Jawa Barat
8 – 14 MEI 2016
Disusun oleh :
SEPTIANA HERMAWATI
140410130064
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 140410130064
Menyetujui,
Mengetahui,
NIP. 196812131997031001
i
EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KERAGAMAN JENIS ANGGREK DI
Septiana Hermawati
ABSTRAK
cukup banyak, karena wilayahnya yang teletak di Pantai Selatan Pulau Jawa
curam dan berbukit serta kelembaban antara 80-90% faktor pendukung yang baik.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
dengan baik dan lancar serta penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan 2016 ini
dapat penulis selesaikan denagan baik tepat pada waktunya. Laporan Penelitian
Semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi penulis
laporan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran yang membangun
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
penulis telah dibantu oleh banyak pihak yang telah mendukung kegiatan Kuliah
Kerja Lapangan ini, sehingga kegiatan penelitian ini terlaksana dengan baik. Pada
1. Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat serta karunianya sehingga dapat
ini.
4. Drs. Joko Kusmoro, MP. sebagai dosen pemandu lapangan yang telah
2016.
iv
6. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
2016.
9. Alm. Papah, Mama dan kakak Firlyanti Nur Alam, Boyke Hartarto, Serta
Alvin Hermawan tercinta atas segala do‟a dan dukungannya baik secara
10. Kang Ona, Fathima, dan Ghita yang telah membantu menemukan anggrek
11. Kang Suroso dan kang Kiki yang telah membantu dalam pengerjaan laporan
dan identifikasi! Kalo ngga ada akang laporan ku pasti mandet hehehe
12. Rekan-rekan Sufistum dan Phanerogamae yang telah banyak membantu dan
13. Halimi sebagai ketua pelaksana serta seluruh jajaran panitia inti Kuliah
Kerja Lapangan 2016 atas semangat dan kerja kerasnya dalam kegiatan ini.
KKL JUARA!
14. Ramdhan Koordinator angkatan yang selalu menghibur tak kenal lelah dan
selalu ada buat para meerkat. Thanks tooor we proud of yoo so much!
v
15. Rekan-rekan “Metamorf” atas kerja samanya yang sangat luar biasa dalam
16. Seta, Muthi, Aul, Mine dan seluruh lantai C terimakasih untuk waktu
seminggunya! Impress!
17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semua
dukungan moril dan materiil dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan 2016.
Thanks full!
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………. i
ABSTRAK…………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….. 1
vii
BAB II TINJAUAN LOKASI………………………………….. 7
a. Flora……………………………………... 9
b. Fauna…………………………………….. 9
c. Objek Kawasan…………………………... 10
viii
3.5 Habitat Anggek…...……………………………………… 17
4.2.1 Eksplorasi………………………………………... 29
4.2.2 Identifikasi……………………………………….. 30
4.2.3 Koleksi…….……………………………………... 31
a. Herbarium Basah………………………………… 31
b. Herbarium Kering………………………………... 32
4.2.4 Mounting………………………………………… 33
x
5.2 Pembahasan……………………………………………… 54
6.1 Kesimpulan……………………………………………. 64
6.2 Saran…………………………………………………… 66
BIBLIOGRAF………………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR
xi
Gamabr 5.16. Phreatia laxiflora………….……………………………. 47
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
dengan spesies anggrek paling kaya di dunia, bukan hanya dalam jumlah genus,
namun juga dalam hal spesies dengan varietas dan tipe-tipenya. Berbagai sumber
lebih 5000 spesies. Menurut Comber (1990), dari jumlah tersebut kurang lebih
731 jenis terdapat di Pulau Jawa, dan 642 jenis terdapat di Jawa Barat dengan
dpl.
Akan tetapi, tipe dan keberadaan suatu vegetasi ada kalanya dapat menjadi
tumbuhan tinggi lainnya. Anggrek lebih banyak tumbuh di daerah tropik dan
dengan persebaran yang tidak seragam. Beberapa jenis diketahui mampu tumbuh
dan berkembang pada daerah dataran rendah sampai ke daerah dataran tinggi.
di Pantai Selatan Pulau Jawa, tepatnya pada Kabupaten Ciamis. Kawasan ini
memiliki luas keseluruhan 530 ha yang sebagian besar (80%) terdiri dari hutan
1
sekunder tua. Secara geografis, posisinya terletak pada 108˚30‟-109˚BT dan
7˚30‟-8˚LS. Ketinggian mulai dari 75-148 m dengan topografi yang landau dan
berbukit serta kelembaban antara 80-90%. Interaksi dari berbagai kondisi alam
tersebut merupakan faktor pendukung yang cukup baik bagi kehidupan biotanya,
kawasan tropis dan subtropis. Menurut Yahman (2009), Anggrek memiliki dua
manfaat yaitu secara ekologi dan ekonomi, manfaat secara ekologi anggrek epifit
menyediakan habitat utama bagi hewan tertentu seperti semut dan rayap,
sedangkan anggrek terestial yaitu sebagai salah satu tumbuhan penutup lantai
Anggrek mempunyai biji yang berukuran sangat kecil dan berbentuk pipih
pemencar (Dressler, 1981). Angin merupakan salah satu agen pemencar yang
dapat memencarkan biji-biji anggrek dalam jarak cukup jauh. Air juga dilaporkan
sebagai agen pemencar biji anggrek, seperti yang terjadi pada jenis Epipactis
yang membedakan dari anggota suku yang lain, seperti tangkai pada bunga
memiliki tiga sepal (kelopak bunga), satu di antaranya terletak di bagian belakang
2
yang menghadap ke atas yang dinamakan sepal dorsal. Anggrek juga memiliki
tiga petal (mahkota bunga) yang letaknya berselang-seling dengan kelopak bunga.
Satu helai petal terletak di bawah berbentuk mirip dengan lidah sehingga disebut
terkait konservasi di kawasan ini. Lokasi yang dijadikan objek penelitian yaitu
3
keanekaragaman anggrek agar dapat menjadi dasar konservasi di suatu kawasan
khususnya Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Hasil dari kegiatan ini
Pananjung Pangandaran.
sebagai berikut :
1. Apa saja jenis tanaman anggrek yang ada di Kawasan Hutan Pananjung
Pangandaran.
Pananjung Pangandaran.
4
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
Pangandaran.
keanekaragaman jenis tanaman anggrek yang ada di Kawasan Hutan Cagar Alam
Pananjung Pangandaran. Selain itu, diharapkan agar dapat menjadi landasan untuk
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan metode jelajah dan teknik
epifit maupun terrestrial dengan survey dibeberapa lokasi pengamatan. Data yang
5
diperoleh dari beberapa kriteria yang dikumpulkan meliputi : Nama anggrek
(lokal dan latin), Jenis anggek, ketinggian (altitude), habitat anggrek, morfologi
Badeto, Hutan Dataran Rendah Pasir Pugag dan Tadah Angin, Hutan Sekunder
Waktu Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 9-11 Mei 2016 pukul
6
BAB II
TINJAUAN LOKASI
lading penduduk sekitar yang kemudian diusulkn menjadi daerah perburuan pada
beberapa faktor ekor binatang, yaitu : seekor banteng, tiga ekor sapi, dan rusia
india.
Suaka Margasatwa (Wild Reservaat) dengan surat keputusan No. 669 yang
dikeluarkan oleh Directour Van Scomishe Zoken, dan diperkuat kemudia oleh
Pangandaran sebagai Cagar Alam. Pengubahan menjadi Cagar Ala mini adalah
Wisata seluas 37,7 ha dengan sisanya seluas 492,30 tetap sebagai Cagar Alam
7
2.1.2 Keadaan Fisik Kawasan
Topografi kawasan ini mulai dari landai sampai berbukit kecil dengan
ketinggian tempat rata-rata 100 meter di atas permukaan laut. Menurut klasifikasi
Schmidt dan Ferguson, CA dan TWA Pangandaran termasuk tipe iklim B dengan
curah hujan rata-rata per tahun 3.196 mm, suhu udara antara 80-90% (Disperbud
Jabar, 2013).
alam, dimana proses kehidupan alamnya tidak begitu terganggu. Satwa liar,
suasana alam di dalam kawasan. Satwa liar, goa-goa alam, pantai pasir putih dan
taman laut serta pemandangan yang indah merupakan obyek wisata yang dapat
dinikmati dan diresapi sebagai suatu lingkungan alam yang serasi dan sebagai
karunia Tuhan kepada manusia yang harus dilestarikan. Kegiatan wisata alam
yang dapat dilakukan Di taman laut kita bisa berenang/snorkeling, disini bisa
karang. Selain itu wisatawan juga bisa mengamati kehidupan satwa liar daratnya
8
Sarana dan prasarana yang tersedia, antara lain : pintu gerbang, loket
a. Flora
Flora yang terdapat sekitar 80% merupakan vegetasi hutan sekunder tua
dan sisanya adalah hutan primer. Pohon-pohon yang dominant antara lain Laban
formosum). Selain itu banyak juga terdapat jenis-jenis pohon seperti : Reungas
tanaman yang merupakan tanaman exotica, yaitu yang terdiri dari tanaman jati
b. Fauna
9
(Pteroptus vampyrus), Kera abu-abu (Macaca fascicularis), Lutung
c. Objek Kawasan
stalagmit dan stalagtit (Gua Lanang, Gua Panggung, dan Gua Sumur Mudal),
Batu Kalde yang merupakan batu menyerupai sapi jantan dan lima buah makam
kuno yang dipercayai sebagai makam pahlawan Kerajaan yang berkuasa pada
zaman dahulu, serta Cirengganis yang merupakan bagian sungai yang muncul
dalam gua sehingga menyerupai mata air dan dianggap keramat bagi penduduk
sekitar.
dan merupakan daerah relatif datar yang didominasi oleh tanaman produksi
seperti Mahoni (Swietenia mahogani) dan Jati (Tectona grandis). Selain itu,
terdapat beberapa jenis Palmae di daerah perbatasan antara Hutan Wisata dan
Cagar Alam, yaitu rotan dan salak. Pada kawasan ini terdapat situs-situs wisata
10
yang banyak sekali dikunjungi sehingga kondisi ekologisnya terganggu. Pada
Nanggorak dan Batumeja. Daerah ini berada pada ketinggian yang cukup
bervariasi, dengan daerah yang menurun dan menanjak curam disisi sungai.
Dikelilingi pohon yang tinggi dengan kanopi yang rapat. Beberapa pohon yang
Arthocarpus elastic (Benda), Dillenia exelsa (Ki Segel), dan Corypha gebangga
(Gebang).
Pugag dan Tadah Angin yang memiliki tingkat kecuraman cukup dan licin. Pasir
Pugag terletak diantara Padang Cikamal dan Badeto yang banyak ditumbuhi
semak maupun tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias, seperti Ixora
paludosa (Soka) dan beberapa Herbaceous. Selain itu, terdapat cukup banyak
pohon Manggis.
11
2.3 Peta Jalur Perjalan
Keterangan :
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
vitro oleh R.E. Holtum dengan menggunakan formula Knudson. Hasil persilangan
Holtum yang pertama kali berbunga adalah hibrida Spathoglottis. Sejak tahun
Indonesia memiliki kurang lebih 5.000 spesies anggrek dari 20.000 sampai
30.000 spesies yang berasal dari 700-an genera yang tersebar diseluruh dunia.
(Djuita, 2004). Sebanyak 1.327 jenis tumbuh di pulau Jawa dan selebihnya
tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, dan pulau lainnya
(Nurmaryam, 2011).
Anggrek spesies atau anggrek alam adalah anggrek yang dapat ditemukan
di alam dan sama sekali belum disilangkan dengan tanaman anggrek lainnya,
anggrek alam ini dapat ditemukan di kawasan hutan, topografi ataupun vegetasi-
vegetasi lain. Meskipun masih berupa anggrek yang belum disilangkan anggrek
14
alam masih memiliki bentuk dan warna yang indah serta menarik
(Kartohadiprodjo, 2009).
Eropa maupun Afrika dan Australia. Catatan pertama yang ditemukan mengenai
anggrek didapat dari sebuah buku kuno peninggalan Cina yang berisi syair lagu-
lagu. Bahkan pada masa itu, saat sistem dinasti masih berlaku, di Cina telah dibuat
pembukuan botani yang didalamnya mancakup dua jenis spesies anggrek, yaitu
yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat
digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan
taman. Anggrek dapat dijumpai hampir disetiap tempat di dunia, kecuali Antartika
dan padang pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara
2009).
anggrek. Pohon inang adalah salah satu kebutuhan mendasar untuk mendapatkan
cahaya dan sirkulasi udara yang baik bagi anggrek. Sebagian anggrek sangat peka
perbedaan suhu udara. Salah satu perbedaan cara hidup tumbuhan epifit dan
terrestrial adalah dalam hal kebutuhan cahaya matahari. Jenis yang membutuhkan
dan biologis. Faktor fisik atau abiotik, yaitu faktor-faktor lingkungan yang bersifat
non biologis seperti iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, intensitas
cahaya), tanah dan kondisi fisiografi lingkungan. Faktor yang bersifat biologis
atau biotik, yaitu organisme yang berpengaruh terhadap organisme lain contoh
tumbuhan lain, satwa maupun manusia. Tumbuhan dapat tumbuh dengan berhasil
sesama daur hidupnya. Oleh karena sifat lingkungan tidak hanya bergantung pada
15
kondisi fisik dan kimia tetapi juga karena kehadiran organisme lain faktor yang
berperan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yakni iklim, tanah dan biotik
(Parinding, 2007).
terdiri dari 69 spesies dan dilanjutkan kembali dalam bukunya Species Plantarum
edisi kedua. Pada buku tersebut, ia telah berhasil mengklasifikasikan 102 spesies
dibuat ini merupakan sistem alam yang pertama digunakan secara luas di Inggris
dan Amerika, antara lain juga karena merupakan sistem klasifikasi alam yang
anggrek kedalam 6 subfamili, sebelum direvisinya kembali pada tahun 1990 yang
16
2. Cypripedioideae, memiliki dua anther yang tidak membentuk pollen
berikut :
Akar
Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering,
akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja
berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna
coklat tua dan kering. Akar anggrek berfilamen, yaitu lapisan luar yang terdiri dari
beberapa lapis sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung
17
6. Menurut Darmono, (2008), filamen ini berfungsi melindungi akar dari
melindungi
a. Tipe Monopodial
tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi. Tangkai bunga keluar di
antara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda, Aranthera dan Phalaenopsis.
