Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN PERENCANAAN INTERPRETASI MANDALAWANGI-


RESORT CIBODAS DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE
PANGRANGO (TNGGP)

Oleh :
KELOMPOK 6
Aldino Sastra Wijaya (I34160001)
Nurul Qayyimah (I34160002)
Tsania Akmala (I34160020)
Naila Humaira (I34160040)
Hermalinda (I34160054)
Yara Falmira (I34160061)
Bella Oktavianita (I34160064)
Irza Farabi (I34150100)
Yuniati Fadilah (I34160110)
Nabila Aileen FP (I34160139)
Flamora Gresafira C (I34160148)
Indah Pratiwi (I34160152)

Dosen
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib MS
Tri Rahayu Ningsih S.Hut, M.Si

Asisten Praktikum
Yoga Rudianto (E34140061)

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN


EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
2

PRAKATA

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami
dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan Interpretasi ini. Laporan ini
merupakan salah satu tugas akhir Mata Kuliah Interpretasi Alam (KSH 353).
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib MS selaku dosen kuliah dan Ibu Tri Rahayu
Ningsih S.Hut, M.Si selaku dosen praktikum serta kepada segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Bogor, Desember 2018

Penulis
3

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 4


PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
Latar Belakang .................................................................................................... 5
Tujuan Perencanaan ............................................................................................ 6
Tema Perencanaan ............................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
Rencana Satuan Interpretasi ................................................................................ 7
Lokasi Interpretasi ........................................................................................... 7
Jalur Interpretasi .............................................................................................. 9
Obyek/Sumberdaya Interpretasi .................................................................... 10
Sarana-Prasarana Interpretasi ........................................................................ 14
Rencana Kegiatan .............................................................................................. 15
Program Kegiatan Untuk Penyediaan Data base ........................................... 15
Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia ......................... 16
Program Interpretasi Bagi Pengunjung .......................................................... 17
Pemasaran Program Interpretasi .................................................................... 24
Rencana Penugasan ........................................................................................... 25
Struktur Organisasi ........................................................................................ 25
Tugas Pokok .................................................................................................. 25
Fungsi............................................................................................................. 26
Implementasi Program Promosi dan Interpretasi .............................................. 26
Implementasi Program Promosi..................................................................... 26
Implementasi Program Interpretasi ................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 30
4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Interpretasi ................................................................................. 7


Gambar 1. Jalur Interpretasi .................................................................................... 9
Gambar 2. Poster Promosi Program Interpretasi................................................... 23
Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi Balai Besar TNGGP................................. 24
5

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu
taman nasional yang terletak di Provinsi Jawa Barat tepatnya di Jalan Kebun
Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Potensi wisata yang menjadi
tujuan pengunjung ke TNGGP adalah pendakian, keindahan alam, sejarah, dll.
Selain itu, TNGGP juga memiliki keanekaragaman hayati fauna dan flora.
Potensi-potensi ini dapat digunakan sebagai penyampai informasi tentang
pelestarian kawasan dan sumberdaya didalamnya kepada pengunjung. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah tersebut adalah dengan
interpretasi alam.
Interpretasi alam adalah media komunikasi antara sumberdaya alam dan
manusia yang berinteraksi dengannya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Muntasib 2003 dalam Lerissa 2014 yang menyatakan bahwa interpretasi alam
adalah suatu seni dalam memberikan penjelasan tentang suatu kawasan wisata
alam kepada pengunjung sehingga dapat memberikan inspirasi, menggugah
pemikiran untuk mengetahui menyadari, mendidik, dan bila mungkin menarik
minat pengunjung untuk ikut melakukan konservasi, karena cara paling langsung
bagi masyarakat umum untuk mempelajari kawasan yang dilindungi adalah
melihatnya sendiri. Potensi-potensi tersebut tersebar di kawasan TNGGP, tetapi
tidak semua potensi yang menarik bisa diakses oleh pengunjung. Beberapa
potensi yang keberadaannya belum disadari atau belum diperhatikan, dapat
diinterpretasikan dengan bantuan jalur interpretasi.
Jalur interpretasi bertujuan melindungi dan melestarikan sumberdaya
alam, serta pengawasan terhadap pengunjung (MBRS 2005 dalam Stetiawan
2014). Penyusunan jalur interpretasi yang tepat dapat meningkatkan pemahaman
pengunjung terhadap objek sehingga tercapai tujuan dari interpretasi itu sendiri.
Dengan jalur interpretasi tersebut, informasi mengenai kawasan dalam kegiatan
wisata yang meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk melestarikan
kawasan wisata alam dapat tercapai. Agar interpretasi alam dapat dilaksanakan
secara optimal dengan memberikan manfaat, nilai tambah, kepuasan yang
maksimal, serta meningkatkan kesadaran bagi para pengunjung diperlukan
perencanaan interpretasi alam pada jalur di kawasan TNGGP. Perencanaan jalur
interpretasi untuk kegiatan wisata tersebut memerlukan data informasi yang dapat
mendukung potensi objek interpretasi di seluruh kawasan, mengidentifikasi jalur
yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai jalur interpretasi dan
mempertimbangkan karakteristik dan keinginan pengunjung mengenai
kenyamanan, keamanan dan kemudahan dalam jalur.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu adanya laporan perencanaan


ini bertujuan untuk menyusun hasil perencanaan yang sudah dilaksanakan di
6

kawasan TNGGP. Dengan demikian, hasil dari laporan ini dapat digunakan bagi
perencanaan dalam upaya pengembangan ekowisata khususnya interpretasi alam
di kawasan TNGGP.

Tujuan Perencanaan
1. Meningkatkan pengetahuan pengunjung mengenai sumberdaya alam.
2. Meningkatkan kepedulian pengunjung terhadap pelestarian sumberdaya
alam.
3. Meningkatkan etika menjaga kelestarian sumberdaya alam.
4. Membantu mendukung kegiatan interpretasi pada pengelola TNGGP.

