Anda di halaman 1dari 4

Pendekatan Komunikatif dan Perkembangannya Sejarah Perkembangan Pendekatan Komunikatif Awal mula munculnya pendekatan komunikatif ini dilatari

oleh ketidakpuasannya terhadap penggunaan metode audio-lingual, yang meski telah berjalan sejak tahun enam puluhan, tetapi tidak kunjung memberikan perubahan berupa kemampuan berkomuikasi secara lancar. Teori yang dijadikan landasan pun sering dikecam oleh para linguis karena suatu pendekatan aural-oral atau metode audio-lingual didasarkan atas teori tata bahasa strukturalisme dan teori ilmu jiwa behaviorisme. Noam Chomsky, seorang pencetus teori tata bahasa transformasi-generatif dari Amerika Serikat sangat mengecam linguistik struktural karena teori ini tidak mampu menunjukan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan makna, dan tidak mampu menunjukkan hubungan antarkalimat. Teori ini hanya menyentuh struktur luar dan kalimat-kalimat yang pola dan strukturnya sama, bisa memiliki makna yang berbeda.7 Chomsky juga mengkritik teori behaviorisme untuk landasan pembelajaran bahasa karena kemampuan berbahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor dari luar (eksternal), melainkan juga faktor dari dalam (internal). Sebenarnya, setiap manusia memiliki kemampuan belajar bahasa yang dibawa sejak lahir, yang biasa disebut dengan jihaz iktisab allughah atau Language Acquisition Devic (LAD). Di samping itu, Chomsky mempersoalkan relevansi dari aktivitas peniruan, pengulangan, rangsangan, dan penguatan yang menjadi fokus perhatian dari behaviorisme. Kritikan yang disampaikan Chomsky ini akhirnya mendorong para ahli dan praktisi pengajaran bahasa untuk melakukan evaluasi terhadap konsep-konsep pembelajaran bahasa yang berlaku selama ini. Oleh karena itu, bersamaan dengan lahirnya teori kognitivisme dalam psikologi, teori transformasi- generatif dalam linguistik, dan teori LAD dalam psikolinguistik, maka muncullah berbagai pendekatan dan metode baru dalam pengajaran bahasa, antara lain: metode pemahaman dan pemecahan kode-kode bahasa (cognitive code learning), metode guru diam (silent way), metode belajar bahasa pemahaman (community language learning), pendekatan alamiah (the natural approach), dan yang terakhir adalah pendekatan komunikatif (the communicative approach). Makna Pendekatan Komunikatif Pendekatan (approach) pengajaran bahasa sering dipahami sebagai sekumpulan asumsi mengenai hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa. Kebenarannya tentu bersifat umum dan aksiomatik. Pendekatan ini kemudian diterjemahkan secara lebih operasional dan melahirkan berbagai metode, teknik, dan strategi untuk menguasai bahasa. Pendekatan komunikatif merupakan pembelajaran bahasa yang memberikan kemampuan keterampilan berbahasa yang ditunjang oleh pengetahuan bahasa itu sendiri. Pendekatan komunikatif lebih mementingkan penggunaan bahasa dari pada kepemilikan pengetahuan mengenai bahasa.1 Artinya, penguasaan bahasa pada siswa bukan saja karena diberi kesempatan untuk mempelajari keterampilan berbahasa, tetapi diberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan tersebut. Dengan melibatkan para pelajar berinteraksi dalam kegiatan berbahas, mereka dapat memahami apa yang dibaca dan didengarnya dan akhirnya dapat mengungkapkan pikiran dalam bahasanya.
1

Finocchiro, M.& C. Brumfit. The Functional Nasional Approach: From Theory to Practice.( New York: Oxford University Press, 1983), pp. 77-78.

Pendekatan komunikatif mengandaikan bahwa hakikat bahasa adalah medium komunikasi (yang berupa rumus-rumus suara atau pernyataan) antar individu dalam masyarakat, dalam rangka mentransfer berbagai pikiran, tanggapan, maupun perasaan. Pendekatan ini lebih menekankan pada fungsionalisasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, aktivitas pengajaran lebih menonjolkan aspek latihan dan pembiasaan berekspresi, kemampuan memahami, dan memberi tanggapan terhadap apa yang diucapkan orang lain. Dengan pendekatan komunikatif tersebut, orang yang belajar bahasa harus memperoleh latihan-latihan mengenali bunyi secara baik, membedakan satu bunyi dengan bunyi yang lainnya, membedakan satu kata dengan kata lainnya, suatu kalimat dengan kalimat lainnya, dan mengenali penanda gramatika satu dengan lainnya (gramatical devides) seperti urutan kata, imbuhan, dan intonasi. Ketika komunikasi itu menggunakan bahasa tulisan, maka target utamanya adalah kemampuan menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, dan kemampuan memahami apa yang dibaca. Kemampuan ini dapat diperoleh jika tahap pengenalan dan penggunaan secara lisan telah dapat dikuasai terlebih dahulu. Dengan kata lain, latihanlatihan membaca (qiraah) dan menulis (kitabah) hendaknya merupakan refleksi dan reproduksi dari latihan-latihan mendengar (istima) dan mengucapkan (kalam). Pengertian At-thariqah Al-ittishaliyah (Metode Komunikatif) Adalah suatu cara, pola, atau langkah dalam membangun interaksi aktif antara peserta didik dalam kelas, yang dilakukan seorang pendidik dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai upaya agar peserta didik lebih banyak berbicara dari pada pendidik. Sehingga tujuan belajar bahasa dapat dicapai. Bebrapa Aktivitas Yang Memungkinkan Dilakukan Dalam Metode Komuikatif Bebrapa aktivitas yang meungkinkan dilakukan dalam metode komuikatif secara bertahap adalah sebagai berikut: a. Percakapan kelompok (al-khiwar al-jamai) Peralatan yang harus disediakan adalah tape-recorde untuk merekam semua perckapan. Dalam satu kelas para pelajar dibagi ke dalam kelompokkelopmpok sesuai kebutuhan setiap kelpmpok dibero judul cerita yang sederhana. Sebelum latihan dilaksanakan para pelajar diperkenankan untuk berunding denga temanteman skelompoknya. Didalam latihan ini para pelajar berganti-ganti mengatakan sesuatu yang disambung olh teman-teman sekelompoknya sehingga menjadi sebuah cerita yang lengap. Semua kegiatan perckapan direkam sehingga dapat didengarkan lagi. Guru dalam latihan ini berkeliling dari satu klompok ke kelompok lainnya dan menjawab pertanyan jika plajar memita. Setlah kegiatan selesai, rekaman selanjutnya diputar kembali untuk didiskusikan dengan para pelajar, baik mengenai isi, pola, intonasi dan sebagainya. b. Bermain peran (at-tamsil) Pada aktivitas ini guru memberiakn tuga peran tertentu yang harus dilakukian para pelajar. Peran yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat penguasaan bahasa para pelajar. Tentu sja peran yang diberikan pada tingkat pemula tidak sama dengan yang diberikan pada tingkat menengah dan lanjutan. Misalnya guru memberikan tugas: raga kagakanlah! Jika kamu seorang guru, dan maman sebagai muridmu. aPa yang akan dikatakan jiak kalian bertemu dijalan? Misalanya pcakapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

: , : : : . :
Bermain peran ini merupakan tejknik yang sangat berguna dalam melatih perilaku berbahasa. Pemberian tugas ini dapat dilakukan dengan mulai dari cara yang sangat sederhana sampai kepada yang rumit yang memerlukan penguaaan pola-pola komplek. c. Praktek ungkapan social (thatbiq at-tabirot al-ijtimaiyyah) ungakapan sosial maksudnya adalah prilaku-prilaku social saat komunikasi yang diungkapakan ecara lisan, misalnya memberi hormat, mengungkpkan rasa kagum, gembira, ucapn perpisahan, memberi pujian, ucapan selamat, dan sebagainya. Pola-pola ungkapan ini dipraktekkan dalam rangkaian pembicaraan pada situasi-situasi tertentu pola-pola ungkapanm yang biasanya digunakan misalnya:

d. Praktek lapagan (al-mumarossah fi al-mujtama ) Praktek lapangan maksudnya adalah berkomunikasi dengan penutur asli diluar kelas, tentu saja aktifitas ini hanya bia dilakukan ditempat-tempat yang ada penutur asli bahasa arab. Praktek lapangan ini sangat berrti bagi perkembangan kemampuan berbahasa arab, sebab berbicara dengan penutur asli secara tidak langsung dapat mengadakan koreksi berbahasa dalam berbagai aspek selain itu kegiatan berbicara didalam lapangan dapat dijadikan ujkuran perkembangan belajar bahasa tersebut. Penutur asli bahasa arab di Indonesia nampaknya tidak sebanyak bahasa inggris. Mungkin hanya ditempat atau instansi tertentu saja para pelajar bias menemui mereka, seprti dikedutaan-kedutaan atau lembagalmbag pndidikan yang mendatangkan penutur asli bahasa arab dari timur tengah. e. Problem solving (hill al-musykilat) Problem solving atau pemecahan masalah biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi. Aktivitas ini bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, atau mengadakan sebuah kesepakatan tentang suatu rencana. Berdiskusi lebih tinggio tingkat kesulitannya dibandingkan dengan khiwar, sebab berdiskusi sudah melibatkan kemampuan menganalisa, menilai, menyimpulkan fakta. Dalam aktifitas ini guru juga harus melihat tingkat kemampuan plajar dalam berbahasa arab. Bagi tingkatan pemula tingktan permasalahan yang dipecahkan harus sedrhana , tidak menutup kemungkinan aktifitas yang harus dilakakukan pelajar berdasarkan bantuan imajinasi guru jika situasi menghendaki demikian. Tema yang diberikan, misalnya berkemah ke cirsaruah lembang. Guru mengatkan : apa saja yang harus disiapkan untuk berkemah itu?. Dalam sekelas pelajar dibagi beberapa kelompok, masing-masing klompok memiliki ketua. Setiap kelopok hatru berdiskusi tentang persiapan itu dengan bahasa arab setip pelajar dalam kelompok harus memberikan saran, yng kemudian ditulis oleh ketuanya. Jika diminta, guru memberikan kosa kata atau pola-pola kalimat yang diperlukan. Kelompok yang dapat mengumpulkan butir-butir paling banyak diminta untuk menjelaskan hal-hal yang harus disiapkan dengan alasannya kepada kelompok

lain didepan kelas. Misalnya, mengp harus membawa al-miknasa (sapu), al-hablu(tali), aljakitah(jaket), as-sikkin(pisau), sedangkan as-saif (pedang) tidak, mengapa berangat harus naik al-hafilah (bus) dan sebagaiunya. Bimbingn guru tentu saja sangat penting dalam permainan ini. Bagi tingakatan yang sudah lebih tinggi , permasalahan yang dipecahkan lebih rumit lagi, bhkan pelajar diberi kebebasan untuk mnentukan tema permasalahan yang dipecahkan. Guru dalam tingakatan ini mulai mengurangi keterlibatannya dalam aktifitas pelajar. Langkah-langkah penyajian metode komunikatif Salah satu prosedur proses belajar belajar mengajar dalam MK dilukiskan oleh finochiaro dn brumfit (dlam huda, 1990) sebagi berikut: a) Dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi-fungsi ungkapan dalam dialog itu dan situasi diman dialog itu mugkin terjadi. b) Latihan mengucapkan kalimat-kalimat pokok scara perorangan, kelompok atau klasikal. c) Pertanyan diajukan tentang isi dan situasi dalam dialog itu, dilanjutkan pertnyaan serupa tetapi langsung mengeni situasi masing-masing pelajar. Disini kegiatan komunikatif yang sebenarnya dimulai. d) Kelas membahas ungkapan-ungkapan komunikatif dlam dialog. e) Siswa diharapkan menarik sendiri kesimpulan tentang aturan tata bahasa yang termuat dalam dialog. Guru menfasilitasi dan meluruskan apabila terjadi kesalahan dan penyimpulan. f) Pelajar melakukan kegiatan menafsirkan dan menyatakan suatu maksud sebagai bagian dari latihan komuniki yang lebih bebas tidak sepenuhnayberstruktur g) Pengajar melakukan evaluasi dngan mengambil sample dari penampilan pelajar dalam kgitan komunikasi bebas. Kekuatan dan kelemahan metode komunikatif Kekuatan a. pelajar termotivasi dalam belajar karena pada hari pertama pelajaran, langsung dapat berkomunikasi dengan BT (dalam batas fungi nosi, kegiatan berbahasa, dan keterampilan tertentu) b. pelajar lancar berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi, gramatikal, sosiolinguistik, wacana, dan strategis. c. Susana kelas hidup dngan aktivitas komunikasi antar pelajar dnagnberbagai model intraksi dan tingkat kenbbasan yang cukup tinggi, shingga tidak membosankan. Kelemahan a. Memerlukan guru yang menguasai keterampilan komunikatif secara memadai dalam BT. b. Kemampuan membaca, dalam keterampilan tinggkat ambang, tidak mendapatkan porsi yang cukup. c. Lonctan langsung keaktivitas komunikatif bias menyulitkan siswa pada tingkat permulaan.

Anda mungkin juga menyukai