Daun
Bentuk daun anggrek terdiri dari bermacam-macam bentuk, ada yang bulat
telur (Renanthera coccinea),bulat telur terbalik, artinya bagian daun yang bagian
atas lebar dan bagian pangkal kurang lebar, memanjang bagai pita atau serupa
daun tebu. Daun jenis Coelogyne dan Spathoglottis mendekati bentuk daun
18
Tebal daun beragam, dari tipis sampai berdaging dan kaku, permukaannya
rata. Daun tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Bagian tepi tidak
bergerigi (rata) dengan ujung daun terbelah. Tulang daun sejajar dengan tepi daun
Warna daun anggrek hijau muda atau hijau tua, kekuningan dan ada pula yang
bercak-bercak. Anggrek daun memiliki daun atau tulang daun yang berwarna dan
Bunga
pada satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Karangan bunga
pada beberapa spesies letaknya terminal, sedangkan pada sebagian besar letaknya
kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovarium
(bakal buah). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal
dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah
petal, petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga
mengandung protein, minyak dan zat pewangi. Warna bunga tananam anggrek
sangat bervariasi dan berfungsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga
20
madu merupakan serangga pollinator yang umum pada tanaman anggrek
(Sumartono, 1981).
pertumbuhan anggrek dibagi berdasarkan faktor biotik dan fisik, antara lain :
a. Biotik
1). Serangga
22
perombak (dekomposer) yang mendegradasi kayu yang tumbang, ranting,
daun yang jatuh, hewan yang mati dan sisa kotoran hewan. Jenis-jenis
seperti rayap, semut, kumbang, kecoa hutan dan lalat akan merombak
mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang baik bagi anggrek. Anggrek
dan pada pokok pohon hutan, pada bagian hidup atau mati dari pohon-
pada tumbuhan lain untuk mendapat sinar matahari dan air. Epifit tidak
yang terbawa oleh udara, air hujan, atau aliran batang dan cabang
tumbuhan lain. Epifit mampu melakukan proses fotosintesis untuk
3 Fisik
dataran tinggi, tetapi jenis yang lain akan tumbuh dan berkembang subur
23
di dataran rendah, tetapi ada beberapa jenis anggrek yang dapat tumbuh
2) Suhu Udara
lambat.
a). Anggrek tipe dingin, membutuhkan suhu 130 - 180C pada malam
Phalaenopsis).
24
b). Anggrek tipe sedang, suhu malam hari 180 - 200 C dan siang hari
c) . Anggrek tipe hangat, suhu malam hari 210 - 240 C, sedang siang
biasanya dikenal sebagai anggrek liar. Anggrek-anggrek liar ini tumbuh secara
alami di tempat-tempat yang tidak dipelihara oleh manusia. Anggrek liar ini
Tanaman anggrek telah dikenal masyarakat sejak lama. Salah satu jenis
anggrek tanah bagi kesehatan, yaitu untuk mengobati penyakit asbes paru-paru,
radang saluran napas, pendarahan usus, mata ikan, herpes, terkilir, sinusitis, ingus
anggrek memiliki keindahan bentuk dan warnanya. Selain itu anggrek bermanfaat
sebagai ramuan obat-obatan, bahan campuran minyak wangi atau minyak rambut
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
Alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
EKSPLORASI specimen.
yang didapat.
26
KOLEKSI 1. Plastik ukuran 80x60 cm Untuk proses pengawetan.
(HERBARIUM)
awetan.
dipres.
Data yang dikumpulkan berupa jenis tanaman epifit dan tersterial dari
lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian serta pengumpulan data sekunder
yang dapat menunjang penelitian, seperti peta, status hutan konservasi dan lain-
lain. Beberapa metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
4.2.1 Eksplorasi
dengan menjelajah sepanjang jalur daerah penelitian yaitu Kawasan Hutan Cagar
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data
didapat dan diperoleh secara langsung yang mencakup : jenis dan jumlah anggrek,
jenis inang dan tinggi pohon, warna bunga, suhu harian, kelembaban, dan
sebagai penunjang dari data primer, yaitu peta lokasi penelitian, status hutan
apabila terdapat species d luar jalur lokasi penamatan, maka spesies tersebut tidak
29
4.2.2 Identifikasi
a. Wawancara
banyak hal mengenai topic penelitian. Rsponden dapat berasal dari masyarakat
tumbuhan. Bagian tanaman yang diamati adalah daun, batang, akar dan bunga.
30
4.2.3 Koleksi
dilakukan pada setiap kali penjumpaan. Jadi setiap kali berjalan dijumpai anggrek,
maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan jenis dan inventarisasi. Pembuatan
koleksi atau yang dikenal dengan herbarium ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Herbarium basah
terlalu besar tetapi bila dikeringkan akan mudah terlepas dan bila dipres akan
Jenis herbarium ini selain menggunakan larutan alcohol 70% juga dapat
kedalam botol pengawet dan diisi dengan salah satu larutan pengawet.
31
b. Herbarium kering
tumbuhan yang seharusnya diawetkan dengan cara basah, misalnya, buah. Hanya
saja, buah tersebut harus dipotong terlebih dahulu agar berkurang ketebalannya
kering selain dari alcohol 70% adalah spirtus. Larutan ini akan digunakan untuk
membasahi specimen yang telah disusun dalam lapisan kertas Koran dan
1. Pengawetan
penelitian.
32
2. Pengepresan
Departement Biologi-Unpad.
4.2.4 Mounting
dengan label tetap pada pojok kanan dibagian bawah (Jones, 1987). Kertas yang
digunakan untuk peoses ini sebaiknya kertas yang cukup tebal untuk menghindari
33
bagian belakang speciemen dan ditekan-tekan hingga menempel. Pada mounting
ini, perapiahn dapat dilakukan kembali agar tampilan specimen lebih baik asalkan
biasanya beserta bagian-bagian yang mudah rontok dan telah dipisahkan dalam
proses pengawetan.
sesuai dengan fungsi maupun famili atau marga. Dan untuk menghindari dari
serangan serangga dan jamur, dapat digunakan lemari penghangat sebagai lemari
koleksi dengan suhu 60OC. Cara lain yang sederhana dan cukup murah adalah
dengan meletakkan kapur barus atau sneyawa lain yang mengandung naftalen
Analisi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara
yang dilakukan dengan bantuan program NTSYS. Beberapa contoh dari bagan
34
BAB V
Alam Pananjung Pangandaran yaitu pada tanggal 9-12 Mei 2016, dapat diketahui
yang telah teridentifikasi yang termasuk kedalam 18 genus (marga) dan 2 spesies
yang belum dapat teridentifikasi. Perolehan data secara lengkap dapat dilihat dari
Pangandaran
tenue
violaceum
35
formosum Tadah
Angin
biocelatum formosum
annulata
Badeto
ovalifolium Badeto
triflorum Badeto
Badeto
(Willemet)
Badeto
formosum
m speciosum Badeto
rugosum Badeto
Lindl.
speciose Informasi
Sterculiaceae Nanggorak-
Badeto
Pangandaran
1. Nervilia discolor
anggrek yang hidup secara terestrial dan menyukai tempat yang memiliki lapisan
humus atau serasah yang tebal dan tumbuh berkoloni karena adanya stolon
dibawah tanah.
2. Macodes sp.
cm, permukaan licin dan terdiri dari 3-4 Gambar 5.2 Macodes sp.
38
bergambar garis-garis atau kotak-kotak perak mengkilap. Bunganya kecil-kecil,
ini membutuhkan kelembaban udara yang tinggi, 50% atau lebih. Media harus
3. Agrostophyllum tenue
warna lain. Pinggiran daun rata, dibagian pangkal membulat, dibagian ujung
4. Bulbophyllum violaceum
tumpul, tangkai sangat pendek (menyatu). Bunga tunggal muncul dari rimpang.
bergoyang, sehingga sering disebut dengan anggrek lidah goyang (Pranata, 2005).
39
5. Ceratostylis sp.
hampir sama.
6. Taeniophyllum biocelatum
panjang, berbulu kaku serta ujungnya runcing. Bunganya lebih banyak kuning
dpl.
40
7. Trichotosia annulata
berwarna hijau pucat, tidak berbulu. Perbungaan tumbuh dilateral, berbunga ±15
kuntum. Bunga bergaris tengah dengan kelopak dan mahkota berwarna putih
8. Spathoglottis sp.
waktu yang lama. Kelopak dan mahkota berlepasan, membuka dan melebar, bibir
41
bercuping tiga, tidak berkantung atau bertaji, polinia berjumlah delapan.
Bunga membuka penuh, lebar 3,5 – 4 cm; kelopak bunga bentuk lanset, melebar
× 1,5 cm, bibir bentuk seperti sendok atau sudip, runcing di pangkal dan melebar
daunnya berwarna hijau, lebar dengan ketebalan yang tipis, tidak sukulen dan
9. Bulbophyllum ovalifolium
lebih lebar dari kelopak. Warna bunga beragam Gambar 5.9 Bulbophyllum ovalifolium
merah, jingga, kuning, hingga putih. Mahkota panjang ±0,2 cm, membundar
telur, berurat tunggal, warna gelap. Labellum menyerupai lidah, permukaan tidak
bergoyang, sehingga sering disebut dengan anggrek lidah goyang (Pranata, 2005).
42
10. Thelasis pygmaea (Grift.) Lindl.
(lainnya berupa pelepah yang menutup umbi semu), Gambar 5.10 Thelasis pygmaea
ujung berbelah dua pendek dan tidak setangkup. Perbungaan : panjang mencapai
berurutan dengan 2-3 kuntum setiap kali mekar. Bunga : bergaris tengah ±0,18
cm, panjang ±0,4 cm, sedikit membuka; kelopak dan mahkota kuning-hijau pucat
agak transparan, ujung tumpul. Bibir : berwarna sama seperti kelopak / mahkota
43
11. Bulbophyllum triflorum
kaku, dan ujung tumpul. Perbungaan tumbuh dari rimpang, panjangnya lebih
pendek dari daun terdiri dari 3-6 bunga. Bunga tangkai panjang, bergaris tengah,
44
13. Calanthe triplicata (Willem.)
rata (berlipat-lipat), dan rhizoma di dalam tanah. Umbi semu tersusun rapat
Tumbuhan teresterial, batang semu tersusun oleh pelepah yang rapat satu sama
lain, pangkalnya membengkak seperti umbi semu. Daun lebar dan tipis. Bunga
majemuk bertangkai panjang yang keluar dari ketiak daun, bunga banyak,
berukuran kecil atau sedang, didukung oleh daun penumpu yang kadang-kadang
tidak luruh, kelopak dan mahkota tidak saling berlekatan, bibir biasanya dengan
taji yang panjang dan pangkalnya bersatu dengan column, berlekuk 3, polinia 8
berlilin.
45
14. Trichotosia pauciflora Blume
dekat ujung, bunga berjumlah 2-4 kuntum, berwarna hijau. Bunga bergaris tengah
, permukaan luar dari kelopak berambut cokelat. Kelopak dan mahkota bagian
dalamnya putih. Labellum putih dengan pinggiran pangkal sebelah merah tua.
46
Labellum becuping tiga, cuping samping berbentuk sabit, runcing,
Perbungaan lebih panjang dari daun dengan tangkai kecil. Perakaran tidak
bercabang, akarnya memiliki rambut hanya dibagian yang menempel pada pohon,
organik dari humus maupun udara untuk diberikan kepada anggrek. Menurut
bunga kecil sampai besar, kelopak dan mahkota terbuka lebar, mahkota kadand-
47
17. Grammathophyllum speciosum
pada rakhila dibanding dengan bunga dibagian ujung. Bunga bergaris tengah,
membuka lebar, kelopak kuning pucat atau kehijauan dengan bintik atau bercak
coklat kemerahan, mahkota lebih pendek dan lebih lebar, warnanya sama.
Labellum kecil, bercuping tiga, cuping lateral tegak, kuning, bergaris coklat pada
48
Daun ujung meruncing, menyempit ke tangkai. Perbungaan tumbuh didekat
ujung yang berdaun, 2-6 tangkai setiap batang, panjang ±10 cm atau lebih pendek
dari daun, tegak dipangkal dan sedikit melengkung di ujung, berwarna coklat.
Bunga bergaris tengah, putih atau merah. Labellum bercuping, cuping lateral
menyegitiga, cuping tengah panjang dengan ujung seperti sendok, berwarna putih
bergerigi, tipis, ujung meruncing dan tidak Gambar 5.19 Cymbidium bicolor
majemuk, terdiri dari 10-20 kuntum bunga, panjang tangkai pembungaan 20-35
49
20. Thrixspermum sp.
sepanjang batang, berukuran sama, datar, tebal, Gambar 5.20 Thrixspermum sp.
ujung berbelah dua tidak setangkup. Perbungaan tandan, tumbuh dari batang
secara lateral, berbunga sedikit atau banyak pada rakhila yang memanjang secara
bertahap sesuai dengan tumbuhnya bunga. Bunga tumbuh satu atau bertahap
secara bersamaan, meakar penuh, usia mekar singkat, kelopak dan mahkota
50
dengan jumlah bunga dua, tangkai sangat pendek, kedua bunga
23. Spesies A
inang pohon, berdaging tebal dengan tidak berbulu Gambar 5.23 Species A
dan bercabang. Umbi semu berbentuk bulat telur terbalik. Dengan tidak terlihat
51
Spesies B
52
Tabel 5.1.4 Data Fisik Kawasan Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran
(Cicebong)
Cahaya
(klux)
Kelembaban 82-91 87 64 73
(%)
Ketinggian 94-102 84 - -
(m)
53
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data pengamatan anggrek yang telah
jenis anggrek yang tumbuh dikawasan ini cukup melimpah dengan kondisi
Anggrek yang tumbuh di kawasan Hutan Cagar Alam ini terdiri dari jenis
anggrek epifit dan teresterial. Untuk jenis anggrek epifit banyak ditemukan di
Hutan Dataran Rendah tepatnya daerah Pasir Pugag – Tadah Angin dan Badeto.
Dari data hasil jenis anggrek yang diperoleh terdapat 24 jenis anggrek
dengan jumlah individu dari tiap species yang tersebar di wilayah Hutan Cagar
Persebaran ∑Individu
Batu meja 6
Perbatasan CA 2
Nanggorak 5
Pertigaan Badeto 6
Sungai Badeto 12
Pasir pugag 9
Tadah Angin 38
54
Badeto 4
Pinggiran Badeto 2
Sungai Cikamal 1
∑Individu
7%
5% 1%
2% Batu meja
2%
6% Perbatasan CA
Nanggorak
7%
Pertigaan Badeto
Sungai Badeto
Pasir pugag
Tadah Angin
14%
Badeto
45%
Pinggiran Badeto
Sungai Cikamal
11%
tersebar di wilayah kawasan Hutan Cagar Alam cukup melimpah, terutama jenis
anggrek Phreatia laxiflora yang tersebar di kawasan Hutan dataran rendah Pasir
pugag - Tadah Angin dan Padang Badeto dengan jumlah individu sebanyak 63
jenis dengan persentase 45%. Dengan kondisi fisik suhu kawasan menacapai
Beberapa jenis anggrek yang tumbuh dengan baik dan persebaran yang merata
pertumbuhan jenis anggrek. Beberapa jenis anggrek hidup ditempat vegetasi yang
terbuka dengan kelembaban rendah dan suhu yang tinggi karena, tidak dikelilingi
lainnya banyak yang tumbuh pada vegetasi tertutup dengan intensitas cahaya yang
minimum dan kelembaban yang tinggi serta suhu yang rendah. Menurut Harwati
intensitas cahaya yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kebutuhan optimal
kebanyakan jenis anggrek tumbuh pada inang yang tinggi agar mereka dapat
menyerap kebutuhan nutrisi dari air hujan dengan cepat serta memudahkan
penyebaran biji melalui angin, dan didukung oleh suhu, kelembaban dan intensitas
cahaya yang cocok untuk pertumbuhannya. Namun, pada kawasan Hutan Cagar
Alam ini kebanyakan anggrek tumbuh di tempat inang yang cukup rendah dengan
vegetasi yang terbuka serta kelembaban yang rendah, sehingga sedikit species
Hutan Cagar Alam dengan jumlah 22 species anggrek alam yang dapat di
56
∑Species
Nervilia Macodes Agrostophyllum
Bulbophyllum Ceratostylis Taeniophyllum
Trichotosia Spathoglottis Thelasis
Eria Calanthe Dendrobium
Phreatia Grammatophyllum Cymbidium
Thrixspermum Phalaenopsis Spesies A
Spesies B
4% 4% 4% 4%
4% 4% 4%
4% 13%
4%
4%
8% 4%
4% 4%
4% 4%
8% 8%
Dapat diketahui jumlah genus tertinggi dari jumlah species yang didapat
dilingkungan yang beriklim sedang, dengan kanopi yang tertutup dan pH yang
stabil. Terlihat di sekitar terdapat banyak pohon besar dan tinggi sehingga
memudahkan penyebaran biji melalui angin, dan didukung oleh suhu, kelembaban
(1985), kisaran suhu anggrek Bulbophyllum adalah berkisar antara 15-19 oC. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Rifai (1993), bahwa jumlah jenis anggrek yang
57
Purwanto et al., (2005), juga menyatakan anggrek spesies liar seperti
kondisi inang yang sudah lapuk dan tumbang pada pohon Dillenia exelsa dengan
temukan di kawasan Hutan Cagar Alam ini, dapat diketahui hubungan yang cukup
dekat antar-spesies. Kedekatan antar-species yang begitu dekat terlihat pada jenis
Spathoglottis. Namun, bila dilihat kekerabatan yang begitu jauh antara Nervilia
Selain itu, faktor genetika pun mampu digunakan dalam menganalisa kekerabatan
antar-speciesnya.
Pengambilan jenis data specimen di kawasan Hutan Cagar Alam ini dirasa
masih kurang, karena banyak faktor yang kurang mendukung dalam pengambilan
58
langsung. Sehingga, pengambilan specimen hanya dilakukkan dengan
diharsukannya menjaga kelestarian jenis anggrek agar tidak rusak dan punah.
kekerabatan jenis anggrek yang tersebar di kawasan Hutan Cagar Alam, terbagi
dalam dua cabang besar dengan beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa
yang terdiri dari dua kelompok. Kelompok I dan II terdiri dari dua subkelompok.
59
5.3 Analisis Data
1 2 3 4 5 6
1. Nervilia discolor 1 0 2 0 0 0
2. Macodes sp. 1 0 0 0 0 0
3. Agrostophyllum tenue 0 1 1 1 0 0
4. Bulbophyllum violaceum 0 0 0 1 0 1
5. Ceratostylis sp. 0 2 1 1 1 1
6. Taeniophyllum biocelatum 0 0 2 0 1 1
7. Trichotosia annulata 0 1 3 0 1 0
60
8. Spathoglottis sp. 1 3 3 0 1 0
9. Bulbophyllum ovalifolium 0 0 3 1 0 1
23. Species A 0 0 3 0 1 1
24. Species B 0 1 0 1 1 0
62
→ subkelompok II : Calanthe triplicate (Out group)
sp. B
A)
pauciflora).
speciosum).
63
BAB VI
6.1. Kesimpulan
ini tumbuh dengan kanopi yang tertutup dengan suhu minimum dan pH sedikit
64
3. asam karena intensitas cahaya yang kurang, sehingga kondisi kawasan
menjadi lembab dan dingin. Namun, beberapa jenis anggrek tidak ditemukan di
kawasan Padang Cikamal dan TWA (Ciborok), karena kondisi kanopi yang
terbuka dengan kelembaban yang rendah dan suhu yang tinggi, serta intensitas
cahaya yang tinggi, sehingga memungkinkan jenis anggrek sulit tumbuh pada
kawasan ini. Faktor pendukung tumbuhnya jenis anggrek yaitu Suhu optimum,
Hubungan kekerabatan terjauh antara jenis anggrek epifit dan teresterial, yaitu
pada Bulbophyllum sp., dan Nervilia sp. Karena memiliki jenis, bentuk umbi,
kekerabatan terdekat dilihat dari jenis, bentuk umbi, bentuk daun, perakaran
hingga perbungaan, yaitu pada (Eria retusa dan Thrixspermum) serta (Ceratostylis
65
6.2 Saran
mengamati kondisi hutan agar jenis tumbuhan yang berada di sekitar kawasan
hutan tetap terjaga dan tidak rusak ataupun hilang. Sangat disayangkan apabila
hutan yang dengan kekayaan jenis tumbuhan yang cukup melimpah dan sering
diteliti, rusak bahkan punah karena faktor alam maupun eksploitasi. Serta perlu
keanekaan tumbuhan bagi peneliti khususnya data anggrek. Hal ini diperlukan,
agar apabila ada perubahan sekecil apapun dapat terdeteksi. Selain itu, dapat
Pada penelitian yang saya lakukan terdapat beberapa kendala. Salah satunya saat
lengkap serta mengecek kondisi medan, agar saat pengambilan sampel dapat
maksimal. Mencari beberapa jenis literature dan tidak hanya memanfaatkan satu
66
referensi saja. Karena jenis anggrek di alam begitu melimpah. Usahakan dapat
67
BIBLIOGRAFI
Arditti, J. 1992. Fundamental of Orchid Biology. John Wiley dan Sons. New
Comber, J. B., 1990. Orchid of Java. Bentham – Moxon Trust. Royal Botanic
Gardens, Kew.
Dressler, R. L., 1981. The Orchid : Natural History and Classification. Harvad
Gunadi, T., 1986. Anggrek dari Benua ke Benua. Penerbit : Angkasa. Bandung
Indarto, Novo. 2011. Pesona Anggrek Petunjuk Praktis Budi Daya dan Bisnis
http://indoplasma.or.id/publikasi/pdf/guidebook_hs.pdf
xv
Kartohadiprodjo, Nies Sumarti. 2009. Asiknya Memelihara Anggrek. Jakarta:
WIB.
Sumur.
IPB. Bogor.
UGM. 11 (1).
xvi
Puspitaningtyas, D.M. dan S. Mursidawati. 1999. Koleksi Anggrek Kebun Raya
Schuttleworth, F.S., H.S. Zim, and G.W. Dillon. 1970. A Golden Guide Orchids.
Sessler, G. J. 1987. Orchids and How to Grow Them. Prentice Hall Imc. New
Penerbit Citra.
Departemen pertanian.
xvii
LAMPIRAN I
xviii
Lampiran 1.1 Output Hasil Analisis Dengan Program NTSYS
xix
Lampiran 1.1 Stand.NTSYS
xx
Lampiran 1.1 SAHN.NTSYS
xxi
LAMPIRAN II
xxii
KEGIATAN HARIAN KULIAH KERJA LAPANGAN
Peserta berkumpul di
Gerbang Utama BNI
barang.
Pangandaran.
22.00 ISTIRAHAT
xxiii
No. Waktu Kegiatan Keterangan
Ormed Bidang.
Pantai Barat.
20.30-22.00 WIB Diskusi Bidang dan Briefing Evaluasi data yang diperoleh.
20.30-22.00 WIB Diskusi Bidang dan Briefing Evaluasi data hasil identifikasi
20.30-22.00 WIB Diskusi Bidang dan Briefing Evaluasi data hasil identifikasi
xxvii
LAMPIRAN 3.1
xxviii
Lampiran 3.2
xxix
Lampiran 3.3
Tim Phanerogamae
xxix
Lampiran 3.4