SEJARAH DOMPU
KILI SARINCI MA SAMBARA- MBURA
OLEH:
H.ABDULLAH H.M.SALEH SPd
Baru pada ekspedisi yang kedua sekitar tahun 1357 Masehi, dengan
bantuan laskar dari Bali yang dipimpin Panglima Soka, Dompu bisa
dikalahkan, hingga seterusnya bernaung di bawah Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Dompu merupakan salah satu kerajaan yang paling tua
khususnya di Indonesia Bagian Timur.
Arkeolog dari Pusat Balai Penelitian Arkeologi dan Purbakala, Sukandar
dan Kusuma Ayu dari berbagai hasil penelitiannya menyimpulkan
Dompu atau (Kerajaan Dompo) adalah kerajaan yang paling tua di
wilayah timur Indonesia.Berdasarkan catatan sejarah di Dompu,
4
Ncuhi terdiri atas empat orang yakni Ncuhi Hu`u yang berkuasa di
daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u),
Dari keempat Ncuhi tersebut yang paling dikenal adalah Ncuhi Hu`u.
Menurut cerita rakyat setempat, di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi
Kula yang mempunyai anak perempuan bernama Komba Rawe. Ncuhi
tersebut kemudian dikenal dengan nama Ncuhi Patakula.
Cerita rakyat setempat menyebutkan, putra raja Tulang Bawang
terdampar di daerah Woja dalam pengembaraannya, tepatnya di wilayah
Woja bagian timur. Kemudian putra raja Tulang Bawang tersebut
menikah dengan putri Ncuhi Patakula. Selanjutnya para Ncuhi sepakat
menobatkan putra raja Tulang Bawang sebagai raja Dompu yang
5
pertama.
Sedangkan Raja Dompu ke-2 bernama Dewa Indra Dompu yang lahir
dari perkawinan antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara
Dompu.
Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah Dewa Mbora
Bisu, yang merupakan Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu adalah
Dewa Mbora Balada, yang merupakan saudara dari Dewa Mbora Bisu
dan Dewa Indra Dompu.
Pada abad XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah. Kerajaan
dikacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa
pihak residen campur tangan
Sultan Abdull Azis, putra Sultan Abdullah yang kemudian mengganti Sultan
Yakub, ternyata tidak mampu banyak berbuat untuk memajukan
kerajaannya.
Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak
yang menghancurkan desa-desa yang ada di wilayah Dompu saat itu. Pada
sekitar tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan Gubernur
Van Kraam untuk memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian
tersebut diadakan di Bima.
6
Pada 5-12 April 1815, ketika Gunung Tambora meletus, akhirnya sepertiga
dari penduduk tewas dan sepertiga lainnya berhasil melarikan diri.
Sultan Abdull Rasul II memindahkan Istana Bata yang merupakan Situs Doro
Bata yang terletak di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata
yang baru, karena itu dia disebut dengan gelar Bata Bou. Beliau diganti oleh
putranya, Sultan Muhammad Salahuddin.
Salahuddin mengadakan perbaikan dalam sistem dan hukum
pemerintahaan. Dia pun menetapkan hukum adat berdasarkan hasil
musyawarah dengan para alim ulama, sekaligus menetapkan hukum adat
yang dipakai adalah hukum Islam yang berlalu di wilayah kekuasaannya.
Dalam menjalankan pemerintahaannya, Sultan dibantu oleh majelis adat
serta majelis hukum. Selanjutnya mereka (para pembantu itu) disebut
manteri dengan sebutan raja bicara, rato rasanae, rato perenta, dan rato
Renda.
Mereka tergabung suatu dewan hadat, dan merupakan badan kekuasaan
yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan Sultan
7
Tidak ada catatan tertulis baik dalam bentuk dokumen atau batu tulis
(prasasti) yang bisa mengungkapkan kapan mulai terbentuknya Kerajaan
Dompu. Namun beberapa catatan sejarah yang menunjukkan
keterkaitannya dengan keberadaan Kerajaan Dompu yang berdiri sejak lama
adalah sebagai berikut :
yang diucapkan oleh patih Gajah Mada, termuat dalam teks Jawa
Pertengahan Pararaton :
" Jika saya telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan
puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang,
Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya( baru
akan) melepaskan puasa"
Begitulah bunyi Sumpah Palapa yang menunjukkan keterkaitan Dompu
sebagai salah satu Kerajaan yang ingin ditaklukkan patih Gajah Mada
Itu berarti, bahwa telah ada kerajaan kuat di bagian Timur Nusantara yang
diperhitungkan oleh Gajah Mada untuk ditaklukkan, yaitu Kerajaan Dompo.
Rupanya Gajah Mada tidak main-main dengan Sumpahnya. Pada tahun
1340, saat Kerajaan Dompu di bawah kepemimpinan Dewa Ma Wa a Taho,
dikirimlah pasukan yang dipimpin oleh Senapati Nala dan dibantu oleh
pasukan dari Bali yang dipimpin oleh Panglima Pasunggerigis. Pada
penyerangan yang pertama ini pasukan Majapahit gagal mengalahkan
pasukan Kerajaan Dompu.
Pada tahun 1357, kembali Majapahit mengirim pasukan. Kali ini dipimpin
oleh Panglima Soko dan dibantu juga oleh pasukan dari Bali yang dipimpin
oleh Panglima Dadalanata. Untuk menghindari jatuhnya korban banyak
seperti pada perang yang pertama, maka diputuskanlah untuk dilakukan duel
10
Salah satu upaya menelusuri Silsilah atau Asal Usul Sangaji Dompu, Penulis
menemui H. M. Ali Kamaluddin, di Kampung Kandai II, seseorang yang
dianggap memiliki pengetahuan tentang asal mula Sangaji dana Dompu.
Beliau juga adalah orang yang menjadi Sumber Lisan Prof. DR. G.J.Hold,
ketua Team Peneliti Universitas Indonesia tahun 1955, tentang BAHASA dan
BANGSA Dompu, mengatakan :
Cerita ini menurut beliau, diwariskan secara turun temurun tentang Nenek
Moyang (Ompu ra Waro) Sangaji Dompu.
Konon ceritanya, leluhur Sangaji Dompu berasal dari suatu Negri yang jauh.
Ada empat anak raja (versi lain lain 3) yang sepakat untuk mencari sisa-sisa
kerajaan leluhurnya. Keempat anak raja itu adalah Sang Kula, Sang Bima,
Sang Dewa, dan Sang Jin
Ina Ka'u sudah lama hidup sendiri karena sang Raja telah wafat dan telah
mendengar bahwa di sekitar perairannya akan dilewati oleh rombongan anak
turunan Raja. Ina Ka'u sangat berkeinginan untuk mengetahui siapakah
mereka.
16
Meski sedih karena perpisahan itu, Ina Ka'u melepas kepergian mereka
dengan ikhlas. Sang Kula berpesan, jika Ina Ka'u ingin menyusulnya, Carilah
suatu tempat yang ada Istana yang berhiaskan gambar naga, dengan pintu
yang berhiaskan warna warni dan menghadap ke arah matahari terbit.
Riwo, tempat yang pernah mereka singgahi. Kokok ayam yang pernah
mereka lepas itulah yang menjadi pertandanya
Akhirnya mereka mendarat dipantai yang sekarang disebut Riang Ria atau
Riwo. Saking sulitnya sulitnya medan tempat mereka mendarat, sampai
mereka berujar "Woja ra Sambamu" Dari itulah muncul nama Woja.
Atas kesepakatan para Ncuhi akhirnya Sang Kula diangkat menjadi Raja
Dompu
Pada suatu cerita, petikan dari Tambo Kerajaan Dompu, yang tertulis saat
Sultan Muhammad Tajul Arifin Sirajuddin berkuasa, menerangkan keturunan
Sultan Dompu dengan segala Mentrinya, berasal dari Batara Bima, yaitu
Indra Kumala dan Indra Jamrut. Indra Kumala menjadi Raja pertama dan
menurunkan Raja-Raja Dompu seterusnya.
Tutur lisan ini diperkuat oleh keterangan dalam buku SEJARAH INDONESIA
DI TENGAH-TENGAH DUNUA DARI ABAD KE ABAD, karangan Dr.
Soeroto, dilukiskan mengenai pengembaraan Pandawa Lima, sebagai
berikut :
Dari sumber tutur lisan tersebut Silsilah Raja Dompu adalah sebagai berikut
21
22
I VSANGAJI DOMPU
Sangaji adalah sebutan (panggilan) oleh rakyat Dompu kepada Raja ataupun
Sultan.
Dalam kisahnya, asal Raja pertama Dompu adalah dari pengembaraan Sang
Kula. Sang Kula (Nakula) dipercaya sebagai salah satu Pandawa Lima yang
sedang melakukan pengembaraan.
Lopi Jao adalah Perahu milik Sang Kula bersaudara yang dipergunakan
untuk berlayar dan akhirnya terdampar di Riwo (Riang Ria), sebuah wilayah
pantai di Dompu. Lopi Jao (Perahu Hijau) terbuat dari bambu betung (O'o
Potu) dan dianggap sebagai benda yang Ma Wa'a Pahu (penjelmaan).
23
Dalam masyarakat sendiri beredar mitos tentang Lopi Jao dengan berbagai
kemunculannya yang misterius. Terkadang terlihat di Sungai-sungai yang
dikenal angker, dalam mimpi, atau bahkan anak kecil yang mengalami panas
tinggi menceritakan pernah melihat Lopi Jao. Kemunculannya selalu
dikaitkan dengan akan ada wabah penyakit atau tiba-tiba ada seseorang
yang menghilang secara misterius karena diculik oleh Lopi Jao. Begitulah
Mitos, percaya gak percaya, tetapi mitos tentang Lopi Jao sangat merakyat
waktu itu.
Berikut ini adalah Silsilah Sangaji (Sultan) setelah Kerajaan Dompu berubah
menjadi Kesultanan, karena masuknya pegaruh agama Islam, sehingga
sebutan Raja pun berubah menjadi Sultan. Namun dalam keseharian Raja
ataupun sultan tetap disebut sebagai Sangaji.
24
25
Putra dari Sultan Muhammad Sirajuddin tidak ada yang diangkat menjadi
Sultan pengganti Muhammad Sirajuddin, karena pemerintahan diambil alih
oleh Belanda dan Sultan Muhammad Sirajuddin termasuk Raja Muda (Ruma
To'i) Abdul Wahab diungsikan ke Kupang
.
27
SANGAJI DOMPU
3.NGGUSU WARU
Nggusu Waru adalah Syarat-Syarat Kepemimpinan yang juga harus dimiliki
Sangaji Dompu. Syarat-Syarat itu adalah:
29
9) Sultan Syamsuddin
Sebagai orang pertama yang memeluk Agama Islam sekaligus sebagai Raja
pertama yang menyandang gelar Sultan, mulai memeluk Islam diperkirakan
bersamaan dengan saat pertama mulai masuknya Agama Islam di Dompu,
yaitu sekitar tahun 1520.
Mendirikan Istana Bata yang dikenal sebagai Situs Doro Bata di Kandai I
dan juga mendirikan Masjid pertama di Dompu. Masjid yang saat sekarang
hanya tinggal puing-puing karena dirubuhkan sejak tahun 1962, letaknya di
Kampung Sigi, tepatnya di lokasi Kantor Kelurahan Karijawa.
Putra Sultan Syamsuddin. dinobatkan menjadi Sultan pada usia yang masih
sangat muda, sehingga untuk sementara kendali pemerintahan diserahkan
kembali kepada pamannya, Sultan Jamaluddin. Sementara menunggu saat
yang tepat untuk menerima tampuk Pemerintahan, Sultan Sirajuddin
menetap di Makassar. Ketika tiba saatnya untuk kembali ke Dompu,
mengambil alih kekuasaan, pamannya tidak bersedia untuk menyerahkan
kekuasaan kepada Sultan Sirajuddin. Sehingga Sirajuddin harus meminta
bantuan pihak Belanda yang sudah mulai menancapkan taringnya di
Kerajaan Dompu saat itu untuk merebut kembali tahta Kerajaan dari tangan
pamannya.
masih belum bisa hilang sama sekali, seperti tradisi Toho ra Dore,
meletakkan sesajian untuk persembahan.
Sultan Akhmad Syah adalah putra dari Abdurrasul I. Memerintah tidak lama,
karena sekembalinya dari Goa (Makassar) untuk menghadap Belanda, beliau
dibunuh oleh rakyatnya di Kambu. Diberi gelar Manuru Kambu dan
dikuburkan di Paropa, Kilo.
15) Sultan Usman
Sultan Usman adalah saudara Sultan Akhmad Syah. Memerintah tidak lama
karena meninggal di Goa, sehingga diberi gelar Manuru Goa. Ketika beliau
naik tahta, saat itu sedang terjadi perang antara Makassar melawan Belanda
tahun 1660-1670.
17) Syamsuddin II
Putra dari Sultan Abdulkadir. Wafat di Kempo, sehingga diberi gelar Manuru
Kempo
21 Sultan Abdullah
Putra dari Sultan Abdurrasul II. Membawa perubahan besar bagi Kesultanan
Dompu, karena Sultan Salahuddin menerapkan Syariat Islam yang
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadist sebagai Dasar Hukum Pemerintahaannya,
sehingga Sultan Salahuddin diberi gelar Ma Wa a Adi (Yang Membawa
Keadilan). Wafat tanggal 23 Agustus 1870.
8DRS..H.HIDAYAT ALI
9.H.ABUBAKAR AHMAD SH
10.H.SYAIFURRAHMAN SALMAN
11.DRS.H.BAMBANG M.YASIN
47
48
6.Dewa
yang mati di Bima
(Kamaluddin
Mawaa Iha)
Diasingkan karena
zalim
***
51
Sang Bima
9. Sultan Syamsuddin
S. Malikussaid
Mawaa Tunggu
(Makassar, 1606-1653)
16. S. Syamsuddin
17. S. Kamaluddin
Mawaa Sampela
18. S. Ahmad Syah
Manuru Kambu
19. S. Abdul Kadir
Manuru Alus
27. S. Abdullah II
Bancihincawa
28. S. Muhammad
Sirajuddin
(TURELI DOMPU)
YACUB DAENG
14 1798 22 DIASINGKAN
PABELA
1798 – 1799 1 TAHUN
15 ABDULLAH I 23
1799 - 1805 6 TAHUN
MUHAMMAD TADJUL
16 1805 – 1809 24 14 TAHUN
ARIFIN
ABDUL RASUL
17 1809 - 1857 25 43 TAHUN
(DAE HAU)
MUHAMMAD
18 1857 - 1870 26 13 TAHUN
SALAHUDDIN
19 ABDULLAH II 1870 - 1882 27 12 TAHUN
MUHAMMAD 1882 – 1934
SIRADJUDDIN TURUN
TAHTA:
20 11– 9-1934 28 52 TAHUN
WAFAT:
14 – 2- 1937
1847 - 1937
MUHAMMAD TADJUL
21 1947 - 1955 29 8 TAHUN
ARIFIN
1545 – 1590
1 SYAMSUDIN 9 45 TAHUN
24 – 9 – 1545
SIRADJUDDIN
3 1627 – 1667 11 40 TAHUN
(JENELI DEA, TURELI
BOLO)
21 TAHUN
ABDUL RASUL
5 1697 – 1718 13
BUMI SO ROWO
USMAN DAENG
6 1718 – 1727 14 9 TAHUN
MANABANG
AHMAD ALAUDIN
10 1749 – 1765 18 16 TAHUN
JOHANSYAH
ABDUL WAHAB
13 1787- 1793 21 6 TAHUN
(TURELI DOMPU)
MUHAMMAD TADJUL
16 1805 – 1809 24 4 TAHUN
ARIFIN I
1882 – 1934
TURUN
TAHTA:
MUHAMMAD
20 28 52 TAHUN
SIRADJUDDIN 11– 9-1934
WAFAT:
14 – 2- 1937
MUHAMMAD TADJUL
21 1947 – 1955 29 8 TAHUN
ARIFIN II
61
Sebagai sebuah Kerajaan yang telah berdiri lama, Kerajaan Dompu memiliki
Sistem Organisasi Pemerintahan yang teratur dan rapi.
