Disusun Oleh :
Rahma Mairani
140410130033
UNIVERSITAS PADJADJARAN
PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JATINANGOR
2016
Nama
: Rahma Mairani
NPM
: 140410130033
Judul
Tempat Penelitian
Waktu Penelitian
KKL 2016
KKL 2016
Madihah, M.Si.
NIP. 19820131 200801 2 005
Mengetahui,
Ketua Rombongan KKL 2016
ABSTRAK
Kondisi Pantai Timur Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat yang terdapat sampah
mengindikasikan adanya partikel sampah yang dapat ikut terkonsumsi oleh ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi lambung beberapa jenis ikan
konsumsi yang ditangkap oleh nelayan di Pantai Timur Pangandaran. Metode
yang digunakan adalah survey dan wawancara serta analisis isi lambung ikan
konsumsi. Hasil yang diperoleh menunjukkan di dalam lambung ikan
Scomberoides tol, Carangoides praeustus dan Gerres filamentosus teridentifikasi
adanya ikan Familia Engraulidae, Palaemonetes vulgaris, dan Ulva sp. serta
detritus dengan frekuensi kehadiran 41/100, 26/100, 24/100, dan 9/100. Namun
demikian, teramati adanya sampah di area penangkapan ikan konsumsi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sampah yang ada di Pantai Timur
Pangandaran tidak dikonsumsi oleh ikan S. tol, C. praeustus dan G. filamentosus.
Kata kunci : Scomberoides tol, Carangoides praeustus, Gerres filamentosus, ikan
Familia Engraulidae, Palaemonetes vulgaris, Ulva sp.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul Pemeriksaan Isi Lambung Ikan Konsumsi Sebagai Indikator
Adanya Pencemaran Sampah di Pantai Timur Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Kuliah Kerja Lapangan.
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan
dan belum mendekati sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat, pengetahuan dan wawasan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Penulis
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
iv
ABSTRAK ...................
ii
iii
UCAPAN TERIMAKASIH....................
iv
vi
DAFTAR TABEL....................
ix
DAFTAR GAMBAR...................
DAFTAR LAMPIRAN...................
xi
2.7.2 Fauna.................
10
11
13
14
15
3.4.3 Esofagus..........................
15
16
16
16
18
vi
3
4
19
20
20
20
21
21
25
25
25
26
26
26
26
27
27
27
28
28
28
28
29
38
38
38
LAMPIRAN .....................................................................................................
39
43
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Komposisi Makanan yang Ditemukan Pada Lambung
Konsumsi ................................................................ 35
viii
DAFTAR GAMBAR
17
31
32
33
34
35
36
37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Morfologi Lambung ikan Gerres filamentosus ........................
43
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air permukaan bumi terdiri atas air laut dan air tawar. Air laut kurang
lebih 71 % menutupi permukaan planet bumi, dengan kedalaman air rata-rata 3,8
km dan volume sebesar 1.780 x 106 km3. Indonesia dengan wilayah perairan laut
sekitar 5,8 juta km2, yaitu sebesar 2/3 dari wilayah nusantara, yang sangat
berpotensi dalam menyediakan sumber protein hewani, terutama yang bersumber
dari ikan, untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduknya. Hal tersebut
menyebabkan ikan memiliki nilai ekonomi yang penting.
Pencemaran air dapat berasal dari beberapa sumber, salah satu yang
paling utama adalah sampah. Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan
rumah tangga, komersial, industri, atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
manusia yang sudah tidak digunakan (Purwendro & Nurhidayat, 2006). Menurut
Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman (2001), sampah merupakan suatu
bahan buangan yang bersifat padat, cair, maupun gas yang sudah tidak memenuhi
persyaratan, tidak dikehendaki, dan merupakan hasil sampingan dari kehidupan
sehari-hari. Definisi sampah menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dalam UU Nomor 18 tahun 2007, bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses yang berbentuk padat. Pencemaran air laut yang
disebabkan oleh sampah menyebabkan dampak secara langsung dan tidak
langsung terhadap organisme yang ada di dalamnya, termasuk ikan.
BAB II
TINJAUAN LOKASI
CAGAR ALAM PANGANDARAN
Ha.
Secara
administratif
termasuk
wilayah
Desa
Pangandaran,
2.4 Iklim
Iklim Areal Cagar Alam Pangandaran mempunyai suhu antara : 25 30 o C
serta kelembaban udara sekitar : 80-90% dengan Curah hujan rata-rata 3196
mm/tahun, curah hujan tertinggi terjadi antara bulan Oktober-Maret dan terendah
terjadi antara bulan Juli-September.
2.5 Hidrologi
Keadaan hidrologi di kawasan Cagar Alam terbesar berasal dari sumber
mata air Sungai Cikamal dan Sungai Cirengganis yang terdapat di Cagar Alam,
dimana sekalipun pada musim kemarau kedua sungai ini hampir tidak pernah
kering. Sumber air dari sungai Cirengganis dahulu dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan dikawasan Taman Wisata Alam.
2.6 Aksesibilitas
Cagar Alam Pangandaran terletak berdampingan dengan Objek Wisata
Pantai Pangandaran yang merupakan salah satu objek wisata Primadona di Jawa
Barat. Dengan letaknya yang berdampingan dengan Pantai Pangandaran , maka :
180 Km
Bandung Tasikmalaya Banjar - Ciamis Kalipucang Pangandaran :
220 Km
Cirebon Kuningan Ciamis Banjar - Kalipucang Pangandaran :
185 Km
Cilacap/Purwokerto Kalipucang Pangandaran : 165 Km
2. 7 Keadaan Ekosistem
2.7.1 Flora
Flora, dari bahasa Latin, alam tumbuhan atau nabatah adalah khazanah
segala macam jenis tanaman atau tumbuhan. Biasanya ditulis di depan nama
geografis. Misalnya, nabatah Jawa, nabatah Asia atau nabatah Australia.Berikut
flora yang bisa ditemui di Cagar Alam Pangandaran yaitu Nyamplung
(Calophyllum inophyllum L.), Waru laut atau baru laut (Thespesia populnea),
(Pandanus Tectorius) atau Pandan Laut, ketapang (Terminallia cattapa), keben
(Barringtonia asiatica), Jati (Tectona grandis), serta Mahoni (Swietenia
mahagoni).
2.7.2 Fauna
Fauna, dari bahasa Latin, atau alam hewan artinya adalah khazanah segala
macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau periode tertentu.Berikut
fauna yang bisa ditemui di Cagar Alam Pangandaran adalah Kera (Macaca
fascicularis), Lutung (Trachipytecus auratus), Landak (Hystrix bracyura),dan
Rusa (Cervus Timorensis). Jenis burung yang diamati adalah Tulumtumpuk
(Magalaema javensis), burung Kangkareng (Anthracoceros convexus), Ayam
Hutan (Gallus g varius), Tando (Chynocephalus variegatus), selain itu juga
terdapat ular Sanca (Phyton molurus).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
menyiapkan
makanan
dan
minuman
sampai
dengan
12
tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat masuk dan atau
dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan.
Perubahan ini memberikan pengaruh (dampak) buruk terhadap organisme yang
telah ada dan hidup baik dalam tatanan tersebut. Pada tingkat lanjut, perubahan
ini juga dapat membunuh bahkan menghapuskan satu atau lebih organisme.
Sampah dapat digolongkan kedalam beberapa kategori, menurut jenis
sampah dibagi menjadi: sampah organik seperti daun dan lain-lain, sampah
plastik, sampah kertas dan kelompok logam serta kayu (Soekarman, 1983).
Menurut Syahrul dan Ollich (1985), sampah dapat digolongkan kedalam beberapa
kategori, diantaranya berdasarkan sumbernya yaitu (1) sampah hasil aktifitas
rumah tangga termasuk dari asrama, rumah sakit, hotelhotel dan kantor; (2)
sampah hasil kegiatan industri dan pabrik; (3) sampah hasil kegiatan pertanian
meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan yang sering juga
disebut sebagai limbah pertanian; (4) sampah hasil kegiatan
perdagangan,
misalnya pasar dan pertokoan; (5) sampah dari hasil kegiatan pembangunan; dan
(6) sampah dari sekitar jalan raya.
Palar (2008) menyatakan, jika ditinjau dari sumbernya, pencemaran laut
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Zat pencemar yang berasal dari darat yang terjadi melalui aliran sungai di mana
zat tersebut berasal. Misalnya air buangan rumah tangga dan industri.
2. Zat pencemar yang berasal dari kapal laut, seperti limbah dari kapal dan
tumpahan minyak dari kapal tanker.
13
14
(overlap) yang disebabkan oleh keadaan habitat ikan itu hidup. Ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam hubungan ini diantaranya faktor
penyebaran organisme sebagai makanan ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor
pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan
(Effendie, 2002).
15
Faring
Lapisan permukaan faring hampir sama seperti pada permukaan rongga
16
3. Esofagus
Segmen esofagus merupakan permulaan dari saluran pencernaan yang
bentuknya berupa pipa (tabung). Panjang relatif segmen ini berkaitan erat dengan
bentuk tubuh ikan. Pada ikan yang bentuk tubuhnya seperti ular (Anguilliform),
ukuran esofagusnya relatif panjang. Pada ikan-ikan yang tidak memiliki lambung,
segmen esofagus langsung berbatasan dengan usus depan. Pada ikan-ikan yang
memiliki gelembung renang terdapat saluran yang menghubungkan esofagus
dengan gelembung renang.
4. Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih
besar bila dibandingkan dengan segmen lain. Besarnya ukuran lambung ini
berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Kemampuan ikan
untuk menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara jenis
ikan yang satu degan jenis ikan lainnya.
5. Usus
Usus merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaam. Pada
ikan pembagian segmen usus lebih sederhana bila dibandingkan dengan hewan
tingkat tinggi lainnya. Hal ini karena bentuk serta diameter usus relatif homogen
mulai dari bagian depan hingga bagian belakang. Dengan demikian sering usus ini
hanya dibedakan atas usus depan dan usus belakang. Panjang usus ikan sangat
bervariasi dan berhubungan erat dengan kebiasaan makanannya.
17
6.
Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati
Protein adalah nutrien yang diperlukan dalam jumlah besar pada pakan
ikan. Protein diperlukan oleh ikan sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh yang
baru (pertumbuhan) atau pengganti jaringan tubuh yang rusak, sebagai bahan
baku untuk pembentukan enzim, hormon, antibodi dan bahan baku untuk
penyusun protein plasma serta sebagai sumber energi (Mudjiman 2004). Sugiarto
(1998) menyatakan, bahwa pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih
banyak daripada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu,
jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora
membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan
omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein
sekitar 20-60% dan optimum 30-36%.
18
19
yang larut dalam lemak yang dibutuhkan oleh ikan yakni vitamin A, D, E dan K
dan 11 vitamin yang larut dalam air. Kebutuhan vitamin pada ikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain: ukuran/umur, laju pertumbuhan, suhu air dan
komposisi
pakan.
Vitamin
dibutuhkan
untuk
pertumbuhan
normal,
20
Hormon gastrin
Hormon ini akan memacu pengeluaran asam klorida (HCl) dan
Hormon kolsistokinin
Hormon ini dapat memacu keluarnya getah empedu dari hati. Getah
empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah yang telah rusak di dalam
hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang
kemidaian ditampung di dalam kantung empedu. Fungsi getah empedu tersebut
adalah memeperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut
dalam air dan diserap oleh usus.
3.5.3 Hormon sekretin dan pankreozinin
Hormon Sekretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas.
Getah penkreas ini mengandung enzim amilase, lipase dan protase. Enzim amilase
akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim lipase memecah lemak
menjadi asam lemak dan gliserol. Protase memecah protein menjadi asam amino.
Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak keaktifan apabila kadar protein
dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar proteinnya berubah maka untuk
21
Hormon Insulin
Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Lemak diserap dalam
bentuk asam lemak dan gliserol. Di dalam lapisan lendir dinding usus, asam
lemak dan gliserol bersatu lagi,untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh
melalui limf (70%) dan melalui pembuluh darah (30%). Sedangkan protein
diserap dalam bentuk asam amino yang dibawa ke hati dulu untuk diubah menjadi
protein lagi, akan tetapi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh ikanyang
bersangkutan.
Ketersediaan
makanan
merupakan
faktor
yang
22
umur ikan, musim serta habitat hidupnya. Kebiasaan makan ikan meliputi jenis,
kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan (Lagler,1972).
Jenis makanan yang akan dimakan oleh ikan tergantung ketersediaan jenis
makanan dialam, dan juga adaptasi fisiologis ikan tersebut misalnya panjang usus,
sifat dan kondisi fisologis pencernaan, bentuk gigi dan tulang faringeal, bentuk
tubuh dan tingkah lakunya. Ikan herbivora secara sederhana hanya memiliki
kemampuan untuk mencerna material tumbuhan, oleh karena itu ikan herbivora
memiliki usus yang lebih panjang karena material tumbuhan memerlukan waktu
yang lama untuk dicerna. Pada ikan karnivora memiliki usus yang lebih pendek
dan hanya memakan daging. Ikan omnivora memiliki kondisi fisiologis yang
merupakan gabungan antara ikan karnivora dan ikan herbivore (Effendie, 2002).
Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat digolongkan dalam jenis
herbivora,karnivora, ataupun omnivora. Ikan herbivora adalah ikan pemakan
tumbuh-tumbuhan, misalnya ikan lele, ikan karnivora adalah ikan pemakan
daging misalnya ikan kakap merah. Kebiasaan makanan ikan dipelajari untuk
menentukan gizi alamiah ikan tersebut. Pengetahuan tentang kebiasaan makanan
ikan dapat digunakan untuk melihat hubungan ekologi di antara organisme di
perairan tempat mereka berada, misalnya bentuk pemangsaan, persaingan, dan
rantai makanan. Jadi, makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi
keberadaan populasi (Kottelate, 1983).
Proses pencernaan makanan pada ikan dimulai dari mulut dan rongga
mulut, kemudian makanan dikunyah menjadi berukuran kecil oleh gigi dan
dibasahi oleh saliva, selanjutnya disalurkan melalui faring dan esophagus,
23
Pencernaan di lambung dan usus halus, dalam usus halus diubah menjadi asamasam amino, monosakarida, gliserida dan unsur-unsur dasarnya yang lain,
absorbsi air dalam usus besar: akibatnya isi yang tidak dicerna menjadi setengah
padat (feses), kemudian feses dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka.
Dalam mulut terdapat kelenjar-kelenjar mukus, berfungsi untuk menghasilkan
mucus sebagai pembasah dan pelicin makanan. Alat mulut terdiri dari palatum
keras dan lunak, diliputi oleh epitel berlapis pipih. Palatum keras adalah membran
mukosa yang melekat pada jaringan tulang, sedangkan palatum lunak mempunyai
pusat otot rangka, fungsi mulut adalah sebagai penerima makanan. Organ-organ
didalam rongga mulut antara lain: gigi, lidah, dan kelenjar ludah, (Murniyati,
2002).
Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dikonsumsi
oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat
makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan
selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Jumlah makanan yang dibutuhkan
oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai konversi
makanan serta kondisi makanan ikan tersebut (Nikolsky, 1963).
Untuk itu diperlukan penelitian tentang makanan dan kebiasaan makan
ikan, yang didasarkan atas pemeriksaan isi lambung dan usus ikan yang
bersangkutan. Dari hasil studi ini kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan jenis
ikan yang bersangkutan herbivora, karnivora atau omnivora. Selain itu, dapat
diketahui pula jenis-jenis makanan pokoknya dan makanan sekundernya. Ada tiga
cara yang dapat digunakan mempelajari makanan dan kebiasaan makanan ikan
24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
No
1.
2.
3
4
3.
4.
5.
5.
6.
9.
Alat
Ember
Neraca
Neraca Analitik
Jangka Sorong
Meteran
Cool Box
Cawan petri
Alat bedah
Botol Spesimen
Mikroskop Stereo/ Loop
Kegunaan
Untuk menampung ikan
Untuk menimbang bobot ikan
Untuk menimbang bobot lambung ikan
Untuk mengukur ikan
Untuk mengukur panjang total ikan
Untuk menyimpan awetan
Untuk menempatkan isi lambung ikan
Untuk membedah Ikan
Untuk menempatkan lambung ikan
Untuk mengamati isi lambung ikan
4.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No
1
Bahan
Larutan Formalin 4%
Kegunaan
Untuk mengawetkan lambung ikan
25
26
27
(Ravki et al., 2014): lambung ikan dikeluarkan dan dimasukkan kedalam petridish
untuk dilakukan pencucian dengan air, ditimbang bobot lambung ikan, isi
lambung ikan dikeluarkan, dikelompokkan serta ditimbang masing-masing tiap
kelompok makanan, serta menghitung jumlah partikel sampah yang ada di dalam
lambung ikan konsumsi.
4.3.6
Parameter
Parameter dalam penelitian ini adalah perbedaan komposisi pakan yang
ditemukan di dalam lambung ikan baik dari materi tumbuhan maupun hewan.
28
dengan
F: frekuensi kehadiran
ni: kehadiran makanan jenis i
Nx: jumlah lambung yang berisi
c.
dengan
29
Frekuensi kehadiran makanan dalam berat dan jumlah serta komposisi makanan
setiap lambung ikan dibuat dalam bentuk tabel dan diagram.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Animalia
Chordata
Actinopterygii
Perciformes
Carangidae
Scomberoides
Spesies
30
31
Animalia
Chordata
Actinopterygii
Perciformes
Carangidae
Carangoides
C. praeustus (Bennett, 1830)
32
Ikan ketiga yaitu G. Filamentosus yang memiliki ujung sirip dorsal berwarna
abu-abu, berbentuk sedikit bulat dan pipih. Menurut Wiadnya et al. (2001), sirip
dorsal ikan terdiri dari 8 jari-jari sirip keras dan lunak. Terdapat bercak hitam yang
melintang di tubuhnya (Gambar 5.3). Lambung ikan G.filamentosus termodifikasi
oleh
usus
depan
(Lampiran
1),
hal
ini
dinyatakan
oleh
Animalia
Chordata
Actinopterygii
Perciformes
Gerreidae
Gerres
G. filamentosus (Cuvier, 1829)
33
34
II Cangroides praeustus
Carangoides praeustus
II Gerres filamentosus
Gerres filamentosus
I
Spesies
II Scomberoides tol
I Scomberoides tol
35
Cp
Cn
Cp
Cn
Cp
Cn
Cp
Cn
Cp
Cn
Cp
Cn
Palaemonetes vulgaris
3.2
100
Familia Engraulidae
Ulva sp.
4,2
0
100
0
6,1
0
100
0
5,7
0,98
0
100
0
1,16
0
100
5,7
0
100
0
1,3
0
100
0
Cp = 5,15
Cp = 0,92
X
Cn = 100
JUMLAH
Cp=16,95
*Keterangan :
Cn = 100
Cn = 100
Cn = 71,20
36
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa:
1. Jenis ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat Cagar Alam Pangandaran,
Jawa Barat, yakni ikan talang (Scomberoides tol), ikan percing kuning
(Carangoides praeustus) dan ikan kakapasan (Gerres filamentosus).
2. Komposisi makanan yang telah diamati yakni Ikan Familia
Engraulidae, Palaemonetes vulgaris dan Ulva sp. dengan jumlah yang
berbeda-beda pada tiap jenisnya.
3. Tidak ditemukannya partikel sampah di dalam lambung ikan yang
ditangkap oleh nelayan di Pantai Timur, Pangandaran, Jawa Barat.
6.2 Saran
Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya, ikan yang
digunakan untuk sampel sebaiknya ditambah jenis dan jumlahnya. Penambahan
jenis sebaiknya sebanyak 10 jenis dengan jumlah masing-masing minimal tiga
ekor agar data yang didapatkan memiliki nilai akurasi yang tinggi. Selain itu,
pengukuran kondisi lingkungan dan kualitas air pada lokasi penangkapan
diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran sehingga tingkat
keamanan dari ikan konsumsi di lokasi tersebut dapat diketahui.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Palaemonetes vulgaris www. boldsystems.org (diakses pada
tanggal 15 juni 2016)
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2007.
Undang-undang Republik
Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bapedal, Jawa Barat. (diakses pada tanggal 20 April 2016).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2006. Rancangan
Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa
Barat
Saatnya
mervitalisasi
Pangandaran.
http://bapedajabar.go.id/assets/images/upload/Dokumen/Rancangan_Akhir_RPJMD_21
_September_2006.pdf (diakses pada tanggal 23 April 2016).
Balai Konservasi Sumber Daya Alam. 2003. Buku Panduan Objek Wisata
Pangandaran. Ciamis. Jawa Barat.
Bubun, R. 2015. Terbentuknya Derah Penangkapan Ikan Dengan Light
Fishing..Jurnal Universitas Muhammadyah vol.4 no.1 (diakses pada
tanggal 10 Juni 2016).
Campbell N.A., J.B. Reece. 2005. Biology. 5th Edition. San Fansisco: Pearson
Benjamin Cummings.
Cho, C.Y., C.B. Cowey, & Watanabe R. 1985. Finfish Nutrition in Asia :
Methodological approaches research Centre. www.fishmarinebase.com
[E-book]. Hal 154. (diakses pada tanggal 29 April 2016).
Sean D.F. 2001. Struktur Sistem Pencernaan Ikan. Benjamin Cummings Jurnal
Kean University. www.kean.edu. (diakses pada tanggal 22 April 2016)
Cuvier, R.. 1832. The Species of Fishes in Java Sea, their taxonomy,
morphometry and population dynamics. www.fishery.org. [E-book].
(diakses pada tanggal 19 April 2016)
Dahuri
Aset
Pembangunan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2006. Cagar Alam Pananjung. Ciamis. Jawa
Barat.
Djajasewaka, H. 1985. Makanan Ikan. PT. Yasa Guna. Jakarta.
Djumhur, I , Surya, M. 1985. Metode Wawancara Lapangan. Aneka Ilmu. Jakarta
39
40
Dolgov, A.V. 2005. Trophic Structure of the Barents Sea Fish community with the
specialreference to the cod stock recovery ability. [E-book]. www.sepcificmorphology-anatomy.org (diakses pada tanggal 23 April 2016)
Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Effendie, H. 2002. Telaah Kualitas Air: Bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Penerbit Kanasius.Yogyakarta.
Furuichi, M. 1988. Dietary Activity of Carbohydrates. In Fish nutition and
Mariculture. Watanabe, T. Departement of Aquatic Biosciences Tokyo
University of Fishes, Hal.70-77. Tokyo.
Guiry, M. D., 2007. Algae Base version 4.2. World-wide electronic publication
(online). National Universty of Ireland, Galway, Ireland ( diakses pada
tanggal 1 Mei 2016)
Hall, S. 1989. Finfish Nutrition research in Asia. www.proceedings-of thesecondasian-fish-nutrition.org [E-book]. (diakses pada tanggal 27 April 2016)
Kottelate, J.B. 1983. Animal Nutrition. Seventh Edition McGraw-Hill Book
Company. Philippine. (diakses tanggal 24 April 2016)
Lagler, K. F. 1972. Freshwater Fishery Biology. www.brown-company-publisherdubuque.org [E-book]. (diakses tanggal 25 April 2016)
Marimin, S. 2010. Penelitian Beberapa Aspek Biologi Ikan Kawali di Perairan
Ambon dan Sekitarnya. Skripsi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. (diakses tanggal 22 April 2016)
Masari, L. 2008. Kebiasaan Makanan Ikan Betok (Anabas testudineus).
http://repository.ipb.ac.id. Jurnal Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
(diakses tanggal 15 Juni 2016)
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Edisi I. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murniyati, S. 2002 . Pengaruh Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsunghidupan Benih Nila Merah. Jurnal Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada 1(3): 25-38 (diakses tanggal 22 April 2016)
National Research Council. 1993. Nutrient Requirements of Poultry. Edisi ke-9.
Academy Pr. Washington DC.
G.V. Nikolsky. 1963. The Ecology of Fishes. New York: Academy Press.
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Purwendro, S., Nurhidayat, S 2006. Mengolah Sampah untuk Pupuk Pestisida
Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
41
42
LAMPIRAN I
43