Anda di halaman 1dari 3

Berbicara mengenai pendidikan tentunya bukan suatu hal yang baru.

Sesuai dengan bunyi undang-


undang pembukaan-undang dasar 1945 bahwa pendidikan adalah segala bangsa yang artinya bahwa
pendidikan berhak di dapatkan oleh setiap orang. Dalam menunjang pendidikan seperti yang dimaksud
dalam undang-undang tersebut mendapatkan banyak tantangan dan halangan dalam mewujudkannya,
baik disebabkan oleh masalah internal maupun eksternal.

Dari sebagian orang masih banyak yang terhentikan bahwa pendidikan itu tidak terlalu penting, apalagi
bagi seorang perempuan. Masalahnya muncul dari orang tua yang kurang paham terhadap pendidikan
sehingga mereka mengabaikan begitu saja pentingnya pendidikan eksternal bagi anak-anak. Contoh di
pedesaan ketika disuruh untuk melanjutkan pendidikan, sebagian dari mereka banyak yang memilih
untuk bertani daripada bersekolah, karena bagi mereka pendidikan ini hanya menghabiskan biaya dan
tenaga. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi bahwa pendidikan bukanlah satu-satunya
masalah menghabiskan biaya ataupun tenaga tetapi pendidikan akan dapat membawa kita ke suatu
perubahan terhadap pemikiran maupun perilaku laku.

Masyarakat di desa tidak mengindahkan hal ini, namun hanya sebagian dari mereka melawan adanya
pemikiran yang mengatakan bahwa pendidikan itu penting. Ditambah lagi dengan banyak anak-anak
usia dini yang lebih memilih untuk mengikuti orang tuanya bertani ke daerah-daerah lain di banding
tinggal di kampung untuk bersekolah. Ini bukan semata mata salah siswa itu sendiri, melainkan ini juga
kekurangan pehamaman orang tua, bahwa anak tidak boleh di bawah ke sawah. Karena anak-anak ini
harus bersekolah demi menunjang pehamaman pada dasarnya untuk menempuh pendidikan yang lebih
tinggi kelak.

Selain permasalahan tersebut banyak juga ditemukan anak-anak di sekolah dasar yang sulit menerima
pelajaran di sekolah. Bukan karena mereka tidak bisa tapi juga terdapat kekeliruan dari cara mengajar
gurunya yang belum sepenuhnya memahami konsep media pembelajaran yang tepat bagi anak
tersebut.

Anak-anak di pedesaan juga banyak yang tidak mau bersekolah karena dari sebagian anak ada yang
merasa terbebani dengan tugas sekolah, sehingga timbul rasa malas. Contoh pernah terjadi di sekolah
dasar yang ada di Desa soki, siswa ini jarang sekali mengikuti kegiatan pembelajaran, ketika suatu hari
pihak sekolah mendatangi kediaman siswa tersebut, ketika di tanya hal apa yang menyebabkan dia tidak
mau ke sekolah untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa ini menjawab"saya tidak pernah ke
sekolah, karena saya tidak bisa mengerti terhadap materi-materi yang dijelaskan, sedangkan teman-
teman saya bisa". Guru yang menangani siswa ini pun memberikan pehamaman dan semangat agar
siswa tersebut mau naik kembali.
Jika kita telaah dengan baik, permasalahan yang terjadi ini bukan hanya terjadi sekali tapi sering, apalagi
di desa-desa. Sehingga diperlukan perhatian yang lebih serius agar permasalahan ini tidak terjadi lagi di
masa yang akan datang. Diperlukan perhatian dan sosialisasi agar tujuan pemerataan pendidikan dapat
dipenuhi sesuai dengan yang diinginkan oleh Kemendikbud. Selain itu juga fasilitas yang harus diberikan
kepada siswa yang kurang mampu agar mereka lebih bersemangat untuk melanjutkan sekolah, karena di
pedesaan banyak anak-anak yang terhenti pendidikannya karena masalah ekonomi. Orang tua/wali
murid tidak mampu untuk membeli seragam dan kelengkapan belajar lainnya karena tidak memiliki
biaya.

Anak-anak di desa banyak yang hanya tinggal bersama neneknya. Nenek inipun juga untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri susah apalagi untuk memenuhi biaya pendidikan cucuknya. Sehingga mau
tidak mau nenek inipun menghabiskan kegiatan sehari-harinya hanya bermain dan membantu neneknya
untuk bekerja di rumah dan di sawah. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa harus mampu membawa
perubahan seperti mengadakan kegiatan belajar yang lebih menarik disetiap sorenya.

Pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia apalagi di era modern seperti ini. Pemahaman
pendidikan seharusnya ditingkatkan agar kita dapat bersaing dan agar tidak tertindas oleh
perkembangan zaman. karena itu seharusnya pemerintah mampu memberikan sosialisasi di pedesaan
agar masyarakat atau anak-anak usia sekolah mau bersekolah dan menempuh pendidikan sesuai dengan
gambaran pendidikan yang sesuai dengan umurnya. Hal ini mungkin suatu dobrakan yang diharapkan
bisa mengubah pemikiran orang tua agar mau mengikuti program pemerintah untuk menyekolahkan
anak-anaknya minimal 12 tahun. Karena jika mereka tidak mampu untuk bersekolah sampai perguruan
tinggi setidaknya mereka pernah menempuh pendidikan di suatu lembaga pendidikan.

Anak-anak yang pernah menempuh pendidikan dengan yang tidak pernah menempuh pendidikan
memiliki perbedaan yang sangat kontras. Dapat dilihat dari cara menghadapi suatu permasalahan, orang
yang tidak pernah menempuh pendidikan mereka cenderung mencari semena-mena dibandingkan
dengan orang yang menempuh pendidikan. Orang yang pernah melewati jenjang pendidikan mereka
akan cenderung memikirkan solusi serta dampak dari suatu permasalahan tersebut. Meskipun demikian
kita tidak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya karena hal ini kembali lagi pada diri masing-masing
individu. Kita tidak boleh menyamaratakan antara yang satu dengan yang lain karena dari setiap orang
diberikan kemampuan dan jalan takdirnya masing-masing.
Semoga kita semua tetap terus mau belajar dan menempuh pendidikan. Tetap bersemangat dalam
menjalankan suatu roda kehidupan agar mampu membawa perubahan bagi diri sendiri maupun bagi
orang-orang disekitar kita.

BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

AKTUAL BERMANFAAT INSPIRATIF MENARIK MENGHIBUR UNIK

BERI KOMENTAR

Beri Komentar Mengenai Artikel Ini…

Kirim

Anda mungkin juga menyukai