Tema Perencanaan
1. Ekplorasi keanekaragaman SDA jalur Cibodas-Mandalawangi dengan
sensasi pendakian gunung yang menantang solidaritas.
2. Jalur Cibodas-Mandalawangi merupakan destinasi primadona di TNGGP
yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan sumberdaya lain di
sepanjang jalurnya.
7

PEMBAHASAN

Rencana Satuan Interpretasi

Lokasi Interpretasi
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terletak di wilayah
tiga Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten
Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Ditetapkan pada tahun 1980, taman nasional
ini merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan mengkonservasi ekosistem
dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Pada tanggal 10 Juni 2003
kawasan TNGGP diperluas dengan area hutan di sekitarnya menjadi 22,851
hektare. Di awal tahun 2007, tanggal 1 Februari, melalui SK menteri kehutanan
UPT Balai TNGGP ditingkatkan dari eselon III jadi eselon II dengan nama Balai
Besar TNGGP. Pada tanggal 21 Maret 2016 luas kawasan TNGGP menjadi
24.278,85 hektar. Wilayah TNGGP mencakup dua puncak Gunung Gede dan
Pangrango beserta tutupan hutan pegunungan di sekelilingnya. Pada tahun 1979
Pemerintah Indonesia melalui keputusan Menteri Pertanian menunjuk kawasan
hutan Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha, yang melingkup kedua puncak
gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya, sebagai kawasan Suaka
Alam/Cagar Alam (CA). Kemudian 6 Maret 1980 cagar alam ini ditingkatkan
statusnya menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pada tahun 2009
dilakukan serah terima pengelolaan kawasan hutan dari Perum Perhutani III Jawa
Barat dan Banten kepada Balai Besar TNGGP, dengan total area yang dialihkan
pengelolaannya seluas 7.655,03 ha, sehingga total luasan TNGGP lalu menjadi
22.851,03 ha.

Gambar 1. Lokasi Interpretasi


8

Kondisi aksesibilitas menuju kawasan ada enam pintu wisata menuju


kawasan TNGGP yaitu: Cibodas, Gunung Putri, Bodogol, Cisarua, Selabintana,
dan Situgunung. Terdapat beberapa pembangunan di beberapa titik lokasi yang
bertujuan memudahkan dan membuat pengunjung semakin nyaman berada di
kawasan TNGGP. Contohnya ada beberapa jalan di kawasan TNGGP sedang
diperbaharui dan dibuat lebih nyaman.
Bumi Perkemahan Mandalawangi Cibodas atau Mandalawangi Cibodas
Camping Ground adalah sebuah bumi perkemahan yang berada di kawasan
Wisata Cibodas. Letaknya berdampingan atau tepatnya di pintu keluar Kebun
Raya Cibodas dan berada di kompleks Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Karena letaknya di bawah kaki Gunung Gede Pangrango, Bumi
Perkemahan Mandalawangi Cibodas memiliki nuansa alam yang masih segar,
sejuk dan indah sehingga menjadi salah satu favorit wisata berkemah bagi para
petualang dan penyuka kegiatan luar ruangan lainya (Outdoor Activities).
Bumi Perkemahan Mandalawangi Cibodas memiliki kondisi geografisnya
terdiri dari sungai, danau, tanah kerikil yang mudah menyerap air, tanah
rerumputan, semak, pepohonan, hutan dan keadaan suhu yang relatif dingin. Hal
ini menjadi medan yang baik dan juga ideal untuk dijadikan tempat camping atau
perkemahan. Selain itu areal perkemahan yang luas dan beragam sehingga Anda
bisa memilih sendiri lokasi perkemahan yang ideal sesuai kebutuhan dan selera.
Begitu kita memasuki areal Mandalawangi Camping Ground, kita akan
dihadapkan pada patung komodo yang mulutnya terbuka dan berfungsi sebagai
jalan atau terowongan. Karena itulah, sebagian masyarakat menyebut Taman
Mandalawangi ini sebagai Taman Komodo. Selain sebagai bumi perkemahan, di
sini juga terdapat beberapa objek wisata yang tak kalah menarik untuk dinikmati.
Diantaranya adalah Danau Mandalawangi Cibodas, sungai Cikundul, jungle track,
air terjun Rawa Gede, perahu dayung, patung Dinosaurus, dan juga fasilitas high
rope seperti flying fox, lintas danau, lintas tali pohon, dan spider net.
Jalur pendakian merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Terdapat tiga jalur pendakian di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, yaitu jalur pendakian Cibodas, Jalur Pendakian Gunung Putri, dan
Jalur Pendakian Selabintana. Tiap-tiap jalur memiliki kuota maksimum pendaki
perhari, yaitu 300 untuk jalur pendakian Cibodas, 200 untuk jalur pendakian
Gunung Putri, dan jalur pendakian Selabintana 100 pendaki. Pembatasan kuota
tersebut berkenaan dengan tingkat kesulitan jalur yang dihadapi dalam pendakian.
Jalur yang memiliki tingkat risiko yang paling tinggi ada pada jalur Selabintana
sehingga kuotanya paling sedikit untuk masalah keamanan. Selain itu alasan lain
adalah agar jumlah pengunjung tidak melebihi batas carrying capacity untuk
menjaga kebersihan, keamanan, dan keindahan untuk menjaga keasrian jalur
pendakian tersebut.
Kegiatan interpretasi diadakan di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango yang meliputi kawasan Mandalawangi dan Resort Cibodas. Dasar
9

pemilihan lokasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah letak yang
strategis dan merupakan salah satu taman nasional tertua dan menarik di Jawa
Barat. Selain itu, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan lokasi
untuk rekreasi (Mandalawangi), pendakian, penelitian, widyawisata/pendidikan,
maupun berkemah.

Jalur Interpretasi
Kegiatan interpretasi dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2018. Jalur
interpretasi yang kami gunakan adalah beberapa jalur pendakian Resort Cibodas
dan jalur Bumi Perkemahan Mandalawangi. Jalur interpretasi diawali dengan jalur
pendakian Resort Cibodas meliputi Canopy Trail dan Curug Ciwalen. Sedangkan
pada jalur Bumi Perkemahan Mandalawangi meliputi Rumah Korea sebagai
tujuan akhir.

Gambar 2. Jalur Interpretasi

Terdapat beberapa alasan memilih dua jalur tersebut. Pertama, peserta


diajak bukan hanya mendapatkan pengetahuan mengenai kawasan alam, namun
juga ikut merasakan dan menikmati kesejukan alam di TNGGP. Canopy trail dan
Curug Ciwalen dipilih karena merupakan salah satu daya tarik tersendiri serta
10

lokasinya cocok digunakan untuk berfoto. Selain itu, interpreter dapat


menjelaskan sejarah dua area tersebut kepada pengunjung. Kedua, memperhatikan
kondisi peserta. Jalur Canopy Trail dan Curug Ciwalen merupakan jalur dengan
medan yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu banyak tanjakan sehingga dapat
meminimalisir kelelahan peserta dan masih tetap dapat menikmati alam. Ketiga,
faktor alam salah satunya adalah hujan. Cuaca di Bogor saat ini tidak dapat
diprediksi karena dapat berubah sewaktu-waktu, sehingga ketika interpreter
menjelaskan mengenai TNGGP dapat terselesaikan sebelum waktu hujan. Selain
itu juga, peserta dapat merasakan kepuasan telah mendapatkan pengetahuan dan
menikmati alam sebelum waktu hujan.

Obyek/Sumberdaya Interpretasi
Dalam kegiatan interpretasi, penyampaian informasi yang mendetail
merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk memberikan pemahaman serta
pengetahuan, informasi yang mendetail juga dapat memberikan keselamatan pada
pengunjung. Berikut sumberdaya yang akan kami interpretasikan baik secara
general maupun spesifik pada lokasi jalur yaitu Cuaca, Iklim, lokasi, sejarah alam,
Nilai sejarah. Interpretasi mengenai cuaca dan iklim sangat penting dikarenakan
hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengunjung untuk melakukan persiapan
pada kunjungan selanjutnya. Menginterpretasikan lokasi juga sangat penting
mengingat seringkali pengunjung salah ataupun keliru dalam memaknai lokasi,
misalnya dalam membedakan resort Cibodas dan Mandalawangi. Dengan
menginterpretasikan sejarah alam dan status terkini pengunjung diharapkan dapat
apa saja hak dan kewajiban ketika berkunjung Adanya kepercayaan apabila
membasuh muka di curug ciwalen dapat membuat awet muda. Hal ini dapat
menambah daya tarik pengunjung utuk mengunjung curug ciwalen
Selain hal yang bersifat general diatas kami juga akan menginterpretasikan
Keberadaan area biologis atau flora dan fauna yang berhabitat dijalur yang kami
lewati serta flora fauna endemik yang ada dikawasan TNGGP. Karena dengan
menginterpretasikan tentang flora dan fauna baik dari segi statusnya hingga
manfaat dan bahayanya akan sangat bermanfaat bagi pengetahuan dan wawasan
pengunjung

a. Flora

Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan hutan


hujan tropis di Indonesia yang memiliki kekayaan keanekaragaman flora yang
sangat tinggi. Pada jalur mandalawangi yang akan kami lewati terdapat beberapa
objek sebagai berikut:
1. Cemara (Platycladus orientalis)
Keunikan dan kekhasannya adalah sebagai produksi oksigen, sering dijadikan
sebagai pohon perayaan natal. Pemanfaatan pada bagian daun digunakan
sebagai peneduh, memproduksi oksigen dengan cara pemanfaatannya adalah
11

kayunya dibentuk sesuai bentuk perabotan yang diinginkan. Memanfaatkan


segala bagian yang ada pada pohon cemara sebagai bumbu masakan, makanan,
dan penghias rumah.
2. Pinus (Pinus merkusii)
Keunikan dan kekhasannya yaitu bentuk daunnya yang memipih seperti jarum
dan berkelompok dan coraknya istimewa. Pemanfaatan pada bagian kayu pinus
digunakan untuk berbagai keperluan seperti konstruksi ringan, mebel, pulp,
korek api dan sumpit sementara pada bagian Hasil non kayunya berupa getah
(resin) menghasilkan produk gondorukem dan terpentin yang bernilai jual
tinggi. Kegunaan gondorukem adalah untuk bahan baku industry kertas,
keramik, plastik, cat, batik, sabun, tinta cetak, politur, farmasi, kosmetik dll.
Selain itu pada bagian kulit digunakan untuk antioksidan dengan cara
diekstraksi.

3. Bunga kecubung/terompet (Callamanda carthartica)


Keunikan dan kekhasan padabentuk bunganya yang menarik seperti terompet
menghadap ke bawah.Warna bunga alamanda pada umumnya adalah kuning,
namun terdapat juga bunga alamanda warna ungu, merah dan putih.Hal
tersebut adalah variasi dikarenakan faktor genetik.Pemanfaatan Bunga
alamanda memiliki manfaat sebagai tanaman hias.Meskipun tanaman ini
memiliki potensi sebagai antibakteri, namun tanaman ini tidak bisadigunakan
sebagai obat herbal karena seluruh kandungan tanaman bersifat racun
allamandin yang dapat menyebabkan iritasi.
4. Bugenvil (Bougainvillea spectabilis)
Keunikan dan kekhasan bunga ini merupakan jenis tanaman hias yang populer,
tanaman ini memiliki bentuk kecil yang sukar tumbuh dengan tegak dan
memiliki warna yang sangat beragam mulai dari putih, merah muda, dan tua,
jingga, unggu.Pemanfaatan pada bunga kertas banyak ditemukan di
perkarangan rumahan digunakan untuk tanaman hias dengan cara diletakkan di
dalam pot, dapat digantung atau di dalam ruangan. Penyebaran pada jalur
Mandalawangi jalur dua HM 9.
5. Flamboyant (Delonix regia)
Keunikan dan kekhasannya adalah pohon besar dan bunga-bunga berwarna
merah cerah. Selain itu, saat daun flamboyan berguguran, bunganya akan
tumbuh berkembang dengan benarng sari setiap bunganya berjumlah sekitar
sepuluh batang berwarna merah. Pemanfaatan pada bagian bunga, kayu atau
batang yaitu meningkatkan mood, menghias ruangan, membuat perhiasan, obat
malaria, peneduh, dan bahan bangunan. Saat digunakan untuk bahan
bangunancara penggunaanya yaitu kayu dari tanaman flamboyan dipisahkan
dari bunganya. Penyebaran pada jalur Mandalawangi jalur dua HM 14.
6. Paku andam (Dicranopteris linearis)
12

Keunikan dan kekhasannya adalah tanaman yang termasuk ke dalam golongan


paku-pakuan yang berukuran besar dan sering ditemui tumbuh di tebing teppi
jalan atau pegunungan. Pemanfaatan tanaman paku ini ternyata sebagai bahan
baku kerajinan anyaman yang memiliki nilai ekonomis. Penyebaran pada jalur
Mandalawangi berada di sepanjang jalur tiga HM 17.
Sedangkan pada Jalur Curug Ciwalen terdapat beberapa objek sebagai
berikut:

1. Pohon induk rasamala (Altingia excels)


Keunikan dan kekhasannya adalah pada kayunya yang kuat dan menghasilkan
damar yang berbau harum dan menjadi bahan campuran pengharum ruangan,
Pohon Rasamala yang masih muda memiliki tajuk rapat dan berbentuk seperti
pyramid. Sementara kayunya berwarna merah.Daun yang masih muda
berwarna merah dan dapat disayur, dilalap, atau menjadi obat batuk.
2. Pisang Kole (Musa Acuminata)
Keunikan dan kekhasan buah tersusun dalam satu tandan dengan kelompok-
kelompok menjari yang disebut sisirbuah lebih ramping, dalam setiap buah
mengandung 15 hingga 62 biji, jumlah biji tergantung ukuran masing-masing
buah. Pemanfaatan daun pisangdapat dimanfaatkan untuk pembungkus
makananDaun langsung dimanfaatkan, diambil serat upihnya, buah diolah
sesuai keinginan, tangkai daun dan serat upih buahdapat dijadikan sebagai
perekatjarang untuk konsumsi karena rasanya yang yang kesat dilidah.
3. Bunga Terompet Putih (Brugmansia Suaveolens)
Kecubung berbunga putih dianggap paling beracun dibandingkann dengan
jenis lain yang juga mengandung zat alkaloid yang berada disemua bagian
tumbuhan kecuubung, mulai dari akar, tingkai, daun, bunga, buah, hingga
bijinya. Namun, kandungan terbesar pada akar dan biji.Keunikan dan kekhasan
tanaman yang berbentuk terompet ini kerap di salah gunakan untuk penghilang
kesadaran atau sebagai zat pembius karena daun kecubung bekhasiat anestesi.
Hampir seluruh bagian bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai
obat seperti obat bius dengan cara bagian biji kecubung tersebut digoreng tanpa
minyak atau disangrai seperti menggoreng kopi. Bunga kecubung yang
berbentuk termpet, dirajang menjadi kecil seperti merajang daun tembakau,
dijemur, setelah kering di campur dengan tembakau, diisap menjadi rokok, dan
efeknya hampir seperti menghisap ganja. Daunnya yang berkhasiat mengobati
asma dengan cara mengeringkan dua lembar daun kecubung atau satu bunga
kecubung lalu dilinting, dibakar, dan dihisap lebih dari satu batang dalam
waktu enam jam. Sampai saat ini digunakan pula oleh industri farmasi sebagai
sumber utama yang bekhasiat untuk memberi efek menenangkan kejang-
kejang.
13

4. Bunga pacar (Impatiens sp.)


Keunikan dan kekhasan tanaman ini bentuk dari buah sepeti kapsul bulat
lonjong dengan runcing/lancip pda ujungnya sedangkan biji dari tanaman ini
berwarna hitam dan berbentuk bulat dengan ukuran sekitar kurang dari satu
mm. Pemanfaatan tanaman bunga pacar biasanya digunakan untuk tanaman
hias, pada bagian daun digunakan untuk pengobatan penyakit di bagian luar
tubuh (bisul, rematik, gatal) dalam tubuh (nyeri haid, kaku, rematik).
5. Honje (Etlingera elatior)
Kekhasannya adalah bunga dan buahnya masam dan berbau harus khas.
Pemanfaatannya Honje juga dapat dimanfaatkan sebagai sabun dengan dua
cara: menggosokkan langsung batang semu honje ke tubuh dan wajah atau
dengan mememarkan pelepah daun honje hingga keluar busa yang harum yang
dapat langsung digunakan sebagai sabun. Tumbuhan ini juga dapat digunakan
sebagai obat untuk penyakit yang berhubungan dengan kulit, termasuk
campak.Dari rimpangnya, orang-orang Sunda memperoleh bahan pewarna
kuning.Pelepah daun yang menyatu menjadi batang semu, pada masa lalu juga
dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman; yaitu setelah diolah melalui
pengeringan dan perendaman beberapa kali selama beberapa hari.Batang semu
juga merupakan bahan dasar kertas yang cukup baik.
6. Cangkuang (Fandanus furcatus Farm Pandanaceae)
Daun panjang berduri, batang berdiameter sekitar 5 cm. keunikan dan
kekhasan Daun tumbuh berkumpul di beberapa titik batang. Pemanfaatan Daun
tikar Bersihkan duri pada daun, belah daun menjadi beberapa bagian sesuai
kebutuhan, keringkan dan luruskan, anyam daun tersebut menjadi tikar.
7. Babakoan (Eupathorium Sordidum)
Bunga berwarna ungu, daun lebar berbulu, menyirip batang lunak (tidak
memiliki cambium) dan berbulu.Tumbuhan termasuk ke dalam IAS adalah
jenis-jenis tumbuhan maupun hewan asing yang berkembang dan menyebar di
luar habitat aslinya yang menginvasi ekosistem.
8. Anggrek kayu(Spathoglottis Plicata Blume)
Keunikan dan kekhasan pada bentuk dan warna bunganya yang
menarik.Tanaman anggrek tanah dapat dijadikan sebagai bunga pot, bunga
potong, ataupun sebagai border.Pemanfaatan pada bunga Mengobati obat
telinga, bisul, dan keseleo serta sebagai tanaman hias Diolah menjadi obat
herbal dan dirawat menjadi tanaman hias.
9. Begonia (Begonia sp)
Keunikan dan kekhasan adalah bentuk daunnya yang asimetris sehingga jika
dilipat bentuk dan ukuran daun tidak sama, merupakan tanaman yang berasal
dari benua Amerika. Pemanfaatannya pada bagian batang digunakan untuk
dikonsumsi saat keadaan darurat di hutan dengan cara langsung dimakan.
14

b. Fauna

Beberapa fauna di TNGGP sudah termasuk ke dalam jenis kategori langka


dan perlu mendapat perlindungan. Salah satunya adalah burung elang Jawa dan
sudah masuk kategori Endangered (E) dalam daftar IUCN (International Union
for the Conservation of Nature). Selain elang Jawa, salah satu fauna lainnya yang
masuk dalam daftar IUCN yaitu Owa Jawa. Owa Jawa sudah dilindungi melalui
Peraturan Perundang-Undangan RI sejak tahun 1931. Jenis hewan ini dilindungi
karena sering dipelihara sebagai hewan peliharaan dan dijual di pasar hewan. Saat
ini, aturan tersebut dibuat cukup ketat dan perdagangan Owa Jawa sudah tidak
dilakukan secara terang-terangan.
Fauna pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
terbagi menjadi dua jalur, yaitu jalur Mandalawangi dan jalur Curug Ciwalen.

1. Jalur Mandalawangi
Fauna unik yang terdapat di jalur Mandalawangi yaitu burung tekukur dan
burung wiwik kelabu dan elang jawa
2. Jalur Curug Ciwalen
Fauna unik yang terdapat di jalur Curug Ciwalen yang paling sering ditemukan
antara lain: Lutung hitam , Owa Jawa, Babi hutan, Burung elang Jawa

Selain itu obyek atau sumberdaya yang akan kami interpretasikan yaitu
mengenai fungsi Balai TNGGP, karakteristik dan kepercayaan yang ada pada
Curug Ciwalen, karakteristik canopy trail, dan sejarah rumah korea serta tatacara
pembuatan api unggun, pemasangan dan penggunaan hammock, serta pendirian
tenda. Hal ini sangat penting mengingat beberapa obyek tersebut merupakan
obyek yang merupakan daya tarik utama bagi pengunjung sehingga dengan
bertambahnya pengetahuan pengunjung dapat meningkatkan manfaat dari
kegiatan kunjungan disana selain untuk berwisata.

Sarana-Prasarana Interpretasi
Berdasarkan pada data yang diperoleh pada saat turun lapang yang
pertama, yaitu bahwa banyak pengunjung mengharapkan adanya perbaikan dan
peningkatan fasilitas umum yang banyak rusak dan kurang jumlahnya misalnya
tempat sampah. Tempat sampah yang tersebar sesuai dengan pengamatan terlalu
kecil dan jumlahnya sedikit, namun jika hanya membuat tong sampah berukuran
besar dan terlalu banyak tong sampah akan mengurangi keindahan sumberdaya
yang ada oleh karena itu pembuatan tempat sampah yang natural. Misalnya
dengan membuat tempat sampah dengan bentuk unik dan natural seperti bentuk
hewan ataupun bentuk pohon yang instagramable sehigga tempat sampahtersebut
mempunyai dua fungsi baiksebagai tempat sampah dan juga sebagai obyek foto.
Selanjutnya yaitu penambahan serta perbaikan papan interpretasi yang
ada, karena banyak sekali papan interpretasi yang hilang dan rusak sehingga
15

papan interpretasi mengganggu penglihatan dan tidak membantu memberikan


informasi. Terkait perbaikan fasilitas umum dan fasilitas pendidikan, pada jalur
ciwalen terdapat student center yang sudah rusak dan tidak terpakai lagi sehingga
membuat tempt itu terkesan menyeramkan padahal dengan adanya student center
sangat membantu ketika memang ada kunjungan eduwisata. Memperbaiki tempat
berteduh yang rusak di curug ciwalen karena selain merusak keindahan juga
pengunjung tidak bisa berteduh jika serta merta hujan turun. Pada jalur
mandalawangi terdapat lorong yang berbentuk kadal, obyek tersebut akan sangat
menarik jika diperbaiki serta diwarnai dengan indah serta didalam lorong tersebut
juga diberikan sentuhan seni seperti lukisan ataupun ditambah kawat-kawat untuk
meletakkan gembok sehingga menjadi obyek wisata yang baru dan sangat
menarik

Rencana Kegiatan

Program Kegiatan Untuk Penyediaan Data base


Balai besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
merupakan penanggung jawab pengelolaan kawasan TNGGP yang berada di
bawah Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kantor Balai Besar TNGGP
berada di Cibodas, dan dalam pengelolaan operasionalnya dibagi menjadi 3 (tiga)
Bidang Pengelolaan Taman Nasional (BPTN), yaitu Bidang PTN Wilayah I
Cianjur, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi, dan Bidang PTN Wilayah III Bogor.
Selanjutnya ketiga Bidang PTN dibagi menjadi 6 Seksi Pengelolaan Taman
Nasional (SPTN), dan dibagi lagi menjadi 15 Resort Pengelolaan Taman Nasional
(RPTN). Salah satu fungsi balai besar TNGGP adalah untuk inventarisasi potensi,
penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan.
Pengelolaan kearsipan di balai besar TNGGP sangat penting untuk
dilakukan dan diperhatikan, mengingat urgensi keberadaan database yang
menyangkut kepentingan berbagai pihak bahkan pada tingkat nasional dan
internasional. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2009 Tentang Kearsipan bahwa Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa
dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara,
pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut berkenaan dengan tujuan
kearsipan yaitu untuk menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya,
menjamin pelindungan kepentingan negara dan hak-hak keperdataan rakyat, serta
mendinamiskan sistem kearsipan, diperlukan penyelenggaraan kearsipan yang
sesuai dengan prinsip, kaidah, dan standar kearsipan sebagaimana dibutuhkan
oleh suatu sistem penyelenggaraan kearsipan nasional yang andal.
16

Melalui program kegiatan In House Training yang dilaksanakan oleh balai


besar TNGGP terkait peningkatan pengelolaan kearsipan. Pengelolaan arsip
dibuka oleh Kepala Balai Besar TNGGP yang diwakili oleh Kepala Bagian Tata
Usaha (Ir. Yusak Mangetan, M.AB.) yang kemudian dilanjutkan dengan
pemaparan materi oleh narasumber. Materi pertama disampaikan oleh Ibu Margi
Utami, S.Sos. (Kasubag Kearsipan dan Dokumentasi KLHK) dengan judul
Pengantar Kearsipan, Manajemen Arsip Aktif, dan Mananjemen Arsip Inaktif
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kedua oleh Ibu Rukmini
(Arsiparis Unit Pusat Kearsipan KLHK) dengan judul Teknis Pengelolaan Arsip
Dinamis Inaktif Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan materi
ketiga oleh Bapak Budi Santoso, S.Sos. (Arsiparis Unit Pusat Kearsipan KLHK)
dengan judul Pemeliharaan Arsip dengan Moderator Drs. Antong Hartadi (Kepala
Sub Bagian Umum). Adapun beberapa bagian kearsipan yang ada di balai besar
TNGGP, yaitu bagian keuangan, barang dan perlengkapan, program dan
kerjasama, data dan evaluasi pelaporan kehumasan dan teknis.

Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia


a. Staff
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki sejumlah
staff. Tidak hanya staff yang terdata secara struktur, tetapi memiliki staff yang
direkrut secara langsung khususnya dari masyarakat sekitar TNGGP sebagai
upaya kerjasama antara TNGGP dengan masyarakat sekitar sebagai bentuk
tanggung jawab sosial oleh pihak pengelola. Terdapat dua divisi yang memiliki
fungsi yang berbeda, divisi MMP atau Masyarakat Mitra Polhut yang berfungsi
sebagai pendukung polisi hutan di TNGGP yang berjumlah 10 orang serta
Montana Volunteer yang bertugas sebagai pemandu wisata, interpreter dan
lainnya yang berjumlah 60 orang, tetapi yang aktif hanya sekitar 15 orang.
Program peningkatan keahlian staff seperti pelatihan pengelolaan taman
nasional, komunikasi dalam interpretasi, analisis ekologi, interpretasi dan etika
dalam melakukan pelayanan dilakukan sebagai peningkatan kapasitas diri,
khususnya bagi MMP dan Montana Voluteer. Umumnya pelatihan dilakukan
secara langsung oleh tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
atau KLHK serta dari Dinas Pariwisata. Program pelatihan dilakukan sebanyak
dua sampai empat kali setiap tahun sesuai dengan kebutuhan dan anggaran pada
periode tersebut.
Menurut Sudrajat (2016) berdasarkan hasil analisisnya menggunakan
Strategi Weaknessess – Opportunities (W-O): Peningkatan kualitas Sumberdaya
Manusia (SDM) Pengelola Program Ekowisata di Resort Mandalawangi Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango di antaranya adalah:
a. Melakukan pelatihan kepada SDM Pengelola Program Ekowisata tentang
pembentukan watak dan karakter, keterampilan manajemen kawasan,
17

keterampilan pemandu dan interpreter, manajemen risiko, teknik


survival.
b. Pembuatan dan pelaksanaan SOP tentang pelayanan terhadap
pengunjung termasuk SOP penanggulangan kecelakaan dan keselamatan
pengunjung.
c. Melakukan penilaian kinerja pegawai melalui evaluasi terhadap hasil
kerja, pelayanan dan dampak yang terjadi terhadap kelestarian kawasan
serta kenyamanan dan keamanan pengunjung.

b. Masyarakat
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki program
peningkatan kapasitas masyarakat yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan
Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Program ini merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Kerja
Tahunan (RKT) 2016 yang merupakan kerjasama antara Conservation
International Indonesia (CI Indonesia) dengan Balai Besar Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Program ini mengundang 30 orang peserta dari
volunteer, masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dan
perwakilan Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Peserta selama 2 hari 1 malam
diajak berdiskusi dan praktek lapangan dengan dibimbing oleh pemateri yang
telah diundang oleh panitia. Dalam program peningkatan kapasitas sumberdaya
manusia untuk masyarakat ini, peserta diberikan materi mengenai tata cara
pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, pengenalan flora dan
fauna unik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, analisis ekologi Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dan perencanaan program yang dilaksanakan
agar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango lebih berkembang dan dikenal
masyarakat luas.

