Anda di halaman 1dari 109

i

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa SMP kelas VIII di SMP Negeri 20 Bandar Lampung
Smester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021)

(Skripsi)

Oleh:
Nisa Iftita Maharani

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
2

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung
Semester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021)

Oleh

NISA IFTITA MAHARANI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional


dengan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa Penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Labuhan Dalam Kecamatan
Tanjung Senang Kota Bandar Lampung. yang terdistribusi dalam sepulu kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling dan terpilihlah
siswa kelas VIII-D. metode penelitian korelasi. Data penelitian berupa data kuantitatif
yaitu berupa skor kecerdasan emosional siswa yang diperoleh melalui kegiatan
pengisian kuesioner kecerdasan emosional siswa dan skor kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang diperoleh melalui kegiatan tes materi Pythagoras.
Analisis data menggunakan uji korelasi product moment. Berdasarkan hasil penelitian,
terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional siswa dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dengan angka indeks pearson
correlation sebesar 0,507.
Kata kunci : hubungan, kecerdasan emosional siswa, kemampuan pemecahan masalah
matematis.
3

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa SMP kelas VIII di SMP Negeri 20 Bandar Lampung
Smester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021)

(Skripsi)

Oleh:
Nisa Iftita Maharani

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
4
v
vi

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nisa Iftita Maharani
NPM : 1713021025
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diakui dalam naskah ini
dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku.

Bandarlampung, 22 September 2021


Yang menyatakan,

Nisa Iftita Maharani


NPM 1713021025
vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Abung Jayo, Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada 22


September 1999. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Suradi
dan Ibu Sri Elizah. Penulis memiliki tiga adik perempuan yang bernama Annida
Ramadhani, Atina Adzka Husnia, dan Izzatul Mufidah.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Al-Muhajirin


Abung Semuli Lampung Utara pada tahun 2005, pendidikan dasar di SD Negeri
Way Lunik Abung Selatan pada tahun 2011, pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri 1 Abung Semuli pada tahun 2014, dan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri 1 Abung Semuli pada tahun 2017. Penulis diterima sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung tahun 2017 melalui jalur Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Pada tahun 2019 akhir sampai tahun 2020 akhir, penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Lunik, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten
Lampung Utara. Selain itu pada tahun 2020 penulis melaksanakan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Abung Semuli, Kabupaten
Lampung Utara.
viii

Motto
MAIN LANCAR KERJAAN KELAR

“Maka nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan”

(QS. Ar Rahman)
ix

Persembahan

Alhamdulillahirabbil‟alamin
Segala puji bagi Allah Subhanahuwata‟ala, Dzat Yang Maha Sempurna.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‟alaihi wassalam.

Dengan kerendahan hati, ku persembahkan karyaku ini sebagai tanda cinta


dan kasih sayangku kepada:

Ayahku (Suradi) dan Ibuku (Sri Elizah, S.Pd) tercinta yang telah
membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang, selalu mendoakan
dan mendukungku, serta memberikan segala sesuatu yang terbaik untukku.

Adik-adikku (Annida Ramadhani, Atina Adzka Husnia, Izzatul Mufidah)


yang telah memberikan doa, dan dukungan selama masa studiku.

Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan.

Para pendidik yang telah membagikan ilmu dan mendidik dengan penuh
kesabaran.
x

Semua temanku yang menyisihkan waktu untuk mendengarkan keluh kesahku,


yang mampu bertahan dengan sikapku, yang bersedia memberikan bantuan
saat dibutuhkan, yang selalu ada ketika aku sakit semasa studiku. Terima
kasih telah datang dikehidupan ini.

Almamater Universitas Lampung tercinta.


xi

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita
Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Siswa dengan


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021)”
disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Sri Elizah, S.Pd wanita terhebat dalam hidupku, yang mengajarkanku
kehidupan, mengasihiku dengan segenap jiwa, memberikanku perlindungan,
kekuatan dan nilai-nilai kesederhanaan.
2. Ayah Suradi laki-laki pertama yang aku kenal dengan segala tanggung
jawabnya, dorongannya untuk menjadi wanita yang kuat serta mendidik
menjadi seorang wanita yang mandiri
3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan sumbangan pemikiran,
xii

kritik, saran, perhatian, motivasi, dan memberikan semangat kepada penulis


selama menjadi mahasiswi Pendidikan Matematika maupun selama
penyusunan skripsi ini sehingga skripsi dapat disusun dengan baik.
4. Bapak Dr. Haninda Bharata M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dengan penuh kesabaran,
memberikan saran, perhatian, motivasi, dan semangat selama penyusunan
skripsi, sehingga skripsi dapat disusun dengan baik.
5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan
motivasi, kritik, dan saran dalam memperbaiki penulisan skripsi ini sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta jajaran dan stafnya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Prof. Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu dan
pengalaman belajar yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh
pendidikan.
10. Ibu Nurlena, S.Pd. selaku guru mitra di SMP Negeri 20 Bandar Lampung
yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.
11. Ibu Dra. Herawati,M.Pd.I, selaku Kepala UPT SMP Negeri 20 Bandar
Lampug beserta wakil, dewan guru, dan karyawan yang telah memberikan
kemudahan selama pelaksanaan penelitian.
12. Siswa/siswi kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester genap
tahun pelajaran 2020/2021, khususnya siswa kelas VIII-A dan VIII-D atas
perhatian dan kerja sama yang telah terjalin.
xiii

13. Teman masa kecilku, Fadilah Afifah, Azzahra Ramadhanti, Dita Apriliani
Saputri yang tidak pernah lelah mendengarkan celotehku, dan Keluarga orang
yang selalu ada untuk memberikan dukungan, motivasi dan bantuan saat aku
butuhkan, orang yang melimpahkan perhatian dan kasih sayangnya, yang
bersedia mendengarkan keluh kesahku, rasa galauku.
14. Abang serta adik sepupuku Kak Arif, Kak Khoir , Adik Amal yang selalu siap
sedia saat aku membutuhkan pertolongan
15. Teman tongkronganku Mas Bagus, Danes, Daus dan Ira, Comot, Kak Wahyu
ardhi, Salam, Haykal, Hendry Gumay, Fajri, teman teman LNR( Bang
Joshep, wahyu, jojo, bang iqbal, dkk) Mugen (fajri rafi,alvian,alfin,bang rud,
bang rob,febri, adek billy,dkk), serta teman teman yang lain yang tidak dapat
aku sebutkan satu persatu, yang selalu menasehati serta menemani
kegabutanku.
16. Mantan Pacar dan Mantan gebetan yang memotivasiku untuk jadi versi
terbaik tanpa kalian.
17. Rekan-rekan berfaedahku Cici, Mei, Yova, Ima, Helpy, Mustika dan Intan,
yang telah memberikan dukungan, semangat, dan motivasi selama masa
perkuliahan.
18. Sahabat skripsiku: Intan, Ima, Bintang yang telah memberikan semangat
untuk terus mengerjakan skripsi, dan juga menjadi pendengar yang baik dan
tempat berkeluh kesah mengenai skripsi.
19. Teman mainku Ima, Intan, Anti, dan Fia yang selalu siap jadi teman
perempuanku di saat aku terlalu sering dengan teman laki lakiku.
20. Rekan-rekan relawan PMI Kak Avin, Wahyu pacul, Kak Udin, Kak Danu,
yang sedia menerimaku saat aku ingin melakukan self-healing selain main.
21. Kakak-kakak tingkatku y Bang Awan, Kak Daryono, Kak Rexy, Kak Kevin,
kak Rio yang telah mengajarkanku banyak hal mengenai skripsi dan tidak
lelah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanku.
22. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika FKIP Universitas
Lampung angkatan 2017 kelas A dan B yang telah memberikan kebersamaan
dan bantuan.
xiv

23. Kakak-kakak seperjuangan Pendidikan Matematika FKIP Unila angkatan


2014, 2015 dan 2016 serta adik-adik angkatan 2018, 2019, dan 2020 yang
telah memberikan dukungan, motivasi, dan kebersamaannya.
24. Pak Mariman yang telah memberikan bantuannya dan perhatiannya selama
ini.
25. Almamater Universitas Lampung tercinta.

Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Aamiin Ya Robbal „Aalamiin.

Bandarlampung, Agustus 2021


Penulis,
xv

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ..............................................................................................................2
MENGESAHKAN ................................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ........................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii
Persembahan ........................................................................................................ ix
SANWACANA ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................7
A. Kajian Teori ...............................................................................................7
1. Pemecahan Masalah Matematis ................................................................7
2. Kecerdasan Emosional ............................................................................10
B. Definisi Operasional ................................................................................16
C. Kerangka Pikir .........................................................................................16
D. Anggapan Dasar ......................................................................................19
E. Hipotesis Penelitian .................................................................................19
xvi

III. METODE PENELITIAN .............................................................................20


A. Populasi dan Sampel ...............................................................................20
B. Desain Penelitian .....................................................................................20
C. Prosedur Pelaksaan Penelitian .................................................................21
D. Data Penelitian ..............................................................................................22
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................22
F. Instrumen Penelitian ......................................................................................24
1. Uji Validitas Instrumen Tes....................................................................28
a. Validitas Tes ............................................................................................28
b. Reabilitas .................................................................................................28
c. Daya Pembeda .........................................................................................30
d. Tingkat Kesukaran ..................................................................................31
1. Instrumen Non-Tes ..................................................................................32
G. Teknik Analisis Data ...............................................................................35
1. Uji Normalitas Data .................................................................................36
2. Uji Linieritas ............................................................................................37
IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN .............................................40
A. Hasil Penelitian........................................................................................40
1. Analisis Data Kecerdasan Emosional Siswa ...........................................40
2. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ........41
2. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................................42
B. Pembahasan .............................................................................................44
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................46
A. Simpulan ..................................................................................................46
B. Saran ........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................47
LAMPIRAN A......................................................................................................50
LAMPIRAN B ......................................................................................................64
LAMPIRAN C......................................................................................................89
xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Kisi-Kisi Kecerdasan Emosional……………………………………...... 25
3.2 Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika………………. 26
33 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis….… 27
3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas……………………………….……….… 29
3.5 Interpretasi Daya Pembeda..................................................................... 30
3.6 Interpretasitingkat Kesukaran................................................................. 31
3.7 Rekapitulasi Hasil………………………………………………………. 32
3.8 Interpretasi Validitas Instrumen Non Tes………………………….…… 34
3.9 Kriteria Koefisien Reabilitas Non Tes………………………………….. 35
4.1 Pengelompokkan Data Kecerdasan Emosional…………………….…... 40
4.2 Pengelompokkan Data Kemampuan Pemecahan Masalah……….…….. 41
xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A.1 Kisi-kisi Kuisioner Kecerdasan Emosional…………………………..… 51
A.2 Angket Kecerdasan Emosional Siswa…….…………………………….. 52
A.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika…………………………………………….……… 54
A.4 Soal Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis……………………………………………………... 55
A.5 Pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa…………………………………………………............. 57
A.6 Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis……………………………………………………... 59
B.1 Form Validitas Instrumen…………………………………………….… 65
B.2 Hasil Validitas Uji Coba Soal Uraian Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika…………………………………………….…….... 67
B.3 Hasil Reliabilitas Uji Coba Soal Uraian Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika…………………………………………….……… 68
B.4 Hasil uji Daya Pembeda Butir soal……………………………………... 69
B.5 Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal….…………………………............ 71
B.6 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Angket Kecerdasan Emosional…… 73
B.7 Hasil Reliabilitas Uji Coba Instrumen Angket Kecerdasan
Emosional Reliability Statistics………………………............................ 74
B.8 Hasil Uji Normalitas……………………………………………………. 75
B.9 Hasil Uji Linieritas……………………………………………………… 76
B.10 Hasil Regresi Linear dan Uji Analisis Data…………………………….. 77
xix

B.11 Data Dan Kriteria Pengelompokan Data Kecerdasan Emosional………. 79


B.12 Data Skor Soal Uraian Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika …………………………………………………………….. 81
B.13 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis……………………………………………………………….. 87
C.1 Surat Penelitian…………………………………………………………. 90
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peran besar dalam


meningkatkan Kualitas pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Afrilianto
dan Tina (2014: 45) yang menyatakan bahwa matematika sebagai salah satu
disiplin ilmu yang mempunyai peran besar dan memiliki manfaat dalam berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas, mata pelajaran
matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok pada setiap jenjang
pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan matematika di semua jenjang
pendidikan, termasuk pada jenjang pendidikan menengah. Matematika merupakan
mata pelajaran nasional yang sudah diajarkan sejakjenjang sekolah dasar.
Matematika memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemampuan kognitif
maupun keterampilan lain.

