Anda di halaman 1dari 4

EKSISTENSI KOMPANG DI RIAU PADA ERA MILENIAL

Aaisyel Islaami Mar’iy, Mohd. Rian Ramadhan, M. Zeta Cannavaro Pratama, Radetama Hutasoit.

Kelas 10.12, Sekolah Menengah Atas Negeri 8, Pekanbaru, Riau, Indonesia.


E-mail: sulismayati15@guru.sma.belajar.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mencari terkait keberadaan kompang. Kompang mengusung warna
lokal yang mencerminkan budaya masyarakat, pewarisan tradisi telah berlangsung dari masa ke masa,
dari generasi ke generasi, dan dari orang tua ke anaknya. Saat ini dibumi melayu kompang masih
digunakan diberbagai daerah untuk menyambut para tamu terkemuka dan acara-acara penting. Di Riau
pesisir,terutama Bengkalis masih ada grup-grup kompang remaja, bahkan disetiap desa bisa ada leebih
dari satu grup kompang. Besar harapan kami agar tradisi kompang ini agar selalu lestari di Bumi Melayu
kita dan semakin banyak kelompok-kelompok grup musik kompang, semakin banyak pembina dan
ekstrakulikuler Melayu. Artikel ini membahas tentang eksistensi kompang di Riau pada era milenial.
Kompang merupakan instrumen musik tradisional yang telah menjadi bagian penting dari budaya Riau
selama berabad-abad.

Namun, dengan perkembangan zaman dan pengaruh budaya global, ada kekhawatiran bahwa
eksistensi kompang dapat terancam. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi eksistensi kompang di Riau pada era milenial, serta menyoroti upaya yang dilakukan
untuk mempertahankan dan mempromosikan keberlanjutan budaya ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan wawancara dengan para
pemain kompang dan tokoh budaya di Riau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terdapat
tantangan yang dihadapi, eksistensi kompang di Riau masih kuat pada era milenial.Salah satu faktor yang
mempengaruhi eksistensi kompang adalah peran kelompok komunitas dan lembaga budaya dalam
melestarikan dan mengajarkan kompang kepada generasi muda. Mereka menyelenggarakan pelatihan,
pertunjukan, dan kompetisi untuk mempromosikan kesenian ini.

Selain itu, perkembangan teknologi dan media sosial juga telah membantu meningkatkan
kesadaran dan apresiasi terhadap kompang di kalangan milenial. Video, rekaman, dan acara langsung
melalui platform digital memungkinkan penyebaran kompang ke berbagai daerah dan generasi.
Artikel ini menyimpulkan bahwa eksistensi kompang di Riau pada era milenial tetap kuat berkat upaya
kolektif komunitas budaya, dukungan pemerintah, dan penggunaan teknologi. Penting bagi semua pihak
untuk terus bekerja sama dalam melestarikan dan mengembangkan keberlanjutan budaya ini agar
kompang dapat terus menjadi warisan yang berharga bagi masyarakat Riau dan generasi mendatang.

Kata Kunci: kompang, Riau, era milenial, budaya, eksistensi, keberlanjutan.

Abstract

  This study aims to explore the existence of "kompang" and its significance as a local
cultural expression reflecting the traditions passed down from generation to generation in Riau.
Currently, kompang is still used in various regions to welcome distinguished guests and mark
important occasions. In the coastal areas of Riau, particularly Bengkalis, there are still several
youth kompang groups, with multiple groups even present in each village. Our hope is that this
kompang tradition remains sustainable in our Malay land, with an increasing number of
kompang music groups, facilitators, and Malay extracurricular activities.

This article discusses the existence of kompang in Riau during the millennial era.
Kompang is a traditional musical instrument that has played a significant role in Riau's culture
for centuries. However, with the advancement of time and the influence of global culture, there
are concerns about the potential threat to the existence of kompang. The purpose of this article is
to analyze the factors influencing the existence of kompang in Riau during the millennial era and
highlight the efforts made to preserve and promote this cultural heritage.

The research methodology employed in this study includes literature review and
interviews with kompang players and cultural figures in Riau. The findings reveal that despite
the challenges faced, the existence of kompang remains strong in Riau during the millennial era.
One of the factors influencing its existence is the role of community groups and cultural
institutions in preserving and teaching kompang to the younger generation. They organize
training sessions, performances, and competitions to promote this art form.

Furthermore, the development of technology and social media has contributed to


increasing awareness and appreciation of kompang among millennials. Through videos,
recordings, and live events on digital platforms, kompang can reach diverse regions and
generations.

In conclusion, this article emphasizes that the existence of kompang in Riau during the
millennial era remains robust due to the collective efforts of cultural communities, government
support, and the utilization of technology. It is crucial for all parties to continue working together
to preserve and develop the sustainability of this cultural heritage, ensuring that kompang
remains a valuable legacy for the people of Riau and future generations.
Keywords: kompang, Riau, millennial era, culture, existence, sustainability.
PENDAHULUAN
Pendahuluan:

Eksistensi kompang di Riau merupakan fenomena budaya yang memiliki nilai sejarah
dan artistik yang sangat penting. Sebagai esensial budaya melayu, kompang telah menjadi bagian
tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Riau selama berabad-abad. Namun, dalam era
milenial yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya global, keberadaan
kompang dihadapkan pada tantangan yang serius.

Kompang, dalam budaya Riau, bukan hanya sekadar alat musik, tetapi juga memiliki
makna yang dalam dan menjadi simbol identitas budaya masyarakat Riau. Dalam setiap acara
adat, pernikahan, atau festival budaya, kompang selalu menjadi pengiring yang memberikan
semangat dan keindahan tersendiri.

Namun, westernisasi yang terjadi pada era milenial ini telah berdampak pada penurunan
minat dan apresiasi terhadap kompang. Anak-anak muda cenderung lebih tertarik dengan musik
modern dan budaya barat yang mendominasi media massa dan platform digital. Oleh karena itu,
penting untuk memahami dan mengkaji lebih dalam mengenai eksistensi kompang di Riau pada
era milenial.

Melalui artikel ini, kami akan mencoba menjelaskan faktor-faktor yang memiliki
pengaruh terhadap eksistensi kompang di Riau pada era milenial. Kami akan menganalisa peran
komunitas budaya, teknologi, dan upaya pemerintah dalam melestarikan dan mempromosikan
keberlanjutan budaya kompang di Riau.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang eksistensi kompang di Riau pada era
milenial, diharapkan dapat memberikan wawasan yang berguna bagi para pembaca untuk
menghargai dan mempromosikan keberlanjutan budaya ini.

METODE
Metode berisi pendekatan atau langkah-langkah analisa atau penerapan penelitian atau
pengabdian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembahasan mengenai hasil penelitian atau pengabdian disajikan dalam bentuk uraian,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif

KESIMPULAN
Kesimpulan mengindikasikan secara jelas hasil-hasil yang diperoleh dan kemungkinan
pengembangan penelitian atau pengabdian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka dibuat menurut standar APA (American Psychological Association).

Anda mungkin juga menyukai