Anda di halaman 1dari 71

STUDI LITERASI SAINS PESERTA DIDIK DI

SEKOLAH ALAM LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

Hasanatul Alawiyah

NPM: 1711060191

Program Studi : Pendidikan Biologi

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1444 H/2022 M
STUDI LITERASI SAINS PESERTA DIDIK DI
SEKOLAH ALAM LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

Hasanatul Alawiyah

NPM: 1711060191

Program Studi : Pendidikan Biologi

Pembimbing I : Supriyadi,M.Pd.

Pembimbing II : Nur Hidayah,M.Pd.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1444 H/2022 M
ABSTRAK

Pengukuran literasi sains penting dilakukan untuk mengetahui


sejauh mana kemelekan peserta didik terhadap konsep-konsep sains
yang telah dipelajarinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat literasi sains peserta didik, mengetahui faktor yang
mempengaruhi capaian literasi sains, dan mendeskripsikan
pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan literasi sains peserta
didik di SMP Alam Lampung.
Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.
Populasi penelitian yaitu seluruh peserta didik dan guru kelas VII,
VIII dan IX di SMP Alam Lampung. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling sehingga jumlah sampel yaitu 1
guru IPA dan peserta didik kelas VIII yang berjumlah 19 orang.
Instrumen penelitian menggunakan tes literasi sains berupa tes esai
dan lembar wawancara guru dan peserta didik. Data penelitian ini
adalah data kuantitatif yang menunjukkan tingkat kemampuan literasi
sains yang dianalisis secara deskriptif. Data kualitatif yaitu faktor
yang mempengaruhi kemampuan literasi sains dianalisis dari hasil
wawancara guru dan peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan literasi sains peserta
didik SMP Alam Lampung tergolong rendah dengan persentase
ketercapaian 47,5%. Faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi
sains diantaranya minat baca peserta didik, motivasi dan disiplin
belajar peserta didik, persiapan belajar yang kurang, pembelajaran
teacher center, kurangnya optimalisasi fasilitas belajar, dan kurangnya
bimbingan dari keluarga. Model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk meningkatkan literasi sains diantaranya inkuiri terbimbing,
project based learning (PjBL), pembelajaran berbasis masalah,
learning cycle 7e.
Kata Kunci : Dimensi Literasi Sains, Pengukuran Literasi Sains,
Sekolah Alam

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hasanatul Alawiyah

NPM : 1711060191

Jurusan/Prodi : Pendidikan Biologi

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Literasi Sains


Peserta Didik di Sekolah Alam Lampung” adalah benar-benar
merupakan hasil karya penulis sendiri, bukan duplikasi ataupun
saduran dari karya orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk
dan disebut dalam footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu
terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung jawab
sepenuhnya ada pada penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, April 2022

Penulis,

Hasanatul Alawiyah
NPM. 1711060191

iv
MOTTO

َٰ‫سَٰفٱفٓس ُحواََٰٰيفٓس َِٰح‬ َِٰ ِ‫فَٰٱلٓمل‬ َٰ ََِٰٰ‫يَٰٓأيُّهاَٰٱلَّ ِذينََٰٰءامنُوٓاََٰٰإِذاَٰقِيلََٰٰل ُكمَٰٓت ف َّس ُحوا‬
ََٰٰ‫ٱنشُزواََٰٰيرٓف َِٰعَٰٱللََّٰهَُٰٱلَّ ِذينََٰٰءامنُواََٰٰ ِمن ُكمَٰٓوٱلَّ ِذينََٰٰأُوتُوا‬ ِ
ُ ََٰٰ‫ٱللََّٰهَُٰل ُكمَٰٓٓوإِذاَٰقيل‬
ُ ‫ٱنشُزواََٰٰف‬
َٰ ٓ‫ٱلٓ ِعلٓمََٰٰدرجتَٰٓٓوٱللََّٰهَُِِٰباَٰتعٓملُونََٰٰخبِري‬

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

(QS. Al Mujadilah (58) : 11)

vii
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT atas segala


rahmat dan karuniaNya. Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan
skripsi ini dengan segala rasa syukur dan bangga penulis
persembahkan skripsi ini kepada :

1. Kepada kedua orang tuaku, Bapak Alm. Muhammad Royani


dan Ibu Nurhayati yang selalu memberikan doa, semangat,
motivasi , kasih sayang serta dukungan yang sangat luar biasa.
Berkat itu semua penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Adik-adiku, Muhammad Imron Priatna dan Muhammad Nuh
Priatna yang selalu memberikan dukungan dan semangat
sehingga skripsi ini dapat selesai.
3. Almamaterku tercinta UIN Raden Intan Lampung, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan yang telah membimbing dan
mendidiku sehingga dapat menjadi pribadi yang dewasa dan
lebih baik dalam hal apapun.

viii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Hasanatul Alawiyah putri pertama dari Almarhum


Bapak Muhammad Royani dan Ibu Nurhayati yang lahir di Bandar
Lampung pada tanggal 30 Mei 1999. Penulis berasal dari Kampung
Beringin, Kelurahan Campang Jaya, Kecamatan Sukabumi, Kota
Bandar Lampung. Penulis mempunyai 2 adik laki-laki bernama
Muhammad Imron Priatna dan Muhammad Nuh Priatna.

Riwayat Pendidikan penulis, mengawali Pendidikan pertama di


Taman Kanak-Kanak Al-Anwar Kota Bandar Lampung pada tahun
2005, kemudian melanjutkan ke jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Negeri 1 Campang Raya dan menyelesaikannya pada tahun 2011.
Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 24 Bandar Lampung dan lulus serta menerima
ijazah pada tahun 2014. Setelah lulus penulis melanjutkan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 12 Bandar Lampung dan
menyelesaikannya pada tahun 2017.

Tahun 2017 menjadi tahun kelulusan penulis dari Sekolah Menengah


Atas 12 Bandar Lampung, pada tahun yang sama penulis melanjutkan
Pendidikan di UIN Raden Intan Lampung melalui jalur UM-PTKIN
dan dinyatakan lolos di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dengan prodi
pilihan yaitu Pendidikan Biologi. Penulis mengikuti kegiatan KKN-
DR di desa sendiri karena pandemi Covid-19 di tahun 2020, KKN-DR
dilakukan didesa penulis Kampung Beringin, Kecamatan Sukabumi
Kelurahan Campang Jaya Bandar Lampung. Pada tahun yang sama
penulis melakukan kegiatan PPL di SMP Islam Elsyihab Bandar
Lampung.

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ Studi Literasi Sains Peserta
Didik di Sekolah Alam Lampung” dengan baik. Shalawat beriiring
salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat syafaatnya di yaumil
akhir kelak. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Biologi UIN Raden Intan
Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak terkait, yang membantu sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Penulis sampaikan rasa hormat dan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada :

1. Kedua orang tua ku Almarhum Bapak Muhammad Royani


dan Ibu Nurhayati yang senantiasa mendo’akan memberi
semangat serta motivasi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Prof. Dr .Hj. Nirva Diana, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
3. Dr. Eko Kuswanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Biologi yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas
dalam menyelesaikan program studi ini.
4. Bapak Supriyadi, M.Pd selaku pembimbing akademik I yang
telah membimbing dan memberi arahan dengan penuh
perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Ibu Nurhidayah, M.Pd selaku pembimbing akademik II yang
telah membimbing dan memberi arahan dengan penuh
perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
6. Segenap dosen fakultas tarbiyah dan keguruan beserta staf
yang telah memudahkan dalam proses penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Heppyan Redi, M.Si. selaku Kepala Sekolah SMP
Alam Lampung yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian disekolah yang beliau pimpin.

x
8. Ibu Retno Kumalasari, S.P. selaku guru IPA di SMP Alam
Lampung yang telah membantu dalam proses penelitian.
9. Apriyanto yang selalu memberikan semangat dan motivasi
serta bantuan setiap saat dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Sahabat-sahabatku Maharanissa Mevi Aprillia, Nurlaila, Eka
Oktarina, Vera Maylinda, Ayu Hanifah Fadhilah, Dian Novita
Dewi, Dewi Mustika Sari yang selalu memberikan do’a,
bantuan dan semangat kepada penulis.
11. Teman-temanku kelas Biologi E 2017 beserta teman-teman
Angkatan 2017 yang telah memberikan semangat dan doa
kepada penulis
12. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah
diberikan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua orang khususnya bagi dunia Pendidikan.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................. i


ABSTRAK ................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................... iv
PERSETUJUAN ........................................................................ v
PENGESAHAN ......................................................................... vi
MOTTO ..................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP ................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ................................................................ 1
B. Latar Belakang Masalah .................................................... 2
C. Identifikasi dan Batasan Masalah ...................................... 11
D. Rumusan Masalah ............................................................ 12
E. Tujuan Penelitian .............................................................. 12
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 12
G. Kajian Penelitian Terdahulu.............................................. 13
H. Metode Penelitian ............................................................. 18
I.Sistematika Penelitian ......................................................... 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hakikat Sains .................................................................... 29
B. Pembelajaran IPA ............................................................. 31
C. Literasi Sains..................................................................... 32
1. Pengertian Literasi Sains .............................................. 32
2. Pentingnya Literasi Sains.............................................. 37
3. Dimensi dalam Literasi Sains ....................................... 38
4. Penilaian Literasi Sains ................................................. 40
5. Peranan Literasi Sains bagi Pendidikan ........................ 41
6. Faktor yang Mempengaruhi Capaiam Literasi Sains .... 42

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN


A. Gambaran Umum SMP Alam Lampung ........................... 49
1. Visi dan Misi SMP Alam Lampung .............................. 49
xii
2. Keadaan Peserta Didik dan Tenaga Pengajar Di SMP Alam
Lampung ..................................................................... 49
3. Kurikulum .................................................................... 50
4. Konsep Sekolah Alam Lampung .................................. 50
B. Penyajian Fakta dan Data Penelitian ................................. 53

BAB IV ANALISIS PENELITIAN


A. Analisis Data Penelitian .................................................... 55
B. Temuan Penelitian ........................................................... 66

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 83
B. Rekomendasi .................................................................... 83

DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor PISA 2018 dan Peringkat Negara di Dunia


Berdasarkan Penilaian Kemampuan Sains............................. 8

2. Kisi Kisi Soal Tes Literasi Sains Peserta Didik ....................... 22

3. Kisi Kisi Lembar Pedoman Wawancara

Peserta Didik ........................................................................... 23

4.Hasil PISA dan TIMSS di Indonesia ........................................ 35

5. Data Peserta Didik SMP Alam Lampung Tahun Ajaran

20212022................................................................................. 51

6. Data Tenaga Pengajar .............................................................. 52

7. Hasil Kategori Kemampuan Literasi Sains Berdasarkan Tes... 56

8. Hasil Kategori Kemampuan Literasi Sains

per-indikator Berdasarkan Tes................................................. 57

9. Gambaran Hasil Wawancara Peserta Didik

tentang pembelajaran ............................................................. 63

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Skripsi ini bejudul : “Studi Literasi Sains Peserta Didik
Di Sekolah Alam Lampung”. Untuk menghindari kesalah
pahaman dalam mengartikan judul tersebut, penjelaskan
maksud dari judul diatas adalah sebagai berikut:
1. Studi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Studi
merupakan penelitian ilmiah atau kajian atau telaah (hasil
dari menelaah). Kata studi juga berarti memahami,
mempelajari dan meneliti. 1
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa studi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk menjelaskan dan memahami suatu objek yang
diteliti dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi
seseorang.
2. Literasi Sains
Literasi sains merupakan pemahaman konsep ilmiah dan
kemampuan untuk menerapkan perspektif ilmiah dan
berpikir ilmiah berdasarkan bukti.2
3. Peserta Didik
Peserta didik berarti orang, anak didik, siswa atau
anak sekolah yang sedang mengikuti proses pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas maka peserta didik
merupakan seseorang yang sedang mengikuti proses
pendidikan pada suatu lembaga atau tempat untuk
menjadi lebih baik. 3

1
Achmad Slamet, Metode Studi Islam (Yogyakarta: Deepublish, 2016).
2
Yanti Herlanti, Blogquest : Pemanfaatan Media Social Pada Pembelajaran
Sains Berbasis Isu Sosiosaintifik Untuk Mengembangkan Keterampilan
Berargumentasi Dan Literasi Sains (Bandung: Program Studi Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2014).
3
Zainudin Halid Hanafi, La Adu, Ilmu Pendidik an Islam (Yogyakarta:
Deepublish, 2018).
1
2

4. Sekolah Alam
Sekolah alam adalah sebuah konsep pendidikan yang
digagas oleh Lendo Novo berdasarkan keprihatinannya
akan biaya terjangkau oleh masyarakat tujuan dari sekolah
alam adalah untuk membantu murid-murid menjadi
manusia yang berkarakter, yakni individu yang mampu
mengenal diri dan lingkungannya, serta mau untuk
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitarnya.4

B. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran, serta jasmani peserta didik, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan peserta didik yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya. 5 Pesatnya perkembangan zaman dimna
teknologi yang canggih dan sumber daya manusia yang
berkualitas begitu dibutuhkan, supaya perkembangan ini
menuju ke arah yang positif maka sangat diperlukan adanya
suatu pendidikan yang baik.6 Pendidikan memiliki peranan
dalam kemajuan teknologi yang cepat, dalam berjalannya
kemajuan teknologi selalu akan ada efek positif dan juga
negatif.7 Pendidikan diyakini mampu membantu generasi
penerus untuk menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan
oleh perkembangan teknologi.8
Tujuan Pendidikan nasional termuat dalam pasal 3
UU No. 20 tentang sistem pendidikan nasional yang
mendeskripsikan tentang pengembangan manusia yang

