Anda di halaman 1dari 9

NILAI-NILAI DALAM KEARIFAN LOKAL

MAKNA DAN NILAI-NILAI TARIAN SIPAKARENNU DAN TARI


MASSEMPE DALAM FESTIVAL SALO KARAJAE

DISUSUN OLEH :

NUR SALSABILA SULAEMAN

(18.1100.023)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

TAHUN AJARAN 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kuliah lapangan untuk memenuhi tugas mata kuliah dari Nilai-nilai
Pendidikan Dalam Kearifan Lokal Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri Parepare.

Nama: Nur Salsabila Sulaeman

Nim: 18.1100.023

Prodi: Pendidikan Agama Islam

Telah diperiksa dan disetujui

Parepare,04 Oktober 2019

Dosen Pengajar

M. Taufiq Hidayat Pabbajah, M.A


DAFTAR ISI

Halaman judul

Lembar pengesahan

Daftar isi

Halaman gambar

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Tujuan
1.3 Ruang lingkup materi

BAB II DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan budaya terbesar dan terbanyak di dunia.


Hal ini terefleksikan dalam budaya adat seperti bahasa, lagu, tarian, dan lainnya. Di
setiap provinsi, terdapat tarian khas yang merupakan ciri provinsi tersebut serta
menunjukkan identitas suku dan kepribadian masyarakatnya. Beberapa tarian
mengalami perkembangan dan perubahan-perubahan seiring berjalannya waktu
mengikuti perubahan zaman.

Namun, ada pula tarian adat yang tetap teguh tidak mengikuti perubahan.
Dewasa ini, hal-hal berbau adat menghadapi tantangan, mulai dari minat
masyarakat berkurang serta kurangnya orang yang mau berkontribusi terhadapnya.
Tarian baru juga berjamur di masyarakat, contohnya tari Sipakarennu dan tari
Massempe yang ditampilkan pada pagelaran Salo Karajae di Tonrangeng. Hal ini
membuat saya tertarik membuat paper atau tulisan mengenai tarian yang cukup
memiliki daya tarik ini.

1.2 TUJUAN

Mengapresiasi tarian Sipakarennu dan tarian Massempe yang digelar pada festival
Salo Karajae.

1.3 RUANG LINGKUP MATERI

Menjelaskan tentang makna tarian Sipakarennu dan tarian Massempe.


BAB II

DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

Budaya bangsa Indonesia yang sangat kaya merupakan identitas bangsa


yang dikagumi oleh bangsa lainnya. Dengan keanekaragam budaya, bangsa
Indonesia tetap kokoh dalam bingkai persatuan dan kesatuan. Budaya dalam bentuk
tarian mengalami inovasi dan semakin menambah khasanah budaya khususnya
tarian Indonesia. Di Sulawesi Selatan, ada banyak macam jenis tarian seperti tari
paddupa untuk penyambutan sampai tarian yang baru seperti tari sipakarennu dan
tari massempe.

Pada festival Salo Karajae, panitia dalam hal ini pemerintah kota Parepare
turut memasukkan kedua tarian tersebut ke dalam susunan acara di festival
tersebut.Menurut penuturan masyarakat, tarian Massempe baru terdengar, sama hal
nya dengan tari Sipakarennu. Tari massempe biasanya dilakukan pada hari raya
panen sebagai bentuk rasa syukur. Tari sipakarennu dibawakan langsung oleh
Sanggar Seni Latenri Bali.
BAB III

PEMBAHASAN

Selama kurang lebih 4 sampai 5 hari, di Tonrangeng digelar festival Salo


Karajae. Festival ini merupakan festival tahunan yang selalu dinanti oleh
masyarakat parepare. Festival Salo Karajae memiliki daya tarik bagi warga
Parepare, bahkan masyarakat dari luar Parepare sampai dari luar negeri tertarik
untuk berkunjung atau sekedar menikmati suasana festival.
Festival Salo Karajae menyajikan hiburan dan edukasi yang menarik.
Banyak perlombaan, mulai dari lomba menangkap bebek, perlombaan dayung,
dan lomba-lomba lainnya yang diikuti masyarakat sekitar. Tidak kalah, jajanan
atau stan kuliner menghiasi festival Salo Karajae. Mulai dari jajanan tradisional
sampai yang modern bisa ditemukan di festival ini.
Namun, disamping semua itu, pemerintah khususnya Dinas Pemuda dan
Olahraga punya tujuan khusus dalam melaksanakan festival Salo Karajae yaitu
memamerkan kekayaan budaya yang menjadi kebanggaan Sulawesi Selatan
agar dapat diapresiasi oleh warga Parepare khususnya generasi muda atau
milenial yang saat ini sering dipandang kurang memiliki minat terhadap hal-hal
berbau budaya.
Dengan upaya tersebut, diharapkan masyarakat tahu akan budayanya dan
dapat menghargai serta mengamalkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan
sehari-hari. Pergeseran moral akibat globalisasi membuat generasi muda punya
tantangan lebih untuk mengembangkan budayanya, mulai dari melakukan
inovasi, mengadakan akulturasi, dan hal pemasaran yang sulit karena minat
masyarakat berkurang.
Berlangsungnya festival Salo Karajae, diisi oleh banyak penampilan budaya
mulai dari nyanyian, tarian, dan busana. Dari berbagai penampilan tersebut, ada
dua tarian yang membuat masyarakat tertarik yaitu tari sipakarennu dan tari
massempe. Kedua tarian itu, kurang akrab di masyarakat. Membedah definisi
secara bahasanya, sipakarennu dalam bahasa bugis yaitu saling membutuhkan
dan massempe dalam bahasa bugis yaitu menendang-nendang.
Dalam berbagai literatur dan fakta sosial ekonomi masyarakat bugis,
sipakarennu merupakan prinsip yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika menyelenggarakan sebuah acara atau pesta, warga Bugis akan beramai-
ramai untuk saling membantu dan turut berbahagia. Begitu pun halnya ketika
warga ditimpa kesulitan dan duka, masyarakat akan berbondong-bondong
berbagi duka bersama keluarga atau tetangganya.
Tarian massempe yang dibawakan oleh Sanggar Seni Latenri Bali ini,
menurut beberapa warga biasa dijumpai pada perayaan hari panen. Dalam
berbagai kesempatan hari raya panen, masyarakat bugis sering mengadakan
tarian atau acara sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang diterima.
Bidang agraria yaitu pertanian memang menjadi sumber pencaharian utama
warga di berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Disamping kontroversi akan
bagaimana memaknai hari raya panen, hal ini memberi pelajaran bahwa kita
harus mensyukuri nikmat yang kita dapatkan dari Tuhan Y.M.E.
Tari sipakarennu dipentaskan pada malam hari di festival Salo Karajae,
diiringi dengan musik bertempo cepat dengan alat musik gendang dan alat
musik bambu. Sedangkan jumlah penarinya ialah 3 sampai 5 orang membawa
kipas. Tari sipakarennu sangat kental dengan budaya bugis, ditambah dengan
penari dan pemusik menggunakan pakaian adat bugis. Ada yang berwarna
merah, hijau, hitam, dan warna lain yang sering dipakai di pakaian adat bugis.
Dihiasi dengan pabbekkeng atau sabuk dan topi khasnya membuat masyarakat
tertarik melihat tarian tersebut.
Sedangkan tari massempe, bisa dijumpai di Kabupaten Bone. Tarian
massempe biasanya diawali dengan duel para pria dengan tendangan atau kaki
sebagai tumpuan mengalahkan lawannya. Tarian massempe identik dengan silat
namun menggunakan kaki untuk menjatuhkan lawan. Pemuda Bugis memang
terkenal tangkas dan pantang menyerah karena mengamalkan nilai budaya siri'.
Tari massempe pada festival Salo Karajae dibawakan oleh 5 orang dengan
pakaian adat bernuansa biru keemasan. Tari massempe menunjukkan identitas
masyarakat Bugis yang tangkas, kuat, dan gigih untuk mencapai tujuannya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Keanekaragaman budaya adalah identitas bangsa Indonesia yang patut kita
banggakan. Dengan budaya, bangsa kita akan terpandang di hadapan bangsa
lainnya. Budaya juga dapat menyatukan, budaya juga bisa menjadi tonggak
kemajuan bangsa Indonesia dalam berkreasi dan berinovasi.
Salah satu bentuk budaya, yaitu tarian yang bisa kita jumpai di belahan
manapun di Indonesia. Salah satunya berada di Sulawesi Selatan. Ajang festival
Salo Karajae yang baru-baru ini terselenggara, menjadi panggung bagi budaya-
budaya agar dapat diapresiasi masyarakat khususnya generasi muda.
Tarian yang dipentaskan yaitu tarian sipakarennu dan tarian massempe yang
mempunyai makna dan nilai penting yang patut diaktualisasikan dalam
kehidupan. Tari sipakarennu mengajarkan nilai kebersamaan dan persatuan
serta kekompakan yang tercermin dari betapa kompaknya alunan musik dan
tarian indahnya. Tari massempe merefleksikan ketangguhan dan keberanian
masyarakat bugis.
Makna nilai-nilai tersebut yang bisa kita gunakan sebagai patokan untuk
lebih maju atau prinsip kita bersama. Dengan melestarikan budaya, bangsa kita
akan semakin tersohor dan suatu hal berharga yang begitu indahnya bisa kita
wariskan ke generasi berikutnya dalam bentuk tarian atau budaya lainnya.

Anda mungkin juga menyukai