Program Interpretasi Bagi Pengunjung


A. Tema
1. Explorasi keanekaragaman SDA jalur Cibodas-Mandalawangi dengan sensasi
pendakian gunung yang menantang solidaritas.
2. Jalur Cibodas-Mandalawangi merupakan destinasi primadona di TNGGP
yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan SD lain di sepanjang
jalurnya.
B. Tujuan Interpretasi
 Meningkatkan pengetahuan pengunjung mengenai sumberdaya alam.
 Meningkatkan kepedulian pengunjung terhadap pelestarian sumberdaya alam.
 Meningkatkan etika menjaga kelestarian sumberdaya alam.
18

 Membantu mendukung kegiatan interpretasi pada pengelola TNGGP.


C. Sasaran
Pelajar/mahasiswa dengan usia 18-25 tahun.
D. Jadwal Kegiatan
Waktu Kegiatan Keerangan Media Penanggung
jawab
04.00- Persiapan berangkat Semua - Naila
05.40 panitia
dan
peserta
05.40- PERJALANAN KE TNGGP
09.00
09.00- MOBILISASI KE POS 1 Indah
09.15
09.15- Pos 1: persiapan, Kayu/ranting Aldino,
09.45 pemanasan, dan kecap Hermalin
penjelasan da, dan
memanfaatkan kayu Flamora
hutan, cara supaya
sepatu tidak licin,
trashbag, doa
bersama
09.45- MOBILISASI Aldino,
10.15 CANOPY TRAIL Hermalin
da, dan
Flamora
10.15- Menjelaskan sejarah Kamera Aldino,
10.45 canopy trail Hermalin
(sebelum dan da, dan
sesudah), foto-foto Flamora
10.45- MOBILISASI KE CURUG Aldino,
11.15 CIWALEN (POS 2) Hermalin
da, dan
Flamora

10.45- Pos 2 (Terus ngunyah): Gula merah Nurul,


11.15 dan Yara,
Memberikan pejelasan
19

curug ciwalen dan permen Tsaniak,


solusi pendakian dan
Flamora
11.15- Membuang sampah Aldino dan
11.25 yang sudah Hermalin
dikumpulkan ke da
tempat sampah yang
sudah disediakan
oleh pengelola
TNGGP
11.25- MOBILISASI KE MANDALAWANGI
12.10
12.10- Istirahat, solat, dan
13.00 makan
13.00- MOBILISASI KE POS 3
13.30
13.30- POS 3: Irza, Indah
14.00 dan
1. Menjelaskan
Naila
perbedaan manfaat
penggunaan
hammock dan tenda
serta
mempraktekannya
2. Memanfaatkan kayu
yang sudah
dipergunakan
sebagai alat bantu
api unggun
14.00- MOBILISASI KE RUMAH Aileen
14.15 KOREA
14.15- Menjelaskan sejarah Nia dan
14.45 yang ada di rumah Bella
korea
14.45- PERJALANAN PULANG
19.00
20

E. Biaya

Rincian Satuan Jumlah

Motor Rp. 20.000 (bensin bulak Rp. 80.000


balik) x 4

Mobil Rp. 150.000 (bensin) x 2 Rp. 300.000

Parkir Rp. 10.000 x 2 (mobil) Rp. 20.000


Rp. 5.000 x 4 (motor) Rp. 20.000

Supir Rp. 150.000 Rp. 150.000

Masuk canopy trail Rp. 35.000 x 8 orang Rp. 280.000


Rp. 35.000 x 3 orang Rp. 105.000

Mandalawangi Rp. 11.000 x 21 orang Rp. 231.000

Snack Rp. 2000 x 22 orang Rp. 44.000

Makan siang Rp. 11.000x 22 orang Rp. 242.000

Trashbag Rp. 10.000 Rp. 10.000

Gula merah Rp 10.000 Rp. 10.000

Galon Rp. 5000 Rp. 5000

Tol Rp. 30.000 x 3 Rp. 90.000

Izin tenda Rp. 60.000 Rp. 60.000

TOTAL Rp. 1.647.000

F. Skenario
Peserta dan panitia sampai di tempat parkir Kebun Raya Cibodas.
Kemudian peserta diarahkan ke pos 1. Selanjutnya peserta dipersilahkan untuk
mempersiapkan diri untuk tracking dan melakukan pemanasan yang diapanduoleh
interpreter. Setelah itu, dilakukan pemaparan oleh interpreter mengenai
pemanfaatan kayu atau ranting yang dapat dimanfaatkan selama perjalanan
tracking. Selama perjalanan menuj pos selanjutnya, peserta disuguhkan
pemandangan alam yaitu flora, papan interpretasi seperti papan macan tutul. Saat
mobilisasi ke pos 2, peserta akan melewati canopy trail dan dijelaskan bagaimana
sejarahnya. Selain iu, peserta dipersilahkan untuk berfoto. Sesampainya di pos 2,
peserta dipersilahkan untuk menikmati keindahan alam Curug Ciwalen dan
21

selanjutnya diberikan informasi mengenai pemulihan stamina yaitu dengan gula


merah dan madu.
Peserta melanjutkan kembali perjalanan menuju pos 3, selama perjalan
menuju pos 3 peserta disajikan pemandangan alam, sesampai di pos 3 kami
menggunakan hammock sebagai tempat untuk beristirahat dan diajarkan cara
pemasangan hammock, api unggun, dan tenda. Kemudian peserta melanjutkan
perjalanan menuju Rumah Korea. Di Rumah Korea peserta diberikan penjelasan
sejarah oleh interpreter. Selanjutnnya, dilakukan post test secara implisit.
G. Evaluasi Program
Evaluasi dari implementasi program interpretasi alam yang dilaksanakan
oleh kelompok kami berdasarkan asisten praktikum adalah dalam hal ketepatan
waktu. Ada baiknya diakhir program ada review dengan peserta progam, yang
tujuannya untuk mengetahui apa saja yang peserta program dapatkan atau kesan
dari implementasi program. Selain itu asisten praktikum juga mengatakan
kegiatan implementasi program sudah sesuai dengan rencana program, dan
interpreter program implementasi sudah memahami materi yang ingin di
interpretasikan. Adapun media interpretasi yang dimanfaatkan sudah sesuai
dengan implementasi program. Adapun perubahan pengetahuan peserta dilihat
dari kemampuan merek mwngii bit.ly pre-test dan post-test, yang sebelumnya
mereka tidak mengetahui aneka flora dan fauna di TNGGP. Setelah mengikuti
program implementasi tersebut serta mampu menjawab dan membedakan flora
dan fauna yang kami interpretasikan.
Sedangkan evaluasi yang kelompok kami lakukan adalah dengan
menggunakan evaluasi kuesioner online (bit.ly). Alasan pemilihan evaluasi
memalui kuesioner online ini adalah untuk mempermudah peserta program dan
memberikan kebebasan peserta dalam menyampaikan kesan dan pesan terhadap
implementasi progam. Terdapat perubahan pengetahuan peserta dilihat dari
kemampuan merek mengisi bit.ly pre-test dan post-test yang sebelumnya mereka
tidak mengetahui aneka flora dan fauna di TNGGP. Setelah mengikuti program
implementasi tersebut peserta mampu menjawab dan membedakan flora dan fauna
yang kami interpretasikan. Selain itu berdasarkan bit.ly yang kami sebarkan
peserta merasa puas dengan implementasi program interpretasi kami karena
program yang kami sajikan tidak hanya menyajikan keindahan wisata alam,
melainkan pengetahuan baru, seperti persiapan ketika hendak melakukan
pendakian, pemasangan hammock dan penyalaan api unggun. Dari hasil evaluasi
kuesioner online tersebut, dapat disimpulkan bahwa peserta program memberikan
respon yang baik dan menunjukkan ekspresi gembira serta menikmati
implementasi program yang dilaksanakan.
22

H. Program yang Diimplimentasikan


Program Interpretasi How to get ready with nature
Objek/Sumberdaya Materi Media Kegiatan Durasi/lama
Interpretasi Interpre kegiatan
tasi

-Memanfaatkan Materi yang Visual, Pos 1: persiapan, 6-7 jam


kayu/ranting disampaik Udara pemanasan,
yang bertebaran an kepada pemaparan dalam
di hutan. pengunju memberikan alat
ng terbagi untuk membantu
-Menggunakan
menjadi 4 pengunjung
Hammock pada
pos. selama
lahan kosong
perjalanan
dengan
memanfaatkan
kayu/ranting,
memberitahu
pengunjung cara
agar sepatu tidak
licin selama
perjalanan, serta
memberikan
trash bag sebagai
gerakan “ayo
bersihkan”
merupakan
ajakan kepada
pengunjung
untuk peduli
terhadap
lingkungan tidak
hanya menikati
saja tetapi juga
peduli dengan
kebersihannya
maka selama
perjalanan
sebelum sampai
ke tiap pos
pengunjung
diberikan trash
bag, dan doa
bersama.
Pos 2: istirahat
sejenak, free time
di Curug Ciwalen
23

serta pemaparan
dalam
memberikan
informasi saat
lelah sebaiknya
mengganjelkan
mulut dengan
gula merah.
Pos 3: pemaparan
perbedaan
penggunaan
tenda dan
hammock untuk
istirahat sejenak
dengan
memanfaatkan
pohon yang ada
di lahan kosong.

Program Inerpretasi Now You See Me


Objek/Sumberdaya Materi Media Kegiatan Durasi/lama
Interpretasi Interpretasi kegiatan

Memanfaatkan Materi yang Visual, udara, Kegiatan yang 6-7 jam


balai TNGGP, disampaika pohon, dilakukan
Curug Ciwalen, n kepada kertas sebelum
canopy trail, pengunjung sampai di
dan rumah yaitu tempat
korea sebagai sejarah tujuan
bahan mengenai selain
interpretasi awal peduli
pengunjung di berdirinya dengan
TNGGP. Balai lingkungan
TNGGP, dengan
Curug melakukan
Ciwalen, gerakan
sejarah “ayo
sebelum bersihkan”,
dan sesudah pengunjung
adanya akan
canopy trail didampingi
dan adanya oleh
rumah interpreter
korea di untuk
TNGGP melihat
serta sarana flora dan
24

prasarana fauna yang


pendukung biasanya
yaitu papan muncul di
petunjuk, daerah
papan arah, sekitar
papan perjalanan
informasi, nanti.
dan pos-
pos.

Pemasaran Program Interpretasi


Pemasaran program interpretasi yang kami lakukan adalah melalui media
sosial seperti: instagram dan line. Bahan promosi yang kami gunakan berupa
poster dan video promosi yang disebarkan lewat kedua media sosial tersebut.
Poster memuat: 1) tema interpretasi program, 2) jalur interpretasi, 3) penjelasan
mengenai program, 4) fasilitas yang didapatkan, 5) harga, 6) waktu
keberangkatan, dan 7) meeting point. Sedangkan video promosi memuat
gambaran tentang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terkhusus lokasi

Gambar 3. Poster Promosi Program Interpretasi


lokasi yang akan menjadi objek interpretasi kami sebagai alat yang ditujukan
menarik pengunjung untuk mengikuti program yang hendak kami laksanakan.
Poster dan video tersebut disebarkan di masing-masing media sosial panitia
pelaksana program interpretasi.
Penggunaan media sosial ini disebabkan karena sasaran kita adalah
mahasiswa atau pemuda-pemudi dengan kisaran usia 18-25 tahun. Selain media
sosial, dilakukan juga promosi atau sounding secara langsung. Promosi atau
25

sounding secara langsung dilakukan dengan menawarkan dan menjelaskan


program interpretasi yang akan kami implementasikan kepada teman atau kerabat
dekat lewat mulut ke mulut.

Rencana Penugasan

Struktur Organisasi
Berdasarkan bagan Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, tidak terdapat struktur organisasi khusus dalam
program interpretasi yang dilakukan pihak TNGGP, seharusnya adanya bagan
struktur organisasi dalam pelaksanaan program interpretasi seperti ketua,
interpreter, humas, dan keperluan lainnya agar memudahkan pihak TNGGP dalam
menjalankan program interpretasinya.

Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi Balai Besar TNGGP sesuai Surat


Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tanggal
29 Januari 2016 dan Surat Keputusan Kepala Balai Besar Nomor SK.120/IV-
T.11/BT.5/2016 tanggal 21 Maret 2016.

