Oleh :
KELOMPOK 6
Aldino Sastra Wijaya (I34160001)
Nurul Qayyimah (I34160002)
Tsania Akmala (I34160020)
Naila Humaira (I34160040)
Hermalinda (I34160054)
Yara Falmira (I34160061)
Bella Oktavianita (I34160064)
Irza Farabi (I34150100)
Yuniati Fadilah (I34160110)
Nabila Aileen FP (I34160139)
Flamora Gresafira C (I34160148)
Indah Pratiwi (I34160152)
Dosen
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib MS
Tri Rahayu Ningsih S.Hut, M.Si
Asisten Praktikum
Yoga Rudianto (E34140061)
PRAKATA
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami
dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan Interpretasi ini. Laporan ini
merupakan salah satu tugas akhir Mata Kuliah Interpretasi Alam (KSH 353).
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib MS selaku dosen kuliah dan Ibu Tri Rahayu
Ningsih S.Hut, M.Si selaku dosen praktikum serta kepada segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan laporan ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu
taman nasional yang terletak di Provinsi Jawa Barat tepatnya di Jalan Kebun
Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Potensi wisata yang menjadi
tujuan pengunjung ke TNGGP adalah pendakian, keindahan alam, sejarah, dll.
Selain itu, TNGGP juga memiliki keanekaragaman hayati fauna dan flora.
Potensi-potensi ini dapat digunakan sebagai penyampai informasi tentang
pelestarian kawasan dan sumberdaya didalamnya kepada pengunjung. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah tersebut adalah dengan
interpretasi alam.
Interpretasi alam adalah media komunikasi antara sumberdaya alam dan
manusia yang berinteraksi dengannya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Muntasib 2003 dalam Lerissa 2014 yang menyatakan bahwa interpretasi alam
adalah suatu seni dalam memberikan penjelasan tentang suatu kawasan wisata
alam kepada pengunjung sehingga dapat memberikan inspirasi, menggugah
pemikiran untuk mengetahui menyadari, mendidik, dan bila mungkin menarik
minat pengunjung untuk ikut melakukan konservasi, karena cara paling langsung
bagi masyarakat umum untuk mempelajari kawasan yang dilindungi adalah
melihatnya sendiri. Potensi-potensi tersebut tersebar di kawasan TNGGP, tetapi
tidak semua potensi yang menarik bisa diakses oleh pengunjung. Beberapa
potensi yang keberadaannya belum disadari atau belum diperhatikan, dapat
diinterpretasikan dengan bantuan jalur interpretasi.
Jalur interpretasi bertujuan melindungi dan melestarikan sumberdaya
alam, serta pengawasan terhadap pengunjung (MBRS 2005 dalam Stetiawan
2014). Penyusunan jalur interpretasi yang tepat dapat meningkatkan pemahaman
pengunjung terhadap objek sehingga tercapai tujuan dari interpretasi itu sendiri.
Dengan jalur interpretasi tersebut, informasi mengenai kawasan dalam kegiatan
wisata yang meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk melestarikan
kawasan wisata alam dapat tercapai. Agar interpretasi alam dapat dilaksanakan
secara optimal dengan memberikan manfaat, nilai tambah, kepuasan yang
maksimal, serta meningkatkan kesadaran bagi para pengunjung diperlukan
perencanaan interpretasi alam pada jalur di kawasan TNGGP. Perencanaan jalur
interpretasi untuk kegiatan wisata tersebut memerlukan data informasi yang dapat
mendukung potensi objek interpretasi di seluruh kawasan, mengidentifikasi jalur
yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai jalur interpretasi dan
mempertimbangkan karakteristik dan keinginan pengunjung mengenai
kenyamanan, keamanan dan kemudahan dalam jalur.
kawasan TNGGP. Dengan demikian, hasil dari laporan ini dapat digunakan bagi
perencanaan dalam upaya pengembangan ekowisata khususnya interpretasi alam
di kawasan TNGGP.
Tujuan Perencanaan
1. Meningkatkan pengetahuan pengunjung mengenai sumberdaya alam.
2. Meningkatkan kepedulian pengunjung terhadap pelestarian sumberdaya
alam.
3. Meningkatkan etika menjaga kelestarian sumberdaya alam.
4. Membantu mendukung kegiatan interpretasi pada pengelola TNGGP.
Tema Perencanaan
1. Ekplorasi keanekaragaman SDA jalur Cibodas-Mandalawangi dengan
sensasi pendakian gunung yang menantang solidaritas.
2. Jalur Cibodas-Mandalawangi merupakan destinasi primadona di TNGGP
yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan sumberdaya lain di
sepanjang jalurnya.
7
PEMBAHASAN
Lokasi Interpretasi
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terletak di wilayah
tiga Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten
Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Ditetapkan pada tahun 1980, taman nasional
ini merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan mengkonservasi ekosistem
dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Pada tanggal 10 Juni 2003
kawasan TNGGP diperluas dengan area hutan di sekitarnya menjadi 22,851
hektare. Di awal tahun 2007, tanggal 1 Februari, melalui SK menteri kehutanan
UPT Balai TNGGP ditingkatkan dari eselon III jadi eselon II dengan nama Balai
Besar TNGGP. Pada tanggal 21 Maret 2016 luas kawasan TNGGP menjadi
24.278,85 hektar. Wilayah TNGGP mencakup dua puncak Gunung Gede dan
Pangrango beserta tutupan hutan pegunungan di sekelilingnya. Pada tahun 1979
Pemerintah Indonesia melalui keputusan Menteri Pertanian menunjuk kawasan
hutan Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha, yang melingkup kedua puncak
gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya, sebagai kawasan Suaka
Alam/Cagar Alam (CA). Kemudian 6 Maret 1980 cagar alam ini ditingkatkan
statusnya menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pada tahun 2009
dilakukan serah terima pengelolaan kawasan hutan dari Perum Perhutani III Jawa
Barat dan Banten kepada Balai Besar TNGGP, dengan total area yang dialihkan
pengelolaannya seluas 7.655,03 ha, sehingga total luasan TNGGP lalu menjadi
22.851,03 ha.
pemilihan lokasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah letak yang
strategis dan merupakan salah satu taman nasional tertua dan menarik di Jawa
Barat. Selain itu, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan lokasi
untuk rekreasi (Mandalawangi), pendakian, penelitian, widyawisata/pendidikan,
maupun berkemah.
Jalur Interpretasi
Kegiatan interpretasi dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2018. Jalur
interpretasi yang kami gunakan adalah beberapa jalur pendakian Resort Cibodas
dan jalur Bumi Perkemahan Mandalawangi. Jalur interpretasi diawali dengan jalur
pendakian Resort Cibodas meliputi Canopy Trail dan Curug Ciwalen. Sedangkan
pada jalur Bumi Perkemahan Mandalawangi meliputi Rumah Korea sebagai
tujuan akhir.
Obyek/Sumberdaya Interpretasi
Dalam kegiatan interpretasi, penyampaian informasi yang mendetail
merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk memberikan pemahaman serta
pengetahuan, informasi yang mendetail juga dapat memberikan keselamatan pada
pengunjung. Berikut sumberdaya yang akan kami interpretasikan baik secara
general maupun spesifik pada lokasi jalur yaitu Cuaca, Iklim, lokasi, sejarah alam,
Nilai sejarah. Interpretasi mengenai cuaca dan iklim sangat penting dikarenakan
hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengunjung untuk melakukan persiapan
pada kunjungan selanjutnya. Menginterpretasikan lokasi juga sangat penting
mengingat seringkali pengunjung salah ataupun keliru dalam memaknai lokasi,
misalnya dalam membedakan resort Cibodas dan Mandalawangi. Dengan
menginterpretasikan sejarah alam dan status terkini pengunjung diharapkan dapat
apa saja hak dan kewajiban ketika berkunjung Adanya kepercayaan apabila
membasuh muka di curug ciwalen dapat membuat awet muda. Hal ini dapat
menambah daya tarik pengunjung utuk mengunjung curug ciwalen
Selain hal yang bersifat general diatas kami juga akan menginterpretasikan
Keberadaan area biologis atau flora dan fauna yang berhabitat dijalur yang kami
lewati serta flora fauna endemik yang ada dikawasan TNGGP. Karena dengan
menginterpretasikan tentang flora dan fauna baik dari segi statusnya hingga
manfaat dan bahayanya akan sangat bermanfaat bagi pengetahuan dan wawasan
pengunjung
a. Flora
b. Fauna
1. Jalur Mandalawangi
Fauna unik yang terdapat di jalur Mandalawangi yaitu burung tekukur dan
burung wiwik kelabu dan elang jawa
2. Jalur Curug Ciwalen
Fauna unik yang terdapat di jalur Curug Ciwalen yang paling sering ditemukan
antara lain: Lutung hitam , Owa Jawa, Babi hutan, Burung elang Jawa
Selain itu obyek atau sumberdaya yang akan kami interpretasikan yaitu
mengenai fungsi Balai TNGGP, karakteristik dan kepercayaan yang ada pada
Curug Ciwalen, karakteristik canopy trail, dan sejarah rumah korea serta tatacara
pembuatan api unggun, pemasangan dan penggunaan hammock, serta pendirian
tenda. Hal ini sangat penting mengingat beberapa obyek tersebut merupakan
obyek yang merupakan daya tarik utama bagi pengunjung sehingga dengan
bertambahnya pengetahuan pengunjung dapat meningkatkan manfaat dari
kegiatan kunjungan disana selain untuk berwisata.
Sarana-Prasarana Interpretasi
Berdasarkan pada data yang diperoleh pada saat turun lapang yang
pertama, yaitu bahwa banyak pengunjung mengharapkan adanya perbaikan dan
peningkatan fasilitas umum yang banyak rusak dan kurang jumlahnya misalnya
tempat sampah. Tempat sampah yang tersebar sesuai dengan pengamatan terlalu
kecil dan jumlahnya sedikit, namun jika hanya membuat tong sampah berukuran
besar dan terlalu banyak tong sampah akan mengurangi keindahan sumberdaya
yang ada oleh karena itu pembuatan tempat sampah yang natural. Misalnya
dengan membuat tempat sampah dengan bentuk unik dan natural seperti bentuk
hewan ataupun bentuk pohon yang instagramable sehigga tempat sampahtersebut
mempunyai dua fungsi baiksebagai tempat sampah dan juga sebagai obyek foto.
Selanjutnya yaitu penambahan serta perbaikan papan interpretasi yang
ada, karena banyak sekali papan interpretasi yang hilang dan rusak sehingga
15
Rencana Kegiatan
b. Masyarakat
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki program
peningkatan kapasitas masyarakat yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan
Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Program ini merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Kerja
Tahunan (RKT) 2016 yang merupakan kerjasama antara Conservation
International Indonesia (CI Indonesia) dengan Balai Besar Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Program ini mengundang 30 orang peserta dari
volunteer, masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dan
perwakilan Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Peserta selama 2 hari 1 malam
diajak berdiskusi dan praktek lapangan dengan dibimbing oleh pemateri yang
telah diundang oleh panitia. Dalam program peningkatan kapasitas sumberdaya
manusia untuk masyarakat ini, peserta diberikan materi mengenai tata cara
pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, pengenalan flora dan
fauna unik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, analisis ekologi Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dan perencanaan program yang dilaksanakan
agar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango lebih berkembang dan dikenal
masyarakat luas.
E. Biaya
F. Skenario
Peserta dan panitia sampai di tempat parkir Kebun Raya Cibodas.
Kemudian peserta diarahkan ke pos 1. Selanjutnya peserta dipersilahkan untuk
mempersiapkan diri untuk tracking dan melakukan pemanasan yang diapanduoleh
interpreter. Setelah itu, dilakukan pemaparan oleh interpreter mengenai
pemanfaatan kayu atau ranting yang dapat dimanfaatkan selama perjalanan
tracking. Selama perjalanan menuj pos selanjutnya, peserta disuguhkan
pemandangan alam yaitu flora, papan interpretasi seperti papan macan tutul. Saat
mobilisasi ke pos 2, peserta akan melewati canopy trail dan dijelaskan bagaimana
sejarahnya. Selain iu, peserta dipersilahkan untuk berfoto. Sesampainya di pos 2,
peserta dipersilahkan untuk menikmati keindahan alam Curug Ciwalen dan
21
serta pemaparan
dalam
memberikan
informasi saat
lelah sebaiknya
mengganjelkan
mulut dengan
gula merah.
Pos 3: pemaparan
perbedaan
penggunaan
tenda dan
hammock untuk
istirahat sejenak
dengan
memanfaatkan
pohon yang ada
di lahan kosong.
Rencana Penugasan
Struktur Organisasi
Berdasarkan bagan Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, tidak terdapat struktur organisasi khusus dalam
program interpretasi yang dilakukan pihak TNGGP, seharusnya adanya bagan
struktur organisasi dalam pelaksanaan program interpretasi seperti ketua,
interpreter, humas, dan keperluan lainnya agar memudahkan pihak TNGGP dalam
menjalankan program interpretasinya.
Tugas Pokok
Balai Besar Gunung Gede Pangrango mempunyai tugas melakukan
penyelenggaraan konservasi dan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan
pengelolaan kawasan Taman Nasional berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
26
Fungsi
Kegiataan perusahaan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango diantaranya:
1. Inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana
pengelolaan;
2. Perlindungan dan pengamanan kawasan;
3. Pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam hayati;
4. Pengendalian kebakaran hutan;
5. Pengembangan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk
kepentingan non komersial;
6. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta sumber
daya genetik dan pengetahuan tradisional di dalam kawasan;
7. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan;
8. Evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan penutupan kawasan;
9. Penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi sumber
daya alam dan ekosistemnya;
10. Pengembangan kerja sama dan kemitraan bidang konservasi sumber daya
alam dan ekosistemnya;
11. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya
alam dan ekosistemnya;
12. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan; dan
13. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN