Anda di halaman 1dari 10

Wajah Turatea pada Tahun 1872 dalam Konstalasi

Pemerintahan Sulawesi dan Daerah Dependensinya


Khrisna Pabichara1

Kegubernuran Sulawesi dan Daerah Dependensinya terbagi atas tujuh wilayah,2


yakni (1) Makassar yang meliputi Makassar, Tallo, dan daerah sekitarnya; (2)
Distrik Utara (Noorder-distrikten) yang meliputi Maros, Turikale, Bontoa,
Tankuru, Tanralili, Simbang, Ri Lau, Ri Raya, Pangkajene, Bungoro, Segeri,
Laya, Labbakkang, Marang, Mandalle, Baloci, Cinrana, Camba, Malawa, dan
Patuku; (3) Distrik Timur (Oost-distrikten) yang meliputi Bulo-Bulo, Lamatti,
Baringan, Barang, Tondong, Manimpahoi, Manipi, Turungan, Kajang, Gantarang,
Bulukumba Toa, Ujungloe, Lemo-Lemo, Bira, Jojolo, dan Panynyikkokang; (4)
Distrik Selatan (Zuid-distrikten) yang meliputi Bantaeng, Tarowang, Tino,
Rumbia, Binamu, Bangkala, Galesong, Bontolebang, Polombangkeng, Pappa,
Topejawa, Laikang, Lengkese, Ballo, Taipa, dan Takalar; (5) Selayar yang
meliputi Tanete, Mare-Mare, Batangmata, Bukit, Boneng, Gantarang, Puta
Bangun, Bontobangung, Balla Bulu, Layolo, Bontoboros, Barrang-Barrang, Pulau
Kalau, Bonerate, Bua-Bua, Pangngiliang, Tambolongang, dan Tana Jampea; (6)
Bima; dan (7) Tontoli.
Kegubernuran Sulawesi dan Daerah Dependensinya dipimpin oleh seorang
gubernur yang pada 1872 dijabat oleh J. A. Bakkers. Ia diangkat oleh Dewwan
Hindia Belanda pada 27 Januari 1865. Adapun pejabat Hindia Belanda yang
bertugas mendampingi Gubernur Bakkers dalam menangani tata kelola daerah
(gewestelijk bestuur) di ibu kota Makassar adalah:
1. Asisten Residen: O. von Below (27 Januari 1869).
2. Sekretaris Gubernur: F. C. Bekel (7 Maret 1868).
3. Sekretaris Urusan Pribumi: A. Ligtvoet (7 Agustus 1868).

1
Penulis. Berasal dari Jeneponto. Hingga tahun 2022 telah menerbitkan 42 buku dan ribuan artikel tentang sastra (novel,
cerpen, puisi, dan esai), neurologi, pengembangan kecakapan menulis, keterampilan berbahasa Indonesia, sejarah,
dan kebudayaan. Saat ini menetap di Kota Depok, Jawa Barat.
2
Lihat Regeerings-Almanak van Nederlandsch-Indie jaar 1872 hlm. 205—209.
4. Kontroler Kelas Utama:3 J. Bensbach (16 Agustus 1870).
5. Komite Kedua untuk Sekretariat Pemerintahan: W. F. Prins (1
Oktober 1869).
6. Komite Ketiga: J. Vetter (11 April 1866).
7. Komite Kantor Pusat: J. A. G. Brugman (7 Agustus 1868).
8. Komisioner Kejaksaan: H. A. Claassen (8 Desember 1868).
9. Hakim: M. Rozenboom (4 April 1867).
10. Wakil Hakim: H. Rozenboom (26 Mei 1868).
11. Imam Besar: Moehammad Arrasad.
12. Kapiten Melayu: Abdu ‘l-Husain.
13. Letnan Melayu: Damang.
14. Kapiten Wajo: Ladolo.
15. Kapiten Ende: Baharung Daeng Matali.
16. Kapiten Cina: Nio The Hoe (17 Maret 1864).
17. Letnan Cina: Tjiu Oen Djie (3 Oktober 1862) dan Nio Goan Ek (18
November 1869).
18. Ahli Pertanian: C. W. Eekhout (28 Agustus 1868).
Agar pelaksanaan tata kelola daerah berjalan lancar, Gubernur Sulawesi dan
staf dibantu oleh Kontroler Tata Kelola Domestik, yakni:
1. Kontroler Kelas Utama: G. G. de Villeneuve (7 Juli 1867), D. F. van
Braam Morris (16 Agustus 1870), J. Bensbach (16 Agustus 1870), dan
W. Greve (8 Januari 1871).
2. Kontroler Kelas II: J. F. Schenkhuizen (16 Desember 1868), C.
Muntendam (22 September 1870), dan D. N. F. Kiehl (19 November
1870).
3. Kontroler Kelas III: W. F. Neys (16 Desember 1968), E. W. E. Burger
(15 Januari 1869), J. W. van Heusden (15 Januari 1870), A. F.
Weydung (16 Agustus 1870), dan C. P. J. van Koetsveld (22
September 1870).

3
Jabatan ini khusus menangani protokoler gubernur, termasuk dalam melakukan perjalanan dinas.
4. Pegawai Asistensi: G. A. Scherer (16 Agustus 1870), D. W. Horst (22
September 1870), W. R. de Greve (22 September 1870), dan M. H.
Witbols Feugen (19 November 1870).
Adapun pejabat yang bertugas menangani tata kelola kota adalah:
1. Kepala Distrik Pangeran Hendrik: G. Koldewijn.
2. Kepala Distrik Vlaardingen: F. A. Fischer.
3. Kepala Distrik Negeri Baru: W. F. Vetter.
4. Kepala Distrik Kampung Baru: J. A. Hodenpijl.
5. Kepala Distrik Kampung Baru: D. J. Voll.
Kegubernuran Sulawesi dan Daerah Dependensinya membentuk pula divisi
pemadam kebakaran dengan komposisi sebagai berikut.
1. Kepala Pemadam Kebakaran: C. W. Eekhout.
2. Kepala Divisi I: W. de Kater.
3. Wakil Kepala Divisi I: H. Belle dan W. F. Prins.
4. Kepala Divisi II: C. G. Pieloor.
5. Wakil Kepala Divisi II: A. J. H. Oosthoek dan L. A. Misero.
Selain menempatkan pejabat pemerintahan di tiap-tiap daerah, Pemerintah
Hindia Belanda juga mengangkat pemimpin lokal sebagai kepala daerah (regent)
di wilayah Kegubernuran Sulawesi dan Daerah Dependensinya. Biasanya raja
atau pemimpin lokal yang dipilih menjadi Regen, kecuali karena alasan tertentu—
seperti memimpin pemberontakan—sehingga raja atau pemimpin lokal tidak
diangkat menjadi Regen.
Adapun daftar personel di daerah sebagai berikut.
1. Pemerintahan (afdeeling) Makassar yang mencakup Tello Parangloe
dipimpin oleh pejabat yang bertanggung jawab atas tata administrasi
pemerintahan, yakni G. A. Scherer.
2. Distrik Utara (Afdeeling Noorder-distrikten) berkedudukan di Maros
dipimpin oleh Asisten Residen, yakni G. J. Gersen (12 Agustus 1868).
Asisten Residen bertugas juga selaku notaris. Guna kelancaran tugas
dan tanggung jawabnya, Asisten Residen dibantu oleh:
a. Staf Khusus: W. R. de Greve.
b. Kolektor Pendapatan: J. A. Voll.
c. Pengawas Saluran Air: L. N. Voll.
d. Pengawas Jalan dan Jembatan: Daeng Paliwang dan Lahami.
e. Kadi: Sayid Abdurrahman Daeng Marewa.
f. Regen Maros: Mappasossong Daeng Padundu (21 Februari 1860).
g. Regen Turikale dan Simbang: Lauma Daeng Manrapi (19 Juni
1861).
h. Regen Bontoa: I Sondong Daeng Mattayang (24 April 1860).
i. Regen Tankuru: I Malin Koang Daeng Maliungi (24 Februari
1861).
j. Regen Tanralili: Patahula Daeng Mattayang (30 Juni 1853).
k. Regen Ri Lau: La Ruang Daeng Pasampa (19 November 1855).
l. Regen Ri Raya: I Supu Daeng Pasau (27 September 1848).
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Pangkajene adalah:
a. Kontroler Kelas III: J. W. van Heusden.
b. Klerek:4 J. E. G. Pieloor.
c. Regen Pangkajene dan Kaba: I Pappe Daeng Masikki (4 Agustus
1857).
d. Regen Labbakkang: I Manongongang Daeng Pasawi (7 Desember
1858).
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Segeri adalah:
a. Kontroler Kelas II: C. Muntendam.
b. Klerek: D. H. Coutrier.
c. Regen Segeri: La Padara Daeng Mannangkasi (16 Juli 1855).
d. Regen Mandalle: Pallawa Rukka Daeng Malawa (21 Juli 1861).
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Kawasan Pegunungan adalah:
a. Kontroler Kelas Utama: W. Greve.

4
Klerek adalah petugas sipil yang bertugas juga sebagai wakil kolektor perpajakan atau pendapatan di wilayah tugasnya.
b. Klerek: P. Voll.
c. Wakil Jaksa: Encik Bu Rahim (8 Mei 1869).
d. Regen Baloci: I Tiringang Daeng Mangata (7 Januari 1867).
e. Regen Cinrana: Palawagau (11 Desember 1862).
f. Regen Laya:5 I Malasang Daeng Malabang ((11 Mei 1860).
g. Regen Camba: I Kadera Daeng Situru.
h. Regen Malawa: La Koasa Daeng Pasaka Arung Riawong (22
Februari 1863).
3. Distrik Timur (Afdeeling Ooster-distrikten) dengan ibukota Balang
Nipa dipimpin oleh Asisten Residen H. Holtz. Selain berwenang
untuk memimpin pemerintahan, Asisten Residen Holtz merangkap
selaku notaris atau pejabat pembuat akta. Asisten Residen Holtz
dibantu oleh:
a. Staf Khusus: D. W. Horst.
b. Klerek: L. Platt.
c. Regen Lamatti: I Pelung Daeng Mamangung (1 Juli 1868).
d. Sulewatang Lamatti: Baco Daeng Siabang.
e. Regen Baringang: Daeng Pahaha.
f. Kadi: Haji Toke.
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Bulukumba adalah:
a. Kontroler Kelas II: D. N. F. Kiehl.
b. Klerek: D. J. Bagman.
c. Regen Gantarang: Mattuppuang Daeng Siampo (12 Desember
1849).
d. Regen Ujungloe: Mappauwara Daeng Masiki (13 Juni 1868).
e. Regen Bulukumba Toa: Lataba Daeng Parota.
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Bikeru adalah:

