Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH METODE FOCUS GROUP DISCUSSION TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP SOSIAL PESERTA


DIDIK PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh :

UMMU HANNI HAYATI


NPM : 1411060411

Jurusan : Pendidikan Biologi

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1441 H /2020 M
ABSTRAK

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode Focus Group Discussion


terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial peserta didik.Penelitian ini
menggunakan jenis quasi eksperiment, dengan desain posttest-only control design.
Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri Natar Lampung
Selatan. Proses pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen tes, angket,dan
dokumentasi. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama
dengan taraf signifikan 5%. Kemampuan berpikir kritis sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan data
untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi
karena aktivitas manusia, dan sikap sosial adalah untuk mengetahui responPembelajaran
sains untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik kepada lingkungan
skitar.
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Mengakibatkan belum
diperolehnya pengalaman untuk memahami konsep, perlu adanya perbaikan terhadap
proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran yang efisien dan efektif, salah
satunya dengan metode pembelajaran Focus Group Discussion. Berdasarkan pra
penelitian kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial peserta didik kelas X SMA
Negeri Natar Lampung Selatan masih tergolong rendah. Dari hasil penelitian dengan
menggunakan uji Manova, metode pembelajaranFocus Group Discussion berpengaruh
terhadap Kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial pada materi pencemaran
lingkungan, memeperoleh hasil dengan angka signifikan menunjukkan kurang dari 0,05
yaitu 0,000 dan dengan perbandingan F hitung > F tabel yaitu 173,561 > 4,019 untuk
kemampuan berpikir kritis dan untuk sikap sosial adalah F hitung > F tabel yaitu 24,455 >
4,019 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode Focus
Group Discussion berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial
peserta didik kelas X pada materi pencemaran lingkungan di SMA Negeri 1 Natar
Lampung Selatan.

Kata kunci :Metode Focus Group Discussion (FGD), Kemampuan Berpikir Kritis, dan
Sikap Sosial.

iv
MOTTO

ِ َّ َ‫ض بَ ْع َد ِإصْ ََل ِحهَا َوا ْد ُعىهُ خَ ْىفًا َوطَ َمعًا ِإ َّن َرحْ َمت‬
‫َّللا قَ ِريبٌ ِم َه‬ ِ ْ‫َو ََل تُ ْف ِس ُدوا فِي ْاْلَر‬
َ ِ‫ْال ُمحْ ِسن‬
‫يه‬

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (diciptakan) dengan
baik.Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.Sesungguhnya rahmat
Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. – (Q.S Al-A’raf: 56)

v
PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan mengharapkan ridho Allah SWT, saya

persembahkan karya tulis ini kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Ngatimin dan Ibu Binti Sholihah atas ketulusan hati

beliau dalam mendidik, membesarkan dan membimbing penulis dengan penuh

kasih sayang serta keikhlasan di dalam iringan doanya hingga mengantarkan

penulis menyelesaikan pendidikan di UIN Raden Intan Lampung.

2. Kakak kandung saya Muhammad Lathief Syaifussalam , M.Psi dan kakak ipar

saya Ria Luthfia Ningsih, S.Farm., terima kasih atas doa, kepercayaan,

dukungan serta semangat yang tiada henti mengalir untuk saya sampai saat ini.

3. Adik saya Arina Manasikana yang telah memberikan doa dan semangat. Dan

Khoirunnisa’ Rahimallah yang Alah SWT lebih menyayanginya semoga kelak

kita di kumpulkan di surga-Nya.

4. Guru dan orang tua saya selama di Bandar Lampung ini yakni murobbi dan

murobbiyah yang telah membimbing, mendo’akan dan memberi dukungan

penuh untuk menyelesaikan karya tulis ini.

5. Almamaterku tercinta UIN Raden Intan Lampung yang kubanggakan.

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ummu Hanni Hayati, dilahirkan di Desa Tunggul

Pawenang Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu pada tanggal 18 November

1995.Merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari bapak Ngatimin dan Ibu Binti

Sholihah. Pendidikan pertama yang ditempuh oleh penulis yaitu di Madrasah Ibtidaiyah

Miftahul Huda Tunggul Pawenang, lulus dan berijazah tahun 2007. Kemudian

melanjutkan jenjang pendidikan ke sekolah Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren

Al-Muhsin Metro lulus dan beruijazah pada tahun 2010. Melanjutkan jenjang

pendidikan Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Al-Muhsin,lulus dan berijazah tahun

2013. Pada tingkat pendidikan MA penulis aktif pada organisasi IST (Imarotus

Syu’unit Tholabah) atau OSIS dan pada tahun 2013 penulis mengabdi di Pondok

Pesantren Islam Al-Muhsin lulus dan berijazah pondok tahun 2014. Penulis mengikuti

Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kabupaten pada tahun 2015.

Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Biologi di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan

Lampung. Penulis mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) selama 40 hari tahun 2017 di

desa Trans Tanjungan, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan. Selanjutnya

penulis mengikuti Praktik Pendidikan Lapangan (PPL) di SMP PGRI 2 Bandar

Lampung.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, kelapangan pikiran, kekuatan, kesabaran dan petujukNya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Metode Focus Group

Discussion Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Sosial Peserta Didik Pada

Materi Pencemaran Lingkungan”.

Sholawat serta salam semoga Allah selalu memberikan Rahmat-Nya kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikut beliau yang setia. Penulis

menyusun skripsi ini, sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan

pada Program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan

Lampung dan telah penulis selesaikan sesuai dengan rencana.

Dalam penlisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak

khusunya dari dosen pembimbing skripsi, sehingga kesulitan yang dihadapi dapat

diselesaikan sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

2. Dr. Eko Kuswanto, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Pendidikn Biologi Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

3. Prof. Dr. Wan Jamaludin Z, Ph.D selaku dosen pembimbing I, yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran untuk

menyelesaikan skripsi ini.

viii
4. Supriyadi, M.Pd selaku dosen pembimbing II, yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam menyelasikan

skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung

yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh

perkuliahan sampai selesai.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Biologi

yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh

perkuliahan sampai selesai.

7. Drs. H. Mirzal Effendi, M.M selaku kepala sekolah SMAN 1 Natar Lampung

Selatanyang telah membantu memberikan izin atas penelitian yang penulis lakukan.

8. Siti Subekti, S.Pd selaku guru mata pelajaran biologi yang telah membantu dan

membimbing selama penulis mengadakan penelitian, serta seluruh jajaran dewan

guru SMA N 1 Natar.

9. Teman-teman seperjuangan yang luar biasa di jurusan pendidikan biologi angkatan

2014, khusunya kelas biologi G, disinilah tempat penulis banyak belajar dan

menemukan saudara-saudara seperjuangan yang luar biasa juga yang telah

memotivasi dan memberikan semangat selama perjalanan penulis menjadi

mahasiswa UIN Raden Intan Lampung.

10. Teman-teman KKN dan PPL yang menjadi teman mengejar impian dan mengukir

sejarah dalam hidupku, serta menjadi keluarga yang baik selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

ix
12. Almamater saya universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Semoga semua bantuan, bimbingan, dan kontribusi yang telah diberikan kepada

penulis mendapatkan ridho dari Allah SWT, Aamiin.Selanjutnya penulis menyadari

bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun dari

pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang.

Assalamu’alaikum Wr. Wb,

Bandar Lampung, 20 juni 2019

Penulis

Ummu Hanni Hayati


NPM. 1411060411
\

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


ABSTRAK .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP.................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 10
C. Pembatas Masalah ........................................................................... 11
D. Rumusan Masalah............................................................................ 12
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 12
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 12
G. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Metode Focus Group Discussion


a. Pengertian Focus Group Discussion.......................................... 15
b. Tujuan Focus Group Discussion ............................................... 17
c. Kegunaan Focus Group Discussion .......................................... 18
d. Ciri-ciri dan jumlah Focus Group Discussion ........................... 19

xi
e. Kekuatan dan kelemahan Focus Group Discussion .................. 20
f. Langkah- langkah Focus Group Discussion .............................. 21
B. Kemampuan Berpikir Kritis
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ................................... 24
b. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ...................................... 32
c. Kendala dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis .. 32
C. Sikap Sosial
a. Pengertian Sikap Sosial ............................................................ 33
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial ........................ 34
D. Pencemaran Lingkungan
a. Pengertian Pencemaran Lingkungan ........................................ 36
b. Macam-macam Pencemaran Lingkungan ................................. 36
E. Kerangka Berpikir ........................................................................... 38
F. Penelitian Relevan ........................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 46


B. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................. 46
C. Variable Penelitian .......................................................................... 47
D. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 48
E. Teknik Sampling.............................................................................. 49
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 49
G. Instrument Penelitian ....................................................................... 50
H. Analisis Coba Instrument ............................................................... 52
I. Teknik Analisis Data ...................................................................... 56
J. Alur Penelitian ................................................................................. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 63


B. Pembahasan ..................................................................................... 75

xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN .............................................................................. 87
B. SARAN ........................................................................................... 87
C. PENUTUP ...................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Hasil Prapenelitian Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Tabel 1.2 Data Hasil Prapenelitian Penilaian Angket Sikap Sosial Peserta Didik

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis

Tabel 3.1 Desain Penelitian Posttest –Only Control Design

Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Penilaian Sikap

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Korelasi “R” Moment

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Beda Soal

Tabel 4.1 Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Tabel 4.2 Uji Validitas Butir Angket Sikap Sosial

Tabel 4.3 Uji Tingkat Kesukaran Kemampuan Berpikir Kritis

Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Beda Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Tabel 4.5 Hasil PosttestKemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Sosial Pesertadidik

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Sosial

Tabel 4.7 Data Homogenitas Varians Berpikir Kritis Dan Sikap Sosial

xiv
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Sosial Secara

Bersamaan

Tabel 4.9 Tabel Multivariate Test

Tabel 4.10 Tabel Univariate Test

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Gambar 4.1 Diagram Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Gambar 4.2 Diagram Posttest Sikap Sosial Peserta Didik

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Perangkat Pembelajaran

Lampiran 1: Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen Dan Kelas Control

Lampiran 2 : Silabus Kelas Eksperimen

Lampiran 3 : Silabus Kelas Control

Lampiran 4 : RPP Kelas Eksperimen

Lampiran 5 : RPP Kelas Control

Lampiran 6 : LDS Kelas Eksperimen

Lampiran 7: Kisi-Kisi Instrument Soal Kognitif

Lampiran 8 : Soal Posttest Kemampuan Berpikir Kritis

Lampiran 9 : Kisi-Kisi Angket Sikap Sosial

Lampiran 10: Angket Sikap Sosial

Uji Coba Instrument Penelitian

Lampiran 11: Uji Validitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Lampiran 12: Uji Reabilitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Lampiran 13 : Uji Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Lampiran 14 : Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Lampiran 15: Uji Validitas Sikap Sosial

Lampiran 16: Uji Reabilitas Sikap Sosial

Pengolahan Data Penelitian

Lampiran 17 : Hasil Pengolahan Data Uji Manova Menggunakan Aplikasi SPSS

xvii
Surat –Surat Penelitian

Lampiran18 :Cover Proposal

Lampiran 19 : Surat Tugas Seminar Proposal

Lampiran 20 : Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran 21: Pengesahan Proposal

Lampiran 22: Surat Keterangan Validasi

Lampiran 23: Surat Penelitian

Lampiran 24: Surat Balasan Penelitian Dari Sekolah

Lampiran 25:Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

Dokumen Penelitian

Lampiran 26: Profil Sekolah

Lampiran 27 : Photo Dokumentasi Peneitian

xviii
1

BAB I

PENDAHULIAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan proses pembelajaran kearah yang lebih baik.

Perubahan yang di maksud adalah mencakup pengetahuan, kecakapan, dan

tingkah laku. Perubahan itu di peroleh melalui pengalaman (latihan) buksn

dengan sendirinya berubah karena kematangan atau keadaan

sementara.1Semakin berkembang pesatnya kemajuan dalam dunia pendidikan

dan teknologi saat ini kegiatan pembelajaran lebih mengutamakan keaktifan

peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik akan

mengalami proses pembelajaran dengan sendirinya dalam seiring berjalannya

waktu dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya.

Konsep belajar menurut Al-Qur‟an dan hadits yaitu salah satu yang

membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah kemampuannya untuk

belajar dalam proses pembelajaran, untuk ini, Allah memberikan akal sebagai

alat untuk belajar, sehingga membuat manusia mampu menjadi pemimpin di

bumi ini. Karena itu kemampuan belajar adalah salah satu di antara sekian

banyak nikmat yang di berikan Allah kepada manusia. Belajar sebagai

aktifitas yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan

hasil dari renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup

1
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013).h.14.
2

manusia juga menganjurkan untuk selalu melakukan kegiatan belajar dan

pembelajaran.2

Aktifitas belajar dan pembelajaran sangat terkait dengan proses

pencarian ilmu, islam sangat menekankan terhadap pentingnya suatu ilmu

seperti yang di tuliskan dalam kitab suci Al-Qur‟an dalam surat Al-„Alaq: 1-

5.

Allah SWT berfirman:

              

         
Artinya :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Berdasarkan firman Allah SWT di atas diterangkan bahwa sejak di

turunkannya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW., islam

telah menekankan perintah untuk belajar. Ayat pertama juga menjadi bukti

bahwa Al-Qur‟an memandang pentingnya pembelajaran agar manusia dapat

memahami seluruh kejadian yang ada di lingkungan sekitarnya yang dapat

menimbulkan sikap sosial yang positif sehingga dapat meningkatkan rasa

syukur dan mengakui akan kebesaran Allah SWT, dari proses pembelajaran

inilah timbul rasa syukur akan kebesaran Allah SWT.

2
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran (jogjakarta: Ar-
Ruzz Media Group, 2015).h. 29
3

Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembeljran di sekolah

mencakup interaksi antara guru dan siswa yang saling bertukar informasi

pengetahuan. Pembelajaran merupakan bantuan yang di berikan pendidik agar

terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata

lain pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik

agar mendapatkan hasil belajar dengan baik. Tujuan pendidikan akan

menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang

berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peran unsur-unsur lain dalam

pendidikan.3

Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi antara pengajar (guru)

dan peserta didik (siswa) untuk secara bersama sama dapat menguasai isi

pelajaran hingga mencapai tujuan pembelajaran yang di tentukan.4 Dengan

kata lain pembelajaran bisa di artikan sebagai proses bantuan pendidik kepada

peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan, kemahiran dan

pembentukan sikap dan kepercayaan dengan mencapai hasil belajar yang

diinginkan dan di tentukan dengan baik.

Beberapa asumsi mengenai proses pengajaran yang berkaitan dengan

pembelajaran antara lain bahwa proses pengajaran direncanakan dan di

laksanakan sebagai suatu sistem, peristiwa belajar terjadi apabila peserta

3
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan; Sebuah Tinjauan Filosofis
(Yogyakarta: Pers, 2014). h.73
4
Dani Maulana, Model – Model Pembelajaran Inovatif (Lampung: Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan Provinsi Lampung, 2014).h. 1-2
4

didik berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru, proses

pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan teknik yang

tepat guna dan berdaya guna, pengajaran memberi tekanan kepada proses dan

produk secara seimbang, inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan

belajar peserta didik secara optimal. Implikasi dari seperangkat asumsi dasar

tersebut harus dilengkapi dengan seperangkat program yang di sebut dengan

kurikulum sebagai bahan konsumsi peserta didik dalam

menumbuhkembangkan bakat dan potensinya kearah perkembangan yang

lebih baik.5

Pembelajaran Biologi dilakukan hanya memberikan materi dengan

berpacu pada buku paket saja tanpa ada pengetahuan meteri yang melibatkan

potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik menghafal konsep

bukan memahami serta mengembangkan konsep yang ada dalam pikiran

mereka. Pernyataan ini disampaikan oleh beberapa peserta didik mengenai

pembelajaran Biologi yang mengatakan bahwa pembelajaran Biologi itu

sulit, karena banyak materi yang harus dihafalkan dan terlalu banyak istilah

dalam bahasa latin.

Proses pembelajaran itu kurang efektif untuk memicu kemampuan

berpikir kritis peserta didik, karena dalam prosespembelajaran peserta didik

tidak di tekankan untuk menganalisis, mempertimbangkans, menentukan

tindakan, dan mengaitkan pemahaman peserta didik pada kehidupan sehari-

hari. Kemampuan berpikir kritis memiliki makna yang sama dengan berpikir

5
Dr. Subandijah, Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013).h. 114-115
5

tingkat tinggi, terutama pada aspek evaluasi6, yakni evaluasi hasil revisi

taksonomi bloom ada 6 kategori keterampilan berpikir kritis dalam dimensi

kognitif ialah, mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengkreasi, mengevaluasi.

Perencanaan pembelajaran di rancang dalam bentuk silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi.

Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian

pembelajaran dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP di

sesuaiakn pendekatan pembelajaran yang di gunakan. Silabus merupakan

acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata

pelajaran.7

Kemampuan berpikir kritis sebenarnya tidak datang sendiri, harus ada

upaya-upaya yang sistematis untuk mencapainya. Penggunaan strategi

pembelajaran yang lebih menarik dan lebih bervariasi yang diterapkan oleh

guru di kelas merupakan salah satu solusinya, dalam hal ini peneliti akan

menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD).

Metode pembelajaran adalah salah satu unsur pendidikan yang

dikembangkan untuk memajukan dunia pendidikan di Indosesia. Banyak

aspek yang mempengaruhi kualitas pendidikan, diantaranya adalah

pemakaian metode dan media pembelajaran. Ketepatan memilih metode

6
Dkk Muh. Tawil, Berpikir Komplek (Makassar: Universitas Negeri Makassar,
2013).h.11
7
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015).h. 3- 4
6

pembelajaran dalam setiap proses belajar mengajar akan menentukan tujuan

pembelajaran yang telah direncanakan dan peningkatan kemampuan

akademik serta non akademik peserta didik, sehingga akan diikuti mening-

katnya pemahaman konsep yang diberikan dan kreativitas peserta didik dalam

pembelajaran.8

FGD adalah suatu metode pengumpulan data yang lazim digunakan

pada penelitian kualitatif sosial, tidak terkecuali pada penelitian keperawatan

dan lainnya. Metode ini mengandalkan perolehan data atau informasi dari

suatu interaksi informan dan responden berdasasrkan dari hasil diskusi yang

terfokus untuk melakukan bahasan dalam menyelesaiakan permasalahan

tertentu. Data atau informasi yang telah diperoleh melalui teknik ini, selain

merupakan informasi kelompok, juga suatu pendapat atau keputusan

kelompok tersebut. Keunggulan metode FGD ialah memberikan data yang

lebih kaya dan memberikan nilai tambah pada data yang tidak diperoleh

ketika menggunakan metode pengumpulan data lainnya, terutama dalam

penelitian kualititatif.

Proses berpikir pada peserta didik di dalam pembelajaran sangatlah

penting, jika peserta didik memiliki rasa ingin tahu tinggi maka ia

menunjukkan adanya kemampuan berpikir yang baik, kemampuan berpikir

kritis pada saat inilah sangat di butuhkan untuk menghadapai perkembangan

peserta didik dalam proses pembelajaran. Seseoramg yang memiliki

kemampuan berpikir kritis yang baik tidak mudah berpengaruh oleh pengaruh
8
Kurniawan, “Metode Inkuiri Terbimbing Dalam Pembuatan Media Pembelajaran
Biologi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Siswa Smp‟, Jurnal
Pendidikan Ipa Indonesia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013, h. 8-9.
7

negatif yang di timbulkan dari perkembangan teknologi, informasi dan

komunikasi zaman ini. Mereka akan lebih mudah menyaring dan mencerna

dahulu dengan baik hal yang mereka dapat.

Namun kenyataanya yang terjadi di lapangan tentang kemampuan

berpikir kritis peserta didik masih belum dikembangkan yang berdampak

kurang maksimalnya pserta didik dalam kemampuan berpikir kritis. Hal ini

dapat di lihat dari hasil tes yang telah peneliti berikan kepada peserta didik

kelas X di SMAN 1 Natar Lampung Selatan yang menggunakan tes

kemampuan berpikir kritis menggunakan instrumen soal uraian. Hasil dari tes

tersebut menunjukan bahwa kurangnya kemampuan berpikir kritis pada

peserta didik kelas, di lihat dari jawaban yang kurang tepat dan kurang

memahami apa yang di maksud dari pertanyaan tersebut. Didapatkan data

awal sebagai berikut:

Tabel 1.1
Data Hasil Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Jumlah Kategori Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Peserta Sangat Kurang Tidak


Cukup
Kritis
Didik kritis
kritis Kritis Kritis

IPA 1 30 orang 0 0% 3 10% 1 3% 9 30% 17 57%

IPA 2 30 orang 0 0% 0 0% 3 10% 5 17% 22 74%

Jumlah ∑ 60 0 0% 3 5% 4 7% 14 23% 39 65%

Sumber: Hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik


8

Tabel 1.2
Data Hasil Prapenelitian Penilaian Angket Sikap Sosial Peserta Didik

Kategori Penilaian Sikap Sosial


Jumlah
Kelas Peserta Sangat Cukup Kurang Tidak
Didik Baik
Baik Baik Baik Baik

IPA 1 30 orang 2 6% 5 17% 4 13% 11 37% 8 27%

IPA 2 30 orang 1 3% 6 20% 8 27% 10 33% 5 17%

Jmlh ∑ 60 3 5% 11 18% 12 20% 21 35% 13 22%

Sumber: Hasil tes penilaian sikap sosial peserta didik

Dari data sampel diatas pada tabel 1.1 dapat di lihat bahwa kemampuan

berpikir peserta didik perlu ditingkatkan. Rendahnya kemampuan berpikir

kritis peserta didik mencapai 65% dari jumlah keseluruhan data yang diambil,

dikarenakan belum di berikan latihan untuk mengasah tingkat kemampuan

berpikir kritis peserta didik, serta kurangnya penerapan pendidik terhadap

indikator- indikator kemampuan berpikir kritis. Hasil belajar sangat penting

bagi seorang peserta didik untuk menggambarkan pengetahuan dan

keterampilan serta melihat perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh

setelah belajar. Watson menyatakan bahwa hasil belajar sangat penting untuk

menggambarkan perubahan individu dan sebagai hasil dari pengalaman

belajarnya.9

Kemampuan berpikir kritis yang tinggi akan berbanding lurus dengan

hasil belajar peserta didik, namun hasil belajar peserta didik tidak bisa
9
Miswandi Tendrita, Susriyati Mahanal, and Siti Zubaidah, „Pembelajaran Reading-
Concept-Map Think Pair Share (Remap Tps) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif‟, Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 2.6 (2017), 763–67
<http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/9332/4477>.
9

menjamin tinggi atau rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik jika

tes yang digunakan tidak sesuai dengan indikator-indikator berpikir kritis.

Pembelajaran yang hanya melihat hasil nilai kognitif saja akan mengakibatkan

peserta didik tidak memperoleh pengalaman.

Tabel 1.2 adalah perolehan data hasil prapenelitian angket sikap sosial

peserta didik dengan kategori kurang baik mencapai 35% dan kategori tidak

baik mencapai 22%, kurangnya sikap sosial yang di miliki oleh peserta didik

bisa dilihat dari data prapenelitian penilaian sikap sosial menggunakan angket,

dalam proses pembelajrannya secara tidak langsung kemampuan berpikir kritis

peserta didik juga tidak berkembang. Kemampuan berpikir kritis yang tidak

berkembang akan mengakibatkan kurangnya rasa ingin tahu peserta didik

tentang masalah yang terjadi di lingkungan sosial. Beberapa model

pembelajaran interaktif diharapkan mampu mengatasi permasalahan dalam

pembelajaran. Model pembelajaran yang sering digunakan di sekolah yaitu

model pembelajaran kooperatif, yang berpusat pada peserta didik.

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik, peserta didik yang mampu berpikir

secara kritis berarti telah menggunakan logika untuk mengamati dan

mengumpulkan informasi sehingga dapat menyimpulkan dengan benar materi

yang di dapatkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode FGD

untuk melihat adakah pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap

sosial peserta didik.


10

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di

identifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Pembelajaran biologi seharusnya dapat menjadikan peserta didik

mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik akan tetapi upaya untuk

mengembangkannya masih perlu perhatian dan peningkatan metode yang

akan digunakan.

2. Pembelajaran biologi seharusnya dapat menemukan konsep yang dipelajari

dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, namun upaya untuk

melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik belum terlalu di

perhatikan oleh guru di SMAN 1 Natar.

3. Pembelajaran biologi seharusnya meningkatkan kemampuan berpikir kritis

dengan metode atau teknik pembelajaran yang menarik, namun metode

yang digunakan saat ini belum menarik bagi peserta didik di SMAN 1

Natar.

4. Pembelajaran biologi semestinya menyenangkan, kareana berkaitan

dengan sikap sosial yang yang dimiliki peserta didik, namun kenyataannya

sikap sosial yang dimiliki peserta didik belum diberdayakan karena

kurangnya sosialisasi terhadap lingkungan sekitar.

5. Pembelajaran biologi semestinya dapat menumbuhkan sikap sosial peserta

didik dari teori yang telah dipelajari, namun upaya pendidik untuk

menumbuhkan sikap sosial masih perlu diperhatikan.


11

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Natar,

Lampung Selatan.

2. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

FGD.

3. Penelitian ini menggunakan 5 indikator kemampuan berpikir kritis.

4. Penelitian ini menggunakan indikator sikap sosial.

5. menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, dan mengatur strategi

dan taktik.

D. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh metode FGD terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa kelas X SMA pada mata pelajaran Pencemaran Lingkungan?

2. Adakah pengaruh metode FGD terhadap sikap sosial yang dilakukan oleh

siswa kelas X SMA ?

3. Adakah pengaruh secara simultan metode FGD terhadap kemampuan

berpikir kritis dan sikap sosial yang dilakukan oleh siswa kelas X SMA ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah metode FGD berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir kritis pesert didik pada materi pencemaran

lingkungan di SMA kelas X SMA Negeri 1 Natar, Lampung Selatan.


12

2. Untuk melihat apakah metode FGD berpengaruh terhadap sikap sosial

peserta didik pada materi pencemaran lingkungan di SMA kelas X SMA

Negeri 1 Natar, Lampung Selatan.

3. Untuk melihat apakah metode FGD berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir kritis dan sikap sosial peserta didik pada materi pencemaran

lingkungan di SMA kelas X SMA Negeri 1 Natar, Lampung Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti

bagi peneliti, guru, sekolah, dan peserta didik. Manfaat tersebut antara lain:

1. Bagi peserta didik

Memberi pengalaman baru, mendorong peserta didik untuk lebih terlibat

aktif dalam pembelajaran di kelas, sehingga dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial, dan membuat belajar IPA

menjadi lebih menyenangkan.

2. Bagi Pendidik Biologi

Memberi alternatif dengan menggunakan metode FGD dikembangkan

menjadi lebih baik sehingga dapat dijadikan salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan memberikan

informasi tentang pentingnya kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial

dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Penulis

Pengalaman tersendiri dalam pengembangan pengetahuan dan wawasan

khususnya dalam rangka perbaikan pembelajaran.


13

4. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pendidik

dalam perencanaan pembelajaran di kelas untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial peserta didik.

5. Bagi peneliti lain

Sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya atau penelitian

lain

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Obyek

Ruang Lingkup obyek dalam penelitian ini adalah meningkatkan

kemampuan berpikir kritis melalui metode FGD pada peserta didik SMA

Negeri 1Natar, Lampung Selatan

2. Ruang Lingkup Subyek

Ruang Lingkup subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X

semester genap SMA Negeri 1Natar, Lampung Selatan.

3. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang Lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Natar,

Lampung Selatan.

4. Ruang Lingkup Waktu

Ruang Lingkup waktu dalam penelitian ini adalah kelas X adalah SMA

Negeri 1 Natar, Lampung Selatan. Semester genap tahun pelajaran

2019/2020
14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Focus Group Discussion (FGD)

1. Pengertian FGD

FGD adalah suatu teknik pengumpulan data yang dapat memenuhi tujuan

penelitian dan berbagai karakteristiknya, FGD adalah suatu teknik yang di

gunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial untuk mengumpulkan data

kualitatif. FGD merupakan sebuah usaha untuk menggunakan interaksi

kelompok untuk menghasilkan data. Kata kuncinya ialah “ interaksi

kelompok” berbeda dengan wawancara atau wawancara kelompok, pemandu

atau fasilitator dalam FGD tidak selalu bertanya tetapi dapat mengemukakan

suatu persoalan, isu, atau topik sebagaibahan diskusi, sehungga di peroleh

pandangan atau pendapat kelompok mengenai topik yang diajukan. Karena

itu FGD sangat tergantuk pada pertukaran ide antar peserta ketika menjawab

berbagai topik atau pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator, dalam FGD

peserta FGD bias saling mempengaruhi sehingga pandangan bias berubah dan

insight baru bias bermunculan selama proses. Peserta salig belajar dan apa

yang di pelajari ini bias mempengaruhi pandangan dan sikap. Hal tersebut

sangat wajar karena dalam kehidupan nyata pikiran dan perasaan manusia

memang berubah-ubah karena situasi. Dalam hal ini, moderator FGD perlu

peka dan memperhatikan “apa yang menyebabkan perubahan pandangan


15

tersebut”. Merton dkk. (dalam Morgan, 1991) memberikan 4 kriteria untuk

terlaksanya FGD yang efektif : luas, kekhususan, kedalaman,dan konteks

personal. FGD harus meliputi sebanyak munkin topik yang relevan, harus

menghasilkan data yang sekhusus munkin, harus mendorong terjadinya

interaksi yang dapat menggali perasaan-perasaan peserta diskusi sedalam

munkin, dan harus memperhitungkan konteks personal yang di gunakan

peserta diskusi dalam memunculkan responnya terhadap suatu topik. Piercy

dan Nickerson (n.d) menyatakan bahwa tergantung pada peneliti sendiri

bagaimana menjelaskan asumsi filosofinya dan bagaimana ia menggunakan

metodologi FGD secara konsisten dengan asumsinya. Dewasa ini peneliti

memodifikasi prosedur FGD mempunyai berbagai bentuk dan tidak lagi harus

selalu mengikuti prosedur yang pernah di perkenalkan Merton. 10

Metode ini mengandalkan perolehan data atau informasi dari suatu

interaksi informan dan interaksi responden berdasarkan hasil diskusi dalam

suatu kelompok yang terfokus dalam melakukan bahasan dalam

menyelesaikan permasalahan tertentu. Data informasi yang diperoleh melalui

teknik ini selain merupakan informasi kelompok, juga suatu pendapat atau

keputusan kelompok tersebut. Saat ini FGD menjadi popular sebagai salah

satu alternatif dalam mengumpulkan data yang memiliki kelebihan atau

kekurangan yang di miliki suatu metode pada umumnya. 11

10
Laurike Moeliono, Focus Group Discussion, Edisi Revi (Jakarta: Penerbit Universitas
Atma Jaya, 2018). h. 7-8
11
Yati Afiyanti, „( Diskusi Kelompok Terfokus ) Sebagai Metode Pengumpulan Data
Penelitian Kualitatif‟, Jurnal Keperawatan Indonesia, 12.1 (2018), 58–62.h. 58-62
16

Menurut Litosseliti, dalam Retnoningsih & Utami, Focus Group

Discussion) adalah kelompok kecil yang terstruktur dengan partisipan yang

telah dipilih, dengan dipandu moderator. FGD ini disusun untuk tujuan

menggali topik yang spesifik, dan pandangan dan pengalaman individu,

melalui interaksi kelompok.

FGD sebagai salah satu bentuk penelitian kualitatif, merupakan

wawancara kelompok yang ditekankan pada interaksi dan perilaku yang

muncul dalam kelompok, ketika kelompok itu disodorkan suatu topik atauisu

tertentu sesuai dengan kepentingan penelitian.12 FGD atau diskusi kelompok

terarah, merupakan metode yang sudah ada dan biasanya digunakan dalam

proses pengambilan data, akan tetapi dalam penelitian ini FGD dijadikan

metode untuk penyampaian materi.13

2. Tujuan FGD

Sebagai sebuah metode, FGD bias memenuhi dua tujuan yaitu14:

a. Memperoleh informasi mendalam menyangkut pikiran, perasaan,

pandangan, sikap nilai,kepercayaan sekelompok orang mengenai

suatu isu atau fenomena.

b. Menghasilkan perubahan. Dengan mengungkapkan atau

mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk diskusi, serta

mendapat tanggapan dari peserta FGD lainnya maka pada saat yang

12
Tri Wahyudi, „Penerapan Knowledge Management Pada Perusahaan Web Hosting‟,
Bianglala Informatika, 2.2 (2014), 45–55.h. 47
13
Nanda Aditya Rizki, „METODE FOCUS GROUP DISCUSSION DAN SIMULATION
GAME TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI‟,
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8.1 (2012), 25.h. 25
14
Laurike Moeliono, Ibid,.h.10
17

sama terjadi sebuah proses perubahan pada diri peserta FGD.

Perubahan dapat terjadi dalam pengetahuan mengenai isu atau

fenomena yang didiskusikan. Perubahan juga bias terjadi dalam

bentuk penyadaran menyangkut isu yang didiskusikan Proses

penyadaran bisa mempengaruhi prilaku peserta di kemudian hari.

c. FGD ada baiknya di rancang untuk memenuhi dua tujuan tersebut

sehingga berguna bagi pelaksana FGD yang membutuhkan data, dan

pada saat yang sama berguna untuk peserta FGD yang di ajak

berdiskusi. Metode penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitian

dan pertanyaan penelitian harus mengalir secara logis dari tujuan

tersebut.

3. Kegunaan FGD

FGD mempunyai beberapa kegunaan atau manfaat seperti15 :

a. Emberikan informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikap

dan pandangan kelompok.

b. Mengembangkan konsep- konsep yang sesuai dengan kepercayaan,

sikap, pandangan dan bahasa peserta. FGD dapat menghasilkan

sesuatu yang sesuai atau tepat bagi kelompok target yang tepat.

c. Cross-cek data dari sumber lain atau dengan metode lain.

d. Sebagai langkah pendahuluan penelitian kuantitatif :

1) Mengembangkan hipotesis bagi penelitian selanjutnya.

15
Laurike Moeliono, Ibid. h.11-12
18

2) Menentukan mana konsep-konsep yang benar dan salah

sebelum menyusun kuesioner dan panduan observasi.

3) Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam dan

merancang kuesioner

e. Membantu dalam menginterpretasikan hasil penelitian kuantitatif (di

lakukan setelah penelitian kuantitatif). Mengembangkan pengertian

yang lebih baik mengenai hasil surver-survey besar dengan cara

memahami apa yang dimaksud oleh data statistik.

f. Melengkapi hasil penelitian kuantitatif : menggali lebih dalam data

survey.

g. Menghasilkan ide-ide untuk merancang sebuah kegiatan.

h. Menjembatani penelitian dan praktik, misalnya mengevaluasi sebuah

program untuk meningkatkan kualitas program tersebut.

4. Ciri dan jumlah peserta FGD

FGD adalah sebuah pembicaraan dengan sejumlah terbatas orang (6-

12) yang di anggap mempunyai sebuah pengalaman serupa yang

menyangkut sebuah topik atau persoalan yang ingin diketahui. FGD

biasanya biasanya terdiri dari 6-12 orang, jika kurang dari 6 orang akan

sukar mendapatkan jawaban atau ide-ide yang cukup bervariasi. Jika

kelompok lebih dari 12 orang maka tidak semua akan mendapat kesempatan

berbicara dan moderator akan kesulitan mempertahankan diskusi tetap

terfokus pada topik penelitain. Pengalaman penulis dalam melakukan FGD

adalah, yang paling mudah adalah 7-10 orang saja, peserta FGD adalah
19

narasumber yang berbicara secara bebas dan spontan mengenai tema-tema

yang di anggap penting bagi penelitian, dengan di pandu oleh seorang

fasilitator atau moderator. Para peserta diskusi biasanya di pilih dari

kelompok yang dianggap dapat memberikan pandangan atau gagasan-

gagasan yang berguna bagi penelitian. Kelompok diskusi adalah sejumlah

orang yang di wawancarai secara kolektif Karena:

a. Memiliki pengalaman serupa menyangkut topik yang sedang di teliti.

b. Berasal dari sebuah latar belakang yang serupa yang relevan dengan

tujuan penelitian.

c. Mempunyai keterampilan dan kemauan untuk berbicara atau

berdiskusi.

5. Kekuatan dan kelemahan FGD

Kekuatan dan kelemahan FGD secara lebih terperinci adalah:16

a. Kekuatan FGD

1) Relatif mudah di laksanakan, murah, dan cepat, di bandingkan

wawancara individual.

2) Mampu mengeksplorasi topik-topik dan menghasilkan

hipotesa. Diskusi dan wawancara kelompok dapat

menghasilkan data berguna tanpa perlu banyak masukan pihak

peneliti seperti pada metode wawancara lain.

3) Menghasilkan data dari interaksi kelompok, yaitu interaksi

yang berpusat pada topik-topik yang menarik bagi peneliti.

16
Laurike Moeliono, Ibid. h.14-15
20

4) Lebih terkontrol dari pada observasi partisipasi.

5) Data mendalam menyangkut topik-topik terbatas atau terfokus.

6) Cepat dan murah memperoleh informasi di bandingkan

wawancara individu.

7) Fleksibel dalam mengajukan pertanyaan.

8) Cara yang baik untuk memperoleh informasi dari partisipan

khusus (misalnya yang tidak bisa baca tulis)

9) Mudah di terima karena seperti pembicaraan sehari-hari.

10) Cocok untuk memperoleh informasi atau data umum.

b. Kelemahan FGD

1) Kontrol peneliti terbatas terhadap data maupun informan

terbatas di bandingkan wawancara individu.

2) Data yang di hasilkan tidak dapat menunjukkan frekuensi

prilaku atau kepercayaan.

3) Kelompok mudah di dominasi oleh satu atau dua anggota yang

selanjutnya bisa mempengaruhi pendapat kelompok.

4) Karena FGD di laksanakan bukan dalam sitruasi alamiah maka

selalu ada keraguan apakah yang di katakana peserta memang

akurat. Selain itu interpretasi data sulit.

5) Data yang berasal dari interaksi kelompok diskusi tidak dapat

dipastikan mencerminkan tingkah laku sesungguhnya.


21

6. Langkah – langkah melakukan FGD

Adapun langkah-langkah yang baik untuk melakukan FGD adalah17:

a. Merencanakan proses FGD

1) Seperti mempersiapkan kerangka berpikir

2) Menyiapkan narasumber untuk memperjelas topic dan tujuan

FGD

3) Menentukan tim peneliti atau tim fasilitator FGD

4) Merencanakan waktu dan tempat pelaksanaan FGD.

b. Menentukan kelompok dan apa saja yang di akan di butuhkan

1) Menentukan jumlah peserta dari setiap FGD sebaiknya tidak

kurang dari 6 dan tidak lebih dari 12 orang.

2) Memberitahu peserta mengenai proses dan tujuan umum

sebelum melaksankan FGD.

3) Mempersiapkan undangan secara tertulis atau lisan.

c. Menyiapkan fasilitator diskusi dan pendampingnya seperti

moderator diskusi, pendamping moderator, dan pencatat.

d. Menyiapkan panduan diskusi yaitu berupa serangkaian topic dan

pertanyaan yang di ajukan oleh moderator kepada peserta FGD.

Topik ini harus berasal dari masalah penelitian yang sedang di teliti.

e. Melaksanakan FGD dengan baik dan benar

17
Ibid, Laurike Moeliono, h. 17-30
22

1) Pembukaan FGD seperti memperkenalkan diri, menjelaskan

tujuan FGD dan menjelaskan aturan main yang sudah di susun

dengan rapi.

2) Pelaksnaan FGD

a) Memulai pertanyaan yang sifatnya umum kemudian

menjurus kepada permasalahan yang khusus yan akan di

bahas secara mendalam.

b) Fasislitator menyampaikan topik- topik diskusi sesuai

dengan panduan diskusi untuk di diskusikan peserta.

c) Fasilitator mengarahkan kelompok dengan baik.

d) Pelaksanaan FGD mengikuti prinsip-prinsip dan

mengikuti panduan diskusi yang sudah di siapkan.

e) Melakukan teknik-teknik diskusi yang di butuhkan untuk

memandu diskusi dengan baik, beberapa teknik yang di

gunakan dalam FGD, antara lain:

(1) Probing. Untuk menghasilakan informasi yang lebih

mendalam.

(2) Klarifikasi. Untuk memastikan apakah fasilitator

memahami sebuah jawaban atau pendapat.

(3) Konfirmasi atau mengulang pernyataan dengan

bahasa yang lebih mudah dimengerti.


23

(4) Reorientasi. Fasilitator dapat menggunakan jawaban

seseorang peserta untuk di tanyakan kepada peserta

lain.

f) Penutupan FGD

1) Menjelaskan bahwa pertemuan akan berakhir.

2) Meminta para peserta memikirkan kembali apa yang

sudah didiskusikan, dan tanyakan kepada peserta

apakah masih ada komentar yang ingin di

sampaikan, dan komentar yang sesuai atau berguna

dapat di bahas lebih mendalam.

3) Mendengarkan komentar-komentar tambahan yang

muncul.

4) Menutup FGD dengan menyampaikan kesimpulan

dan ringkasan singkat tentang topik pembahsan

yang telah didiskusikan.

5) Mengucapkan terimakasih kepada para peserta

untuk partisipasinya dan menyatakan bahwa

komentar mereka sangat berguna untuk penyusunan

selanjutnya.

B. Kemampuan berpikir kritis

1. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis

Berfikir tidak terlepas dari aktivitas manusia, karena berpikir

merupakan cirri yang bisa membedakan antara manusia dan makhluk hidup
24

lainnya. Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang

dapat menghasilkan pengetahuan. Keterampilan berpikir kritis dapat

dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar serta keterampilan

berpikir tingkat tinggi. Berpikir ternyata dapat mempersiapkan peserta didik

untuk berpikir disiplin dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

intelektual serta pengembangan potensi peserta didik, selain itu berpikir

adalah salah satu upaya agar manusia senantiasa mengingat kebesaran dan

keesaan Allah SWT seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur‟an Surat

Ar-Ra‟ad ayat 4 dan Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi:

           

             

  


Artinya :
”Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan,
dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma
yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air
yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas
sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berfikir.”

            

              

          

    


25

Artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-
tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”

Menurut Ennis dalam Siswanto,18 berpikir kritis ialah berpikir

secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan

keputusan tentang apa yang dipercayai dan dilakukan. Oleh karena itu,

indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis

siswa sebagai berikut :

a. Mencari pernyataan dan pertanyaan yang jelas artinya atau

maksudnya.

b. Mencari dasar pada suatu pernyataan

c. Berusaha memperoleh informasi terkini.

d. Menggunaka serta menyebutkan sumber yang dapat dipercaya.

e. Mempertimbangkan situasi secara menyeluruh.

f. Berusaha relevan dengan pokok pembicaraan.

g. Berusaha mengingat pertimbangan awal atau dasar.

h. Mencari alternatif.

i. Bersikap terbuka.

18
Siswanto. 2012. Pengaruh Model Problem Based Learning ( PBL) Terhadap
Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VII SMP
Negeri 14 Surakarta(Online)(http:I .uns .ac .icli wp-contentfuploads/ 20121 02/Siswanto-PP -
K430909 diunduh tanggal 9 Juli. 2013)
26

j. Mengambil posisi (atau mengubah posisi). Jika bukti dan dasar sudah

cukup baginya untuk menentukan posisinya,

k. Mencari ketepatan dengan teliti. Berurusan dengan bagian secara

berurutan hingga mencapai seluruh keseluruhan yang kompleks.

l. Menggunakan kemampuan dan ketrampilan kritisnya sendiri.

m. Peka pada perasaan, tingkat pengetahuan serta tingkat kerumitan

berpikir orang lain.

n. Menggunakan kemampuan berpikir kritis orang lain.

Berikut pengertian berpikir kritis menurut para ahli19.

a. Menurut Ennis (1962), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan

dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang

apa yang harus di percayai atau di lakukan.

b. Menurut Beyer (1985), berpikir kritis adalah kemampuanmenentukan

kredibilitas sumber, membedakan antara yang relevan dari yang

gtidak relevan, membedakan fakta dari penilain, mengidentifikasi dan

mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, mengidentifikasi bias

yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, dan mengevaluasi bukti

yang di tawarkan untuk mendukung pergerakan.

c. Menurut Mustaji (2012), berpikir kritis adalah berpikir secara

beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan

tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

19
Musfiqon, M.Pd., Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik (Sidoarjo:
Nizamia Learning Center, 2015).h.66-68
27

d. Menurut walker (2006), berpikir kritis adalah suatu proses intelektual

dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, mensintesis, dan

mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi,

pengalaman refleksi dimana hasil proses ini di gunakan sebagai dasar

saat mengambil tindakan.

Dalam memahami sebuah materi ajar Gagne mengemukakan fase

dalam belajar yaitu:

1. Fase pengenalan (Apprehending phase) ialah fase dimana peserta

didik mulai memperhatikan stimulis tertentu untuk ia tangkap

maknanya, kemudian ia menafsirkan dengan berbagai cara.

2. Fase pemerolehan (Acquisition Phase) ialah fase peserta didik

memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi

yang diterimanya dengan pengetahuan sebelumnya.

3. Fase penyimpanan (Storange Phase) penyimpanan yang dimaksud

disini adalah penyimpanan informasi. Ada informasi yang

disimpan dalam jangka pendek, dan juga ada yang disimpan dalam

jangka panjang.

4. Fase pemanggilan (Retrieval Phase) ialah fase mengingat kembali

atau memanggil kembali informasi yang ada di memori.20 Jadi

seperti itulah tahapan peserta didik dalam menerima materi ajar

yang pendidik sampaikan.

20
Chairul Anwar, Teori- Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta:
IRCiS0D, 2017).h.85
28

Berpikir kritis ialah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide

atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah

yang dapat dipaparkan. Berpikir kritis juga bisa dipahami sebagai kegiatan

menganalisis ide atau gagasan ke arah yang spesifik, membedakannya

secara tajam , memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya

kearah yang lebih sempurna. Berpikir kritis ialah aktivitas terampil yang

dapat dilakukan dengan baik atau sebaliknya, serta pemikiran kritis akan

dapat memenuhi beragam standar intelektual..21

Serupa pada ungkapan Glazer dalam buku Fisher mendefinisikan

berpikir kritis sebagai berikut:

a. Suatu sikap maupun berpikir secara mendalam tentang masalah serta

hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang

b. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan serta penalaran yang

logis

c. Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode

tersebut.

Berpikir kritis ialah sebuah proses sistematis yang memungkinkan

peserta didik untuk merumuskan serta mengevaluasi keyakinan dan

pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis ialah sebuah proses terorganisasi

yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa

mendasari pernyataan orang lain. Berpikir kritis ialah berpikir dengan baik,

21
Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar (Jakarta: Erlangga, 2017).h .13
29

mereningkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan

baik.

Mengetahui kecenderunga serta kemampuan sangatlah penting supaya

seseorang menjadi pemikir yang kritis, hal ini akan membantu menyadari

posisi serta kemampuan tersebut sehingga dapat dipastikan orang tersebut

dapat menerapkan pola berpikir kritis pada kehidupan sehari-hari. Berpikir

kritis ialah suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal

tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir adalah kemampuan

menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan

pengetahuan yang disertai pengkajian sebenarnya berdasarkan pola penalaran

tertentu. Menurut muhafahroyin, berpikir adalah suatu proses yang

melibatkan suatu mental seperti dedukasi induksi, klasifikasi evaluasi dan

penalaran.22

Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan

siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari

pernyataan orang lain. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai

pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud

dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman

mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian23.

Berpikir kritis dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara. Proses

berpikir kritis menjelaskan bagaimana sesuatu dipikirkan. Belajar berpikir

22
Zumisa Nudia Prayoga, „Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Materi
Pengelolaan Lingkungan Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains‟, Skripsi, 2013, 10.h. 10
23
Elaine B. Jhonson, CTL & Contextual Teaching & Learning (Bandung: Penerbit Kaifa,
2014).h. 185
30

kritis berarti belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, dan apa metode

penalaran yang akan dipakai peserta didik dapat berpikir kritis atau bernalar

sejauh peserta didik mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi

pengetahuan dan mempertimbangkan argumen sebelum mencapai keputusan.

Serupa dengan pernyataan tersebut Michael Schriven dalam buku Fisher

mendefinisikan berpikir kritis adalah interprestasi dan evaluasi yang terampil

dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.

Berpikir kritis adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang ,

merupakan sebuah keterampilan hidup yang akan membekali anak-anak

untuk menghadapi informasi yang mereka dengar serta mereka baca,

kejadian yang mereka alami, serta keputusan yang mereka buat sendiri. Pada

prinsipnya orang yang mampu berpikir kritis ialah orang yang tidak begitu

saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka akan mencermati,

menganalisis, serta mengevaluasi informasi sebelum menentukan apakah

menolak atau menerima informasi tersebut. Jika belum memiliki

pemahaman, maka mereka juga menangguhkan keputusan mereka tentang

informasi itu. Dalam berpikir kritis didik dituntut unutk menggunakan

strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan,

pemecaham masalah, serta mengatasi masalah dan kekurangannya.

Berpikir kritis ialah bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam

rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan

berbagai kemungkinan, serta membuat keputusan ketika menggunakan

semua keterampialan tersebut secara efektif dalam konteks serta tipe yang
31

tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi,

mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil ketika menentukan

beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.

kemampuan berpikir kritis ialah kemampuan menggunakan akal untuk

membuat, menganalisis, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang

apa yang diyakini. Untuk dapat menumbuhkan berpikir kritis peserta didik

dapat diterapkan suatu bentuk latihan-latihan yang berpacu pada pola pikir

peserta didik. Latihan tersebut dapat dilakukan secara kontinu, intensif, serta

terencana sehingga pada akhirnya peserta didik akan terlatih untuk bisa

menumbuhkan cara berpikir kritis peserta didik.

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Tabal 2.1
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis24
NO Kemampuan Berpikir Kritis Kata Operasional
a. Memfokuskan pertanyaan
Elementary clarification b. Menganalisis argument
1. c. Bertanya dan menjawab
(Memberikan penjelasan) pertanyaan klarifikasi dan
pertanyaan yang menantang
Basic support a. Mempertimbangkan kredibilitas
suatu sumber
2. (Membangun keterampilan b. Mengobservasi dan
dasar) mempertimbangkan hasil
observasi
a. Membuat dedukasi dan
mempertimbangkan hasil dedukasi
Inferring
b. Membuat induksi dan
3.
(Menyimpulkan) mempertimbangkan induksi
c. Membuat dan mempertimbangkan
nilai keputusan
Adanced clarification a. Mengidentifikasi asumsi
4.
(membuat penjeloasan lebih b. Mendefinisikan istilah dan
24
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung :
Refika ADITAMA, 2017, h. 267-268
32

lanjut) mempertimbangkan suatu definisi


Strategies and tactics
5. a. Memutuskan suatu tindakan
(strategi dan taktik)

3. Kendala dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis

Adapun kendala-kendala dalam mengembangkan kemampuan berpikir

kritis yaitu sebagai berikut:

a. Belum pernah diadakan penilaian terhadap kemampuan berpikir

kritis.

b. Fasilitas yang ada di sekolah kurang memadai dan masih sangat

perlu di sempurnakan

c. Kurangnya perhatian khusus dari orang tua ketika peserta didik

belajar dirumah25

C. Sikap Sosial

1. Pengertian sikap sosial

Sikap sosial ialah predisposisi atau kecenderungan untuk bertingkah laku

dengan suatu cara tertentu terhadap orang lain. Selain itu bisa diartikan

sebagai suatu sikap yang terarah kepada tujuan sosial sebagai lawan dari

sikap yang terarah kepada tujuan pribadi.26

Pengertian tentang sikap sosial juga dapat dikemukakan oleh sudarsono27

yang menjelaskan bahwasanya sikap sosial merupakan perbuatan atau sikap

yang tegas dari seseorang atau kelompok di dalam keluaraga serta

25
Ni,Kt. Maha Putri Widiantari Dkk, Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV
Dalam Pembelajaran Matematika.(Universitas Pendididkan Ganesa, Jurnal PGSD,2016),h.9
26
J. P Chaplin, Dictionary of Psychology. (Kamus Lengkap Psikologi)., ed. by Kartini
Kartono (Jakarta: Grafindo, 2014).h.469
27
Sudarsono., Kamus Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2013).h.216
33

masyarakat. Abu Ahmadi28, menyebutkan bahwasanya sikap sosial ialah

kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata yang sberulang-ulang

terhadap obyek sosial. Sikap sosial ini tidak dinyatakan oleh seorang tetapi

diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Contoh dari cara siswa

menanggapi orang lain adalah cara siswa berbicara atau berkomunikasi dan

sikap tolong-menolong.

Kata Sikap sendiri dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap

definisi itu bisa berbeda satu sama lain. Menurut Trow sikap merupakan suatu

kesiapan mental dan emosional dalam berbagai jenis tindakan pada situasi

tertentu. Hampir serupa dengan pendapat di atas, Allport mendefinisikan sikap

sebagai suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan

memberikan pengaruh langsung terhadap respon individu terhadap suatu objek

atau situasi yang berhubungan langsung dengan objek tersebut. Sikap merupakan

sesuatu yang dipelajari dan sikap juga yang menentukan bagaimana individu itu

bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa sedang dicari individu tersebut

dalam kehidupan ini.29.

Sikap peduli dibagi dua yaitu peduli sosial dan peduli lingkungan. Peduli sosial

ialah sikap atau suatu tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain

serta masyarakat yang membutuhkan. Sikap peduli lingkungan ialah sikap serta

tindakan yang selalu berupaya menjaga kebersihan lingkungan, mencegah kerusakan

lingkungan, serta alam sekitar.30

28
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2013).h.152
29
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2013). h. 114.
30
Herlina Nensy, Skripsi :Internalisasi Sikap Sosial Siswa Dalam Proses Pembelajaran
IPS di Mts Al-Ma’arif 01 Singosari Malang (Malang: Oktober , 2016 ) H. 25
34

Dalam Al- Qur‟an surat Ar-Ruum: 41-42 sudah di jelaskan bahwasannya

kerusakan yang terjadi di muka bumi ini disebabkan oleh manusia maka dari itu kita

wajib menjaga kelestarian alam ini.

           

            

      


Artinya :
“(41) Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).(42) Katakanlah: "Adakanlah
perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka
itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."31

Percaya diri ialah sikap positif seseorang individu yang memampukan

dirinya untuk mengembangkan nilai positif terhadap dirinya sendiri maupun

terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang yang

tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan

individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yaitu mampu, serta

percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual,

prestasi, serta harapan yang realistis terhadap dirinya sendiri.32

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial

a. Faktor Internal

Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia

itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima

serta mengolah pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap


31
Syaamil Al-Qur’an Dan Terjemahaannya (Bandung: Sygma Publishing, 2018).h. 409
32
Indari Mastuti, 50 Kiat Percaya Diri ( Jakarta : Hi-Fest Publishing, 2008) h. 13
35

pengaruh dari luar biasanya disesuaikan dengan motif serta sikap di

dalam diri manusia. Misalnya orang yang haus akan lebih

memperhatikan perangsang yang menghilangkan haus daripada

perangsang-perangsang yang lain.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar pribadi

manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya

interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia

manusia yang sampai padanya melalui alat komunikasi.

Sherif (dalam Abu Ahmadi (2009:158) mengemukakan bahwa sikap

itu dapat diubah atau dibentuk apabila:

1) Terdapat hubungan timbal balik langsung antara manusia.

2) Adanya komunikasi (hubungan langsung) dari satu pihak.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap yang

ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan

mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Faktor ekstern

berasal dari luar diri individu. Faktor ekstern dapat berasal dari mass

media, kelompok sebaya dan kelompok yang meliputi berbagai lembaga.

Kaitannya dengan sikap siswa maka lembaga yang dimaksud adalah

lembaga pendidikan berupa sekolah.


36

D. Pencemaran Lingkungan

6. Kajian Konsep Pencemaran Lingkungan

a. Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan merupakan suatu kondisi yang telah

berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk.Pergeseran

bentuk taatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat

terjadi sebagai akibat masuknya bahan- bahan pencemar polutan.

Dalam undang- unadang lingkungan hidup dijelaskan bahwasanya

suatu taatanan lingkungan hidup dikatakan tercemar jika dalam

tatanan lingkungan tersebut masuk atau dimasukkan benda lain yang

kemudian memberikan pengaruh buruk terhadap bagian-bagian yang

menyusun tatanan lingkungan hidup tersebut sehingga tidak dapat

hidup sesuai aslinya.33

b. Macam-macam pencemaran lingkungan

Pencemaran dapat di sebabkan oleh berbagai hal terutama laju

pertumbuhan penduduk yang pesat, sifat manusia yang bersaing

memperoleh kebutuhannaya terkadang tidak lagi memperhatikan

keseimbangan alam sehingga makin mempercepat lingkungan hidup

yang tercemar ,pencemaran dapat berupa.34

1. Pencemaran Tanah

Gejala pencemaran tanah dapat di ketahui dari tanah yang

33
Heryando Palar, Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat, Cet IV (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008). h.10-11
34
Khaelany HD, Islam Kependudukan Dan Lingkungan Hidup (Jakarta: Rineka Cipta,
2000). h. 82
37

tidak dapat di gunakan untuk keperlusn fisik msnusia. Tanah yang

tidak dapat di gunakan, misalnya tidak dapat di tanami tumbuhan

, tandus , dan kurang mengandung air tanah. Faktor –faktor yang

dapat mempengaruhi tanah adalah dan terjadi pencemaran tanah

adalah penbuangan bahan sintesis yang tidak dapat di uraikan

oleh mikroorganisme , seperti plastik, kaleng, kaca, sehingga

menyebabkan oksigen tidak bisa meresap ke dalam tanah, dan

penggunaan pestisida dan detergen yang merembes ke dalam

tanah dapat berpengaruh terhadap air tanah, flora, dan fauna

tanah.

2. Pencemaran air

Pencemaran air bisa di ketahui dari perubahan warna,

bau,serta adanaya kematian dari biota air sebagian atau

seluruhnya. Bahan poluta yang bisa menyebabkan polusi air

antara lain adalah limbah pabrik, detergen, pestisida, minyak, dan

bahan organik yang berupa sisa- sisa organisme yang mengalami

pembusukan . untuk mengetahui tingkat pencemaran air bisa di

lihat melalui besarnya kandungan O2 yang terlarut. Ada 2 cara

yang dapat digunakan untuk menetukan kadar oksigen dalam air,

yakni secara kimia dengan COD (Chemical Oxygen Demand) dan

BOD (Biochemical Oxygen Demand).

3. Pencemaran udara

Pencemaran udara di sebabakan oleh asap yang keluar dari


38

pabrik-pabrik dan kendraan bermotor. Semakin besar jumlah

penduduk,semakin berkembang pabrik-pabrik untuk memenuhi

kebutuhan hidup di manusia , sehingga polusi udara mengganggu

pernapasan dan menimbulkan penyakit.

4. Pencemaran suara

Suara dapat menyababkan terjadinya pencemaran,di

akibatkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Pencemaran

suara terutama di rasakan di kota-kota besar yaitu adanya suara

dari pabrik- pabrik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, suara

yang terlalu bising dapat menganggu ketenangan jiwa, misalnya

gangguan jantung, saraf, kelenjar-kelenjar dan perasaan gelisah.35

E. Kerangka Berpikir

Pembelajaran biologi ialah suatu pembelajaran yang menekankan pada

aspek proses, produk, serta sikap, agar bisa menguasai konsep sains yang

terdapat didalamnya. Dalam proses ini peserta didik di tuntut untuk mencari

tahu jawaban dari pertanyaan mereka melalui kegiatan ilmiah seperti

pengamatan atau praktikum. Proses pembelajaran akan bermakna bagi peserta

didik apabila pendidik bisa melibatkan semua aspek yang terdapat

didalamnya, sehingga peserta didik bisa aktif dalam pembelajaran. Hal ini

akan mendorong peserta didik untuk mengeluarkan semua potensi yang

mereka miliki dengan cara mengaitkan materi pelajaran pada kehidupan

sehari-hari di lingkungan sosialnya dengan menerapkannya dengan baik.

35
Ibid,h. 84
39

Sehingga manfaat yang dimiliki peserta didik tidak hanya ilmu yang

didapatkannya di sekolah dalam proses pembelajaran saja, akan tetapi

bagaimana peserta didik dapat mengingat ilmu yang sudah didapat akan tetapi

juga menerapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sosial, ini

merupakan pembentukan sikap sosial yang baik

Salah satu kemampuan yang sebenarnya dimiliki setiap orang adalah

kemampuan berpikir kritis. Namun kemampuan berpikir kritis ini belum

banyak diperhatikan oleh banyak orang. Padahal ntuk menghadapi

perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sangatlah penting untuk membekali

pengetahuan tentang berpikir kritis bagi peserta didik. Dimana peserta didik

di tekankan untuk dapat kritis dalam segala hal.

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, perlu

adanya metode pembelajaran yang bisa memfasilitasinya. Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan metode FGD dan mengukur nilai sikap sosial pada

peserta didik. Dalam pelaksanaan menggunakan metode ini pserta didik akan

di berikan posstest setelah di lakukannnya langkah-langkah FGD untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis peserta didik. Dengan

tahapan mendiskusikan, mengumpulkan data, mengolah dan

mengkomunikasikan atau memberikan kesimpulan pada suatu masalah yang

di berikan, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik. Dan untuk mengukur nilai sikap sosial peserta didik akan di

berikan angket sosial. Dengan menggunakan metode FGD peneliti ingin

melihat sejauh mana pengaruh setelah di lakukannya penelitian kepada


40

peserta didik tentang kemampuan berpikir kritis di SMAN 1 Natar pada

materi keanekargaman hayati. Pada penelitian ini instrumen yang di gunakan

yaitu tes kemampuan berpikir kritis peserta didikberupa soal uraian dan

menggunkan angket untuk mengukur sikap sosial.

Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian

Permaslahan
1. Pembelajaran berpusat pada pendidik (Teacher centered)
2. Kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMAN 1 NATAR yang
masih tergolong sedang dan masih perlu di kembangkan
3. Sikap sosial peserta didik yang masih tergolong sedang dan perlu di
kembangkan.
1

1 Adanya permaslahan tersebut maka di adakan sebuah


penelitian menggunakan metode FGD

Dengan menerapkan metode pembelajaran FGD di harapkan dapat


meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial peserta
didik

indikator berpikir kritis dan


indikator sikap sosial

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Penggunaan metode Pembelajaran


pembelajaran FGD Konvensional

posstest
41

F. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian relevan yang sesui dengan penelitian yang di

lakukan oleh Miftakhul Jannah, Wahyu Prihanta, dan Eko susetyorini, dalam

jurnal pendidikan biologi FKIP Universtias Muhammadiyah Malang yang

berjudul, “Identifikasi Pteridophyta Di Piket Nol Pronojiwo Lumajang

Sebagai Sumber Belajar Biologi” yang menggunakan metode FGD, dari hasil

penelitian yang sudah di lakukan di dapatkan hasil Berdasarkanan penelitian

Identifikasi Pteridophyta Di Piket Nol Pronojiwo Lumajang Sebagai Sumber

Belajar Biologi, dapat disimpulkan:

1. Ditemukan 31 jenis Pteridophyta di Piket Nol Pronojiwo Lumajang

yang termasuk dalam 3 kelas dari 4 kelas yang ada. Jenis-jenis

tersebut adalah dari Kelas Psilophytinae adalah Psilotum nudum

Linnaeus & P.Beauv. Dari Kelas Lycopodiinae adalah Selaginella

willdenovii Desv. & Baker, Selaginella ornata (Hook.), Grev &

Spring, Dari Kelas Filicinae adalah, Christela dentata (Forsk.)

Brownsy&Jermy, Diplazium acsenden BI., Lepisorus longifolius (BI).

Holtt., Dicranopteris dichotoma Bernh., Amphineuron terminans (Bl)

Holtt, Goniophlebium persicifolium (Desw) Presl., Chingia ferox (Bl)

Ching., Pteris ensiformis Burm., Pteris longifolia Auctt., Asplenium

nidus Linn., Asplenium tenerum Forst., Pityrogramma calomelanos

(L).Link, Nephrolepis hirsutula (Forst).Pr, Pneumatopteris ecallosa

Holtt., Pyrrosia stigmosa (Sw).Ching., Phymatodes longisima

(Bl).J.Sm, Phymatodes scolopendria (Burn) Ching, Tectaria


42

grandidentata (Cesati) Holtt, Drymoglosum piloselloides (L) Presl,

Athirium esculenta (Retz). Copel., Athirium filix Copel.Nephrolepis

falcata (Cav) C. Chr., Belvisia revoluta (BI). Copel., Belvisia

mucronata (Fee). Copel, Arachnoides haniffii (Holtt) Ching, Adiantum

capilus veneris Linn, Lindsaea lucida Bl, Chyatea obsura (Scort).

