Anda di halaman 1dari 183

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jangan melupakan sejarah, karena sejarah adalah eksistensi dan jati diri suatu
bangsa yang merupakan pijakan dari generasi ke generasi dalam melihat masa depan
yang lebih baik. Presiden Soekarno dalam pidato terakhir tanggal 17 Agustur 1966
menegaskan agar Bangsa Indonesia, ” Jangan sekali-kali Meninggalkan Sejarah.
Sejalan dengan ucapan beliau, sejarahwan Nasional kita antara lain Ansar Gonggong
menjabarkan lagi bahwa sejarah itu jangan dilupakan, jangan dibengkokan, jangan
ditipu, jangan dimanipulasi, jangan diputarbalikan, jangan direkayasa, jangan
dikianati, jangan ditolak dan jangan ditutup-tutupi. Perjuangan Bangsa Indonesia
menjadi sebuah negara merdeka adalah hal yang sangat berat dan panjang sampai
mengorbankan darah dan nyawa yang tidak sedikit.
Dalam sejarah nasional Indonesia dijajah oleh Protugis, Spayol, Belanda,
Inggris dan Jepang. Ada tiga tujuan penjajah yaitu menyebarkan agama, berdagang
dan menjajah. Kolonialisme dan Imperialisme bangsa-nangsa asing tersebut tidak
hanya terjadi di pulau-pulau besar tertapi juga merambah sampai Sumba, Timor,
Alor, Rote, Sabu dan Pulau Flores yang ada dilingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur,
dimana mempengaruhi dan menghacurkan sistim pemerintahan lama yang dimiliki
oleh masyarakat secara tradisional dan bersifat turun-temurun.
Sejarah mengatakan bahwa Belanda menjajah Indonesia ± 350 tahun. Pada
Tahun 1907 dibawah pimpinan Christofel, setelah menguasai Larantuka dan Sika,
Belanda terus melaksanakan aksi militernya untuk menguasai wilayah Ende, Ngada,
dan Manggarai. Pada tanggal 10 Agustus 1907, pasukan Christofel tiba di Ende dan
hanya dalam waktu ± 2 minggu berperang Belanda berhasil mengalahkan Rape Oja
dari Wolo Are dan Marilonga dari Watung Gere, sekaligus menguasai wilayah Ende.
Pada tanggal 27 Agustus 1907 pasukan Belanda melanjutkan akhirnya di
Ngada. Di Rowa berperang melawan “ Dama Seku”. Perjalanan Belabda tidak mulus
dan di Wogo kembali diserang oleh pasukan “ Righo Lejo” tetapi ditaklukan dengan
mudah oleh Belanda. Kurang lebih 3 bulan pasukan Christoffel berhasil menguasai
seluruh wilayah Ngada. Pada tanggal 10 Desember 1907 Belanda menguasai
Mangarai. Berbagai perjuangan di Flores dilakukan sampai tahun 1909 tetapi
semuanya gagal. Pada tahun 1910 seluruh wilayah Flores akhirnya ditaklukan
Belanda.
Belanda mulai mengatur pemerintahan yang pada mulanya bersifat militer
yang disebut “Gezaghebher” yang kemudian berubah menjadi sipil yang disebut “
Controleur” yaitu Kapiten Spreijit yang menggatikan Christofel yang diangkat
menjadi Gezaghebber Ende dan Van Seechtelen menjadi Gezaghebher Lio.
Sedangkan Couvere menjadi Gezaghebher mulai dari Nangapenda, Ngada sampai
Manggarai.

1
Agar kegiatan pemerintah penjajah lebih tertib dan keamanan terkontrol dan
pemungutan pajak serta kerja rodi yang sebelumnya tidak dikenal masyarakat Ngada
dapat terlaksana dengan baik, Belanda membentuk satu sistim pemerintahan baru
yang sangat berbeda dengan sistim tradisional. Sebelumnya masyarakat Ngada hidup
berkelompok yang disebut dengan “ Ulu Eko/ Ulu Ikon”, One
Nua/Nggolo/Golo/Wongko dan Woe /Keraeng/Suku yang bersifat otonom dan tidak
ada struktur yang lebih tinggi. Demi efektifitas Belanda membentuk struktur baru
yaitu Zelfbestuurede Lansdschap yang dipimpin oleh seorang Zelfbestuur atau Raja,
Hamente yang diangkat oleh Belanda sedangkan para kepala kampung diangkat oleh
Kepala Hamente (Gemente)/Dalu dari tokoh yang sangat berpengaruh (Bangsawan)
dalam masyarakat setempat.
Pada periode tahun 1912-1917 diseluruh Flores terdapat 27 Lansdchap
Bestuur dan di wilayah Ngada terdapat 6 (enam) Landschap Bestuur yang yaitu :
1. Ngadha dipimpin berturut-turut oleh :
- Sebo Boki
- Toere Waroe
- Djawa Tay
2. Nage dipimpin oleh Roga Ngole
3. Keo dipimpin oleh Muwa Tunga
4. Riung dipimpin oleh Sila
5. Tadho dipimpin oleh Nggoti
6. Toring dipimpin oleh Adhang Pawo (alias Jago)
Pada periode tahun 1917-1930 di wilayah Ngada terdapat 4 (empat) Landschap
Bestuur yang terdiri dari :
1. Ngadha dipimpin berturut-turut oleh Djawa Tay dan Pea Mole.
2. Nage dipimpin oleh Roga Ngole dan Juwa Dobe Ngole
3. Keo dipimpin berturut-turut oleh : Muwa Tunga dan Goa Tunga
4. Riung (gabungan Riung, Tadho, Toring) dipimpin oleh Petor Sila (alias Pua
Mimak)
Pada Periode tahun 1931-1962 di wilayah Ngada terdapat 3 (tiga) Landschapen
Bestuur yang yang terdiri :
1. Ngadha dipimpin oleh :
- Pea Mole
- Arnoldus Y. Siwemole
- Herman Y. Siwemole
2. Nagekeo (gabungan Nage, Keo dan Toto wolowae) dipimpin oleh Juwa Dobe
Ngole
3. Riung (gabungan Riung, Tadho, Toring) dipimpin berturut-turut oleh :
- Petor Sila /alias Pua Mimak
- Bestur Kaunang
- Abdullah Petor Sila

2
- Mustafa Pertor Sila
1.2. Perumusan Masalah
Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian adalah Bagaimana proses dan dampak
dari pembentukan pembentukan Kabupaten Ngada pada tahun 1958. Berdasarkan
masalah pokok tersebut ditarik beberapa pertanyaan dasar sebagai berikut :
1. Apakah yang melatarbelakangi terbentuknya Kabupaten Ngada?
2. Bagaimana proses terbentuknya Kabupaten Ngada?
3. Apakah akibat dan dampak dari pembentukan Kabupaten Ngada.
1.3. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah :
1. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui dan menghargai para penjasa pembentukan Kabupaten Ngada.
b. Mengungkapkan latar belakang dan proses terbentuknya Kabupaten Ngada.
c. Mendiskripsikan berbagai perubahan kondisi sosial politik di Kabupaten
Ngada.
2. Kegunaan
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bermanfaaat sebagai :
a. Sebagai informasi faktual yang mendukung terbentuknya Ngada sebagai
sebuah kabupaten defenitif.
b. Menjadi bahan bacaan bagi seluruh rakyat Indonesia atau masyarakat Ngada
pada khususnya yang berminat pada masalah-masalah sejarah, sosial, politik
dan pemerintah.
c. Sebagai khasanah memperkaya ilmu pengetahuan khususnya ilmu
pengetahuan sejarah.
d. Sebagai bahan refrensi bagi pihak lain yang ingin melakukan kajian sejarah di
Kabupaten Ngada.

BAB II

3
METODE PENELITIAN

2.1. Penentuan Lokasi Penelitian


Yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah wilayah kecamatan di
Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo dengan pengumpulan data Swapraja,
Hamente, Buapati, Camat, dan Kepala desa pertama/gaya baru, DPR serta perekaman
gambar yang berhubungan dengan rumah adat (sao), peninggalan sejarah, alat perang
kerajaan, makam raja-raja pada zaman dahulu.
2.2. Penetapan Sumber Data
Dalam rangka pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini digunakan
sumber data sekunder dan primer. Sumber data sekunder berupa refrensi atau
literatur yang berhubungan dengan proses pembentukan Kabupaten Ngada.
Sedangkan sumber data primer berupa berbagai peninggalan sejarah seperti rumah
adat, senjata tradisional, tempat-tempat makam raja-raja, benteng, tugu dan
sebagainya.
2.3. Penentuan Informasi
Untuk kepentingan pengumpulan data lapangan digunakan para informen yang
terdiri dari :
a. Para keturunan raja, kepala hamente/dalu, bupati atau ahli waris.
b. Para tokoh adat.
c. Para tokoh masyarakat.
Untuk memilih para informen lebih tepat digunakan kritik ekstern sebagai salah satu
bentuk metode penelusuran sumber sejarah.
2.4. Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dengan sumber informasi dilakukan dengan cara
wawancara secara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan secara Indifidual maupun secara
kelompok yang disesuaikan dengan keadaan lapangan dan tingkat pengetahuan
informan. Wawancara dilakukan lebih dari satu kali dan hasil wawancara dicarat atau
direkam dan obyek peninggalan dilakukan observasi dan instrumen berupa foto.
2.5. Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian tentang sejarah pembentukan Kabupaten Ngada adalah merupakan
penelitian sejarah yang langsung berhubungan dengan fakta lapangan yang terjadi
pada masa lampau sebagai cikal bakal lahirnya Kabupaten Ngada. Oleh karena itu
kebutuhan analisisi menggunakan sejarah dengan menerapkan dua pendekatan yakni
kritik ekstern untuk menganalisisi keabsahan dan ketepatan sumber, dan kritik intrn
dipakai untuk menganalisisis ketepatan materi.
2.6. Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian berupa penjajakan lapangan, studi awal pustaka, proposal,
daftar pertanyaan, pembentukan tim peneliti dan diskusi persiapan dilakukan
dalam waktu dua minggu.

4
b. Pengumpulan data.
Pengumpulan data lapangan dilakukan selama dua minggu.
c. Pengolahan dan analisisi data selama 3 bulan.
d. Penulisan draf laporan dan diskusi selama satu bulan.
e. Seminar hasil penelitian satu hari.
f. Penyusunan naskah akhir dan penggandaan naskah laporan dua bulan.

BAB III
PEMERINTAHAN TRADISIONAL

5
Secara sosial masyarakat Ngada sejak jaman dahulu sudah hidup bersama-sama dan
bergotong royong dalam melakukan berbagai hal baik yang bersifat suka maupun duka. Hal
tersebut merupakan tradisi yang dilakukan secara turun-temurun. Dalam berbagai aktifitas
mereka lakukan sesuai adat kebiasaan atau kesepakatan sosial beersama tanpa dipaksa oleh
orang lain.
Untuk menghimpun/ mengatur berbagai kegiatan di suatu tempat atau kampung
adat baik yang berkaitan dengan ekonomi, adat budaya, kematian dan lain sebagainya ada
orang yang dituakan dan bertanggung jawab penuh untuk berbagai urusan dimaksud.
Oleh karena itu secara tradisional masyarakat Ngadasebenarnya sudah mengenal
sistim pemerintahan tradisional untuk tugas kepemimpinan dalam suatu wilayah adat
masing-masing. Secara struktur kepemimpinan masyarakat Ngada pada jaman dahulu dapat
dibagi 4 bagian yaitu :
1. Mosa ulu laki eko atau keraeng (wilayah Riung).
Mosa ulu laki eko adalah seorang yang dituakan oleh mosa-mosa dari
beberapa kampung adat dan mendapat kepercayaan karena kemampuan
pengetahuan dan pemahamanya atas adat budaya setempat, kebijaksanaanya dalam
mengatur berbagai permasalahan sosial secara baik dan adil dalam menjaga
keseimbangan satu sama lainnya.
Dalam peradapan tradisional adat istiadat Ngada orang yang dipercayakan
menjadi mosa ulu laki eko adalah orang yang memiliki pengaruh di masyrakat,
memiliki kemampuan ekonomi, keteladanan sikap dan moral dalam pergaulan
kehidupan masyarakat sehari-hari. Dari konteks aspek ratifikasi sosial yang menjadi
pemimpin pada saat itu adalah mereka yang berasal dari marga bangsawan atau gae,
atau di wilayah Swapraja Riung disebut dengan gelar Keraeng.
Berhubung dengan tugas dan tanggung jawabnya mosa ulu laki eko
mengkoordinasi beberapa kegiatan masyarakat sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab mempertahankan dan melindungi orang miskin atau fai walu
ana halo/ wina walu anak kalok (Riung).
b. Melakukan koordinasi dengan mosa nua, golo, nggolo,wongko, mosa woe/suku
dan mosa sao/rumah adat untuk berbagai urusan adat budaya setempat sesuai
dengan tradisi yang diwarisi secara turun temurun seperti reba, pembuatan
sao/rumah adat, Madhu/Ngadhu/Ngandung, bhaga atau baik loka, ka nua, Tinju
adat (metu, mbela), Caci/kebat, Bhasa Sela (makan jagung baru), makan padi
baru, atau hajat adat lainnya yang melibatkan seluruh masyarakat adat
setempat.
c. Mengatur berbagai kegiatan agar dilakukan secara gotong royong (suu papa
suru, sa papa laka), teti lobhon wangkas pung, mu pulur lema pekak (Riung) baik
urusan pesta atau kematian disuatu kampung yang disebut dengan ulu eko/ulu
ekon.
d. Menyelesaikan berbagai masalah sosial adat istiadat atau pelanggaran norma
adat sesuai dengan tradisi kebudayaan setempat.

6
2. Mosa ana woe, mawa sepi atau suku.
Klan atau suku merupakan satu kesatuan masyarakat yang selalu hidup
bersama sejak jaman dahulu kala. Koordinasi seluruh kegiatan dalam suku dilakukan
oleh seorang kepala suku sesuai dengan kebiasaan atau tradisi adat budaya
setempat. Dalam suatu kampung adat atau daerah bisa terdiri dari banyak suku atau
lebih dari satu suku. Segala peran adat budaya dalam masyarakat kebanyakan
didominasi oleh suku-suku besar yang berasal dari kalangan bangsawan atau gae
(sebutan dalam bahasa Bajawa) dan Keraeng (sebuatan dalam bahasa Riung).
Segala kegiatan adat budaya, sosial dan ekonomi masyarakat di dalam suku
diatur sesuai otoritas suku yang berlaku misalnya : upacara adat reba, neku, ka sa’o,
ka ngadhu/madhu, ka nua, ka bhaga (Etnis Bajawa), Bhasa Sela/makan jagung baru,
Tibhu/minta air hujan, Paras, Tama Rumah, Bhuing/kenduri (suku Toring),
Tinju/mbela/etu, Paras, Para (suku Tadho, Soa, Nagekeo), Caci/larik, Ramai Rentok,
(suku-suku di Riung) atau ritual adat lainnya yang terjadi dalam suku tersebut.
Dalam suku biasanya terdiri dari satu rumah adat dan beberapa rumah adat
yang disebut sa’o puu, sa’o azi atau sa’o dhoro (Etnis Bajawa). Sedangkan di Riung
disebut rumah pung/rumah pokok/rumah mese/mbaru mese. Simbol adat yang
mempersatukan mereka dalam suku adalah Madhu/Ngadhu (Etnis Bajawa), Peo
(Etnis Nagekeo), Ngadhu/Ngandung (Riung, Tadho), Ngandung, Siri Dhopo
(Toring/Lengkosambi). Suku-suku besar mereka memiliki tanah suku yang sangat
luas, serta mempunyai pamor dalam menggerakan masyarakat untuk berbagai
upacara adat karena mereka adalah pemangku adat secara turun temurun yang
harus dan terus dipelihara dan dilaksanakan sesuai tradisi dari generasi ke generasi.
Adapun nama-nama suku yang tercatat perwilayah kecamatan sebagai
berikut :
1. Kecamatan Bajawa
Nama-nama suku/Woe di Kecamatan Bajawa yaitu Suku Ngadha, Suku
Djawa, Suku Kutu, Suku Ngadha Poso, Suku Bawa Ria, Suku Bawa Mili,
Suku Bena, Suku Maghi, Suku Ngadha Repu, Suku Ngusu, Suku Rewu,
Suku Ngadha Ana Manu, Suku Seso, Suku Lusi, Suku Dhizi, Suku Naru,
Suku Sebo, Suku Lede, Suku Siga, Suku Meku Mai, Suku Langa, Suku Kutu
(Kutu Ebu Dou, Kutu Ebu Lado, Kutu Ebu Wele), Suku Mari, Suku Boro,
Suku Naru, Suku Kopa, Suku Sede, Suku Poso, Suku Ola, Suku Boro, Suku
Liku, Suku Menge Manu, Suku Nio, Suku Tuli, Suku Bei.

2. Kecamatan Golewa
Suku Ngate, Suku Hede, Suku Dona, Suku Tie, Suku Sua, Suku Ngeo, Suku
Baja, Suku Paji.
3. Kecamatan Golewa Barat

7
Nama-nama suku di Kecamatan Golewa Barat yaitu : Suku Raghi, Suku
Raba, Suku Belu, Suku Sawu, Suku Lewa, Suku Lodo Rada, Suku Keli, Suku
Bajo Dhema, Suku Rusu, Suku Lodo Roja, Suku Dulu Leko, Suku Lodo,
Suku Ngate, Suku Hede, Suku Dona, Suku Tie, Suku Sua, Suku Ngeo, Suku
Baja, Suku Paji, Suku Lewa, Suku Genga, Suku Dolu, Suku Rato Ngedho,
Suku Boba Rato Ngedho, Suku Ruju, Suku Ruto.
4. Kecamatan Golewa Selatan
Nama-nama suku di Kecamatan Golewa Selatan yaitu Suku Tunga, Suku
Nusa, Suku Kama, Suku Dhanga, Suku Situ, Suku Tiko, Suku Wogo, Suku
Weso, Suku Wagha, Suku Baku, Suku Ri, Suku Dumi, Suku Kolo, Suku
Roka, Suku Rowa, Suku Weso.
5. Kecamatan Soa
Nama-nama suku di Kecamatan Soa yaitu Suku Nio, Suku Libu, Suku
Waru, Suku Repi, Suku Sengi Mana, Suku Bhari Weka, Suku Loa, Suku
Dhunge.
6. Kecamatan Wolomeze
Nama-nama suku di Kecamatan Wolomeze yaitu Suku Bou, Suku Nele,
Suku Rewo, Suku Subi, Suku Tiwu Pau, Suku Nili Nunang, Suku Tunggal,
Suku Tadho Tiol, Suku Ture, Suku Nangge, Suku Zeru.
7. Kecamatan Riung
Nama-nama suku di Kecamatan Riung yaitu Suku Tadho (Keraeng
Tadho), Suku Toring (Keraeng Toring), Keraeng Riung, Suku Niki, Suku
Wua Lio, Suku Nanu (Tebha, Tuwa), Suku Wire, Suku Wengge, Suku Copi,
Wuku Wea Mboang, Cila, Mbuang, Dheru Lelak, Waso, Wewo, Lengu,
Suku Ria, Suku Rungang, Suku Bhar, Suku Lindang, Suku Mbare, Suku Rii,
Suku Wotong, Suku Azang, Suku Tazo, Suku Nanut.
8. Kecamatan Riung Barat
Nama-nama suku di Kecamatan Riung Barat yaitu Suku Poso, Suku Retas,
Suku Nunut, Suku Ria, Suku Rungang, Suku Terong Kedhong, Suku Damu.
9. Kecamatan Inerie
Nama-nama suku di Kecamatan Inerie : Suku Boro, Suku Leza, Suku Mogo,
Suku Bogo, Suku Metu, Suku Sede, Suku Turu, Suku Sawu, Suku Kewi,
Suku Pau, Suku Borobugoda, Suku Jawa, Suku Liti.
10. Kecamatan Jerebuu
Nama-nama suku di Jerebuu : Suku Deru, Suku Buu, Suku Loka, Suku Ebu,
Suku Loma, Suku Godi, Suku Sito, Suku Taka, Suku Beo, Suku Dizi, Suku
Tegu Wajo, Suku Tegunage, Suku Nio, Suku Ana Mau, Suku Pora, Suku
Kabi, Suku Metu, Suku Ana Sako, Suku Ana Loka, Suku Sawu, Suku Kopa,
Suku Ngadha, Suku Ago, Suku Bena, Suku Wato.
11. Kecamatan Aimere

8
Nama-nama suku Kecamatan Aimere yaitu Suku Kewi, Suku Pau, Suku
Boro, Suku Bawa.
12. Kecamatan Keo Tengah
Nama-nama suku di Kecamatan Keo Tengah yaitu Suku Tay, Suku Sina Jai,
Suku Dando Mere, Suku Dando Go, Suku Lado Lima, Suku Kukumbuli,
Ndamene, Ndarade, Dokaora, Suku Bapa, Suku Embu Seke Gudhu.
13. Kecamatan Mauponggo
Nama-namaa suku di Kecamatan Mauponggo yaitu Suku Pajo Wolo, Suku
Bindi Wae, Suku Pajo Kayo, Suku Kate, Suku Bolo, Suku Cela, Suku Bajao.
14. Kecamatan Boawae
Nama-nama suku di Kecamatan Boawae yaitu Suku Mudi, Suku Tegu,
Suku Boa, Suku Anawa, Suku Wolowea, Suku Deru, Suku Dhuge, Suku
Yunga, Suku Boa Sagaenge, Suku Dobe, Suku Kebe Bata, Suku Meli.
15. Kecamatan Aesesa
Nama-nama suku di Kecamatan Aesesa yaitu Suku Dhawe, Suku Lape,
Suku Natai, Suku Ulu Goli Eko Nage, Suku Mbay, Suku Towak (Watu,
Ringo, Cila, Kuku, Tendeng, Mbuang, Mbaling, Mbare, Bhicu)
16. Kecamatan Wolowae
Nama-nama suku di Kecamatan Wolowae yaitu Suku Toto, Suku Dodo,
Suku Pobo, Suku Ndize, Suku Soi, Suku Nio, Suku Bepa.
17. Kecamatan Aesesa Selatan
Nama-nama suku di Kecamatan Aesesa Selatan yaitu Suku Rendu (Ebu
Wedho, Ebu Dapa, Aupoma, Naka Pole, Ebu Tuza, Naka Ladho).
18. Kecamatan Nangaroro
Nama-nama suku di Kecamatan Nangaroro yaitu Suku Boa Walu, Suku
Naka Nuga, Suku Naka Bani, Suku Wio, Suku Naka Tie, Suku Boa Ao, Suku
Godo, Suku Nio,Suku Lea, Suku Ute, Suku Dodo, Suku Lado Lima, Suku
Ndora, Suku Ute.
3. Mosa Sao atau Mori Rumah
Rumah adat merupakan pusaka warisan leluhur yang hingga kini tetap
dilestarikan. Rumah adat pada esensinya merupakan wadah bagi individu-individu
anggota keluarga untuk berkumpul, berlindung, dan berkehidupan dan diyakini
sebagai tempat leluhur. Bagi masyarakat adat, menjadi keturunan berbasis rumah
adat merupakan suatu aspek penting dari identitas kelompok keturunan. Sao atau
rumah adat dengan motif tertentu yang dibuat para leluhur dan diwarisi kepada
anak cucunya dari generasi ke generasi tanpa batas harus terjaga dan dirawat secara
baik oleh para pemilik terutama mereka yang dipercayakan untuk tinggal di
sao/rumah adat tersebut.
Segala urusan yang berkaitan dengan sao/rumah adat diatur oleh seorang
pemimpin yang disebut ketua soma. Ketua soma dapat dipilih oleh anggota soma
atau warga sao secara demokratis dengan syarat :

9
1. Memiliki kemampuan dan bijaksana.
2. Mengetahui dan memahami tentang berbagai urusan adat serta norma-norma
adat yang berlaku.
3. Berwibawa dan memiliki keteladanan yang baik serta mempunyai dedikasi yang
tinggi.

Mosa sa’o memikul tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1. Menjaga dan melindungi warga sa’o/rumah adat dari gangguan luar.


2. Menjaga dan memelihara seluruh warisan sa’o baik tanah, alat perang, emas,
atau benda-benda sakti lainnya yang merupakan warisan leluhur.
3. Membangun atau merehap rumah adat, madhu/ngadhu/ngandung/peo dan
berbagai tempat seremonial adat lainnya.
4. Menyelesaikan semua kasus pelanggaran norma adat dengan baik.
5. Mengkomunikasikan semua urusan adat yang berkaitan dengan mosa suku,
mosa ulu laki eko dengan semua anggota rumah adat atau sa’o.
6. Memimpin rapat dan melaksanakan semua acara adat di dalam sao.

BAB IV
PEMERINTAHAN KOLONIAL

10
4.1. Belanda di Indonesia
Bangsa Protugis menguasai jalur pelayaran perdagangan antara Hindia Timur
(Kepulauan di Timur Indonesia) sampai ke Eropa selama hampir satu abad.
Perdagangan rempah-rempah yang dilakukan oleh Bangsa Protugis sangat besar
pengaruhnya terhadap Bangsa Belanda. Terlebih lagi setelah para pedagang Belanda
tidak diperkenankan lagi untuk melakukan kegiatan di bandar perdagangan Protugis.
Sehingga para pedagang Belanda merasa kesulitan mendapatkan rempah-rempah.
Oleh karena itu para pedagang Belanda berusaha sendiri untuk mencari dan
menemukan sumber rempah-rempah yang ada di dunia Timur.
Bangsa Belanda memakai pelayarannya pada tahun 1596 di bawah pimpinan
Cornelis de Hotman, para pedagang Belanda tiba di Banten (Indonesia). Dari banten
pelaut Belanda melanjutkan pelayarannya ke arah timur dan mereka kembali dengan
membawa rempah-rempah dalam jumlah yang cukup banyak.
Sejak keberhasilannya itu pedagang Belanda semakin ramai datang ke Indonesia.
Keadaan itu telah menimbulkan persaingan di antara para pedagang Belanda sendiri.
Untuk mengatasi persaingan itu Pemerintah Belanda membentuk badan usaha dagang
yang diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yaitu persekutuan
dagang Indonesia Timur pada tahun 1602 atau yang disebut Kompeni Belanda. VOC
bertujuan untuk memperkuat hak-hak dagang Belanda serta membuat perdagangan
Belandasemakin pesat sehingga kedudukan para pedagang Protugis semakin terdesak
dan akhirnya lenyap dari monopoli perdagangan rempah-rempah.
Hak-hak istimewa VOC sebagai berikut :
1. Hak monopoli berdagang.
2. Hak memelihara angkatan perang, berperang, mendirikan benteng dan
menjajah.
3. Hak mengangkat pegawai.
4. Hak untuk memberi pengadilan.
5. Hak mencabut dan mengedarkan uang.
Sebaliknya VOC mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi terhadap
pemerintah Belanda yaitu :
1. Bertanggung jawab kepada Stafen General (Badan Perwakilan).
2. Pada saat perang harus membantu pemerintah Belanda dengan uang dan
angkatan perang.
Dalam perjalanan waktu hubungan VOC dengan Banten mengalami kesulitan
diakibatkan karena harga barang yang semakin mahal. Oleh karena itu pada tahun
1618 Jon Piterzoon Coen dengan izin dari Pangeran Jakarta mendirikan benteng di
kota Jakarta. Ketika terjadi perselisihan Belanda membakar kota Jakarta. Kota Batavia
menjadi Pusat perdagangan dan kekuasaan Belanda diwilayah Indonesia. Dari Batavia
Belanda melakukan perluasan dan penyerangan-penyerangan terhadap Kerajaan yang
ada di wilayah Indonesia, yang belum mengakuai kekuasaan Belanda atas wilayahnya,
seperti Kerajaan Banten, Malaka, Makasar, Mataram, dan sebagainya. Dalam

11
menghadapi kerajaan-kerajaan di Indonesia Belanda melancarkan politik adu
domba/pecah belah (devide et impera) akibatnya rakyat Indonesia sangat membenci
Belanda dan kekuasaannya di wilayah Indonesia.
Pada akhir abad ke 18 VOC mengalami kemunduran akibat kerugian dan memiliki
utang yang sangat besar. Hal ini diakibatkan oleh :
1. Perasaingan dagang dari bangsa Prancis.
2. Penduduk Indonesia terutama Jawa telah sangat sengsara dan menjadi miskin
sehingga tidak mampu membeli barang-barang yang dijual oleh VOC.
3. Pegawai VOC melakukan korupsi.
4. Anggaran yang dikeluarkan VOC terlalu besar untuk membiayai tentara terutama
di Pulau Jawa dan Madura.
Akibat kerugian besar yang diderita VOCmaka pada tahun1799 badan
perdagangan ini akhirnya dibubarkan. Pada tahun 1808-1811 Daendels diangkat
menjadi gubernur Jendral atas wilayah Indonesia. Tugas utamanya adalah
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Dalam upaya tersebut perhatian
Daedels hanyalah bidang pertanahan dan tentara. Pada saat yang sama mengangkat
dan melatih orang Indonesia menjadi tentara, membangun jalan di Pulau Jawa dan di
seluruh Indonesia dengan menggunakan tenaga rakyat dengan sistem kerja rodi atau
kerja paksa sehingga banyak masyarakat sengsara, sakit dan meninggal dunia. Karena
kejahatan dan kekejaman Belanda maka timbulah permusuhan dan perlawanan
dimana-mana. Apabila ada raja yang bandel dan selalu melawanBelanda maka raja
akan diganti dan Belanda membentuk kerajaan baru yang wilayahnya diperkecil
sehingga mudah dipantau oleh Belanda.
Jika ditinjau dari sejarah Indonesia sejak tahun 1816 sampai tahun 1900 Bangsa
Indonesia sudah jelas masuknya kekuasaan Belanda di Indonesia. Pertentangan yang
terjadi antara Belanda dan Indonesia disebabkan oleh :
1. Kebencian golongan raja dan Bangsawan pribumi terhadap Belanda.
2. Kebencian golongan pedagang pribumi terhadap Belandayang mematikan mata
pencarian mereka.
3. Kebencian terhadap Belanda berdasarkan agama dan sebagainya.
4.2. Pembentukan Swapraja di Ngada
Wilayah swapraja adalah wilayah yang memiliki hak pemerintahan sendiri. Istilah
ini dipakai sebagai padanan bagi istilah pada masa Kolonial Belanda, Zelfbestuur
(Zelfbestuuren). Daerah swapraja merupakan salah satu bentuk yang diakui oleh
pemerintah Kolonial Belanda. Status swapraja berarti daerah tersebut dipimpin oleh
pribumi berhak mengatur urusan administrasi, hukum, dan budaya iternalnya.
Sebelum Pemerintah Hindia Belanda masuk wilayah Ngada saat itu tidak ada
kerajaan dan tidak ada raja. Di setiap daerah masih melaksanakan pola pemerintahan
tradisional/setiap kesatuan teritorial tertentu sesuai dengan adat kebiasaan atau
karakter kebudayaan masing-masing (ulu eko atau wilayah tertentu memiliki
kesamaan untuk mengatur seluruh tata kehidupan dan menyelesaikan berbagai

12
permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat adalah tetua adat yang disebut
dengan “ Mosa Ulu Laki Eko, Ketua Suku, Ketua Soma, dan khusus untuk wilayah Riung
disebut dengan Keraeng atau gelarang.
Pada tahun 1907 Belanda memasuki Flores untuk menjajah dan membentuk
wilayah administrasi pemerintahan dan kekuasaannya yang disebut dengan
Goverment, Afdeling, Onder Afdeling, Zelbesturende Landschappen, Gemente, dan
kepala kampung. Kurang lebih pada tahun 1910 Pulau Flores dibagi dalam beberapa
Onder Afdeling yaitu Manggarai, Ngada, Ende, Sika dan Flores Timur. Pada tahun 1907
di bawah pimpinan Kapitan Christoffel setelah menguasai Larantuka dan Sika, Belanda
terus mengadakan aksi militernya untuk menguasai wilayah Ende dan Ngada serta
Manggarai. Pada Tanggal 10 Agustus 1907 pasukan Christpffel tiba di Ende dan hanya
dalam waktu ± 2 minggu berperang Belanda berhasil mengalahkan Rapo Oja dari
Woloare menguasai wilayah Ende dengan mudah.
Kemudian Belanda melanjutkan agresinya di Ngada. Di Rowa dan Sara Belanda
harus berperang dengan “ Dama Seku” yang dikenal dengan semboyannya yaitu :
MAKU JA’O DAMA SEKU
JA,O DA BEDU PU,U SARASEDU
NEE SU’A JAO KEMA UMA
SEWUNGA JA’O KEMA UMA
SEWUNGA JA’O KASA TUA
SEWUNGA JA’O USU NUA
Dengan kehebatan alat perang Belanda menang mudah tanpa sarat, dan perjalanan
Belanda tidak mundur. Di Wogo kembali dihadang dan diserang oleh pasukan “ Ringho
Lejo” dan Righo Lejo pun ditaklukan dengan mudah. Mangulewa, Rakalaba dan Bajawa
menyerah pada tanggal 12 September 1907. Di Bajawa pasukan Belanda menempati
lokasi Waewoki (sekitar rumah potong hewan) karena dekat dengan mata air
waemude sebagai sumber air minum.
Dalam waktu tiga bulan pasukan Christoffel berhasil menguasai seluruh wilayah
Ngada dan sekitarnya. Pada tanggal 10 Desember 1907 seluruh wilayah Manggarai
dikuasai Belanda. Berbagai perjuangan pahlawan Flores sampai tahun 1910 seluruh
wilayah Flores takluk kepada Pemerintah Kolonial Belanda.
Belanda mulai mengatur pemerintahan yang pada mulanya bersifat militer yang
disebut “ Controleur” yaitu Kapiten “ Spruijit” yang menggantikan Christoffel yang
diangkat sebagai “ Gezaghebber” Ende dan Van Suchtelen menjadi Gezaghebber Lio
dan Couver menjadi Gezaghebber mulai dari wilayah Nangapenda, Ngada sampai
Manggarai.
Agar kegiatan pemerintahan penjajah Belanda lebih tertib, keamanan terkontrol
dan pengamatan pajak serta kerja rodi yang sebelumnya tidak pernah dikenal oleh
masyarakat Ngada dapat dilaksanakan dengan baik, akhirnya Belanda membentuk
satu sistim pemerintahan baru yang sangat berbeda dengan sistim tradisional.
Sebelumnya masyarakat Ngada baik yang ada di Bajawa, Riung dan Nage Keo hidup

13
berkelompok yang disebut dengan “ Ulu Eko” One Nua yang bersifat otonom yang
sangat akrab dan aman serta tidak ada struktur yang lebih tinggi diatasnya.
Demi efisiensi dan efektifitas penjajahan Belanda dibentuklah struktur baru yaitu
Zelfbesturende Landschap atau “ Landschap Bestuur” yang dipimpin oleh seorang
Zelfbestuur atau raja yang diangkat oleh Belanda dari kalangan bangsawan atau
pemuka masyarakat setempat yang sangat berpengaruh. Secara ratifikasi sosial
mereka adalah kaum ga’e dengan segala kelebihan ekonomi, keteladanan sikap dan
moral serta memiliki latar belakang sebagai pemilik tanah atau tuan tanah setempat.
Pada tahun 1912 diseluruh daerah Flores terdapat 27 Landschap Bestuur dan
secara khusus di Ngada terdapat 6 Landschap Bestur atau wilayah kerajaan sebagai
berikut :
1. Swapraja Ngadha (1912-1917)
Wilayah Swapraja Ngada meliputi Bajawa, Golewa, Aimere, Jerebuu, dan Soa.
Dalam perjalanan waktu tercatat ada 5 orang raja yang memimpin Swapraja
Ngadha yaitu :
a. Raja Sebo Bhoki (1912)
Dalam pemerintahannya tidak sampai satu tahun atau hanya memimpin 9
bulan saja pada tahun 1912. Pada saat itu Sebo Bhoki menghendaki yang
menjadi pusat pemerintahan adalah Aimere. Tetapi ditantang oleh banyak
tokoh dengan alasan Aimere terlalu jauh di bagian barat Swapraja Ngadha.
Pusat kerajaan sementara di Bei Poso. Rumah adat Sebo Bhoki adalah Sa’o
Tolo Poso, woe/suku Bawa di Bei Poso. Peninggalan Raja Sebo Bhoki yang
masih ada di Sa’o Tolo Poso hanya gala gae dan sau gae. Sebo Bhoki sebagai
tuan tanah yang ditandai dengan upacara Liko Ngawo atau bibit tanaman,
upacaranya dilangsungkan setiap musim tanam di rumah adat atau Sao Tolo
Poso. Pesan moral Raja Sebo Bhoki yaitu Modhe nee hoga woe, meku nee
doa delu yang artinya hidup selalu berdamai dan berbuat baik kepada
sesama. Tugas dan tanggung jawab yang diembannya adalah menjalankan
roda pemerintahan sperti penagihan pajak, budaya internalnya dan lain-lain.