5
Bertugas sebagai wali dari raja yang masih di bawah umur. Lihat Regeerings-Almanak van Nederlandsch-Indie jaar 1872
hlm. 207.
a. Kontroler Kelas Utama: D. F. van Braam Morris.
b. Klerek: Ch. Helting.
c. Regen Tondong: Tolere Daeng Paling.
d. Regen Manimpahoi: Tiro Daeng Paesa.
e. Regen Manipi: Makuasa Daeng Matako.
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Kajang adalah:
a. Kontroler Kelas III: E. W. E. Burger.
b. Klerek: G. Th. Weijmana.
c. Regen Kajang: Matta Daeng Pawakang.
d. Sulewatang Kajang: Dea Daeng Lita.
e. Regen Bira: Daeng Raja.
f. Gallarrang Jojolo: Baba.
4. Pemerintahan Distrik Selatan (Afdeeling Zuider-distrikten) berpusat di
Bantaeng.6 Adapun sub-pemerintahan Bantaeng dipimpin oleh Asisten
Residen W. F. Sikman (27 Oktober 1870). Dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya, ia didampingi oleh:
a. Staf Khusus: M. H. Witbols Feugen.
b. Regen Bantaeng: Daeng Butung (22 Juli 1859).
c. Subregen Tompobulu: Daeng Galogo.
d. Sulewatang subregen Tompobulu: Palaguna.
e. Regen Tarowang: Barani Daeng Marewa.
f. Kadi: Polo.
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Takalar adalah:
a. Kontroler Kelas III: C. P. J. van Koetsveld.
b. Kolektor: L. G. Fransz (7 Juli 1870).
c. Regen Topejawa: Serajung (28 Juli 1871).
d. Regen Galesong: Bahuru Daeng Maggau (8 September 1968).
e. Subregen Pappa: Rahamang Daeng Siama.

6
Pemerintah Hindia Belanda selalu menggunakan kata Bonthain untuk penyebutan Bantaeng.
f. Regen Polombangkeng: Manurung Daeng Maleo (27 Juli 1865).
g. Regen Sanrabone: Batang (28 Februari 1867).
h. Gallarrang Lengkese: Aha Daeng Mangimpo (6 Juni 1864).
i. Gallarrang Laikang: Mallarangang Daeng Matutu (6 Juli 1857).
j. Kadi: Heleri Daeng Bantang.
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Binamu adalah:
a. Kontroler Kelas Utama: G. G. de Villeneuve.
b. Pejabat Kolektor: C. J. Banse.
c. Regen Binamu: Palangkey Daeng Lagu (12 November 1870).
d. Jaksa: Ali (14 Januari 1871).
e. Kadi: Jaba.
Pejabat pemerintahan di wilayah sub-pemerintahan (onder-afdeeling)
Bangkala adalah:
a. Kontroler Kelas III: A. F. Weydung.
b. Regen Bangkala: Panai Daeng Manrongrong (18 Maret 1869).
c. Sulewatang: Muda.
5. Pemerintahan Selayar berkedudukan di Benteng di bawah pimpinan
Kontroler Kelas II J. F. Schenkuizen. Ia dibantu oleh:
a. Kolektor: J. S. Bax dan F. W. A. Oosthoek.
b. Regen Bontobangung: Umara Daeng Macora (21 Agustus 1866).
c. Regen Tanette: Baso Laki Daeng Rimakka (24 November 1869).
d. Regen Bukit: Andi Daeng Mangasi (26 Juni 1862).
e. Regen Layolo: Baso Daeng Maggau (22 Desember 1860).
f. Regen Mare-Mare: Moha Daeng Mabakkasa (27 November 1862).
g. Regen Bontoboros: Bandialang Daeng Patola (26 November 1851).
h. Regen Balla Bulu: Jati Daeng Maujung (7 September 1854).
i. Regen Barrang-Barrang: Baharang Daeng Pabali (3 Februari
1866).
j. Regen Boneng: Cekele Daeng Mangungtingi (10 Agustus 1858).
k. Wakil Regen Bonerate:7 I Rahi Daeng Masumpa (8 September
1871).
l. Gallarrang Pangngiliang: Daeng Mapata (24 November 1863).
m. Gallarrang Bua-Bua: Jakaria Daeng Mattiro (21 Juni 1864).
n. Gallarang Pulau Tambolongang, Bahullong, dan Polasasi: Abu
Daeng Siajang (24 Maret 1868).
o. Punggawa Tana Jampea: Saluna (22 Juni 1864).
p. Kadi: Haidar Daeng Batara (15 Desember 1864).
6. Pemerintahan Bima dipimpin oleh Kontroler Kelas III W. F. Neys.
7. Pemerintahan Tontoli8 di bawah pimpinan Kepala Kantor Pos Laboan
G. van Zolingen (15 Januari 1870). Ia dibantu oleh Kepala Bugis:
Lasama Uana Muhammad Saleh (29 Agustus 1870).
Patut diketahui bahwa upaya penaklukan Belanda di Hindia Belanda telah
dilakukan secara terstruktur melalui pengamatan dan penggambaran wilayah di
antero Nusantara. Hal serupa tanpa kecuali diberlakukan untuk wilayah Turatea.
Kala itu ada tiga kerajaan utama yang berkembang di Turatea, yakni Kerajaan
Binamu, Kerajaan Bangkala, dan Kerajaan Laikang.
Pada tahun 1853, Dewan Hindia Belanda di Batavia secara khusus
memerintahkan pembuatan peta wilayah Turatea. Upaya pembuatan peta itu tidak
dapat dilakukan dengan baik karena banyaknya rongrongan di wilayah Turatea.
Pemetaan Turatea terpaksa dilakukan secara sederhana, yaitu pembuatan sketsa
yang dilakukan dari lautan. Sketsa Teluk Turatea dibuat oleh Mayor Kapal Uap
Gede.9 Beberapa tahun kemudian, pada 1857, Angkatan Darat Militer Belanda
dipimpin oleh Mayor Infanteri P. B. van Staden Ten Brink melakukan pemetaan
topografi Turatea.10 Sktesa Teluk Turatea dan Laporan Militer Belanda itulah
yang dijadikan sebagai panduan penaklukan Turatea.

7
Bertanggung jawab juga atas pemerintahan di Pulau Kalau. Lihat Regeerings-Almanak van Nederlandsch-Indie jaar 1872
hlm. 209.
8
Semula Tontoli masuk dalam wilayah Kegubernuran Manado, tetapi berdasarkan Staatsblad No. 55 Tahun 1858
dimasukkan ke dalam pemerintahan Kegubernuran Sulawesi Dan Daerah Dependensinya.
9
Lihat Algemeens Konst- en Letter Bode Nomor 6 Edisi Februari 1856 hlm. 44.
10
Laporan Ekspedisi Militer Tentara Hindia Belanda di Sulawesi Selatan (Zuid-Celebes) yang disusun oleh Mayor
Infanteri P. B. van Staden Ten Brink. pada tahun 1862 baru dipublikasikan pada 1884.
Selain digunakan untuk kepentingan penaklukan, sketsa dan topografi itu
digunakan juga oleh Dewan Hindia Belanda untuk melancarkan misi penyebaran
agama Nasrani di wilayah Turatea. Misionaris Belanda, G. Maan, ditugaskan
untuk melakukan zending atau menyebarkan agama Nasrani di wilayah Turatea.11
Semula G. Maan menetap di Loka, kawasan perbatasan antara Bantaeng dan
Turatea, karena tidak mendapat sambutan hangat di wilayah Binamu. Kuasa
Belanda di Binamu, saat itu dijabat oleh Kontroler M. de Kat, menempatkan G.
Maan di Tanetea12 dengan wilayah tugas mencakup Kerajaan Binamu dan
Kerajaan Bangkala. Dalam catatan harian yang dimuat dalam Berichten van de
Untrechtsche Zendingsvereeniging No. 4 1905, Maan mencatat:

In de eerste plaats heb ik in de maand Juli eene groote reis gemaakt


door de bergstreken van Bangkala en Takalara. Ik bezocht eerst de
kampongs Bayang-bayang en Papalloewang, waar ik ook verleden
jaar een paar dagen vertoefde. Ik had nu de gelegenheid nader met de
lieden kennis te maken. Wel is waar, gelukte het me ook nu nog niet,
iets naders omtrent de Patoentoeng te weten te komen, maar ik geloof,
den weg daartoe nu gebaand te hebben. Dezen tocht ondernam ik in
het gevolg van den Heer Controleur van Takalara en den posthouder
van Bangkala, die beiden onzen arbeid wel genegen zijn. 13

Dalam catatan hariannya, Maan menggambarkan perjalanan pertama yang ia


lakukan pada Juli 1858. Ia menempuh perjalanan menakjubkan melewati kawasan
pegunungan di antara Bangkala dan Takalar untu meneliti kepercayaan Patuntung
yang kala itu masih dianut oleh sebagian penduduk Bangkala dan Binamu. Mula-
mula ia mengunjungi Bayang-Bayang, kemudian ke Pappalluang. Beberapa tahun
lalu ia pernah menetap di Pappalluang. Ia kembali ke sana agar bisa lebih dekat
mengenali dan mengamati penduduk Pappalluang. Ia ditemani oleh rombongan
Kontroler Takalar F. H. W. J. R. Logeman dan Kuasa Kolektor Bangkala C. J.
Banse. Dua pejabat itu memiliki minat yang tinggi terhadap riset yang tengah

11
Lihat Regeerings-Almanak van Nederlands-Indie jaar 1903 hlm. 232.
12
Sekarang masuk dalam wilayah Kelurahan Bontotangnga, Kec. Tamalatea, Kab. Jeneponto.
13
Catatan harian itu ditulis oleh Maan pada 13 April 1859 dan disebarluaskan melalui Berichten van de Untrechtsche
Zendingsvereeniging No. 4 April 1905. Lihat hlm. 51.
dijalani oleh Maan.14 Pada bagian lain dalam catatan hariannya, Maan mencatat
tentang tanggapan penduduk dan petinggi Kerajaan Bangkala dan Binamu yang
tidak terlalu antusias menyambut kedatangannya.
Peta wilayah juga digunakan untuk mempermudah alur pengangkutan hasil
bumi dari wilayah selatan Pulau Sulawesi. Hasil bumi dari Selayar, Bulukumba,
Sinjai, dan Bantaeng diangkut lewat jalan darat melewati jalur jalan di Binamu
dan Bangkala atau jalur laut yang melintasi Pelabuhan Bungeng di Binamu dan
Pelabuhan Mallasoro di Bangkala. Hasil bumi seperti kopi dari Bulukumba; kayu
sappang, genta, koin tembaga, minyak kopra, dan teripang dari Selayar; kopi dari
Bantaeng; dan garam dari Bangkala diangkut menuju Pelabuhan Jumpandang di
Makassar.15 Hasil bumi itu akan diangkut ke Belanda untuk diperdagangkan di
Eropa dan Amerika.16
Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwa Dewan Hindia Belanda
tidak main-main dalam usaha menaklukkan dan menundukkan Turatea. Kendati
Turatea, dalam hal ini Kerajaan Binamu dan Kerajaan Bangkala, sudah berada di
kendali Dewan Hindia Belanda sejak penandatanganan Perjanjian Bungaya pada
18 November 1667, tetapi kawasan Turatea baru sepenuhnya bisa ditundukkan
seusai Ekspedisi Militer pada Oktober 1883.17

Borongtammatea, 15 Februari 2022

14
Kisah dan perjalanan G. Maan selama menjalankan tugas selaku misionaris di Tanetea, Binamu, akan saya udar lewat
tulisan yang lain.
15
Sekarang bernama Pelabuhan Sukarno dan Pelabuhan Hatta.
16
Lihat koran kuno Makassar Handels-blad No. 68 Tweede Jaargang 28 Agustus 1869 hlm. 4.
17
Kisah perlawanan Ratu Binamu dan Raja Bangkala pada Perang Tamanroya 1883 dan Perang Parasangang Beru 1883
saya daras dalam artikel yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai