Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 1

Tugas Makalah Modul 04


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KEGIATAN BELAJAR I
PERKEMBANGAN EMOSI, TEMPRAMEN DAN KETERIKATAN
(ATTACHMENT)
KEGIATAN BELAJAR II
KONSEP DIRI vs HASIL BELAJAR
KEGIATAN BELAJAR III
Perkembangan Identitas Diri, Moral, dan Personal

Dina Agustina 857042815


M Miftakhur Rozaq 859548779
seffy sartika 859548786
Silvia Rigianti 857046962

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
BAB II

PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR I

A. PERKEMBANGAN EMOSI, TEMPRAMEN DAN KETERIKATAN


(ATTACHMENT)
1. DEFINISI EMOSI
Emosi adalah perasaan atau aspek yang terjadi ketika seseorang berada
dalam interaksi yang penting baginya dengan di tandai oleh prilaku yang
mencerminkan (mengekpresikan) rasa senang atau rasa tidak senang dari
seseorang yang sedang berada dalam suatu kondisi atau transaksi.
2. TAHAP PERKEMBANGAN EMOSI
Tahap perkembangan emosi pada manusia dapat bervariasi menurut teori-
teori perkembangan yang berbeda, seperti teori perkembangan psikososial
Erikson, teori perkembangan kognitif Piaget, dan teori keterikatan
Bowlby. Berikut ini adalah ringkasan umum dari tahap-tahap
perkembangan emosi yang umumnya diamati pada manusia:

a. Tahap Neonatal (0-2 bulan):Pada tahap ini, bayi umumnya


menunjukkan emosi dasar seperti kesenangan dan ketidakpuasan.
Mereka merespons rangsangan fisik seperti nyeri atau kenyamanan
dan merespons secara insting.
b. Tahap Bayi Awal (2-6 bulan):Pada tahap ini, bayi mulai menunjukkan
lebih banyak variasi dalam ekspresi emosi mereka. Mereka dapat
mengungkapkan sukacita, ketertarikan, kecemasan, dan marah.
Mereka juga mulai mengenali emosi orang lain, terutama emosi ibu
atau pengasuh utama mereka.
c. Tahap Bayi Tengah (7-12 bulan):Pada tahap ini, bayi mulai
mengembangkan emosi yang lebih kompleks, seperti rasa takut
terhadap orang asing atau perpisahan dengan orang tua. Mereka juga
mulai menunjukkan rasa malu atau bangga dalam situasi tertentu.
d. Tahap Balita Awal (1-3 tahun):Pada tahap ini, anak-anak mulai
menunjukkan berbagai macam emosi dengan lebih jelas dan lebih
terorganisir. Mereka dapat merespons dengan marah, frustrasi,
kegembiraan, rasa cemburu, dan rasa takut yang lebih kompleks.
e. Tahap Balita Tengah (3-5 tahun):Pada tahap ini, anak-anak mulai
mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang emosi mereka
sendiri dan orang lain. Mereka dapat menggunakan kata-kata untuk
menggambarkan emosi mereka, mengenali emosi pada orang lain, dan
mulai belajar mengatur emosi mereka.
f. Tahap Sekolah Awal (6-11 tahun):Pada tahap ini, anak-anak semakin
mampu mengenali, menggambarkan, dan mengatur emosi mereka
dengan kata-kata. Mereka dapat mengalami emosi yang lebih
kompleks seperti rasa malu, rasa bersalah, rasa simpati, dan rasa
percaya diri.
Tahap perkembangan emosi ini adalah gambaran umum, dan setiap
individu dapat mengalami perbedaan dalam waktu dan tingkat
perkembangannya. Faktor-faktor seperti lingkungan keluarga, interaksi
sosial, dan perkembangan kognitif juga dapat mempengaruhi
perkembangan emosi anak.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
a. Faktor kematangan, prilaku emosional yang matang dapat terjadi jika
perkembangan kelenjar endokrin sudah matang.
b. Faktor belajar dari lingkungan sekitar
 Trial dan error, anak mengekpresikan dengan cara coba-coba
 Meniru anak mengamati lingkungan siktar
 Mengidentifikasi sama belajar meniru
 Mengkondisikan anak mulai mengkondisikan diri untuk
mengepresikan emosi
 Berlatih, anak mulai berlatih mengelola emosi dengan
bimbingan orang dewasa
4. DEFINISI KETERIKATAN(ATTACHMENT)
Ikatan kuat , abadi, dan kasih sayang yang di bagikan oleh seorang anak
terhadap orang yang signifikan dengan denganya, biasa nya seorang ibu
atau orang yang tahu dan dapat memenuhi kebutuhan sang anak
5. TEORI-TEORI TERKAIT KETERKAITAN (ATTACHMENT)
a. Teori psikoanalisis
b. Teori belajar
c. Teori kognitif
d. Teori etologika
6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERIKATAN
(ATTACHMENT)
a. Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dan sosok yang lekat denganya
b. Penyiksaan emosional atau penyiksaan fisik
c. Pengasuh yang tidak stabil
d. Sering sering berpindah domisili
e. Pola asuh yang tidak konsisten
f. Figur lekat yang mengalami masalah psikologis
7. KETERIKATAN PADA USIA DINI, KANAK-KANAK DAN REMAJA
Keterikatan pada usia dini, kanak-kanak, dan remaja mengacu pada ikatan
emosional yang terbentuk antara anak dan figur penjaga utamanya,
biasanya orang tua atau pengasuh. Keterikatan ini penting dalam
perkembangan sosial dan emosional anak. Keterikatan yang aman pada
setiap periode usia memainkan peran penting dalam perkembangan
emosional anak. Keterikatan yang kuat dengan figur penjaga utama dapat
memberikan anak rasa aman, meningkatkan kepercayaan diri, dan
membantu mereka mengembangkan hubungan sosial yang sehat di masa
depan. Faktor seperti kehangatan, responsivitas, keandalan, dan
konsistensi dalam interaksi antara anak dan figur penjaga utama penting
untuk membangun keterikatan yang aman.

KEGIATAN BELAJAR II

A. KONSEP DIRI vs HASIL BELAJAR


1. KONSEP DIRI
Pandangan diri sendiri terhadap diri mengenai siapa diri ini,apa, dan
bagaimana diri ini. Pandangan tersebut dapat dimulai dari identitas diri, cita-
cita, harga diri, peran diri, dan idealnya diri yang diperoleh melalui
pengalaman-pengalaman hidup sendiri dan lingkungan sekitar
Berdasarkan
2. HARGA DIRI
Harga diri adalah evaluasi seseorang sebagai seseorang yang didasarkan pada
penilaian terhadap kualitas yang membentuk konsep diri (Shaffer & Kipp,
2014). Harga diri adalah evaluasi seseorang terhadap seseorang sebagai
seseorang yang didasarkan pada penilaian terhadap kualitas yang membentuk
konsep diri.
Menurut Coopersmith (1967), terhadap 4 aspek dalam harga diri. Aspek
tersebut, yaitu kekuatan (kekuatan), keberartian (significant), kebajikan
(virtue), dan kemampuan (competence). Mari kita bahas satu persatu aspek-
aspek dalam harga diri tersebut.
a. Kekuatan (power)
Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan yang menunjukkan bahwa
seseorang memiliki kemampuan untuk dapat mengontrol tingkah laku
serta mendapatkan pengakuan orang lain atas tingkah laku tersebut.
b. Keberartian (significant)
Keberartian merupakan sebuah kepedulian, perhatian, afeksi, dan
ekspresi kasih sayang yang diterima oleh seseorang dari orang lain
yang menjadi tanda bahwa seseorang tersebut diterima keberadaanya
dilingkungan sosialnya.
c. Kebajikan (virtue)
Kebajikan menunjukkan suatu ketaatan untuk mengikuti dan
bertingkah laku sesuai dengan etika, moral, dan agama.
d. Kemampuan (competence)
Kemampuan yang dimaksud disini adalah kemampuan dalam
menunjukkan performa yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan dan
mencapai prestasi.
3. PERKEMBANGAN KONSEP DIRI
Perkembangan konsep diri yang termasuk juga harga diri (self-esteem)
adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam perkembangan
sosioemosional. Menurut Santrock (2012), perkembangan konsep diri anak
selama tahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat 3 karakteristik konsep diri
sebagai berikut:
a. Karakteristik Internal
Anak-anak pada tingkat sekolah dasar lebih cenderung menyebutkan
karakteristik psikologis dalam pendefinisian diri dan cenderung
kurang menyebutkan karakteristik fisik.
b. Karakteristik Aspek Sosial
Selama proses bertahun-tahun, pada tingkat sekolah dasar, aspek sosial
dari pemahaman diri mereka meningkat.
c. Karakteristik Perbandingan Sosial
Pada tahap ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dengan
orang lain secara komparatif daripada absolut.
Selanjutnya, menurut Santrock (2012), karakteristik perkembangan
konsep diri remaja sebagai berikut:

a. Abstrack and idealistic


b. Differentiated
c. Contradictions within the solf
d. The fluctuating self
e. Real and ideal, live and false selves
f. Social comparation
g. Self-conscious
h. Self-protective
i. Unconscious
j. Self-integration
4. FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSEP DIRI DAN HARGA DIRI
a. Orang lain
Respons positif orang lain terhadap diri akan membentuk konsep diri
dan harga diri yang positif.
b. Kelompok sosial
Suatu kelompok pasti memiliki norma-norma yang secara emosional
akan berpengaruh pada pembentukan konsep diri karena seseorang
akan mengarahkan perilakunya dan berusaha menyesuaikan diri
dengan kelompoknya.
c. Pengaruh kelas sosial
Kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan, dan tempat
tinggal individu.
d. Pengaruh usia
Perkembangan usia sangat mempengaruhi proses perkembangan
konsep konsep diri dan harga diri.
5. KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR
Konsep diri merupakan pandangan terhadap diri sendiri dari berbagai
aspek. Sementara itu, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar dalam melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Motivasi sendiri terbagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam
diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang berasal dari luar individu itu sendiri.
6. MOTIVASI BELAJAR UNTUK SISWA DI JENJANG SEKOLAH YANG
BERBEDA
a. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
a) Berikan pujian dengan bijak
b) Membentuk kebiasaan belajar yang baik
c) Ciptakan persaingan atau kompetisi yang sehat
d) Menulis nama siswa dipapan tulis dengan reward-nya
e) Gunakan media belajar yang baik dan sesuai dengan
pembelajaranya
f) Menjelaskan tujuan belajar
g) Memberikan poin kelompok
h) Memberikan ulangan atau ujian secara berkala
i) Menumbuhkan kesadaran siswa
j) Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar
b. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP dan SMA
a) Memiliki impian
b) Menguasai skill belajar
c) Cara pandang yang benar
d) Relevansi pelajaran dengan kehidupan
c. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa
a) Bertemanlah dengan orang yang memiliki semangat belajar
tinggi
b) Buatlah target pencapaian
c) Buktikan bahwa Anda cerdas
d) Belajarlah dalam suasana yang baik
e) Membentuk kelompok belajar
f) Jangan lupa bersenang-senang
7. PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN BUDAYA TERHADAP KONSEP
DIRI DAN CAPAIAN AKADEMIK
Dalam beberapa penelitian, diungkapkan bahwa teman sebaya dan budaya
berpengaruh terhadap terbentuknya konsep diri seseorang. Oleh sebab itu
sebagai pendidik, berhati-hatilah dalam mengungkapkan sesuatu dihadapan
siswa dan juga perlu membangun budaya yang nyaman untuk semua anak
agar mendukung terbentuknya konsep diri positif pada diri siswa.
KEGIATAN BELAJAR III

Perkembangan Identitas Diri, Moral, dan Personal

A. PEMBENTUKAN DAN TEMPAAN IDENTITAS SOSIAL


Identitas diri adalah mendefinisikan diri dengan matang: perasaan
tentang siapa seseorang, kemana orang akan pergi dalam kehidupanya, dan
bagaimana seseorang tersebut cocok dengan masyarakat (Shaffer & Kipp,
2014). Selain itu identitas diri juga dapat berarti tentang fisik, keyakinan,
tujuan hidup, harapan hidup, prinsip moral, atau gaya sosial.
1. Bagaimana Identitas Diri Terbentuk
Identitas diri terbentuk melalui penilaian seorang individu terhadap
dirinya yang berlandaskan pada pertimbangan budaya, ideologi, dan harapan
masyarakat serta adanya penilaian diri yang didasarkan pada persepsi orang
lain. Mari kita bahas status identitas di atas satu persatu.
a. Identity diffusion
b. Identity forelocure
c. Identity moratorium
d. Identity achievement

Kemudian santrock (2007) mengungkapkan bahwa identitas diri


merupakan identitas yang terbentuk pada masa kanak-kanak yang kemudian
berkembang pada usia remaja yang ditandai dengan pertanyaan yang sering
muncul.

B. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN IDENTITAS


1. Keluarga
Keluarga merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembentukan
identitas diri seseorang.
2. Interaksi dengan teman sebaya
Melalui interaksi dengan teman sebaya yang beragam, seorang individu
akan lebih mudah mendapatkan nilai-nilai kehidupan dan ide-ide.
3. Sekolah dan komunitas
Sekolah dan komunitas merupakan tempat yang luas untuk individu
melakukan eksplorasi yang dapat mendukung perkembanga identitas.
4. Kebudayaan
Kebudayaan berperan dalam pembentukan identitas seseorang.
5. Kognitif
Faktor kognitif atau cara berpikir seorang individu akan menentukan jati
diri seseorang juga.
C. PERSEPSI TENTANG ORANG/KELOMPOK LAIN
Persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindaran sehingga ia menjadi
sadar akan segala sesuatu yang ada di lingkunganya. Berikut ini proses
beberapa yang berkembang dari masa kanak-kanak hingaa remaja menurut
Shaffer & Kipp (2024) sebagai berikut:
1. Anak-anak dibawah 7-8 tahun umunya menggambarkan teman dan
kenalan dalam istilah nyata yang sama yang mereka gunakan untuk
menggambarkan diri.
2. Anak-anak sekolah dasar menjadi lebih terbiasa dengan
keteraturan dalam perilaku mereka sendiri dengan orang lain.
3. Kesan remaja muda terhadap orang lain menjadi lebih abstrak
ketika mereka mulai membuat perbandingan psikologis antara
teman dan kenalan mereka.
4. Pada usia 14-16 tahun, remaja tahu bahwa pengaruh situasional
dapat menyebabkan seseorang bertindak keluar dari karakter.
D. TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI SOSIAL
Kognisi sosial juga merupakan kemampuan untuk berpikir secara kritis
mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal yang berkembang sejalan
dengan usia dan pengalaman serta berguna untuk memahami orang lain dan
menentukan bagaimana melakukan interaksi dengan mereka.
1. Teori perkembangan kognitif
Piaget membagi perkembangan kognitif ini kedalam 4 periode
berikut:
a. Periode sensori motor (0-2tahun)
b. Periode praoperasional (2-7 tahun)
c. Periode konkret (7-11 tahun)
d. Periode operasi formal (11- dewasa)
2. Robert Selman’s Role-Taking Analysis
Teori Selman pun dibagi menjadi 5 tahap berikut:
a. Egocentric or undifferentiated perspective (3-6 tahun)
b. social information role-taking (6-8 tahun)
c. self-effective role taking (8-10 tahun)
d. mutual role taking (10-12 tahun)
e. societal role taking (12-15 tahun)

sementara itu, interaksi sosial berkontribusi langsung dengan memberikan


pengalaman yang dibutuhkan anak-anak untuk mempelajari seperti apa
orang lain.
E. ALTRUISME
Altruisme berasal dari kata “alter” yang artinya orang lain. Secara bahasa,
altruisme adalah perbuatan yang berorientasi pada kebaikan orang lain.
Altruisme merupakan kepedulian tanpa pamrih untuk kesejahteraan orang lain
yang diekspresikan melalui tindakan prososial, seperti bekerja sama, dan
membantu (Shaffer & Kipp (2014).
1. Prososial moral reasoning
Merupakan pemikiran yang ditampilkan orang ketika memutuskan apakah
akan membantu, berbagi, atau menghibur orang lain ketika tindakan ini
bisa terbukti mahal untuk diri mereka sendiri.
2. Simpati Empatik Gairah
Merupakan perasaan atau simpati atau kasih sayang yang dapat
ditimbulkan ketika kita mengalami emosi orang lain yang tertekan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan altruisme
sebagai berikut:
a. Altruistik seseorang dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan
keluarganya.
b. Orang tua dapat mempromosikan perilaku altruistik dengan memuji
perbuatan baik anak mereka dan dengan mempraktikan sendiri
pelajaran prososial yang mereka khotbahkan.
c. Orang tua yang mendisiplinkan perilaku buruk dengan penjelasan
yang tidak emosional dan afektif cenderung membesarkan anak-anak
yang menjadi simpatik, rela berkorban, dan peduli akan masalah
orang.
F. KOMPONEN PERKEMBANGAN MORAL: AFEKTIF, KOGNITIF, DAN
PERILAKU
Perkembangan moral ini memiliki 2 dimensi, yaitu dimensi interpersonal dan
dimensi intrapersonal. Mari kita bahas satu persatu
1. Dimensi Interpersonal
Dimensi interpersonal mencakup aturan atau nilai dasar dan penilaian diri
individu sendiri
2. Dimensi intrapersonal
Dimensi intrapersonal, yaitu titik perhatianya ada pada apa yang
seharusnya dilakukan individu saat berinteraksi dengan orang lain.
Menurut beberapa penelitian, perkembangan moral ini dikembangkan
melalui 3 komponen yaitu:
a. Komponen afektif
Afektif : moral feelings
Komponen perkembangan moral yang terdiri atas perasaan yang
mengelilingi tindakan benar atau salah dan yang memotivasi pikiran
dan tindakan moral.
b. Komponen kognitif
Kognitif : moral reasoning
Terdapat dua teori yang terkemuka tentang komponen kognitif dalam
perkembangan moral, yaitu teori yang dimeukakan oleh piaget dan
kohlberg:
a) Teori piaget
Teori piaget memandang penalaran moral sebagai kemajuan
melalui urutan tiga tingkat yang tidak berubah: periode
premoral, moralitas heteronom, dan periode otonom.
Periode premoral, yaitu lima tahun pertama kehidupan ketika
anak-anak dikatakan memiliki sedikit rasa hormat atau
kesadaran akan aturan yang ditetapkan secara sosial.
Moralitas heteronom, yaitu tahap pertama perkembangan
moral piaget ketika anak-anak memandang aturan tokoh-tokoh
kezaliman sebagai hal yang sakral dan tidak dapat diubah.
Periode otonom, yaitu tahap kedua perkembangan moral
piaget ketika anak-anak menyadari bahwa aturan adalah
perjanjian sewenang wenang yang dapatdihadang dan dapat
diubah dengan prsetjuan dari orang yang memerintah.
b) Teori kohlberg
Teori kohlberg memandang penalaran moral sebagai kemajuan
melalui urutan tiga tingkat yang berbeda yaitu, moralitas
prakonvensional, konvensonal, poskonvensional.
 Moralitas prakonvensional, yaitu istilah kohlberg untuk
dua tahap pertama dari penalaran moral.
 Moralitas konvensional, yaitu istilah kohlberg untuk
tahap ketiga dan keempat dari penalaran moral.
 Moralitas poskonvensional, yaitu istilah kohlberg untuk
tahap kelima dan keenam penalaran moral.
c. Komponen perilaku
Perilaku: moral behavior
Komponen perkembangan moral yang mencerminkan cangkul yang
secara aktual kita lakukan ketika kita mengalami godaan untuk
berbohong, menipu, atau melanggar aturan moral lainnya. Faktor-
faktor pengembangan pengendalian atau pengambatan anak terserang
godaan tersebut:
1) Hadiah yang diberikan untuk berbagai perilaku
2) Hukuman yang mencakup alasan-alasan yang tepat
3) Terus menerus memaparkan anak-anak pada model
pengendalian moral.

Anda mungkin juga menyukai