Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Pesta Kesenian Bali (PKB) adalah parade atau festival kesenian tahunan yang diprakarsai
oleh Pemerintah Provinsi Bali, serta dijadikan sebagai wadah aktivitas dan kreativitas para
seniman dalam upaya mendukung program pemerintah dalam hal penggalian, pelestarian, dan
pengembangan nilai-nilai seni budaya Bali. Dasar Penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali adalah
Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 07 Tahun 1986 tentang "Pesta Kesenian Bali" yang
kemudian direvisi dengan Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 4 Tahun 2006. Materi pokok
PKB secara garis besar terdiri dari; pawai, parade, lomba, pagelaran, pameran, sarasehan dan
pelatihan.

Pesta Kesenian Bali yang digelar pertama kali pada tahun 1979, berlangsung kurang lebih
2 bulan (20 Juni 1979 sampai dengan 23 Agustus 1979). Dalam sejarah perjalanannya, pada
umumnya PKB selalu dibuka oleh pejabat tinggi negara. Hanya pada PKB yang pertama kali
tahun 1979 dibuka oleh Prof DR. Ida Bagus Mantra (alm.) yang saat itu menjabat Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Bali sekaligus sebagai penggagas PKB. Selebihnya PKB dibuka oleh
Menteri, Wakil Presiden, Presiden dan Ibu Negara.

Pesta Kesenian Bali diselenggarakan sebagai upaya persembahan karya cipta seni terbaik
masyarakat. Masyarakat dapat memilih antara kesenian dan kerajinan, profan dan sekuler,
pesanan ataupun kreativitas murni masyarakat Bali. Kesemua itu dikerjakan dengan semangat
"persembahan". Perbedaan itu tidak mengurangi hakikat berkesenian. Kegiatan berkesenian
didasari oleh motivasi sebagai persembahan yang terbaik dan “spirit” dalam segala aktivitas
masyarakat Bali.

Gamelan gambang diperkirakan telah muncul pada abad ke-9 di Bali. Di Bali tengah dan
selatan, gamelan gambang dimainkan pada upacara ngaben (Pitra Yadnya), sementara di Bali
timur, gamelan gambang juga dimainkan dalam kaitan upacara odalan di pura-pura (Dewa
Yadnya). Gamelan dipergunakan sebagai sarana pengiring upacara, karena esensinya adalah
untuk membimbing pikiran umat yang sedang mengikuti prosesi, agar terkonsentrasi pada
kesucian, sehingga pada saat persembahyangan pikiran fokus kepada Tuhan. Dalam konteks ini
gamelan memiliki nilai regilius, karena fungsinya sebagai pengiring upacara keagamaan, dan
dapat menambah religiusitas sebuah prosesi keagamaan. Sebagai salah satu instrumen musik
tradisional yang diwarisi masyarakat Bali secara turun temurun, gamelan gambang memiliki
banyak gending (pupuh), namun sebagian besar tanpa disertai teks. Gending-gending gambang
yang lebih popular dengan sekar alit (mecepat), hingga kini masih lestari dalam kehidupan
masyarakat Bali, namun keberadaannya semakin langka. Gamelan gambang merupakan salah
satu gamelan langka dan sakral, termasuk dari barungan alit, yang dimainkan hanya untuk
mengiringi upacara keagamaan. Gamelan gambang berlaras pelog (tujuh nada) dibentuk 6 buah
instrument berbilah. Yang paling dominan adalah 4 buah instrumen berbilah bambu. Yang
dinamakan gambang, terdiri atas bilah paling kecil ke bilah paling besar (pemetit, penganter,
penyelad, pamero, dan pengumbang).

Pembahasan.

Pesta Kesenian Bali ke-45 tahun 2023 mengambil tema "Kerti prabaneka sandi Samudra
Cipta peradaban," yang dapat diterjemahkan sebagai "Kebijaksanaan mempersatukan peradaban
di Samudra yang Luas." Tema ini mencerminkan tekad untuk memadukan berbagai aspek
budaya dan seni dalam konteks peradaban yang lebih luas. Dalam konteks seni musik, tema ini
mencerminkan hubungan yang erat antara seni, budaya, dan alam, serta aspirasi untuk merangkul
keragaman dalam ekspresi seni. Adapun salah satu penampilan memukau dalam Pesta Kesenian
Bali tahun ini yaitu pementasan Gambang, Sanggar Sudamala, Desa Tangkas, Kecamatan
Klungkung sebagai Duta Kabupaten Klungkung serangkaian dengan Pesta Kesenian Bali (PKB)
XLV, Kamis (6/7/2023). Sanggar ini didirikan oleh Mangku I Nyoman Sukarya.

Dalam pergelaran ini, sanggar Sudamala menampilkan penabuh dari generasi tua dan
generasi muda. Bahkan, melibatkan seorang sepuh dibidang Pupuh Gambang. Pada kesempatan
itu, Sanggar Sudamala menyajikan Pupuh Gambang, seperti Pemungkab Lawang, Panji Marga,
Demung, Manukaba atau Mayura dan Pupuh W argasari. Selanjutnya menampilkan Gamelan
Saron yang menyajikan 5 pupuh, seperti Pupuh Abuang, Ratna Mangelo, Ida Bagus Botok,
Gedang Renteng dan Semuran Abuang. Semua pupuh itu tergolong lama dan masih orisinil yang
memang pupuh asli yang dipelajari dari leluhur. Semua itu merupakan tabuh cikal bakal gamelan
Gambang dan Saron yang ada di Desa Tangkas.
Pesta Kesenian Bali tidak hanya mementaskan budaya dan seni tradisional, tetapi juga
menunjukkan pentingnya pelestarian budaya di era modern. Dalam dunia yang terus berubah,
menjaga dan merayakan tradisi adalah kunci untuk menjaga identitas budaya yang kuat. Karena
itu, acara seperti Pesta Kesenian Bali menjadi landasan untuk melestarikan warisan budaya yang
akan diwariskan kepada generasi mendatang.

Pesta Kesenian Bali adalah contoh nyata bagaimana seni dan budaya dapat menjadi alat
untuk merayakan, memahami, dan melestarikan warisan budaya yang unik dan berharga.
Akhirnya, kita harus menghargai peran yang dimainkan oleh acara budaya seperti Pesta
Kesenian Bali dalam melestarikan identitas budaya, mempromosikan budaya Indonesia, dan
menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang seni, musik, dan budaya Bali yang indah.
Dalam dunia yang terus berubah, melestarikan dan merayakan warisan budaya adalah tugas
penting kita sebagai penjaga budaya. Semoga dengan penampilan gamelan Gambang dari
Sanggar Sudamala, Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung sebagai Duta Kabupaten Klungkung
ini dapat menambah minat generasi muda untuk terus melestarikan warisan budaya leluhur yang
sudah diturunkan sejak dulu sehingga tetap bisa didengarkan atau disaksikan oleh generasi-
generasi muda Bali selanjutnya.

Daftar Pustaka

https://isi-dps.ac.id/gamelan-gambang-di-bali-memprihatinkan/

https://youtu.be/RIYs4gcMYow?si=v5WG_SXieaUg0dqy

Anda mungkin juga menyukai