Anda di halaman 1dari 84

PERFORMA RUMPUT PANICUM SARMENTOSUM

PADA PERLAKUAN PUPUK KANDANG


DAN UMUR PEMOTONGAN

SKRIPSI

ISFAN

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
PERFORMA RUMPUT PANICUM SARMENTOSUM
PADA PERLAKUAN PUPUK KANDANG
DAN UMUR PEMOTONGAN

SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako

ISFAN
O 121 11 084

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
PENGESAHAN

Judul : Performa Rumput Panicum sarmentosum Roxb. pada Perlakuan


Pupuk Kandang dan Umur Pemotongan

Nama : Isfan

Stambuk : O 121 11 084

Lulus Ujian : 29 Februari 2016

Palu, 14 Maret 2016

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Andi Lagaligo Amar, M.Sc. Ir. Tarsono, M.Appl.Sc.
Nip. 19590913 198503 1 002 Nip. 19660913 199203 1 004

Disyahkan Oleh,
Dekan
Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Tadulako

Prof. Dr. Ir. Kaharudin Kasim, M.S.


Nip. 19530727 198503 1 002
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya ilmiah saya (skripsi) ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor),
baik di Universitas Tadulako maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian


hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Palu, 14 Maret 2016


Yang membuat pernyataan,

Isfan
No Stb: O121 11 084
RINGKASAN

ISFAN. (O121 11 084). Performa Rumput Panicum sarmentosum Roxb. pada


Perlakuan Pupuk Kandang dan Umur Pemotongan. (Andi Lagaligo Amar dan
Tarsono, 2016)

Penelitian tentang performa rumput Panicum sarmentosum Roxb. pada


perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan telah dilaksanakan dari tanggal
7 Februari sampai 19 Maret 2015 di lahan CV. Prima Breed di Kelurahan Tondo.
Analisis sampel hijauan dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,
dan sampel tanah di Laboratorium Ilmu Tanah, Universitas Tadulako, Palu.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji faktor interaksi antara
pupuk kandang dengan umur pemotongan. Desain yang digunakan adalah
rancangan acak kelompok (RAK) berpola faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu
pupuk kandang 30 ton BK ha-1 dengan kontrol tanpa pupuk (P0) dan 3 umur
pemotongan (30, 35, dan 40 hari). Data yang diperoleh dianalisis ragam
menggunakan program SX, dan diuji lanjut beda nyata terkecil (BNT; P=0,05)
dilakukan untuk perlakuan yang berpengaruh nyata pada variabel. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata (P<0,05) antara pupuk
kandang dan umur pemotongan pada variabel protein kasar batang dan serat kasar
batang rumput P. sarmentosum. Interaksi tersebut tidak nyata (P>0,05) pada
variabel jumlah anakan, total produksi bahan kering, produksi daun, produksi
batang, rasio daun/batang, protein kasar daun, dan serat kasar daun. Perlakuan
pemupukan berpengaruh nyata (P<0,05) pada variabel total produksi bahan kering
P30 (3,18) vs P0 (2,14); produksi daun P30 (2,77) vs P0 (1,93); rasio daun/batang
P30 (7,84) vs P0 (10,21) dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap variabel
produksi batang P30 (0,41) vs P0 (0,21); protein kasar daun P30 (7,02) vs P0
(4,88); serat kasar daun P30 (14,89) vs P0 (19,53); dan serat kasar batang P30
(13,61) vs P0 (19,70). Perlakuan tersebut tidak nyata (P>0,05) pada variabel
Jumlah anakan P30 (75,18) vs P0 (72,23); dan protein kasar batang P30 (4,41) vs
P0 (3,91). Perlakuan umur pemotongan menunjukkan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap variabel rasio daun/batang U30 (7,07), U35 (10,42), dan U40
(9,62) dan serat kasar batang U30 (13,80), U35 (15,05) dan U40 (21,12).
Perlakuan tersebut tidak nyata (P>0,05) pada variabel jumlah anakan, produksi
bahan kering daun, produksi bahan kering batang, total produksi, protein kasar
daun, protein kasar batang, dan serat kasar daun.

Kata Kunci: Panicum, pupuk kandang, pemotongan, produksi hijauan


KATA PENGANTAR

Pertama-tama, saya panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “Performa rumput Panicum

sarmentosum pada perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan”.

Penyelesaian penelitian dan skripsi ini tidak lepas dari bantuan oleh berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, S.E., M.S. selaku Rektor

Universitas Tadulako yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan studi di Universitas ini;

2. Prof. Dr. Ir. Kaharudin Kasim, M.S. selaku Dekan Fakultas Peternakan

dan Perikanan yang telah memberi kesempatan dan layanan serta

pengayoman selama studi di Universitas ini;

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Andi L. Amar, M.Sc. sebagai pembimbing utama dan

Bapak Ir. Tarsono, M.Appl.Sc. sebagai pembimbing anggota, keduanya

memiliki peran penting dan selalu meluangkan waktunya memberikan

bimbingan dan motivasi, sehingga penulis berhasil menyelesaikan tugas

akhir ini;

4. Bapak Dr. Padang Hamid, S.Pt., MP. atas segala bimbingan dan arahan

beliau dalam penelitian di lapangan;


5. Bapak Ir. Mura M.Si. dan Ibu Syamsiar Fitri S.Pd., M.Pd. yang telah

menjadi orang tua wali selama studi di Universitas Tadulako;

6. Seluruh Staf dosen Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan dan Perikanan

Universitas Tadulako yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu;

7. Seluruh keluarga, utamanya kakak dan adik-adik tercinta yang senantiasa

mendukung dan mendoakan; serta

8. Teman-teman Jurusan Peternakan, utamanya kepada saudara Malik

Makmur S.Pt., Andi Mushawwir S.Pt., dan Robby Rahmat, atas bantuan

dan kerja sama yang baik selama penelitian dan penulisan Skripsi ini.

Secara khusus, karya ini saya persembahkan keharibaan Ayahanda bapak

Imran dan Ibunda Nurtini tercinta, yang telah membesarkan dan mendidik dengan

penuh kasih sayang, motivasi disertai doa untuk kelancaran dan kesuksesan

penulis.

Usaha maksimal telah dikerahkan untuk menghasilkan Skripsi ini, namun

penulis tetap menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan. Olehnya itu, penulis

menyatakan, dengan rendah hati dan lapang dada, siap menerima kritikan dan

saran untuk perbaikan. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat dan

bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.

Palu, 14 Maret 2016


Penulis,

Isfan
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM.................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv
RINGKASAN.................................................................................................. v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xii

I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
1.3. Manfaat Penelitian............................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5


2.1. Tanaman Hijauan Pakan.................................................................... 5
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performa Tanaman Hijauan
Pakan................................................................................................... 6
2.2.1. Faktor internal.......................................................................... 6
2.2.2. Faktor eksternal........................................................................ 10
2.3. Tata Laksana Pengelolaan Tanaman................................................... 16
2.3.1. Pemupukan............................................................................... 16
2.3.2. Pemotongan.............................................................................. 17
2.4. Pupuk kandang dari Kotoran kambing............................................... 19
2.5. Pertumbuhan Tanaman Pada Pemberian Pupuk Kandang................. 20
2.6. Rumput Panicum sarmentosum Roxb................................................ 21
2.7. Hipotesis............................................................................................. 23
24
III. METODE PENELITIAN....................................................................... 24
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 24
3.2. Materi Penelitian................................................................................. 24
3.3. Prosedur Penelitian............................................................................. 25
3.3.1. Persiapan lahan dan pembuatan petak percobaan.................... 25
3.3.2. Perlakuan pemupukan.............................................................. 25
3.3.3. Perlakuan umur pemotongan.................................................... 25
3.3.4. Pengambilan sampel................................................................. 26
3.4. Desain Penelitian................................................................................. 27
3.5. Peubah yang Diamati dan Pengukurannya......................................... 28
3.5.1. Jumlah anakan.......................................................................... 28
3.5.2. Produksi bahan kering daun................................................... 28
3.5.3. Produksi bahan kering batang................................................ 28
3.5.4. Produksi total bahan kering...................................................... 29
3.5.5. Rasio daun dan batang............................................................. 29
3.5.6. Kandungan protein kasar dan serat kasar hijauan.................... 29
3.6. Analisis Data....................................................................................... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 31


4.1. Jumlah Anakan.................................................................................... 31
4.2. Produksi Bahan Kering Rumput Panicum sarmentosum.................... 34
4.3. Kandungan Protein dan Serat Kasar Hijauan Panicum sarmentosum 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 47


5.1. Kesimpulan......................................................................................... 47
5.2. Saran.................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 55
RIWAYAT PENULIS
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Rataan produksi bahan kering dan kandungan protein kasar hijauan dua
jenis rumput Panicum umur 28, 35, dan 42 hari...................................... 7

2. Produksi bahan kering (BK) dan kandungan protein kasar (PK) rumput
Panicum yang dipotong pada umur 28, 35, 42 hari.................................. 9

3. Produksi segar (kg), kandungan protein dan serat kasar hijauan gamal
(Gliricidia sepium) pada umur 60, 80, 100, dan 120 hari........................ 9

4. Perbandingan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan produksi bahan


kering rumput yang diteliti pada interval defoliasi 45 hari...................... 18

5. Komposi nutrisi hijauan Panicum sarmentosum berdasarkan bahan


kering........................................................................................................ 23

6. Rataan jumlah anakan tanaman Panicum Sarmentosum berdasarkan


perlakuan pemupukan(per-rumpun)......................................................... 31

7. Rataan Jumlah Anakan per-rumpun tanaman Panicum Sarmentosum


berdasarkan perlakuan umur pemotongan................................................ 33

8. Rataan produksi hijauan rumput Panicum sarmentosum berdasarkan


perlakuan pemupukan............................................................................... 35

9. Rataan produksi hijauan rumput Panicum sarmentosum berdasarkan


perlakuan umur pemotongan.................................................................... 38

10. Rataan kandungan protein kasar (PK), dan serat kasar (SK) daun
rumput Panicum sarmentosum berdasarkan perlakuan pemupukan........ 41

11. Rataan kandungan protein kasar (PK), dan serat kasar (SK) daun
rumput Panicum sarmentosum berdasarkan perlakuan umur
pemotongan.............................................................................................. 42

12. Rataan kandungan protein kasar batang rumput Panicum sarmentosum


berdasarkan perlakuan pemupukan dan umur pemotongan..................... 44

13. Rataan kandungan serat kasar batang rumput Panicum sarmentosum


berdasarkan perlakuan pemupukan dan umur pemotongan .................... 45
DAFTAR GAMBAR

Gamabar Halaman

1. Ilustrasi pengambilan sampel pada plot percobaan.................................. 26


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Hasil analisis sampel tanah....................................................................... 56

2. Hasil analisis kandungan unsur hara pupuk kandang kambing................ 56

3. Data curah hujan area penelitian CV. Prima Breed (2015)....................... 56

4. Jumlah anakan........................................................................................... 57

5. Produksi bahan kering............................................................................... 57

6. Kandungan protein dan serat kasar rumput P. sarmentosum.................... 60

7. Analisis jumlah anakan............................................................................. 62

8. Analisis produksi BK daun, batang, total produksi, dan rasio


daun/batang............................................................................................... 63

9. Protein kasar dan serat kasar..................................................................... 66

10. Denah dan lokasi kebun rumput CV. Prima Breed di Kel. Tondo............ 70

11. Penyeragaman rumput P. sarmentosum................................................... 70

12. Menghitung jumlah anakan rumput P. sarmentosum.............................. 70

13. Rumput P. sarmentosum umur 30 hari pasca panen................................. 71

14. Rumput P. sarmentosum umur 35 hari pasca panen................................. 71

15. Rumput P. sarmentosum umur 40 hari pasca panen................................. 71

16. Pemisahan daun dan batang rumput P. sarmentosum.............................. 72

17. Penimbangan sampel segar rumput P. sarmentosum............................... 72


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu faktor penentu keberhasilan peternakan ruminansia adalah

ketersediaan hijauan pakan. Oleh karena itu, ketersediaan lahan sangat dibutuhkan

untuk mendukung pengembangan tanaman hijauan pakan. Akan tetapi, kondisi

penduduk yang terus meningkat menyebabkan lahan pertanian semakin

berkurang. Sebagai akibatnya, usaha peternakan terdesak pada lahan-lahan yang

kurang produktif atau lahan marginal. Salah satu alternatif yang dilakukan untuk

menangani keterbatasan ini adalah pemanfaatan lahan kering yang ada dengan

pengelolaan yang baik dalam budidaya tanaman pakan untuk memenuhi

kebutuhan ternak ruminansia secara kontinu (Aminuddin, 1987). Dengan

demikian, strategi pemanfaatan lahan kering tersebut menjadi suatu kebutuhan

(Silcock dan Johnston, 1993; Sukmana dkk., 1994). Bagian penting dari strategi

ini adalah budidaya jenis tanaman yang dapat beradaptasi pada kondisi

lingkungan lahan kering.

Kondisi lingkungan lahan kering memiliki tingkat kelembaban dan

kesuburan tanah rendah sehingga jumlah jenis tanaman terbatas karena sulit untuk

tumbuh dan beradaptasi. Hal ini disebabkan karena tingkat curah hujan yang

sangat rendah, akibatnya tanaman sulit untuk menyerap unsur hara di dalam tanah.

Hal ini menjadi faktor pembatas untuk pertumbuhan dan pengembangan tanaman

pakan budidaya (Clements dkk., 1996). Pemanfaatan lahan yang kurang produktif

untuk dijadikan tempat pengembangan tanaman hijauan pakan merupakan salah

satu alternatif untuk meningkatkan ketahanan pakan ruminansia. Namun, hal ini
memerlukan jenis tanaman yang cocok pada kondisi tersebut agar mendukung

pengembangan tanaman pakan.

Salah satu jenis tanaman pakan yang cocok dikembangkan untuk strategi

pemanfaatan lahan kering adalah rumput Panicum sarmentosum Roxb. Rumput

ini ditemukan menyebar alami di dalam habitat semak belukar pada lingkungan

dengan curah hujan 580-800 mm di Kelurahan Tondo, Kota Palu (Amar, 2003).

Rumput ini dapat memberikan harapan untuk tumbuh di lahan kering dan tanah-

tanah yang memiliki tingkat kesuburan rendah (Mura, 2013). Secara morfologi,

tanaman rumput ini mempunyai kemiripan dengan rumput Panicum maximum.

Tarsono dan Amar (2007) menyatakan bahwa Panicum sarmentosum merupakan

tanaman pakan yang memberikan harapan (promising grass) dalam jangka

panjang untuk penggunaan di lahan kering dan di lahan perkebunan karena

rumput tersebut diduga memiliki daya adaptasi terhadap lahan kering dan

naungan. Namun, penelitian dan publikasi tentang rumput tersebut masih sangat

kurang dilakukan. Oleh karena itu, budidaya dan pengembangan rumput P.

sarmentosum sebagai sumber hijauan pakan ruminansia belum meluas. Untuk

mendukung pengembangan tanaman pakan ini, solusi yang bertujuan untuk

meningkatkan produksi dan kualitasnya perlu dilakukan.

