Anda di halaman 1dari 87

PENGARUH HASIL BELAJAR KOGNITIF DARI PEMBELAJARAN

ONLINE PADA MATERI EKOSISTEM TERHADAP


RESPONSIBILITY EKOSISTEM DI HERITAGE
TNBBS DI SMA NEGERI 1 ULUBELU

(Skripsi)

Oleh
INDRIA ALFI SYA’ADAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
ABSTRAK

PENGARUH HASIL BELAJAR KOGNITIF DARI PEMBELAJARAN


ONLINE PADA MATERI EKOSISTEM TERHADAP
RESPONSIBILITY EKOSISTEM DI HERITAGE
TNBBS DI SMA NEGERI 1 ULUBELU

Oleh

INDRIA ALFI SYA’ADAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar kognitif dari

pembelajaran online pada materi ekosistem terhadap responsibility ekosistem di

heritage TNBBS di SMA Negeri 1 Ulubelu. Desain penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas X

IPA dengan jumlah 63 orang dari 103 peserta didik yang dipilih dengan teknik

purposive sampling. Data nilai hasil belajar kognitif pada materi ekosistem

diperoleh dari 30 item soal pilihan ganda, sedangkan data nilai responsibility

ekosistem diperoleh dari angket dengan 30 pernyataan menggunakan google form.

Analisis data menggunakan teknik uji One Way ANOVA. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar

kognitif pada materi ekosistem terhadap responsibility ekosistem di heritage

ii
Indria Alfi Sya’adah

TNBSS di SMA Negeri 1 Ulubelu. Dimensi yang paling dikuasai oleh peserta

didik dalam meningkatkan responsibility ekosistem di heritage adalah dimensi

“mematuhi” dengan persentase sebesar 42,25 %. Jadi pada penelitian ini dapat di

simpulkan bahwa hasil belajar kognitif dari pembelajaran online pada materi

ekosistem berpengaruh secara signifikan terhadap responsibility ekosistem di

heritage TNBBS di SMA Negeri 1 Ulubelu.

Kata kunci : pembelajaran online, hasil belajar kognitif, ekosistem,


responsibility, heritage, TNBBS.

iii
PENGARUH HASIL BELAJAR KOGNITIF DARI PEMBELAJARAN
ONLINE PADA MATERI EKOSISTEM TERHADAP
RESPONSIBILITY EKOSISTEM DI HERITAGE
TNBBS DI SMA NEGERI 1 ULUBELU

Oleh
INDRIA ALFI SYA’ADAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Indria Alfi Sya’adah

NPM : 1613024018

Jurusan/program studi : Pendidikan MIPA/ Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan

saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, 12 Januari 2021


Yang Menyatakan,

Indria Alfi Sya’adah


NPM 1613024018

vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 30 Januari 1998 di Gisting Atas,

Tanggamus, merupakan anak pertama dari dua bersaudara

pasangan Bapak Roni Rohani dan Ibu Sri Astuti. Penulis

beralamat di Jl. Gg. RM. Satiyem Dusun IX Blok 9 RT/RW

001/009, Gisting Atas, Gisting, Tanggamus, Lampung.

Alamat email penulis indria.alfisya@gmail.com.

Penulis mengawali pendidikan di TK Aisyah Gisting (2002-2004), SD Negeri 4

Gisting Atas (2004-2010), SMP Negeri 1 Gisting (2010-2013), SMA Negeri 1

Pringsewu (2013-2016). Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswi

Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (jalur undangan).

Pada tahun 2018 penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL), kemudian

melaksanakan Praktek Profesi Kependidikan (PPK) di SMA Negeri 1 Sekincau

dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Giham Sukamaju Kecamatan Sekincau

Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2019. Penulis pernah mengikuti organisasi

kampus yakni HIMASAKTA dan FORMANDIBULA Unila.

viii
MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”


(Q.S Al-Insyirah: 5)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”


(Q.S Al-Baqarah: 286)

“Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung
perihnya kebodohon.”
(Imam Syafi’i)

“Lakukanlah kebaikan sekecil apapun, karena kau tak pernah tahu kebaikan apa
yang akan membawamu ke surga.”
(Imam Hasan Al-Bashri)

ix
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alami
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya,
serta kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk penulis dalam mengerjakan skripsi
ini sehingga penulis sampai pada tahap ini. Shalawat serta salam selalu tercurah
kepada junjunganku Nabi Muhammad SAW.
Ku persembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :

Bapakku (Roni Rohani) dan Ibuku (Sri Astuti)


Kedua orangtuaku yang dengan tulus, ikhlas, dan sabar telah membesarkan dan
mendidikku dengan kasih sayang yang berlimpah. Tak pernah berhenti
memberikan semangat, nasehat, motivasi, doa dan tauladan dalam hidup. Terima
kasih sudah menjadi sandaran pertama dan tempat terbaik dikala aku tak mampu
memikul beban sendirian.

Adikku Tersayang (Indra Wira Yudha)


Terimakasih adikku yang selalu menemaniku, menghiburku, membuatku tertawa
dan mendengarkan semua keluh kesahku. Terimakasih untuk doa, semangat dan
memotivasi yang selalu engkau berikan untukku.

Serta,
Almamater tercinta, Universitas Lampung

x
SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Hasil

Belajar Kognitif Dari Pembelajaran Online Pada Materi Ekosistem

Terhadap Responsibility Ekosistem Di Heritage TNBBS Di SMA Negeri 1

Ulubelu”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan

MIPA FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, motivasi, bimbingan serta saran semua pihak. Oleh karena itu, di dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang

tulus kepada:

1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas

Lampung;

3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

4. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing I yang selalu sabar dalam membimbing, selalu memberikan

xi
ilmu, arahan, masukan serta memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan;

5. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembimbing II yang selalu

bersedia membimbing penulis dengan sangat sabar, memberi nasihat dan ilmu

yang bermanfaat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

6. Dr. Pramudiyanti, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat serta saran-saran perbaikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik;

7. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan motivasi, nasehat dan ilmu-ilmu yang

sangat bermanfaat;

8. Kepala sekolah, staf, guru pamong dan peserta didik SMA Negeri 1 Ulubelu

yang telah memberikan izin dan membantu penulis untuk melaksanakan

penelitian di SMA Negeri 1 Ulubelu;

9. Keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi, semangat dan

dukungan serta doa yang telah diberikan;

10. Sahabat-sahabat terbaikku (Pita, Ara, Ocha, Intan, Alza, Ester, Yesica, Anggi,

Dyah, Nuis, Tantri, Sarah dan Dika). Terimakasih untuk semua bantuan,

kebaikan, semangat, kasih sayang, dan kenangan indah yang telah diberikan

selama masa perkuliahan;

11. Teman-teman seperjuangaku (Sita Famella, Septi Arlistiani, Putri Aisyah,

Naufal Irfansyah, Fitri Mayasari, Ni Putu Suwarningsih). Terimakasih untuk

segala bantuan, kebaikan dalam menyelesaikan skripsi ini serta kenangan

yang indah selama masa perkuliahan;

xii
12. Rekan-rekan Pendidikan Biologi angkatan 2016 yang telah menemani dari

awal kuliah dan selalu memberikan dukungan serta semangat dalam

menempuh pembelajaran. Terimakasih untuk semua kenangan indah selama

masa perkuliahan;

13. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini baik langsung

atau tidak langsung;

Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan berkah, rahmat, hidayah serta

kemulian-Nya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Disadari

sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, saran

dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan.Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 12 Januari 2021

Penulis,

Indria Alfi Sya’adah

xiii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

I. PENDAHULUAN ...........................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................7
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................8
E. Ruang Lingkup penelitian ..........................................................................8

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................10


A. Pembelajaran Online ( Daring) ...............................................................10
B. Hasil Belajar Kognitif ..............................................................................18
C. Responsibility Ekosistem .........................................................................22
D. Heritage Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)....................25
E. Materi Ekosistem .....................................................................................28
F. Kerangka Pikir .........................................................................................41
G. Hipotesis ..................................................................................................43

III. METODE PENELITIAN .............................................................................44


A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................44
B. Populasi dan Sampel penelitian ...............................................................44
C. Desain Penelitian .....................................................................................45
D. Prosedur Penelitian ..................................................................................45
E. Instrumen Penelitian ................................................................................47
F. Analisis Instrumen Penelitian ..................................................................51
G. Teknik Analisis Data................................................................................59

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................................62


A. Hasil Penelitian ........................................................................................62
1. Hasil Belajar Kognitif .......................................................................63

xiv
2. Responsibility Ekosistem.....................................................................64
3. Analisis Data .......................................................................................65
4. Dimensi Responsibility Di Heritage TNBBS ....................................66
B. Pembahasan..............................................................................................67
1. Pengaruh Hasil Belajar Kognitif Dari Pembelajaran Online Terhadap
Responsibility Ekosistem Di Heritage TNBBS ................................68
2. Dimensi Responsibility Ekosistem Di Heritage TNBBS .................73

V. SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................76


A. Simpulan ..................................................................................................76
B. Saran ........................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................78

LAMPIRAN ..........................................................................................................84
1. Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Ekosistem .........85
2. Soal Tes Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Ekosistem .........................86
3. Kisi-kisi Angket Responsibility Ekosistem..............................................93
4. Lembar Angket Sikap Responsibility Ekosistem .....................................94
5. Hasil Uji Validitas Soal Tes Hasil Belajar Kognitif Pada Materi
Ekosistem .................................................................................................99
6. Hasil Uji Validitas Angket Responsibility Ekosistem ...........................100
7. Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar Kognitif Pada Materi
Ekosistem ...............................................................................................101
8. Hasil Uji Reliabilitas Angket Responsibility Ekosistem........................101
9. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Hasil Belajar Kognitif Pada Materi
Ekosistem ...............................................................................................101
10. Hasil Uji Taraf Kesukaran Angket Responsibility Ekosistem ...............102
11. Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tes Hasil Belajar Kognitif Pada Materi
Ekosistem ...............................................................................................103
12. Hasil Uji Daya Pembeda Angket Responsibility Ekosistem ..................104
13. Data Nilai Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Ekosistem ....................104
14. Data Nilai Angket Responsibility Ekosistem .........................................106
15. Nilai Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Ekosistem dan Responsibility
Ekosistem ...............................................................................................108
16. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Ekosistem
Dan Responsibility Ekosistem................................................................108
17. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Kognitif Pada Materi
Ekosistem Dan Responsibility Ekosistem ..............................................109
18. Hasil Uji One Way ANOVA Hasil Belajar Kognitif Pada Materi
Ekosistem Dan Responsibility Ekosistem ..............................................109
19. Surat Izin Melaksanakan Penelitian di SMA Negeri 1 Ulubelu ............111
20. Surat Balasan Penelitian Oleh SMA Negeri 1 Ulubelu .........................112

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kedalaman dan Keluasan Materi Ekosistem ..................................................29


2. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Kognitif Materi Ekosistem .......................47
3. Kriteria Hasil Belajar Kognitif ........................................................................49
4. Kisi-Kisi Instrumen Angket Responsibility Di Heritage TNBBS ..................50
5. Skor Angket Responsibility Ekosistem ...........................................................51
6. Kriteria Sikap Responsibility Ekosistem .........................................................51
7. Indeks Kriteria Validitas Instrumen Tes .........................................................52
8. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Hasil Belajar Kognitif .............................53
9. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket .............................................................53
10. Interpretasi Reabilitas Instrumen ....................................................................54
11. Hasil Uji Reliabilitas Soal Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Ekosistem ....55
12. Hasil Uji Reliabilitas Angket Responsibility Ekosistem Di Heritage
TNBBS ............................................................................................................55
13. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ..............................................................56
14. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Hasil Belajar Kognitif ..............................56
15. Hasil Uji Tingkar Kesukaran Angket Responsibility Ekosistem Di Heritage
TNBBS ............................................................................................................56
16. Interpretasi Nilai Daya Pembeda ....................................................................58
17. Hasil Uji Daya Pembeda Soal Hasil Belajar Kognitif Pada Materi
Ekosistem ........................................................................................................58
18. Hasil Uji Daya Pembeda Angket Responsibility Ekosisten Di Heritage
TNBBS ............................................................................................................58

xvi
19. Nilai Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Ekosistem dan Responsibility
Ekosistem Di Heritage TNBBS ......................................................................62
20. Persentase Peserta Didik Dalam Menjawab Soal Hasil Belajar Kognitif Pada
Materi Ekosistem ............................................................................................63
21. Persentase Jawaban Angket Responsibility Ekosistem ...................................64
22. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Hasil Belajar Kognitif dan
Responsibility Ekosistem Di Heritage TNBBS ..............................................65
23. Hasil Uji One-Way Anova Untuk Melihat Pengaruh Hasil Belajar Kognitif
Pada Materi Ekosistem Terhadap Responsibility Ekosistem Di Heritage
TNBBS ............................................................................................................66
24. Persentase Responsibility Ekosistem Di Heritage TNBBS Berdasarkan
Dimensi Responsibility Ekosistem ..................................................................67

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Triangle Pengetahuan .....................................................................................21


2. Bagan Hubungan Antara Nilai, Sikap, Tingkah Laku dan Kepribadian .........22
3. Bagan Kerangka Pikir Peneliti ........................................................................42
4. Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ................................43

xviii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Heritage memiliki makna sebagai warisan budaya masalalu yang perlu

diwariskan (UNESCO, 2005: 34). Menurut Pendit, U.C (2015: 71)

mendefinisikan heritage sebagai identitas suatu bangsa yang diwariskan dari

leluhur yang perlu dilestarikan. Berdasarkan pada jenis daya tariknya, warisan

dapat digolongkan ke dalam warisan alami (taman nasional, kawasan lindung

alami), warisan budaya kehidupan (kebiasaan, makanan, adat istiadat),

warisan yang dibangun (bangunan bersejarah, monumen, reruntuhan kuno),

warisan industri (tekstil, batubara), warisan pribadi (kuburan, situs

keagamaan) dan warisan kelam (tempat-tempat kekejaman, simbol kematian

dan kesakitan).

Salah satu heritage alami yang terdapat di Indonesia adalah Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang memiliki keanekaragaman jenis hayati

(biodiversity) yang sangat tinggi, baik flora maupun fauna. Berdasarkan nilai

konservasi yang tinggi tersebut United Nation Educational, Scientific and

Cultural Organization (UNESCO) menetapkan kawasan ini menjadi Tapak

Warisan Dunia Klaster Alam (Cluster Natural World Heritage Site) dengan
2

nama The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera pada bulan Juli tahun

2004 (Suyadi, 2011: 196).

TNBBS yang ditetapkan sebagai heritage memiliki beberapa fungsi yaitu

sebagai hutan konservasi biodiversitas bagian pulau Sumatera serta sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan jenis tumbuhan dan

satwa liar beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan yang berkelanjutan untuk

kepentingan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, budaya, penunjang

budidaya dan wisata alam. Namun, TNBBS telah ditempatkan di daftar

bahaya sejak 2011 oleh UNESCO. Hal ini dikarenakan ancaman yang

ditimbulkan oleh perburuan liar, pembalakan liar, perambahan pertanian dan

rencana untuk membangun jalan melalui situs tersebut. Hal ini didasarkan

pada rendahnya kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya kawasan

konservasi TNBBS. Oleh karena itu, sikap tanggung jawab penting

ditanamkan sedari dini untuk menimbulkan kesadaran akan pentingnya

menjaga heritage TNBBS. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya di masa yang

akan datang. Menurut Mulyasa (2013: 17) pendidikan merupakan sarana

untuk menyiapkan sumber daya manusia generasi masa kini dan sekaligus

masa depan. Dalam pendidikan, pengetahuan dan sikap berkaitan erat.

Penelitian yang dilakukan oleh Nia (2018: 56) di SMA Negeri 4 Metro

mengenai hubungan pengetahuan dan sikap peduli lingkungan terhadap


3

ekosistem menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif diantara kedua

variabel. Jika dikaitkan dalam konteks ini maka seharusnya sikap tanggung

jawab dapat terbentuk ketika seseorang telah memiliki pengetahuan yang baik

tentang lingkungan itu sendiri. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Dwi

(2016:128-130) bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat antara

pandangan manusia terhadap kelestarian lingkungannya. Selanjutnya

dikatakan pula bahwa pandangan masyarakat tersebut tergantung dari

pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya, serta norma-norma yang

terdapat di sekitar lingkungan tempatnya berada. Banyak faktor yang menjadi

penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Diantaranya, yaitu rendahnya

tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan hidup

sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima informasi yang

bermanfaat bagi dirinya.

BSNP (2010: 45) mendefinisikan sejumlah aspek berbasis sikap afektif dan

perilaku yang dibutuhkan pada abad ke-21 salah satunya yaitu

social responsibility yaitu memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan

kehidupan maupun komunitas yang ada disekitar. Perilaku tanggung jawab

lingkungan adalah suatu keharusan untuk mencakup berbagai perilaku yang

dapat di amati berupa tujuan berkontribusi untuk solusi dari masalah

lingkungan di sekitar. Perilaku tanggung jawab lingkungan adalah tindakan

peserta didik pada kehidupan sehari-hari terutama dalam interaksinya dengan

lingkungan serta dalam rangka pelestarian lingkungan dan aktivitas

lingkungan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan


4

lingkungan. Salah satunya adalah kurangnya dalam pelesatarian ekosistem

TNBBS yang merupakan warisan dunia.

Biologi merupakan ilmu tentang kehidupan yang didalamnya membahas

mengenai hewan, tumbuhan, manusia, mikroorganisme, lingkungan dan

interaksinya (Firmansyah,2009). Ekosistem terdapat pada kompetensi dasar

3.10 Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar

komponen tersebut. Materi ini berisi komponen ekosistem dan interaksinya

serta dampak ketidakseimbangan ekosistem dan upaya untuk mengatasi

ketidakseimbangan ekosistem tersebut. Peserta didik diharapkan setelah

mempelajari materi ekosistem dapat menganalisis ketidakseimbangan

ekosistem yang ada disekitarnya dan mencari solusi sehingga ekosistem dapat

dijaga kelestariannya salah satunya yaitu TNBBS.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1

Ulubelu dengan guru biologi kelas X, dalam proses pembelajaran belum

pernah diadakan pengukuran sikap tanggung jawab peserta didik, baik pada

saat kegiatan pembelajaran maupun observasi guru. SMA Negeri 1 Ulubelu

dipilih untuk dijadikan penelitian karena terletak di sekitar kawasan Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Sebagai seorang pelajar peserta

didik seharusnya memiliki responsibility untuk menjaga dan melestarikan

alam yang ada salah satunya yaitu heritage Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan (TNBBS). Selain itu, menurut guru biologi SMA Negeri 1 Ulubelu,

dalam pembelajaran sudah menerapkan kurikulum 2013, metode yang sering

digunakan dalam pembelajaran adakah metode konvensional yaitu ceramah.


5

Namun, dikarenakan adanya pandemi Covid-19 sekolah menggunakan

pembelajaran online (daring) dalam pembelajarannya yang sebelumnya

belum pernah dilakukan.

Pandemi Covid-19 mengguncang dunia pada tahun 2020. Hal ini

mengakibatkan penghentian sementara kegiatan belajar di sekolah. Sekolah

dianggap sebagai salah satu media yang berpotensi memperluas penyebaran

Covid-19 karena adanya interaksi secara langsung antara murid, guru dan

orang tua dengan jarak yang dekat. UNESCO dalam Covid-19 Prevention and

Control In Schools (Maret, 2020) menyebutkan bahwa ketika situasi

persebaran virus semakin cepat maka sekolah harus ditutup dan proses

pendidikan harus tetap berjalan melalui kegiatan pembelajaran online dengan

menggunakan berbagai media. Indonesia menjadi salah satu negara yang

memberlakukan belajar mengajar jarak jauh dalam bentuk belajar kelas

online, kelas model online atau dalam bentuk tugas di rumah, baik dalam

tingkat sekolah dasar, menengah dan juga universitas (Zaharah, dkk.,

2020:10).

Pelaksanaan pembelajaran online merupakan inovasi yang dapat

dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, tidak hanya dalam penyampaian

materi pembelajaran tetapi juga perubahan dalam kemampuan berbagai

kompetensi peserta didik. Melalui proses pembelajaran online peserta didik

tidak hanya mendengarkan uraian materi dari pendidik saja tetapi juga aktif

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan sebagainya. Adapun

pembelajaran online dapat mengukur keberhasilan peserta didik melalui hasil


6

pengetahuan belajar dari peserta didik. Hasil belajar merupakan kemampuan

yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat

memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap

dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya,

sebagaimana yang dikemukakan Hilgard yang dikutip oleh Sanjaya

(2010:228-229).

Keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi online salah satunya dapat

mengukur hasil belajar peserta didik dengan menjawab soal-soal yang

dikerjakan peserta didik pada materi sesuai mata pelajaran. Hasil belajar

tersebut dapat dikatakan sebagai hasil belajar kognitif (Munzenmaier &

Rubin, 2013: 18). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kognitif

sangatlah kompleks yang menyangkut faktor internal maupun faktor

eksternal, seperti: minat, motivasi, sikap, kecerdasan , lingkungan belajar,

strategi belajar, keadaan fisik dan lain-lain (Bachtiar,Rijal, 2015: 16).

Penelitian yang di lakukan oleh Sobron, dkk. (2020: 1-5) menunjukkan hasil

bahwa pembelajaran bebasis daring dapat meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran IPA siswa di SDN 3 karanglo Tawamangu.

Pelaksanaan pembelajaran online akan menghasilkan hasil belajar kognitif

yang dapat mengukur pengetahuan peserta didik pada materi ekosistem

sehingga dapat mengetahui tanggung jawab (responsibility) dari peserta didik.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas mempertimbangkan

pentingnya sikap tanggung jawab peserta didik terhadap lingkungan heritage

TNBBS, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul berjudul


7

“Pengaruh Hasil Belajar Kognitif Dari Pembelajaran Online Pada Materi

Ekosistem Terhadap Responsibility Ekosistem Di Heritage TNBBS di SMA

Negeri 1 Ulubelu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu :

1. Apakah ada pengaruh hasil belajar kognitif dari pembelajaran online

pada materi ekosistem terhadap responsibility ekosistem di heritage

TNBBS di SMA Negeri 1 Ulubelu?

2. Dimensi manakah yang paling dikuasai oleh peserta didik untuk

meningkatkan responsibility ekosistem di heritage TNBBS ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas,

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar kognitif dari pembelajaran

online pada materi ekosistem terhadap responsibility ekosistem di

heritage TNBBS di SMA Negeri 1 Ulubelu

2. Untuk mengetahui dimensi yang paling dikuasai oleh peserta didik untuk

meningkatkan responsibility ekosistem di heritage TNBBS.


8

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peserta didik, dapat menambah pengetahuan materi ekosistem dan

meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik di heritage TNBBS serta

dapat memberikan pengalaman belajar menggunakan googleform.

2. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan bekal sebagai calon

pendidik biologi. serta dapat mengetahui sikap tanggung jawab yang

dimiliki oleh peserta didik terhadap heritage TNBBS.

3. Bagi pendidik, dapat menjadi referensi untuk mengembangkan sikap

tanggung jawab peserta didik di heritage TNBBS melalui kegiatan

pembelajaran online yang dapat digunakan dalam mata pelajaran biologi.

4. Bagi sekolah, dapat memberikan informasi mengenai sistem pembelajaran

online sehingga sekolah dapat mengembangkan pembelajaran dengan

lebih baik.

E. Ruang Lingkup penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran online merupakan segala aktivitas belajar yang

menggunakan bantuan teknologi elektronik yang dapat diaplikasikan

dalam pendidikan jarak jauh..

2. Responsibility yang diteliti adalah social responsibility atau tanggung

jawab yang dimiliki oleh peserta didik terhadap lingkungan heritage


9

TNBBS. Diukur dengan menggunakan kuisioner secara online dalam

bentuk skala likert.

3. Hasil belajar kognitif yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan

skor yang di peroleh dari tes secara online pada materi pokok ekosistem.

4. Materi pokok pada penelitian ini adalah Ekosistem di SMA kelas X

dengan KD 3.10 Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan

interaksi antar komponen tersebut.

5. Heritage Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) adalah salah

satu warisan dunia yang memiliki keanekaragaman jenis hayati

(biodiversity) yang tinggi, baik flora maupun fauna.

6. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X di SMA Negeri

1 Ulubelu, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus semester genap

tahun ajaran 2019/2020.


10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Online ( Daring)

Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta

didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik

(Warsita, 2008:85). Menurut Pribadi (2009:10) menjelaskan bahwa

pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan

terjadinya aktivitas belajar dalam individu. Dalam pengertian lain,

pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi

sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik

(Sadiman dkk, 1986:7). Sedangkan menurut Depdiknas (dalam Warsita,

2008:85) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”

Berdasarkan dari pendapat di atas mengenai pembelajaran menurut para

ahli dapat di katakan bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi aktif

antara guru yang memberikan bahan pelajaran dengan siswa sebagai

objeknya. Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang didalamnya

terdapat sistem rancangan pembelajaran hingga menimbulkan sebuah

interaksi antara pemateri (guru) dengan penerima materi (murid/siswa).


11

Adapun beberapa rancangan proses kegiatan pembelajaran yang harus

diterapkan adalah dengan melakukan pendekatan pembelajaran, strategi

pembelajaran serta metode pembelajaran (Rusman, 2016).

Metode merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran

untuk menetukan keberhasilan belajar. Metode merupakan cara yang

dipakai seorang pengajar/pendidik untuk menyampaikan materi kepada

siswa. Pemilihan metode pembelajaran pada dasarnya perlu disesuaikan

dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa/peserta didik. Seorang

pendidik tidak hanya memberikan materi ataupun penilaian saja namun

seorang pendidik perlu memberikan metode yang berpengaruh kepada

hasil dari proses pembelajaran siswanya. Maka dari itu seorang pendidik

harus memiliki prinsip-prinsip pengajaran. Berbagai metode harus

disiapkan oleh pengajar/pendidik misalnya metode pengajaran bervariasi,

berencana dan berlanjut terutama dalam pengajaran vokal grup, pengajar

harus selalu mempunyai ide-ide yang kreatif untuk menunjang dan

meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.

Strategi pembelajaran merupakan suatu cara, taktik, atau siasat. Senjaya

(2008) menjelaskan bahwa “Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien”. Adapun menurut

Faturrohman dan Sutikno (2008:14) strategi pembelajaran adalah

“kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan yang telah digariskan”. Dari dua pendapat diatas terdapat
12

persamaan dari mengenai pengertian strategi pembelajaran. Secara garis

besar diartiakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu upaya yang

dilakukan dan dikerjakan oleh guru dan siswa agar proses belajar mengajar

dapat mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

Dalam strategi pembelajaran ini juga dapat digunakan strategi

pembelajaran online yang digunakan dikarenakan terjadinya pandemi

Covid-19 sehingga dapat digunakan pembelajaran bersifat daring.

Pembelajaran online atau daring merupakan program penyelenggaraan

kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target

yang masif dan luas. Melalui jaringan, pembelajaran dapat

diselenggarakan secara masif dengan peserta yang tidak terbatas (Bilfaqih

dan Qomarudin, 2015: 1). Menurut Rusman (2019:293) pembelajaran

online atau E-learning adalah segala aktivitas belajar yang menggunakan

bantuan teknologi elektronik, yang dapat diaplikasikan dalam pendidikan

konvensional dan pendidikan jarak jauh. Di dalam buku Salman Khan

(2012) yang berjudul “The One World Schoolhouse”, mengatakan

“Pendidikan tidak terjadi di dalam ruang antara mulut guru dan telinga

murid. Pendidikan terjadi di ruang di dalam otak masing-masing.” Hal ini

sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivisme bahwa ilmu

pengetahuan itu dibangun oleh murid melalui proses belajar, bukan

dipindahkan dari guru ke murid. Ada tiga hal penting sebagai persyaratan

kegiatan pembelajaran online atau belajar elektronik (e-learning), yaitu:

(a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan, dalam

hal ini dibatasi pada penggunaan internet, (b) tersedianya dukungan


13

layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya

External Harddisk, Flaskdisk, CD-ROM, atau bahan cetak, dan (c)

tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar

apabila mengalami kesulitan.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran online (e-learning) menurut

Kusmana (2011:39). Berikut beberapa kelebihan yang dimiliki dalam

pemanfaatan e-learning untuk proses pembelajaran (1) memberikan

pengalaman yang menarik dan bermakna bagi peserta didik; (2)

memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang; (3)

mengurangi atau menghemat biaya pendidikan, seperti mengurangi bahkan

menghilangkan biaya perjalanan untuk pelatihan, menghilangkan biaya

pembangunan sebuah kelas dan mengurangi waktu yang dihabiskan oleh

pelajar untuk pergi ke sekolah; (4) mudah dicapai, pemakai dapat dengan

mudah menggunakan aplikasi e-learning dimanapun juga selama mereka

terhubung ke internet. E-learning dapat dicapai oleh para pemakai dan

para pelajar tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu; (5) kemampuan

bertanggung jawab, kenaikan tingkat, pengujian, penilaian, dan

pengesahan dapat diikuti secara otomatis sehingga semua peserta (pelajar,

pengembang dan pemilik) dapat bertanggung jawab terhadap kewajiban

mereka masing- masing di dalam proses belajar mengajar; (6) Adanya

kerjasama dalam komunikasi online; (7) dapat mengakses informasi dari

berbagai sumber; (8) Dapat mendorong peserta didik untuk lebih aktif dan

mandiri; (9) isi dan materi pembelajaran dapat di update dengan mudah.
14

Beberapa kekurangan yang dimiliki dalam pemanfaatan e-learning untuk

proses pembelajaran sebagai berikut (1) kurangnya interaksi antara

pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri. Kurangnya

interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar

mengajar; (2) kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek

sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial; (3)

proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;

(4) berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik

pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik

pembelajaran yang menggunakan ICT; (5) tidak semua tempat tersedia

fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya

listrik, telepon ataupun komputer); (6) kurangnya pengetahuan dan

keterampilan tentang internet dan; (7) kurangnya penguasaan bahasa

komputer (8) peserta didik dapat terisolasi (Eveline, 2010: 192).

Pembelajaran online (daring) memiliki beberapa fungsi yaitu (1)

suplemen (tambahan), e-learning berfungsi sebagai suplemen (tambahan),

yaitu: peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan

memanfaatkan materi e-learning atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada

kewajiban / keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi e-

learning. Sekalipun sifatnya operasional, peserta didik yang

memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau

wawasan; (2) komplemen (pelengkap), e-learning berfungsi sebagai

komplemen (pelengkap), yaitu: materinya diprogramkan untuk melengkapi

materi pelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Di sini berarti
15

materi e-learning diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement

(penguatan) atau remedial bagi peserta didik didalam mengikuti kegiatan

pembelajaran konvensional; (3) substitusi (pengganti), e-learning

berfungsi sebagai substitusi (pengganti), yaitu: peserta didik boleh

memilih beberapa model pembelajaran yang ditawarkan oleh guru, dan

salah satunya dengan model pembelajaran e-learning yang akan dijadikan

pengganti pembelajaran konvensional.

Pembelajaran online (daring) memiliki beberapa manfaat yaitu (1)

meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan

multimedia secara efektif dalam pembelajaran; (2) meningkatkan

keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui

penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan; (3) menekan biaya

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui

pemanfaatan sumber daya bersama.

Media online merupakan media yang menggunakan internet. Media online

menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi

yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga hubungan dengan

komunikasi personal yang terkesan perorangan (Rumanti, 2002: 101).

Internet memiliki beberapa karakteristik, seperti media yang berbasis

teknologi, berkarakter fleksibel, potensi interaktif, berfungsi secara privat

dan publik, memiliki aturan yang rendah, dan berhubungan. Internet juga

menciptakan pintu gerbang baru bagi organisasi yang dapat diakses secara

global dari berbagai penjuru dunia. Karekteristik interaktif dari internet


16

dapat menjadi sarana yang efektif untuk membangun dan memelihara

hubungan sayang saling menguntungkan jika web digunakan dengan

benar.

Media sosial mempunyai banyak bentuk, diantaranya yang paling populer

yaitu whatsapp, microblogging (Twitter), facebook, dan blog. Dalam hal

ini juga bahwa penelitian ini menggunakan media berbasis online yang

tujuannya untuk mencapai agar proses pembelajaran siswa-siswa tersebut

dapat berlangsung walaupun terjadinya pandemi ini baik secara efektif

maupun efisien.

a. Google Form

Google form merupakan salah satu komponen layanan google docs.

Aplikasi ini sangat cocok untuk mahasiswa, guru, dosen, pegawai

kantor dan profesional yang senang membuat quiz, form dan survey

online. Fitur dari google form dapat di bagi ke orang-orang secara

terbuka atau khusus kepada pemilik akun Google dengan pilihan

aksesibilitas, seperti: read only (hanya dapat membaca) atau editable

(dapat mengedit dokumen). Pada google form terdapat tanggapan

survey yang diolah menjadi sebuah grafik lingkaran (Hamdani,

dkk:2017).

Adapun beberapa fungsi google form untuk dunia pendidikaan adalah

sebagai berikut (1) memberikan tugas latihan/ ulangan online melalui

laman website; (2) mengumpulkan pendapat orang lain melalui laman

website; (3) mengumpulkan berbagai data siswa/ guru melalui


17

halaman website; (4) membuat formulir pendaftaran online untuk

sekolah; (5) membagikan kuesioner kepada orang-orang secara online.

Penggunaan google form sebagai alat penilaian proses pembelajaran

juga mendukung program penghematan kertas sebagai wujud peduli

lingkungan. Selain itu, tenaga dan waktu yang diperlukan guru untuk

menyebarkan angket dan mengolah datanya lebih hemat dan mudah.

b. Whatsapp Messenger

Whatsapp sebagai salah satu media sosial saat ini banyak yang

menggunakan untuk kepentingan bersosialisasi maupun sebagai

penyampaian pesan baik oleh individu maupun kelompok. Menurut

Harianto (2010) whatsapp messenger adalah aplikasi pesan

untuk ponsel cerdas. Whatsapp messenger merupakan aplikasi pesan

lintas platform yang whatsapp messenger menggunakan paket data

internet. Aplikasi whatsapp messenger memungkinkan kita bertukar

pesan tanpa pulsa, karena messenger menggunakan koneksi internet

3G, 4G atau wifi untuk komunikasi data. Dengan menggunakan

WhatsApp, kita dapat melakukan obrolan daring, berbagi file, bertukar

foto dan lain-lain.

WhatsApp mempunyai beberapa fitur yaitu (1) mengirim pesan teks;

(2) mengirim foto dari galeri ataupun dari kamera; (3) mengirim

video; (4) mengirimkan berkas-berkas kantor atau yang lainnya; (5)

menelpon melalui suara, termasuk mengirim pesan suara yang dapat

didengarkan oleh penerima setiap saat; (6) berbagi lokasi


18

memanfaatkan GPS; (7) mengirimkan kartu kontak dan (8) whatsApp

juga mendukung beberapa emoji, namun untuk stiker, whatsApp

tergolong minimalis.

Penggunaan aplikasi whatsapp juga memiliki manfaat yaitu (1)

personal atau grup chat; (2) media pendidikan (3) media bisnis; (4)

berbagi berita dan informasi; (5) video dan voice call; (6) media

komunitas. Grup whatsApp memungkinkan para penggunanya untuk

menyampaikan informasi atau pengumuman tertentu, berbagi ide dan

sumber pelajaran, serta mendukung terjadinya diskusi secara online.

B. Hasil Belajar Kognitif

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat diukur dari seberapa

besar hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tersebut. Menurut

Hamalik (2006: 144), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam

perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotorik). Hasil belajar kognitif adalah kemampuan yang diperoleh

setelah melalui proses belajar. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar

ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-

tujuan intruksional (abdurahman, 1999: 37).

