Cita-cita itu: suatu impian, keinginan, harapan dan dambaan yang kuat atas
sesuatu (profesi) yang padanya manusia mengarahkan budi dan hati, kehendak dan
kekuatan (tenaga) untuk mencapainya.
Hakekat dari cita-cita adalah selalu “terarah ke depan”, sehingga manusia terus
memandang dan dipacu untuk mencapainya. Dengan segala kekuatan ( tenaga ),
kehendak dan cara, manusia berusaha memenuhinya, mencapainya. Ia mengorbankan
waktu, tenaga, perhatian dan uang (biaya) demi tercapainya impian atau cita-cita itu.
Cita-cita lahir dari dalam dan juga didorong dari luar. Diinspirir oleh lingkungan,
dengan peluang dan tantangan yang ada.
Cita-cita muncul ketika budi manusia berfungsi. Sejak kecil kita sudah punya cita-cita.
Sebut saja ketika kita duduk di bangku SD. Di sana kita sudah mempunyai cita-cita.
Terkadang rasanya lucu karena sederhana dan tak dipahami banyak.
Masing-masing kita sudah punya cita-cita entah itu ketika kita duduk di bangku
SD atau SMP. Yang pasti bahwa kita sudah punya cita-cita, dan ada banyak cita-cita.
Barangkali kita punya cita-cita menjadi guru, pegawai, dokter, perawat, insignur, polisi,
tentara, petani sukses, sopir, montir, kontrakator, advokat, suster, imam dan lain-lain.
Cita-cita kita itu bisa tetap, bisa berkembang dan berubah sesuai perkembangan kita :
fisik, mental. Orientasi dan adaptasi kita pada cita-cita itu. Ia juga ditentukan oleh watak,
kepribadian, oleh bakat dan kemampuan yang kita miliki; dan oleh peluang yang ada
serta tantangan yang dihadapi.
melakukankanya. Sprit untuk meraih cita-cita akan mendorong seseorang untuk bergerak
maju, melawan rasa malas, dan menghindari mentalitas “gampangan”.
18:9). Dimana pun ia berada (rumah, sekolah, tempat kerja, dll) si pemalas hanya akan
menjadi pengganggu atau perusak bagi yang lain.
Itulah sebabnya Tuhan menasihati agar kita belajar dari kebiasaan semut, “pergilah
kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadiah bijak. Biar pun tidak ada pemimpinnya,
pengaturnyaatau penguasanya, ia meneyediakn rotinya di musim panas, dan
mengumpulkan makanannya di waktu panen. Hai pemalas, berapa lama lagi engkau
berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?, Tidur sebentar lagi, mengantuk
sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk berbaring, maka datanglah kemiskinan
kepadamu seperti seorang poenyerbu dan kekurangan seperti orang bersenjata” (Amsal
6:6-11)
Seorang pemalas biasanya menunda-nunda pekerjaan atau tugas segingga pekerjaannya
kian menumpuk. Prinsisp mereka, “Besok masih ada waktu, sekarang santai dulu”. Orang
yang lamban dan pemalas selalu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada seperti
perbuatan orang yang menerima satu talenta dan menguburkannya di dalalm tanah,
sehingga tuannya menjadi sangat marah dan berkata, “Hai kamu hamba yang jahat dan
malas...campakanlah hamba yang yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling
gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi” (Matius 25:26,30)
Jadi kemalasan dapat dikategorikan sebagai kejahatan. langkah untuk mengalakan
kemalasan adalah keharuan hidup displin dan bekerja atau belajar lebih keras lagi.
Belajar giat dan kerja keras adalah faktir penting penentu keberhasilan. maka belajarlah
menggunakan waktu sebaik mungkin, jangan lagi menunda-nunda belajar, menunda-
nunda pekerjaan dan tugas yang ada suapay tidak emakin berat dan menumpuk.
Kemalasan dan kelambanan hanya akan membawa seseorang kepada kegagalan. Maka
lawanlah kemalasan itu dengan sikap dan perilaku rajin di dalam dirimu.
Juga soal datang dari luar diri : lingkungan yang kurang bahkan tidak kondusif,
kurangnya dukungan perhatian dan kasih sayang dari keluarga, ekonomi lemah,
lingkungan masyarakat yang kurang baik: drop out sekolah, peminum, pemabuk, rebut
gaduh dll. Semuanya jadi soal dalam erebut cita-cita dan menggapai masa depan yang
baik dan cerah.
Lalu apa ? Seorang yang memiliki cita-cita yang kuat tentu tidak ingin terseret dalam
arus pesimis dan prinsip minimalis seperti ini. Ia selalu ingin berbuat lebih, belajar lebih,
bekerja lebih untuk dirinya demi meraih cita-cita yang diidamkannya. Kejarlah cita-
citamu setinggi langit. Untuk mencapai cita-cita perlu usaha dan kerja keras. Tuhan
memberkatimu.
semoga
4