Silsilah keturunan Raja Sebo Boki sebagai berikut :

14
Gae Toro

Wolo Meze

Gae Mite

Wolo Wuta

Gae Wolo

Wolo Woli x Boki Gera

Sebo Boki (-) Gera Boki

Aku Gera

Sogho Aku

b. Raja Toere Waroe (1913-1915)


Kepemimpinan Raja Ture Waru dalam memimpin Swapraja Ngadha
berlangsung ± 2 tahun. Pusat Onder Afdeling atau pusat kerajaan
dipindahkan ke Aimere. Keputusan untuk menetapkan pusat kerajaan
berjalan sepihak dan sangat absolut sehingga ditantang oleh 10 Gemente
atau Hamente struktur setingkat camat yang ada pada saat itu. Akibatnya
penagihan pajak macet dan kerja rodi pembukaan jalan baru tidak jalan.
Rumah adat atau sa’o Toere Waroe yaitu Sao Milo Wali, woe/Suku
Ngadha Poso di Bei Poso Bajawa. Peninggalan yang masih ada yaitu Lue,
gala gae dan sau ga’e atau laja sue. Pesan moral Raja Toere Waroe
sebagai berikut :
- Polu kedhi pagha banga artinya melindungi fakir miskin dan kaum
marjinal.
- Go ngeta go ngeta, go gita go gita artinya memiliki dari milik sendiri
dan jangan memiliki barang orang lain secara tidak sah.
- Papa mae ne’e ata goo artinya saling menghargai sesama manusia.
Tugas dan tanggung jawab yang diembannya adalah menjalankan roda
pemerintahan sperti penagihan pajak, kerja rodi, budaya internalnya dan
lain-lain.

15
Silsilah keturunan Raja Toere Waroe sebagai berikut :

Keo Kole

Wea Keo x Waroe

Toere Waroe (-) Belo Waroe (-) Kedhi Waroe

Yoseph Wea x Nona Nio


Anak angkat (Moi Pola) x Sugi Kedhi

Wai Moi x Betu Bebhe


L.G.Eng K.Wea (Mu) x Th. Hok L.T.Hoat L.T. NIo
- Dopo Wai
- Petronela Sea Wai - P.H. Tunggal
- Maria G. Wea
- L. Tunggal
- Yoh. Tunggal
- Dance Tunggal
- Stefanus Wea Tunggal
- Raymundus Tunggal Wea

c. Raja DJawa Tay (1915-1925)


Setelah meninggalnya Raja Toere Waroe Belanda mengangkat Djawa Tay
sebagai raja Ngadha ke tiga. Raja Djawa Tay adalah keturunan bangsawan
woe/Suku Ngadha di Bajawa. Beliau diangkat karena memiliki
kemampuan dan kelebihan dalam memimpin. Rumah adat atau sa’o Raja
Djawa Tay adalah Sao Tiwu Ngadha dan Sao Milo Ngadha woe/Suku
Ngadha di Bajawa. Benda-benda peninggalan Raja Djawa Tay yaitu gala
gae (pipi riku), sau gae yang saat ini masih tersimpan rapih oleh ahli
warisnya. Pusat sekaligus penyelenggaraan pemerintahan kerajaan pada
saat itu dipindahkan dari Aimere ke Bajawa karena letaknya yang strategis
dan berada di tengah-tengah serta mudah dijangkau oleh semua orang
baik urusanpribadi atau urusan pemerintah kerajaan. Pesan moral Raja
Jawa Tay yaitu :
- Mae rebho go buku adha ebu da na’a artinya jangan melupakan adat
budaya warisan leluhur.

16
- Muzi dia ota ola bhodha le papa modhe kae ne’e azi doa ne’e zua
artinya hidup di dunia harus baku-baku baik dengan sesama.
Tugas dan tanggung jawab yang diembannya adalah menjalankan roda
pemerintahan sperti mengatur urusan administrasi, penagihan pajak, kerja
rodi, hukum, budaya internalnya dan lain-lain.
Keunggulan Raja Djawa Tay
- Melindungi para janda, yatim piatu dan fakir miskin.
- Mampu menetapkan tapal batas wilayah kerajaan dengan Nage,
Keo, Riung dan Manggarai.
- Menyerahkan tanah adat secara lisan untuk membangun pada
masa pemerintahan Kolonial Belanda.
- Diberikan kepercayaan oleh Belanda untuk mengkoordinir para raja
dalam mendukung pembangunan Belanda dan penagihan pajak
atau Blasteng.
- Menyediakan dan menyerahkan tanah secara lisan untuk
mendirikan bangunan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda.
- Membangun Pesang grahan di Bajawa.
- Membangun Seminari Mataloko (1929).
- Membangun Gereja MBC Bajawa (1921)

Silsilah keturunan Raja Djawa Tay :

Ngadha x Repu

Beo Molo Liko Poso

Gae Kumi Toro

Pati Gae

Sawu Pati

Kua Sawu Jawa Sawu

Awa Kua Nale Kua

Nale Kua

17
Lede Nale Ruma Nale

Keo Ruma

Resi Keo

Rani Resi x Mau Ngeko Keo Resi Gae Resi

Pegi Mau x Djawa Kenge

Raba Pegi Beo Pegi Bengu Pegi Tay Pegi x Awa Djone

Beo Tay Woli Tay Dhone Tay Djawa Tay Mole Tay

Nawa Beo x Ngei Wawo

Hendrikus Nai Nawa

Djawa Tay x Moi Naru (isteri ke satu)

Anu Moi Wua Moi

Wea Anu Siu Wea Ure Anu Anu Wua

- Rius Wea - Beri Siu - Jawa Ure Ose Anu


- Yo Wea - Rosa Siu - Leti Ure
- Min Wea - Remi Siu - Seli Ure
- Ima Wea - Romi Siu - Djawa Ure
- Sin Wea - Ito Siu
- Nonce Wea

Djawa Tay x Kesa Fono (isteri ke dua)

18
Fono Kesa x Pea Mole Dhone Kesa Meo Kesa(-)

Petronela Tay Fono

- Lonardus Pea Mole Dajawa Dhone Kede Dhone (-) Bengu Dhone
- Wens Suka Mole
- Markus Raba Soro - V. Kui Jawa - Polu Bengu
- Andreas Nawa Soro - Evi Jawa - Ima Bengu
- Theresia Fono Soro - Kaju Jawa
- Vinsensius Siwemole - Rani Jawa
- Oli Jawa
- Fanus Jawa
- Angel Jawa

Djawa Tay x Langa Bate (isteri ke tiga)

Bate Langa

- Herman Siwe
- Mia Siwe
- Kons Siwe
- Fina Siwe
- Dus Siwe
- Sil Siwe
- Frans Siwe

Djawa Tay x Bebhe Oje (isteri ke empat)

19
Oje Bebhe Paba Bebhe Tay Bebhe (-) Dhiu Bhebhe

- Anu Oje - Sia Papa - Nela Dhiu


- Kui Oje - Piter Paba - Pati Dhiu
- Nela Oje - Fina Dhiu
- Fina Oje - Wese Dhiu
- Esi Oje - Be Dhiu

d. Raja Pea Mole (1925 -1953)


Setelah meninggalnya Raja Djawa Tay Belanda mengangkat Pea Mole
sebagai Raja Ngadha ke empat. Raja Pea Mole adalah keturunan
bangsawan woe/Suku Djawa di Bajawa. Beliau diangkat karena anak
mantu dari Raja Djawa Tay dan memiliki kemampuan dan kelebihan
dalam memimpin. Rumah adat atau sa’o Raja Pea Mole adalah Sao Milo
Djawa dan Sao Meo Bou di Kampung Bajawa. Peninggalan Raja Pea Mole
yang masih ada sampai saat ini adalah 1 buah, sau gae (pedang) 1 buah,
gala gae (tombak) 1 buah dan 1 (satu) buah bangunan rumah Swapraja di
Kampung Bajawa. Pesan moral Raja Pea Mole yaitu Melindungi para
janda, yatim piatu, fakir miskin, Baik-baik dengan sesama, mencintai
anak-anak. Raja Pea Mole meninggal tahun 1977 dan dimakamkan di
Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bajawa.
Tugas dan tanggung jawab yang diembannya adalah menjalankan roda
pemerintahan sperti mengatur urusan administrasi, penagihan pajak,
kerja rodi, hukum, budaya internalnya dan lain-lain.
penagihan pajak, kerja rodi, hukum, budaya internalnya dan lain-lain.
Keungulan Raja Pea Mole sebagai berikut :
- Menyediakan dan menyerahkan tanah adat secara lisan untuk
mendirikan bangunan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda.
- Membangun SR Bajawa.
- Membangun SR Bajawa
- Membangun Sekolah Standar Scool Mataloko.

Silsilah keturunan Raja Pea Mole sebagai berikut :

20
Mole Tay x Kila Moi

Pea Mole x Woli Dhone (isteri ke satu)

Tay Woli

Martina Tay Reta Tay Ose Tay Iku Tay Waghe Tay Moi Tay Suka Tay Riu Tay

Pea Mole x Fono Kesa (isteri ke dua)

Petronela Tay Fono

Leo Pea Mole Wens Suka Mole Markus R.Soro Andreas N. Soro Th. Fono Soro V. Siwe M

Pea Mole x Lengi Kedo (isteri ke tiga)

Kedo Lengi

Rosa Kedi Reta Kedo Polu Keo

Pea Mole x Dhy Liu (isteri ke empat)

21
Imelda Moi x J.Ladjajawa

A. Pea Mole L.L Ladja Yulius H.K. Moi P.D.A. Suka M.Mole Tay D.A.Djone A.Y.Siwe M.

Pea Mole x Naru Dhone (isteri ke lima)

Cyl Djawa

Are Djawa Since Djawa Nina Djawa Fono Djawa Kons Djawa Tonce Djawa

Pea Mole x Meo Dhone (isteri ke enam)

Anu Meo

Lena Anu Nua Anu Longa Anu Eri Anu

Pea Mole x Paba Djawa (isteri ke tujuh)

Sia Paba (-) Piter Paba

Rio Pea Tesa Mole Pilips Jawa

22
Pea Mole x Wua Liu (isteri ke delapan)

Kui Wua Fera Wua

- Oje Dhey - Teti Mole


- Nua Awa - Herman Witu
- Eli Pea - Ima Wua
- Kila Kui - Veri Kila
- Juli Ngadha - Petra Dhey
- Moi Kui - Kace Pea
- Naru Kui - Ona Ngene
- Oni Milo - Flora Kesa
- Siwe Kui

Pea Mole x Loda Dhiu (isteri ke sembilan)

Beti Loda

- Vero Naru
- Meti Dhey
- Tomi Pea
- Kila
- Imel Moi
- Aldus Siwe
- Wago Beti
- Djawa Beti
- Awa Beti

Pea Mole x Bate Woli (isteri ke sepuluh)

Lipus Bate

Heni Ngadha Kila Meri Kila Evi Kila Tilde Moi Tena Kila

e. Raja Arnodus Y. Siwemole (1953-1960).

23
Sebelum Indonesia merdeka Raja Pea Mole mengangkat adiknya
Arnoldus Y. Siwemole sebagai schryver (sekretaris) melaksanakan
administrasi pemerintahan. Dengan kata lain Arnoldus Y. Siwemole
disebut sebagai Raja Muda. Setelah masa Raja Pea Mole berakhir
maka Arnoldus Siwemole diangkat oleh Menteri Dalam Negeri sebagai
Kepala Swapraja Ngadha (1953 – 1960). Kemudian Kepala Swapraja
Ngadha dilanjutkan oleh anaknya Herman Y. Siwemole (1960-1962).
Rumah adat atau Rja Arnoldus Y. Siwemole adalah Sao Gale Mole
(Rumah Bapak) di Langa dan Sao Suka Ne Mole di (rumah mama) di
Kampung Bajawa. Woe/Suku Djawa di Bajawa. Pusat sekaligus
penyelenggaraan pemerintahan swapraja di Bajawa. Tugas dan
tanggung jawab yang diemban adalah :
- Mewakili Raja Pea Mole dalam kegiatan administrasi
Pemerintahan dan menjalankan Roda Pemerintahan Kolonial
Belanda sebelum Indonesia Merdeka.
- Menjalankan Roda Pemerintahan dan Pembangunan pada
masa Indonesia Merdeka di Wilayah Pemerintahan Swapraja
Ngada.
Silsilah keturunan Raja Arnoldus Y. Siwemole sebagai berikut :

Soli Moi x Tay Moi

Arnoldus Y. Siwemole x Bate Langa

H.Y.Siwemole C. Djawa M. Wua G. Pea Y. Langa S. Ngiso

- P. Siwemole - P. Siwemole - A.M. Djone - A.Siwemole - A. Sadi - D.Siwemole


- M. Mole - M.Siwemole - Y.V. Siwemole - T. Siwemole - M. Sadi - A.Siwemole
- K.Djawa - D. Siwemole - M. Bate Djone - E. Siwemole - F. Sadi - S.Siwemole
- K. S. Mole - F.Pea Djone - A. Siwemole - L. Sadi
- E. W. M0le - Y.D. Djone - M. Siwemole
- K. B. Soli - H.L.Djone
- M.A. Djone
- M. M. Djone
- R. R. Djone

2. Swapraja Tadho (1912-1917).

24
a. Sejarah asal usul keturunan Swapraja Tadho
Sejarah asaal usul kertunan Kerajaan Tadho yaitu berasal dari Goa Sulawesi.
Kedatangan mereka tidak bersamaan. Datang yang pertama ke Wilayah Tadho
adalah Keraeng Baja sekitar tahun 1602 menempati Kampung Poso yang
terletak di puncak Gunung (Wewo) Tadho. Kampung Poso terdiri dari anak-anak
kampung yakni Tadho, Mbongras, Nanu, Wire dan Wengge.
b. Wilayah Swapraja Tadho
Wilayah Swapraja Tadho meliputi wilayah desa sekaraang yaitu Desa Tadho,
Desa Persiapan Tadho Barat, Desa Persiapan Tadho Tengah dan Desa Persiapan
TadhoTimur (sebagian wilayah Kecamatan Riung) dan Wilayah Denatana,
Wilayah Mainai (sebagian wilayah Kecamatan Wolomeze).
c. Sistim Pemerintahan Tradisional di wilayah Swapraja Tadho.
Sebelum Pemerintah Belanda membentuk Swapraja Tadho sudah dikenal
dengan sebutan Keraeng Tadho. Keraeng Tadho adalah pemimpin tertinggi di
masyarakat adat yang berperan untuk mengatur proses kehidupan sosial di
Wilayah Tadho yang di kenal adalah Keraeng Bholong.
d. Kepemimpinan Swapraja Tadho.
e. Pada periode tahun 1912-1917 tercatat 1 orang raja yang memimpin Swapraja
Tadho yaitu Raja Nggoti Bholong. Raja Nggoti Bholong adalah keturunan
bangsawan (Keraeng Tadho) putra Keraeng Bholong. Beliau ditunjuk oleh
Belanda karena memiliki kemampuan dan kelebihan dalam memimpin. Nama
rumah adat Raja Nggoti Bolong adalah Rumah Mese Keraeng Tadho. Woe/Suku
Tadho. Pusat kerajaan yaitu di Kampung Tadho yang terletak di puncak gunung
Tadho. Tugas dan tanggung jawab yang diembannya adalah menjalankan roda
pemerintahan Kolonial Belanda seperti penagihan pajak, kerja rodi, hukum,
budaya internalnya dan lain-lain. Keunggulan Raja Nggoti Bholong yaitu :
Mempertahankan wilayah Kerajaan dan melindungi Para Janda, yatim piatu dan
fakir miskin serta mampu menjaga toleransi antar umat beragama di
wilayahnya. Sanjak (semboyan) Raja Nggoti Bholong adalah : Nunuk Nelo,
Renggong Tabhi Talo, Riwu Mai, Poti Mai artinya Raja Nggoti baik hati bisa
menerima semua orang. Muku Pada Lele Jawa, Setengu Wole Telu artinya Satu
Kerajaan Tadho dan Tiga suku yaitu Suku Tadho, Suku Nanu dan Suku Wire.
f. Peninggalan Swapraja Tadho
Peninggalan yang masih ada yaitu alat-alat perang berupa Mariam 1 buah dan
Nggalak (tombak) 1 buah di rumah adat Suku Tadho.
g. Simbol Swapraja Tadho
Simbol pemersatu : Ngadhu hidup berupa pohon beringin di kampung Tadho
h. Budaya Swapraja Tadho
Ritual adat kerajaan Tadho : Mbela Tadho (tinju adat) pada bulan juli, Potong
gigi, Bhuing (kenduri), berburu, walung (makan padi baru) meti adat).
i. Komponen pakaian adat Swapraja Tadho

25
Laki (Kain tenun Tadho, Kemeja Putih, Sape, Lenso,Selempang Ikat Pinggang,
Parang).
Perempuan (Kain tenun Tadho, Kebaya Putih, Mboor, Selempang)
j. Alat musik tradisional berupa 1 buah gong tanpa mata dan gong gendang.
k. Hewan korban Kerajaan Tadho pada saat ritual adat (Kerbau, Babi, ayam).
l. Sumpah Adat Swapraja Tadho: Bahannya anjing dan jewawut. Caranya darah
anjing dan jewawut dicampur kemudian diberikan kepada pelaku. Apabila
melanggar pasti meninggal.
m. Silsilah keturunan Raja Nggoti Bholong sebagai berikut :

Taga

Masa x Popong

Saja

Bholong

Nggoti

Tatek Padhang

Muhamad Ras Aloysius Patong Ahmad Rengat Sabuno

K. Kama R. Ripang D. Janu Berto Bholong P. Padhang Karolus K

- .
3. Swapraja Toring (1912-1917)

26
a. Sejarah asal usul keturunan Swapraja Toring
Keturunan Kerajaan Toring berasal dari Goa Sulawesi. Orang pertama keturunan
Kerajaan Toring Yaitu Keraeng Tibi. Keraeng Tibi adalah seorang pahlawan
Kerajaan Goa di Sulawesi. Kedatangan Keraeng Tibi ke Flores karena pecahnya
kerajaan Goa dalam peperangan melawan Belanda dalam mempertahankan
Kerajaan Goa pada ± abad ke 16. Keraeng Tibi datang ke Flores dengan
menggunakan seekor Buaya Raksasa. Karena kesaktiannya buaya tersebut
mengantarnya ke suatu tempat yang dinamai Tontang di bagian Utara Kabupaten
Ngada tepatnya di Lengkosambi Kecamatan Riung. Keraeng Tibi tiba ditempat
tersebut belum ada orang yang menghuni kemudian ia menikah dengan seorang
isterinya bernama Wekur asal Ria. Ia menguasai wilayah tersebut dan menjadikan
Pusat Keraeng Toring di Wewowiu dan Bhonto Parang dengan waktu yang tidak
lama, kemudian pindah ke suatu tempat dinamai Kampung Toring sebagai pusat
Keraeng Toring sampai beberapa keturunan. Kemudian pada keturunannya yang
bernama Sambi pindah pusat Keraeng Toring yang terakhir kalinya yakni di
Lengkosambi. Lengkosambi terdiri dari 2 kata yaitu Lengko artinya dataran luas
dan Sambi adalah nama manusia dari keturunan Keraeng Toring. Lengkosambi
sama dengan Dataran Sambi.
b. Wilayah Swapraja Toring
Wilayah Swapraja Toring meliputi wilayah desa sekarang yaitu Desa
Lengkosambi, Desa Lengkosambi Timur, Desa Lengkosambi Barat, Desa
Lengkosambi Utara, Desa Persiapan Lengkosambi Barat Daya, Desa Persiapan
Lengkosambi Tengah (sebagia wilayah Kecamatan Riung) dan Desa Turaloa
(sebagian wilayah Kecamatan Wolomeze).
c. Tapal Batas Wilayah Swapraja Toring :
- Utara : Laut Flores.
- Selatan : Nunuk Leba (Desa Teda Mude) Nagekeo.
- Timur : Pongget (Desa Nggolonio) Towak Nagekeo.
- Barat : Pamparipit (Desa Tadho), Sita Tumbur (Desa Wangka).
d. Sistim Pemerintahan Tradisional di wilayah Swapraja Toring.
Sebelum Pemerintah Belanda membentuk Swapraja Toring sudah dikenal
dengan sebutan Keraeng Toring. Keraeng Toring adalah pemimpin tertinggi di
masyarakat adat yang berperan untuk mengatur proses kehidupan sosial budaya,
hukum dan lain-lain di wilayah Keraeng Toring. Keraeng merupakan tuan atas
tanah dan hamba pada masa lampau di wilayah Toring. Sistim ini disebut
Pemerintahan Tradisional di Wilayah Keraeng Toring. Adapun nama Keraeng
Toring pada masa lampau yaitu Keraeng Tibi, Redhu, Rekot, Pering, Pati, Langka,
Warang, Sambi, Penti, Sadhang dan Pawo Sadhang. Pawo Sadhang dan anaknya
bernama Mair adalah pahlawan Toring. Pawo Sadhang meninggal pada tahun
1895 dalam peperangan melawan pasukan Mbay (Denga Baso) yang dibantu oleh
pasukan Roga Ngole dari Boawae dalam mempertahankan wilayah Ulayat

27
Keraeng Toring dan mempertahankan martabat para budak. Setelah Belanda
masuk wilayah Keraeng Toring (1912-1917), Pemerintah Belanda mengakui
Keraeng Toring menjadi kerajaan yang disebut Kerajaan Toring dan pemimpinnya
yang semula dikenal dengan sebutan Keraeng diganti dengan sebutan Raja.
e. Kepemimpinan Swapraja Toring (1912-1917).
Adapun uraian singkat tentang Swapraja Toring sebagai Berikut :
- Pada periode tahun 1912-1917 tercatat 1 orang raja yang memimpin Swapraja
Toring yaitu Raja Adhang Pawo (alias Jago). Raja Adhang Pawo adalah keturunan
bangsawan (Keraeng Toring) dari woe/Suku Toring). Raja Adhang Pawo adalah
putra dari Pawo Sadhang yang merupakan pemimpin tradisional di wilayah Toring
yang disebut keraeng. Adhang Pawo ditunjuk oleh Belanda karena tuan tanah dan
memiliki kemampuan dan kelebihan dalam memimpin. Pusat kerajaan Toring
yaitu di Kampung Lengkosambi yang dahulu pada masa Raja Adhang di Bangun
sebuah Pesanggrahan (rumah peristirahatan pemerintah Kolonial Belanda dan
Kantor Swapraja Toring). Raja Adhang Pawo menikah dengan 1 (satu) orang isteri
bernama Senda di Toring (Lengkosambi) dan dikaruniai 4 orang anak (Sadhang,
Gene Adhang, Hasan Wando dan Ketong). Raja Adhang Pawo meninggal di
Lengkosambi pada usia 60 tahun sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1940
karena sakit struk dan dimakamkan bersama 2 orang budaknya di Kampung
Lengkosambi. Makamnya masih terpelihara/terawat dengan baik. Nama Rumah
adat (Sao) Raja Adhang Pawo adalah Rumah Adhak (Rumah Mese/Pung) Keraeng
Toring di Lengkosambi.
- Tugas dan tanggung jawab Raja Adhang adalah menjalankan roda pemerintahan
Kolonial Belanda seperti penagihan pajak (blasteng), kerja rodi, hukum, budaya
internalnya dan lain-lain.
- Keunggulan Raja Adhang Pawo alias Jago :
• Raja Adhang alias Jago sangat berani dan mampu mempertahankan wilayah
kekuasaannya dari serangan musuh yang datang dari luar. Bliau memiliki
pagagar (kesaktian) antara lain hanya dengan membentak musuh-musuh bisa
pinsan ditempat dan senjata tajam yang dimiliki musuh bisa dipatahkan.
Karena kesaktiannya Raja Adhang sering disebut Raja Jago.
• Mampu memelihara toleransi antar umat beragama di wilayah Kerajaan Toring
dan tidak terjadi konflik agama. Kepercaayaan masyarakat terdiri 2 agama
yaitu agama Islam dan agama Katolik.
- Pesan moral Raja Adhang Pawo adalah :
•“Tinu pang wina walu anak kalok, ne’e jaga tanah watu, jaga naga singi laing
lobho ropa, ne’e jaga weki ngasang.” Artinya berilah perlindungan terhadap
para janda, anak yatim dan fakir miskin serta kaum marjinal, menjaga dan
mempertahankan tanah ulayat, mempertahankan martabat dan kebenaran.

28
• Dhia-dhia ne’e imogholo sai wogha wie, meku-meku ne’e imogholo sai leso
mesek. Artinya Baik-baik dengan sesama sampai malam hari, lembut-lembut
hati dengan sesama sampai matahari terbenam.
• Neka sut kurung moto watu lencar. artinya jangan bakar rumput di padang
nanti kelihatan batu. Maknanya tetap menjaga keutuhan, persaudaraan,
jangan membuka kelemahan/kejelekan orang lain.
f. Sanjak (semboyan) Raja Adhang yaitu
“Taking Riang Nili Tajung Bhau Kampas, Nunuk Lau Alo Renggong Tabhi Talo, Ita
Mbako Radhang Sapang Nori Karak, WAJAWARANG”.
Artinya Berkuasa dan mempertahan wilayah Keraeng/Kerajaan Toring yang
mengandung berbagai potensi alam dan melindungi wina walu anak
kalok/masyakat lemah dari dari serangan musuh atau penjajah. Berani
mempertahankan kebenaran dan Keadilan.
g. Peninggalan Swapraja Toring yang masih ada di Rumah Adhak Keraeng Toring yaitu :
1. Senjata tajam :
- 1 buah Pedang panjang namanya Sundang.
- 1 buah pedang pendek namanya parang selek.
- 1 buah keris panjang namanya Sulapa.
- 1 buah keris pendek namanya Badik.
- 3 buah tombak pusaka (1 buah bentuk bhoru dan 2 buah bentuk tumba).
2. Batu Kebal.
Batu kebal warna hitam 2 buah dan batu kebal warna merah 1 buah.
3. Kitab tulisan Arab :
1 buah kitab kuno, 1 buah buku tulisan Arab. 1 buah sabuk kepahlawanan.
4. Pakaian kebesaran.
1(satu) pasang sabuk kepahlawanan
5. Bom 1 buah yang diserahkan oleh Dalu Aloysius Pawo ke Gereja Lengkosambi
untuk dijadikan lonceng gereja.
h. Simbol-simbol Swapraja Toring yaitu Dahulu di kampung Lengkosambi memiliki
Ngandung, Siri Dhopo (simbol mati) sedangkan simbol hidup Puu Nunuk/pohon
beringin merupakan simbol persatuan Swapraja Toring.
i. Budaya di Wilayah Swapraja Toring yaitu Ritual pembangunan Rumah adat, Tama
Rumah (masuk rumah adat/pesta rumah adat, Ritual pembuatan Ngandung dan Siri
Dhopo, Bhuing/Kenduri, Jikir, Rasang Ngis (Potong gigi), Paras (Potong Kerbau) pada
Ngandung, Wono (pendewasaan anak laki-laki), Tibu (nasi bambu), Bhasa Sela
(makan jagung baru), Perkawinan adat, Ritual pembukaan hutan baru, Ritual
pendinginan rumah, Nongko rekang (ritual 5 hari kelahiran anak), Podho kaeng anak
(mengantar plasenta ke laut), Tarian adat (Tia Ghende/mendo/jai sara kolong,
Pemakaman secara adat, Tenun, Kemper (berburu), Makan padi baru.
j. Komponen pakaian adat di wilayah Swapraja Toring yaitu Untuk laki-laki kain tenun
(lipa Dhowik) Lengkosambi, baju kemeja putih,Selendang, Lenso, Sape/lega dan

29
parang. Sedangkan untuk perempuan kain tenun Lengkosambi (lipa dhowik),kebaya
putih, mbor (tempat siri/pinang), selendang, , konde rambut.
k. Alat musik tradisionak kerajaan Toring yaitu Gong/gendang.
l. Hewan korban Kerajaan Toring pada saat ritual adat (Kerbau, Domba, Sapi, ayam).
m. Silsila keturunan Raja Adhang Pawo/Kraeng Toring :

Tibi

Redhu Rabha

Rekot

Pering

Pati

Langka (-) Sambi Warang (-)

Penti

Sadhang Wando (-) Sueng Pekang (-)

Pawo Sadhang

Adhang Pawo Mair Pawo Daeng Parany Nene Tewon

Adhang Pawo (alias Jago)

Sadhang Gene Adhang Hasan Wando Ketong (-)

- Bernabas Naga - Sr. Paulista - Petrus Tibi


- Paulus Usman - Bernabas Adhang - Bernadeta Jarina
- Tija Sadhang - Yoseph Dola
- A. Selmi Sadhang - Thertesia Jubika
- Hendrikus Redhu - Adrianus Penti

30
Mair Pawo x Jaria

Raja Mair Padhala Pawo

Lambertus Mair - Tatok Padhala


- Rendas Padhala
- Paulus Warang
- Ibrahim Padhala

Daeng Parany x Jaria (isteri ke 1)

Aloysius Pawo

- Jaleka Pawo
- Turia Pawo
- Vitalis Pati Daeng Parani

Daeng Parany x Nggae (isteri ke 2)

Mbena Daeng

Daeng Parany x Umi Sangi (isteri ke 3)

- Daeng Mantara
- Daeng Maga
- Maliwa

Nene Tewon x Jawa Dhengi

Pelipus Bhiu Leonardus Li

- Yoseph Separ - Yustina Nene


- Nikolaus Menang - Fransiskus Jumat
- Yohanes Like - Damianus Li
- Palina Mia
- Yustina Dengi
- Monika Mika
- Moses Jawa
- Maria Sebe

31
n. Setelah struktur Pemerintahan Swapraja Toring dan Hamente Toring
(Lengkosambi) berakhir, kembali masyarakat adat Suku Toring dipimpin oleh
ketua Suku Toring. Yang menjadi ketua suku adalah anggota suku/orang yang
tertua dan memiliki kemampuan dalam memimpin. Adapun ketua Suku Toring
berturut-turut sebagai berikut :
1. Sadhang Adhang dibantu wakil ketua Gene Adhang (1945-1955).
2. Hasan Wando Adhang dibantu wakil ketua Padhala Mair (1955-1965).
3. Bernabas Naga dibantu wakil ketua Petrus Tibi (1965-1992).
4. Paulus Usman dibantu wakil ketua Petrus Tibi dan Sekretaris Mas Yohanes
Wando (1992-2008).
5. Petrus Tibi dibantu wakil ketua Venansius Sadhang dan Sekretaris Mas
Yohanes Wando (2008 s.d sekarang).
Ketua Suku Toring mempunyai tugas sebagai berikut :
- Mengatur dan membagikan tanah suku kepada anggota suku dan masyarakt
penggarap.
- Mengatur dan berkoordinasi dalam melaksanakan budaya/tradisi.
- Mengatur dan berkoordinasi dalam melaksanakan
pembangunan/perehapan rumah adat (sa’o/rumah pung).
- Berperan bersama pemerintah dalam menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat.
- Terkemuka dalam membelah “wina walu anak kalok “ (para janda, anak
yatim dan fakir miskin).
- Terkemuka dalam melaksanakan ritual Paras Kerbau (Potong Kerbau),
menanam pohon beringin dalam moment penting di masyarakat.
- Berperan menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat adat.
- Berperan dalam mempertahan hak Ulayat Suku Toring.
- Mempertahankan kearifan lokal dan menjaga hubungan baik (tua kesa wae
laki) dalam masyarat.
- Melakukan peletakan batu pertama pembangunan fasilitas umum.