Kirkpatrick dalam Harun dan Mansur (2007: 3), menyarankan tiga

komponen yang harus dievaluasi dalam pembelajaran yaitu pengetahuan


19

yang dipelajari, keterampilan apa yang dikembangkan, dan sikap apa yang

perlu diubah. Hasil belajar kognitif adalah kemampuan siswa dalam

mempelajari suatu konsep di sekolah dan dinyatakan dalam skor melalui

hasil tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pencapaian

pembelajaran (Susanto, 2013) Nilai merupakan suatu respon dari sesuatu

yang telah dilakukan. Dalam hal ini hasil belajar diartikan sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar

dan diberi penilaian. Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Tes ini dapat

diberikan secara tulisan, lisan, maupun tindakan. Soal-soal tes ada yang

disusun dalam bentuk objektif dan ada juga yang disajikan dalam bentuk

essay atau uraian. Sedangkan yang termasuk non tes sebagai alat penilaian

mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, dan studi

kasus (Sudjana, 2004: 5).

Hasil belajar kognitif diartikan berbeda-beda oleh para ahli. Menurut

Mudjiono (2002: 202-204), hasil belajar kognitif yaitu ranah yang

berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan

informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual. Menurut Rahmah

(2012, 198-199) ranah kognitif yaitu kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu

pengetahuan.

Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang

berbeda- beda. Keenam tingkat tersebut ada dalam taksonomi Bloom


20

(Darmadi, 2009 : 26) yaitu a) mengingat (remember) yaitu mengambil

pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. b) memahami

(understand) yaitu membangun makna dari pesan termasuk lisan, menulis

dan komunikasi grafis. Seorang peserta didik dikatakan memahami

sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang

lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. c)

mengaplikasikan (apply) yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan

atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,

prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi

yang baru dan konkrit. d) menganalisis (analyze) yaitu kemampuan

seseorang untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke

dalam unsur-unsur atau komponenkomponen pembentuknya. Pada tingkat

analisis ini, peserta didik diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat

memilah-milahnya menjadi bagianbagian. e) mengevaluasi (evaluate)

yaitu kemampuan seseorang untuk membuat suatu pelinilaian tentang

suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan suatu

kriteria tertentu. Kegiatan evaluasi dapat dilihat dari segi tujuannya,

gagasannya, cara kerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya,

atau lainnya. f) menciptakan (create) yaitu suatu proses dimana seseorang

dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan

menggabungkan berbagai faktor yang ada.

Menurut Surbakti (2015: 2), pendidikan ontologinya adalah upaya

mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi

fisik maupun potensi rekayasa untuk kepekaan bertanggung jawab agar


21

potensi-potensi sumber daya alam menjadi nyata dapat difungsikan untuk

kepentingan semua makhluk hidup. Proses pendidikan melalui penerapan

model pembelajaran atau strategi pembelajaran akan menghasilkan output

berupa pengetahuan yang merupakan hasil belajar kognitif. Penerapan

model pembelajaran atau strategi pembelajaran juga berfungsi untuk

mempertinggi taraf kehidupan sosial. Taraf kehidupan sosial yang

dimaksud termasuk dalam inovasi. Dimana inovasi ini meliputi bidang

bidang teknologi dan sosial. Jadi, melalui proses pendidikan dengan

penerapan model pembelajaran akan menghasilkan suatu pengetahuan dan

pengetahuan ini dapat menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi dan

sosial dalam hal ini adalah sikap tanggung jawab atau responsibility.

Hubungan antara ketiga hal tersebut di sebut dengan “The Knowledge

Triangle”.

Gambar 1. Triangle Pengetahuan


22

C. Responsibility Ekosistem

Sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Individu akan memberikan respon dengan cara-cara tertentu terhadap

stimuli yang diterima. Respon tersebut merupakan bentuk kesiapan

individu. Respon di klasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu respon

kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini),

respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), dan respon

perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai

perilaku) (Azwar, 2011: 5). Dengan melihat salah satu saja di antara ketiga

bentuk respon tersebut, sikap seseorang sudah dapat diketahui. Sikap yang

dilakukan secara terus-menerus dapat membentuk pola tingkah laku. Pola

tingkah laku yang dilakukan secara berkesinambungan akan membentuk

kepribadian. Ambroise (2000, dalam Azwar, 2011: 69) menjelaskan

hubungan antara nilai, sikap, tingkah laku, dan kepribadian sebagai

berikut:

Pola sikap
Kepribadian
Nilai seseorang/
kelompok
Pola Tingkah Laku

Gambar 2. Bagan Hubungan Antara Nilai, Sikap, Tingkah Laku dan


Kepribadian

Berdasarkan gambar di atas, dapat dikatakan bahwa nilai menjadi landasan

dalam menentukan sikap dan sikap menjadi landasan dalam bertingkah

laku. Sikap yang dilakukan secara terus-menerus akan membentuk pola


23

tingkah laku dan pola tingkah laku tersebut akan membentuk karakter.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memperhatikan sikap yang merujuk

pada tanggung jawab peserta didik di wilayah heritage TNBBS terhadap

lingkungan ekosistem, sikap dan perilaku tersebut dapat di

implementasikan dalam kegiatan belajar.

Responsibilty adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atas

perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Menurut

Narwanti (2011: 30), tanggung jawab adalah sikap atau perilaku seseorang

untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial, dan

budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Adisubroto (1984

dalam Ritohardoyo, 2013: 64) sikap seseorang dapat tercermin pada

perilakunya, yang besar kemungkinannya berpengaruh terhadap

lingkungan. Manusia dan lingkungan hidup (alam) memiliki hubungan

sangat erat. Keduanya saling memberi dan menerima pengaruh besar satu

sama lain. Pengaruh alam terhadap manusia lebih bersifat pasif, sedangkan

pengaruh manusia terhadap alam lebih bersifat aktif. Disinilah social

responsibility sangat penting. Tanggung jawab terhadap lingkungan sangat

besar, karena manusia yang akan mempengaruhi baik buruknya suatu

lingkungan. Sikap peduli lingkungan dan tanggung jawab dalam

kehidupan sehari-hari bermasyarakat dapat diartikan sebagai reaksi

seseorang terhadap lingkungannya yaitu dengan tidak merusak lingkungan

alam dan menjaganya sehingga akan tercipta lingkungan yang bersih dan

asri.
24

Responsibility merupakan salah satu sikap yang terdapat dalam penilaian

efektif berbasis Kurikulum 2013. Lickona (2015: 69) mengatakan bahwa

program pendidikan moral yang berdasarkan pada dasar hukum moral

dapat dilaksanakan dalam dua nilai moral yang utama, yaitu sikap hormat

dan tanggung jawab. Pernyataan ini membuktikan bahwa sikap tanggung

jawab memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional. Darajat dalam Aziz (2013: 11) berpendapat bahwa

salah satu yang menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap lingkungan

hidup adalah tidak tertanamnya karakter tanggung jawab dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, pengalaman belajar yang diperoleh peserta

didik secara langsung dari lingkungan memberikan dampak terhadap

peningkatan perilaku peduli lingkungan dan memberikan efek positif

terhadap peningkatan sikap tanggung jawab peserta didik terhadap

kelestarian lingkungan (Ardianti, dkk, 2017: 5).

Berdasarkan teori Heagel dan di kembangkan Alznauer (2015)

Responsibility (tanggung jawab) secara konseptual awalnya

memperkenalkan rasa relevan "tanggung jawab" dengan memulai dengan

tanggung jawab moral sebagai pujian, keterbukaan terhadap evaluasi

moral atas apa yang di lakukan. Terdapat tiga indikator responsibility atau

tanggung jawab berdasarkan teori Heagel yaitu mematuhi; peduli; dan

tindakan aksi. Definisi operasional yaitu moral individu (siswa) mematuhi

hukum dan peraturan lingkungan, rambu-rambu peringatan dan petunjuk

terkait ekosistem, ikut serta dalam latihan atau darurat tanggap tentang
25

potensi bahaya yang terkait ekosistem dan kerja sama mengerti rahasia

informasi tentang dampak untuk ditindak dan digunakan informasi ini saat

dibutuhkan ekosistem.

D. Heritage Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Heritage memiliki makna sebagai warisan budaya masalalu yang perlu

diwariskan (UNESCO, 2005: 34). Menurut Synder dan Catanse dalam

Budiharjo (1994) beberapa karakteristik heritage yaitu kelangkaan,

kesearahan, estetika, superlativitas, keamakan, dan pengaruh. Selain dari

pada karakterstik tersebut heritage juga mengandung nilai-nilai

diantaranya yaitu nilai sosial, nilai komersial, dan nilai ilmiah. Nilai-nilai

tersebut dapat dijabarkan yaitu nilai sosial dimaknai karena memiliki

manfaat bagi masyarakat. Kedua nilai komersial dapat dimaknai karena

dianggap memiliki peluang untuk dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi,

dan ketiga nilai ilmiah memiliki peran untuk pengembangan suatu ilmu

pengetahuan (Kers, 1983).

Menurut pendapat Pendit, U.C (2015:71) Heritage atau warisan

mendefinisikan identitas suatu bangsa yang diwariskan dari leluhur yang

perlu dilestarikan. Berdasarkan pada jenis daya tariknya, warisan dapat

digolongkan kedalam warisan alami (taman nasional, kawasan lindung

alami), warisan budaya kehidupan (kebiasaan, makanan, adat istiadat),

warisan berwujud (bangunan bersejarah, monument, reruntuhan kuno),

warisan industri (tekstil, batubara), warisan pribadi (kuburan, situs


26

keagamaan) dan warisan saujana (tempat-tempat kekejaman, simbol

kematian dan kesakitan).

Di Sumatra terdapat Situs Warisan Hutan Hujan Tropis (Tropical

Rainforest Heritage of Sumatra) yang terdiri dari tiga taman nasional yaitu

Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Situs ini memiliki potensi terbesar

untuk konservasi jangka panjang biota Sumatera yang khas dan beragam,

termasuk banyak spesies yang terancam punah. Kawasan lindung

merupakan rumah bagi sekitar 10.000 spesies tanaman, termasuk 17 genus

endemik; lebih dari 200 spesies mamalia; dan sekitar 580 spesies burung

di mana 465 adalah penduduk dan 21 spesies endemik. Dari spesies

mamalia, 22 adalah Asia, tidak ditemukan di tempat lain di kepulauan dan

15 lainnya terbatas pada wilayah Indonesia, termasuk orangutan Sumatra

endemik. Selain memiliki keanekaragaman hayati tinggi juga merupakan

tempat tinggal bagi tiga jenis mamalia besar yang paling terancam di

dunia: gajah Sumatra (kurang dari 2000 ekor yang bertahan hidup saat ini),

badak Sumatra (populasi global keseluruhan: 300 individu dan semakin

berkurang drastis jumlahnya) dan harimau Sumatra (populasi global

keseluruhan sekitar 400 individu).

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan perwakilan

dari rangkaian pegunungan bukit barisan yang terdiri dari tipe vegetasi

hutan mangrove, hutan pantai, hutan tanah tropika sampai pegunungan di

Sumatra. Ekosistem TNBBS terbilang lengkap karena memiliki tipe


27

ekosistem hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan bukit,

hutan hujan pegunungan bawah, hutan hujan pegunungan tinggi dan cagar

laut. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang memiliki

keanekaragaman jenis hayati (biodiversity) yang sangat tinggi, baik flora

maupun fauna. Berdasarkan nilai konservasi yang tinggi tersebut United

Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)

menetapkan kawasan ini menjadi Tapak Warisan Dunia Klaster Alam

(Cluster Natural World Heritage Site) dengan nama The Tropical

Rainforest Heritage of Sumatera pada bulan Juli Tahun 2004 (Suyadi,

2011: 196). Bukit Barisan Selatan dinyatakan sebagai Cagar Alam Suaka

Margasatwa pada tahun 1935 dan menjadi Taman Nasional pada tahun

1982.

TNBBS terletak di ujung wilayah barat daya Sumatra. Tujuh puluh persen

dari taman (249.552 hektare) termasuk dalam administrasi wilayah

Lampung Barat dan wilayah Tanggamus, di mana keduanya adalah bagian

dari Provinsi Lampung. Bagian lainnya dari taman mencakup 74.822

hektare (23% dari luas taman keseluruhan) dan berada di wilayah Kaur

dari Provinsi Bengkulu. Provinsi Sumatra Selatan juga sangat penting bagi

tumpang-tindih perbatasan taman dengan perbatasan provinsi.

Namun seiring berjalannya waktu kondisi di beberapa bagian TNBBS

telah mengalami kerusakan seperti illegal logging, perburuan satwa,

perambahan, pembalakan liar, ekspansi perkebunan monokultur dan

pembangunan jalan, taman nasional ini mendapat sorotan dari dunia.


28

World Heritage Commite UNESCO pun memasukkan Tropical Rainforest

Heritage of Sumatera sebagai Situs Warisan Dunia dalam Bahaya (List of

World Heritage in Danger), pada 22 Juni 2011. Kerusakan tersebut

ditandai dengan perubahan tutupan vegetasi menjadi tutupan vegetasi yang

tidak sama dengan yang seharusnya. Karena kawasan TNBBS merupakan

areal perlindungan perwakilan hutan hujan dataran rendah dan

pegunungan. Akan tetapi, sebagian vegetasi tersebut sekarang telah

menjadi hutan sekunder, semak belukar, semak, kebun kopi, bahkan

sebagian berupa tanah terbuka yang tidak bervegetasi sehingga fungsi

hutan sebagai habitat dan hutan lindung mengalami penurunan.

Secara evolusi, vegetasi yang telah mengalami perubahan tersebut, melalui

proses suksesi secara berangsur-angsur akan pulih. Akan tetapi, proses

tersebut memerlukan waktu yang lama, bahkan dikhawatirkan proses

suksesi tersebut akan mengarah kepada keseimbangan baru yang tidak

sesuai dengan kondisi semula. Hal ini disebabkan, perubahan vegetasi

tersebut terjadi karena adanya campur tangan manusia yang cenderung

meningkat. Oleh karena itu sangat penting diberikannnya pendidikan dini

terkait penanaman sikap tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan

wilayah TNBBS ini.

E. Materi Ekosistem

Adapun keluasan dan kedalaman materi komponen-komponen ekosistem

dan interaksi antar komponen tersebut yang dipelajari ditingkat SMA/MA


29

kelas X, sebagai berikut:

Tabel 1. Kedalaman dan Keluasan Materi Ekosistem

Kompetensi Dasar
3.10 Menganalisis komponen-komponen ekosistem dan interaksi
antarkomponen tersebut.
Keluasan Kedalaman
1. Komponen Penyusun ekosistem
ekosistem - Komponen abiotik
- Komponen biotik
2. Interaksi antar  Interaksi antar komponen ekosistem
komponen ekosistem  Aliran energi
- Rantai makanan
- Jaring-jaring makanan
 Piramida ekologi
- Piramida energi
- Piramida jumlah
- Piramida biomassa
 Daur biogeokimia
- Siklus nitrogen
- Siklus air
- Siklus karbon
- Siklus fosfor
- Siklus belerang (sulfur)
 Dinamika komunitas
3. Ketidakseimbangan  Dampak ketidakseimbangan
ekosistem ekosistem
 Upaya untuk mengatasi
ketidakseimbangan ekosistem
Sumber : Irnaningtyas (2016:403-420).

Kajian materi komponen-komponen ekosistem dan interaksi antar

komponen ditinjau buku Biologi 1 kelas X karangan Irnaningtyas (2016:

403-420) yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Komponen Ekosistem

Didalam suatu ekosistem terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok tak

hidup (abiotik) dan kelompok hidup (biotik). Berdasarkan struktur


30

dasar ekosistem, komponen ekosistem dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu:

a. Komponen abiotik

Komponen abiotik adalah komponen fisik dan kimiawi yang

terdapat pada suatu ekosistem sebagai medium atau substrat untuk

berlangsungnya suatu kehidupan. Komponen abiotik meliputi

udara, air tanah, garam mineral, sinar matahari, suhu, kelembapan,

dan derajat keasaman (pH).

b. Komponen biotik

Komponen biotik meliputi seluruh makhluk hidup di bumi.

Komponen tersebut bakteri, jamur, ganggang, lumut, tumbuhan

paku, tumbuhan tingkat tinggi, hewan Invertebrata, dan hewan

Vertebrata termasuk manusia. Berdasarkan segi tingkat trofik atau

nutrisi, komponen biotik dalam ekosistem dibedakan menjadi:

1. Komponen autotrof

Organisme uniseluler maupun multiseluler yang memiliki

klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis, misalnya

fitoplankton, ganggang, tumbuhan lumut paku dan berbiji. Dari

hasil fotosintesis, dihasilkan karbohidrat dan oksigen.

Organisme autotrof merupakan produsen utama dalam

ekosistem.

2. Komponen heterotrof

Organisme yang dalam hidupnya selalu memanfaatkan bahan

organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai bahan


31

makanan. Organisme heterotrof terdiri atas herbivora sebagai

konsumen primer (I), karnivora sebagai konsumen sekunder

(II), karnivor yang memakan karnivora sebagai konsumen

tersier (III), decomposer serta detritivor.

2. Interaksi Antarkomponen Ekosistem

Di dalam suatu ekosistem, terjadi interaksi antara satu komponen

biotik dengan komponen biotik lainnya dan antara komponen biotik

dengan komponen abiotik. Bentuk interaksi antarkomponen biotik

dapat terjadi antar spesies yang sama maupun spesies yang berbeda.

Interaksi antara komponen abiotik dengan komponen biotik

mengakibatkan terjadinya aliran energi dan daur biogeokimia.

Terdapat beberapa tipe interaksi antar spesies, yaitu sebagai berikut:

a. Netralisme adalah interaksi antara dua mahkluk hidup atau lebih

yang tidak berakibat apa-apa kepada kedua makhluk tersebut. Jadi

walaupun mereka hidup berdampingan satu sama lain namun

keduanya tidak mendapatkan keuntungan ataupun kerugian sama

sekali.

b. Kompetisi adalah interkasi antara dua atau lebih spesies yang

saling menghalangi. Biasa nya terjadi sebuah kompetisi untuk

memenangkan sesuatu seperti makanan, tempat kekuasaan, dan

juga persaingan mendapatkan betina. Biasa nya dalam simbiosis ini

terjadi kepada makhluk hidup yang sejenis atau pun memiliki sifat

dan kebiasaan yang sama (Irnaningtyas, 2016: 408). Persaingan

dapat mengakibatkan organisme atau spesies yang kalah bersaing


32

mati, tersingkir atau pindah tempat. Persaingan dapat terjadi pada

organisme yang memiliki niche atau posisi dalam suatu ekosistem

dan peranan fungsionalnya. Kompetisi dibedakan menjadi dua

macam yaitu organisme intraspesifik dan interspesifik.

c. Komensalisme adalah interaksi anatara dua atau lebih spesies yang

salah satu pihak untung sedangkan pihak lain tidak berpengaruh

oleh adanya asosiasi atau tidak dirugikan.

d. Amensalisme adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang

berakibat salah satu pihak dirugikan tetapi pikhak lain tidak

terpengaruh.

e. Parasitisme adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang

berakibat salah satu pihak dirugikan sedangkan pihak lain

diuntungkan.

f. Predasi (pemangsaan) adalah interaksi makan dan memakan antar

organisme.

g. Protokooperasi adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang

masing-masing pihak memperoleh keuntungan tetapi asosiasi yang

terjadi tidak merupakan keharusan.

h. Mutualisme adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang

masing-masing pihak memperoleh keuntungan dan saling

membuthkan sehingga asosiasi tersebut merupakan keharusan.


33

3. Aliran Energi

Dalam sistem ekologi, suatu organisme merupakan komponen

pengubah energi. Aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem

terjadi melalui rantai makanan dan jaring – jaring makanan.

a. Rantai makanan adalah jalur pemindahan (transfer) energi dari satu

tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya melalui peristiwa makan

dan dimakan.

b. Jaring – jaring makanan merupakan gabungan dari berbagai rantai

makanan yang saling berhubungan dan kompleks. Semakin

kompleks jaring-jaring makanan yang terbentuk, semakin tinggi

tingkat kestabilan suatu ekosistem.

4. Piramida Ekologi

Piramida ekologi adalah susunan atau tingkatan trofik (tingkat nutrisi

atau tingkat energi) secara berurutan menurut rantai makanan atau

jaring-jaring makanan dalam ekosistem. Piramida ekologi berfungsi

untuk menunjukkan perbandingan di antara tingkatan trofik yang satu

dengan tingkatan trofik lainnya pada suatu ekosistem. Piramida

ekologi dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:

a. Piramida jumlah adalah piramida yang menunjukkan jumlah

organisme pada setiap tingkatan trofik.

b. Piramida biomassa adalah piramida yang menggambarkan berat

atau massa kering total organisme hidup dari masing-masing

tingkat trofiknya pada suatu ekosistem dalam kurun waktu

tertentu.
34

c. Piramida energi adalah piramida yang menggambarkan terjadinya

penurunan energi pada tiap tahap tingkatan trofik.

5. Daur Biogeokimia

Dalam ekosistem unsur – unsur kimia beredar dari lingkungan melalui

komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan. Peredaran unsur –

unsur kimia dari lingkungan melalui komponen biotik dan kembali lagi

ke lingkungan disebut daur biogeokimia. Daur biogeokimia dapat

dikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu daur gas, daur cair, dan daur

padat (sedimen). Daur gas meliputi daur karbon dan daur nitrogen.

Daur cair meliputi daur air, sedangkan daur padat meliputi daur fosfor

dan belerang.

a. Daur karbon

Unsur karbon terdapat di atmosfer dalam bentuk senyawa karbon

anorganik, yaitu CO2. Senyawa karbon anorganik tersebut akan

diubah menjadi senyawa karbon organik oleh produsen melalui

proses fotosintesis disertai penyimpanan energi yang berasal dari

radiasi cahaya matahari.

b. Daur nitrogen

Nitrogen merupakan unsur yang penting dalam kehidupan, yaitu

sebagai komponen pembentuk protein atau komponen penyususun

asam nukleat (DNA dan RNA). Sumber utama nitrogen adalah N2

di atmosfer.
35

c. Daur air

Daur air berlangsung karena adanya pemanasan air oleh sinar

matahari secara terus-menerus. Air tersebut berevaporasi kemudian

jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es, atau

kabut. Air yang berpresipitasi di antaranya dapat berevaporasi atau

diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.

d. Daur fosfor

Fosfor di alam berasal dari pelapukan batuan mineral (batuan

fosfat) dan penguraian bahan organik (misalnya, kotoran ternak

atau hewan laut) oleh dekomposer.

e. Daur belerang (sulfur)

Belerang (sulfur) terdapat di atmosfer dalam bentuk sulfur dioksida

(SO2) yang berasal dari aktivitas vulkanis (misalnya, gunung

berapi), pembakaran bahan bakar fosil, asap kendaraan bermotor

dan pabrik. Belerang juga terdapat dalam bentuk hidrogen disulfida

(H2S) yang dilepas dari proses pembusukan bahan organik di dalam

tanah dan air yang dilakukan oleh bakteri dan jamur pengurai.

6. Ketidakseimbangan Ekosistem

Ekosistem terbentuk dari komponen hidup dan tak hidup di suatu

tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.

Keteraturan itu terjadi oleh adanya siklus materi dan aliran energi yang

terkendalikan oleh arus informasi antar komponen dalam ekosistem.

Masing-masing komponen memiliki fungsi yang berbeda- berbeda.

Selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan


36

bekerja sama dengan baik, keteraturan ekosistem itupun terjaga.

Keteraturan itu menunjukkan bahwa ekosistem berada dalam

keseimbangan tertentu.

Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan

homeostasis, yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai

perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Dengan kemampuan

seperti ini ekosistem mampu mendukung manusia dan makhluk hidup

yang lainnya untuk hidup secara normal dan wajar. Kemampuan

seperti ini akan memberikan dukungan secara maksimum terhadap

populasi dalam habitat tertentu, tanpa berdampak mengganggu

produktivitas habitat tersebut. Kemampuan lingkungan untuk

mendukung manusia dan perikehidupan yang lainnya, bukanlah

terfokus pada maksimum populasi, tetapi maksimum lingkungan yang

dapat terjaga.

Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar

terhadap suatu perubahan, namun biasanya batas mekanisme

homeostasis, dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan manusia.

Kemampuan suatu ekosistem untuk pulih kembali seperti semula

(kondisi seimbang), setelah mengalami kerusakan sering dinamakan

Daya lenting / (resiliensi).

Gangguan pada keseimbangan alam terjadi jika lingkungan menjadi

tidak seimbangan. Sebiah lingkungan menjadi seimbang jika terdapat :


37

1. Terjadi pola interaksi antara biotik dengan biotik dan biotik

dengan abiotik yang sehat.

2. Terdapat pola rantai makanan yang sehat, dengan tidak adanya

pihak yang mendominasi.

3. Lingkungan mampu mendukung segala bentuk makhluk hidup di

dalamnnya. Termasuk manusia.

4. Lingkungan mampu bertahan dari segala bentuk ancaman

gangguan keseimbangan.

Ancaman gangguan keseimbangan lingkungan adalah sebagai

berikut:

a. Faktor Alam

Gangguan keseimbangan lingkungan oleh alam adalah gangguan

yang terjadi secara natural. Gangguan keseimbangan lingkungan

alam terjadi saat lingkungan melakukan upaya merubah bentuk

relief muka bumi. gangguan keseimbangan ini berbentuk bencana

alam yang musni disebabkan oleh alam. Gangguan tersebut antara

lain:

1. Banjir adalah luapan air. Air yang meluap akan menyebabkan

kerusakan pada hutan maupun mahkluk hidup yang hidup

disekitarnya.

2. Tsunami adalah air laut yang sangat tinggi. Air laut yang

menerjang daratan, mampu menghancurkan kehidupan di

sekitar pantai.
38

3. Kebakaran hutan saat musim kemarau mampu

menghanguskan sebagian kecil atau sebagian besar hutan

4. Letusan gunung api, yang menyebabkan perubahan sebuah

gunung, banjir lahar dingin, serta munculnya aliran lava.

5. Angin topan mampu menghancurkan apapun yang

dilewatinya.

Akan tetapi, gangguan keseimbangan yang dilakukan oleh alam

tersebut, tidak memberikan kerusakan permanen kepada

lingkungan. Karena gangguan tersebut tidak terjadi secara terus

menerus, akan tetapi hanya terjadi beberapa tahun sekali atau

hanya terjadi beberapa kali dalam setahun. Saat gangguan

keseimbangan oleh alam telah usai, lingkungan memiliki

kekuatan untuk kembali pulih dari kerusakan, dan melakukan

perbaikan sendiri. Gangguan oleh alam terjadi secara alami, disaat

terdapat tekanan yang berasal dari dalam maupun luar bumi.

tekanan tersebut akan menyebabkan terjadinya bencana alam.

Bencana alam sendiri adalah peristiwa yang mengakibatkan

kerusakan. Bencana alam yang tidak mampu merusak bumi secara

menyeluruh. Dan bencana alam, mampu memberikan waktu

kepada bumi untuk menyembuhkan diri.

b. Faktor Eksploitasi

Faktor eksploitasi adalah faktor yang terjadi akibat eksploitasi

oleh manusia. Berbeda dengan gangguan oleh alam, fantor


39

eksploitasi terjadi secara terus menerus. Sehingga bumi tidak

memiliki waktu untuk menyembuhkan diri. Faktor eksploitasi ini

memiliki dampak kerusakan yang sangat besar. Hal ini terjadi

karena eksploitasi mampu merusak bumi secara menyeluruh.

Gangguan keseimbangan lingkungan oleh eksploitasi adalah:

1. Penebangan hutan secara membabi buta dan liar, serta tidak

mereboisasi hutan yang telah digunduli.

2. Pembakaran hutan untuk membuka lahan baru.

3. Melakukan penangkapan ikan memakai kapal pukat harimau

atau memakai bom.

4. Melakukan penambangan minyak dengan teknik pasir

minyak. Teknik pasir minyak adalah teknik dimana

memompa gas ke atas, gas lalu didinginkan. Gas yang

mendingin akan meneteskam minyak ke pasir. Pasir tersebut

lalu diperas untuk diambil minyaknya.

5. Membuang sampah dan limbah ke sungai maupun laut

6. Memburu hewan secara membabi buta, tanpa melihat

kemampuan hewan tersebut untuk berkembang biak.

7. Memakai bahan bakar minyak, produk dari kelapa sawit, air

dan listrik dengan boros.

Gangguan keseimbangan bumi oleh ekploitasi manusia, membuat

bumi tidak memilik waktu untuk memperbaiki diri. Dampak

yang ditimbulkan akibat terganggunya keseimbangan lingkungan

adalah muncul pemanasan global di bumi. Menjaga


40

keseimbangan lingkungan sangat penting. Karena jika bumi

menjadi rusak, maka manusia akan punah. Oleh karena itu,

banyak negara- negara di dunia yang setuju dengan adanya pajak

karbon. Pajak karbon adalah pajak yang dikeluarkan pemerintah

berdasrakan jumlah karbon yang dihasilkan setiap tahun. Uang

pajak tersebut kelak akan digunakan untuk memperbaiki bumi.

Akan tetapi, masih banyak cara yang bisa dilakukan oleh

manusia antara lain:

1. Melakukan reboisasi, dan menerapkan tebang pilih, yaitu

dengan memilih pohon tua untuk di tebang, dan

membuirkan pohon muda untuk tumbuh.

2. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil

3. Menjadi konsumen yang bijak dengan mengurangi

pemakaian kertas, tissue, dan produk berbahan kelapa sawit.

4. Tidak membuang limbah ke laut maupun sungai

5. Menggunakan teknik mengambil ikan yang ramah

lingkungan

Dengan demikian upaya pelestarian lingkungan hidup dapat

mulai dilakukan manusia mulai dari tingkatan diri sendiri dan

dalam keluarga. Hal perlu dilakukan demi menjaga

keseimbangan ekosistem.
41

F. Kerangka Pikir

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan hutan

konservasi biodiversitas bagian pulau Sumatra yang ditetapkan menjadi

Tapak Warisan Dunia Klaster Alam (Cluster Natural World Heritage Site)

dengan nama The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera pada bulan

Juli Tahun 2004 oleh UNESCO. Namun, TNBBS telah ditempatkan di

daftar bahaya sejak 2011 oleh UNESCO. Hal ini dikarenakan ancaman

yang ditimbulkan oleh perburuan liar, pembalakan liar, perambahan

pertanian dan rencana untuk membangun jalan melalui situs tersebut. Hal

ini didasarkan pada rendahnya kesadaran masyarakat sekitar akan

pentingnya kawasan konservasi TNBBS. Oleh karena itu, sikap tanggung

jawab penting ditanamkan sedari dini untuk menimbulkan kesadaran akan

pentingnya menjaga heritage TNBBS. Salah satunya melalui pendidikan.

Dalam pendidikan, antara pengetahuan dan sikap memiliki hubungan satu

sama lain. Sikap tanggung jawab seseorang dapat terbentuk ketika

seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkungan itu sendiri.

SMA Negeri 1 Ulubelu dipilih untuk dijadikan tempat penelitian karena

terletak disekitar kawasan TNBBS. Berdasarkan hasil observasi di SMA

Negeri 1 Ulubelu Kabupaten Tanggamus, dalam proses pembelajaran

belum pernah diadakan pengukuran sikap tanggung jawab peserta didik.

Selain itu, guru sudah menggunakan kurikulum 2013, metode yang di

gunakan yaitu metode konvensional yaitu ceramah. Namun dikarenakan

adanya pandemi Covid-19 sekolah menggunakan pembelajaran online


42

(daring) dalam pembelajarannya yang sebelumnya belum pernah di

lakukan.

Pembelajaran online (daring) merupakan program penyelenggaraan kelas

pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang

masif dan luas. Keberhasilan pembelajaran berbasis online salah satunya

dapat mengukur hasil belajar kognitif peserta didik dengan menjawab soal

yang dikerjakan peserta didik pada materi sesuai mata pelajaran. Materi

ekosistem merupakan merupakan materi yang pembelajarannya erat

kaitannya dengan lingkungan. Tujuan mempelajari ekosistem sekitar agar

manusia memahami lingkungan ekosistem tersebut. Pada materi ekosistem

ini peserta didik dapat belajar mengenai lingkungan yang ada disekitarnya

dan dapat mengaitkannya dengan pentingnya melestarikan heritage

TNBBS. Sehingga diharapkan dengan menggunakan pembelajaran online

akan menghasilkan hasil belajar kognitif yang dapat mengukur

pengetahuan peserta didik pada materi ekosistem sehingga dapat

mengetahui responsibility ekositem dari peserta didik.

Berikut merupakan bagan kerangka pikir peneliti:

Materi Pokok Ekosistem Pembelajaran Online

Hasil Belajar Kognitif

Responsibility Di Heritage
TNBBS

Gambar 3 Bagan Kerangka Pikir Peneliti


43

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Hasil belajar kognitif sebagai variabel bebas (independent

variable) , sedangkan untuk variabel terikat (dependent variable) dalam

penelitian ini adalah responsibility ekosistem. Hubungan antar variabel

dapat digambarkan sebagai berikut:

X Y

Gambar 4. Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Keterangan :
X : Variabel bebas ( Hasil Belajar Kognitif)
Y : Variabel terikat (Responsibility ekosistem)

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini yaitu:

H0 : Tidak ada pengaruh hasil belajar kognitif dari pembelajaran online

pada materi ekosistem terhadap responsibility ekosistem di heritage

TNBBS di SMA Negeri 1 Ulubelu.

H1 : Ada pengaruh hasil belajar kognitif dari pembelajaran online pada

materi ekosistem terhadap responsibility ekosistem di heritage TNBBS di

SMA Negeri 1 Ulubelu.


44

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni, semester genap tahun ajaran

2019/2020. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ulubelu, Kecamatan

Ulubelu, Kabupaten Tanggamus.

B. Populasi dan Sampel penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Jadi, yang dimaksud

populasi adalah individu yang memiliki sifat yang sama walaupun

presentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain seluruh individu

yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian (Arikunto, 2013: 173).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X IPA

SMA Negeri 1 Ulubelu, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus tahun

ajaran 2019/2020 yang berjumlah 103 Peserta didik. Pengambilan sampel

pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel yang dilakukan

dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata random atau
45

daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan penelitian (Arikunto,

2010:183). Sampel pada penelitian ini berjumlah 63 peserta didik.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif non-

eksperimen. Penelitian kuantitatif deskriptif merupakan penelitian yang

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini

atau masa lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau

mengubah pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan kondisi

apa adanya (Sukmadinata, 2005).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu prapenelitian, pelaksanaan

penelitian dan tahap akhir. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dari

tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan

penelitian yaitu:

a) Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi ke

sekolah di Dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) Universitas Lampung.

b) Mengajukan izin observasi ke SMA Negeri 1 Ulubelu


46

c) Melaksanakan observasi pendahuluan dan wawancara dengan guru

mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Ulubelu.

d) Menetapkan sampel penelitian

e) Menyusun instrumen tes pengetahuan materi ekosistem dan

menyusun angket mengenai responsibility ekosistem di heritage

TNBBS.

f) Melakukan uji coba instrumen penelitianm kepada peserta didik.

g) Menganalisis hasil uji validitas dan uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan membagikan soal hasil

belajar kognitif materi ekosistem yang sesuai dengan materi

pembelajaran dan angket responsibility ekosistem di heritage TNBBS,

soal dan angket berbentuk google form yang dibagikan kepada kelas X

IPA melalui grup whatsaapp masing-masing kelas.

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap akhir antara lain:

a) Mengolah data hasil soal-soal pengetahuan ekosistem dan angket

responsibility ekosistem.

b) Menganalisis hasil pengolahan data sehingga dapat mengetahui

apakah terdapat pengaruh hasil belajar kognitif dari pembelajaran

online dan sikap tanggung jawab di heritage TNBBS peserta didik.

c) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh.


47

E. Instrumen Penelitian

1. Hasil Belajar Kognitif Tentang Ekosistem

Hasil belajar kognitif pada materi ekosistem adalah data kuantitatif,

menggunakan soal pertanyaan sebanyak 50 soal yang kemudian

menjadi 30 soal setelah dilakukan uji instrumen. Pertanyaan berupa

pilihan ganda dengan menggunakan skor maksimal 100. Berikut ini

merupakan kisi-kisi instrumen dalam soal pengetahuan tentang

ekosistem yang tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Kognitif Materi Ekosistem

Kompetensi Nomor Aspek Kunci


Indikator Soal
Dasar Soal Kognisi Jawaban
3.10 Menjelaskan 1 C2 C
Menganalisis komponen biotik 2 C2 D
komponen- dan abiotik dalam 3 C3 B
komponen ekosistem 4 C2 A
ekosistem 5 C2 B
dan interaksi 6 C2 E
antar 7 C2 A
komponen Mengidentifikasi 8 C3 E
tersebut interaksi antar 9 C4 C
komponen 10 C4 A
ekosistem 11 C4 A
12 C2 D
13 C2 C
Menganalisis 14 C4 A
bentuk aliran 15 C2 B
energi dalam 16 C4 B
ekosistem 17 C2 A
18 C4 E
19 C4 D
Menganalisis tipe- 20 C2 B
tipe piramida 21 C2 A
ekologi 22 C2 E
23 C2 D
24 C2 C
48

Tabel 2. (Lanjutan)
Kompetensi Nomor Aspek Kunci
Indikator Soal
Dasar Soal Kognisi Jawaban
3.10 Menganalisis daur 25 C4 D
Menganalisis biogeokimia 26 C2 C
komponen- 27 C4 B
komponen 28 C4 A
29 C4 C
ekosistem
30 C4 C
dan interaksi
Menganalisis 31 C2 A
antar 32 C3 A
keterkaitan
komponen 33 C2 E
interaksi antar
tersebut 34 C2 A
komponen
35 C2 C
ekosistem dalam
daur biogeokimia 36 C2 C
Menjelaskan 37 C2 C
keterkaitan antara 38 C4 C
komponen 39 C2 A
ekosistem dengan 40 C4 B
41 C4 A
ketidakseimbangan
42 C4 C
ekosistem
43 C3 B
Upaya yang dapat 44 C3 E
dilakukan untuk 45 C3 D
mengatasi 46 C3 C
ketidakseimbangan 47 C3 B
48 C3 D
ekosistem
49 C3 C
50 C2 E

Rumus yang digunakan untuk mengukur persentase dari jawaban yang

didapat dari tes menurutr Arikunto (2013) yaitu :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙

Kategori tingkat pengetahuan seseorang menurut Arikunto (2010)

yang di dasarkan pada nilai persentase di atas dibagi menjadi empat

kategori sebagai berikut:


49

Tabel 3. Kriteria Hasil Belajar Kognitif

Nilai
Predikat Kategori
Skala 0-100
86-100 A
Sangat Baik
81-85 A-
76-80 B+
71-75 B Baik
66-70 B-
61-65 C+
56-60 C Cukup
51-55 C-
46-50 D Kurang

2. Responsibility Ekosistem

Responsibility ekosistem adalah data kualitatif. Pengukuran

responsibility ekosistem menggunakan instrument berbentuk angket

dan skala pengukuran menggunakan model skala likert. Angket

bersifat tertutup. Menurut Sugiono (2012: 134) skala likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang gejala atau fenomena. Angket berisi

pernyataan-pernyataan yang memuat indikator responsibility

ekosistem dengan jumlah pertanyaan 50 soal yang kemudian menjadi

30 soal pertanyaan setelah dilakukan uji instrument. Berikut ini adalah

kisi-kisi angket responbility di heritage TNBBS yang tersaji pada

tabel berikut :
50

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Angket Responsibility Di Heritage


TNBBS

Variabel Dimensi Nomor Soal


Indikator
Penelitian Responsibility Positif Negatif
Komponen-
komponen
ekosistem
3, 4, 6,
Interaksi 1, 2, 5,
8, 9,
pada 7, 31,
Mematuhi 10, 11,
ekosistem 32, 34,
12, 13,
35, 37
33, 36
Aliran
energi

Piramida
ekologi
Responsibility
Ekosistem Daur
biogeokimia
18, 21,
, 14, 15,
22, 23,
16, 17,
24, 39,
Peduli Dinamika 19, 20,
40, 41,
komunitas, 38, 44,
42, 43,
45
46
Ketidak-
seimbangan
ekosistem.

Ancaman 25, 26, 27, 28,


Tindakan Aksi Pada 30, 47, 29, 48,
Ekosistem 49 50
Total 50 Soal

Skala Likert dalam angket dibuat dalam bentuk pilihan. Pilihan yang

digunakan dari positif hingga negatif yaitu : yaitu sangat setuju (SS),

setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Angket

dikelompokkan dalam favorable dan unfavorable dimana ketika

pernyataan favorable (mendukung atau memihak) mendapatkan nilai

4, 3, 2, 1 dan penyataan unfavorable (tidak mendukung atau tidak


51

memihak) mendapat nilai 1, 2, 3, 4. Penskoran untuk jawaban angket

yaitu:

Tabel 5. Pedoman Skor Angket Responsibility Ekosistem

Skor
Pilihan Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Kurang Setuju 2 3
Tidak Setuju 1 4
Sumber : Triyono (2013: 170)

Tabel 6. Kriteria Sikap Responsibility Ekosistem

Skor Kriteria
80 – 100 Sangat Baik
70 – 79 Baik
60 – 69 Cukup
< 60 Kurang
Sumber: Bertram (dalam Siregar, 2013: 72)

Menghitung presentase hasil analisis angket menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


P= 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

Keterangan : P = tingkat keberhasilan

F. Analisis Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji

terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, tingkat

kesukaran dan uji daya pembeda. Karakterisasi instrument ini dilakukan

untuk mengetahui bahwa instrument penelitian yang telah disusun

memenuhi persyaratan sebagai instumen yang baik. Soal yang dapat


52

digunakan sebagai alat ukur yaitu soal-soal yang valid, reliabel, dan

mempunyai daya pembeda cukup, baik, atau baik sekali. Soal-soal yang

tidak valid dan mempunyai daya pembeda jelek tidak dapat digunakan

(Arikunto 2013: 211). Adapun uji instrumen pada penelitian ini sebagai

berikut:

1. Uji Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat

(Arikunto, 2010: 211).

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi

16.0 digunakan Pearson Product Moment Correlation – Bivariate dan

membandingkan hasil uji Pearson Correlation dengan r tabel. Item

pada instrumen dikatakan vali jika nilai r hitung > r tabel, sedangkan

jika r hitung < r tabel maka item dinyatakan tidak valid. Untuk

mengetahui tingkat validitas tes, maka nilai hasil uji validitas dapat

dimasukan dalam kriteria sebagai berikut :

Tabel 7. Indeks Kriteria Validitas Instrumen Tes

Koefisien Korelasi Tingkat validitas


0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Sumber: Arikunto, 2010: 29)
53

Setelah dilakukan uji validitas instrumen kepada peserta didik maka

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Hasil Belajar Kognitif

Kriteria Soal Nomor Soal Jumlah Soal


1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 12, 13, 14,
16, 20, 21, 23, 25, 29, 30, 32, 34,
Valid 30 Soal
35, 37, 38, 39, 40, 44, 45, 47, 48,
49
7, 10, 11, 15, 17, 18, 19, 22, 24,
Tidak Valid 26, 27, 28, 31, 33, 36, 41, 42, 43, 20 Soal
46, 50

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah soal pengetahuan

terdiri dari 30 soal yang valid dan 20 soal yang tidak valid, jadi dapat

dinyatakan bahwa soal yang digunakan dalam penelitian ini

berjumlah 30 soal.

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket

Kriteria Soal Nomor Soal Jumlah Soal


6, 7, 8, 9, 10, 12, 16, 18, 20, 23,
27, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 36, 37,
Valid 30 Soal
38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,
48, 49
1, 2, 3, 4, 5, 11, 13, 14, 15, 17,
Tidak Valid 19, 21, 22, 24, 25, 26, 30, 32, 40, 20 Soal
50

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah soal angket

responsibility ekosistem terdiri dari 30 soal yang valid dan 20 Soal

yang tidak valid, jadi dapat dinyatakan bahwa soal yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 30 Soal.


54

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2013:104) reliabilitas adalah ketetapan suatu tes

dapat diteskan pada objek yang sama untuk mengetahui ketetapan ini

pada dasarnya melihat kesejajaran hasil. Reliabel berarti dapat

dipercaya. Sebuah tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan

hasil yang tetap jika diujikan berkali-kali. Dengan kata lain jika

kepada peserta tes diberikan tes yang sama pada waktu yang

berlainan, maka setiap peserta tes akan tetap berada dalam urutan yang

sama dalam kelompoknya (hasilnya tetap). Reliabilitas pada

penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00

dengan uji statistika Cronbach Alpha. Instrumen dapat dikatakan

reliable jika nilai Cronchbach Alpha > 0,70.

Reliabilitas instrument dapat dianalisis menggunakan program SPSS

versi 16.0 dengan melihat Crobach Alpha yang kemudian

diintrepretasikan dengan menggunakan derajat reliabilitas seperti

berikut:

Tabel 10. Interpretasi Reliabilitas Instrumen

Nilai r Interpretasi
0,81 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 < r ≤ 0,60 Cukup
0,21 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto 2013:104).
55

Setelah dilakukan uji reliabilitas instrumen kepada peserta didik

maka diperoleh hasil uji reliabilitas seperti yang dapat dilihat pada

Tabel 11 dan Tabel 12. Untuk dapat mengetahui lebih jelasnya dapat

dilihat pada lampiran.

Tabel 11. Hasil Uji Reliabilitas Soal Hasil Belajar Kognitif Pada
Materi Ekosistem

Cronbach’s alpha N Of Items Tingkat


Reabilitas
0,930 30 Sangat Tinggi

Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas Angket Responsibility Ekosistem Di


Heritage TNBBS

Cronbach’s alpha N Of Items Tingkat


Reabilitas
0,849 30 Sangat Tinggi

3. Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu

soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan

dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya

dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 –

1,00. Makin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil

hitungan, berarti semakin mudah soal itu. tingkat kesukaran

dilakukan untuk menetukan kriteria soal yang termasuk mudah,

sedang, dan sukar.

Untuk menginprestasikan tingkat kesukaran suatu butir soal

ditentukan dengan menggunakan kriteria indeks kesukaran yang

dapat dilihat seperti berikut:


56

Tabel 13. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Besarnya P Intreprestasi
Kurang dari 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Mudah

Setelah dilakukan uji tingkat kesukaran instrument soal dan

angket maka diperoleh hasil uji tingkat kesukaran instrument

pada Tabel 14 sebagai berikut

Tabel 14. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Hasil Belajar Kognitif

Tingkat Jumlah
Nomor Soal
Kesukaran Soal
Sukar 32 dan 40 2 soal
1, 3, 5, 6, 8, 14, 16, 20,
Sedang 23, 25, 30, 34, 38, 44, 19 soal
48, 49
2, 9, 12, 13, 21, 35, 39,
Mudah 9 soal
45, 47

Berdasarkan uji tingkat kesukaran instrument soal Tabel 14 dapat

diketahui bahwa dari 30 soal pengetahuan yang terdiri dari 2 soal

dengan kriteria sukar, 19 soal dengan kriteria sedang dan 9 soal

dengan kriteria mudah.

Tabel 15. Hasil Uji Tingkar Kesukaran Angket Responsibility


Ekosistem Di Heritage TNBBS

Tingkat Jumlah
Nomor Soal
Kesukaran Soal
Sukar 49 1 Soal
Sedang 7, 9, 33, 37, 44, 48 6 Soal
6, 8, 10, 12, 16, 18, 20, 23,
Mudah 28, 29, 31, 34, 35, 38, 39, 24 Soal
41, 42, 43, 45, 47
57

Hasil uji tingkat kesukaran istrumen angket (Tabel. 15) dapat

diketahui bahwa dari 30 soal terdiri dari 1 soal dengan kriteria

sukar, 6 soal dengan kriteria sedang dan 24 soal dengan kriteria

mudah. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran.

4. Daya Pembeda Soal

Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dan peserta didik

yang berkemampuan rendah. Interval daya pembeda terletak

antara -1,00 sampai dengan 1,00. Seluruh perangkat tes diurutkan

menurut besarnya skor total yang diperoleh, mulai dari skor yang

tertinggi. Kelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok

atas (kelompok dengan skor tinggi) dan kelompok bawah

(kelompok dengan skor rendah). Pada butir tertentu jika

kelompok atas dapat menjawab semuanya dengan benar dan

kelompok bawah menjawab salah semuanya maka butir soal

tersebut mempunyai daya beda paling besar (1,00). Sebaliknya

jika kelompok atas semua menjawab salah dan kelompok bawah

semua menjawab benar, maka soal tersebut tidak mampu

membedakan sama sekali sehingga daya pembedanya paling

rendah (-1,00).

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan

klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini:


58

Tabel 16. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi
Bertanda negative Buruk sekali
Kurang dari 0,20 Buruk
0,21-0,40 Sedang
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Sangat baik
Sumber : Sudijono (2008:389)

Setelah dilakukan uji daya pembeda instrumen tes maka diperoleh

hasil sebagai berikut :

Tabel 17. Hasil Uji Daya Pembeda Soal Hasil Belajar Kognitif Pada
Materi Ekosistem

Kriteria Soal Nomor Soal Jumlah Soal


4, 5, 9, 20, 32, 34, 35, 37, 38,
Sangat Baik 10 Soal
45
Sedang 39 1 Soal
1, 2, 3, 6, 8, 12, 13, 14, 16,
Baik 21, 25, 29, 30, 40, 44, 47, 48, 19 Soal
49

Berdasarkan hasil uji daya pembeda pada soal hasil belajar kognitif

diketahui bahwa dari 30 soal pengetahuan sebanyak 10 soal

berkriteria sangat baik, 1 soal berkriteria sedang, dan 19 soal

berkriteria baik.

Tabel 18. Hasil Uji Daya Pembeda Angket Responsibility Ekosistem


Di Heritage TNBBS

Kriteria Soal Nomor Soal Jumlah Soal


Sangat Baik 7, 33, 37, 41 4 Soal
Baik Sekali 6, 16, 46 3 Soal
8, 9, 10, 12, 18, 20, 23, 27,
Baik 28, 29, 31, 34, 35, 36, 38, 41, 23 Soal
42, 43, 44, 45, 47
59

Hasil uji beda 30 angket responsibility ekosistem di dapatkan hasil 4

soal berkriteria sangat baik, 3 soal berkriteria baik sekali dan 23 soal

berkriteria baik. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran.

G. Teknik Analisis Data

Untuk teknik analisis data pada penelitian ini yaitu uji prasyarat dan uji

hipotesis. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

Penjabaran dari teknik analisis data adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

dambil dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak (Siregar,

2013:159). Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors

dengan program SPSS versi 16 dengan menggunakan taraf signifikasi

0,05. Pengambilan keputusan dilihat berdasarkan pada besaran

probabilitas atau nilai signifikasi dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004 : 5).


60

2. Kesamaan Dua Varian (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui apakah

suatu sampel yang berjumlah dua atau lebih memiliki varians yang

sama (homogen). Uji ini digunakan pengujiannya menggunakan

statistik parametrik. Data diuji homogenitasnya untuk mengetahui

variasi populasi data yang diuji sama atau tidak. Apabila masing masing

data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua

varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 16.

a) Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varian sama

H1 : Kedua sampel mempunyai varian berbeda

b) Kriteria Uji

- Jika Fhitung< Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika Fhitung> Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004 : 71).

3. Uji Hipotesis

1) Uji Hipotesis Dengan Uji One Way Anova

Uji yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen berskala kuantitatif yang terdapat pada

kontribusi hasil belajar kognitif pada materi ekosistem terhadap

variabel sikap responsibility ekosistem di heritage TNBBS.

a. Hipotesis

H0: μ1 = μ2 : tidak ada pengaruh yang signifikan antara hasil

belajar kognitif terhadap responsibility ekosistem .


61

H1 = μ1 ≠ μ2 : ada pengaruh yang signifikan antara hasil belajar

kognitif terhadap responsiility ekosistem.

b. Kriteria Uji

- Jika nilai sig. < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan

dan,

- Jika nilai sig. > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang

signifikan.

2) Data Penelitian Dimensi Responsibility Di Heritage TNBBS

Data penelitian dimensi mana yang paling dikuasai untuk

meningkatkan responsibility ekosistem di heritage TNBBS diperoleh

dari data nilai angket responsibility ekosistem di heritage TNBBS

yang dikelompokkan menjadi tiga dimensi. Setelah itu dilakukan

perhitungan rata-rata pada masing-masing dimensi sehingga dari

data tersebut peneliti dapat menentukan dimensi yang paling

dikuasai oleh peserta didik.


76

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar kognitif dari

pembelajaran online pada materi ekosistem terhadap responsibility

ekosistem di heritage TNBBS di SMA Negeri 1 Ulubelu.

2. Dimensi yang paling dikuasai peserta didik dalam meningkatkan

responsibility ekosistem adalah dimensi “mematuhi”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan sebagai

berikut:

1. Kepada peneliti lain, disaat menerapkan pembelajaran online

diharapkan dapat lebih mempertimbangkan dalam menentukan tempat

penelitian, waktu pengerjaan, kondisi internet di daerah tersebut dan


77

juga faktor lainya agar penelitian dapat berjalan dengan lebih baik dan

hasil yang diperoleh pun baik.

2. Peneliti selanjutnya, diharapkan menanamkan sikap responsibility

heritage TNBBS kepada peserta didik dengan mengintegrasikan dalam

materi pembelajaran sehingga diharapkan pengetahuan peserta didik

terhadap lingkungan dapat meningkat, mengingat lokasi SMA Negeri

1 Ulubelu berada sekitar kawasan TNBBS agar peserta didik lebih

bertanggungjawab akan pentingnya menjaga dan melestarikan

lingkungan sekitarnya.
78

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan belajar.


Rineka Cipta. Jakarta.

A.G Tansley.1935. The Use and Abuse Vegetational Concepts And Terms.
Ecology. 16.284-307.

Aji, Rizqon Halal Syah. 2020. Dampak Covid-19 Pada Pendidikan Di Indonesia:
Sekolah, Keterampilan, Dan Proses Pembelajaran. Jurnal Sosial dan
Budaya Syar’i. Vol. 7, No. 5, Hal. 395-402.

Alznauer, Mark. 2015. Hegel’s Theory Of Responsibility. Cambridge University


Press. Cambridge.

Ardianti, S D. 2017. Implementasi Project Based Learning (PJBL) Berpendekatan


Science Edutainment Terhadap Kreativitas Peserta Didik. Jurnal
Refleksi Edukatika. Vol.2, No. 2, Hlm 1-17.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.


Jakarta.

Aziz, Ashari. 2013. Kajian Terhadap Kenyamanan Ruang Teori DI Fakultas


Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Ditinjau dari Pencahayaan
Alami dan Pencahayaan Campuran. Jurnal Teknik Sipil. Universitas
Yogyakarta. Yogyakarta.

Azwar S. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.


Jakarta.
79

Bachtiar S dan Rijal S. 2015. Hubungan Antara Sikap, Kemandirian Belajar, dan
Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa. Jurnal
Bioedukatika. Vol. 3, No.2, hal. 15-20.

BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XX1 Versi 01 Tahun 2010.
Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Bilfaqih, Y dan Qamarudin M.N. 2015. Esensi Penyusunan Materi Pembelajaran


Daring. Deepublish. Yogyakarta.

Budiharjo, Eko. 1994. Architeture as a Cultural Heritage. UGM Press.


Yogyakarta.

Darmadi, hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar. Alfabeta. bandung.

Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Yrma Widya. Bandung.

Dwi, Saputro dkk. 2016. Hubungan Pengetahuan Lingkungan Hidup, Tingkat


Sosial Ekonomi, Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Sikap Peduli
Lingkungan. Jurnal Geo Eco. Vol. 2, No. 2, Hal. 1280-136.

Eveline. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia. Bogor.

Firmansyah. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Fathurrahman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar.


Refika Aditama. Jakarta.

Habibie, Asrar. 2020. Hubungan Antara Efikasi Diri dan Pengetahuan


Lingkungan Dengan Perilaku Bertanggung Jawab Tergadap
Lingkungan. Bioeduscience. Vol. 04, No. 01, Hal. 21-26.

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
80

Hamdani, dkk. 2017. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.

Harianto. 2010. AAT Panduan Aplikasi Smarthphone. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

Harun, Rasyid dan Mansyur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. CV Wacana Prima.
Bandung.

Hasnunidah, Neni. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan. Media Akademi.


Yogyakarta.

Irnaningtyas. 2016. Biologi 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kusmana Ade. 2011. E-Learning Dalam Pembelajaran. Jurnal Lentera


Pendidikan. Vol. 14, No. 1.

Lickona, Thomas. 2015. Educating For Character: Mmendidik untuk Membentuk


Karakter. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Rumanti, Maria Assupte. 2002. Dasar-Dasar Public Relations : Teori dan


Praktik. PT. Grasindo. Jakarta.

Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta dan Depdikbud.


Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT. Remaja


Rosdakarya. Bandung.

Munzenmaier, C dan Rubin, N. 2013. Bloom’s Taxonomy : What’s Old is New


Again. The Elearning. Santa Rosa.

Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Familia. Yogyakarta.


81

Nia Agniati Nisa. 2018. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Ekosistem


Dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa Kelas XI SMA Negeri 4
Metro Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Biologi. No. 1,
Vol. 1, Hlm. 1-59.

Pendit, U.C. dkk. 2015. Augmented Reality in Visual Communication Innovation


in Conservation of Historical Building. In Proccedings of 2nd
International Conference of Comunication and Media. Penang.
Malaysia.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan


Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Pribadi, Benny. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. PT. Dian Rakyat.
Jakarta.

Rahmah, N. 2012. Psikologi Pendidikan. Teras. Yogyakarta.

Ritohardoyo, SU. 2013. Penggunaan Dan Tata Guna Lahan. Penerbit Ombak.
Yogyakarta.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Alfabeta. Bandung

Sadiman, Arief. 1986. Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.06 Media


Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. CV.
Rajawali. Jakarta.

Salman, Khan. 2012. The One World School House Education Reimagined. In
Hachette Book Group.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana


Pranada Media Grup. Jakarta.

Siregar Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana. Jakarta.


82

Sitzmann, T & Ely, K. 2016. Web-Based Instruction: Design and Technical Issues
Which Influence Training Effectivenes.

Sobron A.N, dkk. 2020. Pengaruh Daring Learning Terhadap hasil belajar IPA
Siswa Sekolah Dasar.

Sri, Tomo dan Bebas Widada. Pengaruh Pemanfaatan E-Learning Terhadap


Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi Kasus STMIK Sinar Nusantara
Surakarta). Jurnal Ilmiah Sinus.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statitiska Pendidikan. PT. Rajo Grafindo


Persada. Jakarta.

Sudjana, N. 2014. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja


Rosdakarya. Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosda


Karya. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Surbakti, Arwin. 2015. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Graha


Ilmu. Yogyakarta.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Prenada


Media Group. Jakarta.

Suyadi. 2011. Deforestation in Bukit Barisan Selatan National Park, Sumatra,


Indonesia. Journal Indonesian Biology. No.7, Vol.2, Hlm.195-206.

Triyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit Ombak. Yogyakarta.


83

UNESCO. 2005. Basic Texts of The 1972 The World Heritage Convention.
International Consultative Forum on Education for All. UNESCO.
Paris.

UNESCO. 2020. Interm Guidance For Covid-19 Prevention And Control In


Schools. International Consultative Forum on Education for All.
UNESCO. New Work.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya.


Rineka. Jakarta.

Zaharah, dkk. 2020. Impact Of Corona Virus Outbreak Towards Teaching and
Learning Activies in Indonesia. Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i. Vol
7, No. 3, Hal. 269-282.

Anda mungkin juga menyukai