Dalam proses belajar matematika maka kita tak lepas dari kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa, menurut Bell dalam Widjajanti (2009: 404) hasil
penelitiannya menunjukan bahwa strategi-strategi pemecahan masalah yang
umumnya dipelajari dalam pembelajaran matematika diaplikasikan dalam situasi
pemecahan masalah yang lain. Kemampuan pemecahan masalah pada dasarnya
sangat diperlukan siswa baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (2000: 36) yang mengatakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah adalah suatu keterampilan pada peserta didik
agar mampu menggunakan kegiatan matematis untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
2

Faktanya kemampuan pemecahan masalah siswa di Indonesia masih kurang baik


Hal ini terlihat pada hasil Programme for International Student Assement (PISA)
(OECD, 2019: 7) menyatakan peringkat Indonesia masih tergolong rendah untuk
bidang matematika, yaitu 72 dari 78 negara. Dalam soal-soal PISA terdapat
delapan ciri kemampuan kognitif matematika, yaitu thinking and reasoning,
argumentation, communication, modelling, problem posing and solving,
representation, using symbolic, formaland technical language and operations,
and use of aids and tools. Selain itu, hal ini juga terlihat dari hasil survey Trends
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 45 dari 50 negara dengan
skor rata-rata 397. Dari hasil PISA dan TIMSS menunjukkan bahwa rendahnya
kemampuan siswa Indonesia dalam memahami informasi yang kompleks, teori,
memecahkan masalah, pemakaian alat, prosedur, serta melakukan investigasi.

Dalam memecahkan masalah, siswa melakukan proses berfikir dalam benak


mereka sehingga siswa dapat sampai pada jawaban, sebuah laporan dari National
Center for Clinical Infant Programs dalam Ventini (2018:167) menyatakan
bahwa keberhasilan siswa disekolah bukan diramalkan oleh kumpulan fakta siswa
atau kemampuan dirinya untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran
emosional dan sosial. Dalam menghadapi suatu masalah matematika juga
melibatkan kecerdasan emosional dalam mengatasi maupun menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan kepada siswa.

Mayer dalam Murdiana (2015:6) mengemukakan bahwa pemecahan masalah


lebih penting diajarkan untuk siswa daripada hanya memberikan masalah-masalah
rutin yang hanya memuat kaitan antara kognitif dengan suatu prosedur
penyelesaian yang pasti. Kemampuan pemecahan masalah merupakan
kemampuan kognitif tingkat tinggi (meta- cognitif) yang melibatkan bukan hanya
pengetahuan, pemahaman, aplikasi tetapi juga analisis dan sistesis. Kemampuan
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika menekankan pada
penguasaan siswa yang mendalam tentang konsep-konsep matematika yang
3

dipelajari di sekolah serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-


hari. Dalam hal ini siswa dilatih keterampilan matematika, mulai dari tingkat
dasar sampai tingkat tinggi.

Kecerdasan emosional siswa sangat dibutuhkan karena degan kecerdasan


emosional yang dimilikinya, ia akan mudah memberikan motivasi kepada dirinya
agar mampu mencari solusi terbaik dalam suatu masalah ini sejalan dengan
pendapat Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf (2010: 71) kecerdasan
emosionallah yang memotivasi seseorang untuk mencari manfaat dan
mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah apa yang
dipikirkan menjadi apa yang dijalani. Stein dan E. Book dalam Uno (2006)
menjelaskan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan,
meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami
perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam
sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Hal ini sejalan dengan
yang diungkapan oleh Goleman (2003:512). Dimana kecerdasan emosional
merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi pada
diri sendiri dan dalam hubungan dengan oranglain. Selanjutnya kecerdasan
emosional akan dapat mempunyai beberapa pengaruh pada pembuatan keputusan,
pemecahan masalah, dan cara-cara dalam berinteraksi dengan orang lain serta
dalam kreativitas dan berinovasi dalam lingkungan pendidikan.

Aunurrahman dalam Rospitasari (2017:2) menyatakan bahwa kecerdasan


emosional tidak kalah pentingnya dengan kecerdasan akademik, dimana
kecerdasan emosional justru lebih banyak menentukan sikap positif seseorang,
kemampuan melihat masalah, kemampuan mengatasi kegagalan dan akan
mencapai kesuksesan. Dengan demikian kecerdasan emosional akan memberikan
kekuatan kepada setiap individu untuk mencapai kesuksesan itu.
4

Berdasarkan hasil penelitian Rahma (2017) dalam skripsinya yang berjudul


“Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas V sd Negeri 4 Metro Pusat.” ada hubungan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar siswa dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,600 dengan nilai thitung> ttabel yaitu 4,94 > 2,000. Adapun hasil penelitian dari
Asyhar (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan antara Kecerdasan
Emosional dengan Hasil Belajar Matematika di SMP PGRI Sedati”.
Menunjukkan bahwa ada adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar matematika siswa di kelas VIII-D SMP PGRI 7
Sedati. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis korelasi product moment
diperoleh rhitung = 0,46. Hasil perhitungan tersebut lebih besar dari nilai rtabel =
0,32 (rhitung 0,46 > rtabel 0,32), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan dan positif antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar
matematika pada materi pecahan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung didapat hasil bahwa perilaku siswa di kelas
menunjukkan kecerdasan emosional siswa dan tentu saja setiap siswa mempunyai
kecerdasan emosional yang berbeda-beda. Kondisi emosional siswa kelas VIII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung stabil, yang ditunjukkan dengan (1) siswa dapat
mengenali emosi dirinya sendiri, saat marah siswa dapat mengetahui alasan dia
marah dan mampu mengendalikan amarahnya dengan baik, dan mengungkapkan
amarahnya dengan tepat tanpa berkelahi, (2) siswa mampu berinteraksi dengan
baik dengan teman sekelasnya, mau membantu temannya yang kesusahan dan
mau menerima sudut pandang orang lain, (3) Siswa memiliki motivasi belajar
yang baik dan memiliki keberanian serta keyakinan dalam mengerjakan suatu hal,
(4) sebagian siswa dapat fokus dan memusatkan perhatian pada tugas yang
diberikan. Namun tentu saja ada siswa yang kurang bisa untuk mengendalikan
emosinya, siswa tidak mudah bergaul, kurang memperdulikan lingkungan
sekitarnya, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, motivasi belajar yang
kurang, tidak memiliki keberanian dan keyakinan dalam melakukan sesuatu.
5

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika
kelas VIII, sebagian siswa sering kali mudah menyerah menghadapi soal-soal
yang sulit, di mana pada soal tersebut siswa dituntut untuk memecahkan masalah
matematis. Kurangnya kemampuan berprikir kritis, dan kreatif dalam proses
menemukan solusi dalam memecahkan masalah matematis. motivasi dalam
belajar, apabila diberi soal-soal pemecahan masalah maka hasil yang diperoleh
setelah dikoreksi memberikan hasil yang memuaskan. Berbeda dengan siswa yang
kurang memiliki motivasi dalam menyelesaikan masalah matematika mereka
cenderung tidak berusaha mencoba bahkan menunggu siswa lain untuk
mengerjakan terlebih dahulu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa masih
kurang memotivasi diri sendiri untuk dapat memahami dan menyelesaikan soal
yang diberikan oleh guru. Seperti yang kita ketahui bahwa matematika merupakan
mata pelajaran yang tidak disukai oleh banyak siswa, karena siswa sudah lebih
dahulu beranggapan bahwa matematika itu sulit dan tidak mudah untuk dipahami.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung masih tergolong
rendah dan perlu mencari tahu faktor yang menyebabkan kurangnya kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa terutama faktor internal berupa motivasi
belajar yang datang dari diri siswa, kemampuan siswa berinteraksi, tanggung
jawab siswa, keyakinan diri dan keberanian siswa yang merupakan bagian dari
kecerdasan emosional siswa

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat hubungan kecerdasan emosional dengan


kemampuan pemecahan masalah matematika, namun masih perlu pembuktian
secara ilmiah. Karena pada saat ini proses pembelajaran tanpa kecerdasan
emosional yang baik, pembelajaran tidak akan berlangsung efektif dan materi
yang disampaikan kepada siswa tidak maksimal. Hal inilah yang mendorong
peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2020/2021”.
6

B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
antara kecerdasan emosional dengan kemampuan pemecahan masalah matematis
pada siswa

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini ada dua yakni:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan
keilmuan khususnya pada mata pelajaran matematika terkait kecerdasan
emosional.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan dalam
mengembangkan proses pembelajaran dan dapat menjadi sumber kajian dan
masukan bagi penelitian sejenis dimasa depan
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemecahan Masalah Matematis

Hamalik (2008:151) menyatakan bahwa masalah pada hakikatnya merupakan


bagian dalam kehidupan manusia. Tiap orang tak pernah luput dari masalah, baik
yang bersifat sederhana maupun rumit. Masalah yang sederhana dapat dijawab
melalui proses berfikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit
memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada
hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengundang jawaban. Ini berarti
pemecahan masalah suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri
individu yang hendak memecahkan masalah tersebut. Sumardyono (2010:1)
menyatakan bahwa kata “problem” berkaitan erat dengan suatu pendekatan
pembelajaran yaitu pendekatan problem solving. Dalam hal ini tidak setiap soal
dapat disebut problem atau masalah. Ciri-ciri suatu soal disebut “problem” dalam
perspektif ini paling tidak memuat 2 hal yaitu: 1) Soal tersebut menantang
pikiran (challenging), 2) Soal tersebut tidak otomatis diketahui cara
penyelesaiannya (nonroutine).

Sejalan dengan itu, menurut Murdiana (2015:2) masalah merupakan suatu bentuk
pertanyaan yang mengandung gap (kesenjangan) antara kondisi yang ada (hal
yang diketahui) dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan menurut Krulik dan
Rudnik dalam Lidinillah (2009:2) menyatakan bahwa masalah adalah suatu
situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu
8

pemecahan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang
langsung dapat menentukan solusinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah


(problem solving) adalah suatu usaha atau aktifitas yang berhubungan dengan
proses, seperti berfikir kritis, kreatif, reflektif dengan mencari masalah yang
dihadapi dan menemukan solusi atau jalan keluar dari masalah tersebut dengan
kemampuan yang mereka miliki.

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman (2012:202) matematika


adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berpikir. Sejalan dengan itu, Susanto (2013:183) berpendapat
bahwa matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Matematika
merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep
matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol
itu. Sementara itu, Paling dalam Abdurrahman (2012:203) berpendapat bahwa
matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang
dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan
tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri
manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu


bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, yang berisi bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berpikir, serta cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi
manusia.
9

Menurut Mayer dalam Murdiana (2015:6) menyatakan bahwa pemecahan


masalah lebih penting diajarkan untuk siswa daripada hanya memberikan
masalah-masalah rutin yang hanya memuat kaitan antara kognitif dengan suatu
prosedur penyelesaian yang pasti. Kemampuan pemecahan masalah merupakan
kemampuan kognitif tingkat tinggi (meta-cognitif) yang melibatkan bukan hanya
pengetahuan, pemahaman, aplikasi tetapi juga analisis dan sintesis. Sejalan
dengan itu, Abdurrahman (2012:208) berpendapat bahwa dalam menghadapi
masalah matematika khususnya soal cerita, siswa harus melakukan analisis dan
interpretasi informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan.
Dalam memecahkan masalah matematika, siswa harus menguasai cara
mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan pemecahan
masalah dalam berbagai situasi baru yang berbeda-beda.

Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah matematika menurut


Rospitasari, dkk (2017:4) yaitu (1) mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui,
ditanyakan, dan kecukupan informasi, (2) merumuskan masalah matematis atau
menyusun model matematis, (3) menerapkan strategi untuk memecahkan masalah
matematis, (4) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian
masalah.Sementara menurut Kennedy seperti yang dikutip oleh Lovitt dalam
Abdurrahman (2012:208) menyarankan empat langkah proses pemecahan
masalah matematika, yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan
pemecahan masalah, (3) melaksanakan pemecahan masalah, dan (4) memeriksa
kembali. Sama halnya, pendapat Winarno (2009:205) mengenai langkah-langkah
dalam menyelesaikan masalah, yaitu (1) pemahaman terhadap masalah, (2)
perencanaan penyelesaian masalah untuk mempermudah penyelesaian digunakan
strategi penyelesaian, (3) pelaksanaan perencanaan, (4) melihat kembali
penyelesaian. Dalam menyelesaikan masalah memerlukan waktu dan
berkelanjutan dalam proses berpikir.
10

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah


matematika menekankan pada penguasaan siswa yang mendalam tentang
konsepkonsep matematika yang dipelajari di sekolah serta mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, serta menggunakan
keterampilan pemecahan masalah dalam berbagai situasi baru yang berbeda-beda.
Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah matematika yaitu (1)
memahami masalah dengan cara mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui,
ditanyakan, dan kecukupan informasi, (2) merencanakan pemecahan masalah
dengan cara merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis,
(3) melaksanakan pemecahan masalah dengan cara menerapkan strategi untuk
memecahkan masalah matematis, (4) memeriksa kembali hasil penyelesaian
masalah.

2. Kecerdasan Emosional

Kosasih dan Sumarna dalam Rahma (2017:10) berpendapat bahwa kecerdasan


adalah suatu kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah,
menyelesaikan suatu masalah, memperoleh pengetahuan, menguasai lingkungan
secara efektif, serta menggunakan pengalaman masa lalu untuk mewujudkan
suatu perubahan dalam diri ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan itu, Chatib
(2011:76) berpendapat bahwa kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak
seseorang sampai orang itu menemukan kondisi akhir terbaiknya. Terkadang,
kondisi akhir terbaik seseorang ini tidak terbatas pada satu kondisi saja. Penulis
novel terlaris di dunia, J.K.Rowling, menemukan kondisi akhir terbaik sebagai
penulis pada usia 43 tahun dan terus berkembang. Sementara Susanto (2016:15)
mengemukakan bahwa kemampuan kecerdasan seseorang sangat mempengaruhi
terhadap cepat atau lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan
atautidaknya suatu permasalahan. Selain itu, kecerdasan siswa juga sangat
membantu guru untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran
yang diberikan serta untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti
pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnnya.
11

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan kecerdasan merupakan proses kerja


otak seseorang dalam berpikir dan bertindak secara terarah, menyelesaikan suatu
masalah, memperoleh pengetahuan, menguasai lingkungan secara efektif, serta
menggunakan pengalaman masa lalu untuk mewujudkan suatu perubahan dalam
diri ke arah yang lebih baik. Selain itu, kecerdasan pada siswa sangat membantu
guru untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang
diberikan serta untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran
yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnnya.

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi. Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary
mendefinisikan emosi sebagai “emotion is strong feeling such as jay, fear, or
hate”. artinya emosi merupakan perasaan yang kuat seperti gembira, cinta, takut
atau benci. Emosi bisa pula diartikan sebagai setiap kegiatan atau pergolokan
pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan yang hebat atau meluap-luap. Hal ini
sejalan dengan pendapat Goleman (2002:409) Emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut Wiliam James dalam
marliany (2004:225) mengatakan bahwa emosi adalah hasil presepsi seseorang
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Menurut Crow & Crow dalam
Djali (2004:37) emosi adalah pengalaman yang afektif yang disertai oleh
penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keaadaan mental dan psikologi
sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah
laku.

Emosi berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia adalah luapan perasaan yang
berkembang dan surut diwaktu singkat, keadaan dan reaksi psikologis dan
fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberenian, yang
bersifat subjektif2, sedangkan beradasarkan kamus psikologi emosi adalah satu
12

reaksi komplek yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-
perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat, atau disertai
keadaan afektif. Kleinginna & Kleinginna dalam Wahab (2016) mengungkapkan
emosi adalah suatu reaksi komplek yang melibatkan keinginan dan perubahan
yang mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat. Sementara
Syamsuddin, menyatakan emosi merupakan suasana yang komplek dan getaran
jiwa yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu prilaku

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu


gerakan untuk mengeluarkan perasaan tertentu yang bergejolak hebat atau
meluap-luap dan dialami seseorang serta berpengaruh pada kehidupan manusia.
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh
psikolog Peter Saloveydari Harvard University dan John Mayer dari University of
New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya
penting bagi keberhasilan. Menurut ronni (2011:84) Kecerdasan emosional adalah
kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri (self awarensess) dan orang
lain (empathy). Dan kepekaan dalam mengelola perasaan-perasaan ini kemudian
menjadi kerangkadalam berperilaku, bersosialisasi atau mengambil keputusan
yang terjadi. Goleman (2003:45) menyatakan kecerdasan emosional adalah
kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.

Azwar (2014:1) mengemukakan bahwa Kecerdasan emosi mengisyaratkan bahwa


antara pikiran dan perasaan tidak terpisahkan, melainkan berintegrasi dan
berkesinambungan. Istilah kecerdasan emosi terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan
dan emosi. Kata kecerdasan dalam istilah latin dikenal sebagai intelectus dan
inteligentia yang erat kaitannya dengan kemampuan berfikir sebagain sumber
tunggal pengetahuan sejati. Dalam bahasa inggris kecerdasan dikenal dengan
istilah intelligence atau bahasa Indonesia umumnya disebut inteligensi.
13

Sedangkan, Salovey dan Mayer dalam dalam Prawira (2016:160) menggunakan


istilah kecerdasan emosional untuk menggambarkan sejumlah keterampilan yang
berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang
lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan
meraih tujuan kehidupan. Sementara menurut Agustian (2005:42) kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosional Anda
adalah pada kejujuran suara hati Anda. Suara hati itulah yang harusnya dijadikan
pusat prinsip yang mampu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta
kebijaksanaan menurut Covey, “Disinilah Anda berurusan dengan visi dan nilai
Anda. Di sinilah Anda gunakan anugerah Anda, kesadaran diri (self awareness)
untuk memeriksa peta diri Anda, dan jika Anda menghargai prinsip yang benar,
maka paradigma Anda sesungguhnya berdasarkan pada prinsip dan kenyataan di
mana suara hati berperan sebagai kompasnya”. Namun bagaimana cara untuk
memperoleh dan mengenal suara hati sejati itu?
ٍَ َ‫) ٍاِ ْق َر ْأبِا ْس ِم َرب َكالَّ ِذ ْي َخل‬
(۲ ٍ‫)) َخلَقَ ْال ْن َسانَ ِم ْن َعلَق‬۱ٍ ‫ق‬

۵ٍ (۴ ‫ ) الَّ ِذ ْي َعلَّ َمبِ ْالقَلَ ٍِم‬۳

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang
Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al „Alaq 96:1-5)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional


adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi
frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan menjaga agar beban tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir, berempati dan berdoa, serta dapat mengelola perasaan untuk memotivasi,
merencanakan, dan meraih tujuan kehidupan sehingga mampu memberi rasa
aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.
14

Menurut Salovey dalam Goleman (2003:56-59) membagi kecerdasan emosional


ke dalam 5 (lima) komponen yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

a. Mengenali Emosi Diri


Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar
kecerdasan emosional, kemampuan memantau perasaan dari waktu ke waktu
merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Para ahli
psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (2007) kesadaran diri adalah
waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang
waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai
oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun
merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga
individu mudah menguasai emosi.

b. Mengelola Emosi
Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan
yang bergantung pada kesadaran diri. Sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu. Menjaga agar sifat emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan
kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini
mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.

c. Memotivasi Diri Sendiri


Kemampuan memotivasi diri, terwujud dalam kemampuan menggunakan hasrat
diri yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju tujuan atau
sasaran. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting data kaitan untuk memberi perhatian, untuk motivasi diri sendiri dan
untuk berkreasi. Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri
15

individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan
dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang
positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d. Mengenali Emosi Orang Lain


Kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan
keterampilan bergaul. Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut
juga empati. Menurut kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga
ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan
orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

e. Membina Hubungan
Seni membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola
emosi orang lain. Ini merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina
hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit
juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat
dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun.
Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar
pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi
teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi. Ramah tamah,
baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif
bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauh mana
kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal
yang dilakukannya. Tentu saja, kemampuan orang berbedabeda dalam wilayah-
wilayah ini, beberapa orang diantara kita barangkali amat terampil menangani
kecemasan diri sendiri tetapi agak kerepotan meredam kemarahan orang lain.
16

B. Definisi Operasional

Dengan memperhatikan batasan masalah, ada beberapa istilah yang perlu


dijelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembaca
yaitu sebagai berikut.

1. Kecerdasan Emosional (variabel X)


Kecerdasan emosional adalah kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi
diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan
tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa

2. Kemampuan pemecahan Masalah Matematika (variabel Y)


Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan kognitif tingkat tinggi
(meta-cognitif) yang melibatkan bukan hanya pengetahuan, pemahaman, aplikasi
tetapi juga analisis dan sintesis. Kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika menekankan pada penguasaan siswa yang mendalam
tentang konsep-konsep matematika yang dipelajari di sekolah serta mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Kerangka Pikir

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa merupakan kemampuan yang


harus dimiliki siswa dan harus dikembangkan karena dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis, seorang siswa dapat mengembangkan dan
memperdalam pemaha manantar konsep matematis dengan membuat,
membandingkan, dan menggunakan berbagai pemecahan masalah. Matematika
merupakan salah satu pelajaran yang penting dan dianggap paling sukar oleh
siswa, sehingga siswa terkesan takut pada pelajaran matematika. Matematika
tidak dapat terpisah dari masalah-masalah yang membutuhkan tahap penyelesaian
yang sistematis, menuntut siswa memiliki kemampuan berpikir menggunakan
17

logikanya dalam menyelesaikan masalah. Matematika menuntut siswa untuk


mampu merepresentasikan ide dan gagasan untuk dapat menemukan solusi dari
permasalahan yang diberikan, karena dengan pemecahan masalah dapat membuat
masalah yang rumit menjadi lebih sederhana.

Untuk mampu melakukan pemecahan masalah, siswa harus terlebih dahulu


membuang rasa takutnya terhadap matematika, karena rasa takut akan
menciptakan sikap pesimis. Apabila siswa memiliki sikap pesimis, maka siswa
akan selalu takut dan enggan mencoba untuk menyelesaikan soal yang dianggap
susah, padahal bisa saja soal tersebut menjadi sederhana jika direpresentasikan ke
bentuk yang lain. Hal itu dapat menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. pemecahan masalah matematis membantu siswa saat
ingin mengungkapkan, mengkomunasikan, menyajikan, memperjelas ide,
pemahaman dan argument mereka untuk merencanakan suatu penyelesaian
masalah. Menyadari pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis bagi
siswa maka perlu mencari tahu faktor yang memengaruhi kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal berkaitan dengan kecerdasan, minat dan motivasi. Faktor
kecerdasan meliputi Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional siswa.

Kecerdasan emosional atau emotional intelligence atau EQ ( Emotional Quetient)


adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri sendiri terhadap keadaan
yang sedang terjadi dalam dirinya, baik mengenai perasaan yang muncul pada diri
siswa atau suasana hati ketika menanggapi sebuah rangsangan yang datang.
Keberhasilan hidup lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional, yaitu
aspek-aspek yang berkaitan dengan kepribadian. Terdapat beberapa penelitian
yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memengaruhi keberhasilan
seseorang baik dalam bidang akademik, belajar, pencapaian prestasi, bekerja
ataupun dalam membina hubungan dengan orang lain. Salah satu aspek
18

kecerdasan emosional siswa adalah kemampuan memotivasi diri. Apabila siswa


memiliki motivasi belajar yang baik, memiliki keberanian dan keyakinan diri
yang baik akan mempermudah siswa untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk
tertulis ke model matematika untuk menemukan solusinya. Apabila seorang siswa
memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka siswa akan memiliki keberanian
lebih untuk merepresentasikan ide atau gagasannya untuk menyelesaikan masalah
matematika.

Kecerdasan emosional siswa dan kemampuan pemecahan masalah matematis


siswa memegang peranan penting, karena kecerdasan emosional membantu siswa
untuk mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan
(kerja sama) dengan orang lain. Sedangkan, dengan kemampuan pemecahan
masalah,siswa dapat mengubah masalah matematika yang sulit ke bentuk yang
lebih sederhana sehingga dapat dengan mudah dicari solusinya. Kecerdasan
emosional siswa mampu mendorong siswa untuk memiliki keberanian
merepresentasikan ide dan gagasannya dalam bentuk lisan dan tulisan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional turut
memberikan peran yang bermanfaat dalam mengelola pikiran dan perasaan untuk
dapat memotivasi diri saat pembelajaran matematika. Untuk itu, belajar
matematika perlu adanya kerja sama yang baik antara kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang
penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa agar siswa memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematis yang baik.
19

D. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.