Tugas Pokok
Balai Besar Gunung Gede Pangrango mempunyai tugas melakukan
penyelenggaraan konservasi dan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan
pengelolaan kawasan Taman Nasional berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
26

Fungsi
Kegiataan perusahaan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango diantaranya:
1. Inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana
pengelolaan;
2. Perlindungan dan pengamanan kawasan;
3. Pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam hayati;
4. Pengendalian kebakaran hutan;
5. Pengembangan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk
kepentingan non komersial;
6. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta sumber
daya genetik dan pengetahuan tradisional di dalam kawasan;
7. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan;
8. Evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan penutupan kawasan;
9. Penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi sumber
daya alam dan ekosistemnya;
10. Pengembangan kerja sama dan kemitraan bidang konservasi sumber daya
alam dan ekosistemnya;
11. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya
alam dan ekosistemnya;
12. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan; dan
13. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan

Implementasi Program Promosi dan Interpretasi

Implementasi Program Promosi


Dalam mata kuliah Interpretasi Alam, untuk penjadwalan kegiatan pemasaran
promosi ditentukan dalam waktu dua minggu, promosi yang di lakukan yaitu
melalui komunikasi interpersonal dan promosi melalui sosial media. Sebelum
waktu promosi sosial media dilakukan, promosi dalam komunikasi interpersonal
terlebih dahulu sudah dilaksanakan kepada khalayak sesuai dengan sasaran yang
akan di implementasikan. Selain promosi melalui komunikasi interpresonal,
promosi juga dilakukan dengan memanfaatkan media sosial meliputi Line,
Whatsapp, Instagram dan Video. Hal tersebut bertujuan untuk menarik peserta
yang lebih banyak sesuai dengan target yang diharapkan. Hasil dari pelaksanaan
promosi tersebut menunjukkan bahwa pengunjung yang didapatkan berjumlah 9
orang dari target 12 orang. Hal tersebut jika diakumulasikan ke dalam persentase
yaitu sejumlah 75% peserta yang mengikuti program interpretasi.
Berdasarkan hasil implementasi pada Hari Sabtu, 8 Desember 2018, saran
perbaikan yang perlu dilakukan dalam promosi adalah:
1. Pembagian jadwal promosi
27

Dalam kegiatan promosi seharusnya memiliki pembagian dalam penjadwalan


waktu dalam menyebarkan promosi. Contohnya adanya pembagian beberapa
orang yang bertugas menyebarkan informasi program interpretasi di akun
sosial media jadi tidak serentak seluruh panitia menyebarkannya.
2. Waktu promosi
Promosi serentak sebaiknya dilakukan di waktu prime time yaitu jam 12.00
WIB dan 19.00 WIB karena waktu tersebut menunjukan waktu khalayak dalam
istirahat.

Implementasi Program Interpretasi


Rangkaian implementasi program interpretasi hampir sudah terlaksanakan
sesuai dengan rundown atau rencana pelaksanaan kegiatan yang sudah ditentukan.
Estimasi waktu dari awal keberangkatan, kegiatan yang akan di interpretasikan
hingga akhir kegiatan disusun agar kegiatan tersebut terstruktur. Pada awalnya,
keberangkatan peserta dan panitia pukul 05.00 WIB untuk menghindari
kemacetan khususnya daerah puncak, mengingat jadwal implementasi pada hari
libur yaitu Sabtu, 8 Desember 2018.
Kegiatan yang belum terlaksana dikarenakan keterlambatan peserta hampir
30 menit sehingga adanya pergeseran waktu yang merambat ke semua rencana
kegiatan yang sudah ditentukan waktunya. Kegiatan tersebut yaitu evaluasi
program kepada peserta. Tujuan dari evaluasi program untuk mengetahui sejauh
mana peserta memahami pengetahuan yang sudah diberikan oleh interpreter
kepada peserta. selain itu, pada pukul 13.30 WIB tepatnya di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango terjadi hujan deras sehingga tidak memungkinkan untuk
evaluasi program karena media yang digunakan adalah kertas dan tempat sebagai
bahan evaluasi program yaitu di outdoor.
Kendala berikutnya yaitu pada biaya tiket masuk yang sudah ditentukan
tidak sesuai dengan pembelian tiket pada hari H. Perkiraan harga tiket masuk
Curug Ciwalen dan canopy trail melihat dari internet Rp. 35.000. Namun, pada
hari H harga tiket masuk Curug Ciwalen dan canopy trail hari libur Rp. 42.000
serta harus didampingi oleh interpreter khusus dari Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dengan harga Rp. 50.000 per satu orang interpreter. Hal tersebut dapat
diatasi dengan cara menegosiasi kepada pengelola di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango. Hasil dari negosisasi tersebut adalah tiket masuk tetap harus
dibayar tetapi hanya untuk peserta dengan harga awal Rp.42.000 menjadi Rp.
39.000 saja. Sementara tiket untuk panitia tidak dikenakan biaya serta tanpa harus
didampingi oleh interpreter khusus dari Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.
Berdasarkan uraian pelaksanaan implementasi diatas. Rekomendasi untuk
perbaikan pada program berikutnya lebih baik mempertimbangkan:
1. Survei
28

Survei dilakukan sebelum dilaksanakannya implementasi tetapi sudah ada


perencanaan terlebih dahulu. Survei tersebut meliputi, biaya tiket masuk, jalur
yang akan di interpretasikan serta dapat dilakukan juga simulasi waktu mulai
dari awal keberangkatan hingga akhir keberangkatan perlu menghabiskan
berapa jam waktu yang diperlukan.
2. Biaya.
Ketika biaya tersebut tidak sesuai dengan target yang sudah direncakanan
terutama bagi panitiapun yang wajib untuk membeli tiket. Sebaiknya panitia
pandai berkomunikasi untuk menegosiasi kepada pengelola tanpa harus
menggunakan surat resmi.
3. Evaluasi program
Evaluasi program khusunya pada post-test dapat memanfaatkan dokumen
online atau biasanya disebut bit.ly sebagai bahan evaluasi program bagi
peserta.
29

DAFTAR PUSTAKA

Muntasib EKSH, Rachmawati E. 2009. Perencanaan jalur Interpretasi di kawasan


wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Di dalam: Lerissa. 2014.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
MBRS. 2005. Perencanaan jalur interpretasi alam di Pulau Karimunjawa, Taman
Nasional Karimunjawa. Di dalam: Setiawan R. 2014. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sudrajat I, Sunarminto T, Nitibaskara TU. 2016. Pengembangan program
ekowisata di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango Kabupaten Cianjur Jawa Barat [jurnal]. Media Konservasi.
21(3): 295-303. Dapat diunduh di:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/konservasi/article/view/1641
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tentang TNGGP. Tersedia pada:
https://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/
[UU]. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang
Kearsipan[Internet]. [Diunduh pada 2018 Des 12]. Tersedia pada:
http://htl.unhas.ac.id/form_peraturan/photo/080746-
UU%20Nomor%2043%20Tahun%202009%20tentang%20Kearsipan.rtf%
20%5bCompatibility%20Mode%5d.pdf
30

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai