Anda di halaman 1dari 33

ARTIKEL ILMIAH

TARI PIRING SEBAGAI KAJIAN ETNOSAINS PADA


PEMBELAJARAN IPA SMP

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnosains

Oleh :

Nama : Helmaliza Fitri


NIM : 20231017
Kelas : Pendidikan IPA A

Dosen Pengampu: Dr. Skunda Diliarosta, M.Pd

DEPARTEMEN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Tari Piring” sebagai tugas mata kuliah Etnosains dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata dari kami semoga bisa membantu dan
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Padang, 10 November 2022

Penulis

ABSTRAK

2
Sumatera Barat sebagai salah satu daerah tujuan utama wisata di Indonesia tidak
hanya menyediakan keindahan alam saja namun juga keindahan budaya seperti tari-
tarian. Seiring perkembangan zaman, seni budaya tari perlahan-lahan mulai
ditinggalkan. Masuknya budaya-budaya baru ke-era globalisasi ini membuat seni tari
menjadi sesuatu yang kurang diminati. Untuk melestarikan kembali kebudayaan tari di
Indonesia, kita perlu mempelajari kembali jenis-jenis tari. Salah satunya yang akan kita
bahas di makalah ini yaitu Tari Piring. Asal-usul Tari Piring berasal dari Sumatera
Barat. Salah satu bentuk kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring yang
masih banyak dijumpai di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat
Minangkabau pada zaman dulu merupakan suatu hal yang menarik. Ada beberapa
materi yang dpat dikaitkan pada kesenian tari piring ini, yaitu materi Gerak, Hukum
Newton, GLB, GLBB, Bunyi, dan Keseimbangan. Materi gerak merupakan materi yang
kompleks dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sebagian
siswa tidak menyukai mata pelajaran Fisika khususnya pada materi gerak dikarenakan
terdapat banyak persamaan fisika yang membuat siswa jenuh untuk menghafal. Oleh
karena itu perlu adanya strategi menampilkan materi fisika agar nyaman dan disukai
oleh siswa. Salah satunya dengan dihubungkan ke dalam seni budaya tari. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji budaya tarian didaerah Sumatera Barat yaitu tari piring yang
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran IPA. Budaya tari tarian di Indonesia yang
sangat beraneka raga dapat direduksi dan dipadukan sebagai media pembelajaran di
sekolah. Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik
pengambilan data melalui observasi, angket dan wawancara. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis, diverifikasi, dan direduksi kemudian dikontruski ke pengetahuan
ilmiah dan diintepretasikan ke konsep fisika pada pembelajaran fisika kelas VII SMP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari piring dapat digunakan sebagai media
pembelajaran fisika pada materi gerak. Gerakan pada tari piring yang ditunjukkan
dengan membawa piring di sebuah telapak tangan dengan menari-nari tetap akan stabil
karena sesuai dengan prinsip gerak Newton.

3
Kata Kunci : Etnosains, Tari Piring, Pembelajaran IPA , Gerak, Hukum Newton.

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberdayakan potensi manusia
untuk mewariskan, mengembangkan dan membangun peradaban di masa yang akan
datang. Salah satu upaya untuk membangun peradaban adalah dengan meningkatkan
pemahaman terhadap lingkungan sekitar terutama yang berkaitan dengan budaya
sebagai warisan dari generasi terdahulu. Budaya akan lebih dikenal apabila
dimasukkan ke dalam kegiatan pembelajaran salah satunya adalah di bidang IPA
dan fisika. Nilai-nilai budaya yang merupakan kearifan lokal berbeda tergantung
dari daerah masingmasing terutama Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, etnis,
dan tradisi (Siagian & Siboro, 2014). Diharapkan dengan proses ini generasi muda
akan semakin tinggi nilai nasionalisme dan bangga sebagai bangsa Indonesia.
IPA merupakan salah satu ranah etnosains dan cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang fenomena alam meliputi material, manusia, dan interaksi antara
manusia dan material lainnya. IPA erat kaitannya dengan ilmu-ilmu lainnya
(Ningsih et al, 2020). Hal ini karena IPA dianggap sebagai batang pengetahuan yang
bermanfaat bagi pengembangan teknologi, penemuanpenemuan, dan ilmu
pengetahuan lainnya. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang
mengimplementasikan kehidupan sehari-hari dengan prinsip IPA (Yosua et al,
2019).
Tari piring adalah salah satu tari tradisional khas Minangkabau. Dari
namanya berarti kita akan melihat penari yang menari dengan menggunakan piring.
Dengan diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang. Biasanya jumlah penari
piring adalah berjumlah ganjil yaitu 3 sampai 7 orang. Penari akan membawa
piring-piring di tangannya sambil mendentingkan dentingan suara yang ditimbulkan
oleh cincin dengan piring. Gerakannya sangat kompak, rapih dan cepat. Tari piring
yang berasal dari Solok Sumatera Barat yang pada mulanya merupakan ritual rasa

5
syukur masyarakat Minang atas hasil panen yang berlimpah. Tari ini berlangsung
pertama kali sebelum Islam masuk ke ranah Minangkabau, sehingga tarian ini
adalah ungkapan sebagai persembahan kepada dewa-dewa melalui gerakan gemulai
gadis-gadis cantik yang membawa sesaji berupa makanan yang ditempatkan di
dalam piring. Keistimewaan Tari Piring yaitu dimainkan dengan menggunakan
piring sebagai media utama. Para penari Tari Piring memainkan piring dengan
cekatan tanpa terlepas dari genggaman sembari bergoyang dengan gerakan yang
mengalir lembut dan teratur. Di samping itu, para penari juga sering melakukan
tarian di atas pecahan kaca. Mereka menari, melompat-lompat, dan berguling-guling
sembari membawa piring di atas pecahan kaca. Uniknya, para penari tersebut tidak
terluka sedikitpun dan piring yang mereka bawa tidak jatuh.
Tari piring dipengaruhi oleh kejayaan kerajaan Pagaruyung, yang berkuasa
di wilayah Minangkabau pada abad ke 14. Tari ini merupakan bentuk ritual ucapan
rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa yang dipengaruhi oleh bentuk
kepercayaan lama atas hasil panen yang melimpah. Ritual dilakukan dengan
membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring
dan melangkah membawa piring tersebut dengan gerakan-gerakan tertentu. Setelah
masuknya pengaruh agama Islam ke daerah Minangkabau, tradisi tari piring tidak
lagi digunakan sebagai bentuk ritual ucapan rasa syukur kepada dewadewa. Akan
tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang
ditampilkan pada bentuk acara-acara yang bersifat hiburan. Hal ini disebabkan
pengaruh agama Islam yang kuat dan menghindari bentuk ritual yang dianggap tidak
sesuai dengan nilai ajaran Islam.
Tari piring mempunyai ciri khas didalamnya. Dalam pertunjukan tari piring
ini terjadi komunikasi non verbal antara kelompok penari dengan penontonnya
ketika melakukan pertunjukkan. Komunikasi Non Verbal merupakan salah satu
bentuk komunikasi dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara
tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah
bahasa isyarat atau body language. Selain itu juga, penggunaan komunikasi non
verbal dapat melalui kontak mata, 3 penggunaan objek seperti pakaian dan potongan

6
rambut. Menurut Edward T. Hall komunikasi non verbal merupakan “bahasa diam”
(silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension) suatu budaya.
Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan non verbal dalam konteks komunikasi,
untuk memahami dan menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi. Bentuk
sebuah komunikasi non verbal bisa dilihat dalam sebuah budaya seni tari karena
dalam seni tari terdapat gerakan-gerakan yang mempunyai makna, salah satu seni
tari yang mempunyai banyak makna yaitu Tari Piring atau dalam Bahasa
Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di
Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Makna tidak
terletak pada kata-kata, tapi pada manusia kata-kata hanyalah salah satu cara
mendekati makna. Makna bisa merupakan sesuatu yang nyata dari sebuah simbol,
tapi makna juga bisa merupakan sesuatu yang tersembunyi. Tersembunyi disini
dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan rasa, emosi, dan yang
bersifat subjektif.
Gerak tari merupakan unsur utama dari tari. Gerak didalam tari bukanlah
gerak yang realistis, melainkan gerakan yang telah diberi bentuk ekspresi dan
estetis. Gerak tari selalu melibatkan unsur anggota badan manusia. Gerak dalam tari
berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan maksud-maksud tertentu. 4
Kebudayaan menunjukkan identitas serta integritas seseorang atau suatu bangsa.
Dalam kebudayaanlah tertuang segala kekayaan serta mutu hidup suatu bangsa.
Bangsa Indonesia terdiri atas ratusan etnik yang berbeda, masing-masing etnik
memiliki karakter yang berbeda pula. Berbagai ekspersi manusia yang coba
dituangkan dalam suatu karya dari berbagai bentuk yang masuk kedalam seni tari,
baik harapan atau hasrat dan lain-lain. Seni tari yang lahir akan memiliki keunikan
dari penyampaian pesan dan makna. Seni tari tercipta dari sistem budaya dan sosial,
kepercayaan yang diyakini di lingkungan dimana mereka berada dan sebagai satu
kesatuan yang utuh serta hubungan realitas yang tidak terpisahkan. Setiap budaya
pasti memiliki seni tari yang berbeda hal tersebut dipengaruhi oleh kepekaan rasa
terhadap nilai estetika yang ada. Seni di Indonesia tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan etnik yang satu dengan yang lainnya dan memiliki ciri khas masing-

7
masing. Banyak kesenian yang tumbuh dan berkembang disetiap daerahnya, dengan
segala keragaman dan keunikan yang dimiliki. Ekspresi jiwa manusia dalam
keindahan merupakan pesan budaya yang mengandung unsur-unsur sistem budaya
dari suatu kelompok masyarakat dengan tujuan menginterprestasikan tentang
gagasan dan pengalaman. Seni yang lahir akan memiliki keunikan dalam berbagai
penyampaian pesan, baik cara maupun maknanya. Seni tercipta dari perpaduan
antara sistem budaya, sistem sosial, dan kepercayaan yang diyakini dilingkungan
dimana mereka berada sebagai satu kesatuan yang utuh serta 5 hubungan realitas
yang tidak terpisahkan. Namun seni bagi setiap daerah-daerah tidaklah sama, hal
tersebut dipengaruhi oleh kepekaan rasa terhadap nilai estetika yang ada.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Karena budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Selain itu bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya
dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari. Suatu budaya menunjukkan ciri-ciri umum komunikasi nonverbalnya.
Budaya itu sendiri terus berubah sejalan dengan interaksinya dengan budaya lain,
perilaku nonverbal juga boleh jadi berubah, meskipun berlangsung secara lambat.
Lambang atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukan
sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi
katakata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati
bersama. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Makna tidak terletak pada kata-
kata, tapi pada manusia kata-kata hanyalah salah satu cara mendekati makna. Makna
bisa merupakan sesuatu yang nyata dari sebuah simbol, tapi makna juga bisa
merupakan sesuatu yang tersembunyi. Tersembunyi disini dapat diartikan sebagai
sesuatu yang berhubungan dengan rasa, emosi, dan yang bersifat subjektif. Seni di
Indonesia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan etnik yang satu dengan yang

8
lainnya dan memiliki ciri khas masingmasing. Banyak kesenian yang tumbuh dan
berkembang disetiap daerahnya, dengan segala keragaman dan keunikan yang
dimiliki. Dalam penelitian ini pertunjukan tari piring memiliki simbol simbol
tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya dalam pertunjukan tari
piring di kebudayaan Padang.
Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang
ditemukan dalam simbol- simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa
merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial. Rosenblatt menyatakan bahwa
budaya mengajarkan kita tindakan non verbal apa yang ditunjukkan, arti dari
tindakan tersebut dan latar belakang kontekstual dari tindakan tersebut. Sehingga
dapat dikatakan bahwa komunikasi nonverbal memeainkan peranan penting dalam
interaksi komunikasi antara orang-orang dari budaya yang berbeda. Dengan
memahami perbedaan budaya dalam perilaku nonverbal, kita tidak hanya akan dapat
memahami beberapa pesan yang dihasilkan selama interaksi, namun kita juga akan
dapat mengumpulkan petunjuk mengenai tindakan dan nilai yang mendasarinya.
Adapun untuk memahami komunikasi non verbal tersebut menimbulkan
beberapa paradigma yang muncul salah satunya paradigma yang dikemukakan oleh
Lary A. Samovar dan Richard E. Porter dalam buku Deddy Mulyana dimana
komunikasi meliputi tujuh unsur yaitu ekspresi wajah untuk menyampaikan keadaan
7 emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya, waktu yang tepat dalam
tujuan penyampaian pesan, ruang dimana tempat atau posisi dimana proses pesan
non verbal itu terjadi, gerakan yang dapat menimbulkan kesan terhadap orang lain
yang melihatnya, busana yang dikenakan, bau-bauan yang dipergunakan yang
tercium wangi oleh publik, Sentuhan yang dapat memiliki arti multimakna. Tari
piring sangat menarik untuk diteliti dari sudut pandang ilmu komunikasi terutama
pesan dalam hal ini makna komunikasi nonverbal dengan menggunakan studi
Deskriptif. Selain itu belum adanya penelitian tentang tari piring dari sisi
komunikasi yang sangat menarik untuk ditelaah, terutama dalam unsur property dan
keunikan ini menjadi hal paling utama, mutlak ada dalam setiap pertunjukan tari
piring dan menjadi ciri khas dalam kesenian tersebut. Berbagai peranan didalamnya

9
yang berbentuk komunikasi non verbal memiliki makna yang menarik untuk
diungkapkan. Hal tersebut sangat menarik untuk ditelaah dari sudut pandang Ilmu
Komunikasi terutama makna komunikasi non verbal. Selain itu belum adanya
penelitian tentang makna dai tarian Piring dari sisi komunikasi yang sangat menarik
untuk ditelaah. Dengan sebuah makna komunikasi non verbal, maka akan diketahui
makna yang paling nyata dari suatu ekspresi wajah ataupun makna yang paling
subjektif yang berhubungan langsung dengan makna sentuhan, busana dan konsep
waktu mengenai makna komunikasi non verbal pada seni tari piring.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari Latar Belakang adapun Rumusan Masalah sebagai berikut:
a) Bagaimana sejarah tari piring?
b) Apa saja fungsi tari piring?
c) Bagaimana ragam tari piring?
d) Bagaimana pola lantai dari tari piring?
e) Bagaimana busana penari tari piring?
f) Bagaimana urutan gerakan tari piring?
g) Apa saja makna dari prosesi tari piring?
h) Bagaimana hubungan tari piring dengan kajian etnosains dalam
Pembelajaran IPA?

1.3 Tujuan
Berdasarkan dari Rumusan Masalah adapun Tujuannya sebagai berikut:
a) Untuk menjelaskan sejarah tari piring
b) Untuk menjelaskan fungsi tari piring
c) Untuk menjelaskan ragam tari piring
d) Untuk menjelaskan pola lantai dari tari piring
e) Untuk menjelaskan busana penari tari piring

10
f) Untuk menjelaskan urutan gerakan tari piring
g) Untuk menjelaskan makna dari prosesi tari piring
h) Untuk menjelaskan hubungan tari piring dengan kajian etnosains dalam
Pembelajaran IPA

11
BAB II
METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian kualitatif berupa studi pustaka.
Melalui beberapa kajian literatur yang terpecaya seperti google scholar, academia.edu
dan sebagainya. metode ini peneliti dapat menguraikan permasalahan yang dibahas
secara jelas dan komperhensif. Menurut Sudjana (2018), dengan metode studi pustaka,
data dikumpulkan untuk dianalisis kemudian disajikan dalam hasil dan pembahasan
agar dapat dibuat kesimpulan. Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Menengah Pertama
kelas VIII di wilayah Sumatera Barat. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis tari
piring yang menjadi tarian daerah di Sumatera Barat. Metode penelitian yang dilakukan
adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengambilan data melalui observasi, angket
dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, diverifikasi, dan direduksi
kemudian dikontruski ke pengetahuan ilmiah dan diintepretasikan ke konsep
Pembelajaran IPA SMP kelas VIII.

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Tari Piring


Salah satu bentuk kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring yang
masih banyak dijumpai di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat
Minangkabau pada zaman dulu merupakan suatu hal yang menarik. Rasa keingintahuan
masyarakat terhadap suatu benda yang baru muncul menjadikannya sebagai sumber
inspirasi untuk dijadikan properti lain di luar alat makan.

Tari Piring berasal dari Sumatera Barat, tepatnya di Solok. Pada awalnya, tari
piring dilakukan oleh perempuan dan laki-laki untuk membawakan sesembahan kepada
para dewa sebagai wujud rasa syukur atas masa panen yang memberikan hasil sangat
memuaskan. Mereka menari dengan sangat lincah sembari memegang piring-piring di
telapak tangannya. Terdapat tiga jenis variasi gerakan dalam seni Tari Piring, yaitu
tupai bagaluik (tupai bergelut), bagalombang (bergelombang), dan aka malilik (akal
melilit).

Tari piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah
salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat
Minangkabau disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa
piring. Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan
kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di
Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi

13
majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari
piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta
perkawinan.

Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti,
tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800
tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang
hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang
menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri
melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.

Namun, seiring masuknya agama Islam maka tarian ini mengalami pergeseran
sehingga tidak lagi untuk menyembah dewa melainkan untuk ditampilkan dalam acara
hajatan ataupun juga acara pernikahan. Para penari pun beralih dari yang awalnya
campuran, kini hanya dilakukan oleh perempuan-perempuan yang berdandan cantik.
Barangkali Anda tidak akan percaya tanpa melihat secara langsung para penari bergerak
cepat, atraktif, penuh semangat dan sangat indah dengan piring-piring yang sama sekali
tidak bergoyang apalagi terjatuh. Tarian ini diawali dengan para penari yang mulai
bergerak sesuai koreografi tarian dengan meletakkan piring di masing-masing
tangannya tanpa terlepas atau bergeser sedikitpun.

14
Suasana semakin semarak dengan alat musik yang digunakan untuk mengiringi
rentak tarian, yaitu talempong dan saluang. Kostum penari biasanya berwarna cerah
sehingga mendukung kemeriahan acara. Anda juga akan mendengar irama khas yang
dihasilkan dari suara dentingan antara piring yang dipegang dengan cincin yang
memang sengaja dikenakan di jari penari. Kemudian, bersiaplah untuk menahan napas
sejenak di bagian pertengahan pertunjukkan, sebab akan ada atraksi lempar piring. Ya,
piring-piring yang dipegang oleh para penari sengaja dilemparkan sangat tinggi ke
udara kemudian pecahannya diinjak dengan gerakan tari yang terus dilanjutkan. Hal ini
menggambarkan perasaan gembira atas hasil panen yang melimpah. Ajaibnya, tidak
akan akan satu luka pun di kaki para penari sekalipun mereka menginjaknya dengan
kaki telanjang. Secara umum, penari dalam tarian tradisional ini berjumlah ganjil, antara
tiga, lima, atau tujuh penari.

Tari Piring sangat terkenal keistimewaannya ke seluruh penjuru dunia. Tarian ini
sudah pernah dipentaskan di luar Sumatera Barat, yakni di kota-kota besar seperti
Jakarta, Medan, Pekanbaru, dan lainnya. Lebih membanggakannya lagi, Tari Piring juga
turut dipentaskan dalam rangka tour festival kebudayaan Nusantara. Tidak hanya di
dalam negeri, Tari Piring juga telah merambah ke dunia internasional dan pernah
dipentaskan dalam festival budaya Nusantara di Malaysia, Singapura, Serbia, serta
beberapa negara di Eropa. Kehadiran piring porselen dari China dipilih sebagai properti
vital tari Piring karena desainnya yang bagus dan memiliki nilai estetis. Gerak-gerak tari
dalam desain gerak spiral menimbulkan kesan estetis pada keseluruhan gerak yang

15
dihasilkannya. Selain gerak spiral, terdapat juga gerak-gerak akrobatik dapat
memberikan kesan estetis dalam gerak tari piring, misalnya gerak mainjak baro.

3.2 Fungsi Tari Piring


Tari Piring sendiri cukup beragam. Akan tetapi, pada umumnya tari Piring
di Minangkabau ditampilkan pada upacara adat seperti pengangkatan penghulu, upacara
perkawinan, khitanan, dan juga upacara setelah panen, yaitu upacara yang dilakukan
bagi orang yang mampu karena panennya berhasil dengan baik. Tujuan upacara ini
dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt. yang telah memberi
rahmat dan rezeki dan bagi yang mempercayai mitos mereka akan mengucapkan syukur
kepada dewi padi yang disebut dengan “Saning Sri”.

Dalam perkembangannya, pertunjukan tari Piring tidak hanya ditampilkan pada upacara
adat saja melainkan ditampilkan juga untuk memeriahkan hari-hari besar lainnya,
seperti peringatan hari kemerdekaan, pameran, festival, dan  penyambutan tamu-tamu
kenegeraan.

3.3 Ragam Gerak Tari Piring


Ragam gerak tari Piring ini dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-gerakan tersebut
adalah sebagai berikut.

a)     Gerak pasambahan

Gerak yang dibawakan oleh penari pria bermakna sembah syukur kepada Allah
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar
dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.

b)     Gerak singanjuo lalai

Gerak ini dilakukan oleh penari wanita yang melambangkan suasana di hari
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.

16
c)      Gerak mencangkul

Gerak ini melambangkan para petani ketika sedang mengolah sawah.

d)     Gerak menyiang

Gerak ini menggambarkan kegiatan para petani saat membersihkan sampah sampah
yang akan mengganggu tanah yang akan digarap.

e)     Gerak membuang sampah

Gerak ini menggambarkan tentang bagaimana para petani mengangkat sisa-sisa sampah
untuk dipindahkan ke tempat lain.

f)      Gerak menyemai

Gerak ini melambangkan bagaimana para petani menyemai benih padi yang
akan ditanam.

g)     Gerak memagar

Gerak ini menggambarkan para petani dalam memberi pagar pada pematang sawah agar
terhindar dari binatang liar.

h)     Gerak mencabut benih

Gerak ini menggambarkan bagaimana mencabut benih yang sudah ditanam.

i)       Gerak bertanam

Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani memindahkan benih yang telah
dicabut.

j)       Gerak melepas lelah

Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani beristirahat melepas lelah


sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.

k)     Gerak mengantar juadah

17
Mengantar juadah ini berarti mengantar makanan kepada para petani yang
telah mengolah sawah.

l)       Gerak menyabit padi

Gerak ini dibawakan oleh penari pria yang menggambarkan bagaimana para petani di
sawah pada saat menyabit padi.

m)   Gerak mengambil padi

Gerak ini dibawakan oleh penari wanita saat mengambil padi yang telah dipotong oleh
penari pria.

n)     Gerak manggampo padi

Gerakan yang dilakukan dalam hal mengumpul padi dan dibawa ke suatu tempat.

o)     Gerak menganginkan padi

Gerak ini menggambarkan padi yang telah dikumpulkan untuk dianginkan dan nantinya
akan terpisah antara padi dan ampas padi.

p)     Gerak mengirik padi

Gerak yang menggambarkan bagaimana para petani mengumpulkan padi dan


menjemurnya.

q)     Gerak membawa padi

Gerak yang dilakukan para petani saat membawa padi untuk dibawa ke tempat lain.

r)      Gerak menumbuk padi

Gerak yang dilakukan untuk menumbuk padi yang telah dijemur dilakukan oleh pria,
sedangkan wanita mencurahkan padi.

s)      Gotong royong

Gerak yang dilakukan secara bersama yang melambangkan sifat kegotongroyongan.

18
t)      Gerak menampih padi

Gerakan yang menggambarkan gerakan bagaimana para petani menampih padi yang
telah menjadi beras.

u)     Gerak menginjak pecahan kaca

Penggabungan dari berbagai gerak dan diakhiri oleh penari menginjak-injak pecahan
kaca yang dilakukan dengan atraktif dan ditambah dengan beberapa gerak-gerak
improvisasi penari.

3.4. Pola Lantai Tari Piring


Pola lantai yang dipergunakan dalam tari ini adalah lingkaran besat dan kecil, berbaris,
spiral, horizontal, dan vertikal serta penempatan level bawah, leve sedang serta level
atas ditambah dengan pembagian beberapa kelompok.

Berbagai macam gerak tari Piring tersebut dibagi ke dalam tiga fase, yaitu gerak awal
yang terdiri atas gerak pasambahan dan singanjuo lalai. Bagian tengah terdiri atas gerak
mencangkul sampai gerak menampih padi, dan bagian akhir terdiri atas gerak
menginjak pecahan kaca.

3.5 Iringan Musik


Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Piring adalah talempong, gandang,
seruling, dan jentikan jari penari terhadap piring yang dipegang.

3.6 Busana Penari Tari Piring


Busana yang digunakan oleh penari tari piring terbagi atas busana untuk penari pria dan
penari wanita.

a.     Busana Penari pria

19
a) Busana rang mudo/baju gunting China yang berlengan lebar dan dihiasai
dengan missia (renda emas).
b) Saran galembong, celana berukuran besar yang pada bagian tengahnya
(pisak) warnanya sama dengan baju.
c) Sisamping dan cawek pinggang, yaitu berupa kain songket yang dililitkan di
pinggang dengan panjang sebatas lutut. Adapun cawek pinggang adalah ikat
pinggang yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan sesamping yang
pada ujungnya diberi hiasan berupa rumbai-rumbai.
d) Deta/destar, yaitu penutup kepala yang tebuat dari bahan kain songket
berbentuk segitiga yang diikatkan di kepala.

b.    Busana penari wanita

a) Baju kurung yang terbuat dari satin dan beludru.


b) Kain songket.
c) Selendang songket yang dipasang pada bagian kiri badan.
d) Tikuluak tanduak balapak, yaitu penutup kepala khas wanita Minangkabau
dari bahan songket yang meyerupai tanduk kerbau.
e) Aksesoris berupa kalung rambai dan kalung gadang serta subang/anting

3.7 Urutan Gerakan Seni Tari Piring


Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua
tergantung dimana tempat atau kampung dimana Tarian Piring itu dilakukan. Namun
tidak begitu banyak perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan
tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan.
Secara keseluruhannya, untuk memahami bagaimana sebuah Tari Piring disajikan, di
bawah ini merupakan urutan atau susunan sebuah persembahannya.

1. Persiapan awal.

20
Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan dengan
persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan untuk
mewujudkan kecakapan, para penari Tari Piring juga harus mempunyai latihan
penafasan yang baik agar tidak kacau sewaktu membuat persembahan.

Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus memastikan agar
piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak
atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri
atau orang ramai yang menonton. Ketika ini juga penari telah memutuskan jumlah
piring yang akan digunakan.

Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-
piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin
mengikut jumlah yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian kawasan.
Dalam masa yang sama, penari Tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan
dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari tangan kanan dan satu di jari tangan kiri.
Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau sumbing.

2. Mengawali tarian

Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik.
Penari akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai

21
tanda hormat kepada pengantin tersebut yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan
sembah pengantin tangan di sebelah kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan.

3. Saat Menari

Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan memulakan
tariannya dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-
ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan. Penari
kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau memijak satu persatu piriring-piring
yang telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin di
hadapannya. Pada umumnya, penari Tari Piring akan memastikan bahwa semua piring
yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai dipijak, penari Tari
Piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semula piring yang telah
disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangkan pengantin.

Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri
sambil menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang
telah disarung cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan tangan yang
diletakkan piring akan dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah
memusing-musingkannya di atas kepala

4. Mengakhiri Tarian

22
Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua
piring telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup
atau sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah
pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah
pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah hadapan.

3.8 Makna dari Prosesi Tari Piring


Tari Piring dikatakan tercipta dari “wanita-wanita cantik yang berpakaian indah, serta
berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring
berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian.
Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama menunjukan
kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut”. Kedatangan Islam
telah membawa perubahan kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak
lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang
dihadiri bersama oleh raja-raja atau pembesar negeri.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan
persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang
melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu
pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak
dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.

Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam adat istiadat perkawinan
masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan sesebuah Tari Piring di majlis-
majlis perkawinan adalah untuk tujuan hiburan semata-mata. Namun persembahan
tersebut boleh berperanan lebih dari pada itu. Persembahan Tari Piring di dalam
sesebuah majlis perkawinnan boleh dirasai peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada
pasangan pengantin kepada tuan rumah kepada orang ramai kepada penari sendiri.

Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib bagi sebuah
tarian. Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping

23
saja. Warna baju juga adalah terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya.
Namun, warna-warna terang seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada
penari Tari Piring kerana ia lebih mudah di lihat oleh penonton.

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Piring, cukup dengan pukulan
Rebana dan Gong saja. Pukulan Gong amat penting sekali kerana ia akan menjadi
panduan kepada penari untuk menentukan langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada
umumnya, kumpulan Rebana yang mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi
tanggungjawab untuk mengiringi persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan
tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong dan
Gendang.

3.9 Hubungan Tari Piring dengan Kajian Etnosains dalam Pembelajaran IPA
Budaya sebagai wujud kearifan lokal merupakan identitas bagi suatu daerah. Secara
umum local wisdom (kearifan setempat) dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dilakukan
dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Prasetyo, 2013). Hampir setiap wilayah
mempunyai budaya yang khas dengan keunikan masing-masing. Salah satu cara yang

24
dapat diterapkan adalah dengan etnofisika, karena etnofisika berhubungan dengan
pengetahuan yang berasal dari budaya yang dapat berperan sebagai dasar membangun
realitas yang mengedepankan hubungan budaya dengan pengetahuan fisika.
Pembelajaran IPA berpendekatan etnofisika mengaitkan pembelajaran fisika dengan
budaya yang ada di daerah yang menjadi budaya warisan turun temurun. Penerapan
pembelajaran semacam ini berpotensi mengembangkan cara pembelajaran yang secara
umum masih berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi student centered
learning. Dengan demikian mampu meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya dan
menciptakan suasana pembelajaran yang kontekstual dan penuh makna (Atmojo, 2012).
Etnofisika diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengenal dan mempelajari materi
fisika dikaitkan dengan budaya yang ada di sekitarnya.

Tari piring merupakan salah satu budaya tarian yang menjadi ciri khas daerah Sumatera
Barat. Hampir dalam setiap acara tari piring selalu ditampilkan seperti pada pernikahan,
penyambutan tamu agung, pagelaran seni dan upacara-upacara adat lainnya. Tari Piring
identik dengan penari cantik yang menggunakan piring. Di mana tarian tersebut telah
ada sejak 800 tahun lalu dan terus berkembang dalam budaya Minangkau (Santana &
Zahro, 2019). Menurut sejarah tari Piring diciptakan untuk menunjukkan rasa syukur
masyarakat kepada para dewa dengan menyajikan sesajian berupa makanan lezat yang
dibawakan oleh gadis-gadis cantik. Namun, seiring masuknya Islam di daerah Malayu
fungsi tarian Piring pun tidak lagi ditujukan untuk sesembahan bagi pada dewa tapi
untuk parta raja dan pejabat. Seiring perkembangan
zaman, tari Piring tidak hanya ditujukkan untuk raja tapi juga pada raja ratu sehari alias
pengantin. Tari Piring biasanya ditampilkan pada saat pengantin sedang bersanding
dalam pelaminan (Santoso & Wimbrayardi, 2019).

25
Tari piring adalah sebuah tari tradisi yang ditarikan dengan menggunakan dua piring
sebagai propertinya yang diletakkan ditelapak tangan penari, dan pada ujung jari
telunjuk dipasang cincin yang terbuat dari kemiri (Nofitri, 2015). Cincin tersebut
dijentikkan pada dua piring sehingga menimbulkan bunyi sesuai dengan irama musik
atau sebagai iringan musik tari piring itu sendiri. Dalam konteks etnofisika, tari piring
bisa digunakan dalam pembelajaran fisika yang mampu dijadikan sebagai media
pembelajaran fisika. Dari Gerakan awal tari piring hingga akhir mampu dikaji dengan
konsep fisika. Pada umumnya gerakan tari Piring adalah meletakkan dua piring di atas
dua telapak tangan. Pada tari piring, penari mengayunkan piring dalam gerakan-gerakan
yang cepat, diselingi dengan mendentingkan piring atau dua cincin di jari penari
terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian biasanya piring-piring yang
dibawakan oleh penari dilemparkan ke lantai dan para penari akan menari di atas
pecahan-pecahan piring (Citrawati, 2017). Mereka menari, melompat-lompat, dan
berguling-guling sembari membawa piring di atas pecahan kaca. Uniknya, para penari
tersebut tidak terluka sedikitpun dan piring yang mereka bawa tidak jatuh. Jumlah
penari biasanya ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Para penari mengenakan

26
pakaian berwarna cerah dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan serta tutup
kepala. Tarian tersebut diiringi kombinasi alat musik talempong dan saluang. Tempo
alunan musik awalnya lembut dan teratur, kemudian lama-kelamaan berubah menjadi
lebih cepat. Tari piring merupakan tari yang berkelompok dan diiringi oleh musik, dan
waktu menari kurang lebih 5 menit. Selain itu dalam tari piring juga memiliki berbagai
gerakan yang variatif. Dapat dibuat pola-pola lantai sebagai perubahan gerak yang satu
ke gerak yang lainnya. Tari piring dibuat berdasarkan kreativitasnya sesuai dengan
unsur-unsur tari yakni : tenaga, ruang dan waktu (Santana & Zahro, 2019).

Tabel 1 Mengaitkan Sains Asli Masyarakat Dan Sains Ilmiah Tari Piring

Kebudayaan Sains Asli Masyarakat Sains Ilmiah

Tari piring juga memiliki Penari tari piring memiliki


gerakan yang unik. gerakan mengayunkan dan
Gerakan tari dilakukan memutarkan tangan
secara memutar dan menggunakan konsep
diayun-ayun dengan keseimbangan.
mengikuti irama music
pengiring. Irama musik ini
berasal dari berbagai
macam alat musik seperti
gong, talempong, rebana,
saluang, dan lainnya.

Penari juga akan Gerakan penari menginjak


melakukan tarian di atas pecahan piring
pecahan piring. Gerakan ini menggunakan konsep fisika
dilakukan di akhir yaitu tekanan. Semakin luas
pertunjukan, para penari permukaan makan tekanan
akan melempar piring yang yang diberikan semakin
digunakan ke lantai. kecil dan begitu sebaliknya.
Selanjutnya para penari Selain itu, menggunakan
akan menari di atas konsep fisika yaitu gravitasi
pecahan piring yang telah Newton, keseimbangan,
dilempar tadi. momen inersia, dan gerak
lurus.

Tabel 2 Mengaitkan Tari Piring sebagai Etnosains

27
Fase Tarian Gerakan Tarian Kajian Fisika

Pembuka tarian Tari Piring akan diawali Bunyi pada gong


dengan raban dan gong menggunakan konsep fisika
yang dimainkan oleh para yaitu bunyi merambat
pemusik. Penari akan memerlukan medium.
memulai tarian dengan
sembah pengantin sebanyak
tiga kali sebagai tanda
hormat kepada pengantin

Inti tarian Selesai dengan tiga Gerakan penari


peringkat sembah mengayunkan tangan
pengantin, penari akan menggunakan konsep
memulai tariannya dengan keseimbangan.
mencapai piring yang
diletakkan di hadapannya
serta mengayunkan-
ayunkan tangan ke kanan
dan kiri mengikuti rentak
musik yang dimainkan.

Inti tarian Penari kemudian akan Gerakan penari bertapak


berdiri dan mulai bertapak meninjak satu persatu
atau memijak satu per satu piring terdapat konsep
piring-piring yeng telah fisika yaitu gravitasi
disusun lebih awal tadi Newton, keseimbangan,
sambil menuju ke arah momen inersia, dan gerak
pasangan pengantin. lurus.

Inti tarian Penari akan mengundurkan Gerakan penari dengan


langkahnya dengan mengundurkan langkahnya
memijak semua piring yang terdapat pada gerak lurus
telah disusun tadi. berubag beraturan.

Penutup tarian Penari menutup sajiannya Gerakan penutup dari


dengan melakukan sembah penari terdapat pada konsep
penutup atau sembah gerak dan keseimbangan.
pengantin sekali lagi.

Penutup tarian Sembah penutup juga Gerakan penutup dari


diakhiri dengan tiga penari terdapat pada konsep
sembah pengantin dengan gerak dan keseimbangan.
susunan berikut, sembah

28
Fase Tarian Gerakan Tarian Kajian Fisika

pengantin tangan sebelah


kanan, sembah pengantin
tangan sebelah kiri, sembah
pengantin tangan
berhadapan

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tarian piring dapat dikaji dengan berbagai konsep
fisika yaitu pada materi tentang gerak, kesetimbangan, Gravitasi Newton, dan bunyi.
Setiap unsur tarian memiliki kajian fisika yang berbeda-beda. Tarian piring ini bisa
digunakan sebagai media pembelajaran fisika berbasis kebudayaan, sehingga siswa bisa
mempelajari fisika yang dikaitkan dengan kebudayaan daerah setempat. Media
pembelajaran sangat mempengaruhi proses Pembelajaran IPA. Dengan media
pembelajaran fisika dapat meningkatkan minat belajar dan
aktivitas belajar siswa (Anggeraeni et al, 2020). Media pembelajaran yang langsung
menampilkan peristiwa konkret atau kehidupan sehari-hari yang mampu menjelaskan
konsep fisika sehingga mampu dipahami oleh siswa dengan mudah. Adanya media
pembelajaran yang mendukung Pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat siswa
dalam belajar (Astuti et al, 2019). Selain itu menurut Arlen et al (2020), media
Pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas Pembelajaran
IPA ehingga menghidupkan suasana dikelas dan menjadikan siswa aktif.
Penerapan pembelajaran dengan berbasis kebudayaan semacam ini berpotensi
mengembangkan cara pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif yang berpusat
pada siswa (Novitasari et al, 2017). Etnofisika mampu mendorong siswa untuk lebih
mengenali budaya mereka masing-masing. Pembelajaran berpendekatan kebudayaan
dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental
(mendasar dan penting) bagi pendidikan sebagai ekspresi
dan komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan. Seperti penelitian
Damayanti, Rusilowati & Linuwih (2017) dalam pembelajaran menggunakan perangkat

29
pembelajaran berpendekatan etnosains siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga
memiliki pemahaman yang lebih baik dari siswa yang belajar secara konvensional.
Siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memiliki pemahaman dan hasil
belajar yang lebih baik dari siswa yang hanya mendengarkan penjelasan guru dan pasif
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pembelajaran
dengan menghubungkan dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada
kebudayaan dapat menggali keaktifan dan kreativitas siswa. (Hadi & Ahied, 2017).

30
BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Tari Piring berasal dari Sumatera Barat, tepatnya di Solok. Pada awalnya, tari
piring dilakukan oleh perempuan dan laki-laki untuk membawakan sesembahan
kepada para dewa sebagai wujud rasa syukur atas masa panen yang memberikan
hasil sangat memuaskan.
b) Tari piring adalah sebuah tari tradisi yang ditarikan dengan menggunakan dua
piring sebagai propertinya yang diletakkan ditelapak tangan penari, dan pada
ujung jari telunjuk dipasang cincin yang terbuat dari kemiri (Nofitri, 2015).
c) Pada umumnya tari Piring di Minangkabau ditampilkan pada upacara adat
seperti pengangkatan penghulu, upacara perkawinan, khitanan, dan juga upacara
setelah panen, yaitu upacara yang dilakukan bagi orang yang mampu karena
panennya berhasil dengan baik.
d) Tari piring dapat dikaji dengan berbagai konsep fisika yaitu pada materi tentang
gerak, kesetimbangan, Gravitasi Newton, dan bunyi. Setiap unsur tarian
memiliki kajian fisika yang berbeda-beda. Tarian piring ini bisa digunakan
sebagai media pembelajaran fisika berbasis kebudayaan, sehingga siswa bisa
mempelajari fisika yang dikaitkan dengan kebudayaan daerah setempat.

31
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, I. A. D., & Bhakti, Y. B. (2021, July). Kajian Etnofisika Pada Tari Piring
Sebagai Media Pembelajaran Fisika. In SINASIS (Seminar Nasional
Sains) (Vol. 2, No. 1).
Danamik, R. Tari Piring, Seni Budaya Khas Sumatera Barat.
https://www.academia.edu/8843423/Tari_Piring

Herlinda Mansyur. (2004). “ Eksistensi Tari Piring dan Tari Galombang Pada
Masyarakat Batipuah Baruah”. Padang : FBSS UNP Indrayuda. (2006).
Tari Minangkabau :Peran Elit Adat dan Keberlangsungan. Padang :
Lemlit UNP

Ismar Maadis. (2002). ”Pergeseran Fungsi dan Kegunaan Kesenian


Minangkabau dalam Kehidupan Masyarakat Bernagari di Minangkabau”.
Padang : Dinas Pendidikan Kota Padang.
Jusmaniar. (2010). ” Tari Rantak Kudo Dalam Masyarakat Lumpo”. Padang :
FBS Universitas Negeri Padang.
Nisa. Z. A. (2017). Tugas Makalah Seni Budaya
Apresiasi Pagelaran Seni Tari Daerah Sumatera “Tari Piring”. Makalah.
https://www.academia.edu/18295129/SENI_TARI_MAKALAH
Simulie, P. (2002. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Padang:
LKAAM Sumatera Barat
Sosmita. (1998) . ”Problematika Pewarisan Tari Piriang Tapi di Desa Pitalah”.
Padang: FPBS IKIP Padang. Susmiarti. (2007). ” Kecenderungan Gaya
Tari Piring Dipengaruhi Oleh Letak Geografis Daerah Minangkabau :
Studi Kasus Pada Koreografi tari Piring Darek dan Pasisia”. Padang :
FBSS UNP.

32
Yosika, Welli. 2008. ” Pewarisan Tari Ntok Kudo dalam Masyarakat Rawang
Kerinci”. Padang: FBSS UNP.

33

Anda mungkin juga menyukai