MAKALAH
Dosen Pengampu : Dr. Asep Ahmad Hidayat, M.Ag & M. Romyan Fauzan, M. Si
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis diberi kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa
risalah dakwah kepada ummatnya untuk menuju kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan
akhirat.
Adapun makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pariwisata, dan diharapkan makalah ini dapat memperkaya perbendaharaan ilmu bagi para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangannya, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Dengan mengharap ridha Allah, akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
PEMBAHASAN :
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 9
iii
PENDAHULUAN
Sebuah Gua adalah sebuah sebuah lubang alami di tanah yang cukup besar dan
dalam.beberapa ilmuan menjelaskan bahwa dia harus cukup besar dan dalam. Beberapa
ilmuan menjelaskan bahwa dia harus cukup besar sehingga beberapa bagian
didalamnya tidak menerima cahaya matahari (Erlangga Esa Laksmana, STASIUN
NOL, 2005). Sedangkan Pawon dalam kamus besar bahasa Sunda memiliki arti Dapur.
Gua Pawon adalah sebuah Gua alami dari situs Purbakala yang didalamnya
telah ditemkan kerangka Manusia Purba yang konon adalah Nenek Moyang orang
Sunda. Terletak di kecamatan Cipatat KBB, Gua tersebut merupakan sebuah tempat
yang penting bagi orang Sunda karena disanalah tempat sesepuhnya dulu. Hingga kini
fosil-fosil yang ditemukan masih dalam tahap penelitian olehe para ahli arkeolog.
Gua yang sangat menngemparkan warga masyarakat Jawa Barat itu ditemukan
pada tahun 2000 oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) yang melakukan
survei geologi di kawasan tersebut, yang kemudian diekskavasi oleh tim Balai
Arkeologi Bandung pada tahun 2003. (yondri, 2012) Kini tentunya bagi pengunjung
untuk memasuki Gua tersebut dikenakan tarif sebesar Rp. 15.000 Rupiah /2 orang
pengunjung.
1
PEMBAHASAN
Situs Gua Pawon yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat(KBB), Jawa Barat Tinggalan gua-gua yang mengandung
budaya prasejarah itu, terletak sekitar 28 km sebelah barat kota bandung letak
daerahnya mudah dijangkau karena berada di pinggir jalan Bandung Jakarta via
Cianjur, dan secara administratif terletak kedalam Desa Gunung Masigit Kecamatan
Cipatat KBB.1 Gua Pawon relatif mudah dijangkau. Jika perjalanan ditempuh dari Kota
Bandung, kita harus melewati jalan raya Padalarang, kemudian melewati Situ Ciburuy,
kita akan mulai melewati jalan-jalan di sekitar Pegunungan Masigit yang berdebu dan
penuh asap, karena banyak pabrik kapur, dari situ kita sudah bisa melihat papan
petunjuk untuk menuju ke Gua Pawon
Sementara untuk pengunjung yang datang dari arah Cianjur, setelah melewati
Kecamatan Cipatat dan tempat pelesiran di Cibogo, dalam dua kilometer berikutnya
kita dapat melihat denah di sebelah kiri. Melalui jalan aspal seadanya yang menurun
dan kemudian naik, kita dapat menjangkau gua ini dari jalan raya. Memang tidak semua
jalan menuju ke Gua Pawon beraspal. Sebagian jalan rusak dan sangat licin saat hujan,
untuk sampai ke posko Gua, pengunjung dapat menggunakan kendaraan bermotor,
namun jika menggunakan mobil pengunjung harus memarkirkannya sekitar 400-500
meter dari posko Gua, dan tentunya perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki
karena lokasi Gua yang berada di atas tebing bukit. Rasa lelah Pengunjung dengan
menaiki anak tangga untuk sampai ke Gua akan terhilangkan jika sudah sampai disana,
karena Gua Pawon memiliki pemandangan eksotis di sekitar Gunung Masigit dan udara
yang sejuk.
Selama ini keberadaan Gua Pawon bagi warga Kampung dan Panyusuan Desa
Gunung Masigit, barangkali tidaklah terlalu istimewa. Letak gua yang berada di lokasi
penambangan batu kapur, hanya dianggap sebagai satu lokasi tempat bernaung disela
1
Taufan Wiguna, Gua Pawon Objek Wisata Pemula, 2009 diakses melalui laman
www.geotour.wordpress.com, 21 mei 2019 pukul 20,30
2
penambangan batu atau tempat bermain anak-anak. Kurangnya perhatian masyarakat
sekitar dan pemerintah (DISPARBUD) terhadap satu situs cagar budaya alam membuat
Gua hampir terbengkalai belum lagi karena kondisi jalan yang tidak terlalu baik itu dan
medan yang licin untuk sampai ke Gua Pawon membuat para wisatawan lebih memilih
destinasi lain.
Namun kini setelah situs ini mulai dikembangkan menjadi tempat tujuan wisata
dan diakui sebagai Geopark Nasional para wisatawan banyak yang datang berkunjung
bukan hanya untuk melihat alam sekitar, namun juga tertarik dengan lokasi
ditemukannya fosil-fosil Manusia Purba,2 sejak saat itu juga penggalian maupun
penambangan batu kapur yang dinilai merusak lingkungan sekitarnya, sedikit demi
sedikit berkurang, namun bukan berarti dilarang dan dihentikan karena penambangan
tersebut sebagai mata pencaharian warga sekitar.
Gua Pawon ini adalah salah satu situs hunian Manusia Purba yang terdapat di
Jawa barat. Temuan fosil-fosil kerangka manusia, artefak, seperti alat obsidian, alat
tulang, fragmen gerabah dan sisa-sisa hewan, di gua ini juga ditemukan beberapa
rangka manusia yang menunjukkan adanya penguburan. Tentu saja temuan rangka-
rangka ini menjadi indikasi yang penting mengenai digunakannya Gua Pawon sebagai
situs permukiman bagi manusia prasejarah. Penelitian di Gua Pawon telah banyak
dilakukan oleh Balai Arkeologi Bandung. Dimulai pada tahun 2003, ekskavasi di
Kompleks Gua Pawon terus dilakukan hingga kini. Di Gua Pawon sendiri telah dibuka
sejumlah 8 kotak galian di 3 sektor yang berbeda.3
Manusia Prasejarah pada saat itu hanya mendiami tempat-tempat terbuka yang
dekat dengan sumber air seperti pinggir sungai, dan tepi Danau. Hal ini sesuai dengan
argumentasi yang dikemukakan oleh R. P. Soejono yang menyatakan pada masa itu
tempat – tempat yang didiami adalah tempat-tempat yang agak tinggi dan bukitbukit-
2
Lutfi Yondri, Potensi Arkeologi di Gunung Pawon dan sekitarnya (permasalahan dan peluangdalam
pengelolaan dan pelaestarian), (Bandung: Balai Arkeologi), hlm 161
3
Ibid, hlm. 161-162
3
bukit yang ada kalanya dikelilingi oleh sungai atau jurang serta di pagar oleh hutan
tujuannya adalah melindungi diri dari serangan musuh atau gangguan binatang buas.4
Gua lain yang bernama Gua Peteng terletak di bagian bawah Gua Pawon,
terlihat di sebelah utara selatan dengan bagian mulut berada di sisi sebelah utara. Di
bagian depan gua tumbuh rumput bambu yang cukup lebat dan pohon yang cukup besar
sehingga mengakibatkan pencahayaan ke bagian dalam gua menjadi berkurang.
Mungkin karena kurangnya pencahayaan itulah kemudian gua tersebut disebut oleh
masyarakat setempat dengan nama buah peteng (bhs. Sunda peteng berarti remang-
remang/gelap). Agak ke timur dari gua pawon, pada jarak lebih kurang 100 meter,
terdapat sebuah gua lagi yang oleh penduduk setempat disebut Gua Ketuk. Gua tersebut
sampai sekarang jarang dikunjungi dan sebagian besar bagian mulut Gua ditutupi oleh
semak yang cukup rapat.8 Temuan tulang belulang dan serpihan batu itu diyakini
4
R.P Soejono, Jaman Prasejarah di Indonesia, Sejarah Naisonal indonesia 1 Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan,. (Jakarta: Balai Pustaka 1984)
5
Lutfi Yondri, Laporan kegiatan ekskapasi di situs Gua Pawon, (Bandung 2003)
6
Sudjatmiko, Sumber Alat-alat Batu Prasejarah dari Situs Gua Pawon, lihat juga Budi Brahmantyo, T
Bachtiar Amanat Gua Pawon, (Bandung: kelompok Riset Cekungan Bandung 2004) hlm. 97-104
7
Lutfi Yondri, Potensi Arkeologi di Gunung Pawon dan sekitarnya (permasalahan dan peluangdalam
pengelolaan dan pelaestarian), (Bandung: Balai Arkeologi), hlm. 163-164
8
Ibid. Hlm. 164-167
4
mengindikasikan adanya kehidupan manusia purba dikawasan Gua Pawon. Bahkan
dikawasan tersebut dipastikan pernah tumbuh kebudayaan manusia pada jaman dulu.
Dugaan sementara para pakar, tulang belulang tersebut milik manusia purba
yang hidup pada jaman batu dan tinggal di dalam gua. Sedangkan serpihan batu diduga
merupakan perkakas milik manusia yang hidup dijaman dulu. Menuju ke bagian
puncak pasir pawon melalui jalan setapak yang agak vertikal diselingi bongkahan batu-
batu gamping berukuran besar seolah memperlihatkan satu taman batuan (stone
garden). Di antara bebatuan tersebut ternyata oleh masyarakat kemudian khususnya
pada masa perkembangan budaya megalitik, masyarakat masa lalu juga melakukan
aktivitas di puncak pasir (gunung) ini. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya batu
monolit berbahan andesit yang ditata sedemikian rupa berupa menhir dan batu-batu
pipisan. Walaupun konteks dan asosiasi tinggalan ini sudah tidak diketahui lagi, paling
tidak ketinggalan tersebut memberikan arti penting bahwa lokasi tersebut pernah
dimanfaatkan oleh masyarakat masa lalu. 9
Jika dilihat dari berbagai budaya masa lalu, termasuk temuan manusia tersebut,
dapat kita lihat adanya satu perkembangan budaya yang melintasi kurun waktu yang
cukup lama di kawasan gua pawon, yaitu dari era Mesolitik hingga Neolitik. Lintasan
budaya tersebut diwakili oleh temuan-temuan budaya yang terdapat di gua pawon yang
kini telah dikonservasi dan di Museumkan. Sementara itu, di periode budaya yang
kemudian diwakili oleh tumbuhan megalitik yang ada di bagian puncak gunung pawon.
Di arah sebelah barat gunung pawon sampai sekarang masih terdapat dua gunung lagi
yang lainnya juga menyimpan potensi budaya dan wisata yang harus disatukan
sekaligus dalam pengembangan kawasan kedua lokasi tersebut.10
9
Lutfi Yondri, Potensi Arkeologi di Gunung Pawon dan sekitarnya (permasalahan dan peluangdalam
pengelolaan dan pelaestarian), (Bandung: Balai Arkeologi),
10
Ibid. Hlm 167-174
5
dinyatakan sebagai kawasan yang harus dilindungi dari segala bentuk perusakan yang
pada akhirnya akan menghilangkan data-data yang terkandung oleh situs tersebut11
begitu juga dengan peraturan lain di luar bidang kebudayaan itu keputusan menteri
pertambangan Ri nomor 1456 tentang pedoman pengelolaan kawasan karst di mana
kawasan gua pawon atau gua gunung pawon sangat memenuhi persyaratan sebagai
wilayah konservasi dan masuk ke dalam klasifikasi kars kelas 1,12 dalam hal ini Gua
Pawon dari segi peraturan hukum di tingkat nasional tidak hanya harus dilindungi
secara Arkeologi tetapi juga Geologi.
Kawasan Gunung Masigit ini dapat dilakukan seperti yang pernah dilakukan
pada situs-situs penting di indonesia yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.
yaitu terdiri dari zona inti, zona penyangga, dan zona pengembang zona inti terdiri dari
situs gua pawon beserta temuan bantuan gamping yang jarang didapat di kawasan jawa
barat yang mempunyai kekhasan dan keunikan, kemudian di zona penyangga yang
berfungsi sebagai penyangga atau pendukung zona inti terdiri dari lahan hijau dengan
luas berbeda bergantung kepada kondisi dan karakteristik setempat, kemudian zona
penyangga yang dimanfaatkan untuk berbagai sarana lainnya termasuk sebagai
kawasan sumber daya ekonomi masyarakat.13
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena kawasan gua pawon tidak hanya
bermanfaat untuk kepentingan ilmu pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan juga
merupakan bagian dari paket Wisata ilmiah dari ilmu ke bumian (geologi bentang alam
Kars, hidrgeologi). Pengelolaan situs gua pawon agar lebih dapat memiliki nilai
pengetahuan sejarah dan kebudayaan bagi masyarakat perlu kiranya dikembangkan
kawasan ini sebagai suatu situs museum yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan
prasarana penunjangnya. Hal ini penting untuk dilakukan karena temuan-temuan hasil
penelitian arkeologi yang telah dilakukan selama ini perlu untuk disuguhkan kepada
masyarakat yang datang, dan selama ini banyak sekali pertanyaan yang disampaikan
11
Lutfi Yondri, Potensi Arkeologi di Gunung Pawon dan sekitarnya (permasalahan dan peluangdalam
pengelolaan dan pelaestarian), (Bandung: Balai Arkeologi), pada Undang-undang Ri No 11 tahun 2010
tentang Cagar Budaya
12
BPHLD, Penyelamatan Kawasan Kars Citatah(2009), diakses pada laman www.bphldjabar.go.id
pada 21 mei 2019 pukul 20.35
13
Lutfi Yondri, Potensi Arkeologi di Gunung Pawon dan sekitarnya (permasalahan dan peluangdalam
pengelolaan dan pelaestarian), (Bandung: Balai Arkeologi),
6
oleh pengunjung yang berkaitan dengan Gua pawon dan manusia penghuninya antara
lain; apa, bagaimana, kapan, bagaimana mereka hidup apa yang mereka makan saat
hidup di gua pawon, peralatan yang mereka pakai, serta kehidupan prasejarah yang
pernah berlangsung di gua pawon tersebut pada masa lalu. Meskipun telah adanya
posko dan petugas/pemandu situs Gua Pawon.14
14
Bambang Hidayat, Kasmaran Pada Lingkungan, (Kompas: Opini) 17 Januari 2019
15
Lutfi Yondri, Potensi Arkeologi di Gunung Pawon dan sekitarnya (permasalahan dan peluangdalam
pengelolaan dan pelaestarian), (Bandung: Balai Arkeologi),
7
DAFTAR PUSTAKA
8
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
9
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
10