Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Art Center Bali atau sering disebut dengan nama Taman Werdhi Budaya Art Centre Denpasar
merupakan salah satu tempat pementasan seni dan juga tempat untuk mengembangkan bakat
bakat seni yang dimiliki masyarakat Bali. Tempat ini biasanya menjadi tempat
diselenggarakannya pesta kesenian Bali (Bali art festival) setiap tahunnya. Bali art festival
tepatnya diselanggarakan setiap tahun pada bulan Juni sampai bulan Juli. Bagi anda yang ingin
melihat pesta kesenian Bali sebaiknya datang pada bulan Juni sampai bulan Juli. Pesta kesenian
Bali (PKB) dimulai sejak tahun 1979, pembukaanya PKB biasanya dilaksanakan di depan
Monumen Bajra Sandhi. Yang membuka PKB biasanya Presiden RI atau pejabat setingkat
menteri setiap tahunnya. Bali art festival mendapatkan apresiasi penuh dari pemerintah maupun
masyarakat Bali pada khususnya, dengan banyaknya penonton di setiap pembukaan PKB,
maupun pengunjung di Taman Werdhi Budaya Art Centre Denpasar. Pesta kesenian Bali diikuti
oleh seluruh kabupaten di Bali dengan mempertontonkan parade seni yang menjadi ciri khas
masing masing kabupaten di Bali. Baik jenis gambelan, pakaian khas daerah masing-masing
kabupaten yang masing -masing kabupaten yang memiliki perbedaan tersendiri. Selain sebagai
tempat pertunjukan kesenian disini juga dijadikan tempat membudidayakan budaya Bali.

Kesenian Bali sangat beragam dan tak terhitung jumlahnya dengan beribu kebudayaan yang
sangat menarik. Kebudayaan di Bali selalu erat kaitannya dengan keseniannya. Berbicara
mengenai kesenian, Bali memiliki berbagai kesenian yang salah satunya adalah Kesenian
Wayang Kulit Tradisional Bali.

Wayang adalah salah satu seni pertunjukkan yang menjadi warisan leluhur yang terus
berkembang di Pulau Bali. Pada tanggal 7 November 2003, UNESCO menetapkan wayang
sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia
yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol diantara
banyak karya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur,
seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambangan.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa tujuan diadakannya Pesta Kesenian Bali?


1.2.2 Bagaimana cara melestarikan Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali?

1
1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui tujuan diadakannya PKB


1.3.2 Untuk mengetahui cara melestarikan Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi siswa


Siswa diharapkan dapat memahami isi makalah tentang gender wayang, fungsi maupun
bentuknya. Karena sebagai penurus generasi agar dapat melestarikan budaya bali.
1.4.2 Bagi masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat memahami dan memberikan wawasan lebih bagi
masyarakat khususnya masyarakat Bali.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PESTA KESENIAN BALI

Pesta Kesenian Bali diselenggarakan sebagai upaya persembahan karya cipta seni terbaik.
Bilapun kini masyarakat berkeinginan memilih antara kesenian dan kerajinan, profan dan
sekuler, pesanan dan kreativitas murni masyarakat Bali, semua itu mereka kerjakan dengan
semangat persembahan . Perbedaan itu tidak akan mengurangi hakikat berkesenian. Kegiatan
berkesenian didasari oleh motivasi sebagai persembahan yang terbaik dan spirit dalam segala
aktivitas masyarakat Bali.

Seni yang ditampilkan adalah persembahan dan karya cipta yang dihasilkan juga sebagai
persembahan. Hal ini yang masih dijadikan. Persembahan seni dan karya cipta mengandung
makna pembebasan yang iklas yang dalam ajaran Hindu sering disebut dengan yadnya. Yadnya
yang dipersembahkan melalui seni dan karya cipta menjadikan hasil ciptaannya sebagai
persembahan terbaik, maka sedapat mungkin seseorang seniman tidak akan mempersembahkan
miliknya atau karyanya yang paling jelek atau seadanya, apalagi persembahan itu berupa seni
dan karya cipta yang terlahir dari budi daya sebagai hulu cinta kasih dan peradaban rohani seni
masyarakat.

Pesta Kesenian Bali merupakan media dan sarana untuk menggali dan melestarikan seni
budaya serta meningkatkan kesejahteraan. Penggalian dan pelestarian seni budaya meliputi
filosofi, nilai-nilai luhur dan universal, konsep-konsep dasar, warisan budaya baik benda atau
bukan benda yang bernilai sejarah tinggi, ilmu pengetahuan dan seni sebagai representasi
peradaban serta pengembangan kesenian melalui kreasi, inovasi, adaptasi budaya dengan
harapan agar tetap hidup dan ajeg berjcelanjutan dalam konteks perubahan waktu dan zaman
serta dalam lingkungan yang selalu berubah.

2.2 SEJARAH PKB

Menampung hasil karya cipta, seni dan aspirasi berkesenian baik kesenian hasil
rekonstruksi, seni hasil inovasi, atraksi kesenian serta apresiasi seni dan budaya masyarakat ,
maka Pemerintah Provinsi Bali, sejak tahun 1979, oleh Almarhum Ida Bagus Mantra menggagas
dan memprakarsai suatu wadah pesta rakyat, yang sampai sekarang disebut Pesta Kesenian
Bali (PKB), yang pertama kalinya di gelar.

Dasar Penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali adalah Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 07 Tahun 1986 tentang Pesta Kesenian Bali . Pesta Kesenian Bali yang digelar pertama
kali pada tahun 1979, berlangsung kurang lebih 2 bulan tepatnya dari tanggal 20 Juni 1979
sampai 23 Agustus 1979, dan setiap tahun telah memberikan kesempatan untuk menampilkan

3
karya-karya seni terbaik, sebagai wahana pembinaan, pelestarian dan pengembangan seni budaya
masyarakat.Pelestarian seni budaya dengan menampilkan keseniankesenian klasik yang sudah
hampir punah dan terpendam di masyarakat.Melalui Pesta Kesenian Bali, memotivasi
masyarakat untuk menggali, menemukan dan menampilkan kepada masyarakat pada pesta rakyat
ini. Penyelenggaraan PKB dari tahun ketahun telah memberikan nuansa tersendiri bagi keajegan
seni budaya Bali dengan menampilkan thema yang selalu berbeda-beda.Kiranya cara
berkesenian masyarakat Bali yang dipersembahkan kedalam wadah Pests Kesenian Bali, setiap
tahunnya juga berbeda-beda. Seperti pada Pesta Kesenian Bali yang berlangsung Juni 2003 ini
merupakan Pesta Kesenian Bali ke 25 yang bertepatan dengan Jubillium Perak Pesta Kesenian
Bali. Kesempatan ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk melakukan koreksi,
perbaikan dan perubahan serta introspeksi diri, ditengah-tengah keterpurukan kepariwisataan
Bali saat ini.

2.3 TEMA PESTA KESENIAN BALI KE-39

Tema yang diusung dalam pesta kesenian Bali berbeda-beda. Semua di-set berdasarkan
kontinuitas, teks dan kontekstual. Untuk 20162020, temanya Panca Maha Bhuta yang terdiri
dari 5 unsur atau elemen yang membentuk makhluk hidup di antaranya pertiwi (tanah), apah
(air), bayu (udara), teja (cahaya) dan akasa (eter). Dan subtema PKB 2017 ini adalah Ulun Danu
yaitu melestarikan air (apah) sebagai sumber kehidupan.

2.4 WAYANG KULIT TRADISIONAL BALI

Keberadaan seni pewayangan Bali sebagai warisan seni budaya mempunyai makna,
fungsi dan bentuk yang merupakan cerminan dari nilai budaya yang bersumber pada ajaran
agama Hindu di Bali. Nilai filosofis yang terkandung dalam seni pewayangan telah memberikan
identitas terhadap budaya Bali, sehingga memahami seni pewayangan berarti memahami budaya
Bali.

Fungsi dari kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali dapat dibedakan menjadi tiga yaitu,
fungsi wali : pertunjukan wayang berfungsi sebagai bagian dari suatu upacara keagamaan umat
Hindu, fungsi bebali : pertunjukan wayang yang fungsinya sebagai pelengkap suatu upacara
agama yang dilaksanakan, fungsi balih-balihan : pertunjukan wayang yang bersifat tidak sakral
atau hanya sebagai hiburan. Dilihat dari fungai dan jenisnya dalam berbagai upacara,
pertunjukan wayang kulit Bali dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti: wayang sapuh
leger, wayang lemah, wayang sudamala, wayang calonarang maupun wayang peteng.

Wayang Kulit di Bali dengan bermacam-macam fungsi, bentuk dan jenisnya seperti yang
diungkapkan di atas memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan upacara Panca Yadnya dalam
agama Hindu. Upacara Panca Yadnya yang terdiri dari tingkatan Dewa Yadnya, Pitra Yadnya,
Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya dalam pelaksanaan upakaranya sendiri-sendiri
biasanya disertai dengan pertunjukan wayang kulit Bali. Wayang Kulit tersebut berfungsi
sebagai sarana upacara sesuai dengan tingkatan Panca Yadnya tersebut di atas (Tim Peneliti Asti,
1986:20).

4
Oleh sebab itu pementasan kesenian wayang kulit di Bali merupakan sebuah kesenian
yang tidak akan pernah lepas dari unsur keagamaan di Bali. Bisa dikatakan bahwa di semua jenis
upacara keagamaan di Bali dalam konteks Panca Yadnya mulai dari Dewa Yadnya sampai
dengan Bhuta melibatkan pementasan wayang kulit. Dengan ini keberadaan kesenian wayang
kulit ini sangat penting demi kelancaran suatu proses ritual keagamaan di Bali.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung,


menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah Dalang bersama sekaanya dari tahun ke-
tahun. Pendataan jumlah Dalang dan sekaanya dilakukan pada tahun 2006 sampai 2012 dan dari
interval waktu tersebut cenderung terjadi penuruan jumlah Dalang dan sekaanya yang cukup
signifikan yaitu mencapai setengah dari jumlah awalnya. Permasalahan lainnya yaitu mengenai
kualitas Dalang dan penurunan minat masyarakat penanggap kesenian wayang khususnya
masyarakat perkotaan.

Menurut Bapak I Dewa Ketut Wicaksana, S.SP., M.Hum. selaku PD 1 Fakultas Seni
Pertunjukan di ISI, dalam wawancara, mengatakan bahwa telah terjadi penurunan kualitas dalang
dari berbagai aspek. Salah satunya adalah mengenai pengetahuan akan lakon, Dalang saat ini
hanya berjibaku pada dua lakon saja yaitu Wayang Ramayana dan Wayang Parwa, sehingga
pengetahuan akan repertuar atau jenis-jenis lakon lain dari pertunjukan wayang sangat kurang.
Selain itu, jika dibandingkan dengan proses menjadi Dalang pada jaman dulu dengan sekarang,
terjadi perbedaan pada penguasaan mantra-mantra dalam Dharma Pewayangan yang mutlak
harus dikuasai Dalang. Calon Dalang pada jaman dulu benar-benar mempelajari dan memahami
Dharma Pewayangan selama bertahun-tahun, barulah kemudian mempelajari teknis memainkan
atau menggerakan wayang. Namun, pada saat ini dalam jalur institusi pendidikan, yang dipelajari
terlebih dahulu adalah materi umum tentang wayang dan langsung ke teknis memainkan wayang,
setelah itu barulah mulai mempelajari Dharma Pewayangan (Wicaksana, Wawancara, 2015).

Dilihat dari respon masyarakat terhadap pertunjukan wayang menurut I Made Nuarsa,
S.Sn, salah seorang dalang tamatan ISI Denpasar yang sudah sering melakukan pertunjukan di
berbagai daerah di Bali, respon masyarakat di desa lebih baik jika dibandingkan dengan
masyarakat perkotaan. Dijelaskan lagi, pertunjukan wayang di Bali hanya dipentaskan pada saat
ada upacara yadnya tertentu yang membutuhkan pementasan wayang kulit sebagai bagian dari
upacara tersebut atau hanya sebagai pelengkap saja. Pertunjukan wayang biasanya dilakukan di
pura, wantilan/balai banjar suatu desa atau di rumah tempat diselenggarakannya upacara Yadnya.

Hal lain yang juga menjadi masalah adalah kelangkaan dan rendahnya minat para
generasi muda untuk menekuni kesenian wayang kulit ini. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh
pengaruh dari kebudayaan luar yang sudah mulai masuk pada era modern seperti saat ini. Selain
itu pengaruh dari dalam seperti institusi pendidikan formal maupun pembinaan wayang sebagai
warisan leluhur yang kurang memadai di Bali. Permaslahan lainnya adalah pada terbatasnya
sarana dan prasarana yang dapat mendukung pelestarian wayang kulit tersebut.

5
Dengan ini dirasa perlu untuk dibuat sebuah wadah sebagai usaha pelestarian kesenian
wayang kulit tradisional Bali yang mampu menampung segala bentuk kegiatan seni pewayangan
yang ada di Bali dalam konteks usaha Pelestarian. Di dalam wadah ini nantinya akan dilakukan
kegiatan mulai dari kegiatan pelestarian itu sendiri hingga kegiatan pengembangan kesenian
wayang kulit tersebut agar lebih menarik dan inovatif. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit
Tradisional Bali di Kabupaten Badung 4

Wadah tersebut berupa Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di
Kabupaten Badung. Pemilihan lokasi di Badung dikarenakan Badung merupakan salah satu
kabupaten di Bali yang memiliki potensi kesenian yang baik, selain itu juga merupakan sebuah
wilayah yang kaya akan tempat wisatanya dan nantinya pusat pelestarian ini juga mampu
dijadikan potensi untuk mengembangkan pariwisata Badung. Posisi Kabupaten Badung yang
memanjang dari utara ke selatan dan berada di tengah-tengah pulau Bali menjadikan Kabupaten
Badung mudah untuk dicapai dari segala penjuru Bali.

Diharapkan dengan dibangunnya sebuah Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit


Tradisional Bali di Kabupaten Badung sebagai wadah pelestarian kesenian wayang kulit, akan
mampu untuk mempertahankan Kelestarian dalam hal menjaga dan mengembangangkan serta
mempertahankan eksistensinya di era yang semakin modern ini.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.1.1 Tujuan diadakannya PKB adalah untuk melestarikan, mengapresiasi budaya Bali dan untuk
mengembangkan bakat masyarakat Bali dalam bidang seni.

3.1.2 Cara melestarikan wayang kulit adalah dengan wadah berupa pusat pelestarian kesenian
wayang kulit tradisional Bali. Di dalam wadah ini nantinya akan dilakukan kegiatan mulai
dari kegiatan pelestarian itu sendiri hingga kegiatan pengembangan kesenian wayang kulit
tersebut agar lebih menarik dan inovatif. Sehingga masyarakat dapat bergabung
melestarikan kesenian wayang kulit tersebut.

3.2 SARAN

Sebagai generasi muda sudah seharusnya kita menjaga, melestarikan, serta mengapresiasi
budaya yang kita miliki disamping itu kita juga harus membudayakan rasa bangga atas
budaya yang kita miliki.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2017/06/09/ini-jadwal-acara-pesta-kesenian-bali-2017-
402839

http://erepo.unud.ac.id/10445/2/0cbe462b8621bc331b7063335c26c168.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Pesta_Kesenian_Bali

8
LAMPIRAN GAMBAR WAYANG KULIT YANG ADA DI STAND PKB

Anda mungkin juga menyukai