Pemberian input pupuk dari kotoran ternak (pupuk kandang) merupakan

salah satu strategi penting untuk pengembangan rumput ini pada lahan kering

karena hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik tanah

sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Tanaman pakan akan tumbuh

lebih baik bila diberikan pupuk kandang (Stur dan Horne, 2001). Pupuk kandang
merupakan sumber hara yang tersedia dan bisa dijangkau bagi petani kecil, murah,

dan menguraikan unsur hara yang dikandungnya secara berangsur-angsur,

sehingga memberikan efek jangka panjang terhadap pertumbuhan tanaman.

Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk alam berasal dari kotoran

ternak yang dibentuk dari berbagai jenis daun-daunan, rumput-rumputan, jerami,

dedak padi dan lainnya yang dimakan ternak dan telah hancur, kemudian menjadi

feses, selanjutnya lapuk/hancur dan berubah menjadi bagian tanah (Murbandono,

1999). Pupuk kandang memiliki unsur hara yang lengkap untuk kebutuhan

tanaman, seperti: N, P, K, Ca, Mg, dan S (Rosmarkam danYuwono, 2002). Pupuk

kandang dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan bahan

organik tanah, memperbaiki kehidupan organisme dalam tanah yang dibutuhkan

oleh tananam, serta mempertahankan stabilitas dan aerasi tanah (Sutedjo, 2002).

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa, penelitian tentang

penggunaan pupuk kandang untuk pengembangan rumput Panicum sarmentosum

di lahan kering perlu dilakukan. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan hijauan pakan

bukan hanya dari aspek pertumbuhan dan produksi hijauan (kuantitas), tetapi

pemenuhan aspek mutu pakan sama pentingnya untuk diperhatikan. Selain aspek

kesuburan tanah, umur pemotongan tanaman (aspek menajemen) merupakan salah

satu penentu jumlah produksi dan mutu hijauan yang dihasilkan. Oleh karena itu,

penelitian ini dilakukan dengan perlakuan yang meliputi aspek perbaikan media

tumbuh (pemupukan) dan aspek menajemen (umur pemotongan), dengan judul;

“Performa Rumput Panicum sarmentosum Roxb. pada Perlakuan Pupuk Kandang

dan Umur Pemotongan”.


1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. menguji pengaruh interaksi faktor pupuk kandang dan umur pemotongan

terhadap pertumbuhan Panicum sarmentosum;

2. mempelajari pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap performa

pertumbuhan secara fisik dan mutu hijauan rumput Panicum sarmentosum; dan

3. mengkaji pengaruh umur pemotongan terhadap pertumbuhan secara fisik dan

mutu hijauan rumput Panicum sarmentosum.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. menambah informasi ilmiah tentang rumput Panicum sarmentosum yang

diberi perlakuan pupuk kandang;

2. menambah informasi ilmiah tentang rumput Panicum sarmentosum yang

diberi perlakuan umur pemotongan; dan

3. menambah informasi bagi para pelaku/peternak, khususnya ternak ruminansia,

untuk pengembangan rumput Panicum sarmentosum sebagai tanaman hijauan

pakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Hijauan Pakan

Tanaman hijauan pakan adalah tanaman yang dijadikan sebagai sumber

hijauan bahan makanan ternak. Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi

ternak ruminansia, sebagai sumber zat-zat nutrisi seperti: protein, karbohidrat,

energi, vitamin, dan mineral (Stur dan Horne, 2001). Tipe-tipe hijauan yang

digunakan untuk makanan ternak dapat berupa hijauan yang berasal dari padang

penggembalaan, dan pakan lainnya seperti hay, silase, dan limbah tanaman

(Cheeke, 1999). Berdasarkan golongannya, tanaman hijauan pakan dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu: rumput-rumputan (gramineae) dan

kacang-kacangan (leguminoseae). Umumnya, jenis legum memiliki kadar protein

dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis rumput (Mc.Donald

dkk., 2002).

Hijauan pakan memiliki peranan penting terhadap pengembangan usaha

ternak ruminansia. Salah satu faktor yang dapat mendorong peningkatan produksi

dan produktivitas ternak ruminansia di Indonesia adalah ketersediaan hijauan

pakan yang cukup dan berkualitas baik (Amar, 2002). Rumput pakan mempunyai

sifat mudah tumbuh di mana-mana, sehingga mudah didapatkan dalam jumlah

yang banyak, serta dapat diawetkan dan disimpan untuk waktu yang lama.

Menurut cara tumbuhnya, rumput dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu:

rumput liar (rumput alami), dan rumput budidaya. Rumput liar dapat tumbuh di

mana-mana tanpa ada campur tangan manusia, sedangkan rumput budidaya


merupakan rumput yang sengaja ditanam oleh manusia (Soegiri dan Darmayanti,

1982).

Hijauan pakan memiliki kelebihan dibanding pakan penguat lainnya

seperti konsentrat, yakni selain biaya produksinya lebih ekonomis juga mudah

didapatkan dimana-mana. Ketersediaan hijauan pakan ruminansia untuk suatu

sistem produksi yang intensif sangat bergantung dari kemampuan petani

mengambil/mengumpulkan hijauan dari berbagai tempat (Mathius, 1992). Pada

sistem ini, kualitas dan kuantitas hijauan pakan sangat bervariasi. Untuk

mendapatkan produksi ternak yang berkelanjutan perlu budidaya tanaman hijauan

makanan ternak yang berkualitas baik sehingga penyediaannya cukup setiap saat

(Mathius, 1992).

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performa Tanaman Hijauan Pakan

Performa tanaman hijauan pakan adalah hasil ekspresi/penampilan dari

potensi genetik baik dari secara fisik tanaman dan mutunya. Performa tanaman

pakan dapat diukur melalui produksi bahan kering dan kualitas nutrisi yang

terkandung di dalam hijauannya (Minson, 1990). Faktor-faktor yang

mempengaruhi performa tanaman hijauan pakan dibahas dalam dua kelompok

yaitu: faktor internal (dalam), dan faktor eksternal (luar).

2.2.3. Faktor internal (dalam)

1. Genetik

Genetik tanaman merupakan salah satu penentu tinggi rendahnya produksi

dan kualitas hijauan pakan. Salah satu faktor genetik yang berpengaruh terhadap
mutu hijauan pakan yaitu spesies.Tanaman pakan memiliki spesies yang sangat

bervariasi, sehingga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produksi

hijauan pakan. Rumput Panicum sarmentosum, sebagai contoh, memiliki

kekerabatan yang sama dengan rumput Panicum maximum tetapi spesiesnya

berbeda sehingga produksi dan kualitasnya juga berbeda. Produksi bahan kering

rumput Panicum sarmentosum lebih tinggi dibanding produksi bahan kering

rumput Panicum maximum (Tarsono dkk., 2009a). Penelitian Mura (2013) yang

membandingkan dua jenis rumput tersebut pada kondisi lingkungan dan tingkat

curah hujan yang sama, menunjukkan bahwa produksi bahan kering rumput

Panicum sarmentosum lebih tinggi dibanding produksi bahan kering Panicum

maximum. Spesies tidak hanya memberikan pengaruh pada produksi bahan kering

tetapi dapat berpengaruh juga terhadap aspek kualitas mutunya. Kandungan

protein kasar rumput Panicum maximum lebih tinggi dibanding rumput Panicum

sarmentosum (Mura, 2013). Produksi bahan kering dan kandungan protein kasar

rumput Panicum maximum dengan rumput Panicum sarmentosum di sajikan pada

Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rataan produksi bahan kering dan kandungan protein kasar hijauan dua
jenis rumput Panicum umur 28, 35, dan 42 hari.

Produksi dan Protein Kasar (PK) % Panicum


Jenis Panicum
Produksi BK/ton/ha PK daun % PK batang %
Panicum maximum 1,93 4,92 3,61
Panicum sarmentosum 2,59 4,51 3,42
Sumber: Mura (2013)
2. Umur tanaman

Umur tanaman juga sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas

hijauan. Umur tanaman dari perbedaan species tidak semua sama sehingga

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dalam penentu pertumbuhan pada

tanaman. Hasil penelitian Rismunandar (1986) menunjukkan bahwa, umur

pemotongan terbaik rumput gajah pada pemotongan pertama terdapat pada umur

50-60 hari. Penelitian Mura (2013) memberikan hasil terbaik pada umur

pemotongan 4-5 minggu bagi rumput Panicum sarmentosum dan Panicum

maximum.

Umur tanaman juga merupakan salah satu faktor internal yang sangat

berpengaruh terhadap produksi dan kualitas hijauan pakan. Tanaman hijauan

pakan pada umur berbeda, memiliki produksi dan kualitas juga berbeda. Umur

tanaman yang masih mudah memiliki produksi bahan kering lebih rendah

dibanding tanaman yang sudah tua, kandungan protein terus menurun seiring

pertambahan umur tanaman (Mansyur dkk., 2005). Semakin tua umur tanaman,

kandungan serat kasar terus meningkat mengikuti pertambahan umur (Tillman

dkk., 1998). Salah satu contoh; rumput Panicum sarmentosum vs Panicum

maximum yang dipotong pada umur 28, 35, dan 42 hari memiliki produksi dan

kandungan protein kasar seperti yang disajikan pada Tabel 2 berikut.


Tabel 2. Produksi bahan kering (BK) dan kandungan protein kasar (PK) rumput
Panicum yang dipotong pada umur 28, 35, 42 hari.

Panicum sarmentosum Panicum maximum


Umur Produksi PK % PK % Produksi PK % PK%
BK Daun Batang BK Daun batang
28 hari 2,27 4,67 3,87 1,36 4,59 3,32
35 hari 2,33 4,59 3,13 2,15 5,27 3,96
42 hari 3,16 4,27 3,26 2,27 4,91 3,54
Sumber : Mura (2013)

Selain pada rumput, umur pemotongan pada legum juga menunjukkan

produksi dan kualitas berbeda-beda. Gamal yang dipotong pada umur yang

berbeda juga memiliki produksi dan kandungan protein dan serat kasar berbeda

seperti yang disajikan pada Tabel 3 di bawah.

Tabel 3. Produksi segar (kg), kandungan protein dan serat kasar hijauan gamal
(Gliricidia sepium) pada umur 60, 80, 100, 120 hari.

Perlakuan
Produksi, PK, dan SK
Umur 60 Umur 80 Umur 100 Umur 120
Daun (kg) 4,06 5,61 5,78 6,76
Ranting (kg) 1,34 2,04 2,32 2,52
Total produksi (kg) 5,6 7,72 8,21 9,3
Protein kasar % 25,98 25,08 24,42 24,28
Serat kasar % 14,46 17,06 16,79 17,18
Sumber: Safitri dkk., (2012)

Umur tanaman semakin lama dapat mengakibatkan tingginya produksi

bahan kering, sehingga serat kasar juga akan terus meningkat, namun; bila dilihat

dari umur pemotongan ternyata semakin lama umur tanaman semakin tinggi

produksi bahan kering hijauan pakan yang dihasilkan tetapi kualitasnya akan

semakin menurun apabila tanaman sudah tua (Rismunandar, 1986; Mura, 2013).
Umur pemotongan terbaik bagi tanaman rumput terdapat pada umur 7-9

minggu (Rismunandar, 1986), atau pada masa tanaman telah dewasa tetapi belum

menjelang berbunga (stage of maturity); hal ini dikarenakan bahan kering yang

digunakan sebagai tolok ukur produksi sudah optimal, serat kasar yang digunakan

sebagai pembatas kualitas belum tinggi, sementara protein kasar yang digunakan

sebagai penentu kualitas, belum turun (Utomo, 2012).

2.2.4. Faktor eksternal (Lingkungan)

Lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal (luar) dalam

menentukan pengembangan tanaman hijauan pakan. Ada 2 faktor yang berperan

terhadap lingkungan yang perlu diperhatikan untuk pengembangan hijauan pakan

yaitu; iklim dan tanah. Dua faktor ini diuraikan sebagai berikut.

1. Iklim

Indonesia termasuk wilayah iklim tropis. Iklim tropis adalah suatu

temperatur yang memiliki suhu maksimum dan minimum dengan jarak yang

sangat berdekatan. Wilayah tropis umumnya mengalami dua musim setiap tahun,

yaitu: musim hujan dan musim kering (Amar, 2003). Tanaman yang biasa tumbuh

di wilayah beriklim sub-tropis belum tentu dapat tumbuh dengan baik di wilayah

beriklim tropis. Komponen iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap hasil

dan mutu hijauan pakan di Indonesia yaitu: curah hujan, temperatur/suhu udara,

intensitas sinar matahari, dan kelembaban udara (Prawiradiputra dkk., 2006; dan

Amar, 2012).
a. Curah hujan

Salah satu komponen iklim yang berpengaruh terhadap produksi dan mutu

hijauan pakan di Indonesia yaitu intensitas curah hujan. Curah hujan merupakan

salah satu faktor penting bagi pertumbuhan tanaman untuk menentukan kualitas

hijauan di daerah tropik (Chrowder dan Chedda, 1982). Lembah Palu di Sulawesi

Tengah merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki curah hujan yang

sangat rendah, curah hujan tahunan berkisar 580-800 mm selama periode 1999-

2003 di dalam tahun tersebut hanya memiliki distribusi bulan basah 1-3 bulan

dengan nilai 104-268 mm (Amar, 2003). Data curah hujan diperlukan sebagai

indikator ketersediaan air bagi tanaman. Produksi hijauan pakan di daerah yang

memiliki tingkat curah hujan yang tinggi, lebih besar dibanding daerah dengan

tingkat curah hujannya rendah (Hasan, 2012). Hal ini disebabkan pada musim

hujan pertumbuhan hijauan lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pada

musim kemarau. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang tumbuh di daerah

beriklim basah memiliki produksi yang lebih tinggi dibanding dengan rumput

gajah yang hidup di wilayah beriklim kering. Rumput gajah yang tumbuh di

wilayah subur dan beriklim basah mampu memproduksi hijauan segar mencapai

500 ton/ha/tahun (Prawiradiputra dkk., 2012); namun penelitian di lahan kering

beriklim kering atau di wilayah dengan musim kemarau yang relatif panjang,

rumput ini memberikan hasil jauh lebih rendah, yaitu sekitar 48 ton Bk/ha/tahun

(Supriadi dkk., 1992).

Rendahnya curah hujan di daerah tropik kering dapat mengakibatkan

pertumbuhan tanaman hijauan pakan relatif lebih cepat menua (Crowder dan
Chedda, 1982). Akibatnya peternak kekurangan pasokan rumput untuk memenuhi

kebutuhan ternaknya. Musim kemarau dimana curah hujan rendah, pertumbuhan

rumput lebih lambat, sehingga produksi rendah dan rumput lebih lambat dipanen.

Pada musim hujan, tanaman memperoleh cukup air untuk tumbuh dan

berkembang. Oleh sebab itu, air merupakan kebutuhan utama bagi pertumbuhan

tanaman untuk membantu proses mikroorganisme di dalam tanah. Menurut

Setyati (1991), tanah yang memiliki keterbatasan air dapat mempengaruhi proses

fotosintesis pada tanaman. Air dapat berfungsi untuk proses fotosintesis yang

melarutkan zat-zat hara di dalam tanah diangkut ke daun. Jika ketersediaan air

terpenuhi maka proses metabolisme tanah dapat berlangsung sehingga produksi

tanaman semakin tinggi. Pada musim hujan, tanaman hijauan pakan mendapatkan

kecukupan air untuk proses metabolisme sehingga menghasilkan pertumbuhan

tanaman yang lebih baik. Menurut Harjowigeno (2003), tanaman membutuhkan

air dari dalam tanah dan CO2 untuk membentuk karbohidrat dalam proses

fotosintesis. Kekurangan air di dalam tanah dapat berakibat pada kelembaban

tanah, sehingga akan menghambat laju fotosintesis untuk pertumbuhan tanaman,

menyebabkan pembukaan stomata berkurang, serta kehilanagn air dalam daun

(Goldsworthy dan Fisher, 1996).

b. Suhu udara

Suhu udara merupakan salah satu komponen iklim yang sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Suhu udara diukur sebagai intensitas

panas. Kisaran suhu untuk pertumbuhan tanaman adalah 15-400C (Goldworthy

dan Fisher, 1996). Suhu untuk pertumbuhan tanaman di daerah tropis berkisar
antara 5-300C (Humphreys, 1981). Di luar kisaran suhu ini pertumbuhan tanaman

sangat cepat menurun. Suhu minimum bagi rumput dan legum di daerah tropik

relatif tinggi, sehingga tidak tahan cuaca dingin mendekati 00C (Amar, 2012).

Suhu berpengaruh secara langsung pada fotosintesis, respirasi, permeabilitas

dinding sel, absorpsi air dan hara, transpirasi, aktivita enzim dan koagulasi protein

(Purbajanti, 2013).

Laju pertumbuhan tanaman diekspresikan dengan laju pertambahan bahan

kering yang merupakan fungsi dari fotosintesis. Pertambahan luas daun rumput

berhubungan dengan laju pertambahan produksi, sedangkan legum berhubungan

dengan pertumbuhan tajuk dan laju munculnya daun baru. Suhu optimum untuk

pertumbuhan tanaman sekitar 310C dengan suhu minimum 5-80C dan maksimum

500C (Purbajanti, 2013).

c. Intensitas sinar matahari

Sinar matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman karena adanya

sinar matahari tanaman dapat melakukan proses fotosintesis. Tjahjono (2008)

menyatakan bahwa cahaya yang cukup diperlukan untuk meningkatkan aktivitas

fotosintesis yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang ada di dalam

jaringan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Apabila tingkat aktivitas

fotosintesis tidak cukup untuk memenuhi kecepatan pertumbuhan yang diperlukan

maka terjadi penurunan kualitas tanaman (Mulyaningsih, 2010). Panjang

gelombang (spektrum) cahaya matahari yang dimanfaatkan tanaman dalam proses

fotosintesis berada di antara 380-710 nm (Larcher, 1995). Kisaran panjang

gelombang inilah yang menentukan kualitas cahaya bagi tanaman. Pemenuhan


kebutuhan cahaya bagi tanaman di tentukan oleh kualitas cahaya, dan lama

penyinaran (Amar, 2012).

d. Kelembaban udara

Kelembaban udara merupakan salah satu komponen iklim. Kelembaban

udara biasanya tinggi dan merata di wilayah tropik basah. Di wilayah basah,

kelembaban relatif sangat tinggi, bisa mendekati 100% di waktu pagi, dan relatif

konstan sepanjang tahun (Amar, 2003). Kelembaban udara sangat rendah di

wilayah tropik kering dan berubah-ubah mengikuti musim. Kelembaban udara

yang tinggi sangat mendukung perkembangan jamur sehingga berakibat sebagai

penyakit tanaman dan menunda pembentukan biji dan menghambat produksi biji

tanaman yang bermutu tinggi (Amar, 2012).

Di wilayah tropik basah, kelembaban udara sangat tinggi, sehingga

perkembangan biji seringkali tidak sempurna pada jenis legum. Contohnya:

Neonotonia wightii, Macroptilium atropurpureum (siratro), Centrosema

pubescens (centro) dapat menghasilkan banyak buah polong dalam hamparan

tanaman yang lebat, tetapi buah tersebut tetap hijau sampai memasuki atau

melewati musim kering (Amar, 2012). Umumnya, buah tanaman tersebut terlalu

basah pada pagi hari, tetapi mengering pada siang dan sore hari. Kondisi tersebut

sering mengakibatkan biji pada tanaman tidak berkembang secara sempurna,

sehingga produksi dan kualitas hijauan rendah (Amar, 2012).


2. Tanah

Tanah merupakan salah satu dari bagian faktor lingkungan yang

mempunyai hubungan dengan tanaman yang tumbuh di atasnya. Tanah produktif

dapat menyediakan lingkungan dengan baik berupa udara, air dan unsur hara yang

terkandung di dalamnya yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang

(Mulyaningsih, 2010). Sebaliknya, tanah kurang produktif, seperti pada lahan-

lahan marginal tidak mampu menyediakan lingkungan yang baik bagi

pertumbuhan tanaman, dan memiliki kandungan unsur hara yang rendah.

Ada 16 unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk menopang

pertumbuhan normalnya yang diperoleh dari udara, air, tanah dan garam-garam

mineral atau bahan organik. Menurut Hasan (2012) unsur yang diperoleh dari

udara ada 3 jenis, yaitu unsur; Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O),

sedangkan 13 unsur lainnya, yaitu; Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium

(Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga

(Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan Klorin (Cl). Ada 6 unsur hara tanah yang

sangat berperan penting untuk pertumbuhan tanaman seperti N, P, K, S, Ca, dan

Mg (Hasan, 2012). Namun dari enam unsur ini ada tiga unsur yang mutlak harus

ada bagi tanaman yaitu N, P, dan K (Lawani, 1993). Ketiga unsur ini sangat

penting untuk meningkatkan pertumbuhan utamanya pada bagian daun, batang,

pembentukan biji, dan sistem perakaran tanaman.


2.3. Tata Laksana Pengelolaan Tanaman

Produksi hijauan pakan yang baik sangat ditentukan oleh pengelolaannya

secara teratur dan baik. Oleh karena itu, peternak harus lebih memperhatikan cara

pengelolaan hijauan pakan, baik dari aspek mutunya maupun aspek

menajemennya. Dalam hal ini, untuk meningkatkan pasokan hijauan yang

bekualitas secara kontinu sepanjang tahun, maka budidaya dan pengembangan

tanaman hijauan makanan ternak dengan baik sangat diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan ternak khususnya ruminansia (Purwantari dkk., 2012).

2.3.1 Pemupukan

Pemupukan sangat penting untuk dilakukan pada tanaman agar dapat

meningkatkan produksi maupun mutunya. Pemupukan adalah usaha pemberian

pupuk yang bertujuan untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman agar dapat meningkatkan produksi dan mutu hijauan

pakan yang diperoleh (Sarief, 1989). Pemupukan juga sangat penting untuk

memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan tambahan

unsur hara pada tanah yang kurang produktif. Pemupukan berupa pupuk kandang

adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah, dengan tujuan untuk

memperbaiki tanah yang kekurangan unsur hara dan meningkatkan produktivitas

tanaman (Sutedjo, 2002). Pupuk dibedakan dalam dua jenis: pupuk alam dan

pupuk buatan. Pupuk alam terbuat secara alamiah dan tidak ada campur tangan

manusia untuk mengatur kandungan unsur hara yang ada di dalamnya sementara
pupuk buatan sengaja dibuat oleh manusia melalui pabrik dan sudah diatur dosis

yang terkandung di dalamnya (Hardjowigeno, 2003).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha pemupukan adalah

tanaman yang akan dipupuk, jenis tanaman, jenis pupuk, dosis, waktu pemupukan

yang tepat agar sebagian besar pupuk yang diberikan dapat diserap akar tanaman

Hardjowigeno (2003). Dosis pupuk yang digunakan perlu disesuaikan dengan

analisa tanah pada lahan yang digunakan sehingga dicapai pengaruh yang efektif

dan ekonomis.

2.3.2 Pemotongan (Defoliasi)

Pemotongan/defoliasi adalah pengambilan sebagian atau seluruh bagian

tanaman yang berada di atas permukaan tanah (Bogdan, 1997). Pemotongan

dilakukan dengan cara menggunakan mesin pemotong atau alat bantu pemotong

lainnya. Pemotongan dilakukan pada saat umur tanaman sudah siap panen. Karena

apabila tanaman dipotong pada umur yang masih muda, cadangan karbohidrat

yang ada di dalamnya masih sangat sedikit, sehingga berpengaruh terhadap

pertumbuhan kembali (regrowth) tanaman yang tidak optimal disamping

menurunkan kualitas, dan juga menurunkan ketegaran tanaman (Syafira, 1996).

Selain itu, pemotongan juga berpengaruh terhadap produksi dan kualitas tanaman

hijauan pakan (Chrowder dan Chheda, 1982). Tanaman yang mengalami

pemotongan akan kehilangan sebagian ataupun seluruh bagian jaringan yang aktif

melakukan fotosintesis. Setelah pemotongan, karbohidrat yang terdapat pada

bagian tanaman yang tersisa akan dirombak untuk kebutuhan energi bagi
pertumbuhan tunas-tunas baru. Penggunaan cadangan karbohidrat ini akan

menurun seiring terbentuknya daun-daun baru (Harjadi, 1983).

Pada umumnya, umur pemotongan yang semakin lama menyebabkan

peningkatan produksi bahan kering, menurunkan rasio daun dan batang, dan

persentase protein kasar. Pemotongan tanaman pada umur yang terlalu singkat,

terutama pada fase awal pertumbuhan tanaman, dapat menurunkan produksi

bahan kering hijauan, ketegaran tanaman, serta melemahan akar (Mc.Ilroy, 1976).

Selain itu, pemotongan tanaman pada umur yang terlalu singkat juga dapat

berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, dan produksi bahan kering

pada saat pemotongan berikutnya. Hasil penelitian Tarsono dkk. (2009a)

menunjukkan bahwa umur pemotongan 45 hari memberikan hasil yang berbeda

seperti tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan produksi bahan kering
rumput yang diteliti pada interval defoliasi 45 hari.

Perlakuan
Parameter yang
Rumput sendiri Campuran rumput-Legum
dibandingkan
P. sarmentosum P. maximum P. sarmentosum P. maximum
1. Tinggi tanaman (cm)
Pemotongan I 193,09 195,68 174,55 176,43
Pemotongan II 192,69 192,88 165,00 191,73
Pemotongan III 183,75 192,85 157,63 183,17
2. Jumlah anakan
Pemotongan I 12,39 8,09 13,79 8,25
Pemotongan II 23,00 11,80 21,90 11,83
Pemotongan III 28,59 16,12 29,59 14,90
3. Produksi BK (kg/ha)
Pemotongan I 1177,5 914,66 1025,9 865,91
Pemotongan II 1432,8 1112,2 1212,0 1108,8
Sumber : Tarsono dkk. (2009a, 2009b)
2.4 Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing

Kotoran kambing adalah salah satu bahan organik yang memiliki

kandungan hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan meningkatkan

pertumbuhan pada tanaman. Selain dapat menambah ketersediaan unsur hara,

pupuk kandang ini juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta

mampu memperbaiki struktur tanah yang kurang produktif (Sutanto, 2002b;

Mayadewi, 2007). Pupuk ini juga sangat bermanfaat untuk menjaga kesuburan

tanah, mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah, mendorong

kehidupan jasad renik, sebagai sumber unsur mikro yang dibutuhkan tanaman

sehingga ketersediaan unsur hara di dalam tanah menjadi lebih baik

(Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005). Pupuk kandang kambing merupakan hasil

samping yang sangat penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan atau

ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah

(Sarief 1989). Komposisi pupuk kandang sangat bervariasi tergantung dari jenis,

umur ternak, dan makanan yang dikonsumsi (Sutedjo, 2002).

Pupuk kandang lebih mudah didapatkan, ramah lingkungan, dan tidak

membahayakan atau keracunan pada tanaman. Rosmarkam dan Yuwono (2002)

menyatakan bahwa, Pupuk kandang (pupuk alami) adalah pupuk yang

mengandung lebih dari satu macam unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P),

kalium (K), calsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Kelebihan pupuk

kandang dibandingkan dengan pupuk buatan adalah melepaskan unsur hara secara

terus menerus sehingga tanaman lebih lama memanfaatkan unsur hara yang

terkandung di dalamnya (Damayanti, 2006). Pupuk kandang dapat berfungsi


sebagai sumber unsur nitrogen (N) amonium, meningkatkan gerak ketersediaan

unsur fosfor (P), meningkatkan kelembaban tanah, memperbaiki struktur dengan

peningkatan kegemburan tanah (Sutedjo, 2002).

2.5 Respon Pertumbuhan Tanaman Pada Pemberian Pupuk Kandang

Pupuk kandang dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap

pertumbuhan tanaman (Sebayan dkk., 2004). Penelitian Suswati (2012), rumput

Panicum maximum menunjukkan respon yang lebih baik terhadap pemberian

pupuk kandang (dosis 20 ton-1) dibanding dengan pemberian pupuk urea (dosis

150 kg-1) dan fosfor (dosis 160 kg-1). Produksi rumput mulato (Brachiaria mulato)

yang diberi pupuk kandang level 15 ton ha-1 dan level 30 ton ha-1 dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman, seperti jumlah anakan dan produksi bahan

kering hijauan (Marsetyo dkk., 2010). Jumlah anakan rumput Brachiaria mulato

yang diberi perlakuan pupuk kandang 15 ton ha-1 pada umur 9 minggu

(46,00/rumpun) meningkat pada umur 9 minggu yang diberi perlakuan pupuk

kandang 30 ton ha-1 (62,83/rumpun). sementara produksi bahan kering pada

perlakuan pupuk kandang pada level 15 ton ha-1 menunjukkan bahwa, umur 7

minggu 5,76 ton ha-1 terus meningkat pada masing-masing umur 9 minggu 8,52

ton ha-1 dan umur 11 minggu 9,53 ton ha-1 (Marsetyo dkk., 2010). Penelitian lain

juga menunjukkan bahwa terdapat interaksi pupuk kandang ayam broiler pada

level 1, 2, dan 3 ton/ha dengan umur pemotongan yang berbeda 30, 40,dan 60 hari

terhadap jumlah anakan rumput raja 66,73/rumpun (Silalahi, 2001). Sutedjo

(2002) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara N, P, dan K feses kambing

dalam tanah disamping unsur calsium, magnesium, dan sulfur dapat


meningkatkan kadar protein kasar. Disamping itu umur pemotongan

mempengaruhi kadar protein kasar tanaman, semakin tua umur pemotongan maka

kandungan protein semakin menurun.

2.6. Rumput Panicum sarmentosum Roxb.

Sistematika rumput Panicum sarmentosum Roxb. adalah sebagai berikut

(Anonim 2012).

Phyllum : Spermatophyta;
Sub Phyllum : Angiospermae;
Classis : Monocotyledoneae;
Ordo : Glumiflora;
Familia : Gramineae;
Sub familia : Panicoideae;
Genus : Panicum,
Spesies : sarmentosum.
Nama botani : Panicum sarmentosum Roxb.

Rumput Panicum sarmentosum Roxb. merupakan salah satu jenis tanaman

yang mampu beradaptasi pada lahan kering (Amar 2003). Secara morfologi

rumput ini memiliki bulu-bulu putih pada pangkal tanaman yang lebih lembut

dibandingkan dengan bulu-bulu yang terdapat pada rumput Panicum maximum.

Tiga rumpun pangkal tanaman (± 25-40 cm) sisa renggutan ternak dari rumput ini

ditemukan tahun 1999 pada lahan kering di Kelurahan Tondo, Lembah Palu-

Sulawesi Tengah dalam komunitas tumbuhan semak belukar, yang berada dalam

wilayah khatulistiwa, antara 00 50’ 35,73” Lintang Selatan dan 1190 53’ 25.40”

Bujur Timur) pada ketinggian 60 m dari permukaan laut, dengan curah hujan

tahunan sekita 580-800 mm, dalam periode 1999-2003 (Amar dan Tarsono,

2003). Selanjutnya dinyatakan bahwa, tinggi tanaman tersebut dapat mencapai


1,5–2,0 m, buku-buku batang tidak berbulu, disukai ternak, serta mempunyai

kemampuan berkompetisi dan beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan kering

dan naungan dalam komunitas semak belukar (Amar dan Tarsono, 2003).

Rumput ini memiliki kekerabatan yang hampir sama dengan Panicum maximum

hanya memiliki perbedaan spesies (Tarsono dkk., 2009a). Rumput ini juga sangat

disukai ternak dan memiliki produksi bahan kering yang tinggi (Mura, 2013).

Rumput Panicum sarmentosum Roxb. merupakan jenis tanaman yang

publikasinya sebagai hijauan pakan masih sangat sedikit.

Hasil penelaahan Mura (2013) dari beberapa penelitian terungkap bahwa

ada beberapa keunggulan Panicum sarmentosum dibanding rumput tanaman

hijauan pakan lainnya yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang sama.

a. Panicum sarmentosum tumbuh lebih baik dibanding dengan Panicum

maximum, baik pada pertanaman rumput monokultur maupun pada tanaman

campuran dengan legum Desmanthus virgatus (Tarsono dkk., 2009a)

b. Penelitian yang dilakukan Mura (2013), membuktikan bahwa produksi bahan

kering rumput Panicum sarmentosum 2,59 ton/ha, jumlah anakan 38,07

anakan/rumpun, berat daun 1,78 ton/ha, jauh lebih tinggi bila dibandingkan

dengan rumput benggala (Panicum maximum) yang hanya mencapai 1,93

ton/ha bahan kering, jumlah anakan 26,07 anakan/rumpun, dan berat daun 1,25

ton/ha. Akan tetapi, berat batang 0,81 ton/ha, kandungan protein kasar daun

4,51%, dan kandungan protein kasar batang 3,42% rumput Panicum

sarmentosum tidak berbeda jauh dengan berat batang 0,67 ton/ha, kandungan
protein kasar daun 4,92%, dan kandungan protein kasar batang 3,61% rumput

Panicum maximum.

c. Panicum maximum yang dipotong pada fase sebelum dan setelah berbunga

memiliki kadar protein kasar masing-masing 6,25% dan 4,75%, dan serat kasar

masing-masing 39,3% (Tanjegau dan Amar, 2004). Rumput Panicum

sarmentosum yang dipotong sebelum fase berbunga mengandung protein kasar

lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipotong saat berbunga, sebaliknya

kandungan serat kasarnya lebih rendah pada fase sebelum berbunga (Tarsono

dan Amar, 2007). Komposisi nutrisi hijauan Panicum sarmentosum sebelum

dan setelah berbunga yang dianalisis secara proksimat berdasarkan bahan

kering disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Komposisi nutrisi hijauan Panicum sarmentosum berdasarkan bahan


kering.

Panicum sarmentosum
No Komponen Nutrisi
Sebelum berbunga (%) Berbunga (%)
1 Protein Kasar 12,80 8,45
2 Lemak 2,44 3,41
3 Serat Kasar 33,82 34,39
4 BETN 50,35 52,94
5 Abu 0,59 0,81
Sumber: Tarsono dan Amar (2007).

2.7. Hipotesis

1. Terdapat interaksi yang nyata antara pemberian pupuk kandang dengan umur

pemotongan pada rumput Panicum sarmentosum terhadap parameter yang

diteliti.

2. Pupuk kandang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

3. Umur pemotongan berpengaruh terhadap produksi dan kualitas hijauan.


III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 7 Februari - 19 Maret 2015,

di kebun hijauan milik CV. PRIMA BREED, di Kelurahan Tondo, Kecamatan

Mantikulore, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Lampiran 10). Sampel

hijauan dianalisis sesudah penelitian lapangan di Laboratorium Nutrisi dan

Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan dan Perikanan. Sampel

tanah dianalisis sebelum penelitian lapangan di Laboratorium Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, di Tondo, Palu.

3.2. Materi Penelitian

Tanaman yang diteliti adalah rumput Panicum sarmentosum yang tumbuh

dan dipelihara di kebun hijauan milik CV. PRIMA BREED. Rumput Panicum

sarmentosum tersebut telah ditanam pada bulan Maret 2014, dan sudah

mengalami 6 kali pemotongan. Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pupuk kandang dari kotoran kambing. Peralatan yang digunakan dalam

penelitian di lapangan meliputi: gunting, parang, sekop, meteran, kantong plastik

sampel, sabit, cangkul, tali, kayu sebagai patok, dan timbangan digital Merk

Camri dengan tingkat ketelitian 1 g.


3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan lahan dan pembuatan petak percobaan

Lahan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini seluas 1472 m2,

disiapkan terlebih dahulu dengan cara membersihkan gulma dan tanaman lain

(selain rumput Panicum sarmentosum) yang tumbuh di dalam petak percobaan.

Petak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 (petak), masing-masing

berukuran (5x5) m2, jarak antar petak adalah 4 m. Jarak tanam rumput Panicum

sarmentosum pada masing-masing petak perlakuan adalah 50 cm di dalam baris,

dan 80 cm antar baris tanaman.

3.3.2 Perlakuan pemupukan

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kotoran kambing

dengan dosis 30 ton bahan kering/ha, masing-masing petak percobaan terdapat

150 kg bahan segar/petak atau setara dengan 75 kg BK/petak (banyak pupuk/luas

1 ha x luas per petak). Aplikasi pupuk kandang dilakukan 2 minggu sebelum

dilakukan pemotongan penyeragaman (trimming), dengan cara pupuk sesuai dosis

ditaburkan secara merata di atas permukaan tanah di dalam masing-masing petak.

3.3.3 Perlakuan umur pemotongan

Umur pemotongan tanaman hijauan P. sarmentosum tersebut disesuaikan

dengan perlakuan yang diteliti yaitu; 30, 35 dan 40 hari. Pemotongan tanaman

dilakukan pada pangkal rumpun, rata dengan permukaan tanah.


3.3.4 Pengambilan sampel

Pemotongan untuk pengambilan sampel dilakukan sesuai perlakuan umur

pemotongan (30 hari, 35 hari dan 40 hari). Sampel diambil dari tanaman yang

berada pada baris yang terdapat di bagian tengah petak. Pengambilan sampel

hijauan dilakukan dengan cara memangkas tanaman sebanyak 18 rumpun (≥25%)

pada bagian tengah petakan, yang terletak di baris ke-3 dari sisi kiri dan kanan

pada rumpun ke-3 dari masing-masing ujung baris tanaman (Gambar. 1). Sampel

yang diambil terlebih dahulu ditimbang untuk mendapatkan produksi segar

(sampel hijauan segar). Hasil penimbangan sampel segar (18 rumpun) tersebut

diambil sebanyak 4 rumpun untuk dikeringkan dengan oven pada suhu 70oC

selama 48 jam sehingga mencapai berat konstan sebagai berat kering hijauan.

Data yang diperoleh selanjutnya dikonversi ke satuan ton berat kering per hektar

(ton BK. ha-1).

Posisi rumpun sampel

Gambar 1. Ilustrasi posisi pengambilan sampel pada petak percobaan


3.4. Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 faktor, yaitu: pemupukan dan umur pemotongan (2x3).

Faktor pemupukan, terdiri 2 perlakuan yaitu:

 Kontrol tanpa pemberian pupuk (P0)

 Pemberian pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 (P30)

Faktor umur pemotongan, terdiri 3 perlakuan yaitu:

 Umur 30 hari (U30)

 Umur 35 hari (U35)

 Umur 40 hari (U40)

Dua faktor tersebut menghasilkan enam kombinasi perlakuan, masing-

masing diulang sebanyak empat kali, sehingga diperoleh 24 petak pengamatan.

Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan pola

faktorial. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan model matematik yang

mengikuti petunjuk Steel dan Torrie (1993) sebagai berikut.

Yijk= µ + γk +αi + βj + (α.β)ij + εijk

Dimana: Yijk : Nilai pengamatan pengaruh perlakuan faktor A ke-i,

perlakuan B ke-j dan kelompok ke-k

µ : Rataan umum

γk : Pengaruh kelompok ke-k (k=1,2,3 dan 4)

αi : Pengaruh perlakuan faktor A ke-i (i= P0 dan PK30)

βj : Pengaruh perlakuan faktor B ke-j (j=U30, U35 dan U40)

(α.β)ij : Interaksi faktor A ke-i dengan faktor B ke-j

εijk : Galat faktor A ke-i, faktor B ke-j, dan kelompok ke-k


3.5. Peubah yang Diamati dan Pengukurannya
3.5.1 Jumlah anakan

Anakan rumput Panicum sarmentosum yang dihitung adalah anakan yang

muncul dari dalam tanah (subteranian tillers), bukan yang tumbuh ke samping

pada buku-buku batang di atas permukaan tanah (aereal tillers). Tanaman baru

tumbuh dihitung sebagai anakan jika sudah membentuk pelepah dan helaian daun

yang terbuka. Jumlah anakan dihitung pada saat panen berdasarkan masing-

masing perlakuan umur pemotongan (30, 35, dan 40 hari).

3.5.2 Produksi bahan kering daun

Pemisahan daun dan batang dilakukan secara manual, yaitu dengan cara

memisahkan semua helaian dan pelepah daun dari batangnya hingga pangkal

rangkaian bunga. Bagian tanaman yang terlepas dari batangnya merupakan bagian

daun, sementara bagian tanaman yang tertinggal merupakan bagian batang

termasuk pelepah daun dan susunan bunga yang ada di tangkai (Smart dkk.,

2004). Produksi bahan kering daun diperoleh dari hasil penimbangan fraksi daun

tanaman sampel yang telah dipisahkan dari batangnya kemudian diovenkan pada

suhu 700C selama 48 jam sehingga diperoleh berat konstan bahan kering daun.

Data yang diperoleh selanjutnya dikonversi ke satuan ton berat kering per hektar

(ton BK.ha-1).

3.5.3 Produksi bahan kering batang

Produksi bahan kering batang diperoleh dari hasil menimbang fraksi

batang tanaman yang telah dipisahkan dari daunnya kemudian diovenkan pada
suhu 700C selama 48 jam. Data yang diperoleh selanjutnya dikonversi ke dalam

produksi batang ke satuan ton berat kering per hektar (ton BK.ha-1).

3.5.4 Produksi total bahan kering

Total produksi bahan kering diperoleh dari hasil penjumlahan produksi

bahan kering daun dan bahan kering batang. Hasil yang didapatkan dikonversi ke

dalam satuan ton berat kering per hektar (ton BK.ha-1).

3.5.5 Rasio daun dan batang

Rasio daun dan batang hijauan adalah hasil bagi produksi bahan kering

daun dengan produksi bahan kering batang masing-masing sampel rumput dari

petak percobaan.

3.5.6 Kandungan protein kasar dan serat kasar hijauan

Kandungan protein kasar sampel diperoleh melalui analisis Kjeldahl yang

dimodifikasi (Zaklouta dkk., 2011), dan kandungan serat kasar diperoleh dengan

analisis menggunakan metode Association of Official Analytical Chemists

(AOAC, 1999). Kedua analisis kandungan nutrien sampel dilakukan di

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas

Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako.


3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA) menggunakan

program statisticx (SX). Variabel yang secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan

diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil/BNT (Least Significancy

Difference/LSD) pada tingkat P=0.05 (nyata) dan P=0,01 (sangat nyata).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jumlah Anakan

Jumlah anakan merupakan salah satu variabel pertumbuhan tanaman

rumput. Jumlah anakan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi hijauan

yang dihasilkan sehingga perannya sangat penting dalam pengukuran

pertumbuhan hijauan pakan (Hendarto dan Soedarjo, 2003).

Analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan tidak ada interaksi yang nyata

(P>0,05) antara faktor pemupukan dan umur pemotongan tehadap jumlah anakan

rumput Panicum sarmentosum. Oleh karena itu, perlakuan pemupukan dan

perlakuan umur pemotongan dibahas secara mandiri. Perlakuan pupuk kandang

berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap jumlah anakan rumput Panicum

sarmentosum. Rataan jumlah anakan rumput Panicum sarmentosum mendapatkan

perlakuan pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan jumlah anakan per rumpun tanaman Panicum sarmentosum yang
diberi perlakuan pemupukan.

Perlakuan Jumlah anakan/rumpun


Tanpa pupuk (P0) 72,23a
Pupuk 30 ton-1 (P30) 75,18a
Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh
tidak nyata (P>0,05)

Rataan jumlah anakan rumput Panicum sarmentosum yang diberi pupuk

kandang (75,18 anakan/rumpun) hampir seragam dengan yang tidak diberi pupuk

(72,23 anakan/rumpun). Hal ini kemungkinan disebabkan karena rumput tersebut

telah mengalami beberapa kali panen sehingga peningkatan jumlah anakan sudah
berada pada batas maximumnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Silalahi

(2001) dimana aplikasi pupuk kandang pada level 10, 20 dan 30 ton/ha

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan rumput raja.

Kemungkinan lain adalah rumput tersebut telah mengalami beberapa kali panen

sehingga peningkatan jumlah anakan sudah maximum dan tidak dipengaruhi lagi

oleh perlakuan.

Unsur hara pada pupuk kandang tersebut, diduga dimanfaatkan rumput P.

sarmentosum untuk tumbuh dalam pembentukan batang dan memperbanyak daun.

Anwar dan Bambang (2000) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat

mengakibatkan tanaman rumput semakin rimbun, menghijau dan tumbuh tegar.

Oleh karena itu, rimbunnya tanaman yang memiliki daun yang banyak dapat

mengganggu penyinaran matahari sehingga dapat mempengaruhi proses

perkembangan anakan yang ada di dalam tanah dengan jumlah yang lebih

banyak. Seperti yang dinyatakan Humpreys (1981) bahwa sinar matahari

diperlukan untuk proses fotosintesis pada tanaman. Holmes (1980) menyatakan

bahwa, intensitas cahaya sangat mempengaruhi pemenuhan hasil asimilasi

tanaman, sehingga berpengaruh terhadap pembentukan anakan. Pada umumnya,

pupuk kandang memiliki unsur hara yang lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan

tanaman khususnya pada fase vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah anakan dan

produksi daun (Sutanto, 2002a). Akan tetapi, unsur hara yang ada di dalamnya

dilepas secara lambat, sehingga tanaman membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk menyerap unsur hara pupuk tersebut, agar dapat meningkatkan jumlah

anakan (Sutanto, 2002b).


Hasil analisis ragam (Lampiran 7 ) menunjukkan bahwa umur pemotongan

juga berpengaruh tidak nyata (P>0,05) tehadap jumlah anakan rumput P.

sarmentosum. Nilai rataan jumlah anakan pada masing-masing umur pemotongan

ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Jumlah anakan per rumpun tanaman Panicum sarmentosum yang
diberi perlakuan umur pemotongan.

Perlakuan Jumlah anakan/rumpun


Umur 30 hari 71,38a
Umur 35 hari 76,96a
Umur 40 hari 72,78a
Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh
tidak nyata (P>0,05)

Nilai rataan dari masing-masing umur pemotongan terhadap jumlah

anakan hampir semua seragam. Hal ini diduga disebabkan oleh selisih umur

pemotongan yang relatif dekat sehingga belum mampu menunjukkan pengaruh

secara nyata untuk proses perkembangan bagian vegetatif tanaman, khususnya

dalam hal memperbanyak anakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mura (2013)

umur pemotongan 4 (28 hari), 5(35 hari), dan 6 minggu(42 hari) tergolong sangat

berdekatan sehingga belum menunjukkan pengaruh secara nyata terhadap jumlah

anakan rumput Panicum sarmentosum dan Panicum maximum. Akan tetapi, hal

ini juga mungkin terjadi karena rumput tersebut telah mengalami beberapa kali

panen sehingga peningkatan jumlah anakan sudah berada pada batas

maximumnya. Penelitian Tarsono dkk. (2009a) mengungkapkan bahwa, rumput

Panicum sarmentosum dan Panicum maximum umur 45 hari pada defoliasi

pertama (12,39 dan 8,09/rumpun), terus meningkat pada masing-masing defoliasi


kedua (23,00 dan 11,80/rumpun), dan defoliasi ketiga (28,59 dan 16,12/rumpun).

Pembentukan anakan rumput Panicum sarmentosum pada penelitian ini juga

diduga bahwa, kemungkinan peningkatan jumlah anakan berada di bawah fase

vegetatif 21-28 hari sehingga umur 30, 35, dan 40 hari tidak menunjukkan

pengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

(Kusuma, 2015) menunjukkan bahwa umur pemotongan pada panen pertama

berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan rumput Brachiaria humidicola umur 2

minggu (6,73/rumpun), 4 minggu (9,31/rumpun), 6 minggu (19,82/rumpun), 8

minggu (25,5/rumpun).

4.2. Produksi Bahan Kering Rumput Panicum sarmentosum

Produksi bahan kering merupakan salah satu parameter yang sangat

penting untuk diketahui dalam menentukan tingkat performans dan produktivitas

tanaman hijauan pakan (Minson, 1990). Produksi bahan kering merupakan bagian

dari hasil pertumbuhan tanaman dan dijadikan pedoman untuk mengetahui tingkat

perkembangan tanaman. Lakitan (2004) menyatakan bahwa, berat kering lebih

banyak digunakan untuk menentukan pertumbuhan suatu tanaman karena

kandungan airnya tidak terlalu beragam.

Seperti halnya variabel jumlah anakan, analisis ragam (Lampiran 8)

menunjukkan tidak terdapat interaksi yang nyata (P>0,05) antara faktor

pemupukan dan umur pemotongan terhadap produksi bahan kering dan rasio

daun/batang rumput Panicum sarmentosum. Oleh karena itu, variabel tersebut

dibahas secara mandiri. Perlakuan pupuk kandang berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap produksi bahan kering daun, produksi total hijauan, rasio daun/batang,
dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi batang rumput

Panicum sarmentosum. Rataan produksi rumput Panicum sarmentosum

berdasarkan perlakuan pupuk kandang untuk masing-masing variabel yang

diamati dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan produksi hijauan rumput Panicum sarmentosum berdasarkan


perlakuan pemupukan.

Produksi bahan kering ton/ha


Perlakuan
Daun Batang Total produksi Rasio daun/batang
Tanpa pupuk (P0) 1,93b 0,21b 2,14b 10,21a
Pupuk 30 ton-1 (P30) 2,77a 0,41a 3,18a 7,84b
Keterangan: - angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05) dan berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk produksi batang

Produksi bahan kering daun rumput Panicum sarmentosum yang diberi

pupuk kandang 2,77 ton ha-1 lebih tinggi dibanding rumput Panicum

sarmentosum yang tidak diberi pupuk (1,93 ton ha-1). Hal ini diduga bahwa

kandungan unsur hara pada pupuk kandang, dapat dimanfaatkan dengan sempurna

untuk mempercepat proses vegetatif rumput khususnya bagian daun P.

sarmentosum sehingga mengakibatkan produksi daun lebih tinggi. Hal ini dapat

dilihat pada hasil analisis pupuk kandang (Lampiran 2), bahwa unsur haranya

tergolong sangat tinggi. Unsur nitrogen (N) diperoleh dari pupuk kandang tersebut

4,02%, unsur fosfor (P) 0,08%, unsur kalium (K) 2,43%. Pupuk kandang yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi.

Soepardi (1993) menyatakan bahwa dengan kandungan nitrogen yang tinggi pada

tanah dapat merangsang proses pertumbuhan vegetatif tanaman semakin cepat

khususnya panjang, lebar daun, dan daun menjadi hijau dan segar.
Perlakuan pupuk kandang juga berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

terhadap produksi batang rumput Panicum sarmentosum (Lampiran 8). Rataan

produksi batang rumput P. sarmentosum (0,41 ton ha-1) yang diberi pupuk, jauh

lebih tinggi dibanding produksi batang (0,21 ton ha-1) yang tidak diberi pupuk

(Tabel 8). Hal ini diduga bahwa kandungan nitrogen yang terdapat di dalam

pupuk kandang, dapat dimanfaatkan untuk merangsang proses vegetatif dalam

pembentukan batang rumput Panicum sarmentosum sehingga menyebabkan

produksi batangnya ikut meningkat. Sarief (1989) menyatakan bahwa, unsur hara

yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman yaitu unsur nitrogen (N), fosfor (P)

kalium (K), dimana unsur nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan bagian

vegetatif batang dan daun, unsur P dibutuhkan dalam perkembangan perakaran

yang baik, sedangkan unsur K berfungsi merangsang pemanjangan akar.

Pemberian pupuk kandang juga dapat menunjukkan pengaruh nyata

(P<0,05) tehadap produksi total bahan kering rumput P. sarmentosum pada

penelitian ini (Lampiran 8). Hal ini disebabkan oleh tingginya produksi daun dan

batang yang diberi pupuk kandang dengan level 30 ton ha-1 sehingga total bahan

kering yang dihasilkan mencapai 3,18 ton ha-1 lebih tinggi dibanding yang tidak

diberi pupuk hanya mampu menghasilkan produksi bahan kering 2,14 ton ha-1

(Tabel. 8). Rendahnya produksi total bahan kering yang tidak diberi pupuk,

dipengaruhi oleh rendahnya produksi daun dan batang rumput P. sarmentosum.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kandungan unsur nitrogen yang

ada di dalam tanah (0,46%) untuk dimanfaatkan rumput P sarmentosum dalam

proses vegetatif khususnya pertumbuhan daun dan batangnya. Oleh karena itu,
tingginya total produksi bahan kering dipengaruhi oleh tingginya produksi daun

dan batang rumput P. sarmentosum. Hal ini terbukti bahwa dengan pemberian

pupuk kandang pada kandungan nitrogen yang tinggi 4,02% dapat meningkatkan

produksi daun dan batang sehingga dapat berpengaruh terhadap produksi total

bahan kering. Tingginya kandungan nitrogen (N) yang ada di dalam tanah dapat

merangsang perkembangan daun dan batang tanaman semakin capat (Sutanto,

2002a). Pernyataan lain juga mengemukakan bahwa, pemberian pupuk kandang

dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga struktur tanah menjadi

cukup remah, unsur hara dari bahan organik tersedia lengkap, dan kelembaban

tanah cukup terjaga, sehingga dapat mendukung peningkatan produksi bahan

kering hijauan (Sutanto, 2002b).

Analisis ragam (Lampiran 8) dari perlakuan pemupukan juga

menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap rasio daun dan batang

rumput. Akan tetapi, rasio daun dan batang rumput P. sarmentosum yang diberi

pupuk (6,76) lebih rendah dari pada yang tidak diberi pupuk (9,19) seperti yang

disajikan pada tabel 8. Rendahnya rasio daun dan batang rumput yang diberi

pupuk kemungkinan disebabkan oleh tingginya produksi batang rumput P.

sarmentosum. Hal ini diduga bahwa kandungan nitrogen 4,02% pada pupuk

kandang dapat dimanfaatkan rumput Panicum sarmentosum untuk memicu

pertumbuhan dan perkembangan daun dan batang tanaman, sehingga

menyebabkan rasio daun dan batang semakin kecil. Anwar dan Bambang, (2000)

mengatakan bahwa pemberian pupuk kandang dengan kandungan nitrogen yang

tinggi dapat merangsang perkembangan daun dan batang tanaman, sehingga dapat
meningkatkan produksi hijauan. Tingginya rasio daun dan batang dipengaruhi

oleh rendahnya produksi batang yang tidak diberi pupuk. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah pada lokasi

penelitian, tergolong sangat rendah sehingga belum mampu membentuk bagian

batang dan mengakibatkan tanaman mendapat produksi batangnya kecil dan

kerdil.

Berbeda halnya dengan perlakuan pemupukan, umur pemotongan hasil

analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa berpengaruh tidak nyata

(P>0,05) terhadap produksi daun, batang, dan total produksi bahan kering rumput

P. sarmentosum. Rataan produksi rumput Panicum sarmentosum berdasarkan

perlakuan umur pemotongan untuk masing-masing variabel yang diamati dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan produksi bahan kering rumput Panicum sarmentosum


berdasarkan perlakuan umur pemotongan

Produksi bahan kering ton/ha


Perlakuan
Daun Batang Total produksi Rasio daun/batang
Umur 30 hari 1,85a 0,31a 2,16a 7,07b
Umur 35 hari 2,84a 0,29a 3,13a 10,42a
Umur 40 hari 2,37a 0,32a 2,69a 9,62a
Keterangan: - angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (P>0,05).

Nilai rataan produksi bahan kering daun, batang, dan total produksi dari

masing- masing perlakuan umur pemotongan hampir semua seragam, sehingga

tidak menunjukkan pengaruh secara nyata. Hal ini diduga bahwa umur 30, 35, dan

40 hari tergolong sangat berdekatan dengan jarak masing-masing 5 hari, sehingga

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata selama pertumbuhan vegetatif tanaman.


Hal ini sesuai dengan pernyataan Mura (2013) bahwa umur pemotongan 28, 35,

dan 42 hari tergolong sangat berdekatan, sehingga belum menunjukkan pengaruh

secara nyata terhadap produksi bahan kering rumput Panicum sarmentosum dan

Panicum maximum. Akan tetapi, hal ini juga mungkin terjadi karena rumput

tersebut telah mengalami beberapa kali panen sehingga peningkatan produksi

bahan keringnya sudah berada pada batas maximumnya. Hasil ini tidak sama

dengan hasil penelitian Tarsono dkk. (2009a) menunjukkan bahwa pemotongan

pertama (1177,50 kg BK ha-1) dan meningkat pada pemotongan kedua (1432,80

kg BK ha-1). Pertumbuhan laju vegetatif rumput Panicum sarmentosum pada

penelitian ini kemungkinan sudah dilewati dan terjadi di bawah fase awal

vegetatif, sebelum umur 28 hari, sehingga produksi bahan kering pada umur 30,

35, 40 hari tidak menunjukkan pengaruh secara nyata. Dilihat dari masing-masing

umur pemotongan, produksi umur 40 sudah mulai menurun, hal ini menandakan

bahwa tanaman tersebut sudah mulai menua seiring dengan pertambahan umur.

Hal ini diduga bahwa pada U35 tanaman Panicum sarmentosum tersebut sudah

berada di akhir fase vegetatif. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian

Mura (2013) bahwa umur 28-42 hari mendapatkan produksi daun, batang, dan

total produksi bahan kering Panicum sarmentosum terus meningkat. Rumput

Panicum sarmentosum pada penelitian ini, diduga sangat cepat menua,

kemungkinan hal ini disebabkan oleh rendahnya curah hujan pada lokasi

penelitian ditunjang dari data curah hujan CV. PRIMA BREED (Lampiran 3).

Rendahnya curah hujan dapat mengakibatkan tanaman cepat menua seiring

dengan bertambahnya umur tanaman (Crowder dan Chedda, 1982)


Hasil analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa umur pemotongan

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio daun dan batang rumput P.

sarmentosum. Nilai rataan rasio daun dan batang (Tabel 9) dari masing-masing

umur pemotongan lebih tinggi umur 35 (9,79) dibanding umur 30 (5,97) dan umur

40 (7,41). Hal ini disebabkan oleh rendahnya produksi batang pada umur 35

dengan nilai produksi 0,29 ton ha-1 sehingga mengakibatkan tingginya rasio daun

dan batang pada umur 35. Vanis (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi

produksi batang pada tanaman menyebabkan rasio daun dan batang semakin

rendah.

