Anda di halaman 1dari 7

Bahasa

Makassar
Ita Suryaningsih, S.Psi.,M.A
Sejarah Bahasa
Makassar
Bahasa Makassar (basa Mangkasaraʼ, Lontara: ᨅᨔ ᨆᨀᨔᨑ) adalah
sebuah bahasa Austronesia yang lazimnya dituturkan oleh penduduk
bersuku Makassar di sebagian wilayah Sulawesi Selatan, Indonesia.
Dalam rumpun Austronesia, bahasa Makassar merupakan bagian dari
subkelompok Sulawesi Selatan, walaupun kosakata bahasa ini
tergolong divergen jika dibandingkan dengan kerabat-kerabat
terdekatnya. Bahasa Makassar memiliki sekitar 1,87 juta penutur jati
pada tahun 2010.
Bahasa Makassar sebagai
salah satu bahasa daerah di
Sulawesi Selatan sampai
pada saat ini masih tetap
merupakan alat perhubungan
dalam berbagai kehidupan
seperti rumah tangga,
sekolah, pasar, perusahaan,
pertanian, dan sebagainya.
Makassar sebelum era Islam
Dahulu masyarakat suku Makassar memiliki agama purba dengan ajaran animisme, yaitu Turei
A’rana (kehendak yang tinggi). Orang Makassar percaya kepada Dewa yang disebut Dewata
SeuwaE (dewa yang tunggal) atau Turei A'rana (kehendak yang tinggi). Sebutan kepada Dewa
orang Purba di Sulawesi, memiliki beragam sebutan, seperti orang Bugis menyebutnya dengan
istilah PatotoE (dewa yang menentukan nasib). Orang Mandar menyebutnya Puang Mase (yang
maha kedendak) dan orang Toraja menyebutnya Puang Matua (Tuhan yang maha mulia). Orang
Makassar Purba percaya adanya dewa yang bertahta di tempat-tempat tertentu. Seperti
kepercayaan mereka tentang dewa yang berdiam di Gunung Latimojong. Dewa tersebut
mereka sebut dengan nama Dewata Mattanrue. Dihikayatkan bahwa dewa tersebut kawin
dengan Enyi’li’timo’ kemudian melahirkan PatotoE. Dewa PatotoE kemudian kawin dengan
Palingo dan melahirkan Batara Guru. Batara Guru dipercaya oleh sebagian masyarakat
Sulawesi Selatan sebagai Dewa Penjelajah, yang telah menjelajahi seluruh kawasan Asia dan
bermarkas di puncak Himalaya. Kira-kira satu abad sebelum Masehi Batara Guru menuju ke
Cerekang Malili dan membawa empat kasta. Keempat kasta tersebut adalah kasta Puang,
kasta Pampawa Opu, kasta Attana Lang dan kasta orang kebanyakan.
segala bentuk kepercayaan agama
purba mereka pun ditinggalkan.

Setelah
Agama Islam telah hadir di kalangan
masyarakat orang Makassar sejak
berabad-abad yang lalu. Mereka

Islam
adalah penganut Islam yang kuat.
Agama Islam menjadi agama rakyat
bagi suku Makassar, sehingga

Masuk
beberapa tradisi adat dan budaya
serta dalam kehidupan sehari-hari
suku Makassar banyak dipengaruhi
oleh tradisi dan budaya yang
mengandung unsur Islami.
Penutur bahasa Makassar terpusat di
wilayah barat daya semenanjung
Sulawesi Selatan, terutama di wilayah
pesisir yang subur di sekitar Kota
Makassar, Kabupaten Gowa, dan
Kabupaten Takalar

Bahasa Makassar juga dituturkan oleh


sebagian penduduk kabupaten Maros serta
Pangkajene dan Kepulauan di utara,
berdampingan dengan bahasa Bugis.
Penduduk kabupaten Jeneponto serta
Bantaeng umumnya juga mengidentifikasi diri
sebagai bagian dari komunitas penutur
bahasa Makassar, walaupun ragam yang mereka
tuturkan (dialek Jeneponto atau Turatea serta
dialek Bantaeng) lumayan berbeda dari dialek
yang digunakan di Gowa dan Takalar
Penelitan
Peneliti dalam periode pertama atau Peneliti dalam periode kedua
zaman sebelum perang terdiri dari orang- atau zaman sesudah perang
orang Belanda. Mereka bekerja sebagai terdiri dari orang-orang Indonesia
taal am btenaar pada Nederlandsch
Bijbelgenootschap yang kemudian
menjadi Matthes Stichting. Penelitiannya
atau penutur asli bahasa
Makassar. Mereka sebagian
besar terdiri dari pengajar bahasa
Bahasa
mencakup bidang leksikografi,
kesusastraan, dan tata bahasa.
sebagai pekerjaan pertama dan
peneliti bahasa pekerjaan kedua Makassar

Anda mungkin juga menyukai