Bahkan yang menonjol dan yang perlu dicatat di sini bahwa Kerajaan Dompu
dalam urusan Pemerintahan dan Kemasyarakatan diperlakukan secara
penuh berdasarkan Syariah Islam seperti dalam soal pembagian waris,
hukum rajam untuk orang yang berzinah.
Agama Islam yang menjadi anutan Raja dan masyarakat memberi pengaruh
pula pada penguasa untuk melakukan penyesuaian diri, misalnya nama
kepala pemerintahan yang semula disebut Raja diganti dengan sebutan
Sultan.
B. MENTRI-MENTRI (RATO)
Setelah Agama Islam menjadi agama resi Kerajaan dan masyarakat, maka
sistem Pemerintahan yang dulunya berdasarkan Hadat dilengkapi dengan
urusan Keagamaan yang terdiri dari :
C. PEMERINTAHAN WILAYAH
I. WILAYAH KOORDINASI
Wilayah ini dipimpin oleh pejabat yang disebut Tureli, membawahi wilayah
Kejenelian atau Kecamatan.
Dibagi atas :
Jeneli Dompo
Jeneli Katua
Jeneli Adu
Jeneli Hu'u
Jeneli Dea (Kempo)
Jeneli Tompo
68
Jeneli Pekat
Jeneli Kilo
Dari semua uraian tersebut seperti di atas, jelaslah bahwa sejak dulu
Kerajaan Dompu Telah memiliki Susunan Organisasi yang sempurna dan
teratur rapi dengan susunan perangkat aparatur yang lengkap, mulai di
tingkat pusat Pemerintahan sampai wilayah terrendah
69
I. PANGKAT HADAT
Raja/Sultan
Raja Bicara
Rato
Rato bumi
Bumi
Jena
Sarian
Anangguru
Mbangi dan Punta
Qhadi
Imam
Lebe
Khatib
Bilal
Robo (Marbot)
71
No
NAMA JABATAN TUGAS DAN FUNGSI
.
PARENTA
Tangga
dan bamboo
27 Tukang Sapu
5 Bumi Pareka
6 Bumi Kambu
7 Bumi Sala
8 Bumi Parandaja
9 Bumi Singkara
10 Bumi Sumpa
11 Bumi Puma
17 Bumi Fandaranda
22 Bumi Tua
24 Bumi Sari
25 Bumi La Ra'u
26 Bumi Ale
28 Bumi Sumpi I
29 Bumi Sumpi II
45 Jena Bedi
78
2 Jena Baralau
4 Jena Adu
5 Jena Sari
7 Jena La Katau
8 Jena Jeru
20 Jena Katua
21 Jena Adu
22 Jena Hu'u
23 Jena Kempo
24 Jena Kilo
25 Jena Wawonduru
26 Jena Saneo
27 Jena Buncu
28 Jena O'o
29 Jena Ranggo
GOLONGAN SARIAN
80
10 Sarian Ngaji I
11 Sarian Ngaji II
4 Anangguru Adu
81
5 Anangguru Hu'u
6 Anangguru Kilo
7 Anangguru Kapita
GOLONGAN MBANGI
(KEPALA-KEPALA URUSAN)
Pejabat-pejabat Staff adalah mereka yang duduk dan bawahi oleh Rat-Rato
dengan susunan Staff secara vertikal sebagai berikut :
Rato Bumi
85
bumi
Jena
Sarian
Mbangi
Qadhi
Imam
- Pejabat-Pejabat Staff
1. Di bawah Qadhi :
Penghulu
Anggota-anggota
2. Di bawah Imam :
Lebe Kota
86
Lebe Salama
Khatib Karot
Khatib Lawili
Bilal Tua
Bilal To'i
Robo (Marbot)
Lebe Na'e
Khatib Tua
Khatib To'i
Bilal Tua
Bilal To'i
Robo
- Bidang Tugas :
Ruang lingkup kegiatan serta tugas kewajiban dari seluruh keanggotaan
dalam bidang Agama dari Qadhi sampai bawahannya bertugas dalam bidang
:
Urusan Pendidikan
Urusan Peradilan
Urusan Nikah, Talaq, Rujuk
Urusan Mua'amalah (zakat, Fitrah, sedekah)
87
Urusan Waqaf
KEBIJAKSANAAN PEMERINTAHAN
Pemerintahan yang berdasarkan Hadat dan Hukum, selain menggambarkan
Khusu untuk Sultan disediakan 2 jenis tanah jaminan (Dana Ngaha), biasa
disebu
Penduduk asli Dompu bisa dikatakan hampir 100% memeluk agama Islam.
Yang dimaksud penduduk asli Dompu di sini ialah mereka yang berasal dari
Suku Mbojo-Dompu (Suku Dompu, Suku Bima, Suku Donggo). Penduduk
Dompu adalah penganut agama Islam yang sangat fanatik. Menurut data
BPS tahun 2013 ada 94,26% (213.220 jiwa) pemeluk agama Islam di Dompu
yang dipeluk oleh etnis Mbojo-Dompu dan etnis Sasak (transmigran dari
Lombok). Pada masa lalu, Kerajaan Dompu mendapatkan pengaruh Islam
yang sangat besar dari Kesultanan Makassar di Samping juga pengaruh
Islam dari Jawa dan Sumatera. Maka tak mengherankan jika pada
pertengahan Abad XIX salah satu ulama berdarah Dompu pernah menjadi
guru besar di Madrasah Haramain, Makkah. Beliaulah Syaikh Abdul Ghani
92
Al-Bimawi Al-Jawi. Selain itu beliau juga pernah diangkat menjadi Qadhi di
Kesultanan Selangor, Malaysia pada tahun 1825 M. Sepulangnya
mengunjungi kampung halaman ayah dan kakeknya di Dompu.
Agama lain seperti Kristen, Hindu, dan Budha juga dipeluk oleh masyarakat
Dompu. Agama Kristen biasanya dipeluk oleh warga keturunan Tionghoa
dan para pendatang yang berasal dari luar pulau Sumbawa. Keturunan
Tionghoa umumnya berprofesi sebagai pedagang/pengusaha sehingga
mereka mendominasi perekonomian daerah ini. Sedangkan para pendatang
Kristen, mayoritas mereka adalah para guru, pegawai dan polisi asal NTT
dan sisa pengungsi ex-Timor Timur. Tahun 2013 ada sekitar 1.006 (seribu
enam) jiwa (0,44%) warga Dompu yang memeluk agama kristen. Terdiri atas
481 orang pemeluk Katholik dan 525 orang pemeluk Protestan.
dibanding pemeluk agama Hindu yang berprofesi sebagai guru dan polisi.
Mereka adalah para transmigran yang didatangkan dari Pulau Lombok
selama masa Orde Baru dan juga warga Hindu korban letusan Gunung
Agung tahun 1963 dari Pulau Bali. Mereka diberikan hak mengelola wilayah
pertanian yang luas di pelosok wilayah Kecamatan Kempo, Kecamatan Kilo
dan Kecamatan Pekat di Kaki Gunung Tambora. Berdampingan dengan
warga Transmigran asal Bima dan Lombok. Daerah ini tidak berpenghuni
sejak erupsi maha dahsyat Gunung tambora pada tahun 1815 M. Tahun
2013, ada sekitar 3.611 jiwa penduduk Dompu beragama Hindu (1,59%).
Sebarannya yakni di Kecamatan Kempo 2.157 jiwa, Kecamatan Mangge
Lewa 648 jiwa, Kecamatan Kilo 161 jiwa dan kecamatan Pekat 194 jiwa.
Sisanya menyebar di Kecamatan Dompu, Woja, dan Pajo.
Adapun warga yang memeluk agama Budha, menurut data BPS tahun 2013
mereka berjumlah 158 jiwa (0,6%) dan semuanya menempati Kecamatan
Dompu.
94
berprofesi sebagai guru dan PNS, juga sebagian kecil sebagai pedagang.
Sedangkan mayoritas pendatang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah
pedagang, hanya sebagian kecil saja yang tertarik sebagai guru/PNS.
Biasanya dagangan utama mereka adalah bakso. Bakso Solo dan Bakso
Malang sangat terkenal di kalangan masyarakat Dompu Umumnya.
Jika ditanya suku maka penduduk asli Dompu adalah Suku Mbojo-
Dompu sebagaimana penduduk Bima. Etnis Mbojo-Dompu terdiri atas
Suku Bima, Suku Dompu, Suku Kore, dan Suku Donggo. Dari keempat
sub-etnis itu, hanya Suku Kore yang secara signifikan tidak bermukim
di wilayah Kab. Dompu.
Menurut klaim sebagian orang, Bahasa yang dikenal luas sebagai Bahasa
Bima sekarang ini, Bahasa Bima baru atau Nggahi Mbojo, sebenarnya
merupakan Bahasa Dompu atau merupakan Bahasa asli Suku Dompu.
96
Bahasa Dompu ini mulai digunakan di Bima ketika pasukan Majapahit dalam
Ekspedisi Padompo berhasil menaklukkan Kerajaan Dompo (Dompu) dan
mulai membentuk Kerajaan Bima.
Warga asli Dompu saat ini pada umumnya merupakan hasil percampuran
antara warga asli Dompu dengan pendatang yang berasal dari Sulawesi
(Bugis dan Gowa). Mereka dapat ditelusuri dengan panggilan dae yang
dalam bahasa setempat digunakan untuk memanggil orang tua laki-laki dan
seseorang yang umurnya lebih tua. Jadi, dae di sini bisa diartikan bapak atau
kakak. Kata dae berasal dari kata daeng dalam tradisi Padaengang Suku
Bugis/Gowa. Karena di masa lalu pengaruh Kerajaan Makassar sangat kuat,
maka terjadi asimilasi budaya di antar dua suku.
Di Dompu, kata Dae digunakan sebagai kata sapaan untuk orang yang lebih
tua. Panggilan Dae juga menjadi penanda hierarki status sosial nenek
moyang seseorang. Ada semacam “Bangsawan Kelas Dua” yang bukan
merupakan keturunan Raja-raja Dompu, mereka menyapa ibu-bapak mereka
dengan sebutan Dae. Kata Dae juga dipakai untuk menyapa seseorang yang
merupakan keturunan Raja-raja Dompu, namun tidak dipakai untuk menyapa
orang tua mereka.
97
Sebagai tambahan, di Dompu ada nama Kelurahan kandai Satu dan Kandai
Dua yang diyakini semula berasal dari kata Kendari. Penduduk asli Kandai
satu dan dua diyakini merupakan keturunan para da’i dan mubaligh yang
dulu datang dari Kendari, Sulawesi Tenggara.
Saat ini, pengguna gelar uma telah menyusut jika tidak dikatakan tak ada.
Keturunan Bangsawan Dompu biasanya tidak simpatik di mata elit
masyarakat yang non-bangsawan maupun bangsawan kelas dua. Di masa
lalu, terutama sejak Zaman Reformasi, ada semacam konflik kultural yang
sengaja dimunculkan untuk memarjinalkan kaum bangsawan demi
kepentingan politik pihak tertentu dengan mempolitisir dosa-dosa masa lalu
98
para raja dan kaum bangsawan. Sehingga hal ini membuat kedudukan
mereka tidak seperti kaum bangsawan di Jawa. Para keturunan bangsawan
akhirnya tidak lagi populer. Panggilan uma akhirnya hanya dipakai sebagai
kata sapaan di ranah domestik lingkaran keluarga saja, tidak di ranah publik.
Ini akibat ketidak tahuan masyarakat dan sulitnya mendeteksi akan status
kebangsawan seseorang. Namun, di ranah publik mereka masih dipanggil
dae.
Kata ama (bapak) dan ina (ibu) memiliki kemiripan dengan kata amaq
(bapak) dan inaq (ibu) dalam bahasa sasak (Lombok) dengan dihilangkan
bunyi konsonan di akhir kata sesuai kaidah Bahasa Mbojo-Dompu. Jika kita
99
boleh menduga, maka bisa jadi orang Sasak (Lombok) dan penduduk asli
Bima-Dompu dulunya berasal dari nenek moyang yang satu. Jika ditelusuri
lebih lanjut, maka nenek moyang orang Sasak merupakan pendatang dari
Jawa. Nah! [Uma Seo]
MASYARAKAT DOMPU
Suku Dompu adalah salah satu suku yang terdapat di pulau Sumbawa
kabupaten Dompu provinsi Nusa Tenggara Barat. Populasi suku Dompu
diperkirakan lebih dari 80.000 orang.
Orang Dompu berbicara dalam bahasa Dompu, yang kadang disebut juga
101
Menurut cerita asal-usul Dompu, dahulu kala di daerah ini merupakan salah
satu daerah bekas kerajaan, yaitu Kerajaan Dompu. Kerajaan Dompu
diperkirakan merupakan salah satu kerajaan tua. Arkeolog dari Pusat Balai
Penelitian Arkeologi dan Purbakala, Sukandar dan Kusuma Ayu, dari hasil
penelitiannya menyimpulkan Kerajaan Dompu, adalah merupakan salah satu
kerajaan tua di wilayah timur Indonesia.
Dari keempat Ncuhi tersebut yang paling terkenal adalah Ncuhi Hu`u.
JUMA PANGGU ) u
Suku Dompu memiliki bangunan rumah tradisional, yaitu Uma Jompa dan
Uma Panggu. Uma Jompa berfungsi sebagai lumbung padi. Sebenarnya
Uma Jompa ini tidak hanya suku Dompu yang memilikinya, masyarakat Bima
juga memiliki Uma Jompa yang bahkan lebih banyak dari yang ada di
wilayah Dompu.
Sedangkan Uma Panggu, rumah yang terbuat dari kayu atau papan, yang
berbentuk panggung. Uma panggu dapat dibedakan atas jenis konstruksinya,
104
yaitu Uma Ceko yang merupakan rumah asli Dompu dan Uma Pa’a Sakolo
yang dibawa masyarakat migran Bugis yang dibangun di daerah pesisir
Salah satu kerajinan budaya, yang terkenal dari Dompu, adalah kain tenun
Muna, yaitu kain songket Dompu. Biasanya kain songket Dompu ini
dikerjakan oleh pihak perempuan. Kain tenun Dompu ini sudah terkenal
karena keindahan dan kehalusan kainnya.
Suku Dompu pada umumnya hidup pada bidang pertanian. Tanaman padi
yang ditanam di sawah menjadi tanaman penting dan utama bagi mereka.
Mereka juga menanam berbagai tanaman lain, seperti sayuran, buah-buahan
serta beberapa tanaman keras di kebun milik mereka. Sektor perikan juga
menjadi kegiatan mereka. Profesi lain adalah sebagai pedagang dan menjadi
pegawai negeri.
Kambali Dompu Mantoi – Dompu dahulu pada awal Abad ke-14 merupakan
sebuah kerajaan dan merupakan satu di antara Kerajaan-kerajaan kuno di
timur Indonesia. Di dalam kitab Negarakertagama, nama Dompu disebutkan
sebagai DOMPO dan menjadi salah satu Kerajaan yang ditargetkan untuk
ditaklukkan dan dikuasai oleh Majapahit. Ambisi berkuasa Majapahit sejak
sumpah palapa tahun 1331 akhirnya diwujudkan dengan ekspansi besar-
besaran ke berbagai kerajaan di nusantara.
Dalam kitab Kanzul Hum karya Ibnu Bathuthah yang kini tersimpan di Turki,
tercatat bahwa Sultan Turki Utsmaniyah, Muhammad I, pada tahun 1404 M
(808 H) mengirim surat pada Gubernur Khilafah di Afrika Utara dan Timur
Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama’ yang memiliki
kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke Pulau Jawa.
Akhirnya dikirimlah sembilan orang wali (di Jawa dikenal dengan nama Wali
Songo) angkatan pertama. Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Malik Israil
asal Turki, ibu kota Khilafah Islam saat itu, Maulana Ishaq asal Samarkand –
sekarang Rusia Selatan, Maulana Ahmad Jumadil Kubra asal Mesir,
108
Pendapat di atas, bahwa Islam masuk ke tanah Dompu sekitar tahun 1520
M, lebih mendekati kebenaran ketimbang pendapat lain yang menyatakan
bahwa Islam masuk ke Dompu dari arah Sulawesi Selatan pada tahun 1628
M. Sebab ada bukti lain yang mendukungnya. Yakni catatan Belanda yang
terdokumentasikan di Pusat Dokumentasi Raja-raja Nusantara di Vlaringen,
Belanda. Dalam data itu dikatakan bahwa Sultan Syamsuddin memerintah
pada tahun 1545 -1590 M dan naik tahta sejak tanggal 24 September 1545.
Jika Islam masuk ke Dompu pada tahun 1628 M, lalu mengapa sudah ada
Kesultanan Dompu sejak tahun 1545? Ini artinya Islam telah masuk ke
Dompu bukan pada tahun 1628 atau abad XVII seperti yang diyakini banyak
budayawan, namun Islam telah masuk ke Dompu satu abad sebelumnya!
bahkan hingga tahun 1980-an, masih ada masyarakat Dompu yang begitu
kental mempraktekan ritual-ritual animisme-dinamisme terutama di daerah
Kilo. Terpeliharanya praktek dan ritual animisme-dinamisme berupa ritual
toho ra dore (persembahan sesajian) membuktikan bahwa hingga datangnya
Islam pun masih ada masyarakat Dompu yang tetap memegang keyakinan
lama nenek moyangnya itu.
Dompu telah banyak memiliki Ulama-ulama besar pada tiap zamannya. Dan
sebagian di antara mereka adalah orang-orang yang sangat berjasa dalam
menentukan corak dan eksistensi Islam di tanah Dompu. Berikut ini MADA
akan menampilkan beberapa tokoh ulama yang pernah melebarkan
dakwahnya di Dompu.
Syekh Nurdin
Syekh Nurdin adalah seorang ulama terkemuka keturunan Arab yang pernah
datang ke Dompu sekitar tahun 1528 M untuk menyebarkan Islam sambil
berdagang. Saat itu Dompu di bawah Pemerintahan Raja Bumi Luma Na‘e
112
yang masih menganut Hindu dan bergelar Dewa Mawa‘a Taho. Kehadiran
Syekh Nurdin di Kerajaan Dompu tampaknya menarik perhatian Raja Dompu
Dewa Mawa’a Taho. Ajaran Islam yang dibawanya dengan cepat dapat
diterima oleh sebagian rakyat Kerajaan Dompu termasuk dari kalangan
Istana (bangsawan).
Beliau adalah putera tertua dari Syekh Nurdin. Setelah merasa cukup lama
berada di Tanah Arab untuk menuntut ilmu kepada para ulama besar Islam
masa itu, beliau beserta Ibundanya Siti Hadijah dan adiknya Jauharmani
kembali ke Dompu dengan membawa Karo’a Pidu. Syekh Abdul Salam
akhirnya diangkat oleh Sultan Dompu saat itu, Syamsuddin Mawa’a Bata
Wadu, menjadi seorang Ulama Kesultanan. Beliau digelari Ruma Sehe, yang
artinya Tuan Syekh atau Gusti Syekh.
Syekh Hasanuddin
114
Syaikh Hasanudin adalah salah satu ulama besar yang datang ke Dompu
sekitar tahun 1585, di akhir masa pemerintahan Sultan Syamsuddin. Beliau
berasal dari Tanah Andalas (Sumatera) ada pula yang mengatakan bahwa
beliau berasal dari Makkah. Adapula cerita yang berkembang pada
masyarakat Dompu dahulu bahwa beliaulah yang pertama kali membawa
Islam ke Dompu. Menurut cerita itu, beliau adalah ulama dengan karomah
dari Allah sehingga mampu mengalahkan kesaktian Raja Dewa Mawa’a
Taho.[1]
Dalam versi lain, beliau datang pada masa pemerintahan Sultan Abdul Rasul
I yang bergelar Bumi So Rowo (1697-1718 M). Menurut Makarau Kepala
Seksi Kebudayaan Depdikbud Dompu tahun 1985, Syekh Hasanuddinlah
yang menentang keras misi kristenisasi oleh Belanda. Padahal Sultan Abdul
Rasul I hampir saja mengizinkannya. Hal ini membuat beliau sangat ditakuti
oleh Belanda.[2] Dengan menggabungkan semua keterangan di atas, kita
dapat menduga bahwa beliau memang datang di akhir masa pemerintahan
Sultan Syamsuddin. Beliau melewati masa pemerintahan Sultan Sirajuddin
dan Sultan Abdul Hamid hingga masa pemerintahan Sultan Abdul Rasul I
Bumi So Rowo.
115
Syekh Hasanuddin diangkat oleh Sultan Dompu untuk menjadi Kali (Kalif).
Kata Kalif adalah sebuah kata serapan yang berasal dari bahasa Arab, Qadhi
yang berarti hakim. Kata Qadhi ini kemudian berkembang menjadi kata kalif
di Sumatera dan Jawa. Di jawa, kata kalif kemudian berkembang lagi
menjadi Kyai. Pada masa Rasulullah dan Khulafa’ Ar-Rasyiddin, Qadhi
adalah seorang pejabat Negara yang diangkat untuk menyelesaikan
sengketa antar anggota masyarakat atau antara rakyat dengan pejabat
Negara dengan berdasarkan Syariah Islam.
116
Abdul karim, seorang da’i kelana dari Mekah kelahiran Bagdad. Konon Abdul
Karim sampai ke Indonesia, pertama kali menuju Banten, untuk mencari
saudaranya. dari Banten, Abdul Karim mendapat informasi bahwa
saudaranya itu ada di Sumbawa. Pergilah ia ke sana dan sampai di Dompu.
Seraya berdagang tembakau, Abdul Karim menyiarkan Islam. Hal itu menarik
perhatian Sultan Dompu, lalu beliau diambil menjadi menantu. Dari
pernikahan dengan gadis istana itu, Abdul Karim mendapat anak laki-laki
bernama Ismail.
Syekh Subuh
Syekh Subuh bin Ismail bin abdul Karim sejak muda sudah hafal Al-Qur’an.
Dalam pengembaraannya ke teluk Bima, ia menikah dengan gadis dari
118
Syekh Abdulghani
Syaikh Abdulgani bin Subuh bin Ismail bin abdul Karim Al-Bimawi Al-Jawi
atau yang kerap disebut Al-Bimawi saja, lahir di paruh terakhir abad ke-18
kira-kira tahun 1780 M di Bima. tidak ada catatan pasti mengenai kapan hari
lahir Syekh Abdulgani. Yang jelas beliau berasal dari lingkungan keluarga
ulama yang memiliki kegandrungan tinggi dalam mengkaji Al-Qur’an. Orang
tua Abdulgani dikenal sebagai mufasir dan penghafal Al-Qur’an.
Abdul Ghani Bima kecil melawat ke Makkah dan belajar dari para ulama di
sana seperti Al-‘Allamah As-Sayyid Muhammad Al-Marzuqi dan saudaranya,
Sayyid Ahmaq Al-Marzuqi -penulis ‘Aqidatul ‘Awwam-, Muhammad Sa’id Al-
Qudsi -mufti madzhab syafi’i-, dan Al-‘Allamah ‘Utsman Ad-Dimyathi.
Nama Abdulgani sangat masyhur di dunia Islam pada paruh abad ke-19.
Keluasan ilmunya menyebabkan beliau menjadi tempat berguru banyak
ulama yang datang ke Madrasah Haramayn, Mekah. Jika kita melacak garis
genealogi atau hubungan kekerabatan intelektual Abdulgani dengan ulama-
ulama di Indonesia kira-kira pertengahan abad ke-19, Abdulgani tergolong
salah satu moyang ulama Nusantara.
120
Istri kedua syekh Mansyur adalah wanita asal kampung Melayu Bima dan
dikarunia 8 orang anak, salah satunya adalah ulama tersohor Dompu Syekh
Muhammad. Ia adalah salah satu tokoh pergerakan Islam pada zaman
revolusi kemerdekaan. Pengaruhnya sangat besar di kalangan masyarakat
Dompu, bahkan sampai ke Bima.
122
Nama lengkap beliau adalah Syekh Mahdali Bin Mansyur bin Abdul Ghani.
Lahir di Dompu pada tahun 1893. Ayahnya adalah Syaikh Mansyur ibunya
bernama St. Zubaidah, masihlah keturunan bangsawan Dompu. Syekh
Mahdali adalah keturunan dari Syaikh Abdul Karim, dengan istrinya seorang
bangsawan Dompu. Syekh Mahdali adalah cucu dari Syaikh Abdul Ghani Al-
Bimawi Al-Jawi.
Abdulgani lahir di paruh terakhir abad ke-18 kira-kira tahun 1780 di Bima.
tidak ada catatan pasti mengenai kapan hari lahir Abdulgani. Yang jelas
beliau berasal dari lingkungan keluarga ulama yang memiliki kegandrungan
tinggi dalam mengkaji Al-Qur’an. Orang tua Abdulgani dikenal sebagai
mufasir, penghafal Al-Qur’an.
Asal muasal Abdulgani dimulai dari Abdul karim, seorang da’i kelana dari
Mekah kelahiran Bagdad. Konon Abdul Karim sampai ke Indonesia, pertama
kali menuju Banten, untuk mencari saudaranya. dari Banten, Abdul Karim
mendapat informasi bahwa saudaranya itu ada di Sumbawa. Pergilah ia ke
sana dan sampai di Dompu. Seraya berdagang tembakau, Abdul Karim
menyiarkan Islam. Hal itu menarik perhatian Sultan Dompu, lalu beliau
diambil menjadi menantu. Dari pernikahan dengan gadis istana itu, Abdul
Karim mendapat anak laki-laki bernama Ismail. Ismail pun mengikuti jejak
ayahnya menjadi mubaligh. Ismail kemudian menikah dan mempunyai anak
bernama Subur. Syekh Subur sejak muda sudah hafal Al-Qur’an. Dia
menikah dengan gadis Sarita, Donggo. Dari pernikahan itu lahirlah Syekh
Abdulgani. Kehebatan ilmu Sykeh Subur membuat Sultan
Alauddin Muhammad Syah (1731-1743) mengundangnya ke istana. Beliau
didaulat menjadi imam kesultanan. Menulis Al-Qur’an Mushaf Bima adalah
prestasi luar biasa ulama ini. Mushaf yang beliau tulis diberi julukan La Lino.
125
Kitab tersebut masih ada hingga kini dan tersimpan di kediaman keluarga
sultan di Bima. Karyanya itu menjadi satu-satunya Al-Qur’an Mushaf Bima.
La Lino juga termasuk salah satu mushaf tertua di Indonesia.
Hingga kokok ayam yang pertama menjelang subuh oleh orang Bima dan
Dompu dikatakan: koko janga Ruma Sehe atau kokok ayam Syekh. Sebutan
itu sekaligus menunjukkan para Ruma Sehe begitu awal bangun bahkan
mungkin mereka tidak tidur sepanjang malam untuk beribadah. Kokok
ayamnya saja — sebagai pertanda subuh karena dulu belum ada pengeras
suara — lebih dini dari ayam lain. Semua itu tidak lain sebagai cermin
ketaatan Ruma Sehe dalam beribadah pada Allah.
kemudian dikenal sebagai Syekh Mansyur atau Sehe Jado. Syekh Mansyur
menikah dan mempunyai dua anak yakni Syekh Mahdali (Sehe Boe) dan
Syekh Muhammad. Syekh Abdulgani meninggal di Mekah pada dasawarsa
terakhir abad ke-19.
Sumber: ompundaru.wordpress.com
127
128
129
130
Abdulgani lahir di paruh terakhir abad ke-18 kira-kira tahun 1780 di Bima.
tidak ada catatan pasti mengenai kapan hari lahir Abdulgani. Yang jelas
beliau berasal dari lingkungan keluarga ulama yang memiliki kegandrungan
tinggi dalam mengkaji Al-Qur’an. Orang tua Abdulgani dikenal sebagai
mufasir, penghafal Al-Qur’an.
Asal muasal Abdulgani dimulai dari Abdul karim, seorang da’i kelana dari
Mekah kelahiran Bagdad. Konon Abdul Karim sampai ke Indonesia, pertama
kali menuju Banten, untuk mencari saudaranya. dari Banten, Abdul Karim
mendapat informasi bahwa saudaranya itu ada di Sumbawa. Pergilah ia ke
sana dan sampai di Dompu. Seraya berdagang tembakau, Abdul Karim
menyiarkan Islam. Hal itu menarik perhatian Sultan Dompu, lalu beliau
diambil menjadi menantu. Dari pernikahan dengan gadis istana itu, Abdul
Karim mendapat anak laki-laki bernama Ismail. Ismail pun mengikuti jejak
ayahnya menjadi mubaligh. Ismail kemudian menikah dan mempunyai anak
bernama Subur. Syekh Subur sejak muda sudah hafal Al-Qur’an. Dia
menikah dengan gadis Sarita, Donggo. Dari pernikahan itu lahirlah Syekh
Abdulgani. Kehebatan ilmu Sykeh Subur membuat Sultan
Alauddin Muhammad Syah (1731-1743) mengundangnya ke istana. Beliau
didaulat menjadi imam kesultanan. Menulis Al-Qur’an Mushaf Bima adalah
prestasi luar biasa ulama ini. Mushaf yang beliau tulis diberi julukan La Lino.
Kitab tersebut masih ada hingga kini dan tersimpan di kediaman keluarga
sultan di Bima. Karyanya itu menjadi satu-satunya Al-Qur’an Mushaf Bima.
La Lino juga termasuk salah satu mushaf tertua di Indonesia.
seperti halnya raja-raja Jawa yang dipanggil rakyat (hamba) dengan gusti
[prabu], yang mengacu ke Tuhan.
Hingga kokok ayam yang pertama menjelang subuh oleh orang Bima dan
Dompu dikatakan: koko janga Ruma Sehe atau kokok ayam Syekh. Sebutan
itu sekaligus menunjukkan para Ruma Sehe begitu awal bangun bahkan
mungkin mereka tidak tidur sepanjang malam untuk beribadah. Kokok
ayamnya saja — sebagai pertanda subuh karena dulu belum ada pengeras
suara — lebih dini dari ayam lain. Semua itu tidak lain sebagai cermin
ketaatan Ruma Sehe dalam beribadah pada Allah.
Dalam kisah lain disebutkan, suatu waktu Abdulgani sedang duduk dalam
satu majelis di Masjidil Haram. Pemimpin majelis tiba-tiba mengajukan
pertanyaan nyeleneh kepada Abdulgani tentang Allah. “Abdulgani, menurut
tuan Allah sedang melakukan apa sekarang?” bertanya pimpinan majelis.
Abdulgani tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Sejurus beliau
diam, lalu berkata, “Tuan, boleh kita bertukar tempat?” kata Abdulgani seraya
meminta ketua majelis turun dari mimbar, untuk kemudian Abdulgani duduk
di tempat tersebut. Setelah di mimbar, Abdulgani berkata, “adapun yang
dilakukan Allah adalah baru saja menggeser posisi duduk saya dengan
tuan.” Pimpinan majelis menyatakan puas dan kagum pada Abdulgani.
Cerita-cerita ini tentu ada yang bisa diterima kebenarannya. Cerita yang tidak
mempunyai dasar yang jelas, misalnya, beliau bisa tiba-tiba berada di Bima
atau Mekah. Menghidupkan cerita-cerita mengenai karomah yang berlebihan
itu tentu merupakan bentuk kultus terhadap Abdulgani, satu perbuatan yang
dilarang Islam. Tindakan demikian hanya membuat aqidah masyarakat
menjadi cacat.
klasik. Nama Abdulgani sangat masyhur di dunia Islam pada paruh abad ke-
19. Keluasan ilmunya menyebabkan beliau menjadi tempat berguru banyak
ulama yang datang ke Madrasah Haramayn, Mekah. Jika kita melacak garis
genealogi atau hubungan kekerabatan intelektual Abdulgani dengan ulama-
ulama di Indonesia kira-kira pertengahan abad ke-19, Abdulgani tergolong
salah satu moyang ulama Nusantara. Ia termasuk apa yang disebut Dr.
Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan VXIII, 1995, sebagai penyambung mata rantai
jaringan ulama Nusantara abad XIX dengan Timur Tengah.
Abdulgani lahir di paruh terakhir abad ke-18 kira-kira tahun 1780 di Bima.
tidak ada catatan pasti mengenai kapan hari lahir Abdulgani. Yang jelas
beliau berasal dari lingkungan keluarga ulama yang memiliki kegandrungan
tinggi dalam mengkaji Al-Qur’an. Orang tua Abdulgani dikenal sebagai
mufasir, penghafal Al-Qur’an.
Asal muasal Abdulgani dimulai dari Abdul karim, seorang da’i kelana dari
Mekah kelahiran Bagdad. Konon Abdul Karim sampai ke Indonesia, pertama
kali menuju Banten, untuk mencari saudaranya. dari Banten, Abdul Karim
mendapat informasi bahwa saudaranya itu ada di Sumbawa. Pergilah ia ke
sana dan sampai di Dompu. Seraya berdagang tembakau, Abdul Karim
menyiarkan Islam. Hal itu menarik perhatian Sultan Dompu, lalu beliau
diambil menjadi menantu. Dari pernikahan dengan gadis istana itu, Abdul
Karim mendapat anak laki-laki bernama Ismail. Ismail pun mengikuti jejak
137
Hingga kokok ayam yang pertama menjelang subuh oleh orang Bima dan
Dompu dikatakan: koko janga Ruma Sehe atau kokok ayam Syekh. Sebutan
itu sekaligus menunjukkan para Ruma Sehe begitu awal bangun bahkan
mungkin mereka tidak tidur sepanjang malam untuk beribadah. Kokok
ayamnya saja — sebagai pertanda subuh karena dulu belum ada pengeras
suara — lebih dini dari ayam lain. Semua itu tidak lain sebagai cermin
ketaatan Ruma Sehe dalam beribadah pada Allah.
138
Sumber: ompundaru.wordpress.com
Report this ad
Syaikh Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail bin abdul Karim Al-Bimawi Al-Jawi
atau yang kerap disebut Al-Bimawi saja, adalah seorang Ulama besar yang
sangat masyhur di dunia Islam pada paruh abad ke-19. Keluasan ilmunya
menyebabkan beliau diangkat menjadi seorang ulama pengajar di Madrasah
139
Syaikh Abdul Ghani lahir di paruh terakhir abad ke-18 kira-kira tahun 1780 M
di Bima, Nusa Tenggara Barat. Tidak ada catatan pasti mengenai kapan hari
lahir Syaikh Abdul Ghani. Yang jelas beliau berasal dari lingkungan keluarga
ulama yang memiliki kegandrungan tinggi dalam mengkaji Al-Qur’an. Orang
tua Abdul Ghani adalah seorang ulama hafidz Al-Qur’an.
Kakek buyut Syaikh Abdul Ghani bernama Abdul karim, seorang da’i asal
Makkah kelahiran Baghdad. Konon Abdul Karim sampai ke Indonesia
pertama kali menuju Banten, untuk mencari saudaranya. Dari Banten, Abdul
Karim mendapat informasi bahwa saudaranya itu ada di Sumbawa. Pergilah
ia ke sana dan sampai di Dompu. Seraya berdagang tembakau, Abdul Karim
menyiarkan Islam. Hal itu menarik perhatian Sultan Dompu, lalu beliau
diambil menjadi menantu. Dari pernikahan dengan puteri Sultan Dompu itu,
Abdul Karim mendapat anak laki-laki bernama Ismail. Ismail pun mengikuti
jejak ayahnya menjadi mubaligh. Ismail kemudian menikah dan mempunyai
anak bernama Subuh.
140
Syaikh Subuh bin Ismail bin abdul Karim sejak muda sudah hafal Al-Qur’an.
Ia kemudian mengembara ke timur kea arah teluk Bima, wilayah kekuasaan
Kesultanan Bima. Kehebatan ilmunya membuat Sultan Alauddin Muhammad
Syah (1731-1743) yang menjadi penguasa Kesultanan Bima saat itu
mengundangnya ke istana. Beliau didaulat menjadi imam kesultanan.
Menulis Al-Qur’an Mushaf Bima adalah prestasi luar biasa ulama ini. Mushaf
yang beliau tulis diberi julukan La Lino, yang berarti melimpah ruah atau
menyeluruh (Arab: Asy Syamil).
Abdul Ghani kecil melawat ke Makkah dan belajar dari para ulama di sana
seperti Al-‘Allamah As-Sayyid Muhammad Al-Marzuqi dan saudaranya,
Sayyid Ahmaq Al-Marzuqi -penulis ‘Aqidatul ‘Awwam-, Muhammad Sa’id Al-
Qudsi -mufti madzhab syafi’i-, dan Al-‘Allamah ‘Utsman Ad-Dimyathi. Syaikh
141
Abdul Ghani banyak mengambil faidah dari para ulama ini. Sebagaimana
yang dicatat oleh Khairuddin Az-Zirikli dalam kamus tarajimnya, Al-A’lam.
Nama Abdul Ghani sangat masyhur di dunia Islam pada paruh abad ke-19.
Keluasan ilmunya menyebabkan beliau menjadi tempat berguru banyak
ulama yang datang ke Madrasah Haramayn, Mekah. Termasuk di antaranya
banyak ulama dari tanah Jawi (sebutan orang Arab untuk Nusantara waktu
itu). Sebagaimana dicatat oleh Khairuddin Az-Zirikli, Syaikh ‘Abdul Ghani Al-
Bimawi telah ‘meluluskan’ mayoritas ulama Jawa seperti Syaikh Ahmad
Khathib bin ‘Abdul Ghaffar As-Sambasi; Syaikh Muhammad Nawawi bin
‘Umar Al-Bantani, pemilik karya-karya ilmiah seperti Tafsir Muroh Labid / At-
Tafsir Al-Munir li Ma’alimit Tanzil, yang juga pendapat anugrah berupa gelar
‘Sayyid Ulamail Hijaz’ dari Negeri Timur. Syaikh Muhammad Nawawi bin
‘Umar Al-Bantani, atau Syaikh An-Nawawi Al-Bantani adalah guru dari
Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama, TGH.
Zainuddin Abdul Majid pendiri Nahdlatul Wathan di Lombok, Syaikh Tubagus
Ahmad Bakri dari Purwakarta, Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Kyai
Agung Asnawi dari Banten, Abuya Dimyati dari Banten, Syaikh Mubarok bin
Nuh Muhammad dari Tasikmalaya, KH. Abdul Karim dari Kediri, KH.
Muhammad falak dari Bogor, dll. Syaikh Abdul Ghani senantiasa
menyibukkan diri dengan mengajar, ibadah & menulis.
Syaikh Abdul Ghani sempat “pulang kampung” ke Dompu pada tahun 1857
di masa pemerintahan Sultan Salahuddin[1] yang bergelar Mawa’a Adi (Sang
Pembawa Keadilan) dan tinggal beberapa waktu. Beliau sempat membangun
142
sebuah masjid yang kemudian diberi nama Masjid Syekh Abdul Ghani sesuai
namanya. Masjid yang merupakan Masjid Kesultanan ini berlokasi di Kampo
Sigi (sekarang Lingkungan Sigi, Kelurahan Karijawa, Kecamatan Dompu).[2]
Masjid ini beratap susun tiga yang merupakan corak bangunan dari pengaruh
Hindu. Dindingnya terbuat dari kayu jati dan lantainya dari batu. Masjid ini
terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu hingga dibongkar pada
tahun 1962. Dan saat ini di atasnya berdiri kantor Kelurahan Karijawa.
Menurut hasil survey Tim Survey Kepurbakalaan Depdikbud yang meneliti
puing-puing bangunan itu pada tahun 1974, luas bangunan masjid ini adalah
25×15 m. Lantainya terbuat dari tegel batu dengan panjang 54 cm, lebar 48
cm dan tebal 3,5 cm. Dindingnya terbuat dari batu bata merah dengan lebar
26 cm dan tebal 8 cm.[3]
Syaikh Muhammad dan Syaikh Mahdali (Sehe Boe) adalah dua orang anak
dari Syaikh Mansyur sekaligus cucu dari Syaikh Abdul Ghani Al-Bimawi.
Syaikh Mahdali atau di Dompu lebih akrab dipanggil Sehe Boe sempat
144
https://mumaseo.wordpress.com/2015/07/02/biografi-lengkap-syaikh-
abdulghani/
Catatan Kaki:
[2] RM. Agus Suryanto, wawancara dengan H.M. Yahya (71), tokoh
masyarakat Dompu di Potu thn 2009.
Iklan
Report this ad
Memuat...
145
Kambali Dompu Mantoi – Nama lengkap beliau adalah Syekh Mahdali Bin
Syekh Mansyur. Lahir di Dompu pada tahun 1893. Ayahnya adalah Syaikh
Mansyur, ulama kharismatik di Dompu dan Bima antara abad XVIII –XIX.
Ibunya bernama Siti Khadijah, masihlah keturunan bangsawan Dompu.
Syekh Mahdali adalah keturunan dari Syaikh Abdul Karim, salah satu ulama
dari Timur tengah yang menyebarkan Islam di Dompu dengan istrinya
146
seorang bangsawan Dompu. Syekh Mahdali adalah cucu dari Ulama terkenal
asal Nusantara yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram, yakni Syaikh
Abdul Ghani Al-Bimawi Al-Jawi. Beliau adalah anak kelima dari tujuh
bersaudara.
dan surga dari Allah. Beliau hanya ingin mendatkan balasan dari Allah. Itulah
Ilmu ikhlas. Beliau hanya ingin contoh beliau itu diikuti dan dicontoh oleh
orang banyak.Berbuat bukan agar dipilih dalam Pilkada atau agar menjadi
anggota dewan, namun semata-mata karena perintah Allah. Tak penting
terkenal di mata penduduk dunia. Yang penting adalah seperti Uwais Al
Qarny yang terkenal di kalangan penduduk langit. Dia ikhlas beramal.
Syekh Mahdali telah hidup melewati berbagai masa yakni masa Kesultanan
Dompo (masa penjajahan Belanda, Masa pendudukan Jepang) dan masa
Republik Indonesia (Masa Revolusi Kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru).
Beliau sempat menjadi Qadhi Kesultanan Dompu di masa-masa akhir
Kesultanan Dompu. Setelah Kesultanan Dihapuskan, beliau menghabiskan
sisa-sisa umurnya dengan mendekatkan diri pada Allah di tempat tinggalnya
148
Desa Kareke sampai beliau berpulang ke hadirat Allah SWT di usia 105
tahun pada tahun 1998.
Syekh Mahdali adalah salah satu ulama Bima dan Dompu yang turut
berperan dalam misi dakwah dalam rangka pengislaman masyarakat Etnis
Donggo. Sebuah daerah pegunungan di sebelah barat teluk Bima yang
dihuni oleh penduduk asli Bima. Pada masa penjajahan Belanda hingga
masa proklamasi kemerdekaan masyarakat Donggo masih memegang teguh
ajaran animisme/dinamisme dan sebagian memeluk agama Kristen akibat
misionaris Belanda. Perjalanan dakwah beliau dan ulama lainnya di Donggo
tidaklah gampang. Beliau kk harus berhadapan dengan para pemuka adat
dan tokoh agama Donggo kala itu yang menentang ajaran Islam. Namun
berkat kegigihan dakwah beliau dan ulama-ulama Bima-Dompu lain, Donggo
berhasil diislamkan.
Salah satu contoh dari beliau dalam berpegang teguh kepada ajaran Islam
adalah beliau menghindari bersalaman dengan Jamaah wanita yang
mengikuti pengajiannya kecuali dengan membalut tangannya dengan
sorban. Beliau telah meninggalkan banyak ajaran sakral yang hari ini harus
direnungi kembali oleh generasi muda Dompu. Beliau telah mengajarkan
Islam, Syariat Islam. (MF
Setelah selesainya tarian kanca dan toja, maka seluruh pasukan akan
melakukan Mihu ro Makka. Mereka berikrar di hadapan sultan untuk
senantiasa setia dan patuh terhadap sultan yang dipersepsikan sebagai
Hawo ro Ninu (Pengayom dan pelindung) bagi seluruh rakyat Kesultanan
Dompu. Acara kemudian ditutup dengan do’a secara berjamaah yang akan
dipimpin oleh Ulama Istana yang memegang jabatan Imam di Masjid
Kesultanan (Masjid Syaikh Abdul Ghani Al-Jawi).
Setelah seluruh prosesi upacara Lu’u ’Daha selesai, maka sultan membagi-
bagikan sedekah kepada rakyat miskin dan orang-orang yang tidak mampu.
Berakhirlah seluruh prosesi upacara Lu’u daha ini. [Uma Seo]
153
154
Karo’a Pidu, Mushaf Al-Qur’an tertua di Dompu yang dibuat pada Abad ke
XVII
“Di kala itu Karo’a Pidu ini dianggap bertuah dan memiliki berkah dan di
anggap sebagai Zimat. Karena apabila terjadi wabah penyakit atau
kesusahan menimpa Negeri dan Orang banyak , maka Sultan
memerintahkan kepada Pejabat Agama, Imam atau Lebe Na’e atau Lebe
Salama dan bersama Pejabat Hadat lain untuk mengarakkan Karo’a Pidu itu
keliling Negeri di sertai bunyi2an” ( Almarhum Israel, MS. SKD 1985 ).”
*****
Kambali Dompu Mantoi – Karo’a Pidu adalah sebutan yang diberikan oleh
Masyarakat Dompu terhadap sebuah Al – Qur’an Kuno dan tertua di Dompu
dengan keunikan yang dimilikinya, yaitu dengan 7 (Tujuh) cara membacanya
(qira’ah sab’ah).
Karo’a Pidu berukuran relatif besar, Yaitu 20,5 cm X 29 cm. Bagian dalam
Karo’a Pidu khususnya disisi pinggir dihiasi dengan border yang cantik
dengan aneka warna yang serasi. Tulisan Al – Qur’an nya berwarna hitam
dan baris berwarna merah serta ada beberapa catatan tulisan arab di pinggir
156
atau diluar border. Covernya berwarna Coklat gelap dengan ketebalan 0,5
cm berbahan mirip Karton Super atau menyerupai kulit kayu.
Karo’a Pidu ini ditulis pada tahun 1100 Hijriyah atau sekitar Tahun 1688/89
M. Bertepatan dengan era Kekuasaan Sultan Abdul Hamid Ahmad (1667-
1697). Dan untuk menjaga dari kerusakan, Karo’a pidu disimpan dalam
sebuah kotak berbahan Kayu Jati dengan ukuran 24 cm X 34,5 cm. Pada
bagian depan kotak terdapat ukiran kaligrafi dengan tulisan arab. Pada ujung
kiri menjelaskan tahun pembuatan Karo’a Pidu pada hari Arba’. Ujung kanan,
tiga hari bulan Dzul Qaedah. Selanjutnya, tengah atas bertuliskan Hijratul
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam al akhir tahun syawal 1121
(atau Bertepatan dengan Era Kekuasaan Sultan Abdul Rasul I. 1697 – 1718
M) . Pada bagian tengah bawah tertulis milik Tuan Kita Sultan MT. Arifin
Sirajuddin membuat tempat Al Qur’an ini oleh Katib[1] Sikasih.
Saat ini sedang diteliti oleh para Ahli dan Insya Allah akan dicetak dan
diperbanyak sebab ini bukan saja Pusaka Dompu tapi juga Pusaka
Nusantara. Terimakasih. (Imran Kasiri)
Sumber: https://kambalidompumantoi.wordpress.com/2016/04/02/karoa-pidu-
al-quran-tertua-di-dompu/
157
Catatan Kaki:
[1] Penting untuk dibedakan, banyak orang keliru. KATIB dalam bahasa Arab
artinya adalah JURU TULIS atau SEKRETARIS. Sedangkan Khatib artinya
Pemberi Khutbah.
Konon cerita, salah seorang putri dari keluarga Kerajaan Dompu tertarik
terhadap ajaran Islam yang dibawa oleh Syekh Nurdin. Sang Putripun
akhirnya belajar dan memeluk Islam di hadapan syekh Nurdin. Bukan itu
saja, sang putri Raja itupun akhirnya menaruh hati dan menikah dengan
Sang Ulama.
Putri Raja yang tidak diketahui nama aslinya itupun akhirnya mengganti
namanya setelah menikah dengan Syekh Nurdin dengan Islam yakni ST.
Hadijah. Dari pernikahan dengan Syekh Nurdin tersebut ia dikaruniai 3 orang
anak, 2 putra dan 1 putri. Masing-masing bernama Syekh Abdul Salam,
Syekh Abdullah dan Joharmani.
Pada saat Syekh Nurdin dan keluarganya berangkat ibadah haji ke tanah
159
suci Makkah untuk memperdalam ilmu agama Islam, Syekh Nurdin dan salah
seorang putranya yakni Syekh Abdullah, tidak kembali ke Dompu karena
meninggal di Makkah . Hanya Syekh Abdul Salam dan ibundanya ST.
Hadijah serta adik perempuannya, Joharmani, yang kembali ke Dompu.
Isteri Syekh Nurdin dan kedua anaknya yang sudah menyandang gelar Haji
akhirnya pulang ke Dompu dengan membawa oleh-oleh berupa kitab suci Al
Qur‘an sebanyak 7 buah (di Dompu dikenal dengan istilah Karo‘a Pidu).
Konon ketujuh buah kitab suci Al Qur‘an yang dibawa dari Makkah oleh
keluarga Syekh Nurdin tersebut saat ini masih tersimpan dengan baik di asi
mpasa (istana lama) uma siwe (rumah perempuan), Hj. ST Hadijah (isteri
Almarhum Sultan Muhammad Tajul Arifin Siradjuddindin, Sultan Dompu
terakhir).
Islam menjadi agama resmi Kerajaan Dompu ketika putra pertama Raja
Dompu yakni La Bata Na‘e naik tahta menggantikan Ayahandanya. Untuk
memperdalam agama Islam, La Bata Na‘e pergi meninggalkan Dompu untuk
menimba Ilmu di Kerajaan Bima, Kerajaan Gowa Makassar bahkan sampai
ke tanah Jawa. Setelah menguasai berbagai macam ilmu agama Islam, La
Bata Na‘e akhirnya kembali ke Kerajaan Dompu untuk meneruskan
160
Sumber : dompudalnet.blog.com
163
Sanggar merupakan kerajaan kecil yang terletak disebelah barat laut Dompu
disebelah timur kaki gunung tambora. Pada tahun 1805 raja sanggar
meninggal dan digantikan oleh saudaranya yakni Ismail ali Lujang. Pada
abad ke-XIX,sebelum tambora meletus dengan dahsyatnya, penduduk saat
itu berjumlah skitar dua ribu orang pada tahun 1808 dan meningkat menjadi
dua ribu dua ratus orang pada tahun 1815.
Ketika Tambora meletus pada bulan april 1815 sebagian besar penduduknya
meninggal,dan tinggal dua ratus orang saja dan karena diserang leh
perampok pada tahun 1818 mereka melarikan diri ke Banggo di Kerajaan
Dompu,dan sebagaian ke Gembe Bima. Dengan bantuan gubernurmen pada
164
Kerajaan Tambora.
Kerajaan Tambora yang teretak pada suatu jazirah yang pada ketiga penjuru
dibatasi oleh laut. Disebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Sanggar dan
Kerajaan Dompu dengan luas areal wilayah 459 pal persegi. Seluruh
kerajaan berada disekitar kaki gunung Tambora (Gunung Arun). Sebelum
Tambora meletus,air sudah sangat kurang dan untuk mendapatkan air
minum penduduk saat itu menggali sumur di sekitar pantai. Rakyat tambora
hidup dari berladang atau bercocok tanam serta beternak dan meramu.
empat ribu iwa dan pada tahun 1815 atau setelah tambora meletus
penduduk kerajaan tambora sebagian habis tewas sebanyak tiga puluh ribu
jiwa lebih. Dan pada tahun 1816 sisa penduduk yang masih hidup akhirnya
meninggal semua karena diterjang banjir bandang dan banjir
lahar,selanjutnya bekas Kerajaan tambora yang sudah habis ditelan
ganasnya alam tersebut digabungkan dengan wilayah Kesultanan Dompu
hingga sekarang ini. Bekas Kerajaan tambora kini masuk dalam wilayah
Kecamatan Pekat Dompu.
Letusan gunung tambora juga membawa dampak yang sangat besar bagi
Kesultanan Dompu. Menurut Prof. Dr. Helyus Syamsuddin, Ph.D, pada saat
itu pusat pemerintahan yang terletak di situs Doro Bata, Kandai Satu
sekarang, tertimbun oleh abu vulkanik yang sangat tebal sehingga tak dapat
lagi ditempati. Pemerintah kesultanan kemudian memindahkan pusat
pemerintahan ke lokasi baru, yakni lokasi kampo rato, karijawa, sekarang ini.
Selain itu, lebih dari 2/3 jumlah penduduk Kesultanan Dompu musnah. Baik
171
Akibat letusan tambora, selama tiga tahun berikutnya tanah pulau Sumbawa
tidak dapat ditanami. Bencana kelaparan terjadi. Setengah dari populasi
penduduk pulau Sumbawa musnah. Para ahli memperkirakan total korban
letusan gunung tambora adalah 91.000 jiwa. Hal ini dapat menjelaskan
kenapa di NTB, jumlah (populasi) penduduk pulau Lombok lebih banyak,
sedangkan jumlah (populasi) penduduk pulau Sumbawa lebih sedikit.
Bagi Dompu sendiri, letusan maha dahsyat gunung tambora telah mengubur
banyak sekali cerita negeri ini. Kita bisa memahami kalimat ini jika kita tahu
bahwa begitu sedikitnya sumber informasi sejarah tentang masa lalu Dompu.
Begitu banyak hal yang telah terkubur di bawah tanah Dompu tempat kita
berpijak. Lebih dari pada itu letusan tambora telah mengubur dua per tiga
populasi kesultanan Dompu.
Qifyan Rahman
Dompu, 1815
qifyanrahman di 20.33
178
April 1815. Letusan pamungkasnya yang menelan puluhan ribu korban jiwa
terjadi tepat pada tanggal 10 April 1815. Letusan maha dahsyat yang
menghancurkan sebagian besar puncaknya, meninggalkan kawah yang
kelak menjadi kaldera terbesar di muka bumi.
Ada banyak sarang walet, termasuk yang berkualitas bagus, dan pulau ini
telah sejak dahulu terbukti memiliki kandungan emas, meskipun belum
pernah dieksploitasi. Di teluk di Pantai utara Kesultanan Dompo,
mengandung mutiara yang ukurannya relatif sangat besar. Meskipun
perburuan mutiara tidak pernah diawasi sama sekali. Ada tambang garam di
Bima yang memasok seluruh pesisir Bonerate, Manggarai, Selayar dan Bone
181
Ada enam kerajaan atau kesultanan yang berdiri pada waktu itu: Kerajaan
Sumbawa, Bima, Dompo, Sanggar, Pekat, dan Tambora. Di timur ada
Kesultanan Bima, di tengah berdiri Kesultanan Dompo, di barat berdiri
Kesultanan Sumbawa. Adapun di utara berdiri berdampingan tiga kerajaan
kecil. Ada Kesultanan Sanggar di teluk bagian utara pulau, Kesultanan
182
Gunung itu belum pernah meletus sebelum tahun 1815. Tanda-tanda awal
gunung itu akan segera meletus baru disadari tiga tahun sebelum letusan.
183
Sejak tahun 1812, telah ada awan tebal yang selalu menyelimuti di puncak
Tambora. Awan itu makin lama makin besar dan gelap dengan sesekali
mengeluarkan suara bergemuruh.
Seorang saksi mata terhadap tanda-tanda awal ini adalah John Crawfurd,
yang menulis dalam bukunya Descriptive Dictionary of the Indian Islands:
pada tahun meletusnya Tambora, saya mengikuti sebuah expedisi menuju
Makasar di Sulawesi dan dalam perjalanan kami melewati pesisir P.
Sumbawa, bahkan gunung berapi Tambora sedang dalam aktifitas yang
hebat. Dalam jarak sekian, awan abu yang terlontar telah menghitamkan satu
sisi horizon ……… dan abunya bahkan jatuh ke atas dek kapal.
Letnan Owen Philips yang ditugaskan oleh Letnan Gubernur Raffless untuk
melakukan investigasi terhadap kejadian ini mencatat laporan saksi mata dari
penduduk Kerajaan Sanggar yang selamat:
Sekitar jam 7 malam, tanggal 10 April 1815, tiga buah gumpalan lava pijar
meledak keluar di dekat puncak Tambora. Seluruh pijaran lava itu rupanya
mencapai dalam bibir kawah dan setelah itu melesat sangat tinggi ke
berbagai arah. Puncak dari masing-masing lava pijar itu lalu menyatu di
udara dengan cara yang tidak beraturan. Dalam waktu singkat, seluruh
lereng gunung yang terletak berdekatan dengan Sanggar berbentuk seperti
terliputi cairan berapi yang menyebar ke berbagai arah.
185
Pijaran api dan gumpalan lava terus mengamuk dengan kemarahan yang
tidak reda hingga kegelapan akibat banyaknya material yang jatuh, tak bisa
melihat apa-apa. Jam menunjukan pukul 8 malam, di saat itu batu-batu
berjatuhan sangat banyak di Sanggar. Sebagian dari batu-batu itu sebesar
dua kepalan tangan namun umumnya tidak lebih besar dari buah kenari.
Antara jam 9 dan 10 malam, hujan abu mulai turun dan segera setelah terjadi
angin tornado yang hebat, yang menerbangkan hampir seluruh rumah di
perkampungan di Sanggar, menerbangkan atap dan bagian-bagian kecil
rumah. Di bagian Sanggar yang berbatsan langsung dengan Tambora,
pengaruhnya bahkan sangat hebat, mencabut akar pohon paling besar dan
membawanya ke udara bersama-sama dengan manusia, rumah-rumah,
ternak, dan apa saja yang dilaluinya. Permukaan air laut naik setinggi 12
kaki, lebih tinggi dari biasanya, dan merusak areal persawahan kecil di
Sanggar, menyapu semua rumah dan apa saja yang bisa dicapai olehnya.
Demikian kesaksian seorang warga Sanggar yang selamat.
Letusan itu telah melenyapkan dua kerajaan yakni kesultanan Tambora dan
Pekat. Juga mengakibatkan hancurnya pusat pemerintahan kerajaan
sanggar dan musnahnya sebagian besar penduduknya. Pusat kerajaan
sanggar akhirnya berpindah ke lokasi desa kore saat ini.
186
Akibat letusan tambora, selama lima tahun berikutnya tanah pulau Sumbawa
tidak dapat ditanami. Bencana kelaparan terjadi. Setengah dari populasi
penduduk pulau Sumbawa musnah. Para ahli memperkirakan total korban
letusan gunung tambora adalah 91.000 jiwa. Hal ini dapat menjelaskan
kenapa di NTB, jumlah (populasi) penduduk pulau Lombok lebih banyak,
sedangkan jumlah (populasi) penduduk pulau Sumbawa lebih sedikit.
*****
187
Letusan gunung tambora juga membawa dampak yang sangat besar bagi
roda pemerintahan Kesultanan Dompo. Menurut Prof. Dr. Helyus
Syamsuddin, Ph.D, dengan mengutip Raffless, pada saat itu pusat
pemerintahan yang terletak di situs Doro Bata, Kandai Satu sekarang,
188
tertimbun oleh abu vulkanik yang sangat tebal sehingga tak dapat lagi
ditempati. Pemerintah kesultanan kemudian memindahkan pusat
pemerintahan ke lokasi baru, yakni lokasi kampo rato, Kelurahan Karijawa,
sekarang ini. Selain itu, luas wilayah Kesultanan Dompo sendiri mengalami
penambahan. Belanda menjadikan wilayah Kerajaan Pekat sebagai wilayah
Dompo sejak kerajaan itu musnah ditelan amukan Tambora.
Bagi Dompu sendiri, letusan maha dahsyat gunung tambora telah mengubur
banyak sekali cerita negeri ini. Kita bisa memahami kalimat ini jika kita tahu
bahwa begitu sedikitnya sumber informasi sejarah tentang masa lalu Dompu.
Begitu banyak hal yang telah terkubur di bawah tanah Dompu tempat kita
berpijak. Lebih dari pada itu letusan tambora telah memusnahkan sebagian
besar populasi penduduk asli Kesultanan Dompo. Yang kemudian membuat
banyak etnis akhirnya datang dan mendiami Dompu yang baru. (Uma Seo)
189
dari sisi timur hingga utara termasuk dalam wilayah Kabupaten Bima.
Aku bukan pendaki gunung, tapi gunung memang selalu menyimpan
eksotisme mistis yang meski sulit untuk dijelaskan, senantiasa menarik
untuk diperbincangkan. Menatap angkuh puncaknya yang diselimuti
berarak awan putih mengias birunya langit, aku tak dapat
menyembunyikan kekaguman menyaksikan betapa kokohnya leher
hingga terus semenurun lereng gunung dengan tinggi 2.851 meter,
namun pernah menjulang hingga 4.300 meter dan tercatat sebagai
puncak tertinggi di Indonesia pada masanya. Bandingkan dengan
Puncak Jayawijaya di Papua yang memegang rekor itu sekarang,
ternyata 'hanya' setinggi 3.050 meter di atas permukaan laut. --- Apa
kabar, Dompu cerah hari ini? Semoga seperti Jakarta saat kuguratkan
tulisan ini. Kubayangkan, Tambora bergeming demikian tenang...
Kontras sekali dengan yang terjadi dua ratus kurang tiga tahun lalu...
Siapa pernah menyangka, di balik ketenteraman suasana sejuk di kaki
gunung ini, tersimpan selaksa kisah yang pernah mengguncang dunia!
Saat bencana alam paling mengerikan
191
terjadi di sini... Dan tepat pada hari ini... --- LETUSAN GUNUNG
TAMBORA 11 April 1815, 197 tahun yang lalu... Barangkali hampir tak
ada yang pernah membayangkan, gunung purba itu pernah meletus
begitu dahsyat, bahkan menjadi letusan terdahsyat yang tercatat dalam
sejarah peradaban umat manusia! Kedahsyatan letusannya setara
dengan 1.000 Megaton ledakan TNT, dan hanya kalah oleh letusan
mahadahsyat Gunung Toba yang mencapai skala 8 dari 8 pada indeks
VEI (Volcanic Explosivity Index), lebih kurang 74.000 tahun lalu, yakni
jauh pada masa pra-sejarah. Menggeram mulai awal April, dan mulai
meletus kecil sejak tanggal 5 April, puncak letusan Gunung Tambora
terjadi pada 10-11 April 1815, dimulai malam hari pukul 19.00 tanggal
10, dan terus-menerus meletus hingga mengguncangkan bumi
keesokan harinya pada skala 7 dari tertinggi 8 pada indeks VEI.
Kekuatan ledakannya bahkan tercatat empat kali lebih besar dari
letusan Gunung Krakatau tahun 1883! Menyemburkan muatan tefrit
hingga 1.6 × 1011 meter kubik, dan 100 kilometer kubik piroklastik
Makasar, 12-15 April 1815 Tanggal 12-15 April udara masih tipis
dan berdebu, sinar matahari pun masih terhalang. Dengan
sedikit dan terkadang tidak ada angin sama sekali. Pagi hari
199
Jalan Tengah
pahu ini. Saya tidak mengupas kapan sebenarnya daerah kita tercinta ini
mulai ada apakah ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu, tetapi saya
membalikan telapak tangan, tidak demikian, untuk menetapkan hari jadi yang
sebagai peradaban yang syah yang pernah hidup dan memimpin daerah ini.
pemerintahan putra daerah Drs HM Yakub MT, Drs H Umar Yusuf, Drs H
Hidayat Ali dan berakhir pada pemerintahan H Abubakar Ahmad SH. Bahkan
keputusan daerah sampai Bupati Drs H Umar Yusuf tidak terpilih kembali
karena diganti oleh Putra daerah yang lain Drs H Hidayat Ali. Pada periode
213
ini pun penetapan hari jadi bukan tidak pernah dilakukan tetapi selalu gagal
bertempat digedung Sama Ngawa (gedung yang kini rusak akibat dihantam
gempa 2007) dilakukan seminar sehari tentang hari jadi Dompu dengan
membuahkan hasil karena terjadi perbedaan yang tajam dan tarik menarik
kepentingan.
membentuk tim perumus hari jadi Dompu dengan nomor surat keputusan
172 tahun 2001 yang diketahui oleh Drs HM Yakub MT (almarhum) dan
sekretaris Drs Zainal Arifin HIR. Tim ini bertugas melakukan penelurusan
214
hari jadi dengan dasar pada saat itu dilakukan pelantikan sultan pertama
Dompu yakni Sultan Syamsuddin, sultan ini diakui sebagai salah satu sultan
Lagi-lagi hasil tim perumus mendapat penentangan yang luar biasa dari
penetapan hari jadi Dompu ini. Dua anggota DPRD saat itu yang berasal dari
pendapat itu karena penetapan hari jadi belum bisa dilakukan mengingat
(karena Ompu Beko berasal dari Mpuri) untuk ditetapkan sebagai sebuah
Ompu Beko memang memiliki komitmen yang kuat bahwa pembahasan hari
jadi Dompu harus tuntas dimasa kepemimpinanya, karena itu dia kembali
dua budayawan Dompu El Hayat Ong dan M Chaidir yang juga adik kandung
Heliyus lebih tertarik kepada sebuah bencana yang luar biasa dahsyatnya
yang tidak saja meluluh lantahkan kerajaan Dompu dan sekitarnya tetapi
gunung Tambora yang terjadi 11 april 1815. Akibat letusan itu tidak hanya
panas tidak ada karena tertutup kabut, bahkan tercatat bala tentara
bisa diterima oleh berbagai elemen, diterima karena dianggap sebagai jalan
tengah dan diterima karena elit-elit didaerah dan berbagai komponen sudah
Dompu.
akan menjadi emas bagi anak cucu kita, mereka akan dapat meraup dollar
dari sejarah yang pernah ada, karena sejarah ini tidak akan pernah hilang
647 Shares
219
“[...] Hujan turun begitu lebat, tentara tertua dari pasukan itu bahkan tidak
pernah melihat kejadian seperti ini,” tulis John Lewis dalam "The Weather of
the Waterloo Campaign 16 to 18 June 1815: Did it Change the Course of
History?"
Thomas Stamford Raffles yang kala itu memerintah Jawa sejak 1811
mencatat peristiwa letusan dahsyat tersebut dalam memoarnya.
Ia mencatat letusan pertama terdengar sampai Jawa pada sore hari tanggal
5 April dan setiap 15 menit terus terdengar sampai hari-hari berikutnya.
Mulanya, suara ini dianggap suara meriam hingga sebuah detasemen
tentara bergerak dari Yogyakarta, mengira pos terdekat sedang diserang.
Yang paling dahsyat terjadi pada pagi pukul tujuh tanggal 10 April. Laporan
yang dihimpun William & Nicholas Klingaman berjudul "Tambora Erupts in
1815 and Changes World History" menyebut hampir seluruh isi perut gunung
dimuntahkan, yakni magma, abu yang memancar, dan batuan cair yang
menembak ke segala arah. Berlangsung sekira satu jam, begitu banyak abu
dan debu terlempar berada di uadara hingga menutupi pandangan terhadap
gunung.
Di lereng Tambora, ada tiga kerajaan yang tercatat yaitu Kerajaan Tambora,
Kerajaan Sanggar, dan Kerajaan Pekat yang semuanya musnah karena
letusan Tambora. Kerajaan Bima sendiri turut mencatat peristiwa
mahadahsyat ini seperti tertuang dalam naskah kuno Bo Sangaji Kai.
Di hari puncak letusan yang terjadi pada 10 April itu, tsunami juga menerjang
berbagai pulau di Indonesia sebagai dampak dari letusan Tambora. Tercatat,
223
Suhu global menurun sekitar 0,4 sampai 0,7 derajat celsius akibat kabut
kering yang menyelimuti bumi. Pertanian yang seharusnya mendapat
paparan sinar matahari di musim semi menjadi gagal panen di India dan
timbul wabah kolera di Bengal pada 1816. Tifus menyerang wilayah Eropa
tenggara dan timur Mediterania antara 1816 sampai 1819.
Gagal panen karena suhu dingin dan hujan lebat melanda Inggris dan
Irlandia. Kelaparan merata di utara dan barat daya Irlandia karena gagal
panen gandum, oat, dan kentang. Jerman dilanda krisis: harga pangan
224
Tony Firman
(tirto.id - ton/msh)
225
Peta ketebalan abu vulkanik akibat letusan Tambora 1815. Klik pada gambar untuk
memperbesar. Sumber: Wikipedia common
Penggalinan arkeologi oleh tim Balai Arkeologi Denpasar. Foto: Made Wita/popular-
archeology.com
Draisine, velocipede temuan von Drais, awal dari penemuan sepeda. Sumber:
beagreencommuter.com
menarik. Demikian pula sejarah lahirnya hari jadi Dompu, sudah sering
238
Penetapan hari jadi Dompu dimulai sejak pemerintahan bupati Dompu drs.
H. Umar yusuf, msc sejak tahun 1989 / 1994 hingga periode pertama
menetapkan hari jadi Dompu. Maka berbagai pihak telah menyepakati dan
mentah kembali.
(2000 – 2005). Pada periode ini penelusuran, dan pembahasan hari jadi
gedung sama ngawa Dompu diadakan seminar sehari diikuti oleh berbagai
ada di Dompu maupun yang ada diluar Dompu dengan tujuan mencari,
keputusan bupati Dompu nomor 172 tahun 2001 membentuk tim perumus
hari jadi Dompu. Tim bekerja dengan menggali berbagai dokumen dan
hari jadi Dompu, pada hari jum’at tanggal 24 september 1545 atau
pemikiran tim perumus pada saat itu yakni, bahwa pada tanggal tersebut
menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Akhirnya bupati Dompu saat itu
dan mencari data yang lebih akurat lagi. Setelah beberapa waktu soal
penetapan hari jadi Dompu tidak di bahas, datang usulan dan masukan
sebagai bahan acuan untuk mencari dan menetapkan hari jadi Dompu.
Quote:A. Tahun 1360 pengucapan sumpah palapa oleh gajah mada yang
majapahit.
Dompu
utusan voc.
242
tambora.
F. Tanggal 9 juli 1792, perjanjian politik kontrak adat, antara rakyat dan
kepada salah seorang ahli sejarah nasional asal Dompu yang tinggal di
243
bandung, yakni prof. Dr. Helyus syamsuddin, phd (guru besar pada ikip
kegiatan seminar bersama tim perumus hari jadi Dompu yang saat itu
soal penetapan hari jadi Dompu di gedung DPRD Dompu pada hari jum’at
pada hari sabtu tanggal 19 juni 2004, DPRD kabupaten Dompu menyetujui
penetapan hari jadi Dompu jatuh pada hari selasa tanggal 11 april 1815
Dalam makalahnya yang berjudul ”hari jadi daerah Dompu sebuah usul
244
yang dahulu, semula berada di bata (istana doro bata), jawabannya karena
tertimbun abu dan tidak bisa lagi di diami / di huni, lalu di tinggalkan. Jadi
istana bata dulu merupakan sebuah situs sejarah penting di Dompu, yaitu
situs istana tua Dompu (asi ntoi) yang letaknya di selatan sorina’e
baru (asi bou) letaknya dulu dilokasi masjid raya sekarang (masjid agung
baiturrahman Dompu).
kesebelah utara sungai (sori na’e). Apakah ini tidak merupakan suatu
memerintah saat itu masih sultan abdul rasul (1808 – 1840). Jadi kita
gelar ”sultan ma ntau bata bou”. Yang kedua, dengan meletusnya gunung
pindahnya asi ntoi ke asi bou serta perluasan wilayah kesultanan dengan
rakyat kolonisasi (pembojong) dari bima dengan syarat bahwa rakyat itu
dan jiwa di Dompu seperti : kampung bolonduru, bolo baka, monta baru,
Dompu bou setelah tambora meletus adalah Dompu yang satu itu juga.
Yang jelas saat ini, Dompu sudah mempunyai lambang jati diri sebagai
upaya dan kerja keras dari seluruh komponen masyarakat yang ada di
Dengan telah di tetapkan hari jadi Dompu tanggal 11 april 1815 atau
tetapkannya hari jadi Dompu ini di harapkan agar supaya dapat lebih
dengan perbuatan).
248
249
Bagian I
DOMPU TELAH EKSIS BERABAD-ABAD
Negara Majapahit baru berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan
imperiumnya belum melingkar seluruh daerah Nusantara.
Bagi sebagian kerabat istana Majapahit saat itu, Sumpah Palapa dinilai
terlampau mengerikan dan dianggap mustahil dapat menjadi kenyataan,
mengingat kerajaan-kerajaan yang hendak ditaklukkan bukanlah lawan-
lawan yang enteng.
Oleh seba itu, sewaktu Sumpah Palapa diucapkan, menurut Muhammad
Yamin (2005, hlm. 53), terdengarlah makian dan ejekan yang tidak merdu
bunyinya. “Ra Kembar dan Ra Banyak dengan terus terang mengatakan tak
mau percaya kepada kemenangan Gajah Mada dan terus memaki-maki
dengan perkataan yang kasar-kasar. Jabung-terewas dan Lembu-peteng
tertawa-tawa mengejekkan Gajah Mada yang dianggap sombong dan tinggi
hati itu.” Tetapi ternyata, penyatuan Nusantara berhasil diwujudkan Gajah
Mada.
Hanya saja, sejak Sumpah Palapa dikeluarkan, tidak serta merta impian
Gajah Mada tercapai. Butuh waktu puluhan tahun. Penyerbuan pertama
Majapahit atas Dompu dilakukan tahun 1344 dengan pasukan yang
dikomandani Tumenggung Nala. Tetapi gagal. Dompu baru berhasil di
tundukkan pada tahun 1357, setelah Gajah Mada mengutus lagi
252
saat letusan gunung berapi. Ia menyatakan, ini memang unik karena sejarah
adalah suatu keunikan. “Dalam hal-hal yang baik Dompu haru berani tampil
beda dan lebih baik,” kata dia memberi alasan lebih lanjut.
Argumen Helius Sjamsudin itu boleh-boleh saja jika dilihat dari sudut
pandang kepepet, lantaran “malas” menggali fakta-fakta sejarah Dompu.
Tapi biarpun begitu , ini tetap merupakan suatu keanehan, bahkan absurd
(ganjil) seperti diakui sendiri oleh Helius Sjamsudin (2005).
Sebab, sebagaimana mungkin Dompu harus membuat Perayaan dan
bersuka cita pada tiap tanggal itu, saat mana sebaliknya banyak orang
diberbagai belahan dunia mengenag peristiwa tersebut dengan keprihatinan
dan kesedihan karena erupsi Gunung Tambora telah membuat penderitaan
luar biasa yang tak gampang dilupakan entah sampai kapan.
Kalau saja para penduduk atau keturunan Kerajaan Tambora dan
Kerajaan (Pa)Pekat masih ada yang hidup, niscaya mereka akan protes dan
tidak akan sudi Dompu menetapkan hari jadinya pada tanggal 11 April 1815.
Sayangnya, tidak ada sama sekali sisa kehidupan di dua kerajaan itu, karena
lahar panas Gunung Tambora meluluhlantakkan mereka rata dengan tanah.
Lagi-lagi bisa disebut pula janggal, manakala peristiwa letusan Gunung
Tambora dijadikan alasan untuk memberi istilah adanya Dompu Lama
(Dompu Ntoi) sebelum letusan, dan Dompu Baru (Dompu Mbou) sesudah
257
letusan, seperti juga diutarakan oleh Helius Sjamsudin (2005), dimana hal itu
turut dijadikan bahan pertimbangan lain dalam menetapkan hari jadi Dompu,
yang berdasarkan atas waktu meletusnya Gunung Tambora.
Tambora
Sanggar
Pekat
Dompo
sumbawa Bima
Pulau Sumbawa
Pada zaman sebelum Gunung Tambora meletus tahun 1815, di Pulau
Sumbawa terdapat lima kerajaan dengan pembagian wilayah seperti
yang terlihat di atas. Kini wilayah eks Kerajaan Tambora dan Kerajaan
Pekat menjadi wilayah Kabupaten Dompu, termasuk sebagian wilayah
260
Bagian II
KISAH SULTAN MUHAMMAD SIRADJUDDIN
1934, atau selama 52 tahun, paling lama dari seluruh sultan yang
berkuasa di Dompu.
Mahkota yang dikenakan para Sultan Dompu yang terbuat dari emas,
tersimpan di Museum Nasional, Jakarta
266
267
Setelah kembali Sultan Dompu dari Kupang, Sultan yang pada waktu itu
usianya sudah 90 tahun, beliau tidak dapat memilih antara kedua
putranyanya mana yang harus dirangkul dan yang mana harus tepis,
keributannya bukan mereda melainkan bertambah memuncak.
Begitu Tentara Jepang mendarat di Pelabuhan Bima, oleh para tokoh &
masyarakat Bima Balatentara Jepang dijemput diluar asa kota Bima,
disanalah mereka minta pada Balatentara Jepang agar Kesultanan Dompu
yang tidak mempunyai Sultan digabungkan menjadi Wilayah Bima.
[2] M di sini adalah singkatan dari Mahmud atau Muhammad dalam versi
lainnya.
[3] Dalam versi lain aksi kudeta pejuang Bima terhadap Belanda ini
terjadi tanggal 6 Mei 1942.
[5] Ini berarti bahwa perang sori utu terjadi setelah tanggal 12 April
1942. Karena tanggal tersebut adalah tanggal keberangkatan pasukan
Belanda menuju Bima-Dompu dan perjalanan memakan waktu beberapa
hari. Namun dalam versi lain, menurut H. Tamin H. Adam -salah satu
pelaku dalam perang itu- perang sori utu terjadi pada tanggal 5 April
1942. Ada pula versi yang manyatakan perang itu terjadi di bulan Mei.
280
[7] Lebih tepat dinamakan Perang Sori Utu bukan Perang Manggelewa
karena nama Manggelewa baru ada setelah terjadinya perang tersebut.
Adapun saat perang berlangsung, lokasi peperangan berada dibawah
pohon asam (mangge) sehingga dinamakan MANGGELEWA
Singkat cerita, ketika usia sultan telah tua yakni sekitar 90 tahun, ia harus
menentukan siapa di antara kedua anaknya yang akan menggantikannya.
Menurut aturan yang berlaku, maka yang berhak menggantikan beliau
adalah anaknya yang paling tua yakni Ama ka’u (Pangeran) Abdul Wahab
bin Sirajuddin. Akhirnya, diangkatlah Abdul Wahab Sirajuddin sebagai Ruma
to’I (Raja Muda) oleh Majelis Adat Kesultanan Dompu. Sultan kemudian
menulis surat kepada Gubernur Celebes agar menetapkan Abdul Wahab
Sirajuddin sebagai Raja Muda untuk menggantikan dirinya kelak. Surat ini
ditulis pada tanggal 12 Maret 1908.
Karena telah digabung dengan Kesultanan Bima, maka sejarah Dompu dari
tahun 1934-1947 adalah sejarah tanah Bima. Karena saat itu wilayah
284
kekuasaan Dompu telah diakuisisi oleh Kesultanan Bima. Pada masa inilah
Dompu bergabung dengan Negara Indonesia, di masa akuisisi Bima di
bawah pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin.
Akibat dari sikap Kerajaan Bima dan Dompu yang berdiri di belakang NKRI,
Pemerintah Jepang menekan Sultan Salahuddin untuk merubah sikapnya.
Menurut Pemerintah Jepang nasib Bangsa Indonesia tergantung dari hasil
keputusan sekutu, karena berdasarkan isi perjanjian antara Jepang dan
Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, segala masalah yang berhubungan
dengan masalah jajahan Jepang akan ditangani oleh sekutu. Tetapi tekanan
dari Jepang ini tidak digubris oleh sultan Muhammad Salahuddin. Atas
dukungan rakyat dan para pejuang, perlawanan terhadap penjajah terus
dilakukan sampai Indonesia merdeka.
*****
ULASAN KISAH
Pengalih Aksara
2. Sultan Abdullah
________________________________________________________
VERKLARING
Syahdan lagi setelah sudah diteguhi dengan persumpahan pada hari ini yaitu
pada tiga hari bulan Juni tahun seribu seribu delapan ratus tujuh puluh satu
di Negeri Dompo oleh Abdullah yang tersebut itu Kalamulbayan yang
dipesertakan surat ini maka baharu diteguhi Abdullah Raja Dompo itupun
dengan ditetapkan hendaknya oleh Sri Paduka Tuan Besar Governur Jendral
atas tanah Hindia Nederland di belakang hari juga
Syahdan dari pada dikehendaki berita hal yang demikian itu maka diperbuat
surat ini serta dibubuhi tanda tangan Sri Paduka Tuan Besar atas Tanah
Celebes dengan segala daerah takluknya.
Catatan :
Sultan Abdullah
_____________________________________________________________
_____
VERKLARING
15. Dan di dalam hal menyatakan Hukum kepada orang yang membuat
kesalahan kami membuat segala yang diperjanjikan dari hal
bangsanya orang kena kesalahan dengan agamanya. Dan lagi kami
berjanji
16. Jikalau barangkali pada kemudian hari Governement Hindia
Nederland hendak mendirikan benteng atau rumah di dalam Negeri
kami hendak menyerahkan tanah sekeliling benteng atau rumah itu
sehingga satu pal lebarnya akan menjadi tanahnya Governement
sendiri dan tiada usah sekali-kali Governement membayar itu tanah
17. Maka kami tiada hendak mempersewakan tanah pada orang Eropa
atau pada orang lain Bangsa datang daripada barang suatu tanah di
atas angin dan di bawah angin dan tiada juga kami meluluskan
kepadanya tinggal di Negeri Dompo di luar Labuhan melainkan
dengan setahu dan sekehendak Tuan Piter Bima sahaja
18. Akan tetapi orang dagang boleh kami meluluskan boleh kami
meluluskan masuk di Labuan Negeri Dompo dan tinggal sana
dengan tiada setahu dan sekehendak Paduka Tuan Piter Bima
sebegitu lama tiada ia mengobahkan kesenangan Negeri lagipun
jukalau orang dagang itu tinggal di pelabuhan itu lebih dari tiga bulan
lamanya, kami akan memberitahukan kepada Tuan Piter Bima
Maka supaya (.....) senantiasa perjanjian ini maka diperbuat surat ini yang
sudah diteguhkan oleh Raja Dompo dengan persumpahan diletakkan tanda
tangan tiga kali di atas Qur’anul adzim dan diletakkan cap Kerajaan serta
tanda tangan Raja Dompo adanya
311
Termaktub di Negeri Dompo pada tiga hari bulan Juni tahun seribu delapan
ratus tujuh puluh satu
Tdt
De Sekretaris
tdt
Dan lagi sebab Muhammad Sirajuddin yang tersebut di atas ini telah berjanji
dan bersumpah atas surat Perjanjian yang dipesertakan ini di tanah Bima
pada ini hari yaitu kepada dua puluh satu bulan Oktober tahun seribu
delapan ratus delapan puluh enam yang kebetula kepada dua puluh tiga hari
bulan Muharram seribu tiga ratus empat Hijriyah
Maka sebab hal yang demikian itu maka di dalam namanya serta dari pihak
Governement Hindia Nederland kami Deniyal Frsncuis Van Bram Morris
yang dihiasi dengan satu bintang Yang Maha Mulia bernama Milliter William
Sourdi klas yang ke 4 Guvernur atas tanah Selebes dengan segala daerah
takluknya menetapkan Muhammad Sirajuddin di atas tanah Kerajaan Negeri
Dompo, menjadi Sultan itupun dengan menantikan restu Sri Paduka Yang
Dipertuan besar Guvernement Jenrdral atas tanah Hindia Belanda
Syahdan daripada sebab dikehendaki beritanya hal yang demikian itu maka
dibuat Surat ini serta dibubuhi tanda tangan oleh kami tuan Guvernement
atas tanah Selebes dan daerha taklukannya
313
Gouvernement Vorneming
Ttd
VERKLARING
Dan lagi kami berjanji maka tiada kami hendak serahkan tanah pada orang
Eropa atau pada orang lain datang daripada barang sesuatu tanah di atas
angin dan di bawah angin melainkan dengan ketahuan dengan kehendaknya
Sri Paduka Tuan Besar atas tanah Selebes dan segala daerah takluknya
Akan tetapi orang yang berdagang boleh kami loloskan masuk di labuan
Negeri Dompo dan tinggal di sana dengan tiada ketahuannya dan
kehendaknya Sri Paduka Tuan Besar atas Tanah Selebes dengan segala
daerah takluknya sebegitu lama tiada ia mengubahkan kesenangan Negeri
tetapi jikalau orang dagang tinggal di labuan itu lebih dari tiga bulan lamanya
kami akan memberi tahu kepada Sri Paduka Tuan Besar atas Tanah Selebes
dan segala daerah takluknya
Termaktub di atas Negeri Bima dan dibubuhi tanda tangan serta diteguhi
Sumpah pada hari Hamis kepada 21 hari bulan Oktober tahun 1886
Tanda tangan/cap
Dompo
Tdt
317
KONTRAK
Bahwa inilah Kontrak yang ditentukan di dalam nama Gubernent Hindia
Nederland antara Danial Frensus Van Braam Morris yang dihiasi dengan
suatu Bintang Yang Maha Mulia bernama Millitair Williem Sours Klas yang
keempat Guvernement atas tanah Selebes dengan segala daerah
taklukkannya
Dan
a hari Hamis ini kepada Selikur bulan Oktober tahun seribu delapan ratus
delapan puluh enam barang apa yang tersebut di bawah ini itupun ditetapkan
dengan ditunggunya keputusan daripada Sri Paduka yang dipertuan Besar
Guvernur Jenderal atas tanah Hindia Nederland
Maha Raja, maka sebab hal yang demikian itu mereka berjanji senantiasa
hendak setiawan kepada Guvernement Nederland Hindia hendak serta
mendengar segala perintahnya dan menyatakan segala kebaktiannya
kepadanya
PASAL KEDUA
Maka watasnya Tanah Dompo adalah Sebelah Utara Sanggar dan Lautan
Jawa pada Sebelah Timur Bima, pada Sebelah Barat Sumbawa dan
Teluk Saleh dan pada Sebelah Selatan Samudra Hindia. Syah – dan
Pula-Pulau yang menurut di bawah perintah tanah Dompo, yaitu
Kwangko Pulau Pudu Pulau Sura dan Satonda
sekalian itu diperbuat atau disuruh hampir buat oleh anak saudaranya dan
orang yang di bawah perintahnya
Apabila Sultan Dompo meninggal atau apabila ada apa-apa lain jadi maka
kosong Tahta Kerajaan negeri Dompo niscaya Raja Muda yang itu anak Raja
yang dipilih lebih dahulu akan menjadi gantinya Raja itu menjadi Raja akan
tetapi hendaklah ia bersumpah dahulu dengan surat yang dibubuhinya tanda
tangan dan capnya bahwa senantiasa ia hendak setiawan kepada Yang
Dipertuan Besar Gvernur Jenderal atas tanah Hindia Nederland yaitu Sri
Maharaja pada tanah Hindia Nederland dan hendak menurut perjanjian itu
dengan sungguh-sungguh.
Maka tiap-tiap jikalau kosong pangkat Raja Muda itu Sultan Dompo dan
Menteri-Menterinya hendak dengan segeranya bermufakat dengan Sri
Paduka Yang Dipertuan Besar atas Tanah Selebes akan memilih seturut
dengan Adat Negeri seorang anak Raja yang diharapkan akan dijadikan Raja
Muda
Maka jika lain orang dipilih oleh Sultan Dompo dan lain orang Menteri-
Menterinya atau lain dipilih oleh Sri Paduka Yang Dipertuan Besar atas
Tanah Hindia Nederland hendak dipakai siapa yang hendak dijadikan Raja
Muda maka putusan itu tak dapat tiada diturut oleh Sulthan Dompo dan
Menteri-Menterinya
PASAL KELIMA
Maka jika sebelumnya aqil balik Raja Muda itu ia menjadi Sulthan seorang
anak atau dua tiga orang anak Raja daripada asalnya Sulthan-Sulthan
Dompo hendak dipilih oleh Sri Paduka Yang Dipertuan Besar atas Tanah
Hindia Nederland akan memegang Pemerintah Kerajaan akan
memerintahkan Negeri Dompo sehingga aqil balik Raja Muda itu, maka Sri
Paduka Yang Dipertuan Besar akan tentukan waktu kapan maka hendak
dibilang aqil baliq maka yaitu anak Raja yang dipilih diberikan hendak Surat
Penetapan oleh Sri Paduka Yang Dipertuan Besar
Maka jikalau dinobatkan atau diangkat menjadi Sulthan anak Raja yang
dipilih itu Cuma-Cuma maka jikalau tiada lebih dahulu surat tanda tangannya
Sri Paduka Yang Dipertuan Besar mengatakan disuka dan ditetapkan akan
Raja itu
PASAL KEENAM
322
Maka benteng yang telah didirikan dan yang hendak didirikan lagi dengan
setahu Guvernement hendak diserahkan juga dengan sekali dapat diperintah
sahaja daripada Guvernement
PASAL KEDELAPAN
atau orang hitam atau pegawai yang dipakai maka Sulthan Dompo dan
Menteri-Menterinya berjanji akan menyatakan kepada Tuan-Tuan itu sekalian
kebaktian dan hendak menyuruh sekalian orang Dompo akan menyatakan
sekalian kebaktian kepadanya.
PASAL KESEPULUH
.......
.......
.......
..........
..........
..........
Tanta tangan
Yahaya Rijksbesturden
Muhamad Jeneli Hu u
Tahun 1967 hingga 1979, selama dua periode, Kabupaten Dompu dipimpin
oleh seorang perwira menengah tni angkatan darat yakni letkol. Tni. H.
Suwarno atmojo. Selanjutnya pada tahun 1979 hingga 1984, Kabupaten
332
Bulan februari tahun 2000, hasil pemilihan kepala Daerah Tingkat II Dompu
melalui lembaga legislatif, akhirnya ditetapkan H. Abubakar Ahmad, SH
sebagai Bupati Kabupaten Dompu untuk periode tahun 2000 hingga 2005.
Waktu terus berjalan seiring perkembangan kehidupan masyarakat di dana
Dompu, tanggal 23 bulan maret tahun 2005, jabatan H. Abubakar Ahmad,
SH sebagai Bupati Kabupaten Dompu berakhir. Selanjutnya, sambil
menunggu pemilihan langsung Bupati dan wakil Bupati Dompu, jabatan
Bupati Dompu saat itu di jabat sementara oleh kepala dinas peternakan
provinsi NTB drh. H. Abdul Mutholib. Kurang dari 6 bulan, H. Abdul Mutholib
mengendalikan roda pemerintahan di Kabupaten Dompu sekaligus
333
penelusuran tentang hari jadi Dompu kembali dibahas oleh tim dan DPRD
Kabupaten Dompu. Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang serta
bantuan dari salah seorang pakar sejarah nasional kelahiran Dompu yakni
Prof. Dr. Helyus Syamsuddin, Phd guru besar sejarah pada IKIP Bandung,
akhirnya hari jadi Dompu dapat disepakati dan ditetapkan melalui keputusan
DPRD Kabupaten Dompu yang selanjutnya dituangkan melalui peraturan
daerah (perda) Kabupaten Dompu nomor : 18 tanggal 19 bulan Juni Tahun
2004 menetapkan hari jadi Dompu jatuh pada hari selasa tanggal 11 april
tahun 1815 atau bertepatan dengan tahun islam 1 Jumadil awal tahun 1230
h.
Penetapan hari jadi Dompu yang jatuh pada tanggal 11 april 1815, dilatar
belakangi oleh fenomena alam yakni peristiwa meletusnya gunung tertinggi
di pulau Sumbawa yaitu gunung Tambora pada tahun 1815. Sejarah
mencatat, ketika gunung Tambora meletus dengan dahsyatnya pada tanggal
11 april 1815, 3 (tiga) kerajaan di sekitar gunung tambora yakni kerajaan
pekat, sanggar dan tambora musnah akibat letusan gunung tambora. Setelah
sekian tahun berlalu, bekas kerajaan pekat dan tambora akhirnya bergabung
menjadi satu dengan kesultanan Dompu, sementara kerajaan sanggar
bergabung dengan wilayah kesultanan bima.
Sejak ditetapkannya tanggal 11 april sebagai hari jadi Dompu, maka
selanjutnya setiap tanggal 11 april, pemerintah dan seluruh masyarakat bumi
nggahi rawi pahu melaksanakan upacara peringatan hari jadi Dompu.
335
Arti Lambang
PERISAI
Perisai menggambarkan jiwa kepahlawanan rakyat Daerah Kabupaten
Dompu didalam mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945.
BINTANG
336
RANTAI
Rantai melambangkan persatuan dan kegotong-royongan.
KUBAH MASJID
Kubah masjid yang berwarna putih melambangkan rakyat daerah kabupaten
Dompu yang taat dan patuh dalam menjalankan perintah-perintah Agama.
GUNUNG
Gunung menjulang tinggi yang berwarna biru tua melambangkan harapan
kemakmuran bagi rakyat kabupaten Dompu.
DATARAN
Dataran yang berwarna hijau melambangkan kesuburan bagi daerah
kabupaten Dompu sebagai daerah agraris.
KUDA
337
Kuda yang berlari bebas berwarna putih kemerah-merahan (Jara Gunu Kala)
menggambarkan tekad dan semangat daerah kabupaten Dompu didalam
mengejar ketinggalan di masa silam, disamping itu pula melambangkan
daerah kabupaten Dompu selain daerah agraris juga merupakan daerah
peternakan.
PITA KUNING
Pita yang berwarna kuning dengan tulisan yang berwarna hitam dalam
bahasa daerah 'NGGAHI RAWI PAHU' melukiskan tekad masyarakat daerah
kabupaten Dompu didalam melaksanakan arti dan makna kata-kata hikmah
yang turun-temurun berupa 'NGGAHI RAWI PAHU' yang berarti satunya kata
dan perbuatan dalam mewujudkan kenyataan.
TULISAN DOMPU
Tulisan Dompu yang berwarna putih adalah nama daerah kabupaten Dompu
yang secara historis merupakan daerah otonom sejak dahulu.
338
339
Dompu, Berita11.com— Program Terpijar atau yang dulu dikenal Pijar adalah
surga bagi petani, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dompu, dan Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Tak sedikit pegawai dan warga yang mendadak kaya
setelah menanam jagung.
Menurut Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Dompu, Ardiansyah SE,
Terpijar adalah langkah nyata yang telah digagas Bupati Dompu, Drs H
Bambang M Yasin dalam mendorong taraf hidup masyarakat pada sektor
pertanian. Bahkan beberapa tahun terakhir tak hanya petani yang menanam
jagung. Lebih dari itu, banyak PNS yang juga ikut menggarap ladang sebagai
lahan pertanian jagung.
“Semenjak adanya program Pijar (Terpijar) nama Kabupaten Dompu terus
dikenal akan kemajuannya. Kondisi kemajuan Dompu sangat berbeda
dengan daerah–daerah lainya,” ujar Ardiansyah di kantor Pemkab Dompu,
Kamis (3/8/2017).
Dikatakan Ardiansyah, jagung adalah komoditi yang tepat setelah
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dompu mencetus program Pijar. Dulu,
umumnya kondisi perekonomian masyarakat masih biasa. Bahkan
merangkak mencari peluang di berbagai sektor. Namun tak ada hasil
signifikan. Setelah Bupati HBY mendorong sektor pertanian khususnya
komoditi jagung, masyarakat mulai merasakan perubahan signifikan.
“Jangan salah, dulu pendapatkan masyarakat sangat minim. Jangankan buat
membangun rumah batu, buat membiayai kuliah anak saja susah. Tapi
sekarang masyarakat Dompu sudah bisa membangun rumah batu serta bisa
membeli motor dan membiayai kuliah anaknya,” ujar Ardiansyah.
Baca : The hand rail is going a little faster than the moving sidewalk.
Saat ini sambung HBY, saat ini Indonesia tangah berancang-ancang untuk
menjadi Negara pengekspor jagung asia tenggara.
Sebagai bentuk rasa bangga Bupati dan masyarakat Dompu yang telah
sukseskan menjalankan program jagung.
Menurut HBY luas lahan jagung yang akan dipanen mulai bulan Maret
mendatang mencapai 125.000 hektar dengan produksi mencapai 875.000
ton. Itu artinya uang yang akan beredar nanti mencapai Rp. 2,6 triliun lebih.
(Fahar)
“Dulu orang bilang kalau mau belajar berpolitik datanglah ke Dompu, namun
image itu sudah berubah kalau mau belajar bertani datanglah ke Dompu,”
ungkap HBY dalam sambutannya pada acara Tanam Raya Jagung di Desa
Tolo Kalo, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB).
Namun dilain sisi presiden juga mengatakan, jika masyarakat Sumatra ingin
belajar bertani datanglah ke Dompu.
Acara yang dihadiri oleh Kapolda NTB Brigjen. Pol. Drs. Firli, M.Si, Kapolres
Dompu, Sekda dan sejumlah Pejabat Eselon II, III dan VI Lingkup Pemda
Dompu mengatakan, selama ini masyarakat hanya mengenal kata atau
kegiatan panen raya saja. Padahal kalau tidak ada kegiatan tanam maka
tidak akan yang dipenen.
348
Namun sejak tahun 2010 lalu, laha n yang diterlantarkan itu, kini menjadi
rebutan bahkan menjadi rebutan yang menimbulkan perkelahian antara
masyarakat Desa O’O, Madaprama, Soriutu, Ta’a dan Kempo.
“Kanapa menjadi rebutan, karena dulunya tanah yang tidak memberi apa-
apa, tiba-tiba bisa memberi uang puluhan juta perhektarnya,” ungkap HBY.
(Fajar
Mengingat Momentum hari jadi Dompu yang ke 198, tentunya semua masyarakat
Dompu menginginkan Dompu yang akan lebih baik lagi dari tahun-tahun
sebelumnya, terutama dalam moment bersejarah ini Pemerintah Kabupaten Dompu
mulai dari masyarakat dan berbagai instansi daerah sampai Kepala Daerah
mengharapkan hal yang sama, bagaimana Dompu kedepan lebih maju dan
berkembang sesuai dengan harapan dan keinginan bersama.
Dalam tulisan penulis kali, berkaitan moment Hari jadi Dompu yang ke 198, tentunya
kita semua akan kembali mengingat sejarah peradaban Dou Dompu pada masa
dulu (masa Kerajaan sebagai moment yang bersejarah) yang wajib kita ingat dan
355
hargai apa yang menjadi buah budaya yang positif untuk daerah Dompu yang kita
cintai bersama ini.
Dengan moment hari jadi Dou Dompu diatas ingin penulis mengingatkan kembali
bagaimana peradaban Dou Dompu atau ciri khas Dou Dompu yang sebenarnya,
baik dari segi kata, prilaku ,dan maupun dari pekerjaan. ciri khas dou Dompu pada
jaman dulu yang sampai sekarang kadang masih ada dan kadang sudah mulai
dilupakan/(luntur) ditengah peradaban jaman sekarang ini. Beberapa ciri khas Dou
Dompu dulu yaitu antara lain:
Kata Kalembo Ade merupakan kata dari turun termurun yang digunakan oleh
orang-orang dompu pada masa jaman dulu dan sampai sekarang kata Kalembon
Ade masih dibudayakan oleh masyarakat Dompu pada umumnya. Kata Kalembo
Ade biasanya digunakan oleh orang-orang Dompu dulu dalam hal memberikan
ketabahan dan kesabaran disetiap masalah yang dihadapi oleh orang yang
mengalami masalah, agar teman, sahabat, keluarga maupun orang lain yang
mengalami dalam masalah tersebut dikuatkan melalaui kata Kalembo Ade. Orang-
orang diluar daerah dompu pun sudah mengenal dan tau kata kalembo Ade yang
sering diucapkan oleh teman-temanya orang Dompu.
Di ambil dari tulisan Guru Toi Akhdiansyah S.Hi dari blognya yang judul tulisannya
“Kalembo Ade”. Kalembo ade secara literlek kata perkata maka akan bermakna
"Ka=Mohon Lembo= Lapangkan Ade= hati), dengan demikian secara teks maka
bisa di definisikan menjadi "Mohon Kelapangan dada", akan tetapi secara definitf
qualitatif kata Kalembo Ade bisa bermakna sangat luas dan multi definitif, bisa
356
mohon maaf atas keadaan yang minim, ketika anda bertamu di rumah kerabat dou
dompu - bima, disisi lain bisa bermakna menghibur bagi kerabat atau keluarga yg
tengah menghadapi musibah atau cobaan, bahkan tak segan segan orang bima -
dompu menyampaikankata ini sebagai kata pamungkas perpisahan setelah
menjamu tamu tamu yang datang dihajatan, acara budaya, bahkan diruang tamu
sendiri..
Sungguh kita memiliki satu kearifan yang tulus dan indah, kearifan ini adalah
warisan masa lalu yang kinds dan mulia, di satu sisi simbol kalembo ade adalah
cerminan "brotehhood" rasa persaudaraan yang tidak ada sekat baik suku, agama,
ras bahkan golongan,, kata kata ini bisa diterima dan diucapkan oleh dan untuk
siapa saja, tidak harus pejabat, tua, muda, bangsawan, proletar, agamawan atau
budayawan, maka tetap "magic word" ini sebagai simbol yg harus disambut sebagai
untaian spirit persaudaraan dengam siapa saja dimuka bumi ini.( www.guru-toi.net)
NGGUSU WARU
Pada masa pelantikan Sultan Pertama Kerajaan Dompo dulu tanggal 24 September
1545, petinggi-petinggi kerajaan dulu melahirkan konsep Kriteria Kepemimpinan
Kerajaan Dompo yang memiliki Dou Ma Nggusu Waru didalam menjalankan
pemerintahan kerajaan dulu. Nggusu waru merupakan sebagai syarat utama yang
harus dimiliki oleh calon raja. Ciri khas Dompu yang satu ini merupakan suatu
bentuk yang harus diketahui dan dimiliki oleh masyarakat Dompu, supaya
masyarakat tidak salah menilai dan memilih pemimpinnya yang akan membawa
perubahan kearah yang lebih baik, yaitu pemimpin yang benar-benar Dou Ma
Nggusu Waru dan menjunjung tinggi nilai-nilai Ma Nggahi Rawi pahu.
Merujuk dalam Tulisan Guru Toi Akhdiansyah, S.Hi Nggusu Waru merupakan
filosofi kepemimpinan Dou Dompu, sebagai perangkat nilai, piker dan tindak. Maka
357
Nggusu Waru menitipkan delapan prinsip nilai kepemimpinan Dou Dompu antara
lain yaitu : (1). Dou Ma To’a diruma labo Rasul; artinya orang yang taat kepada
Tuhannya dengan menjalankan pemerintah dan larangannya serta orang yang mau
mengikuti sunnah Rasulnya. (2). Dou Ma Loa Ra Bade; artinya cerdas dan bijak (3).
Dou Mambani Ro Disa; gagah berani (4). Ma Bisa Ra Guna; Mbawa dan
Kharismatik (5). Ma Tenggo Ra Wale; Kuat dan gigih. (6). Mantiri Nggahi Ra
Kalampa/Mandinga Nggahi Rawi Pahu; Jujur sesuai tutur kata dan perbuatannya
(7). Mantiri fiko Ra Paresa ; Adil dan seksama. (8). Londo Dou Ma Taho; Keturunan
orang yang baik.
(http:langgusuwaru.blogspot.com/2009/08/delapan-8-ciri-kepemimpinan-dou-
mbojodompu.haml)
Kata Nggahi Rawi Pahu merupakan kata ciri khas Dou(orang) Dompu yang sudah
dijadikan sebagai Motto Daerah Dompu sejak jaman dulu sejak terbentuknya
Kesultanan pertama 1545 dan sampai peresmian Daerah Dompu dengan
mengangkat dan menjadikan Bupati pertama pada tanggal 12 Sepetember 1947
yang silam, mulai saat itu pula kata Nggahi Rahi Pahu dijadikan sebagai motto
Daerah. Nggahi rahi pahu merupakan Falsafa daerah yang diciptakan oleh orang-
orang Dompu dulu, yang sampai sekarang Kata Nggahi Rawi pahu dibumikan oleh
Masyarakat dan pemerintah Kabupaten Dompu sebagai ciri khas Daerah yang
memiliki makna yang sangat dalam bila kita mengkajinya.
Arti yang sebenarnya dari kata Nggahi Rawi pahu adalah pertama, (Ngghi). Nggahi
yang artinya bilang/mengatakan sesuatu apa yang dipikirkan dan apa yang dilihat
358
yang keluar dari mulut seseorang. Kedua, Rawi; kata Rawi yang artinya
“perbuatan/sikap” seseorang yang hasil dari apa yang mereka katakana terus yang
dapat diaplikasikan langsung melalui sikap atau perbuatan seseorang. Dan yang
ketiga, Pahu; kata pahu yang maknanya “bentuk/wujud” atau bukti nyata dari apa
yang dikatakan/bicarakan dan langsung dilakukan dengan
sikap/perbuatan,sehingga tidak sia-sia apa yang mereka katakana dihadapan orang
lain.
RIMPU MPIDA
Dalam konteks “Rimpu mpida” yang menjadi adat istiadat bagi kaum hawa , baik itu
tua maupun yang muda dan remaja yang baru aqil balik, bahwa apabila keluar dari
rumah maupun berada dalam rumahnya, mereka akan takut dan malu ketika
mereka melepas rimpu mereka. Pada zaman dulu Rimpu Mpida merupakan tradisi
budaya yang patut diikuti dan dikembangkan oleh generasi-generasi Dompu-Bima
sebagai bentuk cintanya terhadap budaya dan daerahnya.
Rimpu Mpida juga sebagai cermin masyarakat Dompu-Bima yang menjunjung tinggi
nilai-nilai yang terkadung dalam keislaman, dan selain itu juga untuk melidungi diri
ketika berada diluar rumah tapi sekarang seiring perkembangan Zaman, Rimpu
Mpida sudah jarang ditemukan, ya bisa dilihat yang memakai rimpu pada saat
moment-moment tertentu saja (pada saat perayaan harla Dompu maupun Bima
atau acara perayaaan acara budaya).
SANTABE
359
Kata Santabe yang artinya “permisi”. Setiap orang yang mau lewat dihadapan
orang-orang duduk dan ngumpul maka kata Santabelah yang harus kita sapa
sebabagai bentuk tradisi budaya yang saling menghargai orang lain. Dengan kata
(bahasa) Dompu yang laian yaitu “Roi Ra Ka Co’i Angi” merupakan budaya yang
diterapkan oleh orang-orang jaman dulu, yang artinya “saling Menghargai antara
satu sama lainya melalu sikap,sapa, tutur kata dan menghargai dari bebagai bentuk
perbedaan”. Dari kata Ra ka Co’i Angi sudah tak asing lagi ditelinga masyarakat
Dompu, dan kalau kita melihat diera kekinian, Roi Ka Co’i Angi sudah mulai hilang
diperadaban jaman modern sekarang, karena memang Budaya asli Dou Dompu
pelan-pelan sudah mulai terkikis dengan adanya pengaruh budaya-budaya orang
luar, sehingga apa yang menjadi ciri khas Dou Dompu dengan budaya saling Roi ra
Ka Co’i Angi sudah tak terlihat lagi yang diterapkan oleh orang-orang Dompu
sekarang ini, terutama remaja dan pemuda yang notabenya sebagai generasi
penerus dan pelurus yang mewarisi dan mentranformasikan tradisi budaya daerah.
Karena memang salah satu budaya yang ini merupakan ciri khas Dou Dompu yang
patut kita budayakan sebagai masyarakat yang tau akan sejarah budaya dou
Dompu. Dari penilaian orang luar daerah Dompu yang mencari nafkah dan sudah
menetap tinggal di Dompu, bahwa orang-orang Dompu cukup prulalis, egaliter
terhadap orang-orang luar daerah yang masuk dan tinggal di Dompu. “Orang
Dompu yang menghargai dan mengedepankan sikap tolong menolong antara
sesama”.
Semoga tulisan ini bermanfaat buat pembaca lebih-lebih buat masyarakat Dompu
pada umumnya untuk dijadikan sebagai inrformasi dan pengetahuan tentang
peradaban Dou Dompu yang patut kita jaga dan lestarikan diera modern ini. Sebab
kemajuan sebuah Daerah dilihat bagaimana mereka mengingat dan melestarikan
budaya Daerah sebagai bentuk nilai kearifan local yang coba orang-orang terdahulu
360
bangun dengan tujuan untuk mernciptakan masyarakat yang aman, adil dan
makmur… semoga Dou Dompu tetap mengingat sejarah untuk dijadikan sebagai
pedoman pada peradaban jaman sekarang…Amin…!
Kata nggahi rawi pahu ini merupakan motto dari Masyarakat Dompu, dimana
kalau kita mengkaji kata tersebut akan menimbulkan makna yang sangat
dalam, dari adanya motto tersebut juga diharapkan kepada Masyarakat
Dompu mereka diusahakan membicarakan atau melakukan suatu perbuatan
dan dimana perbuatan tersebut harus diwujudkan, jadi tidak hanya asal
berbicara saja seperti istilah yang sekrang ini.
Arti kata Nggahi Rawi Pahu ini yang sebenarnya adalah pertama(nggahi).
Nggahi yang artinya bilang/mengatakansesuatu apa yang dipkirkan dan apa
yang dilihat yang keluar dari mulut seseorang. Kedua,rawi kata yang artinya
“perbuatan/sikap” yang hasil dari apa yang mereka katakana terus yang
361
Sumber :
https://kebangkitanpemudadompu.blogspot.co.id/2013/07/sejarah-ciri-
khas-dou-dompu.html
DAFTAR ISI
1.Asal-usul kerajaan Dompu 1- 6
2.Terbentuknya Kerajaan Dompu 7 - 14
3.Leluhur Sangaji Dompu 15 - 28
4.Sangaji Dompu 29 - 65
5.Susunan ORGANISASI Pemerintahan KESULTANAN
Dompu 66 - 95
362
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1.Dimas Wisnu Mahendra ,Letusan Gunung Tambora
Hari jadi Dompu Bou
2.Dompu Kab.go.id. Sejarah Terbentuknya Kabupaten
Dompu
3.Dompu Bicara ,Penetapan Hari Jadi Dompu Sarat
kepentingan,1815 sebagai jalan tengah
364