4
Ricky Arnold Nggili, Belajar Any Where (Bogor: Guepedia Publisher,
2016).
5
Amos Neloka. Grace Amialia A. Neloka., Landasan Pendidikan Dasar
Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup (Depok: Kencana, 2017).
6
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan
Filosofis (Yogyakarta: SUKA Press, 2014).
7
Chairul Anwar, “„The Efectiveness of Islamic Religious Education in The
Universsities : The Efects on The Students‟‟ Characters in The Era Industry 4.0 ",‟”
Tadris : Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah 3, no. 1 (2018): 77–78.
8
Woro Setyarsih Syafri Milanto., Abu Zainudin., “Profil Kemampuan Literasi
Sains Peserta Didik SMA Di Kabupaten Pamekasan Dalam Bahasan Fluida Statis,”
Inovasi Pendidikan Fisika 10, no. 1 (2021): 59–65.
3

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,


berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, cakap dan mandiri
serta menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan tersebut harusnya dicapai dengan
upaya yang terencana dan sistematis melalui kegiatan
Pendidikan di sekolah.9 Dalam Pendidikan, stimulus yang
diterima dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki dan terbentuk dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya,
merupakan hal yang tercakup dalam proses belajar.10
Pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan peserta
didik untuk aktif belajar dan mengarahkan terbentuknya nilai-
nilai yang dibutuhkan peserta didik dalam menempuh
kehidupan. Peserta didik harus dibekali dengan kemampuan
untuk belajar sepanjang hayat, belajar dari aneka sumber,
belajar bekerja sama dan beradaptasi. Untuk itu, paradigma
pembelajaran harus diubah dan memposisikan peserta didik
sebagai pusat belajar. 11
Maju atau tidaknya suatu negara dapat dilihat dari
kemajuan sistem pendidikannya, karena tanpa pendidikan
manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang.
Tanpa kita sadari saat ini kita telah memasuki pusaran
revolusi industri 4.0 . pendidikan di dunia diarahkan ke arah
teknologi tingkat hyper tinggi tersebut. Sekolah sebagai
penanggung jawab utama dalam menciptakan manusia yang
siap dengan era digital ini, harus bekerja secara ekstra. 12 Pada
era abad 21 saat ini IPTEK berkembang sangat pesat, dimana
segala sesuatu dapat diatur dengan menggunakan teknologi.

9
Zurweni Rohana, Asrial, “Profil Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik
Berdasarkan Intrumen Scientific Literacy Assesments (SLA),” Jurnal Pendidikan
Biologi Dan Sains 3 (2020): 176–85.
10
Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer
Formula Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran. (Yogyakarta: IRCSoD, 2017).
11
Zurweni Rohana, Asrial, “Profil Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik
Berdasarkan Intrumen Scientific Literacy Assesments (SLA),” Jurnal Pendidikan
Biologi Dan Sains 3 (2020): 176–85.
12
Qusthalani, Pendidikan Tanpa Kertas Abad 21 (Bogor: Guepedia Publisher,
2019).
4

Sehingga sebagai peserta didik harus memahami


perkembangan teknologi dan dapat menyeimbangi IPTEK.
Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya.
Pada abad 21 ini teknologi berkembang, hubungan
antarbangsa semakin kuat, terjadi perubahan cara hidup, serta
interaksi warga negara semakin dekat dengan warga negara
lain. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
modern tersebut, masyarakat suatu negara dituntut mampu
bersaing dan melakukan penyesuaian untuk menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas. 13 Abad 21 merupakan abad
pengetahuan, fokus utama pengembangan secara global
berada pada sektor teknologi dan informasi. Abad 21 ditandai
dengan arus globalisasi yang mengaibatkan persaingan
semakin ketat sehingga dibutuhnkan pengetahuan dan
keterampilan agar mampu bersaing.14 Pesatnya perkembangan
sains dan teknologi di abad 21 menuntut manusia semakin
bekerja keras menyesuaikan diri dalam segala aspek
kehidupan dan salah satu kunci keberhasilan abad 21 adalah
melek sains ( Sains Literacy).15
World Econimic Forum pada tahun 2015 menetapkan
literasi sains sebagai salah satu dari enam literasi dasar yang
sangat penting tidak hanya bagi peserta didik tetapi juga bagi
orang tua dan seluruh warga masyarakat. Literasi sains secara
umum terfokus pada empat aspek yang saling berhubungan
yaitu pengetahuan, konteks, kompetensi dan sikap. Lima
literasi dasar yang lain mencakup literasi baca tulis, literasi

13
Utami Dian Pertiwi et al., “Indonesian Journal of Natural Science Education
(IJNSE)” 01 (2018): 24–29.
14
Nuning Wulandari Imroatun Hasana., Murni Saptasari.,
“PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN LITERASI
SAINS SISWA KELAS XI MATERI SISTEM EKSKRESI DAN KOORDINASI DI
SMAN 9 MALANG” 2 (n.d.): 52–56.
15
Adi Suprayitno. and Wahid Wahyudi, Pendidikan Karakter Di Era
l.;/Milenial (Yogyakarta: Deepublish, 2020).
5

numerisasi, literasi digital, literasi financial dan literasi


budaya dan kewargaan. 16
Kemampuan literasi sains yaitu kemampuan
menggunakan data dan bukti ilmiah untuk mengevaluasi
kualitas informasi dan argumentasi ilmiah (literasi sains
berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
nilai-nilai yang terdapat di dalam sains. Pembelajaran sains,
siswa diharapkan memiliki keterampilan dan mampu
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.17
Literasi sains merupakan salah satu topik yang mendapat
banyak perhatian dalam bidang akademik. Hal ini didasarkan
pada pentingnya penguasaan literasi sains pada setiap orang
untuk menyelesaikan suatu masalah di era sains dan teknologi
saat ini.18 Pendidikan sains diharapkan dapat membekali
peserta didik menggunakan konsep, proses, dan nilai sains
untuk memecahkan isu-isu sosial yang berkembang, selain
memberikan pemahaman terhadap konsep sains, proses dan
nilai serta mengaitkan dengan kehidupan sehari-harinya.19
Kemampuan literasi sains yan tinggi penting untuk dimiliki
oleh setiap peserta didik di Indonesia, hal ini disebabkan
karena kemampuan literasi sains berperan dalam menentukan
kemajuan suatu bangsa.20 Dalam Q.S.An-Nisa : 83 Allah
SWT berfirman :

16
Yosef Firman Narut and Kansius Supradi, “Literasi Sains Peserta Didik
Dalam Pembelajaran Ipa Di Indonesia,” Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar 3, no. 1
(2019): 61–69.
17
Siti Hardiyanti Hasasiyah et al., “Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa
SMP Pada Materi Sirkulasi Darah,” Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 6, no. 1 (2019):
5, https://doi.org/10.29303/jppipa.v6i1.193.
18
Nurhasanah Nurhasanah et al., “Perkembangan Penelitian Literasi Sains
Dalam Pembelajaran Fisika Di Indonesia,” Edusains 12, no. 1 (2020): 38–46,
https://doi.org/10.15408/es.v12i1.14148.
19
Herlanti, Blogquest : Pemanfaatan Media Social Pada Pembelajaran Sains
Berbasis Isu Sosiosaintifik Untuk Mengembangkan Keterampilan Berargumentasi
Dan Literasi Sains.
20
Mufida Nofiana, “Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Di Kota
Purwokerto Ditinjau Dari Aspek Konten, Proses, Dan Konteks Sains,” JSSH (Jurnal
Sains Sosial Dan Humaniora) 1, no. 2 (2017): 77,
https://doi.org/10.30595/jssh.v1i2.1682.
6

        

        

           

        

        

  

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang


keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya.
Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil
Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari
mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia
dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut
syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). [An
Nisa":83]

Dalam surat di atas Allah SWT mengajarkan dan


menuntut umat islam untuk mengidentifikasi pernyataan
(teori), berita, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti yang ada. Hal ini sejalan dengan indikator literasi sains
yang dimana seseorang yang literat dapat menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti yang ada. Pembelajaran yang
menekankan pada pencapaian kemampuan literasi sains
peserta didik sangat diperlukan karena peserta didik akan
memiliki kemampuan mencari atau menentukan jawaban
pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang fenomena
7

alam, dan dapat mengidentifikasi isu-isu ilmiah yang


mendasari keputusan ilmiah dan teknologi. Adapun
kompetensi literasi sains terdiri dari menjelaskan fenomena
secara ilmiah, serta menginterpretasi data dan bukti-bukti
secara ilmiah.21
Alasan literasi sains sangatlah penting bagi manusia
karena seiring majunya zaman dan juga ilmu pengetahuan
serta teknologi, manusia dituntut untuk bisa dalam segala hal ,
memiliki daya guna dan cepat tanggap terhadap segala bentuk
perubahan kehidupan. Sebagai contoh perubahan yang
menjadi problematika dalam kehidupan khususnya bidang
IPA adalah terjadinya perubahan iklim yang tidak menentu,
ketersediaan pangan, membludaknya pertumbuhan penduduk,
krisis energi serta krisis kesehatan yang sedang terjadi akibat
pandmi Covid-19.22 Pendapat lain juga menyebutkan alasan
literasi sains sangatlah penting dimiliki siswa, yaitu : (1)
pemahaman sains menawarkan pemenuhan kebutuhan
personal dan kegembiraan, dapat dibagikan dengan siapapun;
dan (2) negara-negara di dunia dihadapkan pada pertanyaan-
pertanyaan dalam kehidupannya yang memerlukan informasi
ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk mengambil keputusan
dan kepentingan orang banyak yang perlu diinformasikan
udara, air, dan hutan. 23 Oleh karena itu, pengukuran literasi
sains menjadi sangat penting untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik telah berliterasi sains sehingga upaya

21
Mahrus Fitri Andini,. A. Wahab Jufri, “Profil Literasi Sains Siswa SMP Di
Kota Gerung Pada Tema Pencemaran Lingkungan,” J. Pijar MIPA 15, no. 4 (2020):
339–45, https://doi.org/10.29303/jpm.v15i4.1957.
22
DKK. Edi Irawan, Pendididikan Tinggi Di Masa Pandemi Transformasi,
Adaptasi, Dan Metamorfosis Menyongsong New Normal (Yogyakarta: Zahir
Publishing, 2020).
23
Rima Mulyani et al., “Profil Kemampuan Literasi Sains Berdasarkan
Gender Di Kelas X” 12 (2020): 104–9,
https://doi.org/10.25134/quagga.v12i2.2326.Received.
8

peningkatan mutu Pendidikan di Indonesia dapat dilakukan


dan dapat bersaing dengan negara-negara lain.24

Hasil yang diperoleh dari survei PISA sejak tahun


2000 sampai tahun 2018 menempatkan Indonesia sebagai
salah satu negara dengan peringkat literasi sains yang rendah.
Peringkat PISA Indonesia mencerminkan sistem pendidikan
Indonesia yang belum mampu memfasilitasi pemberdayaan
literasi sains peserta didik.25

Tabel 1.1.
Skor PISA 2018 dan Peringkat Negara di Dunia Berdasarkan
Penilaian Kemampuan Sains
No Negara Skor
1 China 590
2 Singapura 551
3 Makao 544
4 Estonia 530
5 Jepang 529
6 Finlandia 522
7 Korea 519
8 Kanada 518
9 Hong kong 517
10 Taipe 516
---------- ---------------------------------------- -------------------------
69 Khazahtan 397
70 Indonesia 396
71 Saudi Arabia 386
---------- ---------------------------------------- -------------------------
77 Piliphina 357
78 Republic Dominika 336

24
DKK Agus Ramadani., A. Wahab Jufri, “Kemampuan Literasi Sains
Peserta Didik SMPN Di Kabupaten Lombok Tengah,” Pancasakti Science Education
Journal 5 (2020): 2541–0628.
25
Narut and Supradi, “Literasi Sains Peserta Didik Dalam Pembelajaran Ipa Di
Indonesia.”
9

Skor rerata kemampuan sains dari negara OECD : 489


(Sumber : OECD 2019, PISA 2018 Results (Volume 1) : What
Students Know And Can Do, PISA, OECD Publishing, Paris).

Berdasarkan data literasi sains pada tabel 1.1 yang


telah di rilis oleh PISA (programe for internasional students
assessment), tergambar bahwa kemampuan peserta didik
Indonesia dalam bersaing di tingkat Internasional masih perlu
ditingakatkan. Indonesia menempati peringkat 70 dari 78
negara dengan skor 369 yang menunjukan bahwa literasi sains
di Indonesia masih sangat rendah. 26 Telah banyak dilakukan
penelitian yang relevan menunjukan literasi sains peserta
didik Indonesia rendah, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Mufida Nofiana dan Teguh Julianto. Profil literasi sains siswa
smp di kota Purwokerto ditinjau dari aspek konten, proses dan
konteks sains, hasilnya profil literasi sains siswa SMP di kota
Purwokerto masih rendah yaitu aspek konten (53,80 %), aspek
proses (44,083 %) dan aspek konteks (35,088 %).27 Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fashilatul
Huriyah dkk, capaian literasi sains biologi siswa SMA kelas X
dikota Malang masih tergolong rendah. 28
Selanjutnya penelitian oleh Ema Juwita dkk, hasil
penelitian tentang analisis kemampuan literasi sains siswa
kelas IX MTs Negeri 1 Lampung Barat menunjukkan bahwa
nilai rata-rata literasi sains peserta didik adalah 36,19 dengan
kategori rendah. Faktor yang menyebabkan rendahnya
kemampuan literasi sains ini adalah minat membaca yang
masih rendah, alat evaluasi yang belum mengarah pada
pengembangan literasi sains, kurangnya pengetahuan guru

26
Husnul Fuadi et al., “Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan
Literasi Sains Peserta Didik,” Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan 5, no. 2 (2020): 108–
16, https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122.
27
Nofiana, “Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Di Kota
Purwokerto Ditinjau Dari Aspek Konten, Proses, Dan Konteks Sains.”
28
Fadhilatul Huryah, Ramadhan Sumarmin, and Jon Effendi, “Analisis
Capaian Literasi Sains Biologi Siswa Sma Kelas X Sekota Padang,” Jurnal Eksakta
Pendidikan (Jep) 1, no. 2 (2017): 72, https://doi.org/10.24036/jep.v1i2.70.
10

tentang literasi sains, dan bahan ajar yang mampu


mengembangkan kemampuan literasi sains. 29
Hal yang sama juga dialami oleh peserta didik di SMP
Alam Lampung. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap guru IPA diperoleh informasi bahwa minat dan
ketahanan membaca peserta didik masih rendah. Selain itu
peserta didik juga kurang memiliki rasa ingin tahu dan
motivasi belajar. Kemampuan literasi sains siswa serta faktor
yang mempengaruhinya belum diketahui karena soal evaluasi
yang diberikan guru belum berorientasi pada pengukuran
literasi sains, tetapi hanya sebatas untuk mengukur
pengetahuan siswa tentang materi yang dipelajari. Selain itu,
belum ada bahan ajar berupa e-modul yang menarik dan
berkarakter, seperti modul-modul IPA yang mana kegiatan
pembelajarannya dengan pengenalan tentang sains asli dan
sains ilmiah.
Pengukuran literasi sains di Sekolah Alam Lampung
penting dilakukan mengingat bahwa Sekolah Alam Lampung
adalah sekolah yang pendekatan pembelajarannya berbasis
alam dan lebih mengedepankan life skill. Sekolah Alam
Lampung merupakan sekolah yang menggunakan metode
belajar bersama alam yang sering disingkat dengan BBA,
yakni menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran.
Sistem pembelajaran disekolah ini menggunakan sistem
“spider web” dimana suatu tema diintegrasikan dalam semua
mata pelajaran., dengan demikian pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran bersifat integrative, komprehensif dan
aplikatif, sekaligus juga lebih membumi. Kegiatan/program
pembelajaran di SMP Alam Lampung lebih ditekankan
kepada proses pelaksanaan kurikulum khas sekolah alam.
Peserta didik diupayakan mampu bertanggung jawab terhadap
diri sendiri. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran didukung
dengan kekayaan green-lab yang dimiliki, yakni laboratorium

29
Ema Juwita, Sunyono, Undang Rosidin, “Analisis Kemampuan Literasi
Sains Siswa Kelas IX MTs Negeri 1 Lampung Barat Pada Materi Bioteknologi
Berbasis Etnosains”, JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains), 10.2 (2022), 232-
234
11

bioteknologi. Bentuk kemampuan yang paling mendasar dan


berusaha untuk ditumbuhkan pada setiap anak-anak yang ada
di Sekolah Alam, yaitu kemampuan membangun jiwa
keingintahuannya dalam melakukan berbagai observasi atau
membuat hipotesis juga berpikir ilmiah. Hal ini sejalan
dengan karakteristik literasi sains dalam aspek konteks,
pengetahuan, kompetensi dan sikap. Fasilitas dan program
pembelajaran yang terdapat di Sekolah Alam Lampung
seharusnya memumpuni peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan literasi sains yang dimilikinya.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui sejauh
mana tingkat literasi sains peserta didik di Sekolah Alam
Lampung. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana
evaluasi dan penilaian dalam proses pembelajaran sains,
sebagai upaya dasar peningkatan kualitas pendidikan terutama
literasi sains. Berdasarkan hal diatas maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “Studi Literasi Sains Peserta Didik di
Sekolah Alam Lampung”.
C. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai literasi sains
di Sekolah Alam Lampung
2. Belum diketahuinya tingkat literasi sains peserta didik
Sekolah Alam Lampung
3. Pentingnya literasi sains yang perlu diketahui oleh
peserta didik Sekolah Alam Lampung
4. Belum adanya program untuk meningkatkan literasi sains
di Sekolah Alam Lampung
5. Rendahnya ketahanan dan minat baca peserta didik di
Sekolah Alam Lampung
6. Kurangnya motivasi belajar dan dan rasa ingin tahu
peserta didik di Sekolah Alam Lampung
12

Agar pembahasan tidak meluas maka perlu adanya


batasan masalah. Untuk itu peneliti membatasi masalah
penelitian ini yaitu,
1. Penelitian ini berfokus pada tingkat literasi sains peserta
didik kelas VIII di SMP Alam Lampung, faktor yang
mempengaruhi literasi sains peserta didik dan sistem
pembelajaran di Sekolah Alam Lampung
2. Sampel pada penelitian ini dibatasi hanya pada jenjang
SMP dari banyak nya jejang yang ada di Sekolah Alam
Lampung
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan dengan
1. Bagaimanakah literasi sains peserta didik di Sekolah
Alam Lampung?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi capaian literasi sains
peserta didik di Sekolah Alam Lampung?
3. Bagaimana pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan
literasi sains di Sekolah Alam Lampung?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitan ini sebagai berikut
1. Untuk mengetahui tingkat literasi sains peserta didik di
Sekolah Alam Lampung
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi capaian
literasi sains peserta didik di Sekolah Alam Lampung
3. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran IPA yang
dapat meningkatkan literasi sains di Sekolah Alam
Lampung
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik
Peserta didik mampu memahami literasi sains dan dapat
lebih meningkatkan lagi motivasi dalam belajar.
2. Bagi tenaga pendidik
Dapat dijadikan masukan untuk pemilihan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains peserta didik .
13

3. Bagi sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi guna
meningkatkan kualitas pendidikan melalui literasi sains
peserta didik Sekolah Alam Lampung
4. Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman, wawasan dan dapat lebih
meningkatkan kemampuan literasi sains peneliti untuk
diterapkan sebagai calon pendidik
G. Kajian Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang peneliti
temukan, terkait dengan literasi sains adalah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mufida Noviana dan
Teguh Julianto (2017). Dengan judul “Profil Kemampuan
Literasi Sains Siswa SMP di Kota Purwokerto Ditinjau
dari Aspek Konten, Proses dan Konteks Sains”. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata presentase
kemampuan literasi sains siswa SMP di kota Purwokerto
masih rendah pada 3 aspek literasi sains yaitu aspek
konten (53,80%), aspek proses (44,038 %) dan aspek
konteks (35,088%). Rendahnya salah satu aspek literasi
sains akan berpemgaruh terhadap aspek literasi sains
lainnya. Rendahnya pemahaman konsep siswa terhadap
pengetahuan sains akan berdampak pada rendahnya
aplikasi sains. Saat ini siswa-siswa di tiga SMP kota
Purwokerto yang menjadi subyek penelitian hanya
memiliki kemampuan mengingat pengetahuan ilmiah
berdasarkan fakta sederhana. Hasil pengukuran literasi
sains yang dilakukan pada siswa-siswa SMP di kota
Purwokerto dapat menjadi acuan dalam memetakan
kemampuan sains (IPA) dan kualitas pembelajaran sains
(IPA) siswa SMP di kota Purwokerto.30
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yuyu Yuliati (2017).
Dengan judul “Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA”.
Menjelaskan Kemampuan literasi merupakan hal

30
Nofiana, “Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Di Kota
Purwokerto Ditinjau Dari Aspek Konten, Proses, Dan Konteks Sains.”
14

fundamental yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam


menghadapi era global untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup dalam berbagai situasi. Untuk meningkatkan
kemampuan literasi sains disamping memerlukan
motivasi peserta didik, guru juga perlu
mempertimbangkan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi dan potensi peserta didik yang mana pada
proses pembelajarannya menitik beratkan pada pemberian
pengalaman langsung dan pengaplikasian hakikat sains. 31
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Winarti, Winny
Liliawati, Heni Rusnayati, dan Ika Mustika Sari (2016).
Dengan judul “Literasi Sains Siswa SMP di Kota
Bandung pada Tema Alam Semesta”. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan capaian literasi sains
siswa SMP di kota Bandung pada tema alam semesta.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kemampuan literasi
sains siswa SMP di kota Bandung tergolong rendah. 32
4. Penelitian yang dilakukan oleh Husnul Fuadi, Dkk (2020),
dengan judul “ Analisis Faktor Penyebab Rendahnya
Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik”. Hasil dari
penelitian ini yaitu faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya literasi sains peserta didik diantaranya dalah
pemilihan buku ajar, miskonsepsi, pembelajaran yang
tidak kontekstual, dan kemampuan membaca peserta
didik. 33
5. Penelitian yang dilakukan oleh Candra Puspita Rini
(2021), dengan judul “Analisis Kemampuan Literasi Sains
Pada Aspek Kompetensi Mahasiswa Program Studi
PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Tanggerang”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan

31
Yuyu Yuliati, “Literasi Dalam Pembelajaran IPA,” Jurnal Cakrawala
Pendas 3, no. 2 (2017): 21–28.
32
Ika Mustika. Wiwin Winarti., Winny Liliawati., Heni Rusnayati., “Literasi
Sains Siswa SMP Di Kota Bandung Pada Tema Alam Semesta,” Pros Semnas Pend.
IPA Pascasarjana UM 1 (2016): 501–5.
33
Fuadi et al., “Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi
Sains Peserta Didik.”
15

literasi sains khususnya dilihat dari aspek kompetensi


sains program studi PGSD FKIP Universitas
Muhammadiyah Tanggerang (UMT). Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh, menunjukan bahwa
kemampuan literasi sains mahasiswa PGSD pada aspek
kompetensi belum menunjukkan hasil yang baik dan
memuaskan dilakukan berbagai cara diantaranya melalui
penataan ruang lingkup materi yang diberikan serta proses
perkuliahan yang dilakukan, memilih media yang tepat
dan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan
konsep IPA.34
6. Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Merta, dkk
(2020). Dengan judul “Profil Literasi Sains Dan Model
Pembelajaran Dapat Meningkatkan Kemampuan Literasi
Sains”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil
kemampuan literasi sains dan pengaruh penerapan model
pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kemampuan
literasi sains pada mata pelajaran IPA kelas VIII SMPN di
Mataram. Hasil penelitian ini menunjukan kemampuan
literasi sains peserta didik SMP termasuk rendah dan
penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains. 35
7. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Hardiyanti Hasasiyah,
dkk (2020). Dengan judul “Analisis Kemampuan Literasi
Sains Siswa SMP Pada Materi Sirkulasi Darah”.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
kemampuan literasi sains siswa pada materi sirkulasi
darah di tingkat SMP. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kemampuan literasi sains siswa pada kategori
rendah. Adapun berdasarkan nilai yang diperoleh siswa

34
Aam Amaliyah Candra Puspita Rini,. Saktian Dwi Hartantri, “THE
ANALYSIS OF SCIENTIFIC LITERACY ON PGSD STUDENTS ‟
COMPETENCY AT UNIVESITY OF,” Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara 6
(2021): 166–79.
35
Dedi Setiadi I Wayan Merta,. I Putu Artayasa., Kusmiyati., Nur Lestari.,
“Profil Literasi Sains Dan Model Pembelajaran Dapat Meningkatkan Kemampuan
Literasi Sains” 15, no. 3 (2020): 223–28, https://doi.org/10.29303/jpm.v15i3.1889.
16

dibagi menjadi empat kategori nilai yang diperoleh siswa


yaitu sangat rendah, rendah, cukup, dan tinggi berdasrkan
hasil penelitian rata-rata kemampuan literasi sainssiswa
masuk dalam kategori rendah. Kesimpulan penelitian ini
adalah kemampuan literasi sains siswa SMP rendah pada
aspek memahami dan menginterpretasikan statistik
dasar.36
8. Penelitian yang dilakukan oleh M. Syahrum Sujudi, dkk
(2020). Dengan judul “Profil Kemampuan Literasi Sains
Siswa SMP Islam As-Shofa Kota Pekanbaru berdasarkan
PISA”. Penelitian ini bertujuan umtuk memperoleh
gambaran kemampuan literasi sains siswa SMP Islam As-
Shofa Kota PekanBaru berdasarkan The Programme
Internasional Studeny Assesment (PISA) pada konten
biologi.dari hasil penelitian disimpulkan bahwa siswa
SMP Islam As-Shofa kota Pekanbaru memiliki
kemampuan literasi sains rendah. 37
9. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Ramdani, dkk
(2020). Dengan judul “Kemampuan Literasi Sains Peserta
Didik SMPN di Kabupaten Lombok Tengah”. Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan literasi sains
peserta didik SMPN di kabupaten Lombok Tengah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan hasil literasi
sains peserta didik Sembilan SMPN di Lombok Tengah
secara umum sebesar 72,80% dengan kriteria baik.
Pencapaian kemampuan literasi sains pada indikator
pertama menjelaskan fenomena secara ilmiah
memperoleh skor rata-rata 75,41% lebih tinggi
dibandingkan indikator kedua merancang dan
mengevaluasi inkuiri memperoleh skor 75,10%,
sedangkan indikator ke tiga menginterpretasi data dan

36
Siti Hardiyanti Hasasiyah et al., “Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa
SMP Pada Materi Sirkulasi Darah,” Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 6, no. 1 (2019):
5, https://doi.org/10.29303/jppipa.v6i1.193
37
M Syahrum Sujudi, Tengku Idris, and Peny Husna Handayani, “Profil
Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Islam As-Shofa Kota Pekanbaru Berdasarkan
PISA” 3, no. 1 (2020): 58–69.
17

bukti ilmiah memperoleh skor rata-rata terendah sebesar


68,50% dengan kriteria cukup dibandingkan indikator
pertama dan kedua dengan kriteria baik. 38
10. Penelitian yang dilakukan oleh Risti Hilda Fadlika, dkk
(2020). Dengan judul “Profil Kemampuan Literasi Sains
Berdasarkan Gender di Kelas X”. tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui kemampuan literasi sains
berdasarkan gender pada siswa kelas X MIPA yang
berjumlah 6 kelas. Hasil enelitian ini menunjukkan bahwa
secara umum kemampuan literasi sains siswa tergolong
kategori sedang.39
11. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Andini, dkk (2020).
“Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP di Kota
Gerung pada Tema Pencemaran Lingkungan”. Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan tingkat literasi sains
siswa pada tema pencemaran lingkungan di SMP Gerung
pada tahun 2019. Hasil penelitian menunjukan sebagai
berikut : (1) siswa SMPN memiliki keterampilan literasi
dalam kategori sedang 64,09 ; (2) tingkat kompetensi dan
desain inkuiri ilmiah memiliki skor rata-rata 57,30 di
SMPN 5 Gerung, 55,07 di SMPN 3 Gerung, 53,10 di
SMPN 1 Gerung. Tingkat literasi sainstifik siswa dalam
kompetensi menafsirkan data dan bukti secara ilmiah
memiliki skor rata-rata 66,19 di SMPN 1 Gerung, 60,61
di SMPN 5 Gerung, 59,86 di SMPN 3 Gerung :dan (3)
literasi sains siswa berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan siswa perempuan memiliki tingkat melek
huruf yang lebih tinggi yaitu 65,22, dibandingkan dengan
siswa laki-laki sebesar 59,55. Disimpulkan bahwa tingkat
literasi sains siswa berada pada kategori sedang, dan

38
Dadi Setiadi Agus Ramdani., A. Wahab Jufri., Jamaluddin., “Kemampuan
Liteasi Sains Peserta Didik SMPN Di Kabupaten Lombok Tengah,” Pancasakti
Science Education Journal 5, no. 216–22 (2020).
39
Mulyani et al., “Profil Kemampuan Literasi Sains Berdasarkan Gender Di
Kelas X.”
18

siswa perempuan memiliki tingkat kemampuan literasi


yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki.40

H. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Alam Lampung
semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan desain
penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini
bertujuan untuk memahami fenomena yang akan dikaji
yaitu tingkat Literasi Sains Peserta didik, faktor yang
mempengaruhi literasi sains peserta didik, dan bagaimana
pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan literasi sains
peserta didik di Sekolah Alam Lampung. Data penelitian
yaitu data kuantitatif yang berisi tingkat kemampuan
literasi sains peserta didik kelas VII, VIII dan IX SMP
Alam Lampung. Sedangkan data kualitatif berisi tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan
literasi sains peserta didik yang diperoleh dari hasil
wawancara.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Alam
Lampung semester genap tahun pelajaran 2021/2022
3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
a. Populasi
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alam
Lampung tahun ajaran 2020/2021. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru dan peserta didik di
SMP Alam Lampung kelas VII, VIII, IX tahun ajaran
2021/2022.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki dari suatu populasi. Dan

40
Fitri Andini,. A. Wahab Jufri, “Profil Literasi Sains Siswa SMP Di Kota
Gerung Pada Tema Pencemaran Lingkungan.”
19

sampel yang diambil guna penelitian yaitu 1 guru IPA


dan seluruh peserta didik kelas VII, VIII dan IX yang
berjumlah 45 orang
c. Teknik Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam
penenlitian ini yaitu dengan teknik purposive
sampling. Teknik purposive sampling dilakukan
dengan kriteria guru adalah guru IPA dan peserta
didik yang sedang mempelajari materi pencemaran
lingkungan. Sehingga diperoleh 1 guru IPA dan
seluruh peserta didik kelas VII, VIII dan IX yang
berjumlah 45 orang. dimana peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri
khusus yang sesuai dengan tujuan penelitiannya
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan
dari penelitian.

4. Subjek Penelitian
Subjek merupakan seseorang yang memberikan data
penting yang diperlukan oleh peneliti. Keberadaan subjek
di sini tidak dimaksudkan untuk menganalisis penelitian
secara keseluruhan, tetapi yang terpenting adalah
bagaimana peneliti memperoleh data secara mendalam
dari informan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti
menentukan informan penelitian berdasarkan fokus
permasalahan dengan mempertimbangkan pihak-pihak
tersebut, sdehingga dapat memberikan infromasi dan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Informan dalam
penelitian ini yaitu guru IPA di Sekolah Alam dan peserta
didik SMP kelas VII, VIII dan IX tahun ajaran
2021/2022.

5. Sumber dan jenis Data


Sumber dan jenis data dalam penelitian ini
menggunakan data yang diambil dari sumber data secara
langsung oleh peneliti. Data ini dapat diambil melalui
20

wawancara dan tes terhadap informan penelitian. Peneliti


menggunakan data primer untuk mendapatkan informasi
langsung tentang kualitas (literasi sains peserta didik
Sekolah Alam Lampung). Hasil data yang diambil dengan
cara wawancara dan tes kepada informan (pihak-pihak
yang menguasai permasalahan yang diteliti).

6. Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian belum mempunyai arti sehingga
memerlukan suatu pengolahan. Data yang dihimpun oleh
peneliti merupakan data yang masih mentah, sehingga
langkah selanjutnya adalah pengolahan data untuk
hmenjadi sebuah informasi yang baik. Untuk
mendapatkan informasi yang diharapkan, tahap
pengumpulan data melalui cara-cara berikut :
a. Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat
literasi sains peserta didik Sekolah Alam
Lampung, yaitu berupa soal uraian. Tes berfungsi
untuk mengukur kemampuan literasi sains yang
dimiliki peserta didik. Tes dilakukan secara
daring melalui WA dikarenakan situasi sedang
pandemi Covid-19

b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan pristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen dapat berupa gambar
karya-karya atau tulisan monumentas seseorang.41
Dokumentasi sangat penting, dibutuhklan untuk
menunjak dan mendukung terhadap fakta- fakta,
keterangan dan fenomena-fenomena yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

41
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode Dan Prosedur (Jakarta:
Pt. Pajar Interpratama Mandiri, n.d.).
21

c. Wawancara
Wawancara adalah serangkai proses tanya
jawab yang dilakukan dengan narasumber
bertujuan untuk memperoleh informasi. Teknik
wawancara dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan secara langsung kepada
narasumber untuk dapat menggali informasi
terkait penelitian yang dilakukan. wawancara
dilakukan secara face-to face dengan peserta didik
sebanyak 45 orang dengan tetap mematuhi
protokol Kesehatan Covid-19

7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat bantu bagi peneliti
dalam mengumpulkan sebuah data. Penelitian ini
menggunakan alat bantu pengumpulan data yaitu berupa
lembar tes, pedoman wawancara, dan dokumentasi yang
digunakan pada saat penelitian berlangsung. Karena itu
penelitian dibantu oleh perangkat wawancara, alat
perekam, kamara dan alat tulis. Wawancara digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang wujud budaya
literasi sains dan kendala yang dialami dalam hal tersebut.
Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan literasi sanis
peserta didik Sekolah Alam Lampung. Dokumentasi
digunakan untuk menguatkan bukti nyata hasil studi
literasi sains peserta didik Sekolah Alam Lampung.
22

Tabel 1.2.
Kisi Kisi Soal Tes Literasi Sains Peserta Didik

NO Dimensi Indikator Nomor Pertanyaan


Literasi Sains Literasi Sains
1 Pengetahuan Siswa memiliki 1,2,3,4,5,6,7
Konten pengetahuan
ilmiah

2 Kompetensi Siswa mampu 8,9,10,11,12,13


Ilmiah mengidentifikasi
masalah ilmiah,
menjelaskan
fenomena secara
ilmiah, dan
menarik
kesimpulan
berdasarkan
bukti.

3 Kontekstual Siswa 14,15


Ilmiah memahami
fenomena
ilmiah yang
melibatkan sains
dan teknologi

4 Aspek Sikap Siswa 16,17,18,19,20


menunjukkan
minat pada
sains,
mendukung
penyelidikan
ilmiah dan
termotivasi
untuk bertindak
secara
bertanggung
jawab terhadap
sumber daya
alam dan
lingkungan.
23

Tabel 1.3.
Kisi Kisi Lembar Pedoman Wawancara Peserta Didik

No Aspek Indikator No Item Jumlah


1 Minat peserta Minat peserta 1 1
didik didik terhadap
pembelajaran
IPA
2 Motivasi Motivasi 2,3 2
peserta didik peserta didik
dalam
pembelajaran
IPA
3 Persiapan Persiapan 4,5 2
peserta didik peserta didik
untuk belajar
4 Kebiasaan Kebiasaan 6,7,8 3
belajar belajar
peserta didik
5 Pendidik Partisipasi 9 1
pendidik
dalam proses
pembelajaran
IPA
Pendekatan 10 1
/metode yang
digunakan
oleh pendidik
pada proses
pembelajaran
IPA
Pendidik 11 1
mengaitkan
materi dengan
aplikasinya
dalam
24

No Aspek Indikator No Item Jumlah


kehidupan
sehari-hari
Pemberian 12 1
tugas kepada
peserta didik
6 Kemampuan Kemampuan 13,14,15 3
peserta didik kognitif
peserta didik
7 Sumber Sumber 16,17,18,19 4
Belajar belajar yang
digunakan
peserta didik
8 Keadaan Keadaan 20,21 2
kelas kelas saat
pembelajaran
berlangsung
9 Fasilitas Fasilitas yang 22 1
belajar disediakan
oleh sekolah
10 Keluarga Dukungan 23,24 2
dan
bimbingan
dari keluarga.
Total 24

8. Teknik Analisis Data


Setelah penulis memperoleh data melalui teknik
pengumpulan data dari objek penelitian, maka langkah
selanjutnya teknik analisis data. Peneliti menggunakan
analisa data model miles dan uberman yang berupa tiga
tahapan, yaitu display data, reduksi data serta penarikan
kesimpulan.42

42
Anatomi Saregar. Yuberti, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan
Matematika Dan Sains (Bandar Lamoung: CV Anugrah Utama Raharja, 2012).
25

a. Mereduksi
Mereduksi berarti merangkum, memfokuskan pada
peristiwa penting. Dicari polanya dan temanya,
membuang informasi yang tidak digunakan dan
memilih hal pokok. Selama menghimpun informasi,
penelitian melaksanakan penghimpunan data yang
berasal dari wawancara dan dokumentasi.
b. Displey Data
Displey data dapat disajikan ke dalam bagan,
flowchart uraian singkat serta sejenisnya. data dapat
berwujud pengetahuan literasi pada peserta didik.
Data diwujudkan dalam bentuk narasi
c. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap akhir yaitu penarikan kesimpulan yang
didefinisikan sebagai tahap akhir dalam analisis
informasi. Data-data dari hasil tes dan wawancara
literasi sains peserta didik dalam bentuk informasi
akan diinterprestasikan dan dianalisis dengan tujuan
untuk mendapatkan suatu konklusi.

1). Tes berfungsi untuk mengukur kemampuan literasi


sains peserta didik. Jawaban peserta didik akan dinilai
sesuai dengan rubrik penilaian yang telah dibuat
persentasenya dengan rumus berikut :

NP= X 100
Keterangan :
NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum dari tes yang bersangkutan
.
9. Tata Penelitian
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada penelitian
ini berupa langkah -langkah invention, discovery, dan
interpretion, agar dapat memahami serta menggali
informasi mengenai kamampuan literasi sains peserta
26

didik Sekolah Alam Lampung. Tahapan penelitiannya


antara lain:
a. Inventation ( tahap pra lapangan)
Pada tahapan ini diperlukannya tujuan agar
memperoleh representasi mengenai latar belakang
penelitian. Dalam penelitian ini langkah- langkah
yang harus dilakukan meliputi:
1). Melakukan penyusunan rencana penelitian
Rencana penelitian dibutuhkan ketika pra penelitian
berkaitan langsung menuju tempat pengkajian.
pembuatan desain penelitian perlu dilakukan untuk
menyiapkan alat sumber informasi serta semua yang
berkaitan dengan informasi.
2). Mencari tempat penelitian yang sesuai.
Tempat penelitian ditentukan agar penelitian dilandasi
dengan tujuan yang ingin dicapai.
3). Meminta perizinan pada pihak- pihak terkait
Setelah tempat penelitian ditentukan, maka
selanjutnya diperlukan perizinan dari pihak- pihak
yang terkait untyuk melakukan dan mencari data- data
sebagai bahan penlitian yang diperlukan.
4). Manentukan sumber penelitian
Setelah penelitian disepakati oleh pihak- pihak yang
terkait, langkah selanjutnya adalah mencari informasi
yang sesuai dengan penelitian yang akan
dilaksanakan.
5). Memepersiapkan hal yang berhubungan sesuai
pengkajian
Hal yang sudah diagendakan sebelumnya kemudian
disipkan sebelum pengkajian berkaitan langsung
menuju langsung ke lokasi pengkajian untuk
mengawali penelitian. dengan tujuan agar tahap
pengkajian yang berlangsung tidak tercecer.
b. Discovery ( tahap pekerjaan lapangan)
Dalam langkah ini dilaksanakan dengan cara
memilih kondisi lapangan yang dijadikan penelitian
27

serta melaksanakan penelitian. Penelitian data


lapangan memekai instrumen himpunan data yang
telah disiapkan dengan tertulis maupun tidak tertulis.
Intrumen himpuinan data sekedar keinginan mengenai
sat hal di tempet suatu lokasi penelitian.
c. Interpretation (Tahap Analisis Data)
Tahap analisis data proses ini dilakukan
dengan cara menganalisa seluruh data yang sudah
diperoleh dari berbagai macam sumber yang telah
didapat yang berkaitan dengan penelitian, kemudian
memverifikasi data yang didapat tersebut yang telah
diperoleh dengan teori- teori yang digunakan.

10. Keabsahan Data


Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan proses triangulasi. Teknik triangulasi adalah
teknik pemeriksahan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
sendiri. Moleong (2011: 330).
Uji keabsahan informasi diperlukan sebagai kepastian
sesungguhnya informasi itu didapat sepanjang pengkajian
sungguh- sungguh tepat sesuai berdasarkan dari maksud
dan tujuan pengkajian agar dapat menguji keabsahan di
informasi peneliti dengan menggunakan cara triangulasi.
Triangulasi merupakan pendekatan tapkala pengkajian
dan menggunakan satu atau lebih strateghi guna
memperoleh informasi.43 Pada triangulasi ini triangulasi
yang digunakan berupa triangulasi sumber dan triangulasi
teknik. Triangulasi teknik dilaksanakan melalui cara
membandingkan data dari hasil tes dan wawancara.
Sedangkan triangulasi sumber dilaksanakan melalui
melihat subjek penelitian yaitu peserta didik Sekolah
Alam Lampung.

43
Wirawan, Evaluasi:Teori ,Model ,Standar Aplikasi, Dan Propesi (Jakarta:
Rajawali Press, 2012).
28

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan laporan tugas akhir terdiri dari lima


bab yang disusun berdasarkan dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai Latar Belakang


Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penilitian, Metode Penilitian Dan Sistematika
Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab ini berisikan tinjauan teori-teori yang digunakan


dalam menyusun penelitian ini. Adapun teori yang digunakan
adalah teori terkait variabel-variabel penelitian.

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Dalam Bab ini berisi tentang gambaran umum objek


penelitian, serta fakta dan data berdasarkan hasil penelitian

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

Bab ini berisi tentang hasil dari penelitian dan pembahasannya


dalam menjawab permasalahan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari penjelasan


pembahasan secara singkat. Serta rekomendasi atau saran-
saran yang diberikan dari penelitian ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Sains
Kata “Sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu
Pengetahuan Alam yang berasal dari kata natural science.
Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam,
sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Sehingga
science secara harfiah berarti ilmu yang mempelajari
mengenai alam atau mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam. Berikut beberapa pendapat para ahli :
H.W Powler mendefinisikan pengertian tentang ilmu
pengetahuan alam adalah sebagai “Systematic and formulated
knowledge deadling with material phenomena and based
mainly on observation and induction”. Artinya adalah, “Ilmu
yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan induksi”.
Robert B Sund mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang
sistematis atau tersusun secara teratur berlaku umum dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Sedangkan Kuslan Ston menyebutkan bahwa Sains adalah
kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk
dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both
product and process, inseparably joint”.
Menurut Chiappetta (2010 :109) Ilmu pengetahuan alam pada
hakikatnya merupakan :
a. Science as a waf of thinking
IPA sebagai jalan berpikir yang meliputi kepercayaan
b. Science as a way of investigating
Cara melakukan investigasi meliputi : (1) pengamatan (2)
mengumpulkan data (3) merumuskan hipotesis (4)
eksperimen (5) menyimpulkan.
c. Science as abody of knowledge

29
30

Merupakan kumpulan pengetahuan yang terdiri atas : (1)


fakta, (2) konsep, (3) hukum dan prinsip, (4) teori, (5)
model.
d. Science and interactions with technology and society
Memiliki arti bahwa IPA, teknologi, dan masyarakat
saling mempengaruhi satu sama lain, banyak karya ilmiah
yang dilakukan oleh ilmuan yang dipengaruhi oleh
masyarakat dam ketersediaan teknologi. 44

Hakikat sains adalah sebuah pengetahuan tentang


epistemologi (metode) dari sains, proses terjadinya sains, atau
nilai dan keyakinan yang melekat untuk mengembangkan
sains. Selain itu pendapat lain mengatakan bahwa hakikat
sains adalah sebuah pengetahuan tentang ilmu pengetahuan itu
bekerja, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat sains adalah
suatu pengetahuan untuk membuktikan fenomena-fenomena
yang terjadi di alam dan untuk mengetahui proses terjadinya
sains sehingga menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan
konsep.45McComas (2008 : 512) menyatakan bahwa adanya
NOS dalam Pendidikan bukan untuk mendoktrinasi, tetapi
untuk menunjukkan alas an untuk menerima suatu keadaan
tertentu. Lederrman (2004 : 303) menyatakan bahwa Nature
of science(NOS) merupakan epistemology dari sains, sains
sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan, atau nilai-nilai
dan keyakinan-keyakinan yang melekat pada pengetahuan
ilmiah atau pada pengembangan ilmu pengetahuan. Sesuai
dengan hakikatnya, sains dipahami sebagai 3 aspek yakni :
proses, produk, sikap, dan teknologi. Proses dalam sains
mengandung arti aktivitas ilmiah yang berfugsi untuk
mendeskripsikan fenomena alam hingga diperoleh produk
sains berupa fakta, prinsip, hukum, atau teori. Melalui metode
ilmiah dapat dikembangkan sikap ilmiah selayaknya ilmuan
44
Lahirdi Niken Septantiningtyas., Rizal Lukman Hakim., Nadiya Rosmila.,
Konsep Dasar Sains 1 (Klaten: Penerbit Lakeisha, 2020).
45
Deni Nugroho, “PROFIL PENGETAHUAN HAKIKAT SAINS CALON
GURU PENDIDIKAN BIOLOGI DI UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN Profile
of Nature of Science Pre-Service Teachers of Biology Education at Universitas
Borneo Tarakan” 2, no. 1 (2020): 1–14.
31

bekerja seperti : kejujuran, ketelitian, kesabaran, dll. Sains


merupakan ilmu pengetahuan tentang obyek dan fenomena
alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para
ilmuan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen
menggunakan metode ilmiah. Oleh karena itu, sains sebagai
ilmu dasar memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung ilmu pengetahuan dan teknologi.46

B. Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang
mempelajari tentang gejala alam berupa fakta, konsep dan
hukum yang telah teruji kebenarannya melalui suatu
rangkaian penelitian. Pembelajaran IPA diharapkan dapat
membantu siswa untuk memahami fenomena-fenomena alam.
Berdasarkan karakteristiknya, pembelajaran IPA dapat
dipandang dari dua sisi, yaitu pembelajaran IPA sebagai suatu
produk hasil kerja ilmuwan dan pembbelajaran IPA sebagai
suatu proses sebagaimana ilmuwan bekerja agar menghasikan
ilmu pengetahuan.47
Pembelajaran IPA yang memberikan kesempatan siswa untuk
mengkonstruksi konsep sendiri, akan memberikan
pengalaman langsung untuk menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA dengan memberikan
pengalaman langsung dapat menumbuhkan cognitive
thingking skill (keterampilan berpikir kognitif), psychomotor
skills (keterampilan psikomotorik) dan social skill
(keterampilan sosial). Penumbuhan cognitive thinking skills
berarti akan menumbuhkan kemampuan berpikir ilmiah siswa
dalam memahami fenomena yang ada, mampu memikirkan
dan menjelaskan mengapa fenomena tersebut. 48

46
Ari Widodo Jumanto., “PEMAHAMAN HAKIKAT SAINS OLEH SISWA
DAN GURU SD DI KOTA SURAKARTA,” Jurnal Komunikasi Pendidikan 2
(2018): 20–31.
47
Fitriyanti Dkk., “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Dan Penalaran Ilmiah Siswa
SMP,” Jurnal Pembelajaran Sains 1, no. 1 (2017): 27–34.
48
Dkk.
32

C. Literasi Sains
1. Pengertian Literasi Sains
Literasi sains (sains literacy) berasal dari kata
literastus yang artinya melek huruf, atau pendidikan dan
schientia yang artinya memiliki pengetahuan.49 Menurut
(OEDC, 2016) literasi sains dapat diartikan sebagai
pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu
menidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan
baru, menjelaskan fenomena ilmiah ,serta mengambil
simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains,
kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk
lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan
untuk terlibat, dan peduli terhadap isu-isu yang terkait
sains.50 Literasi sains merupakan kemampuan setiap
individu dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan sains dan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang
memiliki literasi sains yang baik akan mengikutsertakan
pertimbangan wacana tentang sains dan teknologi yang
membutuhkan kompetensi untuk menjelaskan fenomena
secara ilmiah, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan
ilmiah, serta menginterpretasik data dan bukti-bukti
secara ilmiah.51
Literasi sains atau Scientific Literacy didefinisikan
oleh PISA (Programe for International Student
Assessment) sebagai kapasitas untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-
pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu
membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi

49
D. Fadly Pratama Jajang Bayu Kelana, Bahan Ajar IPA Berbasis Literasi
Sains (Bandung: Lekkas, 2019).
50
DKK Muhammad Randy Fananta., Materi Pendukung Literasi Sains
(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
51
Fitri Andini,. A. Wahab Jufri, “Profil Literasi Sains Siswa SMP Di Kota
Gerung Pada Tema Pencemaran Lingkungan.”
33

manusia dengan alam. 52 National Research and Council


(2012) menyatakan bahwa rangkaian kompetensi ilmiah
yang dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan
pandanan bahwa sains adalah ansambel dari praktik social
dan epistemik yang umum pada semua ilmu pengetahuan,
yang membingkai semua kompetensi sebagai tindakan. 53
Literasi sains merupakan kemampuan seseorang
menggunakan konsep sains untuk mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari menjelaskan fenomena
ilmiah serta menggambarkan fenomena tersebut
berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Menurut Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD,2012)
literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan
berkenaan dengan alam melalui aktivitas manusia. Untuk
melakukan penilaian literasi sains tidak hanya berupa
pengukuran tingkat pemahaman terhadap pengetahuan
sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek
proses sains, serta kemampuan mengaplikasikan
pengetahuan dan proses sains dalam situasi nyata yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 54
Literasi sains sering diartikan sebagai mengetahui
fakta dasar yang ditetapkan oleh sains, tetapi konsepnya
lebih dari itu. Literasi sains atau literasi ilmiah sangat
penting dalam mendukung keterlibatan masyarakat di era
modern, serta menjadi salah satu konsep utama dari IPA
kebangsaan. Literasi sains dapat diartikan sebagai
kecakapan seseorang dalam menggunakan pemahaman

52
Sistiana Windyariani, Pembelajaran Berbasis Konteks Dan Kreatifitas
(Strategi Untuk Membelajarkan Sains Di Abad 21) (Yogyakarta: Deepublish
Publisher, 2019).
53
Laila Azwani Panjaitan, Pengembangan Literasi Sains Di Sekolah (Bekasi:
Guepedia Publisher, 2019).
54
Rohana, Asrial, “Profil Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik
Berdasarkan Intrumen Scientific Literacy Assesments (SLA).”
34

dan proses tentang fenomena ilmiah untuk memecahkan


masalah dalam kehidupan sehari-hari.55
Untuk mengkategorikan kemampuan peserta didik
dalam literasi sains maka digunakan indicator dalam
menentukan kemampuan literasi sains. Indikator yang
digunakan merujuk dari indikator kemampuan literasi
sains dari Gormally et al. (2012 :356). Pengukuran
indicator literasi sains tersebut berupa (1)
mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid, (2)
melakukan penelusuran literature yang efektif, (3)
memahami elemen-elemen desain penelitian dan
bagaimana dampaknya terhadap temuan/kesimpulan, (4)
membuat grafik secara tepat dari data, (5) memecahkan
masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk
statistic dasar. (6) memahami dan menginterpretasikan
statistic dasar (7) melakukan infrensi, prediksi, dan
penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif. 56
Ada beberapa studi yang dilaksanakan untuk
mengukur tingkat literasi sains. Studi tersebut dijadikan
benchmark mutu pendidikan dasar saat ini, beberapa
diantaranya adalah PISA dan TIMSS, walauoun bukan
satu-satunya rujukan mutu dalam penilaian pendidikan,
namun hasil studi ini digunakan sebagai dasar
pembangunan pendidikan dinegaranya.
Berikut ini perbandingan survei PISA dan TIMSS
terhadap kemampuan siswa dalam literasi sains.

55
Edi Irawan DKK., Pendididikan Tinggi Di Masa Pandemi Transformasi,
Adaptasi, Dan Metamorfosis Menyongsong New Normal. (Yogyakarta: Zahir
Publishing, 2020).
56
D I Sekolah, Dasar Sumbersari, and Kota Malang, “Education and Human
Development Journal, Vol. 01. No. 01, September 2016,” Education and Human
Development Journal, Vol. 01. No. 01, September 2016 01, no. 01 (2016).
35

Table 2.1.
Hasil PISA dan TIMSS di Indonesia
Hasil Tahun Posisi Jumlah Skor Skor
Indonesia Negara Ideal
2000 38 41 393
2003 38 40 395
2006 50 57 393
PISA 2009 60 65 383 500
2012 64 65 382
2015 64 72 403
1999 32 38 435
2003 36 45 420
TMSS 2007 41 48 427 500
2011 40 42 406
2015 44 49 397

Dari hasil pengukuran literasi sains diatas, dapat


diketahui bahwa skor Indonesia masih dibawah nilai skor
ideal 500. Hal ini dapat disebabkan karena masih
lemahnya budaya sains di Indonesia. penguasaan sains
tidak hanya terfokus pada pemahaman namun melibatkan
sumber-sumber lain di sekitar. 57 Adapun hasil survei
PISA sejak tahun 2000 sampai tajun 2018 menempatkan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan kompetensi
sains yang rendah. Data kompetensi sains peserta didik
Indonesia menurut PISA ditampilkan sebagai berikut :
a. Hasil PISA tahun 2000 menempatkan Indonesia
pada peringkat 38 dari 41 negara peserta untuk
kompetensi sains. Skor kompetensi sains yang
diperoleh adalah 393 poin (OECD,2001)
b. Hasil PISA tahun 2003 untuk kompetensi sains,
Indonesia menempati peringkat 38 dari 40 negara
peserta. Skor kompetensi sains yang diperoleh
meningkat menjadi 395 poin (OECD,2004).

57
Jajang Bayu Kelana, Bahan Ajar IPA Berbasis Literasi Sains.
36

c. Hasil PISA tahun 2006 uhntuk kompetensi sains,


Indonesia menempati peringkat 50 dari 57 negara
peserta. Skor kompetensi sains yang diperoleh
menurun menjadi 393 poin (OECD, 2007).
d. Hasill PISA tahun 2009 untuk kompetensi sains
Indonesia menempati peringkat 60 dari 65 negara
peserta. Skor kompetensi sains yang diperoleh
Kembali menurun menjadi 383 poin
(OECD,2007).
e. Hasil PISA tahun 2012 untuk kompetensi sains,
Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara
peserta. Skor kompetensi sains yang diperoleh
menurun menjadi 382 poin (OECD,2013).
f. Hasil PISA tahun 2015 untuk kompetensi sains,
Indonesia menempati peringkat 69 dari 76 negara
peserta. Skor kompetensi sains yang diperoleh
meningkat drastic menjadi 403 poin, namun
belum berpengaruh pada perankingan (OECD,
2016).
g. Hasil PISA tahun 2018 untuk kompetensi sains,
Indonesia menempati peringkat 62 dari 71 negara
peserta. Dalam hal distribusi literasinya sendiri,
secara nasional baru 25,38% literasi sains yang
dinilai cukup, sementara 73,61% dinyatakan
kurang.58

Literasi sains dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan .


pertama, functional literacy yang merujuk kepada
kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan
perlindungan. Kedua, civic literacy yang merujuk pada
kemampuan seseorang untuk berpartisipasi secara bijak
dalam bidang sosial mengenai isu yang berkenaan dengan
sains dan teknologi . Ketiga, cultural literacy yang

58
Narut and Supradi, “Literasi Sains Peserta Didik Dalam Pembelajaran Ipa
Di Indonesia.”
37

mencakup kesadaran pada usaha ilmiah dan persepsi


bahwa sains merupakan aktivitas intelektual yang utama.
Lebih rinci dalam penilaian literasi sains dibedakan
beberapa tingkatan dalam literasi sains yang lebih cocok
dinilai dan diterapkan selama pembelajaran disekolah
karena kemudahannya untuk diterapkan pada tujuan
intruksional. Beberapa tingkatan intruksional yang
dimaksud adalah (a) scientific literacy (b) nominal
scientific literacy (c) functional scientific literacy (d)
conceptual scientific literacy (e) multidimensional
scientific literacy. Dapat tidaknya siswa mencapai
tingkatan tertinggi literasi sains bergantung pada topik
yang menarik interes mereka, aspek sikap ditambahkan
kedalam dimensi literasi sains, serta disarankan perlunya
mengukur kemampuan menggunakan pengetahuan sains
dalam menganalisis teks atau artikel. 59
Hal yang pokok dalam pengembangan literasi sains
siswa meliputi pengetahuan tentang sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman peserta
didik terhadap sains sehingga peserta didik bukan hanya
sekedar tahu konsep sains tetapi juga dapat menerapkan
kemampuan sains dalam memecahkan berbagai
permasalahan dan dapat mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains.

2. Pentingnya kemampuan Literasi Sains


Kemampuan literasi sains sangat penting bagi siswa,
kemampuan literasi sains dapat membantu siswa dalam
memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat di era modern ini. Liu (2009) menyatakan
bahwa kemampuan literasi sains dianggap penting karena
:
a. Sains adalah bagian penting dari manusia dan
merupakan salah satu puncak dari kemampuan
berpikir manusia.
59
Panjaitan, Pengembangan Literasi Sains Di Sekolah.
38

b. Literasi sains memberikan pengalaman


laboratorium umum untuk perkembangan Bahasa,
logika dan kemampuan memecahkan masalah di
kelas,
c. Kehidupan sosial menuntut seseorang membuat
keputusan pribadi dan masyarakat tentang situasi
yang dihadapi dimana terdapat informasi ilmiah
yang berperan penting sehingga seseorang
tersebut harus mempunyai pengetahuan tentang
ilmu pengetahuan serta pemahaman tentang
kemampuan dan metedologi ilmiah.
d. Literasi sains akan melekat seumur hidup bagi
siswa dalam berbagai masam situasi dan kondisi.
e. Perkembangan zaman dan teknologi tergantung
pada kemampuan teknis, kemampuan ilmiah dan
daya saing warganya. 60

3. Dimensi dalam Literasi Sains


Dimensi dalam literasi sains terbagi atas tiga hal :
a. “Content” literasi sains
Pada dimensi konsep ilmiah siswa perlu
menangkap sejumlah konsep kunci atau esensial
untuk dapat memahami fenomena alam tertentu
dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat
kegiatan manusia. Hal tersebut merupakan
gagasan besar pemersatu yang membantu
menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. PISA
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mempersatukan konsep-konsep fisika, kimia,
biologi, ilmu bumi dan antariksa.
b. ”Process” literasi sains
PISA mengakses kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan dan pemahaman

60
Subur Agung Nugroho, ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA
SMP BERTEMA INTERAKSI DI KABUPATEN PURBALINGGA (Semarang:
Universitas Neferi Semarang, 2017).
39

ilmiah, seperti kemampuan siswa untuk mencari,


menafsirk/an dan memperlakukan bukti-bukti.
PISA menguji lima proses dalam literasi sains
yaitu 1). Mengenali pertanyaan ilmiah, 2).
Menidentifikasi bukti 3). Menarik kesimpulan, 4).
Mengkomunikasikan kesimpulan, 5).
Menunjukan pemahaman konsep ilmiah. Proses
sains merujuk pada proses mental yang terlibat
ketika menjawab suatu peertanyaan atau
memecahkan suatu masalah, seperti
mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta
menerangkan kesimpulan.
c. “Contex” literasi sains
Konteks literasi sains dalam PISA lebih
ditekankan pada kehidupan sehari hari daripada
kelas atau laboratorium. Sebagaimana dengan
bentuk-bentuk literasi sains lainnya, konteks
melibatkan isu-isu penting dalam kehidupan
secara umum seperti juga terhadap kepedulian
pribadi.61
d. Aspek sikap
Philips dalam Holbrook & Rabbikmae
menyatakan bahwa komponen sikap pada literasi
sains diantaranya adalah kemampuan dalam
belajar sains, kemampuan untuk berpikir ilmiah,
keingintahuan, serta kemampuan untuk berpikir
kritis. Pendapat lain menyatakan bahwa aspek
sikap pada literasi sains diantaranya mendukung
penyelidikan ilmiah, kepercayaan diri, minat
terhadap sains, dan tanggung jawab terhadap
sains.62

61
Farid Ahmadi, Media Literasi Sekolah (Semarang: Pilar Nusantara, 2018).
62
Ana Permata Sari. R. Ahmad Zaky El Islami., Nahadii., “Hubungan Literasi
Sains Dan Kepercayaan Diri Siswa Pada Konsep Asam Basa,” Jurnal Penelitian Dan
Pembelajaran IPA 1, no. 1 (2015): 16–25.
40

4. Penilaian Literasi Sains


Penilaian dalam literasi sains harus memperhatikan
beberapa hal yaitu : penilaian literasi sains siswa tidak
ditujukan untuk membedakan seseorang literat atau tidak,
dan pencapaian literasi sains harus kontinu dan terus-
menerus. Adapun dalam penilaian literasi sains dalam
bentuk soal-soal berbeda dengan soal-soal lainnya, karena
memiliki karakteristik soal yaitu :
1. Soal-soal yang mengandung konsep yang lebih luas
karena tidak hanya terkait dengan konsep-konsep
dalam kurikulum
2. Soal soal harus memuat informasi atau data dalam
berbagai bentuk penyajian untuk diolah oleh siswa
yang akan menjawabnya.
3. Soal-soal literasi sains harus membuat siswa dapat
mengolah informasi dalam soal
4. Soal-soal dapat dibuat beberapa variasi bentuk soal
(pilihan ganda, essay, isian)
5. Soal harus cukup konteks aplikasi.
Evaluasi literasi sains yang dilakukan memberikan
perhatian terhadap aspek kognitif dan afekti siswa.
Aspek kognitif meliputi pengetahuan siswa dan
kapasitasnya untuk menggunakan pengetahuan secara
efektif dan melibatkan proses kognitif yang
merupakan karakteristik sains dalam bidang personal,
sosial, dan global. Aspek afektif verhubungan dengan
masalah yang dapat dipecahkan oleh pengetahuan
sains dan membentuk siswa yang mampu untuk
membuat keputusan pada saat ini maupun masa
depan.63

63
Ahmad Ali and Others, “Analisis Literasi Sains Siswa Kelas XI IPA Pada
Materi Hukum Dasar Kimia Di Jakarta Selatan,” Jurnal Kimia Dan Pendidikan 1, no.
2 (2016): 152.
41

5. Peranan Literasi Sains Bagi Pendidikan


Dalam Pendidikan memiliki 2 tujuan luas diantaranya
adalah mempromosikan literasi sains pada masyarakat
mengenai segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat agar dalam kehidupannya masyarakat mampu
memberikan keputusan berdasarkan pemahaman yang
mereka peroleh. Dan tujuan selanjutnya adalah
membangun teknologi dengan mempersiapkan tenaga
kerja di masa yang akan dating dengan dibekali ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dan perlu kita ketahui
bahwa kemajuan sebuah Pendidikan sains sangat
bergantung pada pembelajaran yang digunakan setiap
negara.Negara maju telah mengembangkan literasi sains
sejak lama, yang dalam pelaksanaannya diintegrasikan
dalam pembelajaran. AS dengan “Project 2061”
membangun literasi sains di Amerika Serikat melalui riset
yang hasilnya digunakan untuk menetapkan “standar
Pendidikan sains Amerika”. Dibuatnya standar ini untuk
mewujudkan literasi secara konkrit dalam Pendidikan
Amerika, yang tujuan jangka panjangnya adalah kejayaan
sains dan teknologi di masa depan. Selain itu penelitian
sains di Australia menunjukkan bahwa tujuan utama
Pendidikan sains di negara tersebut adalah meningkatkan
jumlah penduduk yang melek sains. Orang literasi sains
akan dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan baik dari
aspek sosial maupun ekonomi. Jadi di negara maju,
literasi sains merupakan prioritas utama dalam Pendidikan
sains.64
Literasi sains berperan penting bagi pendidikan, kita
harus melihat sains dan teknologi sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Harapannya agar Indonesia mampu
memanfaatkan sains dan teknologi untuk menjawab
berbagai persoalan, salah satunya masalah pendidikan.

64
Melisa Asniati, Pengembangan Instrumen Soal Literasi Sains Berbasid
Google Form Untuk Siswa SMP Pada Materi Kalor (Skripsi) (UIN Raden Intan
Lampung, 2019).
42

Dalam abad 21 ini manusia wajib menguasainya.


Setidaknya ada beberapa hal mendasar mengapa literasi
sains (yang terintegrasi teknologi) menjadi keniscayaan
untuk dimiliki. Indonesia perlu berbenah terutama dalam
pendidikan. Desain kurikulum kita harus mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis,
inovatif, dan kreatif. Generasi muda Indonesia harus
sudah mendapatkan edukasi sains dan teknologi sejak din
sehingga ketika dewasa nanti mereka mampu
mengembangkan kemampuan bernalar secara kritis,
analiitis, kreatif, dan inovatif demi mampu mengambil
bagian dalam penyelesaian masalah-masalah sosial dan
ekonomi.65

6. Faktor Yang Mempengaruhi Capaian Literasi Sains


1. Siswa belum pernah mengerjakan soal literasi sains
sebelumnya, sehingga membuat siswa merasa
canggung dengan soal yang berbeda dari yang biasa
diperoleh disekolah.
2. Kebiasaan siswa lebih suka menghafal materi
pembelajaran dari pada memahaminya, sehingga
siswa kurang memahami dan mengaplikasikan materi
tersebut dalam kehidupan sehari hari.
3. Soal yang biasa diberikan guru untuk evaluasi belum
merupakan soal analisis, sehingga belum menuntut
siswa untuk menggunakan penalarannya. Hal ini
mengakibatkan siswa tidak terbiasa menalar dan
berpkir kritis.
4. Kurangnya minat membaca siswa dan tidak
terbiasanya siswa menjawab soal dalam bentuk
wacana, grafik, dan gambar.
5. Siswa lebih suka menjawab soal pilihan ganda
dibandingkan dengan uraian. Pada soal pilihan siswa

65
Yukaristia, Literasi : Solusi Terbaik Untuk Mengatasi Problematika Sosial
Di Indonesia (Sukabumi: Jejak Publisher, 2019).
43

hanya perlu memilih tanpa harus memikirkan


jawaban66
6. Peserta didik kurang memperhatikan ketika
pembelajaran berlangsung yang ditunjukan seiring
siswa bercerita dengan temannya sendiri saat
berlangsungnya pembelajaran di kelas.
7. Motivasi belajar, peserta didik tidak terlibat secara
aktif saat proses pembelajaran, sehingga peserta didik
cenderung pasif dalam pembelajaran. Seorang guru
harus berupaya membangun motivasi dan partisipasi
siswa dalam belajar sains, sehingga siswa mau berbuat
dan belajar, dengan cara menciptakan situasi belajar
sains yang komperhensif mengacu pada ide dan
gagasan literasi sains.
8. Stategi guru dalam melaksanakan pembelajaran, aspek
ini dijabarkan menjadi beberapa indicator yang
meliputi 1). Penguasaan materi, 2). Kejelasan
menerangkan, 3). Penggunaan metode belajar, 4).
Penggunaan alat peraga.
9. Fasilitas sekolah, fasilitas sekolah merupakan factor
eksternal yang berasal dari sekolah, rendahnya literasi
sains disebabkan kurangnya fasilitas disekolah untuk
pelajaran yang melatih literasi sains. 67

Selain itu Adapun faktor penyebab rendahnya


kemampuan literasi sains peserta didik
1. Pemilihan bahan ajar
Selama hamper 20 tahun terakhir sejak dirilis oleh
PISA, literasi sains Indonesia tidak mengalami
peningkatan yang signifikan. Skor literasi sains
peserta didik berkisar antara 393 tahun 2000 sampai

66
Huryah, Sumarmin, and Effendi, “Analisis Capaian Literasi Sains Biologi
Siswa Sma Kelas X Sekota Padang.”
67
Nurul Hidayah, Ani Rusilowati, and M Masturi, “ANALISIS PROFIL
KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP/MTs DI KABUPATEN PATI,”
Phenomenon : Jurnal Pendidikan MIPA 9, no. 1 (2019): 36,
https://doi.org/10.21580/phen.2019.9.1.3601.
44

369 tahun 2018. Angka ini masih jauh dibawah skor


rata-rata Negara anggota OEDC yakni 489. Ada
beberapa faktor penyebab rendahnya kemampuan
literasi sains peserta didik Indonesia yang
dikemukakan oleh para peneliti berkaitan dengan
hasil PISA Indonesia. Salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya kemampuan literasi sains
adalah pemilihan sumber belajar (Reni dan Agung
2019). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Irawan (Ashri dan Hasanah, 2015)
yaitu salah satu penyebab rendahnya literasi sains
peserta didik yang berkaitan langsung dan dekat
dengan peserta didik adalah pemilihan sumber belajar.
Di Indonesia, literasi sains dalam pembelajaran IPA
Sebagian besar masih terbatas pada materi buku ajar
atau teks saja dari pada melakukan pembelajaran
langsung. Stake dan Easly (Aqil, 2018) menyatakan
bahwa buku pelajaran yang digunakan oleh 90% dari
semua guru sains 90% dari alokasi waktu
pembelajaran. Pengetahuan dan penerapan literasi
sains yang hanya mengandalkan buku ajar atau teks
(tekstual) belum sepenuhnya menyentuh jiwa peserta
didik, akibatnya pelajaran menjadi membosankan dan
peserta didik kurang memahami materi pelajaran
dalam konteks kehidupan.
2. Miskonsepsi
Hasil penelitian Mufida dan Teguh (2017)
menemukan bahwa penguasaan konsep siswa tentang
IPA masih rendah. Adanya tuntutan terselesaikannya
materi bahan ajar oleh guru sesuai target kurikulum
memaksa siswa harus menerima konsep-konsep IPA
yang mungkin belum sepenuhnya dipahami.hal ini
menjadikan banyak konsep-konsep IPA dipahami
secara salah (miskonsepsi) atau hanya sekedar
dihafalkan yang pada akhirnya konsep tersebut mudah
dilupakan. Pembelajaran IPA di SMP masih
45

dilakukan secara parsial (terpisah) atau belum


terpadu, akibatnya konsep IPA yang diterima oleh
siswa juga terpisah. Kecenderungan guru untuk
memberikan materi tanpa mengaitkannya dengan
kehidupan nyata menyebabkan siswa kesulitan
mengaitkan pengetahuan yang telah didapatkan
dengan situasi kehidupan nyata. Hal ini terlihat dari
jawaban-jawaban siswa yang masih sangat teoritik
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan di
sekolah dan belum mampu mengaplikasikan konsep
materi untuk memecahkan masalah-masalah sains
yang dijumpai di dalam soal.
3. Pembelajaran tidak kontekstual
Permasalahan utama dalampembelajaran sains yang
sampai saat ini belum mendapat pemecahan secara
tuntas adalah adanya anggapan pada diri peserta didik
bahwa pelajaran ini sulit dipahami dan dimengerti.
Hal ini senada dengan hasil riset yang dilakukan oleh
Holbrook yang menunjukkan bahwa pembelajaran
sains tidak relevan dalam pandangan siswa dan tak
disukai siswa. Faktor utama semua kenyataan tersebut
sepertinya adalah karena ketiadaan keterkaitan dalam
pembelajaran sains. Penekanan pemahaman konsep
dasar dan pengertian dasar ilmu pengetahuan tersebut
tidak dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, padahal Yagerdan Lutz
mengungkapkan lebih lanjut bahwa sains relevan
dengan proses dan produk sehari-hari yang digunakan
dalam masyarakat. Hasil penelitian Anna Permatasari
(2016) teruama untuk aspek konteks aplikasi sains
terbukti hamper dapat dipastikan bahwa banyak
peserta didik di Indonesia tidak mampu mengaitkan
pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan
fenomena-fenomena yang terjadi di dunia, karena
mereka tidak memperoleh pengalaman untuk
mengaitkannya. Selain itu, kemampuan berpikir logis,
46

rasional, serta sistematis siswa juga rendah untuk


Sebagian besar anak Indonesia.
4. Rendahnya kemampuan membaca
Salah satu kendala belajar sains lainnya adalah karena
rendahnya kemampuan membaca dan memaknai
bacaan. Penelitian dilakukan organisasi Pendidikan,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan pbb (UNESCO)
pada tahun 2016 terhadap 61 negara di dunia
menunjukan kebiasaan membaca di Indonesia
tergolong sangat rendah. Hasil studi yang
dipublikasikan dengan nama “The World Most
Literate Nations”, menunjukan Indonesia berada di
peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana
(kompas.com,2019).
Penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca itu
antara lain kurangnya akses, terutama untuk di daerah
terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang
terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca
(Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Hal ini senada juga disanpaikan
politisi Indonesia Fahri Hamzah (2020) dalam
diskusinya dengan Akbar Faisal di chanel youtube
Fahri Hamzah official yang menyatakan bahwa
literasi rendah karena tradisi membaca jelek, tradisi
riset jelek.
5. Lingkungan dan iklim belajar
Menurut Hayat dan Yusuf (2006) lingkungan dan
iklim belajar di sekolah mempengaruhi variasi skor
literasi siswa. Demikian juga keadaan infrastruktur
sekolah, sumber daya manusia sekolah dan tipe
organisasi serta manajemen sekolah, sangat signifikan
pengaruhnya terhadap prestasi literasi siswa. Kurnia
et al , (2014) juga mengungkapkan rendahnya literasi
sains siswa Indonesia berkaitan erat dengan adanya
kesenjangan antara pembelajaran IPA yang diterapkan
di sekolah dan tuntutan PISA. Sejauh ini guru masih
47

mengajarkan IPA sebagai mata pelajaran yang


terpisah (kimia, fisika, biologi), oembelajaran yang
dilakukan dikelas lebih berpusat pada guru (teacher
center) sehingga jarang dilatihkan, guru hanya
berorintasi pada target penguasaan materi dan tidak
mampu mengelola pembelajaran yang berbasis
penemuan dan pembelajaran berbasis masalah, siswa
sebanyak 40% merasa tidak dilibatkan dalam
menemukan konsep IPA dalam pembelajaran.
Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab
rendahnya kemampuan literasi sains siswa (Didit dan
Bibin 2016). Selain itu peserta didik belum terbiasa
mengerjakan soal-soal literasi sains.68

68
Fuadi et al., “Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi
Sains Peserta Didik.”
85

DAFTAR PUSTAKA

AA., Arisman. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad


Dengan Metode Praktikum Dan Demonstrasi Multimedia
Interaktif Dalam Pembelajaran Ipa Terpadu Untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa.” EduSains 7, no. 2 (2016):
179–84.
Achmad Slamet. Metode Studi Islam. Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Agus Ramadani., A. Wahab Jufri, DKK. “Kemampuan Literasi Sains
Peserta Didik SMPN Di Kabupaten Lombok Tengah.”
Pancasakti Science Education Journal 5 (2020): 2541–0628.
Agus Ramdani., A. Wahab Jufri., Jamaluddin., Dadi Setiadi.
“Kemampuan Liteasi Sains Peserta Didik SMPN Di Kabupaten
Lombok Tengah.” Pancasakti Science Education Journal 5, no.
216–22 (2020).
Ahmadi, Farid. Media Literasi Sekolah. Semarang: Pilar Nusantara,
2018.
Amaliyah, Marisa, I Nyoman Suardana, and Kompyang Selamet.
“Analisis Kesulitan Belajar Dan Faktor-Faktor Penyebab
Kesulitan Belajar Ipa Siswa Smp Negeri 4 Singaraja.” Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI) 4, no. 1
(2021): 90–101.
Anwar, Chairul. Hakikat Manusia Dalam Pendidikan Sebuah
Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: SUKA Press, 2014.
Anwar, Chairul.Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer
Formula Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran. Yogyakarta:
IRCSoD, 2017.
Anwar, Chairul. “„The Efectiveness of Islamic Religious Education in
The Universsities : The Efects on The Students‟‟ Characters in
The Era Industry 4.0 ".‟” Tadris : Jurnal Keguruan Dan Ilmu
Tarbiyah 3, no. 1 (2018): 77–78.
Asniati, Melisa. Pengembangan Instrumen Soal Literasi Sains
Berbasid Google Form Untuk Siswa SMP Pada Materi Kalor
(Skripsi). UIN Raden Intan Lampung, 2019.
Bayanah, Siti. “Pengaruh Suasana Kelas Terhadap Hasil Belajar
86

Pembuatan Busana Industri Di Sekolah Menengah Kejuruan” 5,


no. 1 (2019): 160–66.
Candra Puspita Rini,. Saktian Dwi Hartantri, Aam Amaliyah. “THE
ANALYSIS OF SCIENTIFIC LITERACY ON PGSD
STUDENTS ‟ COMPETENCY AT UNIVESITY OF.” Jurnal
Pendidikan Dasar Nusantara 6 (2021): 166–79.
DKK., Edi Irawan. Pendididikan Tinggi Di Masa Pandemi
Transformasi, Adaptasi, Dan Metamorfosis Menyongsong New
Normal. Yogyakarta: Zahir Publishing, 2020.
Dkk., Fitriyanti. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Dan
Penalaran Ilmiah Siswa SMP.” Jurnal Pembelajaran Sains 1, no.
1 (2017): 27–34.
Edi Irawan, DKK. Pendididikan Tinggi Di Masa Pandemi
Transformasi, Adaptasi, Dan Metamorfosis Menyongsong New
Normal. Yogyakarta: Zahir Publishing, 2020.
Ekantini, Anita, and Insih Wilujeng. “The Development of Science
Student Worksheet Based on Education for Environmental
Sustainable Development to Enhance Scientific Literacy.”
Universal Journal of Educational Research 6, no. 6 (2018):
1339–47. https://doi.org/10.13189/ujer.2018.060625.
Erniwati, Erniwati, Istijarah Istijarah, La Tahang, Hunaidah Hunaidah,
Vivi Hastuti Rufa Mongkito, and Suritno Fayanto. “Kemampuan
Literasi Sains Siswa Sma Di Kota Kendari: Deskripsi &
Analysis.” Jurnal Kumparan Fisika 3, no. 2 (2020): 99–108.
https://doi.org/10.33369/jkf.3.2.99-108.
Fadhallah, R.A. Wawancara. 1st ed. Jakarta Timur: UNJ Press, 2021.
Fitrayanti, Anis, Siti Hajaroh, and Alfina Mizriaty. “IDENTIFIKASI
KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IX PADA MATERI
PARTIKEL PENYUSUN BENDA DAN MAKHLUK HIDUP
DI MTs. AL- FATHIYAH KOPANG LOMBOK TENGAH.”
Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia 3, no. 2 (2021): 200–209.
https://doi.org/10.20414/spin.v3i2.4215.
Fitri Andini,. A. Wahab Jufri, Mahrus. “Profil Literasi Sains Siswa
SMP Di Kota Gerung Pada Tema Pencemaran Lingkungan.” J.
Pijar MIPA 15, no. 4 (2020): 339–45.
87

https://doi.org/10.29303/jpm.v15i4.1957.
Fitroturrohmah, Melida, Purwadi, and Mira Azizah. “Hubungan Peran
Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi SDN
Kedung 01 Jepara.” Journal of Primary and Children’s
Education 2 2, no. 2 (2019): 25–30.
Fuadi, Husnul, Annisa Zikri Robbia, Jamaluddin Jamaluddin, and
Abdul Wahab Jufri. “Analisis Faktor Penyebab Rendahnya
Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik.” Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan 5, no. 2 (2020): 108–16.
https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122.
Halid Hanafi, La Adu, Zainudin. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Deepublish, 2018.
Handayani, Meyda, Ani Rusilowati, and Sarwi Sarwi.
“Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Literasi Sains
Pada Materi Alat-Alat Optik Untuk Meningkatkan Kemampuan
Literasi Sains Siswa Smp.” UPEJ Unnes Physics Education
Journal 9, no. 1 (2020): 79–88.
https://doi.org/10.15294/upej.v9i1.38284.
Hanum, Luthfia. “Analisis Ketercapaian Literasi Sains Kimia Pada
Aspek Pengetahuan Siswa Di Sma Negeri 1 Bireuen,” 2020.
Harlina, Harlina, Ramlawati Ramlawati, and Muhammad Aqil Rusli.
“Deskripsi Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Kelas Ix Di
Smpn 3 Makassar.” Jurnal IPA Terpadu 3, no. 2 (2020): 96–107.
https://doi.org/10.35580/ipaterpadu.v3i2.12320.
Hasasiyah, Siti Hardiyanti, Bagus Addin Hutomo, Bambang Subali,
and Putut Marwoto. “Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa
SMP Pada Materi Sirkulasi Darah.” Jurnal Penelitian
Pendidikan IPA 6, no. 1 (2019): 5.
https://doi.org/10.29303/jppipa.v6i1.193.
Herlanti, Yanti. Blogquest : Pemanfaatan Media Social Pada
Pembelajaran Sains Berbasis Isu Sosiosaintifik Untuk
Mengembangkan Keterampilan Berargumentasi Dan Literasi
Sains. Bandung: Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.
Hero, Hermus, and Maria Ermalinda Sni. “Peran Orang Tua Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar
88

Inpres Iligetang.” JRPD (Jurnal Riset Pendidikan Dasar) 1, no.


2 (2018): 129–39. https://doi.org/10.26618/jrpd.v1i2.1568.
Hidayah, Nurul, Ani Rusilowati, and M Masturi. “ANALISIS
PROFIL KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP/MTs
DI KABUPATEN PATI.” Phenomenon : Jurnal Pendidikan
MIPA 9, no. 1 (2019): 36.
https://doi.org/10.21580/phen.2019.9.1.3601.
Huryah, Fadhilatul, Ramadhan Sumarmin, and Jon Effendi. “Analisis
Capaian Literasi Sains Biologi Siswa Sma Kelas X Sekota
Padang.” Jurnal Eksakta Pendidikan (Jep) 1, no. 2 (2017): 72.
https://doi.org/10.24036/jep.v1i2.70.
I Wayan Merta,. I Putu Artayasa., Kusmiyati., Nur Lestari., Dedi
Setiadi. “Profil Literasi Sains Dan Model Pembelajaran Dapat
Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains” 15, no. 3 (2020):
223–28. https://doi.org/10.29303/jpm.v15i3.1889.
Imroatun Hasana., Murni Saptasari., Nuning Wulandari.
“PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN
KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA KELAS XI
MATERI SISTEM EKSKRESI DAN KOORDINASI DI SMAN
9 MALANG” 2 (n.d.): 52–56.
Jajang Bayu Kelana, D. Fadly Pratama. Bahan Ajar IPA Berbasis
Literasi Sains. Bandung: Lekkas, 2019.
Jamaluddin, Jamaluddin, A. Wahab Jufri, Agus Ramdani, and Afriana
Azizah. “Profil Literasi Sains Dan Keterampilan Berpikir Kritis
Pendidik Ipa Smp.” Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 5, no. 1
(2019): 120–31. https://doi.org/10.29303/jppipa.v5i1.185.
Jufrida, Jufrida, Fibrika Rahmat Basuki, Wawan Kurniawan, Miko
Danu Pangestu, and Olva Fitaloka. “Scientific Literacy and
Science Learning Achievement at Junior High School.”
International Journal of Evaluation and Research in Education
8, no. 4 (2019): 630–36.
https://doi.org/10.11591/ijere.v8i4.20312.
Jumanto., Ari Widodo. “PEMAHAMAN HAKIKAT SAINS OLEH
SISWA DAN GURU SD DI KOTA SURAKARTA.” Jurnal
Komunikasi Pendidikan 2 (2018): 20–31.
Khairina, Miftah, and Nurhafiza Fitri. “Peningkatan Minat Dan Hasil
89

Belajar Siswa SDN 357 Natal Melalui Penggabungan Metode


Pembelajaran Langsung Dan Index Card Match.” Jurnal
Pendidikan Tambusai 6, no. 1 (2022): 206–13.
Mijaya, Ni Putu Anggi Putri, Anak Agung Istri Agung Rai
Sudiatmika, and Kompyang Selamet. “Profil Literasi Sains
Siswa Smp Melalui Model Pembelajaran Levels of Inquiry.”
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI)
2, no. 2 (2019): 161–72.
https://doi.org/10.23887/jppsi.v2i2.19385.
Muhammad Randy Fananta., DKK. Materi Pendukung Literasi Sains.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Mulyani, Rima, Risti Hilda Fadlika, Trisna Nur, and Sari Dewi.
“Profil Kemampuan Literasi Sains Berdasarkan Gender Di Kelas
X” 12 (2020): 104–9.
https://doi.org/10.25134/quagga.v12i2.2326.Received.
Narut, Yosef Firman, and Kanisius Supardi. “Literasi Sains Peserta
Didik Dalam Pembelajaran Ipa Di Indonesia.” Jurnal Inovasi
Pendidikan Dasar 3, no. 1 (2019): 61–69.
Narut, Yosef Firman, and Kansius Supradi. “Literasi Sains Peserta
Didik Dalam Pembelajaran Ipa Di Indonesia.” Jurnal Inovasi
Pendidikan Dasar 3, no. 1 (2019): 61–69.
Neloka., Amos Neloka. Grace Amialia A. Landasan Pendidikan
Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup.
Depok: Kencana, 2017.
Nggili, Ricky Arnold. Belajar Any Where. Bogor: Guepedia Publisher,
2016.
Niken Septantiningtyas., Rizal Lukman Hakim., Nadiya Rosmila.,
Lahirdi. Konsep Dasar Sains 1. Klaten: Penerbit Lakeisha, 2020.
Nofiana, Mufida. “Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Di
Kota Purwokerto Ditinjau Dari Aspek Konten, Proses, Dan
Konteks Sains.” JSSH (Jurnal Sains Sosial Dan Humaniora) 1,
no. 2 (2017): 77. https://doi.org/10.30595/jssh.v1i2.1682.
Novitasari, Naintyn. “Profil Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa
Calon Guru Biologi.” Biosfer : Jurnal Tadris Biologi 9, no. 1
(2018): 36–45. https://doi.org/10.24042/biosf.v9i1.2877.
90

Nugroho, Deni. “PROFIL PENGETAHUAN HAKIKAT SAINS


CALON GURU PENDIDIKAN BIOLOGI DI UNIVERSITAS
BORNEO TARAKAN Profile of Nature of Science Pre-Service
Teachers of Biology Education at Universitas Borneo Tarakan”
2, no. 1 (2020): 1–14.
Nugroho, Subur Agung. ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS
SISWA SMP BERTEMA INTERAKSI DI KABUPATEN
PURBALINGGA. Semarang: Universitas Neferi Semarang, 2017.
Nurhasanah, Nurhasanah, Jumadi Jumadi, Luh Devi Herliandry, Melta
Zahra, and Maria Enjelina Suban. “Perkembangan Penelitian
Literasi Sains Dalam Pembelajaran Fisika Di Indonesia.”
Edusains 12, no. 1 (2020): 38–46.
https://doi.org/10.15408/es.v12i1.14148.
Others, Ahmad Ali and. “Analisis Literasi Sains Siswa Kelas XI IPA
Pada Materi Hukum Dasar Kimia Di Jakarta Selatan.” Jurnal
Kimia Dan Pendidikan 1, no. 2 (2016): 152.
Panjaitan, Laila Azwani. Pengembangan Literasi Sains Di Sekolah.
Bekasi: Guepedia Publisher, 2019.
Permatasari, Putri, and Zonalia Fitriza. “Analisis Literasi Sains Siswa
Madrasah Aliyah Pada Aspek Konten, Konteks, Dan
Kompetensi Materi Larutan Penyangga.” EduKimia 1, no. 1
(2019): 53–64. https://doi.org/10.24036/ekj.v1i1.104087.
Pertiwi, Utami Dian, Rina Dwik Atanti, and Riva Ismawati.
“Pentingnya Literasi Sains Pada Pembelajaran Ipa Smp Abad
21.” Indonesian Journal of Natural Science Education (IJNSE)
1, no. 1 (2018): 24–29. https://doi.org/10.31002/nse.v1i1.173.
Pertiwi, Utami Dian, Rina Dwik Atanti, Riva Ismawati, and
Universitas Tidar. “Indonesian Journal of Natural Science
Education (IJNSE)” 01 (2018): 24–29.
Qusthalani. Pendidikan Tanpa Kertas Abad 21. Bogor: Guepedia
Publisher, 2019.
R. Ahmad Zaky El Islami., Nahadii., Ana Permata Sari. “Hubungan
Literasi Sains Dan Kepercayaan Diri Siswa Pada Konsep Asam
Basa.” Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran IPA 1, no. 1 (2015):
16–25.
Rini, Candra Puspita, Saktian Dwi Hartantri, and Aam Amaliyah.
91

“Analisis Kemampuan Literasi Sains Pada Aspek Kompetensi


Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah
Tangerang.” Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara 6, no. 2
(2021): 166–79. https://doi.org/10.29407/jpdn.v6i2.15320.
Rohana, Asrial, Zurweni. “Profil Kemampuan Literasi Sains Peserta
Didik Berdasarkan Intrumen Scientific Literacy Assesments
(SLA).” Jurnal Pendidikan Biologi Dan Sains 3 (2020): 176–85.
Rohman dkk, Saeful. Analisis Pembelajaran Fisika Kelas X Sma
Negeri Di Kota Cirebon Berdasarkan Literasi Sains, 2017.
Safrizal, Safrizal, Lenny Zaroha, and Resti Yulia. “Kemampuan
Literasi Sains Siswa Sekolah Dasar Di Sekolah Adiwiyata (Studi
Deksriptif Di SD Adiwiyata X Kota Padang).” Journal of
Natural Science and Integration 3, no. 2 (2020): 215–24.
https://doi.org/10.24014/jnsi.v3i2.9987.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode Dan Prosedur.
Jakarta: Pt. Pajar Interpratama Mandiri, n.d.
Sekolah, D I, Dasar Sumbersari, and Kota Malang. “Education and
Human Development Journal, Vol. 01. No. 01, September
2016.” Education and Human Development Journal, Vol. 01.
No. 01, September 2016 01, no. 01 (2016).
Shahida, Soya Pramesti, Arifin Maksum, and A R Supriatna. “Modul
Literasi Sains Berbasis Pembelajaran Daring.” OPTIKA: Jurnal
Pendidikan Fisika 5, no. 2 (2021): 162–71.
Sujudi, M Syahrum, Tengku Idris, and Peny Husna Handayani. “Profil
Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Islam As-Shofa Kota
Pekanbaru Berdasarkan PISA” 3, no. 1 (2020): 58–69.
Sultan, Adam Al, Harvey Henson, and Peter J. Fadde. “Pre-Service
Elementary Teachers‟ Scientific Literacy and Self-Efficacy in
Teaching Science.” IAFOR Journal of Education 6, no. 1 (2018):
25–42. https://doi.org/10.22492/ije.6.1.02.
Sumanik, Novike Bela, Evy Nurvitasari, and Lamtiar Ferawaty
Siregar. “Analisis Profil Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa
Calon Guru Pendidikan Kimia.” Quantum: Jurnal Inovasi
Pendidikan Sains 12, no. 1 (2021): 22–32.
https://doi.org/10.20527/quantum.v12i1.10215.
92

Suprayitno., Adi, and Wahid Wahyudi. Pendidikan Karakter Di Era


Milenial. Yogyakarta: Deepublish, 2020.
Suryanda, Ade. “HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA
DENGAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS,” no. June
(2019). https://doi.org/10.26877/bioma.v7i2.2804.
Suryati, Khery Yusran, Nufida Asma, Hendrawani, and Rahayu Sri.
“Identification of Science Literacy Competency of Chemistry
Teacher Candidate.” Jurnal Zarah 8, no. 1 (2020): 50–55.
Sutrisna, Nana. “Analisis Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik
SMA Di Kota Sungai Penuh.” Jurnal Inovasi Penelitianitian 1,
no. 12 (2021): 2683–94.
Syafri Milanto., Abu Zainudin., Woro Setyarsih. “Profil Kemampuan
Literasi Sains Peserta Didik SMA Di Kabupaten Pamekasan
Dalam Bahasan Fluida Statis.” Inovasi Pendidikan Fisika 10, no.
1 (2021): 59–65.
Ulva, Varicha, Ibrahim, and Sutopo. “MENGEMBANGKAN SIKAP
ILMIAH SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI EKOSISTEM.”
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan 2, no.
5 (2017): 622–26.
Windyariani, Sistiana. Pembelajaran Berbasis Konteks Dan
Kreatifitas (Strategi Untuk Membelajarkan Sains Di Abad 21).
Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2019.
Wirawan. Evaluasi:Teori ,Model ,Standar Aplikasi, Dan Propesi.
Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Wiwin Winarti., Winny Liliawati., Heni Rusnayati., Ika Mustika.
“Literasi Sains Siswa SMP Di Kota Bandung Pada Tema Alam
Semesta.” Pros Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM 1 (2016):
501–5.
Yuberti, Anatomi Saregar. Pengantar Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika Dan Sains. Bandar Lamoung: CV
Anugrah Utama Raharja, 2012.
Yukaristia. Literasi : Solusi Terbaik Untuk Mengatasi Problematika
Sosial Di Indonesia. Sukabumi: Jejak Publisher, 2019.
Yuliati, Yuyu. “Literasi Dalam Pembelajaran IPA.” Jurnal Cakrawala
93

Pendas 3, no. 2 (2017): 21–28.


Yuyu Yuliati. “Literasi Sains Dalam Pembelajaran Ipa.” Jurnal
Cakrawala Pendas 53, no. 9 (2016): 1689–99.
Zulaiha, Fanni, and Dewi Kusuma. “Analisis Kemampuan Literasi
Sains Peserta Didik SMA Di Kota Sungai Penuh.” Jurnal
Pendidikan Dan Teknologi 7, no. 2 (2021): 190–112.
94

Anda mungkin juga menyukai