4.3. Kandungan Protein dan Serat Kasar Hijauan Panicum sarmentosum

Protein dan serat kasar merupakan unsur yang berperan penting di dalam

suatu bahan pakan khususnya rumput. Kedua unsur ini memiliki hubungan yang

sangat erat untuk menentukan kualitas dan mutu hijauan pakan. Oleh karena itu,

tingginya kandungan protein yang ada di dalam pakan dapat menyebabkan

rendahnya kandungan serat kasar pada hijauan. Tingginya kandungan protein

yang ada di dalam hijauan pakan didukung oleh kandungan nitrogen yang ada di

dalam tanah (Lakitan 2004).

Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan interaksi yang tidak nyata

(P>0,05) antara faktor pemupukan dan umur pemotongan terhadap protein kasar

daun dan serat kasar daun rumput Panicum sarmentosum. Oleh karena itu,

variabel tersebut dibahas secara mandiri. Perlakuan pupuk kandang berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap protein kasar dan serat kasar daun rumput Panicum
sarmentosum. Rataan protein kasar dan serat kasar Panicum sarmentosum pada

masing-masing variabel yang diamati ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan kandungan protein kasar dan serat kasar daun rumput Panicum
sarmentosum berdasarkan perlakuan pemupukan (% bahan kering)

Kandungan PK dan SK P. sarmentosum, % dari BK


Perlakuan
PK daun SK daun
Tanpa pupuk (P0) 4,88b 19,53a
Pupuk 30 ton-1 (P30) 7,02a 14,89b
Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (P<0,05)

Nilai rataan protein kasar 7,02% yang diberi perlakuan pupuk kandang

jauh lebih tinggi dibanding kandungan protein 4,88% yang tidak diberi pupuk

(Tabel 10). Hal ini diduga bahwa, kandungan unsur hara yang ada pada pupuk

kandang utamanya nitrogen dapat dimanfaatkan di dalam jaringan sehingga dapat

meningkatkan kandungan protein rumput Panicum sarmentsum. Sarwatt dkk.

(2003) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dengan kandungan nitrogen

(N) yang tinggi dapat meningkatkan protein pada tanaman. Kandungan unsur hara

yang paling berperan penting dalam penyusunan dan pembentukan protein yaitu

nitrogen (Lakitan, 2004).

Pupuk kandang juga menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap

kandungan serat kasar daun rumput Panicum sarmentosum (Lampiran 9). Akan

tetapi, dilihat dari masing-masing nilai rataan perlakuan pupuk kandang,

kandungan serat kasar yang diberi pupuk (14,89%) jauh lebih rendah dibanding

yang tidak diberi pupuk kandang (19,53%) disajikan pada (Tabel 10). Hal ini

diduga bahwa pemberian pupuk kandang dengan kandungan nitrogen 4,02% dapat

meningkatkan kandungan protein dan menahan laju pembentukan serat kasar yang
ada di dalam daun rumput P. sarmentosum. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sarwatt dkk. (2003) pemberian pupuk kandang dapat menahan laju pembentukan

serat kasar sehingga dapat meningkatkan protein kasar pada tanaman.

Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa perlakuan umur

pemotongan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan protein kasar

dan serat kasar daun rumput P. sarmentosum. Rataan protein kasar dan serat kasar

daun Panicum sarmentosum pada masing-masing variabel yang diamati

ditampilkan pada (Tabel 11).

Tabel 11. Rataan kandungan protein kasar (PK) dan serat kasar (SK) daun
rumput Panicum sarmentosum berdasarkan perlakuan umur
pemotongan

Kandungan PK dan SK P. sarmentosum, % dari BK


Perlakuan
PK daun SK daun
Umur 30 hari 6,01a 18,72a
Umur 35 hari 6,30a 14,55a
Umur 40 hari 5,54a 16,05a
Keterangan: angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (P>0,05)

Nilai rataan dari masing-masing umur pemotongan hampir semuanya

seragam seperti yang di sajikan pada (Tabel 11). Hal ini kemungkinan disebabkan

oleh umur tanaman masih tergolong sangat berdekatan sehingga perkembangan di

dalam jaringan khususnya protein tidak nampak secara nyata. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Mura (2013) bahwa umur 4, 5, dan 6 minggu

menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap kandungan protein rumput Panicum

sarmentosum.

Akan tetapi, kandungan protein kasar rumput tersebut menunjukan variasi

data yang tidak signifikan antara umur 30(6,01%), meningkat pada umur
35(6,30%) dan mulai menurun pada umur 40(5,54%). Peningkatan protein rumput

P. sarmentosum pada penelitian ini kemungkinan sudah dilewati pada fase awal

vegetatif sehingga umur 30, umur 35, dan umur 40 hari tidak menunjukkan

pengaruh secara nyata. Hal ini mungkin terjadi karena rumput tersebut telah

mengalami beberapa kali panen sehingga peningkatan jumlah anakan sudah

berada pada batas maximumnya. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian

Makmur (2015) mengungkapkan bahwa rumput Panicum sarmentosum pada

umur 47 hari masi tergolong masa pertumbuhan vegetatif. Hal ini, menandakan

bahwa rumput tersebut mulai menua seiring pertambahan umur tanaman. Mansyur

dkk. (2005) menyatakan bahwa semakin tua umur tanaman semakin menurun

kandungan protein kasarnya.

Umur tanaman P. sarmentosum cepat tua pada penelitian ini kemungkinan

juga disebabkan oleh adanya faktor lingkungan yang belum maksimal untuk

menunjang pertumbuhan rumput Panicum sarmentosum. Hal ini terlihat dari data

curah hujan pada lokasi penelitian (CV. PRIMA BREED, Kelurahan Tondo,

kecamatan mantikulore), bahwa tingkat curah hujan sangat rendah (Lampiran 3).

Curah hujan yang diperoleh di lapangan selama penelitian (55,9 mm), Februari

(58 mm), Maret (64,6 mm). Curah hujan sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman utamanya pertumbuhan vegetatif. Crowder dan Chheda,

(1982) menyatakan bahwa tingginya intensitas matahari dan rendahnya curah

hujan, dapat menyebabkan tanaman lebih cepat tua sehingga berdampak pada nilai

gizi rumput pakan ikut menurun.


Analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa umur pemotongan

berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap serat kasar daun rumput P.

sarmentosum. Nilai rataan serat kasar dari masing-masing umur pemotongan

rumput P. sarmentosum pada penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat sulit

untuk diinterpretasikan. Secara umum kandungan serat kasar akan terus

meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman (Tillman dkk., 1998).

Analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang

nyata (P<0,05) antara perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan terhadap

kandungan protein kasar batang rumput P. sarmentosum. Rataan kandungan

protein kasar batang rumput Panicum sarmentosum mendapatkan perlakuan

pupuk kandang dan umur pemotongan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan kandungan protein kasar batang rumput P. sarmentosum


berdasarkan perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan

Kandungan Protein kasar batang


Perlakuan
Tanpa Pupuk (P0) Pupuk 30 ton-1 (P30)
Umur 30 hari 3,49 bB 5,19 aA
Umur 35 hari 4,94 aA 3,64 bA
Umur 40 hari 3,30 bA 4,40 abA
Keterangan: - angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05); dan
- angka yang diikuti huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).

Nilai rataan kandungan protein rumput Panicum sarmentosum yang diberi

pupuk lebih tinggi dibanding yang tidak diberi pupuk. Hal ini menunjukkan

bahwa, pemberian pupuk kandang dengan kandungan nitrogen (4,02%) dapat

meningkatkan kandungan protein kasar pada batang rumput P. sarmentosum

sehingga menyebabkan tingginya protein pada batang rumput tersebut. Lakitan


(2004) menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur yang paling berperan

penting dalam pembentukan jaringan berupa protein pada tanaman. Semakin

tinggi kandungan nitrogen (N) yang ada di dalam tanah dapat meningkatkan

protein pada tanaman (Sarwatt dkk., 2003). Akan tetapi, nilai rataan berdasarkan

masing-masing umur pemotongan terjadi perbedaan nilai yang sangat sulit untuk

diinterpretasikan. Secara umum, umur tanaman yang semakin tua menyebabkan

protein kasar pada tanaman terus menurun (Sutedjo, 2002; Mansyur dkk., 2005).

Hal yang sama juga terdapat pada variabel kandungan serat kasar batang

rumput Panicum sarmentosum. Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan

bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara pemberian pupuk

kandang dan umur pemotongan terhadap kandungan protein kasar batang rumput

P. sarmentosum. Rataan kandungan serat kasar batang rumput Panicum

sarmentosum mendapatkan perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan

dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan kandungan serat kasar batang rumput Panicum sarmentosum
berdasarkan perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan

Kandungan Serat kasar batang


Perlakuan
Tanpa pupuk (P0) Pupuk 30 ton-1 (P30)
Umur 30 hari 15,28 bA 12,32 aA
Umur 35 hari 16,91 bA 13,20 aA
Umur 40 hari 26,93 aA 15,32 aB
Keterangan: - angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05); dan
- angka yang diikuti huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).

Nilai rataan dari masing-masing umur pemotongan, menunjukkan bahwa

serat kasar yang terus meningkat seiring dengan pertambahan umur pemotongan.
Secara umum, semakin tua umur tanaman pada waktu dipotong kadar serat

kasarnya akan terus meningkat dan protein kasarnya menurun karena terjadi

proses lignifikasi (Tillman dkk., 1998). Pernyataan ini sesuai dengan Givens dkk.

(2000), bahwa semakin tua umur tanaman maka komponen dinding sel di

dalamnya akan semakin tinggi.

Kandungan serat kasar yang diberi perlakuan pupuk terjadi perbedaan

yang signifikan dengan kandungan serat kasar yang tidak diberi pupuk.

Kandungan serat kasar rumput yang mendapat perlakuan pupuk lebih rendah

dibanding yang tidak diberi pupuk. Hal ini diduga bahwa dengan pemberian

pupuk kandang dapat menahan laju pembentukan serat kasar dengan

memperpanjang fase vegetatif sehingga dapat meningkatkan kandungan protein

batang rumput Panicum sarmentosum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwatt

dkk. (2003) pemberian pupuk kandang dapat menahan laju pembentukan serat

kasar sehingga dapat meningkatkan protein kasar pada tanaman. Ambarwati

(2000) menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan protein kasar pada tanaman

dapat menyebabkan kandungan serat kasar akan semakin rendah baik di daun

maupun di dalam batang. Tingginya kandungan nitrogen pada tanah dapat

memperlambat struktur pembentukan lignin pada dinding sel meskipun umur

tanaman mulai menua (Irmayati 2006).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan menunjukkan interaksi yang

nyata (P<0,05) terhadap variabel protein kasar batang dan serat kasar batang,

interaksi tersebut tidak nyata pada variabel jumlah anakan, produksi daun,

batang, total produksi, rasio daun/batang, protein kasar daun, dan serat kasar

daun rumput Panicum sarmentosum;

2. Rumput Panicum sarmentosum responsif terhadap pemberian pupuk kandang

pada level 30 ton ha-1; dan

3. Umur pemotongan tidak menunjukan pengaruh yang nyata (P>0,05) tehadap

semua parameter yang diukur, kecuali pada variabel rasio daun/batang dan

serat kasar batang.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan adanya penelitian lanjutan untuk

pengamatan selama proses pertumbuhan vegetatif sampai akhir vegetatif rumput

P. sarmentosum.
DAFTAR PUSTAKA

Amar, A.L. 2002. Pengenalan Tanaman Hijauan Pakan. BKS PTN INTIM,
Makassar
Amar, A.L. 2003. Tanaman Hijauan Pakan untuk Penggembalaan Sapi Potong
pada Lahan Kering dan Perkebunan di Sulawesi Tengah. Seminar dan
Lokakarya Pasca IAEUP Proyek, 15-16 Desember 2003 di Palu
Amar. A.L. dan Tarsono. 2003. Pasture composition and yield with reference to
the presence of tree legume canopy. In: “The Organic Farming and
Sustainable Agriculture in the Tropics and Subtropics: Science,
Technology, Manajement, and Social Walfare”, Vol. II., p. 306-309.
Proceedings of the International Seminar by Sriwijaya University & PT.
PUSRI, Palembang
Amar, A.L. 2012. Lahan Penggembalaan Di Wilayah Iklim Panas. Edukasi Mitra
Grafika, Palu
Ambarwati, D. 2000. Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan Dan Pemupukan
Urea Terhadap Kadar dan Produksi Protein Kasar dan Serat kasar
Pertumbuhan Kembali Rumput Gajah. Skripsi. Fakultas Peternakan
UNDIP. Semarang
Aminuddin. 1987. Beberapa Jenis dan Metode Pengawetan Hijauan Pakan Ternak
Tropika. Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto
Anonim. 2012. Panicum sarmentosum Roxb. http://eol.org/pages/2876169/
hierarchi-entries/50340508/literature. Diakses tanggal 10 september 2015
Anwar, M. Dan Bambang, K. 2000. Pengaruh Perbedaan Penggunaan Pupuk
Terhadap Produksi Rumput Raja (Pennisetum purpureophoides) Di
Lapangan Percobaan Ciawi. Jurnal Balai Penelitian Ternak
Association of official analytical chemist. 1999. Official methods of analysis.
AOAC international, Washington
Bogdan, A. V. 1997. Tropical Pasture and Fodder Plants (grasses and legumines).
Longman Ltd., New York
Cheeke PR. 1999. Applied Animal Nutrition Feed and Feeding. Prentice Hall,
New Jersey
Clements, D.R., D.L. Benoit, S.D. Murphy, and C.J. Swanto. 1996. Tillage effect
on weed seed return and seed bank composition. Weed Sci. 44 : 314-322
Crowder, L. V. and H. R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman
Inc., London and New York
Damayanti, I.C. 2006 Produktjvitas Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Di
Peternakan Ternak Domba Sehat C-Ginbogor Sebagai Respon Pemupukan
Organik dan Nitrogen. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Givens. D.I., E. Owen., R.F.E. Axford And H.M. Omed. 2000. Forage Evaluation
In Ruminant Nutrition. Cabi Publishing, Wallingford, UK. Pp. 281−295
Goldworthy, P. R. and N. M. Fisher. 1996. The Physiology of Tropical Field
Crops. Edisi Indonesia. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan
Tohari. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Presindo, Jakarta
Harjadi, S.S. 1983. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Preess, Bogor
Hendarto, E dan R. Soedarjo. 2003. Studi komparasi penampilan kualitas visual
dan produksi rumput benggala (Panicum maximum) pada pemupukan
berbagai jenis dan taraf pupuk organik dan anorganik. Jurnal Media
Peternakan, Vol. 5(1): 17-22
Holmes, W. 1980. Grass its production and utilization. British Grassland Society
by Blackwell Scientific Publication, Oxford

Humphreys, C. R. 1981. Environmental Adaptation of Tropical Pasture Plants.


Macmillan Publishers Ltd . London
Irmayati. 2006. Produksi dan Kualitas Trichantera gigantea Melalui Pemupukan
Feses Sapi dan Chromolaena odorata Dengan Umur Potong Berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kartasapoetra, G. dan M. M. Sutedjo. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Kusuma, E. K. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada
Pemotongan Pertama. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, Vol. 4(1): 55-67
Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta
Larcher, A. 1995. Physiological Plan Ecology. Third edition, pp. 506. Springer,
Berlin
Lawani, M. 1993. Panili. Kanisius, Yogyakarta
Makmur, M. 2015. Pertumbuhan Rumput Panicum sarmentosum pada Berbagai
Level Pemupukan Nitrogen. Skripsi. Fakultas Peternakan dan Perikanan.
Universitas Tadulako. Palu
Mansyur, H. Djuned, T. Dhalika, S. Hardjosoewignyo, dan L. Abdullah. 2005.
Pengaruh interval pemotongan dan inveksi gulma Chromolaena odorata
terhadap produksi dan kualitas rumput Brachiaria humidicola. Jurnal Media
Peternakan, Vol. 28(2): 77-86
Marsetyo, Muhammad, I.M. dan Yohan R. 2010. Pengaruh level pupuk kandang
terhadap pertumbuhan, produksi dan kandungan nutrisi rumput mulato
(Brachiaria mulato). Prosiding Seminar Nasional hasil-hasil penelitian
pada lembaga penelitian Universitas Tadulako. Hal 56
Mathius, I.W. 1992. Glyricidia as a source of forage for small ruminant. In: New
Technologis for small Ruminant Production in Indonesia. Winrock
Internasional. Institute for Agricultural Development. September 1992.
43-45
Mayadewi. A. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan gulma hasil jagung manis. Jurnal Agritropik, 26(4):153-159
Mc.Donald, P., Edwards R.A, Greenhalgh J.F.D, and Morgan CA. 2002. Animal
Nutrition, 6th Ed. Prentice Hall, London
Mc.Ilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya
Paramita, Jakarta
Minson Dj. 1990. Forage in Ruminant Nutrition. San Diego, California. Academic
Press Inc. 483
Mulyaningsih, 2010. Evaluasi Produksi dan Kualitas Rumput Brachiaria
humidicola di Padang Penggembalaan UP3J Institut Pertanian Bogor.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Mura. 2013. Evaluasi Agronomi Dua Jenis Rumput Panicum sebagai Tanaman
Hijauan Pakan. Tesis. Program Pasca sarjana Universitas Tadulako, Palu
Murbandono, L. 1999. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta
Prawiradiputra, B.R. Sutendi E, Sajimin, Fanindi A. 2012. Hijauan Pakan Ternak
di Lahan Sub-optimal. IAARD Press, Jakarta
Prawiradiputra, B.R., Sajimin, N. D. Purwantari dan I. Herdiawan. 2006. Hijauan
Pakan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta. 163 hlm
Purbajanti, E.D. 2013. Rumput dan Legum Sebagai Hijauan Makanan Ternak.
Graha Ilmu. Yogyakarta
Purwantari, N.D, Sajimin, Fanindi A, Sutedi E. 2012. Sumber Daya Genetikan
Tanaman Pakan Ternak Adaptif Lahan Kritis. IAARD Press, Jakarta
Rismunandar, 1986. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Sinar Baru. Bandung
Rosmarkan, A. & N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,
Yogyakarta.p.224
Syafira, H. 1996. Pengaruh Penggenangan Pupuk Nitrogen Serta Interval
Pemotongan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Lokal Kumpai
(Hymenochne amplexicaulis (rudge) Ness). Tesis. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Safitri, M.V, Herni S, dan Hermanto. 2012. Pengaruh umur pemotongan terhadap
produktivitas gamal (Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan,
Vol. 23 (2): 25-35
Sarief, E.S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung. 197 hlm
Sarwatt, S.V., G.H. Laswai and R. Ubwe. 2003. Evaluation of the potential of
Trichanthera gigantea as a source of nutrients for rabbit diets under
smallholder production system in Tanzania. Livestock Research for Rural
Development 15(11). http:www.cipav.org.co.irrd /irrd15 /11/cont
1511.htm [19 Desember 2015]
Sebayan, H. T., Sudiarso dan Lupirinita. 2004. Pengaruh sistem tanam dan
kombinasi pemupukan organik dan anorganik pada pertumbuhan dari hasil
tanaman padi sawah (Oryza sativa L). Jurnal habitat Fakultas Pertanian,
Vol. 7(18): 45-56
Setyati. 1991. Pengantar Agronomi. Cetakan ke 4. PT. Gramedia, Jakarta
Silalahi, R. 2001. Pengaruh Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang Ayam
Broiler dan Interval Pemotongan Terhadap Pertumbuhan pada Produksi
Rumput Raja. Skripsi. Fakultas Pertanian jurusan peternakan Universitas
Sumatera Utara Medan. Medan
Silcock, R.G. and Johnston, P.W. 1993. Tropical Pastures Establishment. 9.
Establishing new pastures in difficult tropical environments –do we except
to much Tropical Grasslands, 27: 349-358

Smart, A.J., W.H. Scharcht, L.E. Moser, D. Volesky. 2004. Prediction of


leaf/stem ratio using near-infrared reflectance spectroscopy (NIRS) a
technical note. Agronomi-Faculty Publications University of Nebraska-
Lincoln
Soegiri, H.S. I., dan Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak
Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jendral
Peternakan, Jakarta
Soepardi 1993. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian,
IPB, Bogor. 591 hal
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu
Pendekatan Biometrik. Edisi Ketiga. Terjemahan: Bambang Sumantri. PT
Gramedia Pustaka. Jakarta
Stur, W.W dan Horne, P.M. 2001. Mengembangkan Teknologi Hijauan Makanan
Ternak (HMT) bersama Petani Kecil-cara menanam, mengelola, dan
memanfaatkan hijauan makanan ternak. Terjemahan Maimuna Tuhulele,
Tatang M. Ibrahim dan Ibrahim. Monograf ACIAR No 90
Sukmana, S., Abdurahman, and Karama, A.S. 1994. Strategies to develop
sustainable livestock on marginal land, In Agroforestry and Animal
Production for Human Welfare, (eds. J.W. Copland, A. Djajanegara and
M. Sabrani). ACIAR. Procedings, No. 55: 55-61
Supriadi, Masbulan dan R. Hardianto. 1992. Potensi Pengembangan Tanaman
Penguat Teras sebagai Sumber Hijauan Pakan (Studi kasus Desa Kedoyo,
Tulungagung). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering
dan Konservasi Tanah. P3HTA Badan Litbang Pertanian, Bogor, hal 81-88
Suswati. 2012. Pertumbuhan dan produksi rumput benggala (Panicum maximum)
pada berbagai upaya perbaikan tanah salin. Indonesian Jurnal Of Food
Technology, Vol. 1(1): 34-42
Sutanto, R. 2002a. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan
Pengembangan. Kanisius. Yogyakarta
Sutanto, R. 2002b. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif Dan
Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta
Sutedjo M. 2002, Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta
Tanjegau, Y dan A.L. Amar. 2004. Perbandingan Produksi dan Kandungan
Nitrogen Hijauan Tiga Jenis Rumput pada Berbagai Umur Pemotongan.
Jurnal Agroland, Vol. 11(2): 174-180
Tarsono dan A.L Amar. 2007. Kajian komposisi nutrisi Panicum sarmentosum
Roxb. rumput harapan untuk lahan kering dan perkebunan. Procending
Seminar Nasional AINI-VI Kearifan Lokal dalam dalam Penyediaan serta
pengembangan pakan dan ternak di Era Globalisasi, hal. 46-52. Kerjasama
Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan `Universitas
Gadjah Mada dengan Assosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)
Tarsono, Mustaring, A.M. Amir, and A.L. Amar. 2009a. Early Growth of
Panicum sarmentosum Roxb. – A Promising Grass in Livestock - Coconut
Integration System. Proceeding of The 1st International Seminar on
Animal Industry 2009. Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural
University. Bogor. pp. 202-205
Tarsono, Mustaring, A.M. Amir, and A.L. Amar. 2009b. Evaluasi Produksi dan
Nutrisi Hijauan Pakan. Laporan Penelitian Universitas Tadulako, Palu.
(Tidak dipublikasikan)
Tillman, A.D., H. Hartadi, Reksodiprodjo, S. Prawirakusumo dan S.
Lebdosukodjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan.
Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Pres, Yogyakarta.
Tjahjono, B. 2008. Stress pada rumput golf. http://stress-pada-rumput-golf.html. 9
Desember 2015
Utomo, R. 2012. Bahan Pakan Berserat untuk Sapi. Citra Aji Parama. Yogyakarta
Vanis, R. D. 2007. Pengaruh pemupukan dan interval defoliasi terhadap
pertumbuhan dan produktivitas rumpu gajah (Pennisetum purpureum) di
bawah tegakan pohon sengon (Paraserianthes falcataria). Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogo. Bogor
Zaklouta M., Hilali M., Nefzaoui A. and Haylani M. 2011. Animal Nutrition and
Product Quality Labroratory Manual. ICARDA, Aleppo
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil analisis sampel tanah

Kation dapat tukar,


N-Total P2O5
Kode pH (1:2,5) ekstrak amonium asetat
No. (%) (ppm)
Sampel pH 7 (cmol (+) kg-1)
H2O KCl Kjedhal Olsen Ca Na K
1 AL 1 7,69 7,4 0,14 6,45 8,9 0,27 2,41
2 AL 2 7,7 7,3 0,19 4,5 9,1 0,29 2,76
3 SL 7,73 7,1 1,2 5,48 8,8 0,25 3,09
4 LL 7,74 7,1 0,51 5,44 9,8 0,29 3,29
5 BL 7,82 7,1 0,28 5,3 8,7 0,28 2,38
Rata-rata 7,74 7,2 0,46 5,43 9,06 0,28 2,79

Lampiran 2. Hasil analisis kandungan unsur hara pupuk kandang kambing

Kode pH N C-organik Na Ca
No P (%) K (%)
Sampel (1:2,5) (%) (%) (%) (%)
1 PK 7.40 4.02 0.08 2.43 18.57 8.13 17.85

Lampiran 3. Data curah hujan areal penelitian CV. Prima Breed ( 2015)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul


2015 55,9 58 64,6 69,6 32,4 112,5 21,2
Curah hujan diukur dalam satuan milimeter
LAMPIRAN DATA VARIABEL

Lampiran 4. Jumlah anakan

Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 74,66 85,83 79,72 80,07
2 78,55 99,22 86,61 88,13
P0
3 75,5 47,88 76,77 66,72
4 60,61 56,05 45,38 54,01
Rataan 72,33 72,25 72,12 72,23
1 74,11 102,27 81,77 86,05
2 83,94 84,94 93,72 87,53
P30
3 60,22 62,72 60,27 61,07
4 63,44 76,77 58 66,07
Rataan 70,43 81,68 73,44 75,18

Lampiran 5. Produksi bahan kering


Produksi BK daun/g/plot
Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 203,4 363,6 327,6 298,2
2 267,9 456,0 298,0 340,6
P0
3 231,5 275,4 310,7 272,53
4 137,7 230,8 207,1 191,87
Rataan 210,125 331,45 285,85 275,81
1 258,2 868,3 415,1 513,87
2 544 341,4 466,9 450,77
P30
3 325,9 422,8 419,5 389,4
4 147,2 286,1 258,8 230,7
Rataan 318,825 479,65 390,075 396,18
Hasil konversi BK Daun ton/ha
Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 1,42 2,55 2,29 2,09
2 1,88 3,19 2,09 2,38
P0
3 1,62 1,93 2,17 1,91
4 0,96 1,62 1,45 1,34
Rataan 1,47 2,32 2,00 1,93
1 1,81 6,08 2,91 3,60
2 3,81 2,39 3,27 3,16
P30
3 2,28 2,96 2,94 2,73
4 1,03 2,00 1,81 1,61
Rataan 2,23 3,36 2,73 2,77

Produksi BK batang/g/plot
Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 22,9 32,2 27 27,37
2 50,2 34,1 21,6 35,3
P0
3 20,8 20,9 17,6 19,77
4 35,2 37 34,7 35,63
Rataan 32,275 31,05 25,225 29,52
1 59,6 77,6 94,6 77,27
2 68,6 41,5 38,1 49,4
P30
3 25,1 27,1 60,7 37,63
4 71,4 66,1 67,4 68,3
Rataan 56,18 53,08 65,2 58,15

Hasil konversi BK Batang ton/ha


Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 0,16 0,23 0,19 0,19
2 0,35 0,24 0,15 0,25
P0
3 0,15 0,15 0,12 0,14
4 0,25 0,26 0,24 0,25
Rataan 0,23 0,22 0,18 0,21
1 0,42 0,54 0,66 0,54
2 0,48 0,29 0,27 0,35
P30
3 0,18 0,19 0,42 0,26
4 0,50 0,46 0,47 0,48
Rataan 0,39 0,37 0,46 0,41
Total Produksi BK/g/plot
Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 226,3 395,8 354,6 325,57
2 318,1 490,1 319,6 375,93
P0
3 252,3 296,3 328,3 292,3
4 172,9 267,8 241,8 227,5
Rataan 242,4 362,5 311,075 305,33
1 317,8 945,9 509,7 591,13
2 612,6 382,9 505 500,17
P30
3 351,0 449,9 480,2 427,0
4 218,6 352,2 326,2 299
Rataan 375 532,73 455,28 454,33

Hasil konversi Total BK ton/ha


Umur Pemotongan
Perlakuan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 1,58 2,77 2,48 2,28
2 2,23 3,43 2,24 2,63
P0
3 1,77 2,07 2,30 2,05
4 1,21 1,87 1,69 1,59
Rataan 1,70 2,54 2,18 2,14
1 2,22 6,62 3,57 4,14
2 4,29 2,68 3,54 3,50
P30
3 2,46 3,15 3,36 2,99
4 1,53 2,47 2,28 2,09
Rataan 2,63 3,73 3,19 3,18

Rasio daun dan Batang


Umur Pemotongan
Perlakuan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 8,88 11,09 12,05 10,67
2 5,37 13,29 13,93 10,87
P0
3 10,80 12,87 18,08 13,92
4 3,84 6,23 6,04 5,37
Rataan 7,22 10,87 12,53 10,21
1 4,33 11,19 4,39 6,64
2 7,93 8,23 12,25 9,47
P30
3 12,98 15,60 6,91 11,83
4 2,06 4,33 3,84 3,41
Rataan 6,83 9,84 6,85 7,84
Lampiran 6. Kandungan protein dan serat kasar rumput P. sarmentosum.
Protein kasar daun
Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 5,2 5,25 3,67 4,71
2 5,47 4,68 3,55 4,57
P0
3 4,2 6,75 4,69 5,21
4 3,45 6,95 4,75 5,05
Rataan 4,58 5,91 4,17 4,88
1 9,03 9,35 9,24 9,21
2 10,62 8,64 8,68 9,31
P30
3 5,25 4,17 4,72 4,71
4 4,89 4,63 5,03 4,85
Rataan 7,45 6,70 6,92 7,02

Protein kasar batang


Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 3,9 2,95 3,34 3,40
2 3,62 3,17 3,2 3,33
P0
3 3,35 6,78 3,31 4,48
4 3,09 6,85 3,35 4,43
Rataan 3,49 4,94 3,3 3,91
1 5,03 3,06 4,06 4,05
2 5,06 2,86 4,87 4,26
P30
3 5,85 4,46 4,55 4,95
4 4,83 4,16 4,11 4,37
Rataan 5,19 3,64 4,40 4,41
Serat kasar daun
Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 21,18 18,4 16,95 18,84
2 21,01 18,23 17,63 18,96
P0
3 23,86 17,06 19,49 20,14
4 22,97 18,44 19,14 20,18
Rataan 22,26 18,03 18,30 19,53
1 11,33 16,21 13,37 13,64
2 12,68 18,21 11,13 14,01
P30
3 18,83 14,04 12,96 15,28
4 17,93 14,28 17,69 16,63
Rataan 15,19 15,69 13,79 14,89

Serat kasar batang


Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 16,48 17,29 29,61 21,13
2 17,33 15,8 28,84 20,66
P0
3 14,1 16,69 25,73 18,84
4 13,22 17,86 23,54 18,21
Rataan 15,28 16,91 26,93 19,71
1 11,57 15,4 11,12 12,70
2 11,86 15,36 12,6 13,27
P30
3 13,47 10,96 19,59 14,67
4 12,38 11,06 17,95 13,80
Rataan 12,32 13,20 15,32 13,61
HASIL ANALISIS RAGAM

Lampiran 7. Analisis jumlah anakan

Analysis of Variance Table for Jumlah Anakan

SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 3419.92 1139.97 10.66 0.0005
PUPUK (B) 1 52.1855 52.1855 0.49 0.4955
UMUR (C) 2 134.897 67.4483 0.63 0.5457
B*C 2 136.388 68.1941 0.64 0.5422
A*B*C 15 1603.95 106.930
TOTAL 23 5347.34

OBSERVATIONS PER CELL 12


STD ERROR OF AN AVERAGE 2.9851
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 4.2216
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

GRAND MEAN 73.706 SE 2.1108


MEANS OF ANAKAN FOR PUPUK
PUPUK MEAN SS (MEAN)
1 72.232 2964.1
2 75.181 2331.0

GRAND MEAN 73.706 SE 2.1108


MEANS OF ANAKAN FOR UMUR
UMUR MEAN SS (MEAN)
1 71.379 547.93
2 76.960 2764.1
3 72.780 1900.4
OBSERVATIONS PER CELL 8
STD ERROR OF AN AVERAGE 3.6560
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 5.1703
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF
Lampiran 8. Analisis produksi BK daun, batang, total produksi, dan rasio
daun dan batang
Analysis of Variance Table for BK daun

SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 7.09242 2.36414 3.25 0.0516
PUPUK (B) 1 4.26727 4.26727 5.86 0.0286
UMUR (C) 2 3.91278 1.95639 2.69 0.1005
B*C 2 0.11111 0.05555 0.08 0.9269
A*B*C 15 10.9149 0.72766
TOTAL 23 26.2985

LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF BKDAUN BY PUPUK


HOMOGENEOUS
PUPUK MEAN GROUPS
2 2.7742 A
1 1.9308 .. B

ALL 2 MEANS ARE SIGNIFICANTLY DIFFERENT FROM ONE ANOTHER.


CRITICAL T VALUE 2.131 REJECTION LEVEL 0.050
CRITICAL VALUE FOR COMPARISON 0.7423
STANDARD ERROR FOR COMPARISON 0.3482
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

GRAND MEAN 2.3525 SE 0.1741


MEANS OF BKDAUN FOR UMUR
UMUR MEAN SS (MEAN)
1 1.8513 5.7313
2 2.8400 13.943
3 2.3662 2.7112

OBSERVATIONS PER CELL 8


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.3016
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 0.4265
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

Analysis of Variance Table for BK Batang

SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 0.10761 0.03587 3.54 0.0407
PUPUK (B) 1 0.23800 0.23800 23.46 0.0002
UMUR (C) 2 0.00181 9.04204 0.09 0.9152
B*C 2 0.01991 0.00995 0.98 0.3977
A*B*C 15 0.15216 0.01014
TOTAL 23 0.51950
LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF BKBTG BY PUPUK
HOMOGENEOUS
PUPUK MEAN GROUPS
2 0.4067 A
1 0.2075 .. B

ALL 2 MEANS ARE SIGNIFICANTLY DIFFERENT FROM ONE ANOTHER.


CRITICAL T VALUE 2.131 REJECTION LEVEL 0.010
CRITICAL VALUE FOR COMPARISON 0.0876
STANDARD ERROR FOR COMPARISON 0.0411
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

GRAND MEAN 0.3071 SE 0.0206


MEANS OF BKBTG FOR UMUR
UMUR MEAN SS (MEAN)
1 0.3112 0.1473
2 0.2950 0.1278
3 0.3150 0.2426

OBSERVATIONS PER CELL 8


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.0356
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 0.0504
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

Analysis of Variance Table for Total Produksi BK

SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 6.93188 2.31063 2.86 0.0723
PUPUK (B) 1 6.54170 6.54170 8.09 0.0123
UMUR (C) 2 3.78008 1.89004 2.34 0.1309
B*C 2 0.07506 0.03753 0.05 0.9548
A*B*C 15 12.1361 0.80908
TOTAL 23 29.4649

LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF BKTOT BY PUPUK


HOMOGENEOUS
PUPUK MEAN GROUPS
2 3.1808 A
1 2.1367 .. B

ALL 2 MEANS ARE SIGNIFICANTLY DIFFERENT FROM ONE ANOTHER.


CRITICAL T VALUE 2.131 REJECTION LEVEL 0.050
CRITICAL VALUE FOR COMPARISON 0.7827
STANDARD ERROR FOR COMPARISON 0.3672
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF
GRAND MEAN 2.6587 SE 0.1836
MEANS OF BKTOT FOR UMUR
UMUR MEAN SS (MEAN)
1 2.1613 6.4233
2 3.1325 15.749
3 2.6825 3.5122

OBSERVATIONS PER CELL 8


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.3180
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 0.4497
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

Analysis of Variance Table for Rasio Daun/Batang


SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 226.399 75.4663 12.46 0.0002
PUPUK (B) 1 33.6777 33.6777 5.56 0.0324
UMUR (C) 2 49.6623 24.8312 4.10 0.0380
B*C 2 33.2384 16.6192 2.74 0.0964
A*B*C 15 90.8302 6.05535
TOTAL 23 433.807

LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF RASIO BY PUPUK


HOMOGENEOUS
PUPUK MEAN GROUPS
1 10.206 A
2 7.8367 .. B

ALL 2 MEANS ARE SIGNIFICANTLY DIFFERENT FROM ONE ANOTHER.


CRITICAL T VALUE 2.131 REJECTION LEVEL 0.050
CRITICAL VALUE FOR COMPARISON 2.1413
STANDARD ERROR FOR COMPARISON 1.0046
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF RASIO BY UMUR


HOMOGENEOUS
UMUR MEAN GROUPS
2 10.354 A
3 9.6863 A
1 7.0238 .. B

THERE ARE 2 GROUPS IN WHICH THE MEANS ARE


NOT SIGNIFICANTLY DIFFERENT FROM ONE ANOTHER.
CRITICAL T VALUE 2.131 REJECTION LEVEL 0.050
CRITICAL VALUE FOR COMPARISON 2.6225
STANDARD ERROR FOR COMPARISON 1.2304
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF
Lampiran 9. Protein kasar dan serat kasar

Analysis of Variance Table for Protein Kasar Daun

SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 23.8018 7.93393 2.58 0.0920
PUPUK (B) 1 27.3921 27.3921 8.92 0.0092
UMUR (C) 2 2.36303 1.18151 0.38 0.6872
B*C 2 5.45376 2.72688 0.89 0.4321
A*B*C 15 46.0756 3.07171
TOTAL 23 105.086

LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF PKDAUN BY PUPUK


HOMOGENEOUS
PUPUK MEAN GROUPS
2 7.0208 A
1 4.8842 .. B

ALL 2 MEANS ARE SIGNIFICANTLY DIFFERENT FROM ONE ANOTHER.


CRITICAL T VALUE 2.131 REJECTION LEVEL 0.050
CRITICAL VALUE FOR COMPARISON 1.5251
STANDARD ERROR FOR COMPARISON 0.7155
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

GRAND MEAN 5.9525 SE 0.3578


MEANS OF PKDAUN FOR UMUR
UMUR MEAN SS (MEAN)
1 6.0137 42.982
2 6.3025 26.456
3 5.5413 33.286

OBSERVATIONS PER CELL 8


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.6196
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 0.8763
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

Analysis of Variance Table for Protein Kasar Batang

SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 4.13618 1.37873 1.55 0.2418
PUPUK (B) 1 1.49500 1.49500 1.69 0.2138
UMUR (C) 2 1.16530 0.58265 0.66 0.5328
B*C 2 10.1040 5.05202 5.69 0.0145
A*B*C 15 13.3075 0.88717
TOTAL 23 30.2081
GRAND MEAN 4.1587 SE 0.1923
MEANS OF PKBTG FOR PUPUK

PUPUK MEAN SS (MEAN)


1 3.9092 20.922
2 4.4083 7.7906

OBSERVATIONS PER CELL 12


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.2719
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 0.3845
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

MEANS OF PKBTG FOR UMUR


UMUR MEAN SS (MEAN)
1 4.3412 6.7693
2 4.2862 19.407
3 3.8487 2.8663

OBSERVATIONS PER CELL 8


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.3330
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 0.4709
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF
MEANS OF PKBTG FOR PUPUK*UMUR

PUPUK UMUR MEAN SS (MEAN)


1 1 3.4900 0.3646
1 2 4.9375 14.127
1 3 3.3000 0.0142
2 1 5.1925 0.6077
2 2 3.6350 1.8875
2 3 4.3975 0.4431
OBSERVATIONS PER CELL 4
STD ERROR OF AN AVERAGE 0.4709
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 0.6660
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

Analysis of Variance Table for Serat Kasar Daun

SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 18.9243 6.30809 1.37 0.2896
PUPUK (B) 1 129.270 129.270 28.11 0.0001
UMUR (C) 2 30.1763 15.0882 3.28 0.0658
B*C 2 22.2794 11.1397 2.42 0.1226
A*B*C 15 68.9866 4.59911
TOTAL 23 269.637
LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF SKDAUN BY PUPUK
HOMOGENEOUS
PUPUK MEAN GROUPS
1 19.530 A
2 14.888 .. B
ALL 2 MEANS ARE SIGNIFICANTLY DIFFERENT FROM ONE ANOTHER.
CRITICAL T VALUE 2.131 REJECTION LEVEL 0.010
CRITICAL VALUE FOR COMPARISON 1.8661
STANDARD ERROR FOR COMPARISON 0.8755
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

GRAND MEAN 17.209 SE 0.4378


pMEANS OF SKDAUN FOR UMUR

UMUR MEAN SS (MEAN)


1 18.724 147.51
2 16.859 23.639
3 16.045 68.314

OBSERVATIONS PER CELL 8


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.7582
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 1.0723
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF

Analysis of Variance Table For Sk Batang

SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 3.59461 1.19820 0.17 0.9144
PUPUK (B) 1 223.077 223.077 31.82 0.0000
UMUR (C) 2 245.363 122.682 17.50 0.0001
B*C 2 91.8947 45.9473 6.55 0.0090
A*B*C 15 105.165 7.01099
TOTAL 23 669.094

GRAND MEAN 16.659 SE 0.5405


MEANS OF SKBTG FOR PUPUK
PUPUK MEAN SS (MEAN)
1 19.707 A 355.65
2 13.610 B 90.364

OBSERVATIONS PER CELL 12


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.7644
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 1.0810
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF
MEANS OF SKBTG FOR UMUR
UMUR MEAN SS (MEAN)
1 13.801 B 30.931
2 15.053 B 49.033
3 21.122 A 343.77

OBSERVATIONS PER CELL 8


STD ERROR OF AN AVERAGE 0.9361
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 1.3239
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF
MEANS OF SKBTG FOR PUPUK*UMUR

PUPUK UMUR MEAN SS (MEAN)


1 1 15.283 11.278
1 2 16.910 2.3274
1 3 26.930 23.763
2 1 12.320 2.1002
2 2 13.195 19.103
2 3 15.315 50.188

OBSERVATIONS PER CELL 4


STD ERROR OF AN AVERAGE 1.3239
STD ERROR (DIFF OF 2 AVE'S) 1.8723
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF
Lampiran 10. Denah dan lokasi kebun rumput CV. Prima Breed di Kel. Tondo

Lampiran 11. Penyeragaman rumput P. Sarmentosum.

Lampiran 12. Menghitung Jumlah Anakan Rumput P. Sarmentosum.


Lampiran 13. Rumput P. sarmentosum umur 30 hari pasca panen.

Lampiran 14. Rumput P. sarmentosum umur 35 hari pasca panen.

Lampiran 15. P. Sarmentosum umur 40 hari pasca panen.


Lampiran 16. Pemisahan daun dan batang rumput P. sarmentosum.

Lampiran 17. Penimbangan sampel segar rumput P. sarmentosum.


RIWAYAT PENULIS

Penulis adalah anak kedua dari ayahanda

Imran Maenje dan ibunda Nurtini Ishak, dilahirkan di

Desa Bahoruru, Kecamatan Bungku Tengah,

Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, pada tanggal

15 September 1991. Sekolah Dasar di selesaikan di

SD N desa Bahoruru, tahun 2005, dan Sekolah

Menengah Pertama di lanjutkan di SMP N 1 Bungku Tengah, Tamat di SMP N 12

Palu, tahun 2008. Pendidikan Sekolah Menengah atas ditempuh di SMK N 5, Palu

tamat tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke

jenjang perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN, diterima sebagai mahasiswa

pada Program Studi Peternakan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, selesai

studi perguruan tinggi (S1) di Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas

Tadulako, Palu, yang berdiri sendiri menjadi Fakultas pada tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai