata yang dapat menyekolahkan anaknya adalah yang
dijadikan salah satu tolok ukur kemajuan daerah tersebut. Oleh karena
Tabel 2.10
Jumlah Sarana Pendidikan
1 Kelompok Bermain -
2 TK 2
3 SD 2
4 SLTP 2
5 SLTA 1
Sumber : Monografi Kelurahan Kedungsono 2008
pusat kota.
Tabel 2.11
Jumlah Sarana Peribadatan
1 Masjid 8
2 Mushola 6
3 Gereja 2
4 Wihara -
Sumber : Monografi Kelurahan Kedungsono 2008
tersebut.
dijadikan salah satu tolok ukur kemajuan sarana kesehatan pada daerah
berikut :
Tabel 2.12
Jumlah Sarana Kesehatan
1 Puskesmas 1
2 Apotik 1
3 Posyandu 2
4 Praktek Dokter 1
5 Rumah Bersalin 1
Tabel 2.13
Jumlah Organisasi Sosial
1 Karang Taruna 24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2 Gotong Royong 15
3 Kelompok Tani 25
Sumber : Monografi Kelurahan Kedungsono 2008
2. Sarana Perhubungan
Tabel 2.14
Jumlah Sarana Perhubungan
1 Jalan 8
2 Jembatan 6
Sumber : Monografi Kelurahan Kedungsono 2008
terdiri dari dua jenis yakni jalan dan jembatan. Secara umum kondisi
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menyajikan hasil penelitian beserta dengan
pembahasannya :
1. Profil Responden
sebagai berikut :
a. Ibu Sarti
adalah SLTP dan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Selain itu
b. Ibu Warni
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Bapak Harno
c. Bapak Waloyo
d. Bapak Widodo
e. Ibu Reni
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
f. Fitriani
Kedungsono.
g. Poppy Sintya
Kedungsono.
h. Suratmi
Kedungsono.
i. Eni Susanti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
j. Bapak Supriadi
k. Bapak Djono
triangulasi sumber.
tangga tetapi di sisi lain ia juga sebagai ketua ibu-ibu PKK di Desa
Kedungsono.
n. Bapak Sardiyiono
Matriks 3.1
Profil Responden
Pendidikan
No Nama Umur Status/Pekerjaan
Terakhir
1 Ibu Sarti 39 SLTP Ibu Rumah Tangga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penelitian ini adalah pilihan untuk memberikan kesempatan atau tidak untuk
pendidikan tinggi itu memiliki beberapa alasan dan juga beberapa alasan dan
kesempatan pendidikan tinggi bagi anak perempuan dan anak laki – lakinya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
anak perempuannya tidak terlepas dari keinginan untuk merubah nasib, supaya
yang di alami orang tuanya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harno (49
“ pendidikan iku penting banget kanggo anak. Kula ngarepna anak kula
duwe masa depan sing apek ben ora koyo kula nyekolahne anak
wedokku tekan perguruan tinggi”
Artinya : pendidikan itu penting sekali buat anak. Saya berharap anak
saya punya masa depan yang bagus biar tidak seperti saya yang menjadi
petani, maka saya menyekolahkan anak perempuan saya sampai ke
perguruan tinggi.
pendidikan tinggi bagi anak perempuan supaya tidak mempunyai nasib yang
sama dengan orang tua yang hanya berprofesi sebagai petani karena rendahnya
“ Alasanku ngulihake anak wedhok ben ora dadi ibu rumah tangga tok
tapi ben duwe kemampuan seng duwur lan pendidikan iku iso ngurangi
kebodohan”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Artinya : Alasan anak perempuan saya kuliahkan biar tidak jadi ibu
rumah tangga saja tapi biar punya kemampuan yang tinggi dan
pendidikan itu bisa mengurangi kebodohan”.
anak juga karena orang tua melihat lingkungan sekitar dimana banyak kita
temui contoh bahwa seseorang yang memiliki pendidikan tinggi maka akan
yang bagus seperti yang diutarakan oleh Bapak Widodo (50 tahun) yang
sebagai berikut :
“ Alasanku nguliahke anakku ben iso duwe pekerjaan seng apek, soale
aku delok tangga – tanggaku seng kuliah iku duwe jabatan lan
pekerjaan seng netep opo meneh aku juga delok anak – anak seng ora
kuliah iku akhire uripe susah soale entuk kerjaan susah lan nek entuk
kerjo juga seadanya koyo buruh tani utawo dadi tukang bangunan seng
penghasilane sitik lan ora iso jamin urip neng ngarep, lan kalaupun
terpaksa anak – anak iku merantau neng luar jawa utawo neng luar
negeri, makane delok kenyataan seng koyok ngono aku bekali anakku
karo pendidikan seng duwur ben nasibe ora koyo anak – anak kuwi”
Artinya : Alasan saya menguliahkan anak saya agar bisa mendapatkan
pekerjaan yang bagus, karena saya melihat tetangga – tetangga yang
kuliah itu mendapatkan jabatan dan juga pekerjaan yang tetap, apalagi
ditambah dengan saya melihat anak – anak yang tidak kuliah itu
akhirnya hidupnya susah karena mendapat pekerjaan yang susah dan
kalaupun dapat kerja maka yang didapat seadanya seperti buruh tani
atau tukang bangunan yang penghasilannya hanya sedikit dan tidak bisa
menjamin hidup di depan, dan kalaupun terpaksa anak – anak itu pergi
keluar jawa ataupun ke luar negeri, maka dengan melihat kenyataan
tersebut saya membekali anak saya dengan pendidikan yang tinggi agar
nasibnya tidak seperti anak – anak tersebut.
Selain alasan – alasan yang telah disebutkan di atas maka ada juga
anak – anaknya yaitu supaya memperoleh masa depan yang lebih baik. Seperti
yang diungkapkan oleh Ibu Warni (55 tahun) seorang janda yang berprofesi
orang tua seperti ibu Warni yang hanya berprofesi sebagai Guru SD bukanlah
oleh pola pikir yang sudah mulai berubah perkembangan jaman yang semakin
maju. Para orang tua menganggap bahwa pendidikan itu penting walaupun
dilihat dari faktor ekonomi keluarga tergolong ekonomi yang rendah. Para
orang tua tetap berusaha untuk bisa menyekolahkan anak perempuannya untuk
Ketika keadaan ekonomi tidak menjadi suatu halangan bagi orang tua
masih ditemui orang tua yang membedakan kesempatan pendidikan antara anak
laki – laki dan anak perempuannya yaitu Bapak Waloyo (52 tahun) yang
memberikan pendidikan tinggi kepada anak laki – lakinya dan pada anak
tinggi bagi seorang anak perempuan itu akan sia – sia karena pada akhirnya
akan kembali ke dapur juga padahal secara ekonomi Bapak Waloyo ini mampu
walaupun hanya berprofesi sebagai seorang tani tapi bisa dikatakan sebagai
petani yang sukses karena mempunyai lahan pertanian yang luas, seperti yang
“ Aku mikire pendidikan duwur – duwur kanggo anak wedok iku bakale
sia – sia soale yen dipikir mengko akhire bar nikah anak anak wedok
iku yo balik neng dapur, tapitapi nek anak lanang kan seng perlu kerjo
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lan duwe kewajiban kanggo nafkahi keluarga dadi sing duwur ben iso
tok gaweanne gampang”
“ Kata Bapak, tidak ada gunanya kuliah mas, nanti akhirnya cuma jadi
ibu rumah tangga, ngurusi anak. Sebenarnya juga ingin kuliah mas tapi
berhubung bapak tidak mendukung jadi cuma sampai SMA saja ”
kurangnya kesadaran para orang tua tentang pentingnya pendidikan tinggi bagi
Para orang tua biasanya tidak membedakan perlakuan antara anak laki–
laki dan anak perempuan tapi ketika harus membuat pilihan antara anak laki –
laki dan perempuan maka pilihan orang tua jatuh pada anak laki – laki untuk
mendapatkan pendidikan tinggi seperti yang diungkapkan oleh Ibu Reni (43
tahun) yang memiliki satu anak laki – laki dan satu anak perempuan, maka
keperguruan tinggi kepada anak laki – lakinya dan bagi anak perempuannya
“ Sebenere aku ora mbedakno anak lanang karo anak wadon tapi
kedaan ekonomi seng ora nyukupi, lan kanggo pendidikan iku seng
luweh diutamakke anak lanang”
keputusan dimana yang biasanya hanya berurusan dengan sektor domestik saja
tapi sekarang diberi wewenang lebih seperti untuk mengambil keputusan salah
satunya adalah dalam hal pendidikan anak – anaknya. Dulu para suamilah yang
mutlak dalam pengambilan keputusan dan dalam segala urusan rumah tangga.
Tapi perkembangan jaman yang semakin modern maka para isteri diberi
Salah satu alternatif yang dilakukan oleh orang tua agar tetap bisa
dengan memilih perguruan tinggi yang dekat dengan tempat tinggal sehingga
biaya yang dikeluarkan akan sedikit, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Warni
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
“ anak-anak saya, saya kuliahkan ditempat yang dekat saja di Solo biar
bisa meringankan biayanya, kalau kuliah di Soloi maka tidak perlu
biaya untuk kos atau biaya untuk makan, jadi biaya untuk kuliah anak-
anak saya tidak terlalu berat “
Matrik 3.2
Keputusan Orang Tua dalam Memberikan Kesempatan Kepada Anak
Untuk Memperoleh Pendidikan Tinggi
No Nama Alasan
1 Bapak Harno Pendidikan itu penting sekali buat anak. Saya berharap
anak saya punya masa depan yang bagus biar tidak
seperti saya yang menjadi petani, maka saya
menyekolahkan anak perempuan saya sampai ke
perguruan tinggi.
2 Bapak Alasan saya menguliahkan anak saya agar bisa
Widodo mendapatkan pekerjaan yang bagus, karena saya melihat
tetangga – tetangga yang kuliah itu mendapatkan jabatan
dan juga pekerjaan yang tetap, apalagi ditambah dengan
saya melihat anak – anak yang tidak kuliah itu akhirnya
hidupnya susah karena mendapat pekerjaan yang susah
dan kalaupun dapat kerja maka yang didapat seadanya
seperti buruh tani atau tukang bangunan yang
penghasilannya hanya sedikit dan tidak bisa menjamin
hidup di depan, dan kalaupun terpaksa anak – anak itu
pergi keluar jawa ataupun ke luar negeri, maka dengan
melihat kenyataan tersebut saya membekali anak saya
dengan pendidikan yang tinggi agar nasibnya tidak
seperti anak – anak tersebut.
3 Bapak Saya berpikir pendidikan tinggi buat anak perempuan
Waloyo nanti kan menjadi sia – sia karena kalau difikir nanti
kalau sudah menikah maka anak perempuan itu akan
kembali ke dapur, tapi kalau anak laki – laki yang perlu
kerja dan mempunyai kewajiban untuk menafkahi
keluarga jadi perlu pendidikan yang tinggi agar
mendapat pekerjaan yang mudah.
4 Ibu Wiwik bahwa disetiap kumpulan PKK kita memberikan
(Ketua PKK) penjelasan mengenai pentingnya persamaan kedudukan
antara perempuan dan laki-laki, biasanya di waktu
tertentu kita kedatangan anggota LSM yang
memberikan penjelasan mengenai gender. Di situ
dijelaskan tentang apa itu gender dan apa itu kodrat.
Termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam bidang
pendidikan anak perempuan sangat perlu diberikan
pendidikan tinggi guna menghadapi globalisasi. Jadi
masyarakat desa sini terutama ibu-ibu semakin mengerti
bahwa anak perempuan perlu mendapat perlakuan yang
sama dengan anak laki-laki termasuk dalam bidang
pendidikan.
(Sumber: Data Primer diolah, Oktober 2009)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan stimulus atau rangsangan melalui proses pengindra. Hasil dari proses
oleh stimulus tersebut. Persepsi merupakan suatu proses yang dipelajari melalui
karena adanya interaksi dan belajar dengan orang lain. Persepsi seseorang
kesempatan pendidikan tinggi kepada kedua anak laki-laki dan satu anak
perempuannya dengan alasan bahwa pendidikan itu penting bagi seorang anak
maka perlulah anak itu dibekali pendidikan agar bisa bersaing dengan jaman
pendidikan tinggi dan kemudian dengan keahlian yang dimiliki bisa menjadi
perempuan akan mendapatkan masa depan yang cerah seperti yang diharapkan
Bapak Widodo.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pendidikan itu tidak penting bagi seorang anak perempuan itu sekarang
memberikan kesempatan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan salah
satunya adalah dalam hal pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sarti
yang memiliki tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan, Ibu Sarti
“ Anak lanang lan anak wedok iku duwe hak sing padha, yen anak
lanangku kuliah yo anak wedokku tak kuliahke ben ora ana sing ngeroso
dibedakake, opo meneh kerjoku yo cukup mapan lan gajiku sing tetep
angger wulan dadine kanggo opo duwitku nek ora kanggo sekolah-sekolah
anak-anakku, lan nek dipikir ilmu iku ora bakal ilang”.
Artinya : anak laki-laki dan anak perempuan itu memiliki hak yang sama,
jika anak laki-laki saya kuliah maka anak perempuan saya juga harus kuliah
biar tidak merasa dibedakan, apalagi saya memiliki pekerjaan yang mapan
dan mendapatkan gaji yang tetap tiap bulannya mendapatkan gaji yang tetap
jadi buat apa uang saya kalau bukan untuk sekolah anak-anakku, kalau
dipikir ilmu itu tidak akan hilang.
dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian dari orang tua sekarang memandang
bahwa pendidikan tinggi itu penting bagi seorang anak baik anak laki-laki
maupun anak perempuan tanpa harus ada pembedaan. Apalagi ditambah saran
dan prasarana untuk pendidikan tinggi seperti sudah ada dan semakin maju
tempat kuliah yang dekat tempat tinggal maka akan hal tersebut akan
tinggi, karena dengan tempat kuliah yang dekat maka biaya yang akan
dikeluarkan akan semakin sedikit. Dan kualitas dari tempat kuliah itu sendiri
yang sudah bagus dan tidak kalah dengan tempat kuliah yang lain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(LPM) mengungkapkan :
pendidikan tinggi maka otomatis akan memajukan sumber daya manusia dan
Matrik 3.3
Persepsi Orang tua Terhadap Kesempatan
Pendidikan Tinggi Bagi Anak Perempuan
No Nama Alasan
1 Bapak Saya memberikan pendidikan sampai keperguruan tinggi
Widodo kepada anak-anak saya agar dengan pendidikan tinggi yang
dimiliki maka anak-anak saya akan bersaing pada jaman
sekarang ini, dan dengan pendidikan tinggi yang saya berikan
maka saya berharap mereka akan memperoleh masa depan yang
cerah
2 Ibu Sarti anak laki-laki dan anak perempuan itu memiliki hak yang sama,
jika anak laki-laki saya kuliah maka anak perempuan saya juga
harus kuliah biar tidak merasa dibedakan, apalagi saya memiliki
pekerjaan yang mapan dan mendapatkan gaji yang tetap tiap
bulannya mendapatkan gaji yang tetap jadi buat apa uang saya
kalau bukan untuk sekolah anak-anakku, kalau dipikir ilmu itu
tidak akan hilang
3 Bapak warga Desa Kedungsono semakin menyadari betapa pentingnya
Sardiyono pendidikan tinggi bagi anak-anaknya. Mereka berpandangan
bahwa baik anak perempuan maupun anak laki-laki sebenarnya
mempunyai kesempatan yang sama. Kami perangkat desa
melalui wadah LPM ini juga ikut mendorong agar warga desa
agar berusaha sekeras mungkin untuk bisa mengkuliahkan
anaknya baik anak perempuan maupun laki-laki, karena kualitas
sumber daya manusia di desa ini masih sangat kurang, sehingga
kami mempunyai pandangan bahwa kalau banyak warga desa
yang berpendidikan tinggi bisa turut memajukan desa ini
(Sumber: Data Primer diolah, Oktober 2009)
mengunjungi rumah Bapak Harno. Bapak Harno merupakan salah satu orang
tua yang mempunyai anak perempuan sedang berkuliah, selain itu Bapak Harno
juga mempunyai beberapa anak laki-laki yang justru tidak mau meneruskan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pendidikan yang lebih tinggi. Kebetulan rumah Bapak Harno cukup berdekatan
dengan Ibu Warni. Ibu Warni merupakan salah satu responden yang akan
diwawancarai oleh penulis. Keluarga Bapak Harno dan Ibu Warni sudah cukup
Desa Kedungsono.
rata memang seperti keluarga Bapak Harno dan Ibu Warni. Mata pencaharian
mereka mayoritas adalah petani. Rumah cukup luas tapi hanya berlantai dari
semen. Dari pengamatan yang dilakukan penulis memang bahwa kondisi sosial
Secara sadar ataupun tidak sadar, kebudayaan turut mempengaruhi sikap dan
pergaulan yang luas akan mampu mengubah sedikit demi sedikit kebudayaan
yang selama ini dianut oleh suatu masyarakat. Walaupun kebudayaan jauh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
menyatakan bahwa budaya yang dulu menyatakan bahwa anak laki-laki itu
berjalannya waktu yang telah merubah pola pikir orang tua sehingga
bahwa :
“ walaupun aku Cuma tani tapi aku kudu nyekolahke anak lanang lan
anak wedok padha, yen anak lanang kuliah bererti anak wedok yo kudhu
kuliah soale pendidikan saiki penting kanggo anak lang lan anak wedok,
tapi meng anak wedokku sing kuliah sebenere pengene anak lanang lan
anak wedok kuliah kabeh tapi anak lanangku moh kuliah dadine Cuma
anak wedok sing kuliah”.
Artinya : walaupun saya cuma tani tapi mesti menyekolahkan anak laki-
laki dan anak perempuan itu sama. Kalau anak laki-laki kuliah berarti
anak perempuan juga harus kuliah karena pendidikan itu sama pentingnya
antara anak laki-laki dan anak perempuan, tapi Cuma anak perempuan
saya saja yang kuliah sebenarnya keinginan saya anak laki-laki dan anak
perempuan saya yang kuliah.
dulu menganggap bahwa pendidikan tinggi bagi seorang anak perempuan itu
bulan tidak tetap, dan untuk itu bisa memenuhi kebutuhan – kebutuhan dalam
“ aku cuma tani dadi aku entuk duit yo soko hasil tani kuwi wae ora
tentu nek hasil panenne lagi apik yo lumayan iso balik modal lan
luweh bejo entuk untunge dadine aku nambahi penghasila karo
nyambi dadi buruh bangunan, soale hasile lumayan kanggo nyukupi
kebutuhan sedino”.
Artinya : saya cuma tani jadinya saya mendapatkan uang dari hasil
tani dan hasilnya tidak tentu kalau hasil panennya lagi bagus ya
lumayan bisa balik modal dan kalau beruntung maka akan
mendapatkan untung, maka dari itu untuk menambahi penghasilan
saya juga menjadi buruh bangunan, karena hasilnya lumayan bisa
menutupi kebutuhan sehari hari
daerah lain seperti Jakarta. Yang menjadi TKI atau TKW juga banyak
mas”
.
Pernyataan tersebut didukung oleh Bapak Bambang Murwanto selaku
Sekretaris Desa Kedungsono :
“..dari data yang saya peroleh memang banyak warga yang meminta
surat keterangan yang akan digunakan untuk merantau. Dan rata-
rata alasan mereka merantau adalah untuk mencari uang agar bisa
membiayai pendidikan anak-anaknya.”
Dengan keadaan ekonomi yang bisa dikatakan tidak tentu maka banyak
dari isteri-isteri yang bekerja di luar negeri sebagai TKW untuk bisa
“ bojoku lungo neng arab kanggo bantu biayai kuliah anak wedok
ben iso kuliah, sedurunge sih aku isih kuat biayai kuliah anak
wedokku tapi selot sue kebutuhan kanggo kuliah koyo kos, mangan
tambah larang dadine aku wis ora kuat dadine bojoku lungo neng
arab kanggo bantu biaya kuliah, soale nanggung yen kuliahe kudu
didekke lan sia-sia biaya sing ditokke.
Artinya : isteri saya pergi ke Arab untuk membantu biaya anak
perempuan agar bisa kuliah, sebelumnya saya masih kuat membiayai
kuliah anak perempuan saya tapi semakin lama kebutuhan untuk
kuliah seperti kos, makan semakin lama semakin mahal maka dari itu
saya sudah tidak kuat sehingga isteri saya pergi ke Arab agar bisa
membantu biaya kuliah, karena sudah terlanjur kuliah kalau mau
berhenti akan menjadi sia-sia biaya yang dikeluarkannya selama ini.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Djono (50 tahun) selaku Kepala
Dusun Kedungsono :
Ya mas, koyo dene garwane pak Harno sing lilo adoh karo
keluargane dadi tenaga kerjo luar negeri, mung supoyo anake kuliah.
Neng daerah kene iku duwe anak sing kuliah wis bangga banget mas
Artinya : ya mas, seperti istri dari Bapak Harno yang rela jauh dari
keluarga untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita keluar negeri, hanya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Kondisi Psikologis
melanjutkan keperguruan tinggi. Motivasi ini tidak hanya tumbuh dalam diri
anak sendiri tapi juga dapat muncul karena adanya daya penggerak dari pihak
lain dalam hal ini adalah orang tua baik ayah maupun ibu sehingga anak jadi
Tetapi hal yang berbeda di ungkapkan oleh Suratmi (21 tahun) yang
memutuskan untuk tidak kuliah dan menjadi tukang jahit :
“ Buat apa mas kuliah nanti paling cuma jadi ibu rumah tangga,
saya menyadari kalau saya tidak pintar nanti kalau kuliah Cuma
buang-buang uang karena kata orang-orang kuliah itu sulit ”
antara lain yaitu keinginan orang tua yang menginginkan anak perempuannya
tidak ada maka kecil kemungkinan bagi seorang anak perempuan untuk bisa
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sarti (39 tahun), sebagai berikut:
Artinya: Siapa yang tidak bangga kalau anaknya bisa kuliah mas, ya
masalah biaya kuliah seperti transport, kos, buku, foto copy itu
memang banyak, tapi bagaimana caranya tetap saya usahakan,
meskipun harus berhutang
Jadi orang tua di Desa kedungsono seperti Bapak Harno dan Ibu Sarti
Matrik 3.4
Faktor – Faktor Yang Melatarbelakangi Keputusan Pendidikan
Tinggi Bagi Anak Perempuan
Faktor-Faktor Yang
Keterangan
Melatarbelakangi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN
tua yang satu dengan yang lain itu berbeda dalam menilai suatu objek, seperti
kesempatan pendidikan tinggi bagi anak perempuan itu, penting sebagai bekal
agar bisa bersaing pada zaman sekarang dan tidak perlu adanya pembedaan
atau masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal yang selama ini dianggap
yang memang sudah seharusnya demikian. Dalam hal ini adanya kesadaran
bahwa pendidikan tinggi menjadikan masa depan lebih baik, baik bagi anak
dikhawatirkan akan bernasib sama dengan orang tuanya yang rata-rata hanya
harapan yang khas pula, yakni harapan akan nasib atau kehidupan yang baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut orang tua akan bekerja keras guna membiayai
anak-anaknya agar bisa kuliah. Ada yang bekerja ganda baik sebagai petani
sekaligus menjadi buruh bangunan dan ada pula yang merantau keluar negeri
tinggi kepada anak perempuannya tidak lepas dari keinginan untuk merubah
kesusahan seperti yang dialami orang tuanya, karena dapat dikatakan bahwa
keluarga yang kurang mampu. Sebab sumber daya manusia yang rendah tidak
anak perempuan untuk bekerja pada batas kemampuannya. Hal ini sesuai
dengan salah satu langkah dalam proses dialektis yang diungkapkan Berger
struktur naluri yang tidak lengkap yaitu tidak terarah dan kurang terspesialisasi.
adalah usaha manusia untuk menghadapi realitas dunia. Orang tua di Desa
bekerja ganda selain menjadi petani merangkap juga menjadi buruh bangunan
dan ada pula yang merantau ke luar negeri atau keluar kota. Realitas yang lain
adalah bahwa ada kebanggaan tersendiri, bila ada anaknya kuliah dan selain itu
martabat keluarga akan terangkat dan lebih terpandang bila ada anaknya yang
Berger. Dalam proses internalisasi ini individu mulai sadar dan menyerap hal-
hal yang telah diobjektifasi, orang tua di Desa Kedungsono menyadari betapa
perempuan untuk bekerja pada batas kemampuannya, yaitu hanya pada sektor
seorang anak juga karena orang tua melihat lingkungan sekitar dimana banyak
kita temui contoh bahwa seseorang yang memiliki pendidikan tinggi maka akan
yang lebih baik. Kesadaran ini telah diserap oleh orang tua dan anak mereka.
kuliah agar nasib mereka tidak seperti orang tuanya dan mempunyai kehidupan
mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada
tindakan orang lain. Dalam hal ini keputusan orang tua dalam memberikan
orang tua ini disertai dengan dukungan, pertimbangan dan usaha, mempunyai
arti subyektif yaitu ikut terlibat dalam menentukan pendidikan tinggi bagi anak
perempuan. Tindakan orang tua ini diarahkan kepada anak perempuannya agar
empat tipe, di mana semakin rasional tindakan sosial tersebut, maka semakin
mudah untuk dipahami dan keempat tipe tersebut antara lain Zwerkational,
hal yang penting bagi anak baik laki-laki maupun perempuan, hal ini dikatakan
sebagai tindakan afektual (affectual action) artinya dalam tindakan ini dilandasi
oleh perasaan atau emosi yang merupakan refleksi intelekual atau perencanaan
pertimbangan logis atau kriteria lain. Tindakan dari orang tua yang
didorong oleh perasaan emosional seperti bila anaknya kuliah maka menjadi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kebanggaan tersendiri bagi keluarganya dan bila anaknya menjadi sarjana maka
diarahkan kepada orang lain. Tidak semua kehidupan kolektif memenuhi syarat
sebagai antar hubungan sosial, dimana tidak ada saling penyesuaian (mutual
orientation) antara orang yang satu dengan orang yang lainnya maka di situ
tidak ada antar hubungan sosial. Dalam konsep ini tindakan orang tua
perempuannya. Dan dalam hal ini diarahkan kepada anak perempuan. Di sini
penyesuaian dari orang yang dituju dari tindakan tersebut. Hal tersebut dapat
dilihat dari reaksi anaknya terhadap keputusan orang tua untuk memberikan
dengan tema yang diambil dalam penelitian ini, maka teori yang
merujuk kepada karya Mac Iver, Znaniechi dan Parsons (Ritzer,2003 :38)
2. Sebagai subjek orang tua bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-
bagi anak perempuan adalah untuk merubah nasib, supaya hidup anak
bekerja pula sebagai buruh bangunan, menjadi TKI atau TKW dan ada pula
yang berhutang.
perempuan lebih baik menjadi rumah tangga atau percuma bila perempuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bekerja di dapur.
6. Ukuran, aturan atau prinsip – prinsip moral diharapkan timbul pada saat
1. Adanya individu sebagai aktor, dalam hal ini adalah orang tua di Desa
Kedungsono.
tertentu yang dalam hal ini adalah dalam memberi keputusan untuk
tinggi, orang tua mencari atau berusaha dengan berbagai cara untuk mencari
bekerja rangkap selain menjadi petani bekerja juga sebagai buruh bangunan,
merantau ke luar kota atau keluar negeri, mencari pinjaman dan lain
sebagainya.
Kendala tersebut berupa situasi dan kondsi. Dalam hal ini adalah situasi dan
tinggi bagi anak perempuan berada di bawah kendala dari nilai – nilai,
ditentukan oleh orang tua itu sendiri dalam memilih alternatif yang
Tabel 3.1
Tingkat Pendidikan Anak Keluarga Responden
Rosalia Indah SD
Kasmi Sarjana
Ibu Warni
Juwari Sarjana
Slamet SLTP
Bapak Harno
Sriyono SLTP
Oktaviano Diploma
Bapak Supriyadi dengan Ibu Wiwik
Ridwan SLTA
Wulandari
Ririn Aryani SLTP
Bagas Saputra SD
Murwanto SLTA
Sardiyono
Anggit Pradana SLTA
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
dengan perguruan tinggi. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh orang
tua yang memberikan kesempatan atau tidak menjadi anak perempuan untuk
itu penting supaya anak perempuannya tidak memiliki nasib yang sama dengan
orang tua, salah satu contohnya adalah jika orang tua berprofesi sebagai petani,
maka orang tua berharap anaknya kelak akan memperoleh pekerjaan yang lebih
baik dan tidak berprofesi sama dengan orang tuanya yaitu sebagai petani.
Orang tua melihat lingkungan sekitar rumah atau para tetangga yang
bisa mendapat pekerjaan yang didapatkan adalah pekerjaan yang seadanya atau
dengan cita-cita orang tua, bakat serta minat anak dengan harapan setelah
orang tua adalah sebagai sarana persiapan kehidupan yang akan datang. Para
orang tua berfikir bila pendidikan itu penting maka akan memberikan bekal
kelamin.
1. Implikasi Empiris
cukup baik, hanya saja kesadaran dan keinginan untuk memberi kesempatan
faktor sosial, ekonimi, norma atau pandangan dari masyarakat itu sendiri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pandangan bahwa perempuan hanya akan menjadi ibu rumah tangga saja
satu alternatif yang diambil adalah dengan cara memilih tempat kuliah yang
dekat dengan rumah sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak
Pemberian yang sama antara anak laki-laki dan anak perempuan akan
anak laki-laki. Nantinya akan banyak ditemui anak perempuan yang tidak
hanya bekerja pada sektor domestik saja. Akan tetapi adanya kesempatan
dalam hak yang sama antara anak lak-laki dan anak perempuan. Hal
tersebut penting oleh karenanya tidak perlu pembedaan antara anak laki-laki
a) Karena anaknya ingin maju dan tidak hanya jadi ibu rumah tangga
saja.
pendidikan tinggi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
akan memperoleh masa depan dan juga persepsi itu hasil pembentukan dari
pengalaman dari orang tua. Pandangan atau persepsi orang tua di Desa
itu penting sebagai bekal agar bisa bersaing pada zama sekarang dan tidak
perempuan.
bahwa anak perempuan itu cukup bisa menulis saja maka sekarang anak
2. Implikasi Teoritis
anaknya tidak sama dengan nasib orang tuanya. Bisa disimpulkan pula
bahwa hal ini menandakan bahwa orang tua di Desa Kedungsono mulai
tinggi kepada anak perempuan tentunya orang tua memiliki harapan yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
khas tergadap hal ini. Harapan akan nasib dan kehidupan yang lebih baik
dimasa yang akan datang. Untuk mewujudkannya maka orang tua akan
keluar negeri bahkan ada yang hutang. Hal tersebut dilakukan guna
memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Hal ini diserap oleh orang tua dan
Max Weber dan memandang manusia adalah sebagai aktor yang kreatif
dalam realitas sosialnya sebab di lihat dari tindakan orang tua di Desa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
anak perempuannya.
dipahami sewaktu dia membuat pilihan atau putusan antar tujuan yang
lingkungan yang terdiri dari objek fisik dan sosial, norma-norma dan nilai-
nilai.
sosial dan usaha untuk mencari dana guna membiayai kuliah. Dengan
yang lebih baik, mendapat pekerjaan dan jabatan yang lebih baik pula.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jadi dengan menggunakan konsep dari Berger dan teori aksi dalam
3. Implikasi Metodologi
antara lain :
penelitian ini adalah kepala Desa Kedungsono, kepala Dusun, orang tua dari
anak perempuan yang kuliah atau sarjana dan anak perempuan yang kuliah
dan sarjana.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diikuti dengan penyusunan sajian data yang berupa contoh atau uraian yang
sistematik.
terdapat dalam penulisan reduksi data dan sajian data. Secara metodologi,
hasil penelitian ini tidak dapat dibuat generalisasi dan hanya berlaku pada
B. SARAN
bagi:
pendidikan tinggi.
3. Bagi anak yang di berikan kesempatan berkuliah oleh orang tua harus bisa
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Tri Marhaeni P. 2008. Konstruksi Gender Dalam Realita Sosial. Semarang.
UNNES press.
Berger, Peter L, 1985, Humanisme Sosiologi, Penerbit Inti Sarana Aksara, Jakarta
Berger, Peter L, dan Luckman Thomas, 1990, Tafsir Sosial atas Kenyataan:
Sebuah Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan, Penerbit LP3ES,
Jakarta
Horton, Paul B dan Hunt Chester L, 1999, Sosiologi; Jilid I, Erlangga, Bandung.
Ihromi, T.O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Salim, Agus, 2001. Teori Paradigma Penelitian Sosiologi (Dari Denzim Guba Dan
Penerapannya). Yogyakarta: Tiara Wacana
Jurnal Internasional
B Rwezaura, 2008, The value of a child: marginal children and the law in
contemporary Tanzania, www.findtoyou.com.