1. Seluruh siswa memiliki kecerdasan emosional yang berbeda dan menerima
materi pembelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum
2013.
2. Faktor-faktor lain yang memberikan hubungan terhadap pemecahan
matematis selain kecerdasan emosional diabaikan

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam
penelitian ini adalah hubungan antara kecerdasan emosional dengan kemampuan
pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar
Lampung.

Adapun hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:


Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri
Bandar Lampung.
20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021 di


SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang terletak di Jalan R.A Basyid Labuhan
Dalam Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang
terdistribusi dalam 10 (sepuluh) kelas yaitu kelas VIII A hingga VIII J dan
berjumlah 306 siswa. Dari 10 kelas diambil satu kelas sebagai sampel penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak karena setiap individu pada populasi berada pada
sub-populasi yang telah terbentuk berupa kelas (Sugiono,2015: 122). Secara
random, terpilih kelas VIII D yang berjumlah 26 siswa sebagai sampel penelitian.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Peneliti menggunakan metode


penelitian ex post facto korelasi, disebut demikian karena data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berasal dari data yang sudah ada sehingga penelitiannya
menggunakan metode penelitian ex post facto. Penelitian ex post facto menurut
Sarwono (2006:82) adalah suatu penelitian yang menghasilkan tingkat pemahaman
persoalan yang dikaji pada tataran permukaan berdasarkan pengalaman dan/atau
studi kasus dimana peneliti berusaha mengidentifikasi variabel-variabel penting
dan hubungan antar variabel tersebut dalam situasi permasalahan tertentu.
21

Dikatakan penelitian korelasi karena penelitian ini dilakukan pada saat ingin
mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: Variabel bebas yang dilaksanakan
adalah kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar
Lampung, dan kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung

C. Prosedur Pelaksaan Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan dalam beberapa tahapan. Urutan pelaksanaan
penelitian yaitu:

1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah:

a. Melakukan observasi untuk melihat populasi penelitian.


Observasi dilakukan pada hari Senin, 30 November 2020 dengan Ibu Nurlena,
S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 20 Bandar Lampung.
Berdasarkan observasi ini diperoleh data populasi kelas VIII terdistribusi dalam 10
kelas dan diajar oleh 2 guru matematika, serta telah menerapkan Kurikulum 2013.

b. Menentukan sampel penelitian


Menentukan sampel menggunakan teknik cluster random sampling terpilihlah 26
respondendari kelas VIII D yang diajar oleh ibu Nurlena, S.Pd.
c. Menyusun proposal dan instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian.
d. Menyusun perangkat instrumen tes yang digunakan.
e. Melaksanakan seminar proposal penelitian.
f. Melakukan uji coba instrumen tes kepada 26 siswa
g. Melakukan analisis uji reliabilitas instrumen,
22

2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan dilakukan pada tanggal 02 Juni 2021 dengan kegiatan:
a. Melaksanakan penelitian dengan membagikan instrument angket kepada
sampel penelitian
b. Melakukan tes untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa pada

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap akhir adalah:


a. Mengumpulkan data sampel yaitu hasil angket dan kuisioner
b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
c. Membuat kesimpulan dan menyusun laporan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, disusun menjadi


laporan hasil penelitian.

D. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data kuantitatif kemampuan pemecahan masalah


matematis. Data diperoleh melalui tes pemecahan masalah matematis dan
pengisian kuisioner.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Sugiyono (2015:193) adalah cara-cara yang


digunakan untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kuesioner (Angket)
Kuesioner menurut Sugiyono (2015:193) merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
23

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik


pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner
juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah
yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka,
dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau
internet.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui kuesioner, bermaksud


untuk mengungkap dan mendapatkan data mengenai kecerdasan emosional. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert. Menurut Riduwan (2015:12)
skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial
ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian
sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk
membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu
dijawab oleh responden. Setiap jawab dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau
dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata berikut.

Namun dalam skala kecerdasan emosional yang peneliti gunakan hanya


menyediakan 4 (empat) alternatif jawaban, yaitu dengan meniadakan jawaban
ragu-ragu/netral, dengan alasan: (1) kategori indecisided, yaitu mempunyai arti
ganda, bisa juga diartikan netral atau ragu-ragu, (2) dengan tersedianya jawaban di
tengah, menimbulkan kecenderungan jawaban di tengah (central tendency effect),
(3) maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat kecenderungan
pendapat responden ke arah tidak sesuai, sehingga dapat mengurangi data
penelitian yang hilang.
24

Sistem penilaian skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Item
Favorable: sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1), (b)
Item Unfavorable: sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3), sangat tidak setuju
(4), ( Nadhirin, 2010).

2. Tes
Menurut Arikunto (2010:266) untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya
kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Instrumen yang berupa tes ini dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika di
SMP Negeri 20 Bandar Lampung di Bandar Lampung semester genap tahun
pelajaran 2020/2021. Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh
Rospitasari, dkk (2017:4) untuk memperoleh data tentang kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa diperoleh dari tes yang diberikan oleh peneliti. Tes
berupa soal uraian. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika yaitu
(1) mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan
informasi; (2) merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis;
(3) menerapkan strategi untuk pemecahan masalah matematis; dan (4) menjelaskan
atau menginterpretasikan hasil pemecahan masalah.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Riduwan (2015:78) instrumen Penelitian digunakan untuk mengukur nilai


variabel yang akan diteliti. Jumlah instrumen yang digunakan tergantung pada
jumlah variabel yang diteliti. Apabila variabel penelitiannya ada tiga, maka jumlah
instrumen yang akan digunakan juga tiga. Di sini peneliti menggunakan dua
variabel penelitian, maka jumlah instrumen yang digunakan juga dua. Instrumen
penelitian ada yang dibuat oleh peneliti dan ada juga yang sudah dibakukan oleh
para ahli, karena instrumen penelitian ini akan digunakan untuk melakukan
pengukuran yang bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang tepat dan
akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala yang jelas. Berikut ini akan
disajikan tentang instrumen dan kisi-kisi penelitian berikut.
25

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kecerdasan Emosional

No Indikator Tujuan Indikator Nomor Item Jumlah


Pernyataan Pernyataan
positif negative
1 Mengenali Mengenali dan 1,3 2,4 4
emosi diri memahami emosi diri
sendiri dan penyebab
timbulnya emosi
2 Mengelola Mengendalikan emosi 5,7 6,8 4
emosi diri dan mengekspresikan
emosi dengan tepat.
3 Memotivasi Memiliki rasa 9,11 10,12 4
tanggung jawab,
diri sendiri
mampu memusatkan
perhatian pada tugas
yang dikerjakan, dan
mampu mengendalikan
diri.
4\ Mengenali Peka terhadap 13,15 14,16 4
emosi orang perasaan orang lain,
Lain mendengarkan
masalah orang lain
5 Membina Bekerja sama dan 17,19 18,20 4
hubungan dapat berkomunikasi
dengan dengan baik.
orang

lain
26

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kompetensi Indikator Jenis Tes Jumlah Nomor


Dasar Soal Soal
3.6 Menjelaskan Menentukan nilai Uraian 3 1,2,5
dan yang belum
membuktikan diketahui pada soal
teorema yang berkaitan
Pythagoras dan dengan teorema
tripel Pythagoras.
Pythagoras. Menyelesaikan soal uraian 2 3,4
4.6 cerita yang berkaitan
Menyelesaikan dengan teorema
masalah yang Pythagoras.
berkaitan
dengan
teorema
Pythagoras dan
tripel
Pythagoras
Jumlah 5 5

Untuk memberikan batasan ketika melakukan penyekoran terhadap soal uraian


diperlukan pedoman penyekoran yang berisi kriteria-kriteria dari kemungkinan
jawaban yang diharapkan. Adapun penilaian kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dilakukan sesuai pedoman penskoran yang disajikan pada Tabel
3.3.
27

Tabel 3.3 Pedoman penskoran kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Aspek Yang Keterangan Skor


Dinilai
Memahami Siswa tidak menyebutkan apapun 0
Masalah Siswa menuliskan data/konsep/ 1
pengetahuan yang tidak berhubungan
dengan masalah yang diajukan sehingga
siswa tidak memahami masalah yang
diajukan
Siswa hanya menuliskan 2
(mengungkapkan) apa yang diketahui atau
ditanyakan saja
Siswa mampu menuliskan 3
(mengungkapkan) apa yang diketahui dan
ditanyakan dari masalah yang diajukan
dengan tepat
Merencanakan Siswa tidak menceritakan atau menuliskan 0
Penyelesaian langkah-langkah untuk menyelesaikan
masalah masalah
Siswa menceritakan atau menuliskan 1
langkah-langkah untuk menyelesaikan
masalah tetapi tidak runtut
Siswa menuliskan syarat cukup dan syarat 2
perlu (rumus dari masalah yang diajukan
serta menggunakan semua informasi yang
telah dikumpulkan)
Melaksanakan Siswa tidak mampu melaksanakan rencana 0
rencana yang telah dibuat
Siswa melaksanakan rencana yang telah 1
dibuat, tetapi terjadi kesalahan prosedur
dan kesalahan perhitungan
Siswa melaksanakan rencana yang telah 2
dibuat, tetapi terjadi kesalahan prosedur
Siswa melaksanakan rencana yang telah 3
dibuat, menggunakan langkah-langkah
menyelesaikan masalah secara benar, tidak
terjadi kesalahan prosedur, tetapi terjadi
kesalahan perhitungan
Siswa melaksanakan rencana yang telah 4
dibuat, menggunakan langkah-langkah
menyelesaikan masalah secara benar, tidak
terjadi kesalahan prosedur, dan tidak
terjadi kesalahan perhitungan
28

Aspek Yang Keterangan Skor


Dinilai
Memeriksa Siswa tidak melakukan pemeriksaan 0
kembali kembali jawaban
Siswa melakukan pemeriksaan kembali 1
jawaban

1. Uji Validitas Instrumen Tes


a. Validitas Tes

Validitas yang dilihat dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dari tes
kemampuan pemecahan masalah matematis dapat diketahui dengan cara menilai
kesesuai-an isi yang terkandung dalam tes dengan indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis yang telah ditentukan. Soal tes yang telah dibuat
dikonsultasikan dan dinilai validitasnya oleh guru matematika SMP Negeri 20
Bandarlampung. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes dan
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan kemampuan bahasa siswa, dilakukan
oleh guru mata pelajaran matematika dengan mengunakan daftar check list, dengan
asumsi bahwa guru tersebut paham dengan Kurikulum 2013 untuk tingkat SMP.

Hasil validasi dengan guru matematika yaitu ibu Nurlena, S.Pd. menunjukkan
bahwa tes yang digunakan dinyatakan valid dan hasil selengkapnya dapat dilihat di
Lampiran B.1. Selanjutnya intrumen tes diujicobakan kepada siswa diluar sampel
penelitian yaitu siswa kelas VIII-D SMP Negeri 20 Bamdarlampung, kemudian
data hasil uji coba diolah untuk mengetahui realibilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran tiap butir soal. Hasil uji coba instrumen tes kemampuan representasi
matematis siswa dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran B.2.

b. Reabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat diper-
caya atau diandalkan dalam penelitian. Tes dikatatakan reliebel jika selalu mem-
berikan hasil yangl sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau
29

kesempatan yang berbeda (Arifin, 2016: 258). Mengacu pada Sudijono (2013:
208) pengujian reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini menggunakan rumus
Alpha untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal tipe uraian. Rumus yang di-
gunakan untuk mencari koefisien reliabilitas sebagai berikut:

r11 : ( )( )

Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas alat evaluasi
n = banyaknya butir soal
= jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal
= varians skor total

Menurut Arikunto (2010: 109) harga yang diperoleh diimplementasikan


dengan kriteria pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas


Koefisien Reliabilitas (r11) Kriteria
0,81 1,00 Sangat Tinggi
0,61 0,80 Tinggi
0,41 0,60 Cukup
0,21 0,40 Rendah
0,00 0,20 Sangat rendah

Instrumen tes yang layak digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang
memilki kriteria realibilitas tinggi dan sangat tinggi. Setelah dilakukan per-
hitungan reliabilitas instrumen tes kemampuan representasi matematis siswa
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,942 dengan kriteria tinggi, artinya
instrumen tes reliabel dan layak digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan
reliabilitas tes selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.3.
30

c. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampu-
an rendah. Untuk menghitung daya pembeda soal, data terlebih dahulu harus di-
urutkan dari siswa yang memperoleh skor tertinggi sampai skor terendah. Setelah
data diurutkan kemudian dikelompokkan yaitu 27% kelompok atas (kelompok
siswa dengan skor tertinggi) dan 27% kelompok bawah (kelompok siswa dengan
skor terendah). Menurut Sudijono (2013: 389), untuk menghitung indeks daya
pembeda suatu soal digunakan rumus berikut:

Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal
= Rata-rata skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
= Rata-rata skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
= Jumlah skor Maksimum butir soal yang diolah

Interpretasi daya pembeda menurut Sudijono (2013: 390) sesuai dengan Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda


Indeks Daya Pembeda Interpretasi
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk
DP ≤ 0,00 Sangat buruk

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen yang memiliki
indeks daya pembeda cukup, baik atau sangat baik (Sudijono, 2013: 389). Ber-
31

dasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa indeks daya pembeda butir soal
berada pada kisaran antara 0,65 sampai 0,81. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tes memiliki interpretasi daya pembeda cukup dan baik. Hasil
perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.4.

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat atau taraf kesukaran suatu
butir soal. Sudijono (2013: 372), mengungkapkan rumus yang digunakan untuk
menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal adalah sebagai berikut:

Keterangan :
= tingkat kesukaran suatu butir soal
= jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal
JS = skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Interpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal menurut Sudijono (2013: 372) sesuai
dengan Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran


Tingkat Kesukaran Interpretasi
P 0,30 Terlalu sukar
0,30 P 0,70 Cukup (Sedang)
P 0,70 Terlalu mudah

Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dikatakan baik


apabila memiliki intepretasi tingkat kesukaran cukup atau sedang (Sudijono, 2013:
372). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa tingkat kesukaran butir soal
32

berada pada kisaran antara 0,56 sampai 0,66. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tes memiliki interpretasi tingkat kesukaran cukup atau sedang. Hasil
perhitungan tingkat kesukaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.5.
Setelah dilakukan analisis tingkat kesukaran tes, analisis validitas, reliabilitas, dan
daya pembeda tes kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh
rekapitulasi hasil uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.7 di yang
mana semua Item instrument tes layak digunakan.

Tabel 3.7 Rekapitulisasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes


No Validita Daya Tingkat
Reliabilitas Kesimpulan
Soal s Pembeda Kesukaran
1 Valid 0,65 (baik) 0,65 (sedang)
2 Valid 0,75 (baik) 0,66 (sedang)
0,942 Layak
3 Valid 0,75 (baik) 0,62 (sedang)
(reliabel) Digunakan
4 Valid 0,71 (baik) 0,56 (sedang)
5 Valid 0,81 (baik) 0,55 (sedang)

1. Instrumen Non-Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner
(angket) kecerdasan emosional siswa. Angket yang digunakan adalah angket
berbentuk skala Likert dengan pertanyaan bersifat terstruktur dan tertutup.
Terstruktur artinya angket yang disusun menyediakan pilihan jawaban dan tertutup
artinya responden memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan
yang telah tersedia (Sugiyono, 2019: 201).

Angket kecerdasan emosional terdiri dari indikator kecerdasan emosional meliputi


aspek mengenali emosi diri (Self Aware-ness), mengelola emosi (Self-Regulation),
memotivasi diri sendiri (Self-Motiva-tion), mengenali emosi orang lain dan
membina hubungan (Goleman, 1999). Angket pada penelitian ini diadaptasi dari
33

penelitian Hidayati (2019) yang ber-dasarkan oleh aspek-aspek teori Daniel


Goleman dengan jumlah 20 pernyataan.

Prosedur perhitungan skor skala kecerdasan emosional siswa untuk setiap


pernyataan menurut Azwar (1995: 142-143) adalah sebagai berikut:
a. Menghitung frekuensi masing-masing skala Likert tiap item pernyataan
b. Menentukan proporsi masing-masing skala Likert tiap item pernyataan
c. Menghitung besarnya proporsi komulatif
d. Menghitung nilai dari = p + pkb, dimana pkb = proporsi komulatif

dalam kategori sebelah kiri


e. Mencari dalam tabel distribusi normal standar bilangan baku (z) yang sesuai
dengan
f. Menjumlahkan nilai z dengan suatu konstanta k sehingga diperoleh nilai
terkecil dari z + k untuk skala Likert tiap item pernyataan
g. Membulatkan hasil penjumlahan pada langkah 6

Angket yang baik adalah angket yang memenuhi kriteria valid dan reliabel, oleh
karena itu sebelum digunakan dalam penelitian kuesioner terlebih dahulu di uji
validitas dan realibilitasnya.

a. Validitas Kuesioner

Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini mengacu pada validitas empiris. Arifin
(2016: 254), untuk menguji validitas kuesioner menggunakan rumus korelasi
product-moment. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

=
√{ }{ }

Keterangan:
= koefisien korelasi
N = Jumlah sampel
= Jumlah produk X dan Y
= Jumlah nilai tiap-tiap item
= Jumlah nilai total item
34

Interpretasi koefisien korelasi menurut Arifin (2016 : 254) sesuai dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Interpretasi Validitas Instrumen Non Tes


Koefisien Pearson Interpretasi
0,80 < rXY ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rXY ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rXY ≤ 0,60 Sedang
0,20 < rXY ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ rXY ≤ 0,20 Sangat Rendah

Item yang digunakan dalam penelitian ini yaitu item yang memiliki koefisien ko-
relasi dengan kriteria sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berdasarkan perhitungan
diperoleh hasil bahwa dari 20 item semua dinyatakan valid dengan koefisien
korelasi tiap butir item berkisar antara 0,484 sampai 0,866 dengan interpretasi
validitas sedang dan tinggi. Sehingga disimpulkan ada 20 butir item valid yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.6.

b. Reliabilitas Kuesioner

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat diper-
caya atau diandalkan dalam penelitian. Mengacu pada Sudijono (2013: 208)
pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha
untuk mencari koefisien reliabilitas (r11). Rumus yang digunakan untuk mencari
koefisien reliabilitas sebagai berikut:

r11 : ( )( )

Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas alat evaluasi
n = banyaknya butir soal
= jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal
35

= varians skor total

Menurut Arikunto (2010: 109) harga yang diperoleh diimplementasikan


dengan kriteria pada Tabel 3.9.

Tabel 3. 9 Kriteria Koefisien Reliabilitas Non Tes


Koefisien Reliabilitas (r11) Kriteria
0,81 1,00 Sangat Tinggi
0,61 0,80 Tinggi
0,41 0,60 Cukup
0,21 0,40 Rendah
0,00 0,20 Sangat rendah

Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memilki
kriteria realibilitas tinggi dan sangat tinggi. Setelah dilakukan perhitungan, di-
peroleh koefisien reliabilitas sebesar 0,947 yang berarti instrumen kecerdasan
emosional siswa dapat digunakan karena memiliki interpretasi reliabilitas yang
sangat tinggi. Perhitungan reliabilitas instrumen non tes kecerdasan emosional
siswa dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran B.7.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
hubungan kecerdasan emosional dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis pada siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik induktif untuk
mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Sebelum melakukan analisis uji statistik perlu dilakukan
uji prasyarat yaitu uji normalitas. Hal ini dilakukan untuk menentukan uji statistik
yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis.
36

1. Uji Normalitas Data

Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas. Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov. Hal ini dilakukan sebagai acuan untuk menentukan
langkah dalam pengujian hipotesis.

a. Hipotesis
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
H1 : sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Taraf signifikan
Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05

c. Statistik uji
Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis digunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov (Sugiyono, 2013:257) sebagai berikut:
| |
Keterangan:
= Probabilitas Kumulatif Normal
= Probabilitas Kumulatif Empiris

d. Kriteria uji
Tolak H0 jika dengan .
Dari hasil = 0,084 dan = 0,388 artinya ujii
normalitas diperoleh kesimpulan bahwa residual data kecerdasan emosional dan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, untuk selanjutnya hasil uji normalitas disajikan dalam
Lampiran B.8
37

2. Uji Linieritas

Setelah dilakukan uji normalitas, langkah selanjutnya adalah uji linieritas. Tujuan
uji linieritas adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat linier atau tidak. Kriteria pengujian linieritas adalah jika nilai signifikasi
lebih besar dari 0,05, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
adalah linier. Adapun rumusan yang digunakan sebagai berikut:

Ha: Terdapat hubungan yang linier antara kecerdasan emosional dengan


kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 20 Bandar Lampung.
Ho: Tidak terdapat hubungan yang linier antara kecerdasan emosional dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 20 Bandar Lampung.

Hasil perhitungan linieritas antara kecerdasan emosional dengan kemampuan


pemecahan masalah matematika menggunakan SPSS 22 adalah menunjukkan
bahwa hitung r adalah 0,058, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
linier antara kecerdasan emosional dan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa perhitungan lebih lanjut terdapat pada Lampiran B.9. Berdasarkan hasil
perhitungan uji normalitas dan uji linieritas diperoleh data residual kecerdasan
emosional dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan terdapat hubungan yang linier antara
kecerdasan emosional dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa maka
uji hipotesis yang digunakan yakni analisis regresi linier sederhana dan uji pearson
correlation.

3. Uji Hipotesis

Analisi regresi linier dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kecerdasan

emosional terhadap kemampuan pemecahan masalah dapat menggunakan rumus

regresi linier sederhana, yaitu:


38

Keterangan:
nilai variabel terikat (kemampuan pemecahan masalah matematis)
nilai variabel bebas (kecerdasan emosional)
bilangan konstanta regresi untuk X=0
koefisien arah regresi yang menunjukan angkat peningkatan atau penurunan
variabel Y bila bertambah atau berkurang 1 unit

Pada table coefficient diperoleh nilai konstanta sebesar 83,440 dan koefisien

regresi sebesar 0,382. Sehingga diperoleh persamaan regresinya Y = 83,440 +

0,382 X. Persamaan regresi tersebut bermanfaat untuk memprediksi nilai variabel

Y apabila X diketahui dan memperkirakan rata-rata perubahan varaibel Y untuk

setiap perubahan X. Selanjutnya dilakukan uji pearson correlation dari kecerdasan

emosional siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

dengan analisis varians untuk mengetahui apakah kecerdasan emosional (variabel

X) berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

(variabel Y).

a) Hipotesis

, Kecerdasan emosional tidak memiliki hubungan signifikan

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

, Kecerdasan emosional memiliki hubungan signifikan terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

b) Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.

c) Kriteria Pengujian

Terima jika , untuk harga lainnya ditolak.


39

Hasil uji pearson correlation dari kecerdasan emosional dan kemampuan


pemecahan masalah matematis siswa dengan jumlah sampel sebanyak 26 siswa
dilihat dari table correlations diperoleh hasil nilai Sig 2 tailed baik untuk variable
X maupun variable Y diperoleh nilai Sig 2 tailed sebesar 0,507. Karena nilai sig 2
tailed > 0,05 maka H0 ditolak dan H1 ditrerima sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikansi antara kecerdasan emosional dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika. Adapun berdasarkan tabel
interpretasi koefisien korelasi, tingkat hubungan antara kecerdasan emosional
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika berada dalam tingkatan yang
sedang. Hasil perhitungan uji selengkapnya pada Lampiran B.10.
40

IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data kecerdasan emosional


siswa, data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan hasil uji
hipotesis sebagai berikut.

1. Analisis Data Kecerdasan Emosional Siswa

Data kecerdasan emosional siswa diperoleh melalui pengisian angket kecerdasan


emosional. Angket kecerdasan emosional terdiri dari lima aspek yaitu aspek
mengenali emosi diri (Self Awareness), mengelola emosi (Self-Regulation),
memotivasi diri sendiri (Self-Motivation), mengenali emosi orang lain dan
membina hubungan. Dari 26 siswa kelas sampel, diperoleh skor terendah 38 dan
skor tertinggi 70, serta skor rata-rata kecerdasan emosional siswa sebesar 58,81
dan simpangan baku 6,81. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran B.10. Data
skor total kecerdasan emosional siswa kemudian dikelompokkan berdasarkan
kriterianya. Kemudian diperoleh hasil pengelompokkan kecerdasan emosional
siswa seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pengelompokkan Data Kecerdasan Emosional Siswa


Kategori Jumlah Siswa Presentase
Tinggi 2 7,69%
Sedang 17 65,38%
Rendah 7 26,92%
Total 20 100%
41

Pada Tabel 4.1. diperoleh hasil bahwa mayoritas siswa memiliki kecerdasan
emosional dengan kategori sedang atau cukup baik. Kriteria pengelompokkan
kecerdasan emosional siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.11.

2. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Berdasarkan penelitian, diperoleh data kemampuan representasi matematis dengan


skor terendah 21 dan skor tertinggi 84, serta skor rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa sebesar 61,38 dan nilai simpangan baku sebesar 20,68.
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran B.12. Data nilai kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa tersebut kemudian dikelompokkan
berdasarkan kriterianya. Kemudian diperoleh hasil pengelompokkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa seperti pada Tabel 4.2..

Tabel 4.2 Pengelompokkan Data Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis Siswa
Kategori Jumlah Siswa Presentase
Tinggi 14 53,84%
Sedang 7 26,92%
Rendah 5 19,23%
Total 32 100%

Pada Tabel 4.2 diperoleh kesimpulan bahwa siswa dengan kategori kemampuan
pemecahan masalah matematis tinggi memiliki persentase paling tinggi. Jumlah
dan persentase siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis
dengan kategori sedang lebih besar daripada persentase siswa yang memiliki
kemampuan pemecahan masalah matematis dengan kategori rendah. Kriteria
pengelompokan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran B.13.
42

2. Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh bahwa populasi data kecerdasan


emosional dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dari hasil uji liniearitas diperoleh
hasil bahwa terdapat hubungan yang linier antara kecerdasan emosional dan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan hasil uji linieritas pada
penelitian ini dengan rumus korelasi pearson product moment dan dengan taraf
signifikansi yang digunakan adalah 0,05 diperoleh harga =
= = yang menunjukkan adanya hubungan yang linier
antar kedua variabel. Uji analisis data dilanjutkan dengan uji analisis regresi linier
sederhana dan uji pearson correlations untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara kedua variabel dan melihat seberapa besar pengaruh dari masing-masing
variabel.

Dari hasil analisis regresi dengan bantuan SPSS 22 diperoleh nilai a = 83,440 dan

nilai b = 0,382. Sehingga persamaan regresi linier sederhananya menjadi Y = a +

bX = 83,440 + 0,382 X. Nilai b merupakan koefisien regresi, artinya jika

kecerdasan emosional (X) mengalami peningkatan sebesar 1 maka kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa (Y) akan meningkat sebesar 0,382. Koefisien

regresi bernilai positif artinya kecerdasan emosional (X) mempunyai pengaruh

yang positif terhadap kemampuan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa (Y) yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosional (X) maka

kemampuan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa (Y) juga semakin

tinggi. Dengan demikian, kecerdasan emosional (X) mempunyai pengaruh yang

positif terhadap kemampuan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.


43

Setelah mencari dan menganalisis persamaan regresi linier, selanjutnya dilakukan

uji pearson correlation dengan bantuan SPSS 22 Uji pearson correlation

dilakukan untuk mengetahui apakah kecerdasan emosional (X) mempunyai

hubungan yang signifikan terhadap kemampuan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa (Y) atau tidak. Signifikan berarti pengaruh yang terjadi cukup

besar sehingga dapat berlaku untuk populasi atau dapat digeneralisasikan.

Dari hasil uji diperoleh nilai sig 2 tailed baik variabel X (kecerdasan emosional)

dan variabel Y (kemampuan pemecahan masalah matematis siswa) memperoleh

nilai sig 2 tailed sebesar 0,507 dengan kriteria terima jika , dengan

untuk harga lainnya ditolak. Karena nilai sig 2 tailed yang diperoleh lebih besar

dari 0,05 maka ditolak dan diterima. Hal ini menujukan bahwa kecerdasan

emosional memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa. Berdasarkan hasil perhitungan juga diperoleh nilai

koefisien korelasi sebesar 0,136 dan koefisien determinasi sebesar 0,19. Hal ini

dapat diartikan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

dipengaruhi oleh kecerdasan emosional sebesar 13,6% sedangkan sisanya atau 86,4%

dipengaruhi oleh faktor lain di luar kecerdasan emosional. Perhitungan lengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran B.10.


44

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis data terhadap kolerasi antara
kecerdasan emosional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis,
diketahui bahwa terdapat kolerasi yang signifikan antara kecerdasan emosional
siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Demikian juga
jika dilihat dari pencapaian indikator pemecahan masalah matematis, memiliki
pencapaian indikator pemecahan masalah siswa yang memiliki kecerdasan
emosional cukup baik, memiliki kolerasi yang cukup stabil.

Siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika tinggi telah sesuai


dengan tahapan sesuai indikator kemampuan pemecahan masalah matematika.
Subjek mampu memberikan perhitungan dengan rapi dan menggunakan langkah
yang benar dalam merencanakan penyelesaian masalah. Adapun dalam tahap
rencana penyelesaian masalah subjek sudah bisa mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan informasi. Walaupun terjadi sedikit
kesalahan dalam memeriksa kembali, akan tetapi subjek dengan kemampuan
pemecahan masalah matematika tinggi mampu memberikan jawaban yang benar.
Sedangkan, siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika
sedang dalam menyelesaikan masalah sudah sesuai dengan tahapan sesuai
indikator kemampuan pemecahan masalah matematika. Subjek mampu
memberikan perhitungan dengan rapi dan menggunakan langkah yang benar dalam
merencanakan penyelesaian masalah. Hanya saja, dalam memeriksa kembali
kurang teliti sehingga terjadi kesalahan.

Sementara itu, siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika


rendah dalam menyelesaikan masalah sudah sesuai dengan tahapan sesuai
indikator kemampuan pemecahan masalah matematika, namun dalam memahami
dan menyelesaikan rencana penyelesaian kurang teliti. Akibatnya subjek tidak
memberikan jawaban yang benar dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan
Kecerdasan emosional dikelompokkkan menjadi tiga tingkatan, yaitu kecerdasan
45

emosional tinggi, kecerdasan emosional sedang, dan kecerdasan emosional rendah.


Kecerdasan emosional tinggi memiliki ciri-ciri seperti mantap secara sosial, mudah
bergaul, tidak mudah takut atau gelisah, mampu menyesuaikan diri dengan orang-
orang atau permasalahan, dan memiliki tanggung jawab yang besar. Kehidupan
emosional mereka kaya, tetapi wajar, memiliki rasa nyaman terhadap diri sendiri,
orang lain serta lingkungannya.

Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan emosional sedang memiliki ciri-ciri


seperti cukup secara sosial, cukup mudah dalam bergaul, cukup mampu
menyesuaikan diri dengan orang-orang atau permasalahan, dan memiliki tanggung
jawab yang cukup baik. Kehidupan emosional mereka cukup memiliki rasa
nyaman terhadap diri sendiri, orang lain serta lingkungannya. Sementara itu,
seseorang dikatakan memiliki kecerdasan emosional rendah apabila memiliki ciri-
ciri lebih kesepian dan pemurung, lebih berangasan dan kurang menghargai sopan
santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat di simpulkan bahwa siswa yang memiliki


kecerdasan emosional tinggi memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang kecerdasan emosional nya
rendah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yety (2014)
menyimpulkan siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan, tingkat hubungan antara kecerdasan emosional


dengan kemampuan pemecahan masalah matematika berada dalam tingkatan yang
cukup kuat. Siswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematika yang tinggi, sedangkan siswa dengan kecerdasan
emosional yang rendah memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika
yang rendah.
46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Bedasarkan Hasil Penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa


kecerdasan emosional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
memiliki hubungan yang cukup signifikan di SMP Negri 20 Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2020/2021. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional ti nggi
memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang memiliki kecerdasan emosionalnya rendah.

B. Saran

Bedasarkan kesimpulan tersebut ditemukan saran yaitu hubungan kecerdasan


emosional dengan kemampuan Pemecahan masalah matematis dapat
mengembangkan cara berfikir siswa untuk membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis, namun dalam
pengaplikasian nya harus diimbangi dengan waktu dan kejelian guru dalam
mengamati sikap serta perilaku siswa dalam belajar, sehingga dapat memperoleh
hasil yang maksimal.
47

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan


Remediasinya). Jakarta: Rineka Cipta.

Afrilianto, M. dan Tina R. 2014.Strategi Thinking Aroud Pair Problem Solving


Untuk Meningkatkan Kemampuan Kelancaran Berprosedur Dan
Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP.Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika.(Online), Vol. 02 Hlm. 45,
jurnalhttp://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-Semnas
STKIP2014.pdf, Diakses pada 15 Desember 2020)

Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi


dan spiritual ESQ: emotional spiritual quotient berdasarkan 6 Rukun
Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.

Amalia, Wanna. 2017. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan


kemampuan menyelesaikan masalah pada siswa SMA Aisyiyah 1
Palembang. Tersedia di http://repository.radenfatah.ac.id/1440/1/
Wanna%20Amalia%2012350193.pdf Diakses pada 3 Maret 2021

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chatib, Munif. 2011. Sekolahnya manusia: sekolah berbasis multiple intelligences


di Indonesia. Bandung: Kaifa.

Daniel Goleman, Emotional Intelligence Kecredasan Emosional, Jakarta,


PTGramedia Pustaka Utama, 2002.

Dani Ronnie M, Guru Cerdas (The Power of emotionak & Adversity Quentient for
Teachers) Penerbit ALTI Publishing, Palembang, Cet Ke I, 2011.

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.2014).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus


BesarBahasa Indonesia, Jakarta, 1988.
48

Goleman, Daniel. 2003. Emotional Intelligence. Terjemahaan oleh T. Hermaya.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Lidinillah, Didin Abdul Muiz. 2009. Heuristik dalam Pemecahan Masalah


Matematika dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Online),
(https://abdulmuizlidinillah.wordpress.com/2009/03/14/heuristik-dalam
pemecahan masalah matematika -dan- pembelajarannya-di-sekolah-dasar /,
diakses pada 24 Desember 2020)

Murdiana, I Nyoman. 2015. Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam


Pembelajaran Matematika. Aksioma Jurnal Pendidikan Matematika
(Online), Vol. 4, No. 1, Tersedia di http://jurnal.untad.ac.id, diakses pada
3 Maret 2021.

Nadhirin. (2010, 17 Januari). Kumpulan Artikel (Contoh Skala Kecerdasan


Emosional). Tersedia di:http://nadhirin.blogspot.com, diakses 02 Januari
2021.

Organization for Economic Cooperation and Development. 2019. PISA 2018


Insight and Interpretations. (Online). Tersedia: http://oecd.org/pisa/.
Diakses pada 2 Maret 2021

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, Cet ke VII,
2008.

Prawira, Purwa Atmaja. 2016. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Rahma, Firda Widya. 2017. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil


Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat. Skripsi
Bandar Lampung: Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Riduwan. 2015. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rohmalia Wahab, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016).

Rosleny Marliany, Psikologi Umum, (Jawa Barat: CV Pustaka Setia, 2014).

Rospitasari, Murni, Agung Hartoyo, & Asep Nursangaji. 2017. Hubungan


Kecerdasan Emosional dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Matematika Siswa di SMP Bumi Khatulistiwa. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran (Online), Tersedia di : http://jurnal.untan.ac.id, diakses
pada 24 Desember 2020.

Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, Yogyakarta, PT Pustakapelajar,


Cet Ke XI, 2015.
49

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematikadi Indonesia. Jakarta: Dirjendikti


Depdiknas.

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Persada.

Sumardyono. 2010. Pengertian Dasar Problem Solving, (Online), Tersedia di :


https://p4tkmatematika.org/file/problem solving/pengertian dasar problem
solving.smd.pdf., diakses pada 04 Desember 2020).

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Prenadamedia Group

Ventini, Meitina, Hartati, Moch. Sukardjo. 2018. Hubungan Kecerdasan


Emosional dan Sikap Terhadap Pelajaran Matematika dengan Hasil
Belajar Matematika Siswa SMA Jakarta Timur. Jurnal Teknologi
Pendidikan (Online), Vol. 20, No. 2, Tersedia di: http://journal.unj.ac.id,
diakses pada15 Desember 2020.

Uno, H. B. 2008. Perencanan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Widjajanti, D. B. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana
Mengembangkannya. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5
Desember 2009, ISBN: 978-979-16353-3-2, P. 404-405, (Online),
Tersedia di : http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25-
Djamilah%20Bondan%20404.pdf, diakses pada 15 Desember 2020.

Winarno. 2009. Matematika 1 PGMI dan PGSD. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
50

LAMPIRAN A
51

Lampiran A.1 Kisi-kisi Kuisioner Kecerdasan Emosional

Kisi-kisi Kuisioner Kecerdasan Emosional


No Komponen Indikator Nomor Jumlah
Item
Pernyataan Pernyataan
positif negative
1 Mengenali Mengenali dan 1,3 2,4 4
emosi diri memahami emosi diri
sendiri dan penyebab
timbulnya emosi
2 Mengelola Mengendalikan emosi 5,7 6,8 4
emosi diri dan mengekspresikan
emosi dengan tepat.
3 Memotivasi Memiliki rasa 9,11 10,12 4
diri sendiri tanggung jawab,
mampu memusatkan
perhatian pada tugas
yang dikerjakan, dan
mampu
mengendalikan diri.
4 Mengenali Peka terhadap 13,15 14,16 4
emosi orang perasaan orang lain,
lain mendengarkan
masalah orang lain.
5 Membina Bekerja sama dan 17,19 18,20 4
hubungan dapat berkomunikasi
dengan orang dengan baik.
lain
52

Lampiran A.2 Angket kecerdasan emosional siswa

ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL SISWA


Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :

Petunjuk Pengisian
Berilah tanda ceklist (√) pada kotak pilihan yang anda anggap paling sesuai
dengan keadaan yang sesungguhnya pada diri anda. Pilihan jawabannya
adalah :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Jawablah dengan jujur, kerahasiaan identitas dan jawaban anda dijamin oleh
peneliti

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tahu dengan benar perasaan saya (senang,
sedih, malu, marah).
2 Saya merasa tidak memiliki kemampuan
menyelesaikan dalam menyelesaikan tugas
3 Saya tahu persis hal-hal yang membuat saya
malas mengerjakan tugas
4 Saya tetap gugup dalam mengerjakan soal
meskipun saya sudah belajar.
5 Saya menolak ajakan teman untuk membolos.

6 Suasana yang menegangkan membuat saya


tidak bisa berpikir dengan tenang.
53

No Pernyataan SS S TS STS
7 Saya berusaha tidak mencontek dan memberikan
contekan saat ujian
8 Saya tidak sedih bila kehilangan barang
kesayangan saya.
9 Saya akan terus berusaha mendapat nilai-nilai
yang terbaik diantara teman-teman sekelas
10 Saya tidak masalah bila tidak mendapat nilai
yang baik.
11 . Saya berusaha masuk peringkat 10 besar setiap
Semester
12 Saya rajin membantu kegiatan sosial untuk
mendapat penilaian baik dari lingkungan sekitar
13 Saya tahu jika teman saya sedang mengalami
kesulitan dari gerak-geriknya.
14 Saya merasa tidak perlu membantu teman yang
kesulitan mengerjakan tugas
15 Saya akan ikut prihatin bila ada teman yang
terkena musibah.
16 Saya terharu bila ada teman saya menangis.

17 Saya tidak sungkan mengajak teman saya yang


pendiam untuk mengerjakan tugas bersama
18 Saya enggan menyapa terlebih dahulu bila
bertemu teman sekelas.
19 Saya mudah bergaul dengan teman yang tidak
sekelas dengan saya.
20 Saya tidak suka bergotong-royong untuk
membersihkan lingkungan sekitar
54

Lampiran A.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika

Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Nama Sekolah : SMP Negeri 20 Bandar Lampung

Kelas/Semester : VIII/Genap

Mata Pelajaran : Matematika

Materi : Phtagoras

Jumlah soal : 5 soal

Kompetensi Indikator Indikator Nomor Soal


Dasar pencapaian pemecahan masalah
kompetensi matematis
3.6 Menjelaskan Menentukan nilai Menyelesaikan 1,2,5
dan yang belum Rencana Penyelesaian
membuktikan diketahui pada dan
teorema soal yang Memeriksa kembali

Pythagoras dan berkaitan dengan


tripel teorema
Pythagoras. Pythagoras.
4.6 Menyelesaikan Memahami Masalah 3,4
Menyelesaikan soal cerita yang Menyusun Rencana
masalah yang berkaitan dengan penyelesaian
berkaitan teorema
dengan teorema Pythagoras.
Pythagoras dan
tripel Pythagoras
Jumlah 5
55

Lampiran A.4 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Mata Pelajaran : Matematika Nama : Pokok


Bahasan : Teorema Phytagoras Kelas :

Waktu : 100 menit

Petunjuk : 1. Jawablah soal-soal berikut dengan lengkap, jelas, dan tepat

2. Kerjakan soal yang Anda anggap paling mudah terlebih dahulu

1. Gunakan teorema Pythagoras untuk menentukan nilai yang belum diketahui


pada masing-masing gambar berikut!

8 cm 17 cm

B A

2. Tentukan nilai x pada gambar berikut!

20 cm

16cm
56

3. Sebuah tangga bersandarkan pada sebuah tiang listrik yang tingginya 8 meter.
Jika kaki tangga itu terletak 6 meter dari tiang listrik, tentukanlah panjang
tangga yang bersandar pada tiang listrik tersebut!

4. Di sebuah lapangan Dodi berlari sejauh 24 km kearah timur kemudian dodi


berbelok ke arah selatan dan berlari sejauh 10 km. jika ditarik garis lurus dari
titik awal ke titik akhir kedudukan Dodi, maka panjang garis tersebut adalah?

5. Tentukan nilai x pada gambar berikut:


S R

5 cm

P Q
7 cm
57

Lampiran A.5 Pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah


matematis siswa

Pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

Aspek Yang Keterangan Skor


Dinilai
Memahami Siswa tidak menyebutkan apapun 0
Masalah Siswa menuliskan data/konsep/ 1
pengetahuan yang tidak berhubungan
dengan masalah yang diajukan sehingga
siswa tidak memahami masalah yang
diajukan
Siswa hanya menuliskan 2
(mengungkapkan) apa yang diketahui atau
ditanyakan saja
Siswa mampu menuliskan 3
(mengungkapkan) apa yang diketahui dan
ditanyakan dari masalah yang diajukan
dengan tepat
Merencanakan Siswa tidak menceritakan atau menuliskan 0
Penyelesaian langkah-langkah untuk menyelesaikan
masalah masalah
Siswa menceritakan atau menuliskan 1
langkah-langkah untuk menyelesaikan
masalah tetapi tidak runtut
Siswa menuliskan syarat cukup dan syarat 2
perlu (rumus dari masalah yang diajukan
serta menggunakan semua informasi yang
telah dikumpulkan)
Melaksanakan Siswa tidak mampu melaksanakan rencana 0
rencana yang telah dibuat

Siswa melaksanakan rencana yang telah 1


dibuat, tetapi terjadi kesalahan prosedur
dan kesalahan perhitungan

Siswa melaksanakan rencana yang telah 2


dibuat, tetapi terjadi kesalahan prosedur

Siswa melaksanakan rencana yang telah 3


dibuat, menggunakan langkah-langkah
menyelesaikan masalah secara benar, tidak
terjadi kesalahan prosedur, tetapi terjadi
kesalahan perhitungan
58

Aspek Yang Keterangan Skor


Dinilai
Siswa melaksanakan rencana yang telah 4
dibuat, menggunakan langkah-langkah
menyelesaikan masalah secara benar, tidak
terjadi kesalahan prosedur, dan tidak
terjadi kesalahan perhitungan
Memeriksa Siswa tidak melakukan pemeriksaan 0
kembali kembali jawaban
Siswa melakukan pemeriksaan kembali 1
jawaban
59

Lampiran A.6 Rubrik penilaian tes kemampuan pemecahan masalah


matematis

RUBRIK PENILAIAN TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIS

Kunci jawaban Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

No Penyelesaian Indikator pemecahan Skor


masalah matematis maksimal

1. Diketahui: Menyelesaikan 3
Rencana Penyelesaian
AC=17 cm
dan
Memeriksa kembali
BC= 8 cm

Ditanyakan: AB=…?

Jawab:

15cm

Jadi, nilai AB adalah 15 cm

2. Diketahui: Menyelesaikan 3
Rencana Penyelesaian
60

No Penyelesaian Indikator pemecahan Skor


masalah matematis maksimal

Sisi Persegi = 16 cm dan


Memeriksa kembali
Sisi miring segitiga = 20 cm

Ditanyakan: nilai x =…?

Jawab:

cm

Jadi, nilai x adalah 12cm

3 Diketahui: Memahami Masalah 3


Menyusun Rencana
misalkan penyelesaian

Tinggi tiang listrik= AC = 8 m

Jarak kaki tangga ke tiang


listrik=AB =6m

Ditanyakan:

Panjang tangga yang bersandar


pada tiang listrik
61

No Penyelesaian Indikator pemecahan Skor


masalah matematis maksimal

Jawab: C

8m

A 6m B

Maka:

Jadi, panjang tangga tersebut


adalah 10 meter

4. Diketahui: Memahami Masalah 3


Menyusun Rencana
Dodi berlari ke timur sejauh 24m penyelesaian
kemudian berbelok keselatan 10
m.

Misalkan:
24m
A B
10m

C
62

No Penyelesaian Indikator pemecahan Skor


masalah matematis maksimal

A merupakan titik awal dodi


berlari

B titik dodi berbelok keselatan dan


berhenti di titik C

Kemudian ditarik garis dari titik A


ke titik C

Ditanyakan: AC=…?

Jawab:

Jadi,jarak dari titik awal Dodi


berlari ke titik Dodi berhenti
berlari adalah 26 meter.

5 Diketahui : Menyelesaikan 3
Rencana Penyelesaian
PQ = 7cm
dan
Memeriksa kembali
PS = 5 cm
63

No Penyelesaian Indikator pemecahan Skor


masalah matematis maksimal

Ditanyakan: nilai x =…?

Jawab:

Jadi, nilai x adalah √

Skor maksimum 15
64

LAMPIRAN B
65

Lampiran B.1 Form Validitas Instrumen

FORM PENILAIAN VALIDITAS INSTRUMEN


(Skala Kecerdasan Emosional)
Petunjuk:

1. Berilah tanda cek (√) pada kolom KK apabila item pertanyaan sesuai dengan
kisi-kisi.
2. Berilah tanda cek (√) pada kolom BHS apabila bahasa yang digunakan dapat
dimengerti/dipahami siswa kelas VIII SMP

No Indikator Pernyataan KK BHS

11 1 Mengenali dan Saya tahu dengan benar perasaan saya (senang,  


memahami emosi diri sedih, malu, marah).
sendiri dan penyebab
timbulnya emosi Saya merasa tidak memiliki kemampuan  

menyelesaikan dalam menyelesaikan tugas

Saya tahu persis hal-hal yang membuat saya  


malas mengerjakan tugas

Saya tetap gugup dalam mengerjakan soal  


meskipun saya sudah belajar.

2 Mengendalikan emosi Saya menolak ajakan teman untuk membolos.  


dan mengekspresikan
emosi dengan tepat Suasana yang menegangkan membuat saya  
tidak bisa berpikir dengan tenang.

Saya berusaha tidak mencontek dan  


memberikan contekan saat ujian

Saya tidak sedih bila kehilangan barang  


kesayangan saya.

3 Memiliki rasa Saya akan terus berusaha mendapat nilai-nilai  


tanggung jawab, yang terbaik diantara teman-teman sekelas
mampu memusatkan
perhatian pada tugas Saya tidak masalah bila tidak mendapat nilai  
yang dikerjakan, dan yang baik.
mampu
66

No Indikator Pernyataan KK BHS

mengendalikan diri . Saya berusaha masuk peringkat 10 besar  


setiap Semester

Saya rajin membantu kegiatan sosial untuk  


mendapat penilaian baik dari lingkungan
sekitar

4 Peka terhadap Saya tahu jika teman saya sedang mengalami  


perasaan orang lain, kesulitan dari gerak-geriknya.
mendengarkan
masalah orang lain. Saya merasa tidak perlu membantu teman yang  
kesulitan mengerjakan tugas

Saya akan ikut prihatin bila ada teman yang  


terkena musibah.

Saya terharu bila ada teman saya menangis.  

5 Bekerja sama dan Saya tidak sungkan mengajak teman saya yang  
dapat berkomunikasi pendiam untuk mengerjakan tugas bersama
dengan baik.
Saya enggan menyapa terlebih dahulu bila  
bertemu teman sekelas.

Saya mudah bergaul dengan teman yang tidak  


sekelas dengan saya.

Saya tidak suka bergotong-royong untuk  


membersihkan lingkungan sekitar

Keterangan:
KK : Sesuai dengan kisi-kisi
BHS : Bahasa yang digunakan dapat dimengerti/dipahami siswa kelas VIII
SMP
Bandar Lampung, 3 Juni 2021
Guru Mata Pelajaran,

NURLENA,S.Pd.
NIP. 19610912198803 2 004
67

Lampiran B.2 Hasil Uji Coba Inastrumen tes

Hasil Validitas Uji Coba Soal Uraian Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika

No rxy Rtabel Keterangan


1 0,923 0,388 Valid
2 0,914 0,388 Valid
3 0,931 0,388 Valid
4 0,933 0,388 Valid
5 0,809 0,388 Valid

N = 26 dan taraf signifikan 5%, diperoleh rtabel  0,3882 sehingga butir soal
dikatakan valid jika . Hasil validitas uji rXY  0,3882
68

Lampiran B.3 Hasil Perhitungan Reabilitas Instrument Tes

Hasil Reliabilitas Uji Coba Soal Uraian Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


,942 5

Dari 5 butir soal pada soal uraian kemampuan pemecahan masalah matematika
yang telah di uji coba menyatakan 5 butir soal tersebut valid karena nilai rXY 
rtabel.
69

Lampiran B.4 Hasil perhitungan daya pembeda

Daya Pembeda Butir soal


Nomorsoal

1 2 3 4 5

̅ 18 20 18 17 18

̅ 5 5 3 3 2

SkorMaksimum 20

Reliabilitas 0,65 0,75 0,75 0,71 0,81

Interpretasi Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat


Baik Baik Baik baik baik

Perhitungannya sebagai berikut.

1. DP untuk nomor soal 1

2. DP untuk nomor soal 2

3. DP untuk nomor soal 3


70

4. DP untuk nomor soal 4

5. DP untuk nomor soal 5

Berdasarkan hasil uji daya pembeda soal dengan bantuan Microsoft Excel 2010,
soal nomor 1 sampai 5 memiliki daya pembeda yang terkategori sangat baik.
71

Lampiran B.5 Hasil perhitungan tingkat kesukaran

Tingkat Kesukaran Butir Soal


NomorSoal

1 2 3 4 5

Jumlah skor 342 345 325 293 291

Banyak Siswa 26

Skor 20 20
20 20 20
Maksimal

TK 0,657 0,663 0,625 0,563 0,559

Interpretasi Sedang Sedang sedang Sedang Sedang

Perhitungannya sebagai berikut.

1. Tingkat kesukaran untuk nomor soal 1

2. Tingkat kesukaran untuk nomor soal 2

3. Tingkat kesukaran untuk nomor soal 3


72

4. Tingkat kesukaran untuk nomor soal 4

5. Tingkat kesukaran untuk nomor soal 5

Berdasarkan hasil uji taraf kesukaran soal uji coba dengan bantuan Microsoft
Excel 2010 diperoleh bahwa soal nomor 1 sampai 5 memiliki tingkat kesukaran
yang berinterprestasi sedang.
73

Lampiran B.6 Hasil perhitungan validitas kuisioner

Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Angket Kecerdasan Emosional

NO rXY r table Keterangan


1 0,484 0,388 Valid
2 0,54 0,388 Valid
3 0,645 0,388 Valid
4 0,762 0,388 Valid
5 0,696 0,388 Valid
6 0,713 0,388 Valid
7 0,754 0,388 Valid
8 0,768 0,388 Valid
9 0,82 0,388 Valid
10 0,807 0,388 Valid
11 0,802 0,388 Valid
12 0,766 0,388 Valid
13 0,866 0,388 Valid
14 0,728 0,388 Valid
15 0,791 0,388 Valid
16 0,768 0,388 Valid
17 0,583 0,388 Valid
18 0,712 0,388 Valid
19 0,634 0,388 Valid
20 0,633 0,388 Valid

Dengan N = 26 dan taraf signifikan 5%, diperoleh rtabel  0,388 sehingga butir soal
dikatakan valid jika rXY  0,388.
74

Lampiran B.7 Hasil Perhitungan reabilitas kuisioner

Hasil Reliabilitas Uji Coba Instrumen Angket Kecerdasan Emosional


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


,947 20

instrumen angket kecerdasan emosional tersebut reliabel karena rXY  rtabel dengan
koefisien reliabilitas yang tergolong tinggi yaitu 0,947.
75

Lampiran B.8 Hasil uji normalitas

Hasil Uji Normalitas Data Kecerdasan Emosional Siswa dan Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Data Keputusan
Banyak Siswa Keterangan
Penelitian Uji
Kecerdasan
Emosional dan
Kemampuan Data
pemecahan 26 0,084 0,388 Ditolak Berdistribusi
masalah Normal
Matematis
Siswa
76

Lampiran B.9 Hasil perhitungan uji linearitas

Hasil Uji linieritas Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematika

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Kecerdasan Betwe (Combin
Emosional * en ed)
Pemecahan Grou 958,372 16 59,898 2,673 ,069
Msalah ps
Matematis
Linearity ,109 1 ,109 ,005 ,946
Deviatio
n from
958,263 15 63,884 2,851 ,058
Linearit
y
Within Groups 201,667 9 22,407
Total 1160,038 25

Ha diterima apabila rXY > rtabel, berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka
dapat diketahui rXY > rtabel, atau 0,058 > 0,005 sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ha diterima
77

Lampiran B.10 Hasil Regresi Linier dan Uji Analisis Data

Tabel Hasil Analisis Regresi

Dari hasil tabel terlihat nilai konstanta sebesar 83,440 dan koefisien regresi
sebesar 0,382. Sehingga persamaan regreinya adalah Y = 83,440 + 0,382 X.

Tabel Uji Pearson Correlation

Dari tabel terlihat bahwa nilai sig 2 tailed bernilai 0,507 diman nilai sig 2 tailed
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
78

Tabel Koefisien Korelasi dan Determinasi

Dari tabel terlihat nilai koefisien korelasi atau R sebesar 0,136 dan koefisien
determinasi atau R2 sebesar 0,019 dimana hal ini menunjukkan adanya pengaruh
kecerdasan emosional siswa sebesar 13,6% terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dan sisanya dipengaruhi oleh factor lain diluar
kecerdasan emosional siswa.
79

Lampiran B.11 Data Dan Kriteria Pengelompokan Data Kecerdasan


Emosional

Data Skor Angket Variabel Kecerdasan Emosional

NO X NO X
1 58 14 62
2 47 15 60
3 56 16 59
4 60 17 61
5 51 18 64
6 61 19 51
7 62 20 57
8 55 21 64
9 65 22 70
10 61 23 60
11 61 24 38
12 60 25 54
13 61 26 71

Kriteria pengelompokan data kecerdasan emosional menggunakan rumus


prosentase, yaitu:

P=

Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Total Responden
80

Setelah itu untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung , terlebih dahulu menentukan kelas interval,
dengan rumus:

Keterangan:
nt = nilai tertinggi
nr = nilai terendah

Dari data diperoleh: = 11,333

Diperoleh hasil seperti tabel berikut.

Kriteria Kecerdasan Emosional

No Interval Nilai Jumlah Presentase Keterangan


1 38 – 49 2 7,69% Rendah
2 50 – 61 17 65,38% Sedang
3 62 – 73 7 26,92% Tinggi

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa dengan kecerdasan
emosional rendah sebanyak 2 siswa dengan prosentase 7,69%, untuk siswa
dengan kecerdasan emosional sedang sebanyak 17 siswa dengan prosentase
65,38%, sedangkan siswa dengan kecerdasan emosional tinggi sebanyak 7 siswa
dengan prosentase 26,92%
81

Lampiran B.12 Data Skor Soal Uraian Variabel Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematika

Data Skor Soal Uraian Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika

NO Y NO Y
1 72 14 62
2 60 15 80
3 74 16 74
4 74 17 30
5 52 18 20
6 32 19 60
7 84 20 76
8 58 21 80
9 76 22 21
10 30 23 81
11 78 24 45
12 81 25 79
13 50 26 79
82

Data Hasil Angket Penelitian

No Nama Nomer soal angket score


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 total
1 Aditya Sutopo 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 58
2 Afdal Rino Alfiansyah 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 47

3 Algian Dzaki 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56

4 Alvania Rachel 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
Christina Sirait
5 Anggun Sasmita 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 51

6 Apriansyah Putra 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 61
Nunyai
7 Arafa Iyanzyah 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 62
8 Aria LuisPrasetya 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 55

9 Aurel Rahmadhani 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 65

10 Azzahra Robia 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 61
Warohmah
11 Chang Nara Seabin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 61
12 Dafvi Tiyo Alghivari 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
83

13 Dela Ahmad Anisa Putri 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 61

14 Dimas Ardan Maulana 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 62


15 Dzafira Madani 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

16 Fajri Ahmadin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 59

17 Gresia Claudia Bella 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 61


18 Lisa Yuliana 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 64

19 M.Ikhsan Arif Maulana 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 51

20 Meylisa Wardania 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 57
21 Muhammad Rangga 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 64
Saputra
22 Nadya Alifah 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 70

23 Nugrahawan Baik 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
Pasabiru
24 Rahmadhany Kamila 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 38
Tosa
25 Rasya Mayang Pertiwi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 54

26 Reyhisa Azzira Effendi 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 71


84
85

Data hasil soal Uraian Penelitian

No Nama Nomer soal uraian total


1 2 3 4 5 score
1 Aditya Sutopo 15 15 15 14 13 72
2 Afdal Rino Alfiansyah 10 14 10 12 14 60
3 Algian Dzaki 15 15 15 15 14 74
4 Alvania Rachel Christina Sirait 14 15 15 15 15 74
5 Anggun Sasmita 12 10 10 10 10 52
6 Apriansyah Putra Nunyai 10 5 5 6 6 32
7 Arafa Iyanzyah 16 16 18 16 18 84
8 Aria LuisPrasetya 10 15 15 8 10 58
9 Aurel Rahmadhani 15 16 17 14 14 76
10 Azzahra Robia Warohmah 5 5 5 5 10 30
11 Chang Nara Seabin 15 15 18 15 15 78
12 Dafvi Tiyo Alghivari 17 18 17 16 13 81
13 Dela Ahmad Anisa Putri 13 16 11 7 3 50
14 Dimas Ardan Maulana 13 13 13 5 6 50
15 Dzafira Madani 18 16 15 14 17 80
86

16 Fajri Ahmadin 16 13 12 17 16 74
17 Gresia Claudia Bella 5 6 6 8 5 30
18 Lisa Yuliana 5 5 5 3 2 20
19 M.Ikhsan Arif Maulana 15 15 14 10 6 60
20 Meylisa Wardania 16 17 14 16 13 76
21 Muhammad Rangga Saputra 18 19 16 14 13 80
22 Nadya Alifah 7 5 3 2 4 21
23 Nugrahawan Baik Pasabiru 19 20 14 17 11 81
24 Rahmadhany Kamila Tosa 10 6 11 4 14 45
25 Rasya Mayang Pertiwi 15 18 16 16 14 79
26 Reyhisa Azzira Effendi 18 17 15 14 15 79
87

Lampiran B.13 Kriteria pengelompokan kemampuan pemecahan masalah


matematis siswa

untuk mengetahui kriteria kemampuan pemecahan masalah matematika pada


siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung, analisa ini penulis sajikan
rumus prosentase, yaitu:
P=

Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Total Responden

Setelah itu untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika pada


siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung, terlebih dahulu menentukan
kelas interval, dengan rumus:

Keterangan:
nt = nilai tertinggi
nr = nilai terendah

Dari data diperoleh: = 22

Diperoleh hasil seperti tabel berikut.

Profile Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

No Interval Nilai Jumlah Presentase Keterangan


1 20 – 42 5 19,23% Rendah
88

2 43 – 65 7 26,92% Sedang
3 66 – 88 14 53,84% Tinggi

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa dengan kemampuan
pemecahan masalah matematika rendah sebanyak 5 siswa dengan prosentase
19,23%, untuk siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematika sedang
sebanyak 7 siswa dengan prosentase 26,92%, sedangkan siswa dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika tinggi sebanyak 14 siswa dengan
prosentase 53,84%.
89

LAMPIRAN C
90

Lampiran C.1Surat Peneitian

Anda mungkin juga menyukai