2. Pemanfaatan hasil penelitian Identifikasi Pteridophyta Di Piket Nol

Pronojiwo Lumajang Sebagai Sumber Belajar Biologi dilakukan

dengancara pemakaian herbarium untuk pengajaran di sekolah,

menggunakan metode diskusi FGD dan kerja kelompok dengan

menggunakan LKS.36

Penelitian terdahulu yang telah di lakukan selanjutnya oleh Fitria

Hardianawati, dalam skripsi pendidikan biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, ”Universitas Muhammadiyah Surakarta, April, 20016

yang berjudul, Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas X Sma Negeri 1

Kartasura Tahun Pelajaran 2015/2016 Menggunakan Implementasi

Strategi Pembelajaran Inquiring Minds Want To Know Pada

Pembelajaran Biologi”. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa menunjukkan kemampuan berfikir kritis siswa kelas X SMA

Negeri 1 Kartasura tahun pelajaran 2015/2016 menggunakan pembelajaran

inquiring minds want to know lebih berpengaruh terhadap kemampuan

berfikir siswa di bandingkan dengan pembelajaran secara ceramah.

Implikasi dari penemuan penelitian bahwa untuk mengetahui kemampuan


36
Eko susetyorini, miftakhul Jannah, Wahyu Prihanta, „Identifikasi Pteridophyta Di Piket
Nol Pronojiwo Lumajang Sebagai Sumber Belajar Biologi Miftakhul‟, Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia, 1.1, 90.
43

berpikir kritis siswa tidak dengan menggunakan strategi pembelajaran

yang konvensional akan tetapi dengan strategi pembelajaran yang dapat

menggali keingintahuan pada siswa.37

Penelitian terdahulu yang relevan selanjutnya adalah Penelitian ini

dilakukan olah Sugiyono pada tahun 2013 dengan judul “Meningkatkan

Sikap Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Mangunan”.

Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode tersebut, pada

siklus I dengan memvariasikan berbagai metode pembelajaran nilai rata-

rata kelas meningkat menjadi 72 dan persentase ketuntasan meningkat

menjadi 62,50%. Demikian pula setelah dilakukan perbaikan pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang disertai pemberian

dorongan untuk aktif bertanya, umpan balik, penguatan, pembagian

kelompok yang heterogen, dan diselingi dengan permainan pada tindakan

siklus II, semakin meningkatkan sikap sosial siswa. Nilai rata-rata sikap

sosial kelasnya meningkat menjadi 76 dan persentase ketuntasan

meningkat menjadi 78,19%.38

Berdasarkan fakta diatas bisa disimpulkan bahwa kemampuan berpikir

kritis serta sikap sosial merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan

pembelajaran menggunakan metode FGD yang akan dilakukan oleh peneliti

37
Publikasi Ilmiah and Fitria Hardianawati, „Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas x
Sma Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2015/2016 Menggunakan Pembelajaran Inquiring Minds
Want to Know Pada Pembelajaran Biologi‟, 2016.
38
Sugiyono,Meningkatkan Sikap Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Mangunan
,(Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jogjakarta, 2013).
44

mempunyai kesempatan yang baik. Upaya untuk pengembangan sikap sosial

serta kemampuan berpikir kritis ini telah dilakukan dengan berbagai metode.

Sikap sosial dan kemampuan berpikir kritis ini tidak dapat tumbuh serta

berkembang dalam diri individu tanpa adanya faktor-faktor dalam diri

individu yang mempengaruhi.

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian berdasarkan masalah untuk penelitian ini

adalah,sebagai berikut:

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh Metode pembelajaran FGD terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA N Natar pada

materi pencemaran lingkungan.

H1 : Terdapat pengaruh Metode pembelajaran FGD terhadap kemampuan

berpikir kritis peserta didik kelas X SMA N Natar pada materi

pencemaran lingkungan.

2. H0 : Tidak terdapat pengaruh Metode pembelajaran FGD terhadap sikap

sosial peserta didik kelas X SMA N Natar pada materi pencemaran

lingkungan

H1 : Terdapat pengaruh Metode pembelajaran FGD terhadap sikap sosial

peserta didik kelas X SMA N Natar pada materi pencemaran lingkungan.

3. H0 : Tidak terdapat pengaruh Metode pembelajaran FGD terhadap

kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial peserta didik kelas X SMA N

Natar pada materi pencemaran lingkungan


45

H1 : Terdapat pengaruh Metode pembelajaran FGD terhadap kemampuan

berpikir kritis dan sikap sosial peserta didik kelas X SMA N Natar pada

materi pencemaran lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.2013.


Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah pengantar. Jakarta Erlangga, 2017.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendiddikan. Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
Cet. XII.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2013.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2015.
Budiyono, Statistika untuk Penelitian, Surakarta : UNS Press, 2013.
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan; Sebuah Tinjauan Filosofis
(Yogyakarta: Pers, 2014).
Chairul Anwar, Teori- Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer
(Yogyakarta: IRCiS0D, 2017).
Chaplin, J. P.Dictionary of Psychology. (Kamus Lengkap Psikologi).Penerjemah:
Kartini Kartono. Jakarta: Grafindo.2014.
Dani Maulana, Model – Model Pembelajaran Inovatif Lampung:Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Lampung.2014.
DR. Subandijah, Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2013.
Edi Riadi, Statistika Penelitian Analisis Manual dan IBM SPSS. Jakarta : Andi
Offset, 2016.
Elaine B. Jhonson, CTL & Contextual Teaching & Learning, Penerbit Kaifa:
Bandung, 2014.
Heri Susanto, Achi Rinaldi, Novalia, “Analisis Validitas Reliabilitas Tingkat
Kesukaran dan Daya Beda Pada Butir Soal Ujian Akhir Semester Ganjil
Mata Pelajaran Matematika Kelas XII IPS di SMA Negeri 12 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”, E-Jurnal IAIN Raden Intan Lampung,
2014.
Herlina Nensy, Skripsi :Internalisasi Sikap Sosial Siswa Dalam Proses
Pembelajaran IPS di Mts Al-Ma’arif 01 Singosari Malang (Malang:
Oktober , 2016.
Heryando Palar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat ,(Jakarta: Rineka
Cipta,2008),Cet IV
Khaelany HD, Islam Kependudukan dan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Rineka
Cipta ,2000)
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013.
J. Suprapto, Analisis Multivariate (Jakarta: Rineke Cipta, 2004)
Jonathan Sarwono, Statistik Multivariat Aplikasi untuk Riset Skripsi (Yogyakarta:
CV. Andi Offset, 2013)
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung :
Refika ADITAMA, 2017.
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2015.
Kurniawan, “Metode Inkuiri Terbimbing Dalam Pembuatan Media Pembelajaran
Biologi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Siswa
Smp’, Jurnal Pendidikan Ipa Indonesia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013.
Laurike Moeliono, Focus Group Discussion,Jakarta : Penerbit Universitas Atma
Jaya,2018.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Miftakhul Jannah, Wahyu Prihanta, dan Eko susetyorini,” Identifikasi
Pteridophyta Di Piket Nol Pronojiwo Lumajang Sebagai Sumber Belajar
Biologi”,(Jurnal Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia Volume 1 Nomor 1
Issn: 2442-3750, Fkip Universtias Muhammadiyah Malang).2016.
Miswandi Tendrita dkk. Pebelajaran Reading –Concept-Map Think Pair Share
(Remap tps) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif. 2017.
Muh. Tawil, dkk, Berpikir Komplek, Makassar: Universitas Negeri Makassar,
2013.
Musfiqon, M.Pd., Nurdyansyah, M.Pd., Pendekatan Pembelajaran Saintifik.
Sidoarjo Nizamia Learning Center,2015.
Nanda Aditya Rizki, Metode Focus Group Discussion Dan Simulation Game
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, KEMAS 8 (1)
(2012) 23-29Jurnal 2012 Universitas Negeri Semarang ISSN 1858-1196.
Ni,Kt. Maha Putri Widiantari Dkk, Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas IV Dalam Pembelajaran Matematika.(Universitas Pendididkan
Ganesa, Jurnal PGSD,2016.
Siswanto. 2012. Pengaruh Model Problem Based Learning ( PBL) Terhadap
Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta(Online)(http:I .uns .ac .icli wp-
contentfuploads/ 20121 02/Siswanto-PP - K430909 diunduh tanggal 9 Juli.
2013.
Sudarsono. Kamus Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.2013.
Sudjana, Metode Statistika. Bandung : Tarsito, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2014.
Sugiyono,Meningkatkan Sikap Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V
SD Mangunan ,(Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Jogjakarta, 2013.
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik Edisi Revisi
VI, Rineka Cipta, Jakarta: 2013.
Syaamil Al-Qur’an Dan Terjemahaannya. Bandung: Sygma Publishing ,
September 2018.
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Perhitungan Manual
dan SPSS. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2013.
Tri Wahyudi , Penerapan Knowledge Management pada Perusahaan Web Hosting,
Jurnal Bianglala Informatika Vol 2 No. 2 September 2014.
Yati Afiyanti, Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai
Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif, Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2018.
Zumisa Nudia, “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Materi
Pengelolaan Lingkungan dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains”.
Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang, Semarang, 2012.

Anda mungkin juga menyukai