4. Swapraja Riung (1912-1917)


a. Sejarah asal usul keturunan Swapraja Riung
Sejarah asal usul keturunan Swapraja Riung yaitu berasal dari Sulawesi, Bima
dan Maluku. Kedatangan mereka tidak bersamaan. Kedatangan mereka tidak
serentak diperkirakan dari tahun 1300-1800. Mereka menetap diseluruhh
wilayah Swapraja Riung.
b. Wilayah Swapraja Riung
Wilayah Kerajaan Riung meliputi desa/kelurahan sekarang yaitu wilayah
Nangamese, Benteng Tengah, Sambinasi, Latung, Taen Terong, Wangka,
(sebagian wilayah Kecamatan Riung), wilayah Benteng Tawa, Lanamai,

32
Wolomeze, Ria, Ngara, Teong (wilayah Kecamatan Riung Barat) Wilayah
Nginamanu (sebagian wilayah Kecamatan Wolomeze)
c. Sistim Pemerintahan Tradisional di wilayah Swapraja Riung
Sebelum Pemerintah Belanda membentuk Swapraja Riung sudah dikenal dengan
sebutan Keraeng Riung. Keraeng Riung adalah pemimpin tertinggi di masyarakat
adat yang berperan untuk mengatur proses kehidupan sosial di wilayah Riung
yang di kenal adalah Keraeng Ndondo.
d. Kepemimpinan Swapraja Riung
Uraian singkat tentang Raja Sila sebagai berikut :
- Pada periode tahun 1912-1917 tercatat 1 orang raja yang memimpin Swapraja
Riung yaitu Raja Sila. Raja Sila adalah keturunan bangsawan (Keraeng Riung)
putra Keraeng Ndondo. Beliau ditunjuk oleh Belanda karena memiliki
kemampuan dan kelebihan dalam memimpin. Nama rumah adat Raja Sila
adalah Rumah Mese Keraeng Riung. Pusat kerajaan yaitu di Kampung Riung
(Lelu/Golo Papang) dan pada masa Raja Sila dibangun sebuah Pesanggrahan
(rumah peristirahatan Pemerintah Kolonial Belanda dan Kantor Swapraja
Riung).
- Tugas dan tanggung jawab yang diembannya adalah menjalankan roda
pemerintahan Kolonial Belanda seperti penagihan pajak, kerja rodi, hukum,
budaya internalnya dan lain-lain.
- Keunggulan Raja Sila yaitu : Mampu mempertahankan wilayah Kerajaan Riung
dari serangan musuh dan mampu menjaga toleransi antar umat beragama.
- Pesan moral Raja Sila yaitu “Oke suti satar moto rogak watu” artinya jangan
bakar padang nanti kelihatan batu. Maknanya tetap menjaga keutuhan,
persaudaraan, jangan membuka aib/kejelekan orang lain.
- Sanjak Raja Sila yaitu Ata mai nimping nili se nunuk puwul se nelo teghor
artinya orang-orang datang berlindung pada keraeng/Raja Sila.
- Peninggalan Raja Sila yang masih ada yaitu :
Peninggalan yang masih ada yaitu alat-alat perang berupa Mariam 1 buah di
Kampung Riung (Golo Papang), dan Piring Raja bergambar naga timbun 2
buah dan Cerek naga timbun 1 buah masih tersimpan oleh ahli waris (Muh.
Natsir I.P. Sila) di Riung.
e. Simbol Swapraja Riung :
Simbol pemersatu berupa Ngandung .
f. Budaya Swapraja Riung :
Ritual adat yang masih terpelihara dan dilaksanakan sebagai berikut :
- Ramai Golo (tarian dan menyanyi) maknanya adalah meriwayatkan silsilah
agar anak cucu mengetahui tentang keturunannya atau asal usulnya.
- Bhagur (nyanyian dalam rumah).
- Rentok

33
- Larik (Caci) perlawanan antara orang geng dan pantun untuk uji
ketangkasan dan kejagoan. Bahan caci adalah prisai, toda, lempas dari
kulit kerbau, agang diambil dari aur).
- Pencak silat pada moment pesta pernikahan, sunat, dan kunjungan orang
besar.
- Tarian adat seperti Tia raga dan lain-lain.
g. Komponen pakaian adat Swapraja Riung :
Untuk Laki (Kain tenun Tadho, Kemeja Putih, Sape, Lenso,Selempang Ikat
Pinggang, Parang). Sedangkan utuk perempuan (Kain tenun Riung, Kebaya
Putih, Mboor(dhoke), Selempang)
i. Alat musik tradisional berupa gong gendang.
j. Hewan korban Kerajaan Riung pada saat ritual adat (Kerbau, Babi, ayam).

k. Silsila keturunan Keraeng/kerajaan Riung sebagai berikut :

Zebar

Mbora

Ndondo

Sila Rugut Luang

Petor Sila Penggok Luang

Abdulah Petor Sila Mustafa Petor Sila Ibrahim Petor Sila Sadho Rugut

Udin Safrudin
l. Muhamad AP Sila - Abdul Mutalib MP Sila - Muh. Nurbek IP Sila
m. Tajudin Nur - Sarifudin MP Sila - Gulamin Bakir
n. Abdul Syukur - Marhaban - Muhamad Nasir

34
o. Saimin - Siti Hawa - Aminullah IP Sila
p. Basri Ndura - Bahrudin MP Sila - Indra Bangsawan IP Sila
q. Muh. Husni AP Sila - Halima Dila
r. Sayati Abdullah - Latif MP Sila
- Hasuma MP Sila
- Ismail Petor Sila
- Abdulah MP Sila
-Indra Jaya Petor Sila

5. Swapraja Nage (1912-19130)


Wilayah Swapraja Nage dibentuk oleh Belanda sejak tahun 1912, meliputi wilayah
kecamatan sekarang yaitu Kecamatan Boawae, Kecamatan Aesesa dan Kecamatan
Aesesa Selatan. Dalam perjalanan waktu pada periode tahun1912-1929 tercatan 1
orang raja yang memimpin Swapraja Nage yaitu : Raja Roga Ngole.
Raja Roga Ngole adalah keturunan bangsawan woe/Suku Deu di Nage. Beliau
diangkat karena memiliki kemampuan dan kelebihan dalam memimpin. Rumah
adat Raja Roga Ngole yaitu Sa’o Lalu Deu. Tugas dan tanggung jawab Raja Roga
Ngole adalah menjalankan roda pemerintahan seperti mengatur urusan
administrasi, penagihan pajak, kerja rodi, hukum budaya internalnya dan lain-lain.
Keungulan Raja Roga Ngole adalah mampu mempertahankan wilayah kerajaan dari
serangan musuh dan mampun menjaga keutuhan dan persaudaraan dalam
masyarakat. Budaya/taradiri Swaparaja Nage adalalah Tiju adat, Berburu, Pa
(pembunuhan kerbau). Peninggalan yang masih terpelihara adalah Rumah Besar
(Sao Meze) 1 buah, Rumah Adat 1 buah, Peo i buah, Rumah Jabatan Raja 1 buah,
senjata laras panjang 1 buah, Pedang 1 buah, Tanduk Kerbau panjang 2 buah yang
terpajang di rumah besar dan rumah adat dan Makam-Makam Raja Roga Ngole,
Yosep Juwa Dobe Ngole dan Makam para isteri raja.

- Silsilah keturunan Raja Roga ngole sebagai berikut :

Dapa Gu x Ngole Mola

Roga Ngole x Azi Bha (isteri ke 1)

- Teda Sada
- Gogo
- Dede Meze
- Buju Idi

35
Roga Ngole x Ea Tawa (isteri ke 2)

- Yoseph Juwa Dobe Ngole


- Ngoe Meze
- Nuba Ede

Roga Ngole x Woga Dapa (isteri ke 3)

- Tidak ada keturunan

Roga Ngole x Bupu Deku (isteri ke 4)

- Ajo Bupu

Roga Ngole x Ule Eno (isteri ke 5)

- Kornelis Kota Kile


- Hendrikus Watu Mite
- Anastasia Ia Mite

- Silsilah Raja Yoseph Juwa Dobe Ngole

Y. J. Dobe Ngole x Supa Ami (isteri ke 1)

Tidak ada keturunan

Y.J. Dobe Ngole x Wae Bupu (isteri ke 2)

- Karolus Roga Ngole


- Eperadus Dhoi Lewa

36
Y.J. Dobe Ngole x Wula Dema (isteri ke 3)

- Imelda Bewa
- Klemens Siga Ngole
- Genoveva Azi Bha
- Gradiana Bei Lali
- Agnes Ajo
- Elisabet To Ngole

Y. J. Dobe Ngole x Th. Siti Fatima /asal Mbay (isteri ke 4)

L. Djago Dede Emil Waso Ea

- Maksima Uda
- Marselinus Fabianus Ajo Bupu
- Gua B. Dede Meze
- Remigius Daeng Mbora
- Dafrosa Buju Ngole
- Stefanus Juwa Dobe Ngole
- Maria Wea Laki

Y. J. Dobe Ngole x Dadi Labo (isteri ke 5)

- Matilde Tiwu Lobo


- Vinsensius Bengi Dede
- Paulus Betu Mea
- Bonefasius Siga Ngole
- Irianto Kumi Toro
-

Y. J. Dobe Ngole x Dhaja Wea (isteri ke 6)

- Maria Goreti Ngole


- Don Daniel Bai Wale
- Mensi Ea Tawa
- Hestuti Woga Dapa

37
6. Swapraja Keo (1912-1930)
Wilayah Swapraja Keo dibentuk oleh Belanda sejak tahun 1912, meliputi wilayah
kecamatan sekarang yaitu Kecamatan Nangaroro, Kecamatan Keo Tengah dan
Kecamatan Mauponggo. Dalam perjalanan waktu pada periode tahun 1912 – 1930
tercatat 2 orang raja yang memimpin Swapraja Keo yaitu Raja Muwa Tunga (1912-
1925) dan Raja Goa Tunga (1925-1930). Raja Muwa Tunga dan Raja Goa Tunga
adalah bersaudara kandung putra dari Dhae Azi mosalaki Keo. Kedua Raja tersebut
adalah keturunan bangsawan di Keo. Mereka ditunjuk Belanda karena memiliki
kemampuan dan kelebuhan dalam memimpin. Tanggung jawab yang diemban para
raja adalah menjalankan roda pemerintahan seperti mengatur urusan administrasi,
penagihan pajak, kerja rodi, hukum budaya internalnya dan lain-lain.Keungulan
Raja Muwa Tunga dan Raja Goa Tunga adalah mampu mempertahankan wilayah
kerajaan dari serangan musuh dan mampun menjaga keutuhan dan persaudaraan
dalam masyarakat.
Silsilah keturunan Raja Muwa Tunga sebagai berikut :

Ebu Sama Ea x Azi Bule

Dhae Azi x Tunga Wea

Muwa Tunga Bule Tunga Dhosa Tunga (-) Goa Tunga

x x x

S. Ebu Gedhu Mogi Selo Gudede (-) - Margareta Dhoi


- E. Wea Tawa

- D. Dato Bali - D. Mosa Mogi


- M. Ea - V. Tai Tunga

N. Wala (suami I) Ebu Egho Azi (suami II)

Lado Wea - Nazu Niba


- Nago
- F. Dhedhu Tunga x Sabina Iga

38
- Hironimus Dapa Tunga
- Gradiana Ngobe
- Agustinus Egho

Kabupaten Ngada terbentuk pada tahun 1958 melalui UU No. 69 tahun 1958 tentang
pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat
(NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Ngada merupakan gabunagan dari 3 buah
Swparaja yaitu :
1. Swapraja Ngada
2. Swapraja Nagekeo
3. Swapraja Riung
Pada tahun 1912 Swapraja dibentuk oleh Belanda yang terdiri dari 6 Swapraja yang terdiri
dari :
1. Swapraja Ngadha
2. Swapraja Nage
3. Swapraja Keo
4. Swapraja Riung
5. Swapraja Toring
6. Swapraja Tadho
Dalam asumsi pemerintahan Kolonial 6 Swapraja dianggap jumlah terlalu banyak dan
apalagi ditemukan banyak keonaran dan perlawanan kepada Belanda seperti para raja tidak
mengikuti rapat, pajak macet dan tidak mengambil bagian dalam kerja rodi, serta banyak
sekali sikap apatis lainya yang membuat Belanda marah. Bertolak dari kenyataan yang
merugikan Belanda maka Belanda membuat taktis dan strategis baru yaitu pada tahun
1917-1931 enam (6) Swapraja dilebur menjadi 3 Swapraja yaitu :
I. Swapraja Ngadha.
Pusat Swapraja Ngadha yaitu di Kampung Bajawa.
Dipimpin berturut –turut oleh : Djawa Tay (1917-1925), Pea Mole (1925-1953), Siwe
Mole diangkat menjadi Kepala Swapraja Ngadha (1953-1960) dan Herman
Siwemole/Kepala Swapara Ngadha (1960-1962)
Pembentukan Perangkat Swapraja Ngadha terdiri dari 10 (sepuluh) Hamente yaitu :
1. Hamente Ngada Bawa
Dipimpin berturut-turut oleh Kepala Hamente Waghe Mawo, Leonardus Nono
Djone, Thomas Siu dan Paulus Maku.
Meliputi wilayah Kampung Bajawa, Boripo, Bongiso, Wakumenge, Kampung
Bokua, Boseka, Watujaji, Bowejo, Pigasina, Beiposo, Likowali, Warusoba, Bongrdu,
Wolowio, Boloji, Bobhalu, Borewu dan Kampung Tologo dipimpin oleh Gae Leo,
Wu Longa, Jawa Edo, Sogho Aku, Wolo Longa.
Kepala Desa Gaya Baru Wawowae : Dominikus Resa.
Opas Ngada Bawa yaitu : Raba Dhone.
2. Hamente Mangulewa

39
Dipimpin berturut-turut oleh Ngebu Lodo, Lodo Pale, Kadju Dolu, Petrus Due,
Johanes Reo Lodho.
Meliputi Wilayah Kampung Bajo Dhena, Mangulewa, Jojawa, Watu Risu, Wotu,
Waruwaja, Tuku, Para, Rakalaba, Raja Lewa, Boba, Boba Soka, Bawa Rani,
Wogowela, Watu Tedo, Keli, Wae Koe, Lege Meze, Batu Bajo, Ture Ngadha,
Bokisa, Mole Milo dan Kampung Bo Kodo dipimpin oleh Kodo Foa, Pelipus Ngei
Deru.
Opas Hamente : Pius Rinu, Petrus Woghe)
Nama-nama kepla desa gaya baru diwilayah bekas Hamente Mangulewa :
a. Kepala Desa Gaya Baru Boba : Yakobus Kebe.
b. Kepala Desa Gaya Baru Mangulewa : Arnol Ngebu.
c. Kepala Desa Gaya Baru Rea Lewa : Niko Dopo
d. Kepala Desa Gaya Baru Wogo Wela : Yoseph Sina
3. Hamnete Wogo
Dipimpin berturut-turut oleh Frasiskus Jawa Dhone, P. Bate Tie, Yohanes Wezo.
Meliputi Wilayah Kampung Gizi, Liba, Belu, Toda, Dolu Pore, Wolo Kuru,
Wolorowa, Sanga Deto, Were, Waso Jadho, Sadha, Kezewea, Utaseko, Waturoka,
Mana dan Taka Tunga.
4. Hamente Inerie I.
Dipimpin berturut-turut oleh :
1. Sebo Maja
- Sebo Maja adalah kepala Hamente Inerie I yang pertama diangkat oleh
Belanda pada tahun 1917-1930.
- Nama suku : Tegu
- Nama Sao : Kota Watu (Sao isteri) dan Sao Katawa (Sao Ibunya).
- Tugas Kepala Hamente yaitu melaksanakan kerja rodi dan pengutan
pajak dan melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan
diantaranya yang masih ada peninggalannya adalah bangunan Gereja
St. Paulus Jerebuu dengan Pastor Paroki Pertama adalah Pater Hermes
asal Italia.
- Silsilah : Sebo Maja menikah dengan isteri Ine Wula dikaruniai 3 orang
yaitu Yustina Bate, Karel Kota dan Anastasia Masi.
- Dalam melaksanakan tugas pemerintahan sering melakukan
pembrontakan terhadap Belanda sehingga Beliau diasingkan selama
beberapa tahun di Ende, kemudian kembali lagi untuk menjalankan
tugas sebagai Kepala Hamente.
2. Thomas Mola.
Thomas Mola adalah Kepala Hamente Inerie I yang ke dua (1930-1935)
sebelumnya Thomas Mola menjabat sekretaris Sebo Maja. Thomas Mola
kemanakan kandung dari Sebo Maja.
3. Karel Kota

40
Karel Kota adalah kepala Hamente Inerie ke tiga. Karel Kota adalah anak
kandung dari Sebo Maja.
Meliputi wilayah Kampung Bena, Luba, Bea, Nio, Nage, Wajo, Bowaru,
Buu, Tololela, Gurusina, Suza, Seso, Niki Sie, Doka, Botoli, Tuzaseko,
Dona, Analoka, Pali, Loma, Delawawi, Nagebaru, Bozoa, Keli, Watu Tedo,
Jetu, Wae Keo, Dhoradawa, Kelitei, Welu Kolo, Manguzua.
5. Hamente Inerie II.
Dimpin berturut-turut oleh Nio, Sebo Neno dan Petrus Soda.
Meliputi wilayah Kampung Paupaga, Sewowoto, Maghilewa, Legelapu, Waesae,
Lopijo, Bela Raghi.
6. Hamente Langa
Dipimpin berturut-turut oleh Weru Wio, Bawa Rani, Radho Gobe dan setelah
merdeka Petrus Ngina dan Pius Nua
Meliputi Kampung Boua, Bosiko, Boraga, Dizi, Loka Loda, Borani, Bopati, Mari, Bo
Lengu, Bomuzi, Borado, Langageda, Bonewaru, Bojawa, Sapawara, Bogesa,
Bowaru, Tiwa Lina, Lenazia, Sabiwaja, Bela, Suka Tei, Namu.
7. Hamente Soa
Dipimpin oleh Yoseph Wio Sola, Ongo Wio dan B. Bay
Meliputi wilayahKampung Masu, Meli, Tarawaja, Loa, Piga, Waepana, Borowa,
Sadha, Tiwu, Mude, Libunio, Megeruda.
8. Hamente Susu
Dipimpin oleh M.Noka
Meliputi wilayah Kampung Waruwogo, Bowio, Sagalaka, Bomanu, Bogenga.
9. Hamente Naru
Dipimpin oleh Gabriel Lou
Meliputi wilayah Kampung Bopoma, Ranisiga, Boleo, Analedo, Waelengu, Fui,
Radha, Ngusu Kedhe, Bobafui, Bobou, Perepo, dan Pape.
10. Hamente Kombos
Dipimpin oleh M. Mite.
Meliput wilayah sekarang yaitu bagian Barat dan Selatan Kecamatan Aimere.

II. Swapraja Riung


Pusat Swapraja Riung yaitu di Kampung Riung.
Dipimpin berturut-turut oleh : Petor Sila (1917-1937), Bestuur Kaunang (1937-1942),
Abdullah Petor Sila (1942-1949), Mustafa Petor Sila. Mustafa Petor Sila Kemudian
diangkat menjadi Kepala Swapraja Riung (1953-1962).
Pembentukan Perangkat Swapraja Riung terdiri dari 4 Hamente yaitu :
1. Hamente Riung.
Meliputi wilayah desa/kelurahan sekarang yaitu Kelurahan Nangamese,
Benteng Tengah, Desa Sambinasi, Desa Latung, Taen Terong, Rawangkalo,

41
Wangka, Wangka Selatan Nginamanu, Benteng Tawa, Lanamai, Wolomeze,
Ria, Ngara (bekas wilayah swapraja Riung).
Dipimpin berturut-turut oleh Dalu Rugut Luang, Dalu Penggok Luang, Dalu
Sadho Rugut, Dalu Bernadus Barang.
2. Hamente Tadho.
Meliputi wilayah desa sekarang yaitu Desa Tadho, Denatana, Mainai. Pada
saat Hamente Riung dipimpin Dalu Barang (1950-1958) wilayah Denatana
dan Mainai masuk Wilayah Hamente Riung (bekas swapraja Tadho).
Dipimpin berturut-turut oleh Dalu Padang, Dalu Basang dan Dalu Patong.
Para Kepala Hamente (Dalu) Tadho bantu oleh para Kepala Kampung Yaitu :
a. Kampung Tadho dipimpin Markus Petrus Mail (selama 17 tahun)
b.Kampung Mbong Ras dipimpin oleh Randu Rang
c. Kampung Nanu dipimpin oleh Lage Sinda
d. Kampung Mulu Loe dipimpin oleh Ngarong
e. Kampung Metok dipimpin oleh Mula
f. Kampung Wue dipimpin oleh Lagi
3. Hamnete Toring (Lengkosambi).
Meliputi wilayah desa sekarang yaitu Desa Lengkosambi dan Desa Turaloa,
Desa Lengkosambi Timur, Desa Lengkosambi Barat, Desa Lengkosambi
Utara, Desa Persiapan Lengkosambi Tengah dan Desa Persiapan
Lengkosambi Barat Daya.
Dipimpin berturut-turut oleh Dalu Daeng Parani, Dalu Aloysius Pawo, Dalu
Leonardus Li, Dalu Leonardus Rembo. Kepala Hamenete Toring/Lengkosambi
disebut Dalu.
Adapun uraian tentang kepala Hamente Toring (Lengkosambi) :
a. Dalu Daeng Parani adik kandung dari Raja Adhang alias Jago. Pendidikan
terakhir adalah Standar Scool di Ambon. Menjabat Kepala Hamente
sejak Jaman Pemerintah Belanda (1917-1940) dan Dalu yang sangat
berani dan disegani oleh Pemerintah Belanda. Menjabat Dalu pada usia
30 tahun dan berakir pada usia 61 tahun. Daeng Parany memiliki
kesaktian yang disebut pagagar Ia diangkat Belanda sebagai Hakim
Perkara. Daeng Parany saat dilahirkan di Lengkosambi diiringi guntur
dan kilat dan saat meninggal diiringi guntur dan kilat. Bliau meninggal
pada usia 75 tahun dan dimakamkan bersama 2 orang budaknya stelah
Indonesia merdeka pada tahun 1953 di Kampung Lengkosambi dan
Kuburnya masih terpelihara/terawat sampai saat ini. Daeng Parani
menikah dengan 6 orang isterinya yaitu Jaria, Hgeme, Ela, Nia, Nggae,
semuanya di Toring/Lengkosambi dan Umi Sangi di Pota Manggarai dan
dikaruniai 6 orang anak.
- Keunggulan Dalu Daeng Parany :
Mampu memelihara toleransi antar umat beragama di wilayah
Kerajaan Toring, tidak terjadi konflik agama. Mampu menata
pemukiman masyarakat dan terbukti pada tahun 1920 dapat

42
memindahkan penduduk Suku Selayar ke Bekek yang semula
menetap di Watulajar Lengkosambi. Dan membuka pasar Bekek,
pembangunan Pesanggrahan (Kantor/penginapan Kontleur) di
Kampung Lengkosambi yang merupakan pusat
Keraeng/Kerajaan Toring.
Bliau juga memimpin pembukaan lahan untuk tanaman kapas
pada jaman penjajahan. Mampu menjalankan rodah
pemerintahan termasuk mengikuti rapat-rapat kerajaan di
Rumah Jabatan Raja Ngadha di Kampung Bajawa sebagai pusat
Onder Afdeling Ngada.
- Pesan Dalu Daeng Parany :
“Tinu pang wina walu anak kalok ne’e jaga tanah watu, jaga naga
singi laing lobho ropa ne,e jaga weki ngasang.”
Artinya Berilah perlindungan terhadap para janda, anak yatim
dan fakir miskin serta kaum marjinal, menjaga dan
mempertahankan tanah air, mempertahankan martabat dan
kebenaran.
Patuhi semua ketentuan adat yang berlaku di wilayah
Kerajaan/Hamente Toring. Antara lain semua pemanfaat potensi
alam harus memberikan seperempat dari penghasilan sebagai
UPTI kepada Keraeng Toring. (hasil tangkapan ikan, hasil
pertanian dan garam) dan semua masyarakat setempat harus
patuh dan taat terhadap ketentuan adat lainnya (yang lebih
dipertegas jangan selingku, jangan mengambil garam, tenun
kain, jangan membakar hutan dan membuat parang serta bunyi-
bunyian pada musim hujan). Dan semua penggarap tanah harus
seijin keturunan Keraeng Toring dengan membawa nio, manuk,
tuak tar (kelapa, ayam, moke) ke Rumah Adhak/Rumah Besar
Suku Toring.
b. Dalu Aloysius Pawo anak kandung dari Dalu Daeng Parany. Menjabat
Dalu sebelum Indonesia merdeka (1940-1945). Pendidikan standar
Scool di Mataloko. Pada jaman Pemerintah Belanda hanya
memperbolehkan keluarga bangsawan (Keraeng Toring) untuk
mendapatkan pendidikan standar scool di Mataloko diantaranya Pawo
Daeng Parany. Bliau dipermandikan masuk agama Katolik pada waktu
sekolah di Mataloko. Bliau adalah orang pertama dalam keluarga
Keraeng Toring masuk agama Katolik dengan nama Aloysius Pawo ,
menyusul Paulus Usman yang dahulu mengikuti pendidikan Standar
Scool di Mataloko. Keturunannya adalah Rm. Alex Dae Lama Pr. Pesan
Dalu Pawo sama dengan pesan Dalu Daeng Parani. Dalu Aloysius Pawo
meninggal pada tahun 1963
c. Dalu Leonardus Li anak saudari kandung Dalu Daeng Parani menjabat
setelah Indonesia merdeka (1945-1958). Pendidikan Sekolah Rakyat

43
(SR). Pesan Dalu Li sama dengan pesan Dalu Daeng Parani. Beliau
meninggal tahun 1958 dan dimakamkan di Lengkosambi.
d. Dalu Leonardus Rembo anak angkat Dalu Daeng Parani. Menjabat
Dalu setelah Indonesia Merdeka (1958-1960) Pesan Dalu Rembo
adalah Jaga mulut dalam berbicara, berbicara jaga keseimbangan,
hidup kita harus bersama orang lain. Beliau meninggal tahun 1992 dan
dimakamkan di Lengkosambi.
Para kepala Hamente dibantu oleh para Kepala Kampung.
Khusus pada masa Dalu Daeng Parani dibantu oleh para kepala
kampung yaitu Kampung Lengkosambi dipimpin oleh Ribhu Bhunduk,
Kampung Toring dipimpin oleh Tonga Redhu, Kampung Tajo dipimpin
oleh Mena Goa, Kampung Koka dipimpin oleh senak Serang, Kampung
Ramba dipimpin oleh Du’a Ghena, Kampung Mbuang Besar (wilayah
desa Turaloa) dipimpin oleh Raja Rongo, Kampung Mbuang Kecil
(Wilayah Reok, Dheru, Perengating) dipimpin oleh Lobho Dhaeng,
Kampung Pasolek dipimpin Naweng Jawong. Semua kepala kampung
tersebut diatas diangkat oleh Dalu Daeng Parani karena mereka
adalah mosalaki dan memiliki kemampuan dimasing-masing kampung.
Tugas dan Tanggung jawab para kepala kampung adalah menjabarkan
program kerja kepala Hamente (Dalu).
Sedangkan pada masa Dalu Dalu Aloysius Pawo dan Dalu
Leonardus Li, Wilayah hamente Toring (Lengkosambi) mencakup
beberapa kampung Yaitu Kampung Lengkosambi dipimpin Wihelmus
Orong dan Hendrikus Redhu, Kampung Pasolek dipimpin oleh Yohanes
Jawong, Kampung Mbuang Besar dipimpin oleh Markus Lobhang,
Kampung Kampung Wulung dipimpin oleh Donatus Dae, Kampung Isa
dipimpin oleh Goa Jawa, Kampung Toring dipimpin oleh Bhajo,
Kampung Reok dipimpin oleh Aloysius Madha, Kampung Watulewa
dipimpin oleh Leonardus Rembo, dan Kampung Ramba Du’a Ghena.
Dalam menjalankan tugas para Kepala Hamente dibantu oleh
Opaser (Opas). Pada masa Kepemimpinan Kepala Hamente (Dalu)
Aloysius Pawo, Leonardus Li dan Leonardus Rembo, Opas Hamente
Toring adalah Hasan Wando putra dari Raja Adhang Pawo (alias Jago).
Opas bertugas sebagaai pengawas lapangan dan pengawal Raja dan
Dalu dalam menjalankan tugas pemerintahan. Dan menjabarkan
perintah Raja/Dalu kepada masyarakat (perintah masyarakat untuk
membayar pajak, kerja rodi, menerima UPTI dll).
4. Hamente Riung Selatan.
Hamente Riung Selatan merupakan pemekaran dari Hamente Riung pada
masa Pemerintahan Jepang. Meliputi wilayah Warukia, Nampe (masih
terdapat Ngadhu), Teong (masih terdapat Ngadhu), Waru Nembu, Mbazang,
Lindi, Damu, Nangge, Ria, Wate, Munting, Bou,Terong Kedong,Rangga
Kumis, Keddhu, Malafai, Tajo dan bagian selatan sampai Alo Kila Penu.

44
Dipimpin oleh Aloysius Ndiwal. Sebelumnya Aloysius Ndiwal menjabat wakil
Dalu Riung masa kepemimpinan Dalu Barang.
III. Swapraja Nagekeo
Pusat Swapraja Nagekeo yaitu di Kampung Boawae.
Dipimpin oleh Yoseph Juwa Dobe Ngole (1929-1962). Bliau meninggal thaun 1972
dan dimakamkan di Kampung Boawae.
Pembentukan Perangkat Swapraja Nagekeo terdiri dari 18 Hamente yaitu :
1. Hamente Boawae dipimpin berturut-turut oleh Alexander Meze Muku, Yosep
Seke Liu dan H. Watu Mite.
2. Hamente Kelimado dipimpin oleh Cons. Meze Laki.
3. Hamente Deru Rowa dipimpin oleh Wilhelmus Roga Wona.
4. Hamente Ndora dipimpin berturut-turut oleh Stanis Roga, Bene Taka.
5. Hamente Raja dipimpin berturut-turut oleh Lambertus Tage Nenu, Pit Dapa
Wea.
6. Hamente Maukeli dipimpin berturut-turut oleh Ph. Bay
7. Hamente Dhawe dipimpin berturut-turut oleh Papu Rae, Stefanus Goa Tate.
8. Hamente Munde dipimpin berturut-turut oleh Djo Muku, Zakarias Dhiga Rio.
9. Hamente Mbay dipimpin oleh Said Mane Tima.
10. Hamente Rendu dipmpin berturut-turut oleh Belita Owa, Laurensius Dala.
11. Hamente Nataia dipimpin oleh B. Jera Nono.
12. Hamente Wolowae dipimpin oleh Yoseph Mesa Dae.
13. Hamente Keo Tengah dipimpin oleh Felik Dhedhu Tunga.
14. Hamente Lejo dipimpin oleh Theodorus Laga.
15. Hamente Sawu dipimpin oleh Ph Meo Gego.
16. Hamente Riti dipimpin oleh Frans Dhosa.
17. Hamente Pautola dipimpin oleh H. Moh. Saleh Ria.
18. Hamente Tonggo dipimpin oleh Moh. Pua Mbey.

BAB. V
PEMERINTAHAN JEPANG

5.1. Jepang Jajah Indonesia.


Dalam waktu ± 3,5 tahun dari tahun 1942-1945 Jepang menjajah Indonesia.
Karena waktunya sangat singkat maka periode penjajahan Jepang di Indonesia sering
dianggap sebagai orde yang penuh ketidakpastian, tetapi pada saat bersamaan justru
memberikan banyak peluang bagi bangsa Indonesia.

45
Resim Jepang tampil sewenang-wenang dan lebih kejam dari Belanda. Taktis
Jepang dalam kekuasaanya banyak menggantungkan kerja sama dengan unsur-unsur
lokal. Pemimpin pergerakan dan orang awam yang bekerja sama dengan militer
Jepang pada titik tertentu cukup berhasil dalam mengatasi berbagai masalah, akan
tetapi mempertahankan nasib mereka, misalnya bagi perorangan atau kelompok yang
ketahuan membangkang, yang bersangkutan atau mereka akan dihukum berat bahkan
bisa berujung pada kematian yang sia-sia.
Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang telah mendarat di Pulau Jawa dan
Kepulauan Indonesia yang lain. Dan sejak tanggal 9 Maret 1942 Jepang telah
menguasai Indonesia dan melakukan beberapa aktifitas berikut :
1. Para pemimpin pergerakan Bangsa Indonesia yang ditawan Belanda akhirnya
dibebaskan Jepang.
2. Pada mulanya interaksi tentara Jepang sangat ramah terhadap bangsa Indonesia
seta harapan-harapan serba positif dilontarkan pada bangsa Indonesia.
Tetapi setelah berlangsung penguasaan Jepang ternyata jauh dari kenyataan dan
hanya menambah kesengsaraan, kemiskinan dan kelaparan dimana-mana.
Penguasaan daerah-daerah di Indonesia berada dibawah pemerintahan bala
tentara Nipon. Nipon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa
Pemerintahan Jepang di Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 1 tanggal 7 Maret
1942 pembesar bala tentara Nipon memegang kekuasaan militer dan segala
kekuasaan yang dulu yang dipegang gubernur Jendral. Praktek pelaksanaan sistim
pemerintahan dua anggkatan perang yaitu Angkatan Darat (Rikugun) dan Angkatan
Laut (Kaigun) yang masing-masing mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal itu
Indonesia dibagi dua wilayah kekuasaan :
1. Wilayah Indnesia bagian barat berada dibawah kekuasaan Rikuyun dengan pusat
Batavia, sekarang Jakarta.
2. Wilayah Indonesia bagian Timur berada dibwah kekuasaan Kaigun dengan pusat di
Makasar.
Baik Rikugun dan Kaigun selalu bersaing dalam mengambil hati rakyat jajahan,
sampai detik-detik perang usai. Semua bagian wilayah berada dibawah komando
panglima besar untuk Asia tenggara yang berkedudukan di Seigon, yang kemudian
baru berhubungan dengan Tokyo.
Jepang igin mempertahankan Indonesia sebagai daerah jajahannya karena
Indonesia memiliki potensi besar bagi perkembangan indusrti dan kemajuan teknologi
Jepang. Untuk mempertahankan daerah jajahan yang cukup luas atas wilayah
Indonesia , Jepang membutuhkan kekuatan, baik kekuatan dari angkatan perang
maupun sarana yang menunjang pertahan seperti benteng, lapangan udara dan jalan
raya.
Dalam rangka membangun benteng dan jalan raya maupun lapangan udara (di
Ngada terlaksana pembangunan Lapangan Udara Surabaya II Mbay), dibutuhkan
tenaga kerja yang sangat banyak yang diambil dari desa yang disebut dengan Romusa.

46
Para Romusa dikerahkan untuk membangun pangkalan militer, kubu pertahanan,
jalan dan jembatan di daerah-daerah penguasaan Jepang. Romusa kadang tidak bisa
pulang kampung halaman karena mati kelaparan dan disiksa.
Sejak awal pendudukan Jepang telah dikerahkan tenaga rakyat untuk
keperluan perang yang disebut dengan Heiko. Dengan demikian rakyat semakin
tertindas dan sengsara. Keadaan sepeti ini meninbulkan berbagai pembrontakan atau
perlawanan dari rakyat Indonesia baik yang bersifat legal dan ilegal.
5.2. Sistim Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia.
Sistim Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia terdiri dari 3 Pemerintahan
Militer (SS. Hauptsturmfuhrer Ajisaka Lingga Bagasgara) yakni :
1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara ke 25) untuk Sumatra dengan pusat
2. Pemerintahan Militer Anggkatan Darat ( Tentara ke 16) untuk Jawa dan Madura.
3. di Bukit Tinggi.Pemerintahan Militer Anggkatan Laut (Armada Selatan ke 2) untuk
Sulawesi, Kalimantan dan Maluku dengan pusat di Makasar.
Menurut Undang-Undang No. 27 seluruh Pulau Jawa dan Madura kecuali
daerah Koci (daerah istimewa) Surakarta dan Yogyakarta sistim Pemerintahan Jepang
dibagi tingkatan sebagai berikut :
1. Karesidenan (Syu) dipimpin oleh seorang Syuco.
2. Kabupaten (Ken) dipimpin oleh seorang Kenco.
3. Kawedanan atau Distrik (Gun) dipimpin oleh seorang Gunco.
4. Kecamatan (son) dipimpin oleh seorang Sonco.
5. Kelurahan/Desa (Ku) dipimpin oleh seorang Kunco.

BAB VI.
SEJARAH PEMBENTUKAN KABUPATEN NGADA

6.1 Sejarah Singkat Tanah Ngada


a. Periode tahun 1950
Pada masa Pemerintahan Negara Indonesia Timur Pulau Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores,Sumba dan Timur dan kepulauanya lebih merupakan daerah
(menurut pengertian UUDS 1950) yaitu Daerah Bali, Daerah Lombok, Daerah
Sumbawa, Daerah Flores, Daerah Sumba dan Daerah Timur dan kepulauanya.

47
Kemudian dibentuk Provinsi Administrasi Sunda Kecil yang meliputi daerah-daerah
tersebut. (PP.21/1950). Propinsi Sunda Kecil terdiri dari Sunda Kecil Barat (meliputi
wilayah ex Karesidenan Timur dan pulau-pulau sekitarnya).
b. Periode tahun 1954
Nama Sunda Kecil diubah menjadi Nusa Tenggara (UU Drt 9/1954) sehingga
Sunda Kecil Barat menjadi Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sunda Kecil
Timur menjadi Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di dalam lingkungan Propinsi
Administrasi Nusa Tenggara berbagai daerah berjalan sebagai daerah-daerah yang
berhak mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan peraturan yang berlaku
baginya (Daerah Statuut” jo UU NIT 44/1950).
c. Periode tahun 1957
Dengan berlakunya UU No. 1/1957 mulai dilakukan upaya untuk membentuk
daerah-daerah otonom sesuai dengan amanat UUDS 1950. Upaya ini diawali oleh
Pemerintah dengan membentuk Panitia Pembagian daerah (Kepres 202/1956) yang
melaporkan hasil peninjauannya mengenai daerah Nusa Tenggara. Ini diikuti pula
dengan kunjungan langsung oleh Menteri Dalam Negeri ke daerah tersebut untuk
mendengar aspirasi rakyat di Nusa Tenggara.
d. Periode tahun 1958
Berdasarkan laporan dari Panitia dan Menteri kemudian keluarlah UU No.
64/1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat
(NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Pembentukan daerah-daerah tingkat I ini
dilakukan dengan memperhatikan otonomi yang secara historis sudah ada di
wilayah Nusa Tenggara. Daerah Tingkat I yang dibentuk adalah :
1. Daerah tingkat I Bali meliputi wilayah daerah Bali.
2. Daerah tingkat I Nusa Tenggara Barat meliputi wilayah Lombok dan
Sumbawa.
3. Daerah tingkat I Nusa Tenggara Timur meliputi wilayah Flores, Sumba, Timur
dan Kepulauan sekitarnya.
Selanjutnya pada tahun 1958, saat itu juga dibentuk daerah-daerah tingkat II
yang merupakan daerah-daerah tingkat I tersebut (UU. 69/1958). Daerah-daerah
tersebut diatas dibubarkan dan diubah statusnya menjadi daerah tingkat II. Daerah-
daerah itu sebelumnya merupakan daerah-daerah swapraja yang saat itu termasuk
di dalam wilayah daerah-daerah tersebut. Daerah Flores yang dulu dibentuk
dengan Peraturan Pembentukan Negara Indonesia Timur (Stb 1945-143) yang
terdiri dari :
1. Wilayah daerah Swapraja Manggarai.
2. Wilayah Ngada meliputi Daerah Swapraja Ngadha, Nage, Keo, Toring, Tadho
dan Riung.
3. Daerah wilayah Swapraja Sikka.
4. Daerah Ende meliputi Swapraja Ende.
5. Wilayah Flores Timur meliputi Daerah Swapraja Larantuka.

48
Dengan UU. No. 69/1958 berbagai wilayah daerah swapraja di Pulau Flores
diubah statusnya menjadi daerah tingkat II (Kabupaten) dalam wilayah daerah
tingkat I (Propinsi) Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai berikut :
1. Kabupaten Manggarai ibu kota Ruteng.
2. Kabupaten Ngada Ibu Kota Bajawa.
3. Kabupaten Sikka Ibu Kota Maumere.
4. Kabupaten Ende Ibu Kota Ende.
5. Kabupaten Flores Timur Ibu Kota Larantuka.
e. Periode tahun 1992
Karena semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan
pemerintahan dan pembangunan di Daerah Tingkat II di Propinsi Nusa Tenggara
Timu (NTT) dilakukan pemekaran wilayah berupa penambahan kecamatan baru (PP
NO. 29/1992. Untuk Kabupaten Ngada dilakukan pemekaran wilayah berupa
penambahan kecamatan Bajawa (dipecah menjadi dua) yaitu dengan membentuk
Kecamatan Ngada Bawa yang wilayahnya meliputi :
1. Kelurahan Bajawa.
2. Kelurahan Jawa Meze.
3. Kelurahan Kisanata.
4. Kelurahan tanah Lodu.
5. Kelurahan Trikora.
6. Kelurahan Ngedu Kelu.
7. Kelurahan Lebijaga.
8. Kelurahan Faobata.
9. Kelurahan susu.
Wilayah-wilayah ini semula merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Bajawa.
Pusat Pemerintahan Ngada Bawa berada di Kelurahan Bajawa.
f. Periode tahun 1998
Mengingat keterbatasan geografis kota Bajawa pemerintah memutuskan
untuk pemindahan ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Ngada dari Kota Bajawa
(Kecamatan Ngada Bawa) ke Mbay (Kecamatan Aesesa) lihat (PP.65/1998). Namun
karena beberapa faktor teknis pemindahan belum dapat berjalan sepenuhnya
sesuai rencana, sehingga ibu Kota Kab. Ngada sampai saat ini secara defakto tetap
berada di Kota Bajawa.
g. Periode tahun 2006
Proses pemindahan ibu kota Kabupaten Ngada yang berkedudukan di Mbay
belum dapat dilaksanakan karena anggaran atau dana dan selain itu bersamaan
denganpemekaran Kabupaten Ngada yaitu pembentukan kabupaten baru yaitu
Kabupaten Nagekeo, maka dengan PP 35/2006 ibu kota Kabupaten Ngada secara
yuridis dikembalikan lagi ke kota Bajawa.
h. Periode tahun 2007

49
Sebagai akibat dari pemekaran Kabupaten Ngada dengan pembentukan
Kabupaten baru yaitu Kab Nagekeo (UU 2/2007) maka wilayah Kabupaten Ngada
otomatis dikurangi wilayah Kabupaten Nagekeo yaitu Kecamatan Nangaroro,
Aesesa, Boawae, Mauponggo, Wolowae, Keo Tengah dan Kecamatan Aesesa
Selatan.
6.2. Pembentukan Kabupaten Ngada
Kabupaten Ngada terbentuk pada tahun 1958 melalui UU No. 69 tahun 1958
tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tengagara Timur. Kabupaten ini merupakan gabungan 3 buah swapraja yaitu :
1. Swapraja Ngadha.
2. Swapraja Nagekeo.
3. Swapraja Riung
Pada tahun 1912 Swapraja dibentuk oleh Belanda yang terdiri dari 6 swapraja
yaitu Swapraja Ngadha, Nage, Keo, Riung, Toring dan Tadho. Pada tahun 1917
Swapraja Tadho dan Toring dilebur menjadi Swapraja Riung. Pada tahun 1931
Swapraja Nage dan Keo dilebur menjadi Swapraja Nagekeo (Peta Flores tahun 1912
dan tahun 1931/ Karte V- 4: Zelfbesturende landschappe auf Flores – 203).
Keberadaan 3 buah swapraja dengan 33 buah Hamente dengan jumlah penyebaran
penduduk di atas wilayah dengan kondisi geografis yang bergunumg dan lembah turut
membentuk pola dan prilaku masyarakat atau penduduk Kabupaten Ngada sangat
hetrogen. Keadaan yang demikian heterogen baik menyangkut manusia, pola dan
tingkah lakunya, keadaan tanah, kesuburan dan sosial budaya memberi dan
membutuhkan pola tersendiri dalam pelaksanaan berbagai pendekatan pelayanan
kepemerintahan.
6.3. Pembentukan Kecamatan di Kabupaten Ngada
Sejarah pembentukan kecamatan di Kabupaten Ngada berdasarkan Keputusan
Gubernur Kepala Derah Tingkat I Nusa Tenggara Timur tanggal 28 Pebruari 1962 No.
Pem 66/1/2 tentang Pembentukan 64 buah kecamataan dalam Propinsi Nusa
Tenggara Timur maka daerah Kabupaten Ngada dibagi menjadi 6 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Ngada Utara.
2. Kecamatan Ngada Selatan.
3. Kecamatan Nage Utara.
4. Kecamatan Nage Tengah.
5. Kecamatan Keo.
6. Kecamatan Riung.
Selanjutnya dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara
Timur tanggal 20 Mei 1963 No. Pem. 66/1/32 tentang Pemekaran Kecamatan Keo
menjadi Kecamatan Mauponggo dan Kecamatan Nangaroro, maka jumlah kecamatan
di Kabupaten Ngada menjadi 7 buah dan dengan keputusan yang sama terdapat
perubahan nama kecamatan dalam Daerah Tingkat II Ngada yaitu :
1. Kecamatan Ngada Utara menjadi Kecamatan Bajawa.

50
2. Kecamatan Ngada Selatan menjadi Kecamatan Aimere.
3. Kecamatan Nage Tengah menjadi Kecamatan Boawae.
4. Kecamatan Nage Utara menjadi Kecamatan Aesesa.
Demi kelancaran jalannya roda pemerintahan serta memperhatikan keinginan
masyarakat setempat, maka dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Nusa Tengara Timur (NTT) tanggal 6 Juli 1967 No. Pem. 66/32, maka dari sebagian
wilayah Kecamatan Bajawa dan Kecamatan Aimere dibentuk sebuah kecamatan baru
yang bernama Kecamatan Wogo Mangulewa.Sehingga dari dua kecamatan tersebut
(Kecamatan Bajawa dan Kecamatan Aimere) menjadi 3 buah kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Bajawa.
2. Kecamatan Aimere.
3. Kecamatan Wogo Mangulewa.
Maka dengan penambahan sebuah kecamatan tersebut jumlah kecamatan di
Kabupaten Ngada menjadi 8 buah. Kecamatan Wogo Mangulewa diresmikan pada
tanggal 17 Agustur 1967.
Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan yakni melalui Keputusan
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngada No. 3 tahun 1970 nama Kecamatan Wogo
Mangulewa disingkat menjadi Golewa. Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I NTT tanggal 7 Pebruari 1970 No. 19 tahun 1970, terbentuklah
Koordinator Pemerintah Kota (KOPETA) Bajawa dalam daerah Kabupaten Ngada yang
berpusat di Bajawa dengan scope wilayah yang meliputi desa Bajawa, Jawameze,
Kisanata, Tanalodu, Ngedukelu, dan Trikora. Pemerintahan Kota Bajawa ditingkatkan
statusnya menjadi Kecamatan penuh dengan nama Kecamatan Ngada Bawa (defenitif)
sesuai dengan PP No. 29 tahun 1992 tentang Pembentukan 6 Kecamatan di Wilayah
Propinsi Nusa Tengara Timur.
Selanjutnya untuk maksud efektifitas dan efisiensi pelayanan maka pada tanggal
16 Juli 1970 berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara
Timur No. 47 tahun 1970, maka dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Ngada dibentuk
pula 2 (dua) perwakilan kecamatan yaitu Perwakilan Kecamatan Bajawa di
Soa/Waepana. Melalui Perda Ngada No. 19 tahun 2000 tentang Pembentukan
Kecamatana Soa dan Wolowae di Wilayah Kabupaten Ngada, maka ke dua perwakilan
tersebut ditingkatkan statusnya menjadi kecamatan defenitif pada tahun 2000. Karena
senakin meningkatnya perkembangan dan dinamika masyarakatnya serta aspirasi
yang berkembang maka pada tahun 2000, tentang pembentukan Kecamatan Jerebuu,
Keo Tengah dan Riung Barat dibentuk lagi 3 kecamatan baru dalam wilayah Kabupaten
Ngada. Selanjutnya Pemerintah kembali merespon kehendak masyarakat yang
menghendaki pembentukan kecamatan Wolomeze dan Aesesa Selatan yang
ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Ngada No. 1 tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Ngada No. 5 tahun 2004 tentang
Pembentukan Kecamatan Riung Selatan dan Aesesa Selatan di wilayah Kabupaten
Ngada.

51
Permasalahan khas dalam pelaksanaan pemerintahan yang dihadapi Kabupaten
Ngada adalah beragam keadaan sosial budaya masyarakatnya dimana setiap swapraja
berbeda antara satu dengan yang lainya, sehingga perlu pendekatan dan pembinaan
secara terus menerus agar memahami perbedaan sosial budaya yang cendrung
mengarah ke iklim primodialisme agar dapat dihilangkan secara perlahan-lahan.
Disamping itu keadaan topografi yang bergunung dan berbukit terjal serta rawan erosi
dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah kecamatan dan desa merupakan
masalah yang selalu menyertai dalam perjalanan pengelolaan pemerintahan
Kabupaten Ngada sehingga sampai dengan saat ini masih banyak desa dan kecamatan
yang masih tertutup atau terisolir.
Sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Repubelik Indonesia pelaksanaan
pembangunan di Kabupaten Ngada senantiasa diarahkan dan harus merupakan
pelaksanaan pembangunan dalam konteks Negara Kesatuan. Dalam Kaitan dimaksud
maka pembangunan sektor dan daerah harus saling melengkapi sehingga tujuan
pembangunan Nasional dapat terwujut.
6.4. Nama Bajawa
Bapak alm. H. Nainawa seorang tokoh dan pemuka adat (meninggal usia 96
tahun di tahun 2015) menuturkan bahwa nama “ Bajwa “ yaitu nama yang berasal
dari kata “ Bhajawa” yaitu yang meliputi 7 kampung di sisi Barat Kota Bajawa. Tujuh
kampung dimaksud adalah Bajawa, Bongiso, Bokua, Boseka, Pigasina, Boripo, dan
Wakumenge. (Nua lima zua) yang merupakan satu persekutuan ulu eko yang dikenal
dengan “ATA GA’E, EKO TIWU NITU”
Nua Bhajawa adalah kampung terbesar dari antara 7 kampung tersebut dan
merupakan tempat tinggal Raja Djawa Tay raja ke 3, Pea Mole raja ke 4, Siwemole raja
ke 5. Sedangkan Sebo Boki raja pertama dan Toere Waroe raja ke dua tinggal di
Beopposo.
Bajawa sebagai pusat pemerintahan Onder Afdeling Ngada. Bhajawa kemudian
berubah menjadi Bajawa karena penyesuaian pengucapan terutama bagi orang
Belanda yang saat itu tidak bisa berbahasa daerah dengan benar.
Dari aspek etimologi kata “Bhajawa” terdiri dari “ bha “ yang artinya piring dan
jawa yang berarti perdamaiaan. Jadi Bhajawa artinya piring perdamaian atau bisa
diartikan juga piring dari Jawa.
Deretan disebelah Timur dari tujuh kampung tersebut kemudian menjadi pusat
Kota Bajawa dan pada awalnya masih merupakan kebun ladang dengan nama “
Ngoraruma, Surisina, Umamoni, Padhawoli, Ngedukelu, dan lain-lain. Lokasi sekitar
pastor paroki MBC bernama Surisina, kawasan sekitar Rumah Jabatan Bupati,
Mapolres dan kantor Bupati lama bernama Ngoraruma.
6.5. Awal Berdirinya Kota Bajawa sampai kemerdekaan Indonesia (1908-1945).
Tidak mudah menentukan tanggal bulan dan tahun lahirnya kota Bajawa karena
rujukan yang belum jelas. Walaupun demikian penuturan Bapak alm. H. Nainawa dan
beberapa sumber dapat menyikap kisa awal berdirinya Kota Bajawa.

52
Kota Bajawa dirintis oleh penjajahan Belanda pada tahun 1907 dibawah
pimpinan Kapiten Christoffel setelah menguasai Larantuka dan Sikka, Belanda terus
mengadakan aksi militernya untuk menguasai wilayah Ende, Ngada dan Manggarai.
Pada tanggal 27 Agustus 1907, pasukan Belanda melanjutkan agresinya di Ngada. Di
Rowa dan Sara harus berperang melawan “ Dama Seku “ dengan kekuatan alat perang
Belanda menang tanpa sarat. Perjalan Belanda tidak mulus dan di Wogo kembali
diserang oleh pasukan Rejo Legho dan pasukan Rejo Legho pun ditaklukan Belanda
dengan mudah. Mangulewa, Rakalaba dan Bajawa menyerah pada tanggal 12
September 1907. Di Bajawa pasukan Belanda menempati lokasi “ Waewoki” (sekitar
rumah potong hewan) karena dekat dengan mata air Waemude sebagai sumber air
minum.
Pada tanggal 1 April 1915 menurut Indisch Steateblad No. 743, Afdeling Flores
dibentuk dan dipimpin oleh seorang Residen yang berkedudukan di Ende dan
membawahi 7 Onder Afdeling yang didalamnya termasuk Onder Afdeling Ngada.
Onder Afdeling Ngada dengan Ibu Kotanya Bajawa yang terdiri dari 6 Landschap
Bestur yaitu :
1. Ngada dipimpin oleh Raja Djawa Tay.
2. Nage dipimpin oleh Raja Roga Ngole.
3. Keo dipimpin oleh Raja Muwa Tunga.
4. Riung dipimpin oleh Raja Sila.
5. Toring dipimpin oleh Raja Adhang Pawo (alias Jago).
6. Tadho dipimpin oleh Raja Nggoti Bholong.
Pada tahun 1917 terjadi peleburan Landschap Bestur Toring dan Tadho menjadi
Lanschap Bestur Riung, dan pada tahun 1931 Lanschap Bestur Nage dan Keo dilebur
menjadi Landschap Bestur Nagekeo oleh Belanda peleburan ini bertujuan agar
pemerintahan lebih efektif dan efisien. (Peta Flores tahun 1912 dan tahun 1931/ Karte
V- 4: Zelfbesturende landschappe auf Flores – 203).
Pada tahun 1916-1917 terjadi perang Watu Api yang dipimpin Nipado, maka
pengangkatan menjadi Besturder (raja) harus melalui penanda tanganan Karte
Verklaring ( yang disebut dengan perjanjian pendek) sebagai sebuah pernyataan
takluk kepada Belanda yang dilakukan pada tanggal 28 Nopember 1917. Sebelum
penanda tanganan Karte Verklaring tersebut Besturder (raja) diangkat dengan
keputusan pemerintah (Goverment Besluit).
Pada tahun 1931-1932 struktur pemerintahan penjajahan Belanda di wilayah
Ngada adalah Onde Afdeling Ngada yang berpusat di Bajawa yang dipimpin oleh
Controleur (seorang Belanda) mencakupi 3 Landschap Bestur yaitu :
1. Ngadha dengan ibu Kota Bajawa.
2. Nagekeo dengan ibu Kota Boawae.
3. Riung dengan ibu Kota di Riung.
Landschap Bestur Keo dan sebagian komunitas masyarakat adat Toto bergabung
dengan Nage menjadi Landschap Bestur Nagekeo yang berpusat di Boawae.

53
Pada tahun 1938 struktur pemerintah penjajahan Belanda di Flores dan wilayah
Ngada mengalami penyempurnaan yang disesuaikan dengan Islandsche Cemmente
Ordonantie Buitengewesten (160 B) yang dimuat dalam Ind. Stb. 1938 No. 681.
Struktur baru tersebut adalah Onde Afdeling Ngada yang dipimpin oleh Controler
(orang Belanda) mancakup 3 Landschap Bestur yaitu Bestur Ngadha, Nagekeo, dan
Riung masing-masing dipimpin oleh raja. Dibawah Landschap Bestur adalah
Gemmente/Hamente yang dipimpin oleh Kepala Hamenete atau Kepala Mere atau
Dalu (khusus wilayah Riung) atau Gemmente Hoofd yang membawahi kampung-
kampung yang dipimpin Kepala Kampung.
Sebenarnya pada mulanya Belanda memilih Aimere sebagai ibu kota Onder
Afdeling Ngada karena mudah dijangkau melalui laut, sedangkan Bajawa dengan
udaranya yang sejuk di atas ketinggian ± 1.100 meter dari permukaan laut disiapkan
dan sangat cocok untuk tempat peristirahatan. Di Bajawa di bangun 3 buah
pesanggrahan (penginapan) yaitu Bekas Kantor Kecamatan Ngada Bawa, Mapolres
Ngada dan kantor Ngada Bawah sekarang ini. Tanah tersebut ditunjuk oleh Djawa Tay
yang ketika itu diangkat menjadi Besturder Landsvhap Ngada. Bajawa kemudian
ditetapkan sebagai ibu kota Onder Afdeling Ngada dengan pertimbangan letak Bajawa
terdapat ditengah-tengah dari 3 Swapraja, dan Aimere terlalu jauh yaitu dipinggir
barat wilayah Ngada. Oleh itu pada tanggal 1 April 1915 Bajawa ditetapkan sebagai ibu
kota.
Ketika Belanda mulai menjajah wilayah Ngada secara fisik mereka menemukan
kehidupan masyarakat yang sengsara dan primitif serta sering bergolak antar suku.
Karena itu Belanda berupaya mendirikan sekolah rakyat, selain itu menjalankan
“politik etis “. Pemerintah Belanda juga berorentasi agar masyarakat dapat membaca
dan menulis, serta dapat memperbaiki budi pekerti dan tingkah laku kehidupan
sehingga mengurangi berbagai pertikaian yang terjadi antar suku serta tidak percaya
sia-sia atau takyul.
Pada tahun 1908 Gezaghebber Convreur menyarati Misionari Jesuit di Larantuka
untuk mengirimkan guru ke Flores bagian barat termasuk ke Bajawa tetapi belum
berhasil . Pada tahun 1911 Gezaghebber Koremas dari Controler Hens menyarati lagi
Misionaris Jesuait di Larantuka dengan maksud yang sama. Pada tahun 1912
Misionaris di Larantuka melalui panitia Persekolahan Flores (School Vereniging Flores)
yang baru dibentuk mengirimkan seorang guru bernama Johanes Patipeloly dan pada
tahun yang sama membuka Sekolah Rakyat yang pertamauntuk Onder Afdeling Ngada
dengan nama Sekolah Rakyat Katolik Bajawa. Sekolah pertama ini menggunakan
gedung yang sekarang ini yang menjadi Kantor PWRI di jalan Gajah Mada. Pada tahun
1915 datang lagi dari Larantuka seorang guru bernama Markus Fernandez.
Kedua guru tersebut sekaligus menjadi misonaris Awam Katolik pertama untuk
Bajawa. Tercatat pada tanggal 19 Oktober 1915 Mgr. Petrus Noyen, SVD dalam
kunjungan pertamanya ke Bajawa mempermandikan 28 orang anak sekolah menjadi
orang katolik pertama di Bajawa hasil didikan ke dua guru tersebut. Mgr. Petrus

54
Noyen, SVD menginap di Pesanggrahan atau tempat kediaman Controleur. Pada
tanggal 28 April 1920 Mgr. Petrus Noyen, SVD bersama Pater J. De Lange, SVD dan
Pater J. Etted, SVD kembali mengujungi Bajawa melalui Aimere dengan Kapal KPM.
Pada hari minggu 9 Mei 1920 sebelum pentekosta ada perayaan komuni dengan
permandian 30 anak. Pater Etted mencatat peristiwa itu sebagai berikut : Dari dekat
dan jauh semua anak sekolah berdatangan bersama guru-guru mereka. Bajawa penuh
dengan kuda. Upacara berlangsung dengan gemilang, dan belum pernah orang
menyaksikan peristiwa semacam itu. Putra sulung Hamilfon (Gezaghebber Onder
Afdeling Ngadha) termasuk anak-anak yang menerima komuni pertama ayah dan
putranya sama-sama menerima sakramen penguatan (Krisma) adalah suatu hal yang
memberi kesan yang sangat mendalam. Di dalam Gezaghebber diselenggarakan suatu
perjamuan pesta dan samua kepala desa kampung diundang.
Karena perkembangan umat Katolik sangat pesat, maka pada tanggal 11
Oktober 1921 berdirilah Paroki Mater Boni Consili Bajawa dengan pastor paroki
pertama Pater Geradus Schorlemer, SVD. Paroki baru ini belum memiliki gereja
sehingga ibadah dilakukan di gedung Sekolah Rakyat Katolik (SRK) Bajawa. Pada
tanggal 1922 sebuah gereja kecil dibangun pada lokasi gedung Patronat MBC yang
lama. Pada tanggal 19 Juni 1928 Paroki MBC menerima surat dari kantor Van Inland
Zeffbestur yang ditanda tangani oleh Raja Pea Mole yang menyerahkan sebidang
tanah untuk membangun gedung Gereja Pastoran dan kebutuhan lain gagi umat
Katolik Paroki MBC Bajawa. Selanjutnya pada bulan Oktober 1928 dimulailah
pembangunan gedung gereja pertama oleh seluruh umat Bajawa yang dipimpin oleh
Bruder Fransiskus SVD. Bangunan bergaya gatik tersebut rampung dan diresmikan
dalam upacara pemberkatan meriah oleh Mgr. Arnold Vestrenlen, SVD pada 30 Mei
1930. Sedangkan Pastoran MBC baru mulai dibangun pada tanggal 14 April 1937
dipimpin oleh Bruder Coleman, SVD.
Ketika itu marak terjadi pembunuhan dan perang saudara akibat pertikaian
suku. Karenanya untuk menampung para hukuman, pemerintah membangun rumah
tahanan atau bui secara darurat yang terbuat dari seng pada lokasi yang sekarang
dibuat pasar inpres Tahun 1918. Pada tahun 1918 rumah tahanan berpindah lokasi ke
depan Tangsi Polisi yang dibangun permanen yang sempai sekarang masih terjaga.
Dan untuk membangun keamanan wilayah di Bajawa ditempatkan sejumlah tentara.
Maka itu dibangunlah tansi tentatara Belanda yang selanjutnya sekitar tahun 1939
beralih menjadi tangsi Polisi sampai sekarang. Sedangkan Mapolres yang ada sekarang
adalah bekas Pesanggrahan yang kemudian menjadi tempat kediaman Gezaghabber.
Sebuah rumah sakit dibangun dalam bentuk bangunan kayu. Bangunan ini
kemudian pernah menjadi kantor Departemen Penerangan Kabupaten Ngada dan
sekarang telah dibongkar dan dibangun rumah dinas. Lokasi rumah sakit kemudian
berpindah ke arah timur pada Kantor BAPEDA Ngada di Jalan Gajah Mada sekarang ini.
Dalam struktur pemerintahan ketika itu kawasan Kota Bajawa termasuk wilayah
Hamente Ngada Bawadengan Kepala Hamente atau Kepala Mere berturut-turut :

55
1. Waghe Mawo.
2. Leonardus Nono Djone.
3. Thomas Siu.
4. Paulus Maku.
Dengan wilayah meliputi : Kota Bajawa dan kampung sekitarnya yaitu Bhajawa, Bokua,
Boseka, Bongiso, Bopripo, Pigasina, Wakomenge, Wolowio, Beiposo, Likowali,
Warusoba, Watujaji, Bowejo, Bosiko, Bejo, Bobou, Fui, Seso, dan Boba. Setelah
kemerdekaan Kepala Hamente digantikan oleh Thomas Siu, melalui pemilihan
langsung , menjelang pembentukan Daerah Tingkat II Ngada kemudian Thomas Siu
diganti lagi oleh Paulus Jawa Maku.
6.6. Dari Kemerdekaan Indonesia Sampai terbentuknya Kabupaten Ngada.
6.6.1 Pemerintah Kabupaten dan Kepemimpinan
Kabupaten merupakan pembagian wilayah administratif di Indonesia
setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati. Secara umum kabupaten
memiliki wewenang yang sama. Kabupaten merupakan sebuah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu. Kesatuan
masyarakat ini berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Repubelik Indonesia.
a. Periode1958-1960
Sejak terbentuknya Kabupaten Kabupaten Daerah Tingkat II Ngada
berdasarkan Undang-Undang No. 69 tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Tingkat II Ngada dalam Wilayah Daerah Tingkat I Bali, NTB,
NTT, maka urusan Pamong Praja tetap berdasarkan pada Undang-Undang No.
I tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah di masa Zelf
Bestuurs Regeling masih tetap dijalankan dalam Kabupaten Dati II Ngada
dengan adanya wilayah Swapraja.
Pada periode 1958-1960 pelaksanaan Pemerintahan Daerah masih masih
simpang siur karena dalam periode ini ada Pemerintahan Swapraja/Zelf
Bestuurs Regeling. Juga ada Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) yaitu
Karolus Hambur (sebelum tahun 1958). Tugasnya membawahi 3 (tiga)
Swapraja yaitu (Swapraja Ngadha, Nagekeo dan Riung). Kesimpang siuran ini
tahap demi tahap diatur dan ditertibkan sebagai berikut :
- Dengan SK Menteri Dalam Negeri tahun 1958 telah diangkat seorang
Pejabat Sementara Kepala Daerah Tk. II Ngada yaitu Don J.D. da Silve yang
jabatan terakir tahun 1961. Tugas membawahi 3 (tiga) Swapraja Ngada,
Nagekeo dan Riung.
- Dengan SK Gubernur Kepala Dati I NTT No. 52/Des.46/8/4, tanggal 26
September 1960 maka Pemerintah Daerah dan Majelis Pemerintahan
Harian Swapraja dihapus.

56
- Dengan dihapusnya Majelis Pemerintahan Harian Swapraja pada tahun
1960, maka urusan Otonomi Daerah dan Urusan Pemerintahan Umum
dipimpin oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II Ngada.
b. Pada tahun 1961
Dengan dilantiknya anggota DPRD TK II Ngada tahun 1961, maka
Dewan ini mulai bekerja untuk mengadakan pencalonan Bupati Kepala
Daerah Tk. II Ngada dan disetujui Don J.D. da Silva sebagai Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Ngada yang pertama.
Dengan telah diangkatnya Bupati Kepala Daerah Tk. II Ngada, maka segala
urusan mengenai Kepamong Prajaan berada dalam tangan Bupati bersama
aparat-aparatnya.
Bupati Kepala Daerah sebagai alat Pemerintah Pusat dalam melaksanakan
tugasnya di Wilayah administratif dibantu oleh Camat dan para Kepala Desa.
Sedangkan di Sekretariat Daerah Tk. II Ngada segala urusan Administrasi ke
Tata Prajaan ditangani oleh Sub. Direktorat Pemerintahan Cq. Seksi Tata
Praja.
Adapun nama Bupati kepala Daerah Tingkat II Ngada berturut-turut dari
tahun 1961 s/d sekarang :
1. Don J. D da Silva (1961-1966)
Tugas Bupati yang menonjol pada sat itu yaitu melaksanakan tugas di
wilayah administratif sebagai alat Pemerintah Pusat dibantu oleh para
camat, Kepala Desa dan Sekretariat Daerah Tingkat II Ngada.
2. Wangsuwandi/Pj Bupati (1966-1967)
Tugas Pj. Bupati adalah menjalankan Roda Pemerintahaan dan
mempersiapkan proses pencalonan Bupati periode berikutnya dan
terpilih Bapak Yan Yos Botha.
3. Yan Yos Botha (1967-1978)
Bapak Yan Yos Bota diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Ngada selama 2 (dua) periode yaitu (1967-1978) kurang lebih 11 tahun
dan dilantik sebagai Bupati oleh Bapak El Tari Gubenur Kepala Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Timur atas nama Menteri Dalam Negeri tanggal
30 Agustus 1967.
Adapun uraian tetang Bapak Yan Yos Botaha Buapati Kepala Daerah
Tingkat II Nagada :
a. Nama Lengkap : Yan Yos Botha
b. TTL : Bokokodo/Mangulewa,
27 Agustus 1933
c. Agama : Khatolik
d. Pendidikan terakhir : B1 Ilmu mendidik di Malang
tahun 1960.
e. Nama Suku : Suku Raghi di Mangulewa

57
f. Nama Rumah Adat : Ngei Sawu dan Ngodhu Angi
di Rakalaba/Mangulewa.
g. Program yang dijalankan oleh Bupati yaitu terdiri dari 4 Program
(Memori Buapati Yan Yos Botha,25 September 1978)
- Bidang Sosial Politik
Mencakup bidang Hankam, Pemerintahan, Kepegawaian,
Sosial Politik, Pembangunan Desa, Agraria, Sensus dan
Statistik, Hukum, Penerangan.
- Bidang Sosial Budaya
Mencakup Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Sosial,
Agama, Kesehatan.
- Bidan Sosial Ekonomi
Mencakup Bidang Pertanian, Perkebuanan (5 K), Peternakan,
Kehutanan, Perikanan, Perdaganagan, Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi, Perhubungan (Pembukaan ruas
jalan se- Kabupaten Ngada, Pembangunan Dermaga
Maumbawa dan Pelabuhan Alam di Teluk Aimere, Riung dan
Maropokot, Pembangunan Bandara Padha Maleda dan
proses penyiapan Lokasi Bandara di Turelelo Soa),
Industri/Pertambangan/Pariwisata, Keuangan, Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik, Proyek-Proyek, Surveydan
Investigasi.
- Bidang Khusus PEMILU.
- Selain program pokok diatas Bapak Bupati Yan Yos Botha
telah mensukseskan program pembangunan Bendungan
Sutami Mbay untuk pengairan persawahan di Dataran Mbay.
Dan mensukseskan proses penyerahan tanah oeh 3 (tiga)
suku di Mbay yaitu Suku Dhawe, Suku Lape dan Suku Natai
untuk lahan persawahan di Mbay.
- Bidang PerBANKan (BRI) di Kota Bajawa.

h. Pesan Bupati Yan Yos Botha sebagai berikut :


- Jangan memutuskan hubungan darah dengan cara apapun.
Budaaya (adat) tidak dapat memisahkan hubungan darah.
- Jangan melakukan pemborosan dalam melaksanan ritual adat
(pesta adat) dan pesta lainnya.

58
- Jangan berhutang, dalam hidup kita jangan sampai ada tamu
yang datang menagih hutang. Dan kalau harus berhutang
bayar pada saatnya.
- Jangan mengambil milik orang lain, tetapi kalau barang/milik
kita diambil orang maka harus dilawan.
- Bekerja keras untuk kemajuan dibidang Ekonomi,
Pendidikan, Kesehatan, Teknologi dan Perumahan.
- Jangan terlalu banyak mengharapkan dari orang lain tetapi
berdiri diatas kaki sendiri.
- Menjaga harkat dan martabat diri dan keluarga.
- Berpolitik sama dengan bermain api hangus dan bermain air
basah.
- Kekuasaan dan kewenangan adalah jembatan ke arah
pengabdian dengan ruang lingkup dan ruang gerak yang lebih
luas untuk mewujudkan masyarakat Ngada yang sejaktra.
- Hidup bergotong royong.
- Pendidikan partisipatif dalam keluarga (Woe/Suku).
- Jangan menebang/membakar hutan.
i. Silsila Bupati Yan Yos Botha.
Silsila keturunan Bapak Yan Yos Botha Bupati Kepala Derah
Tingkat II Ngada (1966-1978).

Ine Lado

Ine Foa Lado

Kodo Foa x Ule Ase

Due Ule x Deru Lay

D. Deru Ule. Deru M. Deru A. Deru P. Ngei Deru Y. Ratu Deru Kodo Deru

Philipus Ngei Deru x Yuliana Paba

Herman Dopo Yan Yos Botha Cl. Lay Dewa Katarina Ule

59
- Alberto Lay Dewa Botha
- Patriasia Maria Eno Botha
- Adriani Magdalena Deru Botha
- Elisabet Metodia Pabha Botha
- Emanuel Yoseph Ratu Djawa Botha
- Maria Margareta Paula Melo Botha
- Marcus Philipus Ngei Botha
- Nikolaus Ambrosius Gai Botha
- Agustina Elisabet Uge Laka Botha

4. Drs. Matheus DJhon Bey (1978-1986)


Bapak Drs. Matheus Djhon Bei diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Ngada selama 2 (dua) periode yaitu (1978- 1986) kurang lebih
10 tahun dan dilantik sebagai Bupati oleh Bapak dr. Benediktus Mboi
Gubenur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur atas nama
Menteri Dalam Negeri tanggal 2 November 1978.
a. Tempat tanggal lahir : Boawae, 24 Juli 1930
b. Suku : Mudi
c. Agama : Khatolik
d. Pendidikan terakhir : S1 (Sarjana Ilmu Sosial) tahun 1977.
e. Program Kerja :
- Bidang Pemerintahan (mencakup Bidang Politik, Bidang
pemerintahan daerah, Pembinaan wilayah, Proyek fisik
pamong praja, Pengembangan perkantoran, Pemerintahan
kecamatan, Pemerintahan desa, Ketetertiban,
Kependudukan/catatan sipil, Humas , Umum dan Pratokol,
Pemilu, Kepegawaian, Bangdes, Agraria, Statistik dan Irwilkab.
- Bidang Luar Negeri.
- Bidang Hukum Organisasi dan Tatalaksana (mencakup Umum,
Tata Hukum, Organisasi dan tatalaksana, Perpustakaan.
- Bidang Penerangan.
- Bidang Sosial Budaya (mencakup Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, Penyaluran Buku Inpres, Yayasan Persekolahan,
Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Ngada, Kesehatan, BKKBN
dan BP7.
- Bidang Sosial Ekonomi ( mencakup Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan, Perikanan, Perdagangan, Koperasi,
Perindustrian, Perbankan, Perusahaan/ Perasuransian dan
Perhubungan.
- Bidang Keuangan Daerah.
- Bidang Perhubungan dan Pariwisata.

60
- Bidang Pekerjaan Umum (mencakup pekerjaan umum, Air
minum, Perusahaan Listrik Negara, Proyek Irigasi Mbay.
- Bidang Pembangunan (mencakup Bidang BAPPEDA dan
Pelaksanaan Proyek-proyek Inpres.
- Bidang Pendapatan Regional Kabupaten Ngada.
f. Pesan moral : Baku-baku baik dengan sesama.
g. Silsilah :

Matheus Jhon Bey x Maria Jeanne

- Maria J. T. Lobo
- Giovani don Bosko J. Sada
- Contardo F. Meze Wea
- Jasinta M. Wula Meno
- Krisanto Dominggo To Tawa
- Angela de Merissy L. Wea
- Antonio F. Lako Ngango

5. Drs. Cornelis Tapatap/Pj Bupati (1986-1989)


Tugas Pj. Bupati adalah menjalankan Roda Pemerintahaan,
pembangunan dan mempersiapkan proses pencalonan dan pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati periode berikutnya dan terpilih Bapak Drs.
Yoachim Reo.
6. Drs. Yoachim Reo (1989-1994)
a. TTL : Bajawa, 18 Agustus 1941.
b. Suku : Repu di Bajawa
c. Agama : Khatolik
d. Pendidikan terakhir : S1 ( Ilmu Ekonomi) Universitas
Jayabaya Jakarta tahun 1970.
Bapak Drs. Yachim Reo diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Ngada selama 1 (satu) periode yaitu (1989-1994) sesuai
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 141.63/484/1989
tanggal 26 Mei 1989 dan dilantik sebagai Bupati oleh Bapak dr. H.
A. Fernandez Gubenur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara
Timur atas nama Menteri Dalam Negeri tanggal 29 Mei 1989.
Adapun uraian tetang Bapak Drs. Yoachim Reo Buapati Kepala
Daerah Tingkat II Nagada :
e. Program yang dijalankan oleh Bupati yaitu terdiri dari Program
(Memori Buapati Drs. Joachim Reo, 21 Mei 1994) :
- Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan

61
Mencakup Kebijakan umum yang ditempuh, Hubungan antar
Lembaga Daerah, Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Penyelenggaraan Pemerintahan Umum(Deconsentrasi), Tugas
Pembantuan, Hukum, Penerangan, Pers, Komunikasi dan
Pertahanan dan Keamanan.
- Bidang Pembangunan
Mencakup Bidang Ekonomi (Pertanian, Kehutanan, Industri,
Tenaga Kerja, Perhubungan dan trasportasi, Pos dan
Telekomunikasi, Pertambangan, Energi, Pariwisata,
Perdagangan, Koperasi, Pengembangan Dunia Usaha,
Transmograsi, Sumber alam dan lingkungan hidup,
Pembangunan Daerah, Desa atau Kota. Bidang Agama dan
Kepercayaan kepada Tuhan YME, Sosbud ( Agama,
Pendidikan, Kebudayaan, Ilpeng. Tehnologi dan Penelitian,
Kesehatan, Perumahan dan Pemukiman, Kesejahtraan dan
sosial, pemuda dan olahraga, Peran Wanita dan
Pembangunan Bangsa. Pelaksanaan 8 (delapan) sukses
(Sukses Peningkatan Produksi Pangan, Sukses Pelaksanaan
Program-program Inpres, Sukses Koperasi, Sukses Program
Kependudukan dan KB, Sukses pelaksanaan Program P4,
Sukses Program Pertanahan, Sukses Export Non Migas.
- Bidan Pembinaan Pegawai.
- Bidang Keuangan dan Kekayaan Daerah.
Mencakup Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Daerah,
Kekayaan Daerah dan Lembaga Keuangan.
f. Rumah Adat Bapak Bupati Drs. Yoachim Reo : Sao Jawa Lobo/Ene
Moi di Bo Seka Bajawa.
g. Pesan Bupati Drs. Yoachim Reo sebagai berikut :
- Jangan membakar hutan.
- Masyarakat diwajibkan untuk menabung.
- Budaya/Tradisi dihidupkan terus.
- Pembangunan Rumah Adat perlu dilaksanakan kembali.
- Hubungan kekerabatan (Wae Laki/Tua Kesa Wae Laki) tidak
boleh putus.
h. Silsila keturunan Bupati Drs. Yoachim Reo.

Lobo Longa x Nage Ue

Jawa Lobo x Ene Nagi

Nagi Ene x Suri Balu

62
Kae Nagi x Say Dhone

M. P. Kae D.D. Kae M.A. Kae M. D. Kae L.Nono Yoachim Reo F. Suri

- Erwin Reo
- Evelina Meo
- Frediriko Reo
- Mario Oktaviano
Reo
- Arto Reo

7. Drs. Yohanes S. Aoh (1994-1999)


Bapak Drs. Yohanes S. Ao diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Ngada selama 1 (satu) periode yaitu (1994-1999) dan dilantik
sebagai Bupati oleh Bapak Herman Musakabe Gubenur Kepala Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Timur atas nama Menteri Dalam Negeri tahun
1994.
Adapun uraian tetang Bapak Drs. Yohanes S. Aoh Buapati Kepala Daerah
Tingkat II Nagada :
a. TTL : Bajawa, 14 Februari 1945.
b. Agama : Khatolik
c. Pendidikan terakhir : S1 ( Ilmu Administrasi)
Universitas Brawijaya Malang 1981.
d. Nama Suku :.........
e. Nama Rumah Adat :
f. Program (Memori Buapati Drs. Yohanes S. Aoh, tanggal 18 Juni
1999)
- Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan
Mencakup Kebijakan umum yang ditempuh, Hubungan antar
Lembaga Daerah, Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Penyelenggaraan Keuangan Daerah, Investasi Daerah,
BUMD), Penyelenggaraan Pemerintahan Umum
(Ketentraman dan Ketertiban, Sosial Politik, Koordinasi,
Kependudukan dan Catatan Sipil, Pembinaan Kecamatan),

63
Pemerintahan Desa, Tugas Pembantuan, Hukum, Organisasi
dan Tata Laksana, Penerangan dan Hubungan Masyarakat,
Pertahanan, Pengawasan, Statistik dan Pertahanan Sipil).
- Bidang Pembangunan
Mencakup Bidang Ekonomi (Pertanian, Kehutanan,
Perindustian dan Perdagangan, Tenaga Kerja, Perhubungan
dan trasportasi, Pos dan Telekomunikasi, Pertambangan,
Energi, Pariwisata, Perkoperasian, Lingkungan Hidup.
- Bidan Pembangunan Daerah, Desa dan Kota
Mencakup (Pembangunan Daerah dan Perkotaan,
Pembangunan Desa dan Transmigrasi).
- Bidang sosial Budaya.
Mencakup (Sektor Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, Sektor Pendidikan, Sektor Kebudayaan,
Sektor Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, Sektor Kesehatan,
Keluarga Berencana, Sektor Perumahan, Sektor
Kesejahteraan Sosial, Sektor Pemuda dan olahraga, Sektor
Peran Wanita, Anak dan Remaja.
- Pelaksanaan 10 (Sepuluh) sukses.
Mencakup sukses Peningkatan Produksi Pangan, Sukses
Pelaksanan Inpres Pembangunan Dati II, Sukses
Perkoperasian, Sukses Pemecahan Masalah Kependudukan,
Sukses Pemasyarakatan dan Pembudayaan P-4, Sukses
Pelaksanaan Kepres No. 16 Tahun 1994, Sukses Pemecahan
Masalah Pertahanan, Sukses Peningkatan Eksport Non Migas,
Sukses Pelestarian Lingkungan Hidup, Sukses Penangulanagan
Kemiskinan.
- Selain program pokok diatas terdapat kiat-kiat yang telah
dilaksanakan yaitu 2 (dua) kegiatan yang sangat berkesan
yaitu (1) Upaya pemindahan Ibukota Kabupaten Ngada dari
Bajawa ke Mbay dengan segala s suka, duka dan
penderitaannya sampai dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 65 Tahun 1998. (2). Upaya yang
menjadikan Kabupaten Ngada sebagai Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu di Propinsi NTT dalam
kawasan Indonesia Timur sampai ditetapkan Keputusan
Presiden Nomor 15 tahun 1998.
g. Pesan Bupati Drs. Yoachim Reo sebagai berikut :
- Disiplin dalam bekerja/berusaha.
- Masyarakat diwajibkan untuk menabung.

64
- Hubungan kekerabatan (Wae Laki/Tua Kesa Wae Laki) tidak
boleh putus.
h. Silsilah keturunan Bupati Johanes S. Aoh yaitu :
Emanuel Lena dikaruniai anak Johanes Samping Aoh. Johanes S.
Aoh menikah dengan isteri Hermina Nuba Doy dikaruniai 3 orang
anak yaitu Mario Yos. E. Aoh, Mario Kristovorus Aloysius Aoh dan
Maria Margaretha Fransiska Aoh.
Emanuel Lena

Johanes S. Aoh x Hermina Nuba Doy

M. Y. E. Aoh M. K. A. Aoh M. M. Frasiska Aoh

8. Ir. Albertus Botha (1999-2004)


Bapak Ir. Albertus Botha diangkat menjadi Bupati Ngada selama 1 (satu)
periode yaitu (1999-2004) dan dilantik sebagai Bupati oleh Bapak Piter
Alexander Talo, SH Gubenur Nusa Tenggara Timur atas nama Menteri
Dalam Negeri tanggal 14 Desember 1999.
Adapun uraian tetang Bapak Drs. Yohanes S. Ao Buapati Kepala Daerah
Tingkat II Nagada :
a. TTL : Bajawa, 14 Februari 1945.
b. Suku : Turu
c. Agama : Khatolik
d. Nama Suku : Suku Turu
e. Rumah Adat : Sao Bupu Deru di Borani Langa
f. Pendidikan terakhir : S1 ( Teknik Sipil) tahun 1985.
g. Program (Memori Buapati Ir. Albertus Botha, tanggal 14 Desember
2004).
Program yang dituangkan dalam Visi dan Misi sebagai berikut :
1. Visi adalah Terwujudnya Manusia dan Masyarakat Ngada
yang Sejahtra dan Mandiri pada tahun 1916.
2. Misi
Untuk mewujutkan Visi tersebut di atas, maka Misi
Pembangunan Daerah adalah :
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai
prasyarat penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung oleh kualitas pelayanan kepemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan oleh aparatur yang
bebas KKN.

65
- Mendorong peningkatan kegiatan pembangunan
sebagai upaya pemberdayaan ekonomi rakyat,
pendidikan rakyat dan kesehatan rakyat dengan
dukungan aparatur penyelenggara Pemerintahan
daerah sebagai fasilitator yang profesional, adil, juju,
transparan serta bebas kolusi, Korupsi dan nepotisme.
- Mewujudkan otonomi daerah yang bertanggungjawab
sebagai proses demokratisasi dan pemerataan
pembangunan dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memupuk kerjasama regional dan
Internasional bagi kepentingan masyarakat dan
pembangunan daerah.
h. Pesan Bupati Ir. Albertus Botha sebagai berikut :
- Melakukan hal-hal kecil dengan jujur, iklas serta didasari
cintah kasih.
- Jangan berdusta diantara kita.
- Jangan memutuskan hubungan darah.
- Jangan meramba hutan tutupan.
i. Silsila keturunan Bapak Ir. Albertus Botha Bupati Ngada (1999-
2004).

Deru Lengu x Botha Wawo

Lengu Dholo Gizi

Deru Bhara Deru

Lengu Deru Bhara Deru

Petrus Botha x Maria Eda Nari Lengu x Say Fono

Albertus Botha x Ros N. Nawa Getrudis Botha Moe Nari Karel Bhara

66
M. K. Eda P. H. Nai M. D. Albertha Orpa.

9. Drs. Simon David Bola/Pj Bupati (2004-2005)


Tugas Pj. Bupati adalah menjalankan Roda Pemerintahaan,
pembangunan dan mempersiapkan proses pencalonan dan pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati periode berikutnya dan terpilih Bapak Drs. Piet
Jos Nuwa Wea (Bupati) dan Nikolaus Dopo Ngoe, ST, MM (Wakil
Bupati).
10. Drs. Piet Jos Nuwa wea (Bupati) – Nikolaus Dopo Ngoe, ST, MM (Wakil
Bupati) periode (205-2010).
Bapak Drs. Piet Jos Nuwa wea (Bupati) – Nikolaus Ngoe Dopo, ST, MM
(Wakil Bupati) diangkat menjadi Bupati- Wakil Bupati Ngada selama 1
(satu) periode yaitu (2005-2010) dan dilantik sebagai Bupati-Wakil
Bupati oleh Bapak Piter Alexander Talo, SH Gubenur Nusa Tenggara
Timur atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor : 131.63-829 tanggal 30 Agustus 2005
tentang Mengangkat Drs. Piet Jos Nuwa Wea sebagai Bupati Ngada
(2005-2010) dan Keputusan Menteri dalam Negeri Repubelik Indonesia
Nomor : 132.63-830 tanggal 30 Agustus 2005 tentang mengangkat
Nikolaus Dopo Ngoe, ST, MM sebagai Wakil Bupati Ngada (2005-2010).
Adapun uraian tetang Bapak Drs. Piet Jos Nuwa Wea dan Bapak
Nikolaus Dopo Ngoe, ST, MM :
a. Bupati :
- Nama Lengkap : Drs. Piet Jos Nuwa Wea
- TTL : Wudu/Boawae, 28 Februari
1946
- Agama : Katolik
- Pendidikan terakhir : S1 (IIP) Jakarta tahun 1974
- Nama Suku : Meli
- Nama Rumah Adat :

- Pesan Moral :
♦ Kerja keras untuk kesejahtraan rakyat
♦ Selalu berbuat baik kepada sesama
b. Wakil Bupati :
- Nama Lengkap : Nikolaus Dopo Ngoe,
ST,MM.
- TTL : Bajawa, 6 Desember 1948

67
- Agama : Katolik
- Nama Suku : Metu
- Nama Rumah Adat : Sao Ture Mue
- Pesan Moral :
♦ Selalu berbuat baik kepada sesama.
♦ Belajar mandiri menjadi manusia sempurna demi masa depan
yang baik.
♦ Bersama-sama membangun dengan hati untuk pembangunan
masyarakat Ngada.
♦ Maju bersama untuk kepentingan masyarakat Ngada,
a. Adapun Program Bupati dan Wakil Bupati Ngada :
Program (Memori Drs. Piet Jos Nuwa Wea (Bupati) – Nikolaus
Dopo Ngoe, ST, MM (Wakil Bupati) periode (205-2010).
Program yang dituangkan dalam Visi dan Misi sebagai berikut :
1. Visi tahun Anggaran 2005 adalah Terwujudnya Manusia
dan Masyarakat Ngada yang Sejahtra dan Mandiri. Tujuan
Pembangunan yang usia harapan hidupnya panjang,
dengan derajat kesehatan yang tinggi, mempunyai
pengetahuan dan kemampuan menguasai, memanfaatkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta mempunyai standar hidup layak. Sasaran
Pembangunan Daerah adalah :
- Meningkatnya kemandirian dan kesejahteraan manusia
dan masyarakat Ngada;
- Terjaminnya supremasi hukum dan HAM berdasarkan
keadilan dan kebenaran yang didukung oleh sifat dan
sikap aparat yang jujur, profesional, berwibawa dan
tersedianya sarana dan prasarana hukum yang
memadai bagi penegak keadilan;
- Terselenggaranya otonomi daerah yang berbasis
budaya hingga mampu ditegakan dan
diimplementasikan dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis sebagai pilar penopang
eksistensi kedaulatan NKRI;
- Meningkatkan mutu aparatur dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan pemerintah,
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
- Meningkatnya keamanan, ketertiban, ketentraman dan
keadamaian menuju keharmonisan dan Toleransi antar
sesama.

68
- Terwujudnya keseimbangan yang dinamis antara
pemenuhan kebutuhan material dengan moral spiritual
masyarakat.
2. Visi tahun Anggaran 2006-2010 adalah Terwujudnya
Masyarakat Ngada yang Maju, Sejahtera Berbasis
Keunggulan dan Kemandirian.
Untuk mewujutkan Visi tersebut di atas, maka Misi
Pembangunan Daerah adalah :
- Memberdayakan masyarakat sebagai kekuatan untuk
mempercepat pertumbuhan dan pemerataan hasil-
hasil pembangunan;
- Memberdayakan istitusi-institusi sosial
kemasyarakatan sebagai wahana untuk
menumbuhkembangkan etos kerja dan kemampuan
produktif masyarakat.
- Mendorong perwujudan institusi pemerintah yang
bersih, transparan, berakuntabelitas tinggi, efisien,
efektif dan berkarakter melayani;
- Menyelenggarakan kegiatan pemerintah,
pembangunan, dan pelayanan publik yang efisien,
selaras lingkungan dan kebutuhan masyarakat;
- Mendorong penciptaan sinergi antara berbagai
elemen strategis masyarakat sebagai modal sosial
untuk menciptakan dan menjamin terlaksananya
pembangunan secara optimal dan berkesinambungan.

b. Silsilah
- Silsilah keturunan Bupati Drs. Piet Yos Nuwa Wea :

Y. Sekke Liu Wea x Agnes Lea Ena

R. Munda T.Wea Piet Y.Nuwa Wea Anton B.Wea Adi M. Seke Herman Y.Seke

Piet Yos Nuwa Wea x Maria Theresia Nuwa

M. G. Nuwa Wea Maria G. Bai Wea

69
- Silsila keturunan Wakil Bupati Nikolaus Dopo Ngoe, ST,
MM :

Pay x Loke

Ule x Koba

Dhedhe x Dama

Mau x Nage

Pay x Nudho

Monika Meo x Yohanes Ngoe

Nikolaus Dopo Ngoe x Emiliana Ruu

- Rosey M. H. Meo
- Aloysius W. Bhebhe
- Yosefiana G. Ina
- Viktoria F. Pai

11. Marianus Sae, S.AP – Drs. Paulus Soli (2010-2020)


Bapak Marianus Sae, S.AP (Bupati) – Drs. Paulus Soliwoa (Wakil
Bupati) diangkat menjadi Bupati-Wakil Bupati Ngada periode pertama
yaitu (2005-2010) dan dilantik sebagai Bupati-Wakil Bupati oleh Bapak
Drs. Frans Lebu Raya Gubenur Nusa Tenggara Timur atas nama
Menteri Dalam Negeri tanggal 14 September 2010 berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor : 131.53-537 tanggal 17
Agustus 2017 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan
Pengangkatan Bupati Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor : 132.53-538 tanggal 17
Agustus 2010 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan
Pengangkatan Wakil Bupati Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Adapun uraian tetang Bapak Marianus Sae, S.AP (Bupati) – Drs. Paulus
Soli (Wakil Bupati) :
a. Bupati :
- Nama Lengkap : Marianus Sae, S. AP

70
- TTL : Bosiko, 08 Mei 1962
- Agama : Katolik
- Pendidikan terakhir : S1 Ilmu Administrasi Publik UT
2013
- Nama Suku : Pengu
- Nama Rumah Adat : Ghao Mue
- Pesan Moral :
♦ Bangun pagi dari tidur sebelum ayam turun dari pohon
♦ “Modhe ne’e hoga woe, meku ne’e doa delu; wiwi mae isi
lema ma’e sema; ko’o kita ko’o kita, ko’o gata, ko’o ngata.”
Artinya berbuat baik dengan sesama, berbicara yang sopan
santun, memiliki dari kekayaan sendiri dan menghargai milik
orang lain.
b. Wakil Bupati :
- Nama Lengkap : Drs. Paulus Soliwoa
- TTL : Bajawa, 10 Februari 1954
- Agama : Katolik
- Nama Suku : Suku Kopa (Bapak)dan Kutu Pu
(mama)
- Nama Rumah Adat : Sao Bupu Deru(Bapak), Sao
Nila(mama)
- Pesan Moral :
♦ Selalu berbuat baik kepada sesama.
♦ Jujur dalam melaksanakan pekerjaan.
♦ Bersama-sama membangun dengan hati untuk
pembangunan masyarakat Ngada.
c. Adapun Program Bupati dan Wakil Bupati Ngada :
Program (Memori Bapak Marianus Sae (Bupati) – Drs. Paulus
Soliwoa (Wakil Bupati) periode (205-2010).
Program yang dituangkan dalam Visi dan Misi sebagai berikut :
- Visi Kabupaten Ngada yakni “Terwujudnya Masyarakat
Ngada Yang Berbudaya, Unggul, Mandiri, dan Sejahtera
Berdasarkan Etos Kerja Yang Tinggi dan Pembangunan
Berkelanjutan” dengan filosofi dasar penyelenggaraan
pemerintahan dan pengelolaan pembangunan yakni
Membangun Ngada Dari Desa. (Dikenal dengan Pelangi
Kawasan dan Program Pemberdayaan Ekonomi Rakyat/
PERAK).
- Misi strategis yakni :

71
♦ Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang
bertumpu pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi
dan pariwisata pedesaan yang berwawasan lingkungan.
♦ Mendorong pengembangan kualitas pendidikan
masyarakat dan sumber daya masusia yang cerdas,
terampil, kreatif, inovatif, produktif dan memiliki etos
kerja yang tinggi.
♦ Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan sebagai landasan pengembangan kualitas
sumber daya manusia.
♦ Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi
daerah melalui kerjasama antar daerah, kerja daerah
dengan pihak swasta maupun kerjasama regional dan
internasional.
♦ Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau
bencana sosial serta memperkuat kapasitas
kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya,
keagamaan dan olahraga di masyarakat.
♦ Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang
efisien, efektif, bersih, dan demokratis dengan
mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat.
d. Silsilah
- Silsilah Bupati Marianus Sae, S.AP :

Naru Sewe x Bhebhe Pae

Sewe Toda x Dhone Waku

Thoda Dhone x Dhiu Kawe

Yohana Soa Yoh. Dae Dhiu x I. Redho

R. Djara Marianus Sae x Maria Moi Keu

- Julio R. M. Sae
- Rosa M. M. Sae Dae
- S. Gorgonius F. Sae Dae.
- Mario A. Sae Dae
- Maicel A. Sae Dae

72
- Silsila Wakil Bupati Drs. Paulus Soliwoa :

Gua Bupu x Nari Gale

Johanes L. Nari x Rosalia M. Nua

Rosalia E. Lae x Dominikus Soliwoa

E.Soliwoa F. Soliwoa S.P.Soliwoa A.Soliwoa Y. Soliwoa V.Soliwoa P.Soliwoa

M. Soliwoa

Paulus Soliwoa x F. Kurniati Wago Lebo

- Emiliana N. A. Soliwoa
- Maria A. K. Soliwoa
- Carolina N. Soliwoa

12. Ir. Yohanes Tay, MM/Pj Bupati (2015)


Tugas Pj. Bupati adalah menjalankan Roda Pemerintahaan,
pembangunan dan mempersiapkan proses pencalonan dan
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Ngada periode berikutnya dan
terpilih Bapak Marianus Sae, S.AP (bupati)– Drs. Paulus Soli (Wakil
Bupati) periode 2015-2020.
6.6.2. Pemerintahan Kecamatan
Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di
bawah kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau
kelurahan-kelurahan. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja
camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota.
Berdasarkan Keputusan Gubenur Kepala Daerah Tk. I NTT tanggal 28
Pebruari 1962 Nomor Pem. 66/1/2 tentang Pembentukan 64 buah
Kecamatan dalam Wilayah Propinsi NTT maka Daerah Tingkat II Ngada di
bagai 6 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Ngada Utara
2. Kecamatan Ngada Selatan
3. Kecamatan Nage Utara
4. Kecamatan Nage Tengah
5. Kecamatan Keo
6. Kecamatan Riung

73
Selanjutnya dengan keputusan Gubernur Kepala Dati. I NTT tanggal
20 Juli 1963 Nomor Pem. 66/1/32 tentang Pemekaran Kecamatan Keo
menjadi Kec. Mauponggo dan Keca.atan Nangaroro, maka Kecamatan
berjumlah 7 Kecamatan dan dengan keputusan yang sama terdapat
perubahan nama-nama kecamatan dalam Daerah Tk. II Ngada yaitu :
1. Kecamatan Ngada Utara menjadi Kecamatan Bajawa.
2. Kecamatan Ngada Selatan menjadi Kecamatan Aimere.
3. Kecamatan Nage Tengah menjadi Kecamatan Boawae.
4. Kecamatan Nage Utara menjadi Kecamatan Aesesa.
Dalam rangka mempermudah proses pelayanan pemeritahan serta
memperhatikan keinginan masyarakat setempat, maka dengan
keputusan Gubernur Kepala Dati I NTT tanggal 6 Juli 1967 No. Pem.
66/1/32 maka dari sebagian wilayah Kecamatan Bajawa dan Aimere
dibentuk sebuah Kecamatan yang bernama Wogo Mangulewa.
Kecamatan Wogo Mangulewa diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1967.
Kemudian dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Ngada No. 3
tahun 1970 nama Kecamatan Wogo Mangulewa diberi nama Singkat
menjadi Kecamatan Golewa.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTT No.
47 tahun 1970 tanggal 16 Juli 1970 terbentuk pula 2 Perwakilan
Kecamatan yakni Perwakilan Kecamatan Aesesa di Kaborea dan
Perwakilan Kecamatan Bajawa di Soa.
Dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I NTT tanggal 7 Pebruari
1970 No. 19 tahun 1970 terbentuklah koordinator Pemerintahan Kota
(KOPETA) untuk memperlancar Roda Pemerintahan yang terpusat di Kota
Bajawa yang meliputi Desa Bajawa, Djawa Meze, Kisanata, Tanalodu,
Ngedukelu dan Trikora.
Adapun Pemimpin Pemerintahan Kecamatan berturut-turut dari tahun
1962 s/d sekarang :
a. Kecamatan Ngada Utara (Bajawa) :
1. H. Nainawa (1962-1967)
2. C. Dopo (1967-1969)
3. P. Soro (1969-1972)
4. Paulus Lewa, BA (1972-1976)
5. Stanis Bongu, BA (1976-1978)
6. Drs. P.A. Lagho
7. Stanislaus Bongu, BA
8. Dominikus Gelu
9. Drs. Dominikus Nono
10. Drs. Tiba Yeremias
11. Viktor Watu (PLT)

74
12. Drs. J. J. Doresiu
13. Drs. Johanes Isidorus Djawa
14. Drs. Herman Say
15. Drs. Markus Lue
16. Drs. Vinon Simo
17. Johanes Vianey Siwe, SH
18. Goti Gregorius, SH
19. Gradus Reo, SE, M. Si
20. Johanes Bake Meo, Sos, M.Si.
b. Kecamatan Aimere :
1. Rafael Radho (1962-1965)
2. Karolus Kota (1965-1971)
3. Cornelis Dopo, Ba (1971-1972)
4. N. Fernandez (1972-1977)
5. Yoseph Tua Demu, BA (1977-1980)
6. Petrus Niki, BA (1980-1981)
7. DRs. Petrus Lulu (1989-1990)
8. Hendrikus Nio (1990)
9. Martinus Bhara, BA (1990-1993)
10. Yohanes Gae (1993-1995)
11. Drs. Serfasius Lako (1995-1999)
12. Yoseph Djago (1999-2002)
13. Davi L. Bara, SH (2002-2005)
14. Dra. Meo Genoveva (2005-2007)
15. Gerardus Reo, SE, M.SI (2007-2011)
16. Kristoforus Aja, SH (2011-2014)
17. Teodorus Tole, S.AP (2014-2016)
c. Kecamatan Aesesa :
1. Matheus Mitemude (1962-1969)
2. Stanis Bonggu (1969-1971)
3. H. Wea Naru (1971)
4. D. Dagang, BA (1971-1972)
5. P. Lagho, BA (1972-1974)
6. C. Boro, BA (1974-1976)
7. P. J. Djangawayto, BA (1976)
8. Paulus Lewa, BA (1976-1978)
9. Drs. Yohanes Doresiu
10. Drs. Petrus Tena
11. Drs. Servasius Lako
12. Yohanes No
d. Kecamatan Riung :

75
1. Thomas Nantong (1962-1964)
2. Cornelis Dopo (1964-1965)
3. Yohanes Bangko (1965-1972)
4. Cuirinus Boro, BA (1972-1974)
5. Udin Safrudin, BA (1974-1979)
6. Yohanes Bangko (1979-1983)
7. Markus Watu, BA (1983-1988)
8. Drs. Thomas Ora (1988-1991)
9. Drs. Elias Djo (1991-1995)
10. Nikolaus Wogo Lado, BA (1995-1997)
11. Drs. Martinus Karo 1997-2001)
12. Drs. Bonefasius Djago (2002-2005)
13. Yohanes Azi, A.Md (2005-2007)
14. Leonardus Tambu, S.Sos (2007-2012)
15. Alfian, S.Sos (2012-2018)
e. Kecamatan Boawae :
1. Frans Dapa (1962-1966)
2. Frans Lay Pea (1966)
3. Alex Eboresi (1966-1970)
4. A.F.Tasso (1970-1976)
5. Yoh. S. Aoh (1976-1978)
6. Drs. L. A. Lowa
7. Drs. Johanes Isidorus Djawa
8. Drs. Paulus Soli
9. Drs. Wili Lena
f. Kecamatan Golewa :
1. Paulus Leaw (1969)
2. P.J. Djangawayto (1969-1971)
3. Alex Eboresi, BA (1971-1975)
4. H. DapaTunga, BA (1975-1977)
5. H. Nainawa (1977-1978)
6. L.A. Lowa, BA (1978-1983)
7. Drs. Maksi Fernandez
8. Drs. Elpy Parera
9. Drs. H. Nio
10. Drs. J. J. Doresiu
11. Drs. Fransiskus Wani
12. Yohanes Gae, BA
13. Drs. Markus Lue
14. Drs. Simon Fino
15. Drs. Marcus Philipus Ngei Botha (2005-2007)

76
16. Drs. Cornelis Tuba
17. Drs. Antonius Padua Ngea.
18. Kanisius Logo, BA (2018)
g. Kecamatan Mauponggo :
1. H. M. Ilyas Pua Upa (1962-1972)
2. M. Loda, BA (1972-1975)
3. Piet Niki, BA (1975-1980)
4. Drs. H. Dapa Tunga (1980-1985)
5. Drs. H. Nio
6. Dominikus Sola Roja
7. Martinus Bhara, BA
8. Matias Ebu, SH
h. Kecamatan Nangaroro :
1. Frans Lay Pea (1968-1969)
2. Dagang, BA (1969-1970)
3. F. Fetowea (1970-1972)
4. H. Nio, BA (1972-1976)
5. K. J. Tjeme, BA (1976-1981)
6. DRS. Elias Djo
7. Drs. Elpi Parera
8. Dominikus Sola Roja
i. Perwakilan/Kecamatan Soa :
1. H. Wea Nuru (1970-1974)
2. H. Dapatunga, BA (1974-1975)
3. A. Wuda, BA (1975-1977)
4. Dominikus Gelu
5. L. Didi, BA
6. Thomas Meo
7. Drs. Markus Lue
8. Drs. Petrus Fongo
9. Nikolaus Wogo Goja
10. Silvester Wale, SH
11. Goti Gregorius, SH
12. Drs. Yohanes C. Watu Ngebu
13. DRs. Leonardus Tambu
j. Perwakilan Kecamatan Aesesa/Camat Wolowae
1. M. Mite Mude (1970-1973)
2. F. Feto (1973-1974)
3. Piet Niki (1974-1975)
4. L. A. Lowa, BA (1975-1978
5. Drs. J. J. Doresiu

77
6. Drs. Bene Baka Bani
k. Kordinator Pemerintahan Kota Bajawa (KOPETA)/Kecamatan Ngada
Bawa :
1. Frans Lay Pea
2. H. Ilias Puaupa
3. Yoseph Ledoneto
4. B. Y. Wea
5. Drs. Y. Y. Dore Siu
6. Martinus Sake, SH (1999-2001)
7. Johanes Vianei Siwe, SH
l. Kecamatan Aesesa Selatan :
1. Drs. Nonatus Ali
m. Kecamatan Keo Tengah :
1. Bernabas Lambar, S.Ip
2. Drs. Suit Berto Aja
n. Kecamatan Riung Barat :
1. Marianus Sabe, SH (2002-2007)
2. Kosmas D.Tagu, S.Sos (2007-2010)
3. Fidelis Nalun, SE (2010-2015)
4. Drs. Benyamin Lalung (2015-2017)
5. Gregorius Mana Lali, S.Sos (2018)
o. Camat Wolomeze berturut-turut :
1. Cristian Haning, S.Sos (2006-2009)
2. Yohanes Ghae, SH (2008-2013)
3. Agustinus Pati, SH (2013-2016)
4. Kasmin Belo, S.Sos (2016 – 2018)
p. Camat Jerebuu :
1. Maksimus Neto, SH
2. Drs. Ignasius Dhebo
3. Agustinus Pati
4. Titus Tuli, SH (2015-2018)
q. Camat Inerie :
1. Drs. Ignasius Dhedho (2014-2017)
r. Camat Camat Golewa Barat
1. Drs. Ignasius Dopo (2011-2014)
2. Aster Djawa, S.Fil (2015-2018)
s. Camat Bajawa Utara
1. Yohanes Ulu, BA
2. Yohanes Ghae, SH
3. C. Haning, S.Sos
4. Hironimus Reba Watu, S.IP

78
5. Yohanes Ndai, SH

6.6.3. Pemerintahan Desa


Desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kecamatan, dan desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional (adat istiadat setempat) yang
diakui dan dihormati dalam sistim pemerintahan Negara Repubelik Indonesia.
Dengan berakhirnya masa jabatan Kepala Hamente (Dalu) dan Kepala
Kampung pada tahun 1962, maka wilayah dan struktur pemerintahan yang paling
bawah dinamai wilayah desa dan rukun kampung. Wilayah desa dipimpin oleh
Kepala Desa.
a. Pada masa Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngada Bapak Don J.D da Silva
(1962-1966)
Adapun nama-nama wilayah desa Gaya Baru dan kepala desa Gaya Baru per-
kecamatan berturut-turut :
I. Kecamatan Bajawa :
1. Desa Bajawa Kota : P. Maku Djawa
2. Desa Bajawa : J. Demu
3. Desa Ubedolumolo : H. Gogi Bela
4. Desa Wawowae : Bertolomeus Tolo Ngadha, Dominikus Resa
5. Desa Nunu Faobata : J. Ria Dhiu
6. Desa Inelika : M. Meka
7. Desa Soa I : B. Bhay
8. Desa Soa II : J. Rema
9. Desa Soa III : Ed. Meo
10. Desa Inegenena : Ph. Ria
11. Desa Laga : Pius Nua
12. Desa Susu : Mateus Noka, J. Ruba
13. Desa Ulu Wae : Yoseph Nasa
II. Kecamatan Aimere :
1. Desa Keligejo : Th. Mite
2. Desa Aimere : W. Wadudima
3. Desa Foa : David Suri
4. Desa Inerie : Rofinus Ria, R. Raga
5. Desa Warupele : W. Keo
6. Desa Kelitei : P. Soda
7. Desa Watumanu : Nelis Moi
8. Desa Tiwu Riwu : Gregoris Rabu
9. Desa Dariwali : B. Manu

79
10. Desa Naruwolo : Wilhelmus Ngangho.
III. Kecamatan Riung :
1. Desa Benteng Tengah : Amu Duli
2. Desa Nangamese : Doho Sureng
3. Desa Taeng Terong : Yakobus Kamis, Yoseph Laos.
4. Desa Pinggupir : W. Wande
5. Desa Nginamanu : Matias Towak, Domi Noi
6. Desa Denatana : Frans Galing
7. Desa Wangka : Galus Gae
8. Desa Lengkosambi : Hendrikus Redhu
9. Desa Tadho : Markus Petrus Mail
10. Desa Sambinasi : Abdul Gani
11. Desa Ria : M. Mangung.
IV. Kecamatan Nangaroro
1. Desa Tonggo Barat : Husen Nday
2. Desa Utetoto : G. Ohoda Waeto
3. Desa Ritti : Frans Dhosa
4. Desa Pauladolima : Joseph Mosa
5. Desa Tonggo Timur : Mayos Pua Dawe
6. Desa Ulupulu : Nadus Lado
7. Desa Pagomogo : Mikael Basa
8. Desa Kotakeo : Welem Nai
9. Desa Bidoa : Kornelis Lora, Baltasar Dora
V.Kecamatan Boawae
1. Desa Nage Barat : B. Nuwa Nua
2. Desa Nage Timur : Michael Goa Nau
3. Desa Ululipa : Ignas Nuwa Soka
4. Desa Gerodhere : Simon Sa Goa
5. Desa Wea Zua : J. Nuwa Tjeme
6. Desa Deruwae : Matheus Noo
7. Desa Solorowa : Gabriel Dora
8. Desa Kelimado : F. Ema
9. Desa Nagerawe : Lambertus Laga
10. Desa Raja : Piet MolaIto
VI. Kecamatan Mauponggo
1. Desa Sawu : Johan Tasu
2. Desa Jawapogo : Leo Lengi Paja
3. Desa Lokalaba : Martinus Mite
4. Desa Saa Woe : Fransiskus Tjeme
5. Desa Kota Gana : Bau Noo
6. Desa Ua : Tadeus Taa

80
7. Desa Selalejo : Antonius Tjeme Bao
8. Desa Woe Wolo : Aloysius Tjeme
9. Desa Kire Keli : M.Djata
10. Desa Wajo : Fransiskus Muwa
11. Desa Kota Wuji : Th. Pae
12. Desa Udiworowatu : A. Ngguwa
13. Desa Wituromba : J. Fita Mbeu
14. Desa Mbaenuamori : R. Buu
15. Desa Maukeli : L. Pati
16. Desa Wuli Walo : Hend Nguku
17. Desa Aja Adha : Piet Peti
VII. Kecamatan Wogo Mangulewa
1. Desa Realewa : Piet Pera
2. Desa Mangulewa : Arnordus Ngebu
3. Desa Rakateda : Bernad Woja
4. Desa Ratogesa : Aloysius Ladja
5. Desa Doliwaja : Linus Lina
6. Desa Were : Paulus Pena
7. Desa Todabelu : Wihelmus Bolo
8. Desa Narumau : Ph. Ago
9. Desa Tadha : J. Watu
10. Desa Asase : Blas Meo
VIII. Kecamatan Aesesa
1. Desa Dhawe : Paulus Atu
2. Desa Lape : P. Ol. Papu
3. Desa Nggolonio Towak : Pius Pati Muna, Blasius Bima, Lukas Luang.
4. Desa Langedhawe : Nikodemus Doi
5. Desa Tengatiba : Joseph Rae
6. Desa Mbay I : Add. Karangasem
7. Desa Mbay II : Andreas Dhoi Tonga
8. Desa Rendubutowe : Petrus BaoGaso
9. Desa Labolewa : Hugo Gomo
10. Desa Ola Ia : B. Koba
11. Desa Totomala : M. Mite
12. Desa Tenda Toto : Herman Paga Dae
13. Desa Tendamude : Lukas Lale.
b. Pada masa Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngada Bapak Yan Yos Botha
(1967-1978).
Adapun nama-nama wilayah desa dan kepala desa per- kecamatan
berturut-turut menurut wawancara dengan para Nara sumber diatas dan
(Memori Bupati Yan Yos Botha 25 September 1978) :

81
- Periode (1966-1969)
I. Kecamatan Bajawa :
1. Desa Bajawa Kota : P. Maku Djawa
2. Desa Bajawa : J. Demu
3. Desa Ubedolumolo : H. Gogi Bela
4. Desa Wawowae : D. Resa.
5. Desa Nunu Faobata : J. Ria Dhiu
6. Desa Inelika : M. Meka
7. Desa Soa I : B. Bhay
8. Desa Soa II : J. Rema
9. Desa Soa III : Ed. Meo
10. Desa Inegenena : Ph. Ria
11. Desa Laga : Pius Nua
12. Desa Susu : J. Ruba
13. Desa Ulu Wae : Yoseph Nasa
II. Kecamatan Aimere :
1. Desa Keligejo : Th. Mite
2. Desa Aimere : W. Wadudima
3. Desa Foa : David Suri
4. Desa Inerie : Rofinus Ria, R. Raga
5. Desa Warupele : W. Keo
6. Desa Kelitei : P. Soda
7. Desa Watumanu : Nelis Moi
8. Desa Tiwu Riwu : Gregoris Rabu
9. Desa Dariwali : B. Manu
10. Desa Naruwolo : Wilhelmus Ngangho.
III. Kecamatan Riung :
1. Desa Benteng Tengah : Amu Duli
2. Desa Nangamese : Doho Sureng
3. Desa Taeng Terong : Yoseph Laos.
4. Desa Pinggupir : W. Wande
5. Desa Nginamanu : Domi Noi
6. Desa Denatana : Frans Galing
7. Desa Wangka : Galus Gae
8. Desa Lengkosambi : Petrus Sue.
9. Desa Tadho : Markus Petrus Mail
10. Desa Sambinasi : Abdul Gani
11. Desa Ria : M. Mangung.
IV. Kecamatan Nangaroro :
1. Desa Tonggo Barat : Husen Nday
2. Desa Utetoto : G. Ohoda Waeto

82
3. Desa Ritti : Frans Dhosa
4. Desa Pauladolima : Joseph Mosa
5. Desa Tonggo Timur : Mayos Pua Dawe
6. Desa Ulupulu : Nadus Lado
7. Desa Pagomogo : Mikael Basa
8. Desa Kotakeo : Welem Nai
9. Dsa Bidoa : Baltasar Dora
V. Kecamatan Boawae :
1. Desa Nage Barat : B. Nuwa Nua
2. Desa Nage Timur : Michael Goa Nau
3. Desa Ululipa : Ignas Nuwa Soka
4. Desa Gerodhere : Simon Sa Goa
5. Desa Wea Zua : J. Nuwa Tjeme
6. Desa Deruwae : Matheus Noo
7. Desa Solorowa : Gabriel Dora
8. Desa Kelimado : F. Ema
9. Desa Nagerawe : Lambertus Laga
10. Desa Raja : Piet MolaIto
VI. Kecamatan Mauponggo
1. Desa Sawu : Johan Tasu
2. Desa Jawapogo : Leo Lengi Paja
3. Desa Lokalaba : Martinus Mite
4. Desa Saa Woe : Fransiskus Tjeme
5. Desa Kota Gana : Bau Noo
6. Desa Ua : Tadeus Taa
7. Desa Selalejo : Antonius Tjeme Bao
8. Desa Woe Wolo : Aloysius Tjeme
9. Desa Kire Keli : M.Djata
10. Desa Wajo : Fransiskus Muwa
11. Desa Kota Wuji : Th. Pae
12. Desa Udiworowatu : A. Ngguwa
13. Desa Wituromba : J. Fita Mbeu
14. Desa Mbaenuamori : R. Buu
15. Desa Maukeli : L. Pati
16. Desa Wuli Walo : Hend Nguku
17. Desa Aja Adha : Piet Poti
VII. Kecamatan Wogo Mangulewa :
1. Desa Realewa : Piet Pera
2. Desa Mangulewa : Arnordus Ngebu
3. Desa Rakateda : Bernad Woja
4. Desa Ratogesa : Aloysius Ladja

83
5. Desa Doliwaja : Linus Lina
6. Desa Were : Paulus Pena
7. Desa Todabelu : Wihelmus Bolo
8. Desa Narumau : Ph. Ago
9. Desa Tadha : J. Watu
10. Desa Asase : Blas Meo
VIII. Kecamatan Aesesa
1. Desa Dhawe : Paulus Atu
2. Desa Lape : P. Ol. Papu
3. Desa Nggolonio Towak : Lukas Luang
4. Desa Langedhawe : Nikodemus Doi
5. Desa Tengatiba : Joseph Rae
6. Desa Mbay I : Add. Karangasem
7. Desa Mbay II : Andreas Dhoi Tonga
8. Desa Rendubutowe : Petrus BaoGaso
9. Desa Labolewa : Hugo Gomo
10. Desa Ola Ia : B. Koba
11. Desa Totomala : M. Mite
12. Desa Tenda Toto : Herman Paga Dae
13. Desa Tendamude : Lukas Lale.
- Periode (1969-1970)
I. KOPETA Bajawa :
1. Desa Tanalodu : P. Patiwua
2. Desa Ngedukel : W. Riwu
3. Desa Kisanata : Leonardus Pea Mole
4. Desa Trikora : D. J. Djawa
5. Desa Bajawa : Yohanes Demu
6. Desa Jawameze : Antonius Reba
I. Kecamatan Bajawa :
1. Desa Ubedolumolo : Lukas Naru
2. Desa Wawowae : Dominikus Wasi
3. Desa Naru : Thomas Wer
4. Desa Faobata : P. Keo
5. Desa Susu : J. Ruba
6. Desa Inelika : M. Meka
7. Desa Waepana : Daniel Tule
8. Desa Inegena : Johanes Nay
9. Desa Soa I : B. Bay
10. Desa Soa II : J. Rema
11. Desa Soa III : P. Kolo
12. Desa Uluwae : Yosep Nasa

84
13. Desa Bomari : Klemens Kora
14. Desa Beja : M. Djono
II. Kecamatan Aimere
1. Desa Aimere : W. Wadudima
2. Desa Keligejo : Feliks Laja
3. Desa Foa : Simon Suri
4. Desa Warupele : W. Keo
5. Desa Pali : Martinus Sola
6. Desa Kelitei : P. Soda
7. Desa Inerie : R. Raga
8. Desa Watumanu : Kornelis Mei
9. Desa Tiwuriwu : Gregorius Rabu
10. Desa Dariwali : B.Manu
11. Desa NaruWolo : H. B. Subirato
12. Desa Deru : Didakus Kudu
III. Kecamatan Wogo Mangulewa :
1. Desa Sobo : Nikolaus Usu
2. Desa Rakalaba : P. Pera
3. Desa Rakateda : B. Wejo
4. Desa Mangulewa : A. Ngebu
5. Desa Mataloko : Petrus Bela
6. Desa Wolokuru : Agus Bhoga
7. Desa Wogo : W. Bolo
8. Desa Asese : Blas Meo
9. Desa Boliwaja : Linus Lina
10. Desa Were : P. Pena
11. Desa Takatunga : Jer. Watu
12. Desa Ladja : Martinus Raja
13. Desa Kezewea : Jan Lobo
14. Desa Narumau : Ph. Ago
IV. Kecamatan Boawae :
1. Desa Nata Nage : L. Djago Dede
2. Desa Nageoga : M. Goa Mau
3. Desa Rega : I. Tue
4. Desa Wolopogo : Hendikus Mite
5. Desa Waeau : Josep Nuwa
6. Desa Wolowea : Edu Sena
7. Desa Gerdhere : Simon Ea Goa
8. Desa Ratongamaba : Aloysius Seda
9. Desa Raja : Petrus Mila Ito
10. Desa Nagesepadhi : N. Nuwa Mua

85
11. Desa Nagerawe : Lambertus Logo Due
12. Desa Leguderu : Mateus Meo
13. Desa Kelewae : Antonius SU
14. Desa Solo : G. Dora
15. Desa Rowaare : Frans Rore
16. Desa Kelimado : Fabianus Eza
17. Desa Mula Koli : Fabianus Tadi
V. Kecamatan Mauponggo
1. Desa Sawu : Yoh. Tasu Leka
2. Desa Ajada : P. Peti
3. Desa Saawae : Yakobus Babo
4. Desa Loka Laba : M. Mite Ugha
5. Desa Wolotelu : G. Goa
6. Desa Wituromba : Gaspar Soo
7. Desa Udiworowatu : Sefrinus Rangga
8. Desa Mbaenuamori : Rofinus Buu
9. Desa Kota Wuji : Theodorus Pae
10. Desa Wajo : Frans Nuwa
11. Desa Kirekeli : Moses Djata
12. Desakotagana : Elias Babomeo
13. Desa Ua : Tadeus Taa
14. Desa Selalejo : Antonius Tjemebae
15. Desa Djawapogo : Leo Lengipadjo
16. Desa Woewolo : Aloysius Tjeme
17. Desa Maukeli : Lambertus Pati
18. Desa Wuliwalo : Hendrikus Nguku
VI. Kecamatan Aesesa :
1. Desa Dhawe : Paulus Atu Aribapa
2. Desa Danga : Rafael Rae
3. Desa Mbay I : Abdul Karangaseng
4. Desa Mabay II : Andreas Dhoi Tonga
5. Desa Nggolonio : Likas Luang
6. Desa Towak : B. Managi
7. Desa Tedamude : Lukas Lalo
8. Desa Langedhawe : Nikolaus Lalo
9. Desa Tengatiba : Jos. Rae
10. Desa Labolewa : Hugo Gomo
11. Desa Ola Ia : B. Koba Madhu
12. Desa Totomala : Martinus Meto
13. Desa Rendubutowe : Piet Bae Gase
14. Desa Tenda Toto : Herman Pagadae

86
15. Desa Lape : Polikarpus Papu
VII. Kecamatan Nangaroro
1. Desa Nangaroro : Yos Naga
2. Desa Utetoto : G. Goda Waeto
3. Desa Tonggo : M. Pua Dawe
4. Desa Wokodekororo : Blas Basa
5. Desa Kotaderumali : Agus Bay
6. Desa Podenura : Husen Day Pape
7. Desa Ladolima : Tarsisius Toda
8. Desa Pautola : Yos Mosa
9. Desa Kota : Yos Amekae
10. Desa Lea : FelixDhedhu Tunga
11. Desa Bidua : Bel. Dore
12. Desa Pagomodo : Mikhael Basa
13. Desa Riti : Frans Dhosa
VIII. Kecamatan Riung :
1. Desa Benteng Tenga : Anu Duli
2. Desa Nangamese : Doho Sureng
3. Desa Taeng Terong : Jos. Laos
4. Desa Warukia : Wilem Wando
5. Desa Susuk : Gaspar Samsung
6. Desa Lantong Sawu : Niko Ndiwal
7. Desa Wangka : Galus Ghaghe
8. Desa Sambinasi : Abdul Gani
9. Desa Lengkosambi : Hendi Wenggu
10. Desa Turaloa : G. Gani
11. Desa Tadho : Markus Petrus Mail
12. Desa Ria : M. Manggung
13. Desa Denatana : Frns Galing
14. Desa Nginamanu : Domi Noi
- Periode (1970-1975)
I. KOPETA Bajawa :
1. Desa Kisanata : P. J. Banda
2. Desa Trikora : Stef Lombe
3. Desa Ngedukelu : B. J. Wea
4. Desa Tanalodu : Domi Tangi
5. Desa Bajawa : Yan Demu
6. Desa Jawameze : P. Rudu Kenge
II. Kecamatan Bajawa:
1. Desa Uluwae : Romanus Tay
2. Desa Inelika : Yoseph Kio

87
3. Desa Susu : Alo Bere
4. Desa Wawowae : Nikolaus sua
5. Desa Bomari : Viktor Maku
6. Desa Inegena : Joh. Nay
7. Desa Ubedolumolo : Bene Betu
8. Desa Bejo : Matheus Jono
9. Desa Piga : Jakobus Beto
10. Desa Waepana : Pius Rangga
11. Desa Tarawaja : Petrus kolo
12. Desa Loa : Kor Meo Wale
13. Desa Masumeli : P. Tera Sego
14. Desa Naru : Gabriel Radho
15. Desa Nginamanu : P. Wuli
16. Desa Denatana : A. L. Djadi
17. Desa Faobata : P. Deze
III. Kecamatan Riung:
1. Desa Benteng : Anton Santong
2. Desa Nangamese : Manepe Lapatong
3. Desa taen Terong : Bernadus Nozong
4. Desa Wolomeze : Jan. Sole
5. Desa Lanamai : Domi Malang
6. Desa Benteng Tawa : Jos. Sole
7. Desa Lengkosambi : Bernabas Adhang
8. Desa Turaloa : P.J. Ladha
9. Desa Wangka : Mathias Mbing
10. Desa Tadho : M. P. Mail
11. Desa Sambinasi : A. G. Djani
12. Desa Ria : David Langkas
IV. Kecamatan Aimere:
1. Desa Keligejo : Felix Ladja
2. Desa Aimere : Piet. Pole
3. Desa Foa : Simon Suri
4. Desa Sebowuli : Jos. Madja
5. Desa Inerie : Rufinus Raga
6. Desa Warupele II : A. D. Kumy
7. Desa warupele I : W. H. Koo
8. Desa Kelitei : P. Pengu
9. Desa Watumanu : Yan.Melipedhu
10. Desa Tiworiwu : Goris Rabu
11. Desa Dariwali Felix Bhoga
12. Desa Naruwolo : H. B. Subirato

88
13. Desa Nonowea : Jos. Dopolede
V. Kecamatan Golewa :
1. Desa Sobo : Jos.Leko
2. Desa Mangulewa : Yan Lengi
3. Desa Rakateda I : P. Fongo
4. Desa Rakateda II : Yak.Mengu
5. Desa Were I : Gabriel Tunu
6. Desa Were II : Moses Koa
7. Desa Kezewea : Haji Bugis
8. Desa Dadawea : Aldo Wago
9. Desa Todabelu : P. Dhogo
10. Desa Mataloko : P.W. Beladjai
11. Desa Rategesa : Alo Ladja
12. Desa Radabata : Zakarias Dhara
13. Desa Wogowela : Jos. Sina
14. Desa Boba : Jakobus Kepe
15. Desa Takatuhga : Jeremias Watu
16. Desa Sadha : Martinus Radja
17. Desa Sarasedu : Blas . Meo
18. Desa Sangdeto : Bene Dhudhe
19. Desa Rakalaba : P. Pera Tiwu
VI. Kecamatan Boawae :
1. Desa Rowa Aro : Martinus saga
2. Desa Solo : Gabriel Dora
3. Desa Kelewae : Frans Wani
4. Desa Leguderu : Jos Gawe
5. Desa Rega : Hendrikus Mite
6. Desa Wolopogo : Theodorus Mite
7. Desa Kelimado : Jos Tue Igho
8. Desa Mulakoli : Wilem Legu
9. Desa Wea Au : Thomas Tjeme
10. Desa Nagesepadhi : B. Nuwa Nua
11. Desa Natanage : L. Djado Dede
12. Desa Nagerawe : L. Djago Dede
13. Desa Gerodhere : G. Ngoe
14. Desa Ratongamobo : Kletus Lado
15. Desa Wolowea : Daniel Meka
16. Desa Raja : Piet Dapa Wea
17. Desa Nageoga : Polikarpus Tangi
VII. Kecamatan Mauponggo:
1. Desa Bela : P.Peti

89
2. Desa Maukeli : M. Nur Gale
3. Desa Sawu : Lukas Mite Wea
4. Desa Jawapogo : Jos. Djago
5. Desa Ululoga : Mik. Dhae
6. Desa Lodaolo : Ande Dhae
7. Desa Wolo Edo : Jos. Mela
8. Desa Selaledjo : Ph. Weru
9. Desa Ua : Thadeus Taa
10. Desa Kotagana : Kornelis Jago
11. Desa Lewangera : Ande Dhae
12. Desa Kotawuji Barat : Theodorus Pae
13. Desa Udiworowatu : Hamid Nura
14. Desa Mbaenuamuri : Salesius Wundu
15. Desa Witurombaua : J. Pita Mbeu
16. Desa Wajo : Mohammad Tay
17. Desa Kotawuji Timur : Blas.Biku
18. Desa Keli : Niko Dando
19. Desa WoEwolo : Alo Ceme Oli
20. Desa Wolotelu : G. Goa
21. Desa Lokalaba : Jakobus Moa
22. Desa Wiliwalo : Ph. Bai
23. Desa Wolokisa : Poli Wani
VIII. Kecamatan Nangaroro:
1. Desa Nangaroro : A.Gore
2. Desa Bidoa : M. Mena
3. Desa ulupulu : Andreas Bei
4. Desa Pagomogo : Lukas Dhedhu
5. Desa Kotakeo : Jos. Amekae
6. Desa Degalae : Rafael Kewa
7. Wokodekororo : Blasius Basa
8. Desa Tonggo : Umar Ali PS
9. Desa Utetoto : Teodorus D. Doy
10. Desa Riti : Markus Mega
11. Desa Podenura : Husen Dhay Pape
12. Desa Kotodirumali : Agus Bai
13. Desa Pautola : Gaspar Aha
14. Desa Ladolima : Jos.Djawa
IX. Kecamatan Aesesa:
1. Desa Danga : B. Bebi Foto
2. Desa Dhawe : Paulus Atu
3. Desa Lobolewa : Hugo Gene Sina

90
4. Desa Langadhawe : Sipri Djupa
5. Desa Lape : Frans Mema
6. Desa Mbay I : Arsad Sido
7. Desa Mbay II : A. Dhoy Tonga
8. Desa Nggolonio : Jak. Lando
9. Desa Olaia : Ola Api
10. Desa Rendubutowa : Petrus Willo
11. Desa Tedamude : Lukas Lele
12. Desa Tengatiba : Lorens Lena
13. Desa Tendatoto : Agus. Endo
14. Desa Totomala : Ben.Dhukarany
15. Desa Towak : Bern Managi

- Periode (1976-1978)
I. KOPETA Bajawa :
1. Desa Kisanata : P. J. Banda
2. Desa Trikora : Stef Lombe
3. Desa Ngedukelu : B. J. Wea
4. Desa Tanalodu : Domi Tangi
5. Desa Bajawa : Yan Demu
6. Desa Jawameze : P. Rudu Kenge
II. Kecamatan Bajawa:
1. Desa Bomari : Viktor Maku
2. Desa Beja : M. Djone
3. Desa Ubedolumolo : hendi Ngea
4. Desa Wawowae : Niko Sua
5. Desa Susu : Alfred Teko
6. Desa Faobata : P. Deze
7. Desa Desa Naru : Jos wua
8. Desa Inelika : Jos Kio
9. Desa Inegena : Jan Nay
10. Desa Uluwae : Romanus Tay
11. Desa Waepana : Pius Rangga
12. Desa Masumeli : P. Tera Sego
13. Desa Piga : Yakobus beto
14. Desa Tarawaja : P. Kolo
15. Desa Loa : Kornelis Meo
16. Nginamanu : Petrus wuli
17. Desa Denatana : A. L. Djadi
III. Kecamatan Aimere:
1. Desa Keligejo : Feliks Ladja

91
2. Desa Aimere : P. Pole
3. Desa Foa : Simon Suri
4. Desa Sebowuli : Jos Madja
5. Desa Inerie : Rofinus Rangga
6. Desa Warupele II : A. D. Kumi
7. Desa Warupele I : W. H. Koo
8. Desa Kelitei : P. Pengu
9. Desa Watumanu : Yan Melipedhu
10. Desa Tiwuriwu : Goris Rabu
11. Desa Dariwali : Feliks Bhoga
12. Desa Naruwolo : Welem Ngagho
13. Desa Nenowea : Jos Dopolede
IV. Kecamatan Golewa:
1. Desa Mataloko : P. W. Beladjai
2. Desa Sobo : Martinus sedu
3. Desa Rakalaba : P. Pera Tiwu
4. Desa Mangulewa : M. Djeo
5. Desa Rakateda I : Niko Ria
6. Desa Rakateda II : Yakobus Megu
7. Desa Radawea : Aloysius Wago
8. Desa Radabata : Zakarias Bhara
9. Desa Were I : Dominikus Demu
10. Desa Were II : Moses Koa
11. Desa Wogowela : Joseph Sina
12. Desa Boba : Yakobus Kebe
13. Desa Kezewea : M. Z. Sakunda
14. Desa Sadha : M. Radja
15. Desa Takatunga : B. Bhera
16. Desa Sarasedhu : Blas Meo
17. Desa Sangadeto : B. Donghe
18. Desa Todabelu : Yoh. Sawi
19. Desa Rategesa : Aloysius Ladja
V. Kecamatan Boawae :
1. Desa Raja : Piet Dapa Wea
2. Desa Wolowea : Daniel Meka
3. Desa Waeau : Thomas Tjeme
4. Desa Mulakoli : W. Wegu
5. Desa Kelimado : Jos Tue Igho
6. Desa Rega : Hendi Mite
7. Desa Wolopogo : T. Meze
8. Desa Ratongamobo : Jos Bisu

92
9. Desa Gero Dhere : Gab. Mite
10. Desa Nagerawe : L. Logodue
11. Desa Nageoga : Fabianus Pelo
12. Desa Natanage : L. Djagodede
13. Desa Nagesepadhi : B. Nuwanua
14. Desa Legudheru : Jos Gawe
15. Desa Kelewae : Aloysius Djata
16. Desa Solo : Gabriel Dora
17. Desa Rowa : M. Sogo
VI. Kecamatan Mauponggo :
1. Desa Bela : Mikhael Loda
2. Desa Wolokisa : Polikarpus wani
3. Desa Woliwalo : Ph. Bay
4. Desa Maukeli : M. Nur Gale
5. Desa Lokalaba : Yakob Moa
6. Desa Wololetu : G. Goa
7. Desa Sawu : Lukas Mitewea
8. Desa Djawapogo : Jos Djagolewa
9. Desa Ululoga : M. Dhae
10. Desa Lodaolo : Ande Dhae
11. Desa Woloede : Jos Molan
12. Desa Waewolo : Aloysius Tjeme Oli
13. Desa Selaledjo : Ph. Woro
14. Desa Ua : Th. Taa
15. Desa Kotagana : Kornelis Djago
16. Desa Keli : Nikolaus Dando
17. Desa Lewangera : Andreas Mebeko
18. Desa Wedjo : Ignasius Waso
19. Kotawuji Barat : Theo Pae
20. Kotawuji Timur : Blas Biku
21. Desa Mbaenuamuri : Selesius Wundu
22. Desa Udiworowatu : Hamid Nura
23. Desa Wituromba : J. Pita Mbeu
VII. Kecamatan Aesesa :
1. Desa Danga : Benyamin Busa
2. Desa Dhawe : Paulus Atu
3. Desa Mbay I : Arsad Sidho
4. Desa Mbay II : Ande Dhoy
5. Desa Nggolonio : Yakobus Lando
6. Desa Towak : Karel Kure
7. Desa Tedamude : Lukas Lalo

93
8. Desa Langedawe : Sipri Djepa
9. Desa Tengatiba : Laurensius Lana
10. Desa Rendubutowa : Sakarias Sapa
11. Desa Labolewa : Hugogone
12. Desa Olaia : Mathias Padha Djawa
13. Desa Lape : Frans Mema
14. Desa Totomala : Pius Lua
15. Desa Tenda Toto : Agus Endo
VIII. Kecamatan Nagaroro :
1. Desa Bidua : Aloysius Horma
2. Desa Degalea : Rafael Kewa
3. Desa Kotakeo : Jos. Amekae
4. Desa Kotadirumali : Agustinus Bai
5. Desa Ladolima : M. Ngao
6. Desa Nangaroro : Alex Gore
7. Desa Pogomogo : Thomas Towa
8. Desa Pautola : Gaspar Aha
9. Desa Pudenura : Husen Nday Pape
10. Desa Riti : Markus Mega
11. Desa tonggo : Umar Ali Pua Surabaya
12. Desa Pautola : Gaspar Aha
13. Desa Pudenura : Husen Nday Pape
14. Desa Riti : Markus Mega
15. Desa Tonggo : Umar Ali Pua Surabaya
16. Desa Ulupulu : Andreas Bei
17. Desa Utetoto : M. Dhosa
18. Desa Wokodekororo : Blas Basa
IX. Kecamatan Riung :
1. Desa Benteng Tengah : Tosi Ngada
2. Desa Wangka :Joseph Kose
3. Taen Terong : B. Nosong
4. Desa Nangamese : Manepo Rapatong
5. Desa Wolomeze : Johanes Sowo
6. Desa Benteng Tawa : Joseph Sole
7. Desa Lanamai : Domi Malang
8. Desa Lengkosambi : B. Adhang, P. Tibi (1978)
9. Desa Turaloa : Petrus Ladha
10. Desa Tadho : M. P. Mail
11. Desa Sambinasi : A.G. Jani
12. Desa Ria : David Langkas

94
6.6.4. Badan Pemerintah Harian
1. Anggota Badan Pemerintah Harian Swapraja :
Sejak terbentuknya Daerah Tingkat II Ngada pada tahun 1958, waktu itu
masih ada kekuasaan Swapraja yang didalamnya dibantu oleh Pemerintah
Harian Swapraja. Pembentukan BPH berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Dati I NTT tanggal 20 September 1960 No. 52/Des.40/8/4 tentang
Penghapusan Majelis Pemerintah Harian Swapraja dan Pembentukan Badan
Pemerintah Harian Swapraja (BPH) dengan jumlah Anggota BPH Swapraja
sebagai berikut :
a. Swapraja Nagekeo :
- Jos Sekke Liu Wea
- Matheus Mite Mude
- Galus Pesa
b. Swapraja Riung :
- Thomas Nantong
- Jan Jandon
c. Swapraja Ngada :
- H. Nainawa
- Th. Siu
2. Badan Pemerintah Harian Daerah Tingkat II Ngada
Sesuai dengan Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan)
tentang Pemerintah Daerah yo Peraturan Menteri Dalam Negeri dan
Otonomi Daerah No. 8 Tahun 1959 di mana ditegaskan bahwa Bupati Kepala
Daerah dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh sebuah Badan
Pemerintah Harian (BPH) maka Daerah Tingkat II Ngada sejak tahun 1960
diangkat 4 orang BPH. Adapun susunan Keanggotaan Badan Pemerintah
Harian dari tahun 1960 sampai dengan tahun 1972 sebagai berikut :
a. Periode (1960-1964) :
- A. J. Siwemole, sampai tahun 1963
- Piet Botha, sampai tahun 1964
- Jan Bangko, sampai tahun 1964
- A. Fr. Tasso
b. Periode (1964-1967) :
- A. Fr. Taso, sampai dengan 1967
- Arsad Lape, sampai dengan 1967
- M.J. Nuwaveto, sampai 1967
- H. Nainawa
c. Periode (1967 – 1972)
- H. Nainawa
- M. J.Nuwaveto
- Th. Djone

95
- Ibrahim Bhanging

6.6.5. Badan Eksekutif Daerah Tingkat II Ngada.


a. Pada periode (1958-1978)
Adapun Nama Perangkat Daerah Tingkat II Ngada:
1. Sekretaris Daerah berturut-turut :
- M. Medah (1958-1961)
- E. Ch. J. Amalo (1962-1964)
- Lambertus Langdjawa (1965-1978)
2. Dinas-Dinas Vertikal/Dinas-Dinas Daerah Otonom :
Pembentukan Dinas-dinas Vertikal/Dinas-dinas Daerah Otonom
berdasarkan Keputusan Gubernur Tingkat I Nusa Tenggara Timur (NTT)
No. Des. 18/1/4, tangal 28 Pebruari 1959. Dan Surat Keputusan lainnya.
Adapun Dinas-dinas sebagai berikut :
- Dinas Pertanian : (sejak tahun 1959)
- Dinas Peternakan : (sejak tahun 1959)
- Dinas Kesehataan : (sejak tahun 1959)
- Dinas Pekerjaan Umum : (sejak tahun 1959)
- Dinas Telepon : (sejak tahun 1959)
- Dinas P dan K : (sejak tahun 1959)
- Jawatan Penerangan : (sejak tahun 1959)
- Kantor Pembinaan Olahraga : (sejak tahun 1968)
- Kantor Kebudayaan : (Sejak tahun 1964)
- Kantor Sosial : (sejak tahun 1961)
- Kantor Pendidikan Masyarakat : (sejak tahun 1961)
- Kantor Pembinaan Pendidikan
Dasar Pra Sekolah Luar Biasa
: (sejak tahun 1960 )
- Kantor Perwakilan Agama : (sejak tahun 1974)
- Kantor Cabang Gerakan Pramuka :(sejak tahun 1971)
- Kejaksaan (sejak tahun 1964)
- Kantor Pengadilan : (sejak tahun 1964)
- Koramil /BUTEPRA : (sejak tahun 1958)
- Kepolisian : (sejak tahun 1959)
- Lembaga Pemasyarakatan : (sejak tahun 1959)
- Kantor Koperasi : (sejak tahun 1959)
- Dinas Perkebunan Rakyat : (sejak tahun 1975)
- Dinas Pendapatan Daerah : (sejak tahun 1974)
- Dinas Perikanan Darat : (sejak tahun 1973)
b. Pada periode Bupati Marianus Sae, S. AP – Drs. Paulus Soli Woa (2015 -
1921)

96
Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten Ngada berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Ngada No. 12 tahun 2016.
Adapun nama-nama Perangkat Daerah dan pimpinan berturut-turut sebagai
berikut :
1. Sekretariat Daerah:
a. Sekretaris Daerah : Drs. Meda Moses
b. Asisten Pemerintahan : Emanuel Dopo, S.Pi
- Bagian Pemerintah : C. Haning, S.Sos
- Bagian Hukum : Yohanes Ghae, SH
c. Asisten Perekonomian dan
Pembangunan : H. Reba Watu, S.IP
- Bagian Perekonomian : Drs. Agustinus Sila
- Bagian Penyusunan Program
dan Pembangunan : Joh. A. Bakemeo,SSTP,M.Si
- Bagian Kesejahteraan Rakyat : Hironimus Liba, S.AP
d. Asisten Administrasi : Dra. Iju Maria Albina
- Bagian Administrasi
Kemasyarakatan : Martinus P. Langa, SE
- Bagian Organisasi : Wilfridus Ajo, S.Pd, M.Si
- Bagian Umum : K. D.Tagu,S.Sos,M.AP
2. Staf Ahli Bidang Pemerintahan
Hukum dan Politik : Drs. Maksimus Neto
3. Staf Ahli Ahli Bidang Keuangan,
Dan Pembangunan : Dula Agnes, SH
4. Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan
Sumberdaya Manusia dan
Penelitian : Drs. Sidhu Paulinus
5. Sekretariat DPRD : Drs. Antonius Repu
6. Inspektorat : Drs. Paulus Gono
7. Dinas Pendidikan : Drs. V. Milo,MM
8. Dinas Kepemudaan dan Olahraga : Drs. Fransiskus Wogha
9. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan : M. Reo Maghi, S.S,M.Si
10. Dinas Kesehatan : A.Naru,SKM,M.Adminkes
11. Dinas Sosial : Johanes Vianei Siwe, SH.
12. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan anak : Y. C.W.Ngebu, S.Sos,M.Si
13. Dinas Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana : Fitalis Fole, SH
14. Satuan Polisi Pamong Praja dan

97
Kebakaran : Drs. M. Philipus N. Botha
15. Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Atap : Sewe D. Selestinus, S.IP.
16. Dinas Koperasi , Usaha Kecil Menengah
Dan Perdagangan : Drs. Cornelius Tuba,MM
17. Dinas Perindustrian : Ir. Jawa Antonius, MM
18. Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja : Dra. Gertrudis Rote Lali
19. Dinas Komunikasi dan Informatika : Moi Nitu Anatasia, SE
20. Dinas Perumahan Kawasan
Pemukiman dan Pertahanan : Kila Patrisius, ST, MT
21. Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang : Ir. Tewe Silvester
22. Dinas Perhubungan : Ir. Plasidus M. Redo
23. Dinas Lingkungan Hidup : Emanuel Kora, S.Sos, M.Si
24. Dinas Ketahanan Pangan : Ir. Bernard F.D.Bura,MT
25. Dinas Pertanian : Paskalis Wale. Bai, SP
26. Dinas Peternakan : drh. A. M. Felisitas Kila.
27. Dinas Kelautan dan Perikanan : Ir. Korsin Wea
28. Dinas Kearsipan : Naru Maria Florida, SH
29. Badan Perencanaan, Penelitian dan
Pengembangan : Drs. Hilarius Sutanto
30. Badan Keuangan : Wilhelmus P. Bate, SH
31. Badan Kepegawaian, Pendidikan,
dan Pelatihan : Drs. Nikolaus N. Mawo
32. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik : Drs. Herman Sai
33. Badan Penanggulangan Bencana
Daerah : Watu Alaysius, S.AP
34. Rumah Sakit Umum Bajawa : Drg. Maria W. Betu
35. Kecamatan Bajawa : Joh. A. B. Meo, SSTP,M.Si
36. Kecamatan Golewa : Antonius P. Ngea, SP
37. Kecamatan Golewa Selatan : P. Marsianus Sabe, SH
38. Kecamatan Golewa Barat : Silvester Jawa, S.Ag
39. Kecamatan Aimere : Ignasius Dopo, S.IP
40. Kecamatan Inerie : Drs. Ignasius Dhedho
41. Kecamatan Jerebuu : Titus Tuli, SH
42. Kecamatan Soa : L. Tambu, S.IP
43. Kecamatan Bajawa Utara : Drs. Yohanes Nday
44. Kecamatan Wolomeze : Kasmin Belo, S. Sos
45. Kecamatan Riung Barat : Gregorius Mana Lali, S.Sos
46. Kecamatan Riung : Alfian, S.Sos
47. Kelurahan Bajawa : Hendrikus Djawa

98
48. Kelurahan Trikora : Leonardus Talo
49. Kelurahan Kisanata : Theresia Fono Soro
50. Kelurahan Tanalodu : Fredirikus Luna
51. Kelurahan Ngedukelu : Yoseph Longa
52. Kelurahan Lebijaga : Katharina Bhoko
53. Kelurahan Jawameze : Yohanes Say
54. Kelurahan Susu : Nikodemu Dali
55. Kelurahan Faobata : Yoh.I. M. Djawa,SST
56. Kelurahan Mangulewa : Yoseph Kowe
57. Kelurahan Mataloko : Johanes Madha
58. Kelurahan Todabelu : Bernadus Sabu
59. Kelurahan Aimere : Getrudis Meo
60. Kelurahan Foa : Ambrosius H. Suri, STP
61. Kelurahan Nangamese : Jaenudin Puna, SE
62. Kelurahan Benteng Tengah : Arman Lontar, ST
6.6.6. Lembaga Pendidikan pada Periode (1954 – 1978):
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai
suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat
di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita
untuk lebih baik disegala aspek kehidupan. Adapun lembaga pendidikan yang
didirikan di Ngada sebagai berikut :
a. Taman Kanak-Kanak (1954-1978) :
1. TKK Kuntum Mekar Aesesa : 1977
2. TKK Ade Irma Suryani Aimere : 1977
3. TKK Regina Pacis Bajawa : 1959
4. TKK Bayangkari Bajawa : 1976
5. TKK Harapan Bangsa Bajawa : 1977
6. TKK Fatima Soa : 1977
7. TKK Tunas Harapan Boawae : 1875
8. TKK Ade Irma Todabelu Golewa : 1972
9. TKK St. Theresia Mangulewa : 1967
10. TKK St. Martinus Mauponggo : 1976
11. TKK El Tari Nangaroro : 1977
b. Sekolah Dsar(SD)

99
Jumlah SD sampai dengan tahun 1977 berjumlah 166 sekolah yang tersebar
diseluh Wilayah Kabupaten Dati II Ngada .
c. Sekolah Lanjutan Pertama /SMP (1954-1978 ):
1. SMP Kotagoa Boawae : 1954
2. SMP Kartini Mataloko : 1956
3. SMP Setia Budi Maunori : 1957
4. SMP Hanura Danga : 1968
5. SMEP Batarende Wolosambi : 1957
6. SMEP Tozupazo Danga : 1957
7. SKKP Regina Pacis Bajawa : 1968
8. SMP Sanjaya Bajawa : 1955
9. SMP Mongonsidi Bajawa : 1964
10. SMP Slmet Riyadi : 1964
11. SMP Yos Sudarso : 1964
12. SMP Supra Mataloko : 1965
13. SMP Manungae Ndora : 1965
14. SMP Berdikari Raja : 1966
15. SMP Patimura Wudu : 1966
16. SMP Kejora Wangka-Riung : 1955
17. SMP Bintang Laut Bekek-Riung : 1977
18. SMP Fatima Warukia- Riung : 1978
19. SMP Pancasila Mauponggo : 1966
20. SMP Berdikari Nangaroro : 1967
21. SMP Mangulewa : 1977
22. SMP Jaramasi Aimere : 1977
d. Sekolah Lanjutan Atas (1929-1978)
- SMA K.H. Dewantoro : 1964
- SMA Seminari Mataloko : 1929
- SPMA St. Isidorus Boawae : 1968
- SPG Boawae : 1965
- SMEA PGRI Bajawa : 1976
- STM Bajawa : 1977
- SMK Kejora Wangka-Riung : 1977
6.6.7. Peran Agama pada periode (1918-1978)
Agama merupakan sebuah kepercayaan yang dianut oleh seseorang.
Pengertian agama adaalah sebuah ajaran atau sistim yang mengatur tata cara
peribadatan kepada Tuhan dan hubungan antar manusia. Dalam ajaran sebuah
agama, setiap penganutnya diajari agar saling hidup rukun dengan sesama
manusia.
Peran agama adalah pembangunan manusia seutuhnya yang meliputi
pembangunan material dan pembangunan spiritual. Pembangunan spiritual

100
dengan aksetuasi bagaimana peran agama dalam pembangunan di Daerah
Tingkat II Ngada. Kenyataan menunjukan bahwa penduduk di Daerah Tingkat II
Ngada adalah pemeluk-pemeluk agama yaitu Agama Katholik, Agama Protestan,
Agama Islam da Agama Hindu/Budha. Setiap agama memiliki tempat ibadah
masing-masing. Adapun tempat Ibadah yang di bangun pada periode tahun
1918-1978)
a. Tempat Ibadah Agama Katolik yang tercatat :
1. Gereja Tua di Kampung Riung : 1918
2. Gereja Wangka Wangka : 1918
3. Gereja MBC Bajawa : (11-10 -1921)
(Pastor Paroki P. G. Scorlemer, SVD).
4. Gereja Langa : 1935
5. Gereja Mataloko : 1930
6. Gejera Boawea : 1932
7. Gereja Bekek : 1970
8. Gereja Lengkosambi : 1950
9. Gereja Warukia : 1965
10. Gereja Mangulewa : 1930
11. Gereja Jerebuu : 1933
12. Gerja Ruto : 1930
13. Gereja Aimere : 1934
14. Gereja Nangaroro : 1930
15. Gereja Wolosambi : 1935
16. Gereja Boanio : 1935
17. Gereja Stelamaris Danga : 1935
b. Tempat Ibadah Agama Islam
1. Masjid Tua di Kampung Riung : 1918
2. Masjid Bekek : 1920
3. Masjid Bajawa : 1955
c. Tempat Ibadah Agama Protestan
1. Gereja Eben Haeser di Bajawa : 1951
d. Tempat Ibadah Agama Hindu/Budha :
1. Pura di Bajawa : 1980
6.6.8. Lembaga Legislatif
DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah di Provinsi, Kabupaten/Kota
di Indonesia. Anggota DPRD dipilih melalui pemilihan umum.
Fungsi DPRD adalah Legislasi, anggaran dan pengawasan yang dijalankan
dalan kerangka representatisi rakyat. DPRD sebagai lembaga Legislatif
merupakan lembaga peribangan terhadap kekuasaan eksekutif yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

101
a. DPR Flores :
Angota DPR Flores asal Daerah Tingkat II Ngada berturut-turut (1946 -
1950) :
1. Yoseph Ratu Deru
2. Bernadus Barang
3. Emanuel Lena
4. Jan Jos Botha
5. Yancen Dacunha
6. Pelipus Lebi
b. DPRD Peralihan Daerah Tingkat II Ngada tahun 1959
Adapun susunan personaliannya sebagai berikut :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik (Ketua)
2. Johanes Bangko : Partai Katolik
3. Dominikus Joh. Djawa : Partai Katolik
4. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik
5. David Ngaku : Partai Katolik
6. Anton Frans Taso : Partai Katolik
7. Nikolaus Ruma : Partai Katolik
8. Petrus Rofinus Raga : Partai Katolik
9. Petrus Claver Bhari : Partai Katolik
10. Herman Paga Dae : Partai Katolik
11. Galus Yoh Djago : Partai Katolik
12. Welem Riwu : Partai Katolik
13. Bernabas Mana : Partai Katolik
14. Alfons Woso : Partai Katolik
15. Ilyas Pua Upa : Masyumi
c. DPRD Swatantra Tingkat II Ngada.
Adapun nama-nama Anggota DPRD Swatantra Tingkat II Ngada tahun
1960
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik (Ketua)
2. David Ngaku : Partai Katolik (Wakil Ketua)
3. Johanes Bangko : Partai Katolik (Anggota)
4. Dominikus Joh. Djawa : Partai Katolik (Anggota)
5. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik (Anggota)
6. Anton Frans Taso : Partai Katolik (Anggota)
7. Nikolaus Ruma : Partai Katolik (Anggota)
8. Petrus Rofinus Raga : Partai Katolik (Anggota)
9. Petrus Claver Bhari : Partai Katolik (Anggota)
10. Herman Paga Dae : Partai Katolik (Anggota)
11. Galus Yoh Djago : Partai Katolik (Anggota)
12. Welem Riwu : Partai Katolik (Anggota)

102
13. Bernabas Mana : Partai Katolik (Anggota)
14. Alfons Woso : Partai Katolik (Anggota)
15. Ilyas Pua Upa : Masyumi (Anggota)
d. DPRD GR Daerah Tingkat II Ngada tahun 1961-1962
Adapun nama-nama Anggota DPRD GR Dati II Ngada :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik
2. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik
3. R. B. Modo, BA : Partai Katolik
4. Thomas Djone : Partai Katolik
5. P. Sebo : Partai Katolik
6. B. Mana : Partai Katolik
7. Andreas Sear : Partai Katolik
8. R. Soedjono : Angkatan Darat
9. S. Sanggi : Kepolisian Negara
10. M. Z. Harahap : Alim Ulama Islam
11. P. H. Karimoi : Alim Ulama Kristen
12. Isaak Dura : Alim UlamaKatolik
13. Th. Toda D. Manteiro : Wanita
14. Fr. Dapangole : Koperasi/Pengusaha
15. D. Dhuka : Nasional
e. DPRD GR Daerah Tingkat II Ngada tahun 1963-1964
Adapun nama-nama Anggota DPRD GR Dati II Ngada :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik
2. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik
3. R. B. Modo, BA : Partai Katolik
4. Thomas Djone : Partai Katolik
5. P. Sebo : Partai Katolik
6. B. Mana : Partai Katolik
7. Andreas Sear : Partai Katolik
8. R. Soedjono : Angkatan Darat
9. S. Sanggi : Kepolisian Negara
10. M. Z. Harahap : Alim Ulama Islam
11. L. Sabetu : Alim Ulama Kristen
12. Rm. Izaak Dura : Alim UlamaKatolik
13. Th. Toda D. Manteiro : Wanita
14. Fr. Dapangole : Koperasi/Pengusaha
15. D. Dhuka : Nasional
f. DPRD GR Daerah Tingkat II Ngada tahun 1965.
Adapun nama-nama Anggota DPRD GR Dati II Ngada :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik
2. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik

103
3. Jan Jos Botha : Partai Katolik
4. Thomas Djone : Partai Katolik
5. P. Sebo : Partai Katolik
6. B. Mana : Partai Katolik
7. Andreas Sear : Partai Katolik
8. R. Soedjono : Angkatan Darat
9. S. Sanggi : Kepolisian Negara
10. Moh. Ahmad Saleh : Alim Ulama Islam
11. L. Sabetu : Alim Ulama Kristen
12. Izaak Dura : Alim UlamaKatolik
13. Th. Toda D. Manteiro : Wanita
14. D.J. Dongo : Koperasi/Pengusaha
15. Ben. Dhuka : Nasional
g. DPRD GR Daerah Tingkat II Ngada tahun 1966.
Adapun nama-nama Anggota DPRD GR Dati II Ngada :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik (Ketua)
2. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik (Anggota)
3. Th. Djone : Partai Katolik (Anggota)
4. P. Sebo : Partai Katolik (Anggota0
5. Paulus Pantar : Partai Katolik (anggota)
6. Andreas sear : Partai Katolik (Anggota)
7. Jan Jos Botha : Partai Katolik (Anggota)
8. S. Sanggi : Karya POLRI (Anggota)
9. L. J. Luna : Alim Ulama Katolik (anggota)
10. A. H. Ismail : Alim Ulama Islam (Anggota)
11. J. Hoeik : Alim Ulama Kristen (Anggota)
12. G. Siwemole : Buruh/Tani (Anggota)
13. B. J. Seke : Koperasi/Pengusaha (Anggota)
14. R. Soejono : ABRi (Anggota)
15. Th. D. Toda Manteiro : Wanita (Anggota)
h. DPRD GR Daerah Tingkat II Ngada tahun 1967.
Adapun nama-nama Anggota DPRD GR Dati II Ngada :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik
2. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik
3. Jan Jos Botha : Partai Katolik
4. Th. Djone : Partai Katolik
5. P. Sebo : Partai Katolik
6. P. Pantar : Partai Katolik
7. Andreas Sear : Partai Katolik
8. S. Sanggi : Golkar POLRI
9. P. Wangu : Golkar ABRI

104
10. L. J. Luna : Alim Ulama Katolik
11. A. H. Ismail : Alim Ulama Islam
12. J. Hoeik : Alim Ulama Kristen
13. Th. D. Toda Manteiro : Wanita
14. G. Siwemole : Buru/Tani
15. B. J. Seke : Koperasi/Pengusaha
i. DPRD GR Daerah Tingkat II Ngada tahun 1968-1969.
Adapun nama-nama Anggota DPRD GR Dati II Ngada :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik (Ketua)
2. Herman J. Siwemole : Partai Katolik (Wakil Ketua)
3. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik (anggota)
4. P. Sebo : Partai Katolik (Anggota)
5. P. Pantar : Partai Katolik (Anggota)
6. Bene Beme : Partai Katolik (Anggota)
7. Adrianus Ali : Partai Katolik (Anggota)
8. S. Sanggi : Partai Golkar ABRI (Anggota)
9. P. Wangu : Partai Golkar ABRI (Anggota)
10. L. Luna : Alim Ulama Katolik (Anggota)
11. A. H. Ismail : Alim Ulama Islam (anggota)
12. M. Pardosi : Alim Ulama Kristen (Anggota)
13. Th. D. Todamanteiro : Wanita (anggota)
14. . Geradus Siwemole : Buru/Tani (Anggota)
15. B. J. Sekke : Koperasi/ Pengusaha (Anggota)
j. DPRD GR Daerah Tingkat II Ngada tahun 1969-1970.
Adapun nama-nama Anggota DPRD GR Dati II Ngada :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik (Ketua)
2. Herman J. Siwemole : Partai Katolik (Wakil Ketua)
3. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik (anggota)
4. P. Sebo Lalu : Partai Katolik (Anggota)
5. P. Pantar : Partai Katolik (Anggota)
6. Bene Beme : Partai Katolik (Anggota)
7. Adrianus Ali : Partai Katolik (Anggota)
8. S. Sanggi : Partai Golkar ABRI (Anggota)
9. P. Wangu : Partai Golkar ABRI (Anggota)
10. L. Luna : Alim Ulama Katolik (Anggota)
11. A. H. Ismail : Alim Ulama Islam (anggota)
12. M. Pardosi : Alim Ulama Kristen (Anggota)
13. W. H. Fanggidae : Alim Ulama Kristen (anggota)
14. M. Ngole : Buru/Tani (Anggota)
15. B. J. Sekke : Koperasi/ Pengusaha (Anggota

105
k. DPRD GR Daerah Tingkat II Ngada tahun 1970-1971.
Adapun nama-nama Anggota DPRD GR Dati II Ngada :
1. L. Djogo Dadjo : Partai Katolik (Ketua)
2. Herman J. Siwemole : Partai Katolik (Wakil Ketua)
3. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik (anggota)
4. P. Sebo Lalu : Partai Katolik (Anggota)
5. P. Pantar : Partai Katolik (Anggota)
6. Bene Beme : Partai Katolik (Anggota)
7. Adrianus Ali : Partai Katolik (Anggota)
8. S. Sanggi : Partai Golkar ABRI (Anggota)
9. P. Wangu : Partai Golkar ABRI (Anggota)
10. L. Luna : Alim Ulama Katolik (Anggota)
11. A. H. Ismail : Alim Ulama Islam (Anggota)
12. W. H. Fanggi Dae : Alim Ulama Kristen (Anggota)
13. M. Ngole : Wanita (Anggota)
14. G. Siwemole : Buru/Tani (Anggota)
15. B.J. Seke : Koperasi /Pengusaha (Anggota).
l. DPRD Kabupaten Ngada tahun 1971-1977.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 tahun 1969 tentang
Pemilihan Umum Badan-badan Permusyawaratan Rakyat dan
Perwakilan Rakyat , maka telah diadakan Pemilihan Umum 3 Juli
1971 yang hasilnya telah berbentuk Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Ngada sesuai Surat Keputusan Gubernur Kepala
Dati I NTT tanggal 29 September 1971 No. 84 tahun 1971 dan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 14 September 1971 No.
286/PD.
Adapun susunan personalia Anggota DPRD sebagai berikut :
1. Modo Raymundus Beri,BA : Golkar (Ketua)
2. Ibrahim Bhanging : Golkar (Wakil Ketua)
3. Ph. Aloysius Bisara : Partai Katolik
4. Waso Ea Emilius : Partai Katolik
5. Gelu Fransiskus : Partai Katolik
6. Hendrikus Nainawa : Golkar
7. Raimunda To Wea, BA : Golkar
8. Mole Martina : Golkar
9. Ladja Djawa Josep : Golkar
10. Sairobili Theresia : Golkar
11. Lipu Nggulung Abdulfata : Golkar
12. Rani Antonius : Golkar
13. Rogawa Rafael : Golkar
14. Lea Owa Andreas : Golkar

106
15. Bongu Stanislaus : Golkar
16. Pr. Markus Moa, SVD : Golkar Non ABRI
17. S. Soepanoe : Golkar ABRI
18. A. H. Ismail : Golkar ABRI
19. Due Johanes Yoseph, BA : Golkar
20. Paulus Wanggu : Golkar ABRI
m. DPRD Kabupaten Dati II Ngada tahun 1977-1980
1. Modo Raimundus Beri, BA (Ketua)
2. R. To Wea, BA
3. Jos Dopo, BA
4. M. J. Roga
5. R. Wangge
6. Jos Ladjadjawa
7. J.W. Hoban
8. A. Leo Owa
9. Pius Mola, BA
10. Frans Lay Pea
11. J.J.Due, BA
12. S.K. Sada
13. Ir. Vitalis Djuang
14. H. A. Puambey
15. Niko Wogo, BA
16. J. A. Beghu
n. DPRD Kabupaten Dati II Ngada tahun 1980-1982
1. Modo Raimundus Beri, BA (Ketua)
2. Jos Dopo, BA
3. Niko Wogo, BA
4. Emil Waso Ea
5. J. A. Beghu, BA
6. Jos Ladja Djawa
7. S. K Sada
8. Lea Owa
9. M. Y. Djago
10. R. Y. Roga
11. R. Wangge
12. Ir. Vitalis Juang
13. Frans Lay Pea
14. J. W. Hoban
15. R. To Wea
16. H. A. Puambey
o. DPRD Kabupaten Dati II Ngada 1982-1986

107
Berdasarkan keputusan Gubernus Kepala Dearah Tingkat I NTT
tanggal 8 Juli 1982 Nomor Pem. 011.6/24/82, maka telah
diresmikan pengangkatan anggota-anggota DPRD Kebupaten
Dati II Ngada hasil Pemilu 1982 dengan susunan personalianya
sebagai berikut :
1. Killa Edmundus Joseph, BA
2. Bhanging Ibrahim
3. Ir. Vitalis Djuang
4. Andreas Wikul, BA
5. Joseph Dopo, BA
6. Mola Woga Pius, BA
7. Kaka Bernabas, BA
8. Rani Vitalis, BA
9. Katarina Nio, BA
10. Joseph Ladjadjawa
11. Dominikus Pay, BA
12. Ngao Dominikus, BA
13. Sobobolo Petrus, BA
14. Drs. Thomas Dola Radho
15. Pua Mbey Harus Alrasjid
16. Nay Wea Marselina
p. DPRD Kapupaten Dati II Ngada tahun 1992-1997
Adapun Susunan Anggota DPRD Kabupaten Dati II Ngada (1992-
1997) sebagai berikut :
1. F. X. Wiyono (Ketua) : ABRI
2. J. Ladjadjawa (Wake) : Golkar
3. Gregorius Pati Pelo (anggota) : Golkar
4. Drs. Aloysius Lape (anggota) : Golkar
5. Drs. R. Radho (anggota) : Golkar
6. Cyrilus Bau Engo (anggota) : Golkar
7. David Lado Bara (anggota) : Golkar
8. Mathilde Pea Mole (anggota) : Golkar
9. Wenslaus Dema, BA (anggota) : Golkar
10. Junus Said Manetima, BA (anggota) : Golkar
11. Jamaludin Johan, Bsc (anggota) : Golkar
12. Drs. Thomas Ude (anggota) : Golkar
13. Feliks Djawaria (anggota) : Golkar
14. Gaspar Rarang (anggota) : Golkar
15. Jonas Mitan (anggota) : PDI
16. Theodorus D. Dekrsano (anggota) : PDI
17. Moses Dhedho, SM (anggota) : PDI

108
18. Hehen Djunaedi (anggota) : ABRI
19. Petrus Sera Suka (anggota) : ABRI
20. Ketut Sering (anggota) : ABRI
q. DPRD Kabupaten Dati II Ngada tahun 1997-2002
- Tugas DPRD :
1. Bersama Kepala Daerah menyusun APBD
2. Bersama Kepala Daerah menyusun Peraturan Daerah
3. Bersama Kepala Daerah melaksanakan Peraturan
Perundang-undangan yang pelaksanaannya ditugaskan
kepada Kepala Daerah.
- Hak-Hak :
1. Hak Anggaran
2. Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing
Anggota.
3. Hak memintakan keterangan kepada kepala Daerah
4. Hak mengadakan perubahan rancangan Peraturan
Daerah.
5. Hak Mengajukan pernyataan pendapat.
6. Hak prakarsa mengenai rancangan peraturan Daerah.
7. Hak penyelidikan.
- Adapun Susunan Anggota DPRD Kabupaten Dati II Ngada
(1997-2002) :
1. Letkol Inf. S. Perangin Angi : Frkasi ABRI (Ketua)
2. Gregorius Patti Pell, BA : Fraksi Karya Pembangunan
3. Drs. Hendrikus Nio : Fraksi Karya Pembangunan
4. Drs. Aloysius Lape : Fraksi Karia Pembangunan
5. Wenslaus Dema, BA : Fraksi Karya Pembangunan
6. Ny. Mathilde Peamole : Fraksi Karya Pembangunan
7. Cyrillus Bau Engo : Fraksi Karya Pembangunan
8. Drs. Hubertus Manu : Fraksi Karya Pembangunan
9. Yohanes Alfons Beghu,BA : Fraksi Karya Pembangunan
10. N. Y. Yustina Deru Moi : Fraksi Karya Pembangunan
11. Servasius Sandino : Fraksi Karya Pembangunan
12. Abdul Mutalib Mane, BA : Fraksi Karya Pembangunan
13. Martinus Rade, BA : Fraksi Karya Pembangunan
14. Bene Podhi, BA : Fraksi Karya Pembangunan
15. Drs. Adrianus Fua Raja : Fraksi Karya Pembangunan
16. Bernadete Nata : Fraksi Karia Pembangunan
17. Drs. Thomas Ude : Fraksi Karya Pembangunan
18. Drs. Jodo Yohanes : Fraksi PDI
19. Theodorus D. Dekresano : Fraksi PDI

109
20. Kapten POL.E. Hasan W : Fraksi ABRI
21. Kapten POL. M.N.Manao : Fraksi ABRI
22. A. A. Gede Raka S : Fraksi ABRI
r. DPRD Kabupaten Ngada Periode 1999-2004 (Memori DPRD
Ngada, 6 Juli 2004)
- Tugas Pokok :
1. Memilih Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah.
2. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala
daerah/wakil kepala daerah.
3. Bersama Kepala derah menyusun peraturan daerah.
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan daerah dan peraturan perundangan lainnya,
pelaksanaan keputusan kepala daerah, pelaksanaan APBD,
kebijaksanaan pemerintah daerah yang disesuaikan
dengan pola dasar pembangunan daerah.
5. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
serta melakukan penyelidikan, verivikasi dan klarifikasi
terhadap pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di
daerah.
- Fungsi :
1. Fungsi Legislasi adalah legislasi daerah yang merupakan
fungsi DPRD untuk membentuk peraturan daerah
kabupaten bersama bupati.
2. Fungsi anggaran adalah DPRD bersama-sama dengan
pemerintah termasuk anggaran untuk pelaksanaan fungsi,
tugas dan wewenang DPRD Kabupaten.
3. Fungsi Pengawasan adalah Fungsi DPRD untuk
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang, peraturan daerah dan keputusan bupati serta
kebijakan yang ditetapkan dan pemerintah daerah.
- Visi :
Sesuai Tugas pokok dan fungsi utama DPRD tersebut, maka
gambaran masa depan yang ingin dicapai atau visi DPRD pada
tahun 2016 adalah terwujudnya kehidupan demokrasi dan
partisipasi politik masyarakat Ngada dalam penyelengaraan
pemerintahan daerah.
- Misi :
Untuk mencapai Visi tersebut, maka misi DPRD adalah :
1. Menyerap aspirasi masyarakat.
2. Menetapkan kebijakan Publik.
3. Mengawasi pelaksanaan kebijakan publik.

110
- Susunan Anggota DPRD Kabupaten Ngada (1999-2004)
1. Johanes Josep Due BA : Golkar (Ketua)
2. Cyrilus Bau Engo : Golkar
3. Yoseph Ledo Neto : Golakar
4. Servas Sandino : Golkar
5. Fransiskus X. Waha, BA : Golkar
6. Drs. Benyamin Roga : Golkar
7. Vinsensius Kua : Golkar
8. Thomas Tiba Owa : Golkar
9. Fransiskus X. Wawo, BA : PDI Perjuangan (Ketua setelah J.
J. Due meninggal tahun 2000)
10. Yulius H. Killa Moi, S.Sos : PDI Perjuangan
11. Lukas Y. M. P. Boleng, SH : PDI Perjuangan
12. Yosep Bengu Wea : PDI Perjuangan
13. Drs. Yoseph Rero : PDI Perjuanan
14. Petrus Cleophas, BA : PDI Perjuangan
15. Kanisius F. Mite : PDI Perjuangan
16. Adrianus Jago : PDI Perjuangan
17. Brenobius Nuwa : PDI Perjuangan
18. Yohanes Samparaja Tonga: PDI Perjuangan
19. Muklis Manepo : PDI Perjuangan
20. Gaspar Batu Bata : PDI Perjuanagan
21. Martinus Marsi : Golkar
22. Drs. Markus Gili : PKP
23. H. Abdul Aziz Atawani : PPP
24. Amatus Djawa : PDKB
25. Remigius Raga Tua : PAN
26. Drs. Joseph Sola Dopo : PKD
27. Josep Lodo, SM. HK : PDI
28. Mayor Inf. Sih Karsanto : TNI
29. Eusabius Hasan Wawao : POLRI
30. A. A. Gede Raka Sayang : TNI
s. DRPD Kabupaten Ngada periode 2004-2009
- Tugas Pokok dan Fungsi.
Berdasarkan pasal 10 Keputusan DPRD Kabupaten Ngada
Nomor 24 tahun 2004 tetang Peraturan Tata Tertib DPRD
Kabupaten Ngada, Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten
Ngada adalah:
1. Membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan
Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

111
2. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja daerah
bersama dengan Kepala Daerah.
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan Daerah dan Peraturan Perundang –undangan
lainnya, Keputusan Kepala Daerah Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, kebijakan pemerintah daerah dalam
melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja
sama internasional di daerah.
4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala
Daerah atau Wakil Kepala Daerah kepada Menteri Dalam
Negeri melalui Gubernur.
5. Memberikan pendapatn dan pertimbangan kepada
perintah daerah terhadap rencana perjanjian iternasional
yang menyangkut kepentingan Daerah.
6. Memintah laporan keterangan pertanggungjawaban
kepala Daerah dalam pelaksanaan tugas Desentralisasi.
7. Tugas-tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.
- Susunan Anggota DPRD Kabupaten Ngada 1999-2004
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur
Nomor : PEM. 171.2/09/2004 tanggal 5 Agustus tahun2008
tentang peresmian pemberhentian dan peresmian
pengangkatan anggota DPRD Kabupaten Ngada periode 2004-
2009 yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Drs. Thomas Dolaradho : Partai Golkar (Ketua).
2. Yoseph Dopo, SPd : Parta Golkar
3. Patris Bhira G. Wasek : Partai Golkar
4. Kristoforus Loko, S.Fil : Partai Golkar
5. Markus Gu Wea, BA : Partai Golkar
6. Drs. Bengu Laurensius : Partai Golkar
7. Drs. Laurensius Pea : Partai Golkar
8. Thomas Tiba Owa : Partai Golkar
9. Falentinus Goa, S.Fil : Partai Golkar
10. Yoseph Bengu Wea : PDIP
11. Syrilus Pati Wuli : PDIP
12. Adrianus Jago : PDIP
13. Marselis F. A Bupu, A.Md : PDIP
14. Dra. Romana Moi : PDI
15. Silvester Yewa : PDI
16. Yoseph Lodo, SMHK : PPDI
17. Isodorus Goa, S.Fil : PPDI
18. Paulinus Nuwa Feto, SIP : PPDI

112
19. Brenobius Nuwa : PPDI
20. Yulis H. Kila Moi, S.Sos : PDS
21. Dorothea Dhone Mole, A.Md : PDS
22. Drs. Josep Soladopo : Patriot
23. Ignasius Ngiso : Patriot
24. Petrus Djo : Patriot
t. DPRD Ngada periode 2009 – 2014
Adapun susunan Anggota DPRD Kabupaten Ngada 2009-2014
sebagai berikut :
1. Kristoforus Loko, S. Fil (ketua) : Partai Golkar
2. Moses J. Mogo, BcSW (wake) : Partai PDIP
3. Paulinus No Watu, S. Sos (wake) : Partai PDP
4. Lalu Paskalis, SH (anggota) : Partai Golkar
5. Kua Vinsensius, SM (anggota) : Partai Golkar
6. Yoseph Dopo, S. Pd (anggota) : Partai Golkar
7. Drs. Bengu Laurensius (anggota) : Partai Golkar
8. Syrilus Pati Wuli. S. Ag (anggota) : Partai PDIP
9. Urbanus Nono Dizi, SE (anggota) : Partai PDIP
10. Maria Lele Vale, A. Md (anggota) : Partai PDIP
11. Paulus D. Maku, A. Md (anggota) : Partai Demokrat
12. Yohanes Lape (anggota) : Partai Demokrat
13. Todius Y. Tuba Lobo (anggota) : Partai Demokrat
14. Yasinta Dopo, S.Pd (anggota) : Partai PDP
15. Donatus Madhu, S. Sos (anggota) : Partai PDP
16. Marselinus D. Nau, SE (anggota) : Partai Hanura
17. Drs. Kristoforus Sape (anggota) : Partai Hanura
18. Dorothea Dhone, S.Sos (anggota) : Partai PDK
19. Ray. Bena, SS, M. Hum (anggota) : Partai PDK
20. Yohanes Nau, A.Md (anggota) : Partai Barnas
21. Laja Fransiskus, SH (anggota) : Partai Barnas
22. Helmut Waso (anggota) : Partai PAN
23. Heman Emanuel Bay (anggota) : Partai PAN
24. Yulius H. Kila Moi (anggota) : Partai PDS
25. Yohanes Ngai Luna (anggota) : Partai PKPI
26. Brnadinus D. Ngebu (anggota) : Partai PKB
27. Petrus Ngabi (anggota) : Partai PKPB
28. Muklis Manepo (anggota) : Partai PKS
29. Drs. Feliks Japang (anggota) : Partai PPRN
30. Liu Aloysius, A. Md. Pd (anggota) : Partai Republikan.
31. Severinus Nono (anggota)/PAW : Partai PDP
u. DPPRD Ngada Kabupaten Ngada Periode 2014-2019.

113
Berdasarkan Surat Keputusan Gub. NTT No. PEM.
171.2/33/11/2014 tentang Peresmian Pemberhentian anggota
DPRD Kabupaten Ngada masa jabatan tahun 2009-2014 dan
Peresmian Pengangkatan anggota DPRD Kabupaten Ngada masa
jabatan 2014-2019.
Adapun susunan Anggota DPRD Kabupaten Ngada 2014-2019
sebagai berikut :
1. Helmut Waso (Ketua) : Partai PAN
2. Joseph Bei, A.Md (wake) : Partai PND
3. Selly R. Tua, S.Pd,M.Sc (wake) : Partai PDIP
4. Mari Yohanes, S.Sos (anggota) : Partai PND
5. Yohanes Munde, SM, BE (anggota): Partai PND
6. Dorothea Dhone, S.Sos (Weke)/PAW: Partai PND
7. Bernadinus D. Ngebu, SP(anggota): Partai PKB
8. Blandina Mamo, SE (anggota) : Partai PKB
9. Ray. Bena, SS, M.Hum (anggota) : Partai PKB
10. Maria Lali, SE (anggota) : Partai PDIP
11. Soa Aloysius (anggota) : Partai PDIP
12. Drs. Laurensius Pea (anggota) : Partai Golkar
13. Hermenegildus Fua, SE (anggota) : Partai Golkar
14. Johanes Sui, BA (anggota) : Partai Golkar
15. Drs. Philipus Nono (anggota) : PartaiGerindra
16. Paulinus No Watu, S. Sos (anggota): Partai Gerindra
17. Yulius H. Kila Moi, S. Sos (anggota) : Partai PAN
18. Petrus Ngabi (anggota) : Partai PAN
19. Dra. Veronika Ule B, M.Si(anggota): Partai PAN
20. Kristoforus Loko, S.Fil (anggota) : Partai PAN
21. Lambo Yosef (anggota) : Partai PAN
22. Drs. Aloysius Siba (anggota) : Partai PAN
23. Yoseph Dhosa (anggota) : Partai Hanura
24. Marselinus Nau (anggota) : Partai Hanura
25. Drs. Kristoforus Sape (anggota) : Partai Hanura
6.6.9. Instansi Vertikal periode (2016-2021)
1. Pengadilan Negeri Bajawa : Saut Erwin H.A. Munthe, SH.MH
2. Kejaksaan Negeri Bajawa : Suwarsono, SH
3. Polres Ngada : AKBP. Firman Affandi, S.I.K
4. Dandim 1625 : Letkol Czi. Arman Hidayah, S.Sos
5. Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Ngada : Drs.Julius David Kalumbang
6. Kantor BPN Kab. Ngada : Majid Arkiang, A. Ptnh.
7. UPT KPH wilayah Kab. Ngada : Kristianus Say, S. Hut, M.AP

114
8. Rumah Tahanan Negara Bajawa : Antonius Bambang
9. BPS Kab. Ngada : Ir. Sunarni
10. Perum Bulog Bajawa : Asrul, SE
11. PLN Ranting Bajawa : Mahuni Hasan
12. Komisi Pemilihan Umum (KPU) : Thomas M. Djawa, SH
13. Kantor POS Cabang Bajawa : Ahmad Abubakar
14. PT. Telkom Bajawa : Nohnaklui
15. Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan Bajawa : Hartono, S.ST, Ak, M.Ak
16. RSPD Kab. Ngada :-
17. Bandar Udara Turalelo Soa : Magdalena Paga
18. Pelabuhan Penyebrangan Aimere : Maria Dolorosa Dopo
19. Kesatuan Operasi Pelabuhan (KSOP)
Ende wilayah Maumbawa : Melsas Radja Raga
6.6.10. Lembaga Keuangan periode (2
6.6.11. 016-2021):
6. BANK BRI Cabang Bajawa : Miftachul Ichsan, ST
7. BANK BNI Bajawa : Petrus P. Lewar
8. BANK Dana Mon Bajawa : Agustinus L. Three Latu, ST
9. BANK NTT Cabang Bajawa : Stevanus Tuga, SE
6.6.12. Lembaga Koperasi (2016-2021)
1. Koperasi Sangosay : Drs. Yoseph Dopo Bebi
2. Koperasi Setiawan : Blasius Dopo, S. Pi, M.Si
3. Koperasi Sinar Harapan : Martinus Madha
4. Koperasi Handayani : Pece Dami
5. Koperasi Obor Mas : Karolina Aprila DuaMeang
6. Koperasi Pintu Air : Laurensius Sareng
6.6.13. Partai Politik dan Dewan Pimpinan Cabang
Kabupaten Ngada periode (2016-2021) :
1. Partai Golkar : Drs. Laurensius Pea
2. Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) : Selly Raga Tua, S.Pd, M.Si
3. Partai Amanat Nasional (PAN) : Kristoforus Loko, S. Fil
4. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) : Richardus Bhara, SH
5. Partai Keadilan Sejaktra (PKS) : Zulkifli Ali
6. Partai Nasional Demokrat (Nasdem) : Dorothea Dhone, S. Sos
7. Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra) : Drs. Laurensius Nau
8. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) : Marselinus Nau, SE
9. Partai Persatuan Indonesia (Perindo) : Gonsalo G.M. Sada, S.Sos
10. Partai Demokrat : Herman Arnoldus Pinga, SE

115
11. Partai Persatuan Pembangunan (P3) : Arifin Zage
12. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) : Antonius Ngolo
13. Partai Gerakan Perubahan (Garuda) : Antonius Dolu

BAB V.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data yang ada, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan
sebagai berikut :
5.1. Pemerintahan Tradisional
Pemerintahan Tradisional telah mewariskan kebiasaan baik/tradisi yang sampai saat
ini masih terpelihara secara baik oleh generasi penerus. Tradisi adalah suatu yang
telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, baiasanya suatu suatu negara dan budaya yang sama. Hal ini yang paling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke
generasi baik tertulis maupun lisan.
5.2. Pemerintahan Hindia Belanda
Belanda adalah Negara Colonial yang menjajah negara Indonesia dalam
waktu paling lama dibandingkan Negara Eropa lain. Belanda pertama kali masuk ke
Indonesia dibawah pimpinan Cornelis De Hotman pada tahun 1596 dengan maksud
membeli rempah-rempah Indonesia. Sedangkan di Ngada Belanda menjajah ± 35
tahun sejak tahun 1907-1942.
Sebenarnya, tujuan awal Belanda datang ke Indonesia adalah untuk
mendapatkan keuntungan perdagangan dari hasil sumberdaya alam Indonesia yang
sangat kaya. Alasan utamanya mengapa Belanda sangat ingin menguasai Indonesia
yakni Indonesia memiliki kekayaan alam yang tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
rakyat Indonesia sendiri sehingga menarik minat Belanda untuk mengeksploitasinya
dan menambah devisa negaranya. Untuk kelancaran sistim pemerintahan maka
Belanda membentuk stuktur di Ngada sbagai Berikut : Cotroleur, Raja, Kepala
Hamente (Dalu), Kepala Kampung.
5.3. Pemerintahan Jepang di Indonesia
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada
tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh
Soekarna dan M. Hatta atas nama Indonesia. Jadi penjajahan Jepang di Indonesia tidak
lebih dari 3 tahun. Tujuan Pemerintahan Jepang di Indonesia yaitu menjadikan
Indonesia sebagai pemasok bahan mentah untuk industri dan mesin perang.
Menggalang rakyat Indonesia menjadi bagian dari kekuatan untuk membendung

116
gempuran pasukan sekutu secara besar-besaran, sumber kekayaan alam Indonesia dan
Sumber tenaga manusia untuk kepentingan perang menghadapi sekutu.
5.4. Pemerintahan Indonesia Merdeka.
Sistim pemerintahan di Indonesia dari masa ke masa mengalami beberapa kali
perubahan. Sistim pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan dibagi menjadi 3
bagian yaitu bagian pertama tahun 1945 sampai tahun 1949, bagian kedua dari tahun
1949 sampai dengan 1950 dan bagian ketiga dimulai dari tahun 1950 sampai tahun
1959.
Sistim pemerintahan Indonesia 1945 sampai sekarang :
- Sistim Pemerintahan Indonesia tahun 1945-1949
Sistim Pemerintahan Presidensial, Bentuk Pemerintahan : Repubelik Konstitusi UUD
1945.
- Sistim Pemerintahan Indonesia tahun 1949-1950
Bentuk Negara : Serikat
Bentuk Pemerintahan ini merupakan Serikat dengan Konstitusi RIS, sehingga sistim
pemerintahan yang digunakan adalah parlementer.
- Sistim Pemerintahan Indonesia tahun 1950-1959
Bentuk Negara : Kesatuan, Bentuk Pemerintahan Repubelik. Sistim Pemerintahan
Parlementer. Konstitusi : UUDS 1950. UUDS 1950 merupakan konstitusi yang berlaku
di Negara Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945 sampai dikeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.
- Sistim Pemerintahan Indonesia 1959-1966 (Orde Lama)
Bentuk Negara Kesatuan. Bentuk Pemerintahan : Repubelik. Sistim pemerintahan :
Presidensial. Konstitusi UUD 1945.
- Sistim Pemerintahan Indonesia 1966-1998 (Orde Baru)
Bentuk Negara : Kesatuan. Bentuk Pemerintahan : Repubelik. Sistim Pemerintahan
Presidensial. Konstitusi UUD 1945.
- Sistim Pemerintahan Indonesia 1998-sekarang
Bentuk Negara : Kesatuan. Bentuk Pemerintahan : Repubelik. Sistim Pemerintahan :
Presidensial.
Masa ini merupakan masa dimana telah berakhirnya rezim orde baru dan dimulainya
masa reformasi. Paska orde Baru UUD 1945 telah diamandemen sebanyak empat
kali. Sejak 2002, dengan berlakunya UUD hasil amandemen ke empat, berlaku sistim
presidensial porsi MPR sebagai pemegang kedaulatan negara tertinggi dan sebagai
perwujudan dari rakyat dihapus dan badan legislatif ditetapkan menjadi badan bi-
kameral dengan kekuasaan yang lebih besar (stong legislative).
Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan
ruang gerak pada Partai Politik (PARPOL) maupun DPR untuk mengawasi pemerintah
secara kritis dan benar.
Sistim pemerintahan setelah amandemen dari tahun 1949-2002 adalah :
a. MPR bukan lembaga tertinggi lagi.

117
b. Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih
oleh rakyat.
c. Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
d. Presiden tidak dapat membubarkan DPR.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aninomous, 1978. Memori Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngada, Jan Jos Botha.
Sekretariat Wilayah/Daerah Tingkat II Ngada, Bajawa.
2. Aninomous, 1983. Memori Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngada, Drs. Matheus
DJhon Bei. Sekretariat Wilayah/ Daerah Tingkat II Ngada, Bajawa.
3. Aninomous, 1994. Memori Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngada, Drs. Joachim Reo.
Sekretariat Wilayah/ Daerah Tingkat II Ngada, Bajawa.
4. Aninomous, 1999. Memori Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngada, Drs. Yohanes S.
Aoh. Sekretariat Wilayah/ Daerah Tingkat II Ngada, Bajawa.
5. Jakob Oetama, dkk, 2001. Dialog Dengan Sejarah “ Soekarno Seratus Tahun. Penerbit
Kompas Jakarta.
6. Aninomous, 2002. Memori Akhir Masa Jabatan DPRD Kabupaten Dati II Ngada
Periode 1997-2002. Sekretariat DPRD II Ngada.
7. Aninomous, 2002. Memori DPRD Kabupaten Ngada Periode 1999-2004. Sekretariat
DPRD II Ngada, Bajawa.
8. Dhakidae D, 2002. Hukum Pertanahan Ngada. Pemerintah Kabupaten Ngada,
Bajawa.
9. Aninomous, 2004. Memori Bupati Ngada, Ir. Albertus Botha. Sekretariat Daerah
Kabupaten Ngada, Bajawa.
10. Badrika I Wayan, 2006. Sejarah. Penerbit Erlangga Jakarta.
11. Doredae Ansel P Dan Dhogo C. Petrus P, 2008. Ngada membangun “ 50 Tahun
Kabupaten Ngada. Penerbit Ledalero Maumere.
12. Arndt Paul, SVD, 2009. Masyarakat Ngada. Penerbit Nusa Inda Ende.
13. Aninomous, 2009. Memori DPRD Kabupaten Ngada Periode 2004-2009. Sekretariat
DPRD II Ngada.
14. Tibi P, dkk, 2010. Sejarah Keraeng Toring /Swapraja Toring. Fungsionaris Suku Toring,
Lengkosambi.
15. Aninomous, 2010. Memori Bupati – Wakil Bupati Ngada, Drs. Piet Jos Nuwa Wea –
Nikolaus Dopo Ngoe, ST, MM. Sekretariat Daerah Kabupaten Ngada.
16. Radho Gabriel, 2011. Percikan Budaya Ngada.
17. Demu Tua Yoseph. Mutiara-mutiara Budaya Ngada yang Berceceran.
18. Pedhe M, 2014. Peran Keraeng Tibi Dalam Sejarah Suku Toring. Skrpsi Universitas
Flores, Ende.

118
19. Anonimous, 2015. Memori Bupati-Wakil Bupati Ngada, Marianis Sae, S.AP – Drs.
Paulus Soli Woa.

DAFTAR NARA SUMBER

1. Bapak Ir. Albertus Botha umur 72 tahun di Bajawa tanggal 15 Juli 1017.
2. Bapak Nikolaus Dopo Ngoe, ST, MM umur 69 tahun di Kupang tanggal 29 Juli 2017.
3. Bapak Drs. Paulus Soliwoa umur 72 tahun di bajawa tanggal 10 September 2017.
4. Bapak Yosep Tua Demu umur 82 tahun di Aimere tanggal 23 Mei 2017
5. Bapak Herman Y. Siwemole, umur 84 tahun di Bajawa tanggal 15 Juni 2017.
6. Bapak Markus Petrus Mail umur 97 tahun di Tadho tanggal 10 Juni 2017.
7. Bapak Berto Bholong di Tadho umur 50 tahun tanggal 18 Mei 2017.
8. Bapak Stanis Kangging umur 65 tahun di Tadho tanggal 18 Mei 2017.
9. Bapak Robertus Ripang umur 60 tahun di Tadho tanggal 18 Juni 2017.
10. Bapak Bernabas Adhang umur 73 tahun di Lengkosambi tanggal 7 Juni 2017.
11. Bapak Petrus Tibi umur 74 tahun di Lengkosambi tanggal 19 Mei 2017.
12. Bapak Yoseph Dola umur 70 tahun di Lengkosambi tanggal 19 Mei 2017.
13. Bapak Paulus Warang umur 63 di Lengkosambi tanggal 19 Mei 2017.
14. Bapak Mas Yohanes, SE umur 55 tahun tanggal 19 Mei 2017.
15. Bapak E. Paceli Botu umur 52 tahun di Lengkosambi tanggal 19 Mei 2018.
16. Bapak Plasidus Roping umur 74 tahun di Lengkosambi tanggal 19 Mei 2018.
17. Bapak Yoseph Mane umur 76 tahun di Lengkosambi tanggal 10 Juni 2017.
18. Bapak Damianus Li umur 75 tahun di Lengkosambi tanggal 18 Mei 2018.
19. Bapak Drs. Undin Safrudin umur 80 tahun di Riung tanggal 17 Mei 2018.
20. Bapak Sudirman umur 70 tahun di Riung tanggal 17 Mei 2017.
21. Bapak Bhaka Zole umur tahun di Riung tanggal 17 Mei2017.
22. Bapak Akbar Muhamdad umur 50 tahun tanggal 18 Mei 2017.
23. Bapak Budi Marang 43 tahun di Riung tanggal 18 Mei 2017.
24. Bapak M. Natsir I.P. Sila 60 tahun di Riung tanggal 17 Mei 2017.
25. Bapak Aminula I.P. Sila 55 tahun di Bajawa tanggal 7 Juni 2017.
26. Ibu Margaretha Midu 63 tahun di Bajawa tanggal 7 Juni 2017.
27. Bapak Indra Petor Sila 46 tahun di Bajawa tanggal 15 Juni 2017.
28. Bapak Dominikus Hirinimus Mas 75 tahun di Bajawa tanggal 15 Juni 2017.
29. Bapak Drs. Thomas Ora umur 64 tahun di Riung tanggal 2 Juni 2017.
30. Bapak Kosmas D. Tagu, S.Sos umur 53 tahun di Bajawa tanggal 20 Juni 2017.
31. Bapak Lukas Luang umur 80 tahun di Nggolonio tanggal 11 Juni 2017.
32. Bapak Don Dhosa umur 50 tahun di Danga tanggal 11 Juni 2017.

119
33. Bapak Didakus Dema umur 70 tahun di Malalado/Dawe tanggal 11 Juni 2017.
34. Ibu Theresia Fono Soro 55 tahun di Bajawa tanggal 21 Juni 2017.
35. Bapak Viani Siwemole, SH umur 55 tahun di Bajawa tanggal 20 Juni 2017.
36. Bapak Ir. Korsin Wea 52 tahun di Bajawa tanggal 22 Juni 2017.
37. Bapak Drs. Johanes Isidorus Djawa 66 tahun di Bajawa tanggal 15 Juni 2017.
38. Bapak Simon Dopo 84 tahun di Bajawa tanggal 15 Juni 2017.
39. Bapak Martinus Tua umur 68 tahun di Mangulewa tanggal 20 Juni 2017.
40. Bapak Yosep Rewo Siu umur 87tahun di Bajawa tanggal 7 Juni 2017.
41. Bapak Johanes Mopa umur 65 tahun di Bajawa tanggal 19 Juni 2017.
42. Bapak Marcus Philipus Ngei Botha umur 47 tahun di Bajawa tanggal 3 Maret 2017.
43. Bapak Pelipus Neke umur 80 tahun di Rakalaba tanggal 1 Juli 2017.
44. Bapak Wenslaus Geru umur 45 tahun di Rakalaba tanggal 28 Juni 2017.
45. Ibu Justina Deru umur 60 tahun di Bajawa tanggal 3 Agustus 2017.
46. Ibu Bet Beku umur 70 tahun di Bajawa tanggal 4 Agustus 2017.
47. Bapak Adrianus Penti umur 62 tahun di Lengkosambi tanggal 7 Agustus 2017.
48. Ibu Maria Bate umur 57 tahun di Bajawa tanggal 4 Agustus 2017.
49. Bapak David Lado Bara umur 65 tahun di Bajawa tanggal 5 Agustus 2017.
50. Bapak Vinsensius Bengi umur 67 tahun di Boawae tangal 30 Januari 2017.
51. Stefanus Jawa Dobe Ngole umur 43 tahun di Boawae tanggal 30 Januari 2018.
52. Ibu Agata Ule umur 71 tahun di Boawae tanggal 30 Januari 2018.
53. Bapak Hironimus Dapa Tunga umur 65 tahun di Bajawa tanggal 29 Juli 2017.
54. Bapak Yoseph Dopo Bebi umur 65 tahun di bajawa tanggal 8 Agustur 2017.
55. Bapak Vinsensius Siwemole 60 tahun di Bajawa tanggal 8 Agustus 2017.
56. Bapak Paulinus Sidhu umur 59 tahun di Bajawa tanggal 15 Juni 2017.
57. Bapak Drs. Martinus Madur umur 57 tahun di Bajawa tanggal 15 Juni 2018.
58. Bapak Drs. Hermanus sai umur 57 tahun di Bajawa 3 Agustus 2017.
59. Ibu Katarina Ruka Soa umur 50 tahun di Bosiko tanggal 4 Agustus 2017.
60. Bapak Johanes Sai umur 56 tahun di Bajawa tanggal 20 Juni 2017.
61. Bapak Tinus Soliwoa umur 70 tahun di Bajawa tanggal 20 Juni 2017.
62. Bapak Kanis Dhoy umur 57 tahun di Boawae tanggal 25 Juni 2017.
63. Bapak Antonius Pati umur 66 tahun di Bajawa tanggal 19 Juni 2017.
64. Bapak Cornelis Gae umur 73 tahun di Bei Poso tanggal 8 Juni 2017.
65. Bapak Thomas Vilanus Sua 43 tahun di Bei Poso tanggal 8 Juni 2017.
66. Nikolaus Ruba umur 74 tahun di Beiposo tanggal 8 Juni 2017.
67. Bapak Petrus Djawa Naru umur 80 tahun di Kampung Bajawa tanggal 17 Juni 2017.
68. Bapak Cornelis Dopo umur 80 tahun di Bajawa tanggal 9 April 2018.
69. Ibu Getrudis Iju umur 53 tahun di Langa tanggal 16 Juni 2017.
70. Bapak Yoseph Ledo Neto umur 77 tahun di Bajawa tanggal 16 Juni 2017.
71. Ibu Epifania CL. Moi umur 54 tahun di Mangulewa tanggal 16 Juni 2017.
72. Ibu Agnes Meo umur 55 tahun di Bajawa tanggal 16 Juni 2017.
73. Bapak Andreas Ngole Iju umur 68 tahun di Langa tanggal 3 Agustus 2017.

120
74. Ibu Maria Anjelina Teme, BA umur 52 tahun di Bjawa tanggal 21 Juni 2017.
75. Bapak Andrea Wuda umur 73 tahun di Bajawa tanggal 25 Juni 2017.
76. Bapak Yohanes Regang umur 81 tahun di Bajawa tanggal 7 Juni 2017.
77. Ibu Maksima Uda umur 55 tahun di Bajawa tanggal 19 juli 2017.
78. Yohanes Say umur 55 tahun di Bajawa tanggal 19 Juli 2017.
79. Bapak Paulinus Sidu umur 60 di Bajawa tanggal 12 September 2017
80. Maria Alfira Namai umur 40 tahun di Aegela tanggal 6 Agustus 2017.

DAFTAR TIM PENYUSUN

No Nama Jabatan dalam Jabatan Struktural Tanda


Tim Tangan

1. Drs. Yoseph Kadju Ketua Kabid Kearsipan .....................

2. Silvester Gene, S.Pi Sekretaris Staf Bidang Kearsipan .....................

3. Dopo Sebastianus, S. Sos Anggota Kasi Pembinaan Arsip .....................


Kasi Akuasisi dan
4. Veronika Awa Anggota Pengolahan Arsip ....................

5. Maria Ngadha Anggota Staf Bidang Kearsipan ...................

Bajawa, 5 Maret 2018

Mengetahui :
Kepala Dinas Kearsipan Kabupaten Ngada,

NARU MARIA FLORIDA, SH


Pembina Utama Muda
NIP. 196207271990102003

121
I. Foto gedung pemerintah dan tempat ibadah

Kantor Bupati Ngada yang lama masa Kepemerintahan Bupati Don J. D da Silva

122
Kantor Bupati Ngada masa Kepemerintahan Bupati Yan Yos Botha

Kantor DPRD Ngada masa Keperintahan Bupati dan Wakil Bupati Ngada
Marisnus Sae, S.AP dan Drs. Paulus Soliwoa

123
Rumah Jabatan Bupati Ngada sejak masa Keperintahan Bupati Don J. D da Silva

Kantor Dinas Kearsipan Kabupaten. Ngada

124
Gereja MBC Bajawa masa Keperintahan Raja Djawa Tay
Dibagun tahun 1921

Masjid Mauponggo Tempo dulu Masjid Kota Bajawa tempo dulu

125
Masjid Tua di Kampung Riung dibangun Gereja Tua di Kampung Riung didirikan tahun
tahun 1918 yang masih terawat masa 1918 yang masih trawat masa keperintahan Raja
kepemerintahan Raja Petor Sila Petor Sila

II. Foto profil Swapraja Ngadha.

Rumah Adat Sebo Bhoki/Raja Ngadha ke 1 (Sa’o Tolo Poso) di Bei Poso .

126
Rumah Adat Toere Waroe/Raja Ngadha ke 2 (Sa’o Milo Wali) di Bei Poso .

Rumah Adat Djawa Tay/Raja Ngada ke 3 (Sao Milo Ngadha) di Kampung Bajawa .

127
Rumah Adat Djawa Tay/Raja Ngadha ke 3 (Sao Tiwu Ngadha) di Kampung Bajawa

Rumah Adat Raja Pea Mole ke 4 (Sa’o Meo Bou) di Kampung Bajawa

128
Rumah Jabatan peninggalan Raja Pea Mole di Kampung Bajawa

129
Rumah Adat Siwemole/Kepala Swapraja Ngadha ke 5 (Sa’o Gala Mole) di Borani Langa

Rumah Adat Leonardus Nono Djone/Kepala Hamente Ngada Bawa


(sa’o Tiwu Djawa) di Bajawa

130
Rumah Adat Sebo Maja/Kepala Hamente Inerie I (Sao Kota Watu) di Kampung Nage- Jerebuu

Kubur Toere Waroe/Raja Ngadha ke dua di Kampung Lama Tologo

131
Kubur Djawa Tay/Raja Ngadha ke 3 di Kubur Pea Mole/Raja Ngadha ke 4 di TPU Bajawa
Kampung Bajawa (meninggal 1977)

Kubur Thomas Siu Dore/


Kubur A. J. Siwemole/Kepala Swapraja
Kepala Hamente Ngada Bawa ke 3
Ngada di TPU Bajawa
Meninggal tanggal 2 April 1985

132
Prosesi pemakaman A. Y. Siwemole/Kepala Swapraja Ngadha tanggal 2 April 1985 di Bajawa

Yang lipat tangan adalah Raja Pea Mole bersama


Y. Pea Mole/Raja Ngadha ke 4 keluarga pada tahun 1940

133
Yang pakai pet adalah Raja Y. Pea Mole dan Yang ditengah Raja Y. Pea Mole saat dibabtis
yang berdasi adalah Leo Nono pada usia 95 tahun didampingi pasutri A. Y.
Djone/Kepala Hamente Ngadha. Siwemole/Kepala Swapraja Ngadha.

A. Y. Siwemole/Kepala Swapraja Ngadha Herman Y. Siwemole/Kepala Swapraja Ngada


(1953-1960) (1960-1962 )

134
Leonardus Nono Djone/Kepala Hamente Thomas Siu Dore/Kepala Hamente Ngada Bawa
Ngada Bawa ke dua ke tiga

Paulus Maku/Kepala Hamente Ngada Bawa


ke empat

135
Sebo Maja/Kepala Hamente Inerie I ke 1 Karolus Kota/Kepala Hamente Inerie
(1917-1930) (1953-1962)

Kubur Sebo Maja/Kepala Hamente Inerie I di Kampung Nage Jerebuu

136
Tarian/Ja’i Bajawa Ngadhu Suku Ngadha dan suku Djawa di
Kampung Bajawa

III. Foto profil Swapraja Riung

Petor Sila/Raja Riung (1917-1937) Bernadus Barang/Kepala Hamente (Dalu Riung)


ke 4

137
Para guru (yang depan tengah, adalah Bernadus Bothu) yang mengabdi
di Swapraja Riung tempo dulu.

IV. Foto profil Swapraja Tadho (1912-1917)

Senjata Mariam peninggalan Swapraja Masyarakat Adat Tadho tempo dulu


Tadho di Bekek

138
Foto Kubur Nggoti Bholong/Raja Tadho (1912-1917)

V. Foto profil Swapraja Toring (1912-1917)

Rumah Adat Adhang Pawo (alias Jago)/Raja Toring


(Rumah Adhak Keraeng Toring) di Lengkosambi

139
Alat perang peninggalan Swapraja Toring (Keris
Riri Dhopo (Ngandung) dalam Rumah
dan pedang) di Rumah Adhak Keraeng Toring
Adhak Keraeng Toring

Kelengkapan alat perang (Keris, pedang,


Foto Kulit Bom peninggalan Swapraja Toring di
batu kebal, Ajimat tulisan huruf Arab dan
Gereja Lengkosambi.
Pakaian kebesaran peninggalan Swapraja
Toring.
A.

140
Foto Adhang Pawo alias Jago/Raja Toring Kubur Adhang Pawo/Raja Toring di
(1912-1917) Kampung Lengkosambi (meninggal 1940)

Kubur Pawo Sadhang (meninggal 1895), Kubur Daeng Parany/Kepala Hamente


Mair Pawo dan Tewon Pawo (pahlawan (Dalu) Toring di Kampung Lengkosambi
Keraeng Toring) di Kampung Lengkosambi. meninggal tahun 1953

141
Kubur Leonardus Li/Kepala Hamente
Kubur Aloysius Pawo/Kepala Hamente
(Dalu) Toring di Lengkosambi
(Dalu) Toring di Kampung Lengkosambi
(meninggal 1958)
(meninggal 1963)

Foto upacara Bhasa Sela (pesta adat) Suku Toring


di Rumah Adhak Keraeng Toring

142
Leonardus Rembo/Kepala Hamente
Hasan Wando/Opas Hamente
(Dalu) Toring ke empat
Toring

VI. Foto profil Swapraja Nagekeo

Rumah Besar (Sa’o meze) Roga Ngole/Raja Nage di Kampung Boawae

143
Rumah Adat (Sa’o) Roga Ngole/Raja Nage Rumah Jabatan peninggalan Raja Roga
di Kampung Boawae Ngole di Kampung Boawae

Peo Roga Ngole/ Raja Nage di Pedang peninggalan Dobe Ngole/Raja


Kampung Boawae Nagekeo

144
Roga Ngole/Raja Nage (1912-1929) Dobe Ngole/Raja Nagekeo (1929-1962)

Pusat Swapra Nage di Kampung Boawae keluarga Roga Ngole/Raja Nage tempo
tempo dulu dulu

145
Kubur
Kubur Roga Ngole/Raja Nage di Kampung Y. J. Dobe Ngole/Raja Nagekeo di
Boawae meninggal tahun 1929 Kampung Boawae meninggal 25-12-1972

VII. Foto profil para Bupati dan Wakil Bupati Ngada.

Bupati Ngada (1958-1966) Bupati Ngada (1971-1978)

146
(1977-1986)

Bupati Ngada (1989-1994)

147
(2005-2010)

148
PLT. BUPATI NGADA (2018)

149
Drs. Meda Moses/Sekda Ngada Emanuel Dopo, S.Pi/Asisten
(2010-2018) Pemerintahan Sekda Ngada

H. Reba Watu, S.IP/Asisten Perekonomian Dra. Iju Maria Albina/Asisten


dan Pembangunan Sekda Ngada Administrasi Sekda Ngada

150
Marc. Philipus Ngei Botha/Kasat Pol PP Naru Maria Florida, SH/Kepala Dians
dan Kebakaran Kab. Ngada Kearsipan Kab. Ngada

Rumah Adat Yan Yos Bota/Bupati Ngada ke 2


(Sao Ngodhu Angi) di Rakalaba Kec. Golewa Barat

151
Rumah Adat Drs. Yoachim Reo/Bupati Ngada ke 4
(Sao Jawa Lobo) di Boseka - Bajawa

Rumah Adat Ir. Albertus Botha/Bupati Ngada ke 6


(Sa’o Bupu) di Borani- Langa

152
Rumah Adat Marianus Sae, S.AP/Bupati Ngada ke 8
(Sa’o Gha’o Mo’o) di Bosiko

Don J. D da Silva dilantik Bupati Kdh Tk. II Ngada Yang pegang topi adalah Yan Yos Botha
tahun 1961 pd kunjungan Gubernur NTT (EL Tari)

153
Gubernur El Tari menyematkan tanda jabatan Gubernur El Tari menyematkan tanda
Bupati Kepala Dati II Ngada Yan Yos Botha jabatan Bupati Kepala Dati II Ngada
periode pertama (1967-1971) Yan Yos Botha periode ke dua (1972-1978)

Kubur Yan Yos Botha/Bupati Ngada di Kota Kupang

154
VIII. Foto profil DPRD

DPRD Flores

DPRD GR Dati II Ngada (1969-1970)

155
Ketua DPRD TK II Ngada (1961-1971) Ketua DPRD TK II Ngada (1971-1982)

Ketua DPRD TK II Ngada (1982- 1986) Ketua DPRD Ngada (1999-2000)

156
Ketua DPRD Ngada (2004-2009) Ketua DPRD Ngada (2009-2014)

Ketua DPRD Ngada antar waktu (2014) Ketua DPRD Ngada (2014-2019)

157
IX. Foto profil para camat
1. Camat Ngada Utara (Bajawa)

Hendrikus Nainawa/Camat Ngada Cornelis Dopo/Camat Ngada Utara


Utara (1962-1967) (1967-1969)

Paulus Lewa, BA/Camat Ngada Utara Drs. J. Isidorus Djawa/Camat Bajawa


(1972-1976)

158
Drs. Herman Say/Camat Bajawa Drs. Markus Lue/Camat Bajawa

J. Vianey Siwe, SH/Camat Bajawa Goti Gregorius, SH/Camat Bajawa

159
Gradus Reo, SE, M.Si/ Camat Bajawa

2. Camata Riung

Cornelis Dopo/Camat Riung (1964-1965) Yan Bangko/Camat Riung (1965-1972)

160
Cuirinus Boro,BA/Camat Riung Udin Safrudin, BA/Camat Riung
(1972-1974) (1974-1979)

Yan Bangko/Camat Riung (1979-1983) Markus Watu, BA (1983-1988)

161
Drs. Thomas Ora/Camat Riung Drs. Elias Djo/Camat Riung
(1988-1991) (1991-1995)

Alfian, S,Sos/Camat Riung (2012-2018)

162
3. Camat Aimere

Camat Aimere Camat Aimere

Camat Aimere Camat Aimere

163
Camat Aimere Camat Aimere

Camat Aimere Camat Aimere

164
Camat Aimere Camat Aimere

Camat Aimere Camat Aimere

165
Camat Aimere Camat Aimere

Kristoforus Aja, SH/Camat Aimere


(2011-2014)

166
4. Kepala Perwakilan/Camat Soa

Hengki Wea Naru /Kepala Pewakilan Soa Kepala Perwakilan Soa


(1970-1974)

Kepala Perwakilan Soa Kepala Perwakilan Soa

167
Kepala Perwakilan Soa Kepala Perwakilan Soa

Drs. Markus Lue/Kepala Drs. Petrus Fongod/Kepala


Perwaklan Soa Perwakilan Soa

168
Nikolaus Wogo Goja/Kepala Kepala Perwakilan Soa
Perwakilan Soa

Silvester Wale, SH/Camat Soa Goti Gregorius, SH/Camat Soa

169
Drs. Leonardus Tambu/Camat Soa

5. Camat Boawae

Fransiskus Lay Pea/ Drs. Johanes I. Djawa/


Camat Boawae (1966) Camat Boawae

170
6. Camat Aesesa

Cuirinus Boro, BA/ Camat Aesesa Paulus Lewa, BA/Camat Aesesa


(1974-1976) (1976-1978)

Drs. Servasius Lako/Camat Aesesa

171
7. Camat Boawae

Frans Lay Pea/Camat Boawae Drs. J. Isidorus Djawa/


(1966) Camat Boawae

8. Camat Golewa

Paulus Lewa, BA/Camat Golewa (1969) H. Dapa Tunga, BA (1975-1977)

172
Hendrikus Nainawa/Camat Golewa Drs. H. Nio/Camat Golewa
(1977-1978)

Yohanes Gae, BA/Camat Golewa Drs. Markus Lue/Camat Golewa

173
Drs. Marc. Philipus N. Botha/Camat Antonius Padua Ngea/Camat Golewa
Golewa (2005-2007)

Kanisius Logo, BA/Camat Golewa (2018)

174
9. Kecamatan Mauponggo

H. Ilias Puaupa/Camat Mauponggo Drs. H. Dapa Tunga/Camat Mauponggo


(1962-1972) (1980-1985)

Drs. H. Nio/Camat Mauponggo Martinus Bhara, BA/Camat Mauponggo

175
10. Kecamatan Nangaroro

Frans Lay Pea/Camat Nangaroro H. Nio, BA/Camat Nangaroro


(1968-1969) (1972-1976)

Drs.Elias Djo/Camat Nangaroro

176
11. Koordinator Pemerintah Kota (KOPETA) Bajawa/Kecamatan Ngada Bawa

Frans Lay Pea/Kopeta Bajawa H. Ilias Puaupa/Kopeta Bajawa

Yoseph Ledoneto/Kopeta Bajawa Martinus Sake, SH/Camat Ngada Bawa


(1999-2001)

177
J. Vianei Siwe, SH/Camat Ngada Bawa

12. Camat Riung Barat

Kosmas D. Tagu, S.Sos/Camat Riung Barat Fidelis Nalun, SE/Camat Riung Barat
(2007-2010) (2010-2015)

178
Drs. Benyamin Lalung/Camat Riung Barat Gregorius Mana Lali, S.Sos/Camat Riung
(2015-2017) Barat (2018)

13. Camat Wolomeze

Kasmin Belo, S.Sos/Camat Wolomeze


(2016-2018)

179
14. Camat Bajawa Utara

Hironimus RebaWatu/
Camat Bajawa Utara

Paulus Maku Djawa/Kepala Desa Kota Gregorius Rabu/Kepala Desa Tiwuriwu


Bajawa pertama (1962-1966) pertama (1962-1978)

180
M.P. Mail/Kepala Desa Tadho pertama Hendrikus Redhu/Kepala Desa
(1962-1978) Lengkosambi pertama (1962-1966)

181
182
183

Anda mungkin juga menyukai