Anda di halaman 1dari 3

AWAL MULA KESENIAN BADAWANG DI RANCAEKEK

Dahulu, Rancaekek merupakan pedesaan yang masyarakatnya mayoritas adalah petani, dan
kehidupan secara kultur dipengaruhi oleh budaya Sunda. Karena saat itu orang-orang yang
berbudaya Sunda diidentikkan dengan agama Islam, maka masyarakat Rancaekekpun sebagian
besar memeluk agama Islam.

Dalam kehidupan bertani, tatkala masyarakat selalu mencari suatu hiburan supaya tidak jenuh
dan sebagai perayaan saat panen atau hajatan diacara pernikahan atau khitanan. Maka tidaklah
heran jika muncul kesenian-kesenian didaerah Rancaekek.

Kesenian Rancaekek lahir bereratan dengan kebudayaan Sunda yang bernuansa Islami.
Contohnya seperti wayang golek, wayang orang, tari wirahmasari, pencak silat, benjang, seni
helaran, dan lain-lain. Sebagai salahsatu sarana dalam berdakwah menyampaikan nilai-nilai
agama Islam kepada masyarakat.

Kesenian helaran salah satunya, yang merupakan kebudayaan khas Jawa Barat atau tepatnya
Kabupaten Bandung. Kesenian helaran atau arak-arakan termasuk ragam kesenian yang bersifat
atraktif dan melibatkan banyak orang diiringi oleh para penari, pencak silat dengan alat musik
gamelan. Dibeberapa daerah terdapat kesenian helaran yang berbeda-beda. Salahsatunya
kesenian Badawang yang lahir dan tumbuh didaerah Rancaekek.

Kesenian Badawang lahir ditengah-tengah masyarakat pedesaan yang berada didaerah


Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek. Tepatnya pada tanggal 20 Mei 1961 yang saat itu juga
hari ulang tahun Kodam VI Siliwangi yang ke-16 dan hari kebangkitan nasional yang ke-53.
Bapak Een Rachmat seorang seniman di Rancaekek mencoba memadukan gerakan serta
langkah kesenian yang ada di Jawa Barat menjadi tari badawang yang menggambarkan
kegembiraan kehidupan dalam masyarakat penuh gairah dan persahabatan kehidupan sosial
untuk penyegaran mental dan mengurangi rasa emosi siapapun yang melakukannya. Tidak
hanya sebagai tontonan, tapi menjadi suatu tuntunan yang datangnya dari pemerintah kepada
masyarakat dan sebaliknya. Pergelaran badawang ini dilaksanakan saat perayaan acara hajatan,
panen dan hari-hari besar nasional saat itu.

Pada tahun 60-an kesenian Badawang lebih banyak dimainkan di desa-desa saja sebagai proses
pengenalan kepada masyarakat disekitar Rancaekek. Dan pada tahun 70-an kesenian Badawang
ini sudah mulai diakui oleh Pemerintah sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Sampai
sekarang kesenian Badawang ini telah berkembang menjadi pertunjukkan yang diminati saat
acara hajatan pernikahan atau khitanan masyarakat atau permintaan pemerintah daerah dan
pusat.
Banyak sekali nilai dan unsur yang terkandung dalam kesenian Badawang ini. Diantaranya nilai
religi, moral, seni, budaya dan pendidikan. Dan unsur bentuk badawang, pemain, alat musik
kesenian badawang, kostum badawang, dan cara memainkan badawang yang semuanya
terdapat makna tersendiri.

Pada awalnya kesenian Badawang adalah tokoh-tokoh pewayangan yang merupakan cerminan
dari perilaku manusia pada umumnya. Seperti lurah Semar, Cepot, Udawala, Gareng, dan lain-
lain. Namun seiring berjalannya waktu tokoh dari badawang mengalami inovasi yang
ditambahkan beberapa karakter dan bentuk yang lebih menarik.

Lingkung Seni Tumaritis dalam perkembangan kesenian Badawang.

Lingkung Seni Tumaritis didirikan oleh Bapak Een Rachmat pada tahun 1961. Nama Tumaritis
sendiri diambil dari sebuah desa atau tempat dalam dunia pewayangan. Tumaritis merupakan
sebuah nama desa yang sangat taat kepada pemerintah. Pemimpinnya saat itu bernama Semar
Badranaya yang mempunyai keluarga yang harmonis dan menjadi tuntunan bagi masyarakat.
Adapun tujuan dibentuknya lingkung seni ini sebagai wadah bagi para seniman Badawang di
Rancaekek untuk dapat menyalurkan jiwa seninya. Banyak sekali kegiatan atau pertunjukkan
yang ditampilkan oleh Tumaritis dalam kesenian Badawang. Karena itu Tumaritis sangatlah
berperan dalam pencipta, pelaku seni dan penjaga kelestarian dari kesenian Badawang ini.

Banyaknya kendala yang terjadi dalam menjaga, melestarikan dan mengembangkan kesenian
Badawang ini. Seperti halnya regenerasi yang sulit dilakukan, pengelolaan keuangan (business
plan), dan kurangnya kreatifitas dari seniman dapat menghambat proses perkembangan
kesenian Badawang ini.

Namun sebenarnya bukan hanya tugas dari Lingkung Seni Tumaritis, atau pemerintah saja yang
bertugas melestarikan kesenian Badawang ini. Kita sebagai masyarakat yang hidup didaerah
Rancaekek mempunyai tugas yang sama dalam menjaga dan melestarikannya.

Dan saat ini munculah kegiatan bernama Festival Badawang yang dipersembahkan oleh
Rancaekek Community dalam rangka merayakan HUT ke 10 tahunnya. Kegiatan ini bertujuan ke
semua bidang mulai dari budaya, sosial, rohani, olah raga, pendidikan, kepemudaan, dan
ekonomi. Terlebih dengan tema yang diusung pastinya arah dari kegiatan ini adalah budaya.

Dengan kegiatan ini diharapkan tujuan-tujuan yang dibuat dapat terlaksana, dari menjaga dan
melestarikan kesenian Badawang, mengangkat nilai dari kebudayaan, edukasi, ekonomi dari
kesenian ini. Rencana output yang akan terjadi setelah kegiatan ini adalah masyarakat semakin
mengenal kebudayaan dan kesenian dari Rancaekek dan Badawang khususnya, menjadikan
maskot kesenian dari Rancaekek yaitu Badawang, menekan para pimpinan untuk dapat
mendatangani perjanjian resmi supaya Badawang selalu ditampilkan atau dipajang saat acara-
acara masyarakat dan pemerintah, dan juga tidak kalah penting menjalankan perencanaan
ekonomi dalam kesenian Badawang ini dengan baik.

Mari kita sama-sama menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah dan ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam membangun daerah Rancaekek ke arah yang
lebih maju..

Anda mungkin juga menyukai