Anda di halaman 1dari 16

KONTEKS SOSIAL DAN

PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL
KONTEKS SOSIAL dan PERKEMBANGAN
SOSIOEMOSIONAL
1. Teori-teori Kontenporer
a. Teori Ekologi Bronfenbrenner
b. Teori Perkembangan Rentang Hidup ( Life-Span ) Erikson
2. Konteks Sosial dalam Perkembangan
a. Keluarga
b. Teman Sebaya
c. Sekolah
3. Perkembangan Sosioemosional
a. Diri ( Self )
b. Perkembangan Moral
Teori-teori Kontenporer
a. Teori Ekologi Bronfenbrenner

Fokus utamanya adalah pada konteks sosial dimana anak tinggal dan
orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak.
 Mikrosistem
setting dimana individu menghabiskan waktu
 Mesosistem
kaitan antar-mikrosistem
 Eksositem
pengalaman di setting lain (smurid tidak aktif) mempengaruhi pengalaman
murid dan guru dalam konteks mereka sendiri
 Makrosistem
kultur yang lebih luas. Kultur adalah konteks terluas dimana murid dan guru
tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat
 Kronosistem
kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak; (1) anak yang tumbuh dalam
kemiskinan terutama di keluarga single parent, (2) penurunan nilai-nilai
Kritikan terhadap Bronfenbrenner

 Teorinya tidak banyak memberikan perhatian


kepada faktor biologis dan kognitif dalam
perkembangan anak.
 Teorinya tidak membahas perubahan
perkembangan bertahap yang menjadi fokus
dari teori-teori Piaget dan Erikson
b. Teori Perkembangan Hidup Erikson
Semakin sukses seseorang mengatasi krisisnya, semakin sehat psikologi
individu
TAHAP ERIKSON PERIODE PERKEMBANGAN
Percaya vs tidak percaya Bayi (tahun pertama)

Otonomi vs malu dan ragu Masa bayi (yahun kedua)

Inisiatif vs rasa bersalah Kanak-kanak awal (prasekolah, 3 – 5


tahun)
Usaha vs inferioritas Kanak-kanak pertengahan dan akhir
(SD, 6 sampai puber)
Identitas vs kebingunan identitas Ramaja (10 – 20 tahun)

Intimasi vs isolasi Dewasa awal (20 – 30 tahun)

Generatif vs stagnasi Dewasa pertengahan (40 – 50 tahun)

Integritas vs putus asa Dewasa akhir (60 tahun keatas)


Kritikan terhadap Erikson

 Bernice Neugarten mengatakan bahwa


tahapan Erikson terlalu kaku.
 Identitas, intimasi, independensi, dan
banyak aspek sosioemosional lainnya tidak
muncul berurutan secara rapi dalam interval
usia tertentu misalnya pada wanita intimasi
mendahului identitas atau muncul secara
bersamaan
Konteks Sosial dalam Perkembangan
a. Keluarga
Baumrind mengatakan bahwa ada empat gaya pengasuhan atau parenting
 Authoritarian Parenting
gaya asuh yang membatasi dan menghukum dimana hanya da
sedikit percakapan antara orang tua dengan murid;
menghasilkan anak yang tidak kompeten
 Authoritative Parenting
gaya asuh positif yang mendorong anak untuk independen tapi
masih membatasi dan mengontrol tindakan mereka;
menghasilkan anak yang kompeten secara sosial
 Neglectful Parenting
gaya asuh dimana orang tua tidak peduli tau hanya meluangkan
sedikit waktu dengan anak-anaknya; menghasilkan anak yang
tidak kompeten secara sosial
 Indulgent Parenting
gaya asuh dimana orang tua terlibat aktif tetapi hanya sedikit
memberi batasan atau kekangan kepada perilaku anak;
menghasilkan anak yang tidak kompeten secara sosial
b. Teman
Teman Sebaya
+ Kesehatan mental yang positif di usia paruh baya.
+ Memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang didunia luar keluarga.
- Drop out dari sekolah dan tindak kejahatan di usia remaja.

Para developmentalis telah dengan tepat menunjukkan empat tipe status teman sebaya
o Anak Populer
o Anak Diabaikan
o Anak Ditolak
o Anak Kontroversial

Persahabatan
Kebersamaan, dukungan fisik, dukungan ego, Intimasi/ kasih sayang.
c. Sekolah Pendidikan yang sesuai dengan Developmental
Didasarkan pada pengetahuan perkembangan khas dari anak-anak dalam rentang usia (ketepatan
usia) dan keunikan anak (ketepatan individual)
KOMPONEN
PRAKTIK yang TEPAT PRAKTIK yang tidak TEPAT
Tujuan Pengalaman diberikan di semua area perkembangan Pengalaman dibatasi pada perkembangan kognitif tanpa
Kurikulum fisik, kognitif, dan emosional.Perbedaan individual memerhatikan area perkembangan anak lain yang
diterima, dan dipakai untuk mendesain aktivitas yang sebenarnya saling berkaitan.
tepat.Interaksi dan aktifitas didesain untuk Anak hanya dievaluasi berasarkan norma kelompok dan
mengembangkan harga diri anak dan perasaan positif semuanya diharapkan mengerjakan tugas yang sama
terhadap belajar. dan mendapatkan keahlian yang sama.
Perbedaan individual diterima, dan dipakai untuk Kelayakan anak diukur berdasarkan seberapa baikkah
mendesain aktivitas yang tepat. mereka menyesuaikan diri dengan harapan kaku dan
Interaksi dan aktifitas didesain untuk mengembangkan seberapa baguskah mereka dalam mengerjakan ujian
harga diri anak dan perasaan positif terhadap belajar standard.
standard.

Strategi Guru menyiapkan lingkungan untuk anak belajar melalui Guru menggunakan pelajaran yang sangat terstruktur
Mengajar eksplorasi dan interaksi aktif dengan orang dewasa, dan pelajaran hanya dating dari guru saja.
anak-anak lain, dan materi. Guru mengarahkan semua aktivitas anak dan
Anak-anak memilih sendiri berbagai aktivitas yang menentukan apa yang harus dilakukan dan kapan harus
disipakan oleh guru. melakukannya.
Anak-anak diminta untuk aktif secara fisik dan mental. Anak diharapkan duduk manis, diam, mendengar atau
mencatat, dalam periode waktu yang lama. Kebanyakan
waktu dihabiskan untuk duduk pasif, melihat dan
mendengar.
Pedoman Guru memperkuat control dari anak dengan Guru menghabiskan banyak waktu untuk menegakkan
Pengembangan menggunakan teknik bimbingan positif, seperti modelling aturan, menghukum tindakan yang tidak bias diterima,
Sosioemosional dan mendorong perilaku yang diinginkan, mengarahkan menyuruh anak untuk diam, dan menghakimi
anak pada aktivitas yang diterima orang, dan perselisihan.
menentukan batas yang jelas.
Anak diberi banyak kesempatan untuk mengembangkan Anak-anak bekerja sendiri-sendiri dimejanya dan hanya
keterampilan social, seperti kerja sama, membantu, mendegar perintah guru.
bernegosiasi, dan berbicara dengan orang lain untuk
memecahkan persoalan pribadi.
PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL
A. Diri (Self)
Ugo Betti (Italia): saat anak mengatakan “aku” maka yang
mereka maksud adalah sesuatu yang unik, tidak bercampur
dengan yang lain.
 Harga diri (self-esteem)  Identitas diri
Adalah pandangan keseluruhan James Marcia:
dari individu tentang dirinya 1. Eksplorasi: pencarian
sendiri. identitas alterbatif yang
bermakna.
Carl Rogers: sebab utama 2. Komitmen: menunjukkan
seseorang punya penerimaan personal pada
penghargaan diri yang rendah satu identitas dan menerima
adalah karena mereka tidak apapun implikasi dari
diberi dukungan emosional identitas itu.
dan penerimaan sosial yang
tinggi.

“Kamu keliru melakukannya,


jangan lakukan itu, harusnya
kamu lebih baik, kamu kok
bodoh banget sih”
4 tipe identitas

 Identity diffusion
Status identitas dimana individu belum mengalami krisis atau membuat komitmen
 Identity foreclosure
Status identitas dimana individu membuat komitmen tetapi belum mengeksplorasi
alternatif yang bermakna
 Identity morotorium
Status identitas dimana individu berada ditengah-tengah eksplorasi alternatif
tetapi belum membuat komitmen
 Identity achievement
Status identitas dimana individu telah mengeksplorasi alternatif yang bermakna
dan telah membuat komitmen.
B. Perkembangan Moral
Berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang
interaksi yang adil tentang orang.
Domainnya:
 Kognitif
bagaimana murid menalar atau memikirkan
aturan untuk perilaku etis.
 Behavioral
bagaimana murid berprilaku aktual bukan pada
moralitas dari pemikirannya
 Emosional
bagaimana murid merasakan secara moral
Teori Piaget Teori Kohlberg
 Heteronomous morality (5 – 7  Preconventional reasoning
tahun) tidak menunjukkan internalisasi
keadlilan dan aturan dianggap nilai moral dan penalaran
sebagai sesuatu yang tidak bisa moralnya dikendalikan oleh
imbalan dan hukuman dari luar
diubah, di luar kontrol manusia
 Conventional reasoning
 Autonomous morality (10 tahun
internalisasi masih setengah-
atau lebih) setengah dalam arti individu
aturan dan hukum adalah mematuhi standar tertentu tapi
buatan manusia dan bahwa standar ini pada dasarnya
dalam menilai sesuatu standar dari orang lain
perbuatan, niat pelaku dan (eksternal)
konsekuensinya perlu dipikirkan  Postconventional reasoning
moral telah di internalisasikan
dan penalaran moral telah
muncul
Kritik terhadap Kohlberg

• Turiel : Pemikiran moral tidak


selalu memprediksi perilaku
moral
• Carol Gilligan menyebut
kohlberg terlalu individualis dan
perspektifnya hanya fokus pada
keadilan, tidak melihat
perspektif perhatian.
Pendidikan Moral
 Kurikulum tersembunyi
Dewey: setiap sekolah punya atmosfer moral tersendiri meski sekolah itu tidak
memberi pelajaran moral
 Pendidikan karakter
memberi pelajaran kepada murid tentang pengetahuan moral dasar untuk mencegah
mereka melakukan perilaku tidak bermoral atau membahayakan diri sendiri dan
orang lain
 Klarifikasi nilai-nilai
menekankan pada upaya membantu orang untuk mengklarifikasi “untuk apa hidup
mereka” dan “apa yang layak untuk dikerjakan dalam hidup ini”; murid didorong
untuk mendefinisikan sendiri nilai dari mereka dan memahami nilai diri orang lain
 Pendidikan moral-kognitif
keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal seperti demokrasi dan keadilan
saat moral mereka sedang berkembang (teori kohlberg)
 Pembelajaran pelayanan
sebentuk pendidikan yang mempromosikan tanggung jawab sosial dan pelayanan
kepada komunitas

Anda mungkin juga menyukai