SKRIPSI
ISFAN
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako
ISFAN
O 121 11 084
Nama : Isfan
Menyetujui,
Prof. Dr. Ir. Andi Lagaligo Amar, M.Sc. Ir. Tarsono, M.Appl.Sc.
Nip. 19590913 198503 1 002 Nip. 19660913 199203 1 004
Disyahkan Oleh,
Dekan
Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Tadulako
1. Karya ilmiah saya (skripsi) ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor),
baik di Universitas Tadulako maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Isfan
No Stb: O121 11 084
RINGKASAN
penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “Performa rumput Panicum
Penyelesaian penelitian dan skripsi ini tidak lepas dari bantuan oleh berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, S.E., M.S. selaku Rektor
2. Prof. Dr. Ir. Kaharudin Kasim, M.S. selaku Dekan Fakultas Peternakan
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Andi L. Amar, M.Sc. sebagai pembimbing utama dan
akhir ini;
4. Bapak Dr. Padang Hamid, S.Pt., MP. atas segala bimbingan dan arahan
Makmur S.Pt., Andi Mushawwir S.Pt., dan Robby Rahmat, atas bantuan
dan kerja sama yang baik selama penelitian dan penulisan Skripsi ini.
Imran dan Ibunda Nurtini tercinta, yang telah membesarkan dan mendidik dengan
penuh kasih sayang, motivasi disertai doa untuk kelancaran dan kesuksesan
penulis.
penulis tetap menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan. Olehnya itu, penulis
menyatakan, dengan rendah hati dan lapang dada, siap menerima kritikan dan
saran untuk perbaikan. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat dan
Isfan
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
1.3. Manfaat Penelitian............................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 55
RIWAYAT PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Rataan produksi bahan kering dan kandungan protein kasar hijauan dua
jenis rumput Panicum umur 28, 35, dan 42 hari...................................... 7
2. Produksi bahan kering (BK) dan kandungan protein kasar (PK) rumput
Panicum yang dipotong pada umur 28, 35, 42 hari.................................. 9
3. Produksi segar (kg), kandungan protein dan serat kasar hijauan gamal
(Gliricidia sepium) pada umur 60, 80, 100, dan 120 hari........................ 9
10. Rataan kandungan protein kasar (PK), dan serat kasar (SK) daun
rumput Panicum sarmentosum berdasarkan perlakuan pemupukan........ 41
11. Rataan kandungan protein kasar (PK), dan serat kasar (SK) daun
rumput Panicum sarmentosum berdasarkan perlakuan umur
pemotongan.............................................................................................. 42
Gamabar Halaman
Nomor Halaman
1. Hasil analisis sampel tanah....................................................................... 56
4. Jumlah anakan........................................................................................... 57
10. Denah dan lokasi kebun rumput CV. Prima Breed di Kel. Tondo............ 70
ketersediaan hijauan pakan. Oleh karena itu, ketersediaan lahan sangat dibutuhkan
kurang produktif atau lahan marginal. Salah satu alternatif yang dilakukan untuk
menangani keterbatasan ini adalah pemanfaatan lahan kering yang ada dengan
(Silcock dan Johnston, 1993; Sukmana dkk., 1994). Bagian penting dari strategi
ini adalah budidaya jenis tanaman yang dapat beradaptasi pada kondisi
kesuburan tanah rendah sehingga jumlah jenis tanaman terbatas karena sulit untuk
tumbuh dan beradaptasi. Hal ini disebabkan karena tingkat curah hujan yang
sangat rendah, akibatnya tanaman sulit untuk menyerap unsur hara di dalam tanah.
Hal ini menjadi faktor pembatas untuk pertumbuhan dan pengembangan tanaman
pakan budidaya (Clements dkk., 1996). Pemanfaatan lahan yang kurang produktif
satu alternatif untuk meningkatkan ketahanan pakan ruminansia. Namun, hal ini
memerlukan jenis tanaman yang cocok pada kondisi tersebut agar mendukung
Salah satu jenis tanaman pakan yang cocok dikembangkan untuk strategi
ini ditemukan menyebar alami di dalam habitat semak belukar pada lingkungan
dengan curah hujan 580-800 mm di Kelurahan Tondo, Kota Palu (Amar, 2003).
Rumput ini dapat memberikan harapan untuk tumbuh di lahan kering dan tanah-
tanah yang memiliki tingkat kesuburan rendah (Mura, 2013). Secara morfologi,
rumput tersebut diduga memiliki daya adaptasi terhadap lahan kering dan
naungan. Namun, penelitian dan publikasi tentang rumput tersebut masih sangat
salah satu strategi penting untuk pengembangan rumput ini pada lahan kering
karena hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik tanah
lebih baik bila diberikan pupuk kandang (Stur dan Horne, 2001). Pupuk kandang
merupakan sumber hara yang tersedia dan bisa dijangkau bagi petani kecil, murah,
Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk alam berasal dari kotoran
dedak padi dan lainnya yang dimakan ternak dan telah hancur, kemudian menjadi
1999). Pupuk kandang memiliki unsur hara yang lengkap untuk kebutuhan
oleh tananam, serta mempertahankan stabilitas dan aerasi tanah (Sutedjo, 2002).
di lahan kering perlu dilakukan. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan hijauan pakan
bukan hanya dari aspek pertumbuhan dan produksi hijauan (kuantitas), tetapi
pemenuhan aspek mutu pakan sama pentingnya untuk diperhatikan. Selain aspek
satu penentu jumlah produksi dan mutu hijauan yang dihasilkan. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan dengan perlakuan yang meliputi aspek perbaikan media
pertumbuhan secara fisik dan mutu hijauan rumput Panicum sarmentosum; dan
pakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
hijauan bahan makanan ternak. Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi
energi, vitamin, dan mineral (Stur dan Horne, 2001). Tipe-tipe hijauan yang
digunakan untuk makanan ternak dapat berupa hijauan yang berasal dari padang
penggembalaan, dan pakan lainnya seperti hay, silase, dan limbah tanaman
dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis rumput (Mc.Donald
dkk., 2002).
ternak ruminansia. Salah satu faktor yang dapat mendorong peningkatan produksi
pakan yang cukup dan berkualitas baik (Amar, 2002). Rumput pakan mempunyai
yang banyak, serta dapat diawetkan dan disimpan untuk waktu yang lama.
Menurut cara tumbuhnya, rumput dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu:
rumput liar (rumput alami), dan rumput budidaya. Rumput liar dapat tumbuh di
1982).
seperti konsentrat, yakni selain biaya produksinya lebih ekonomis juga mudah
sistem ini, kualitas dan kuantitas hijauan pakan sangat bervariasi. Untuk
makanan ternak yang berkualitas baik sehingga penyediaannya cukup setiap saat
(Mathius, 1992).
potensi genetik baik dari secara fisik tanaman dan mutunya. Performa tanaman
pakan dapat diukur melalui produksi bahan kering dan kualitas nutrisi yang
1. Genetik
dan kualitas hijauan pakan. Salah satu faktor genetik yang berpengaruh terhadap
mutu hijauan pakan yaitu spesies.Tanaman pakan memiliki spesies yang sangat
berbeda sehingga produksi dan kualitasnya juga berbeda. Produksi bahan kering
rumput Panicum maximum (Tarsono dkk., 2009a). Penelitian Mura (2013) yang
membandingkan dua jenis rumput tersebut pada kondisi lingkungan dan tingkat
curah hujan yang sama, menunjukkan bahwa produksi bahan kering rumput
maximum. Spesies tidak hanya memberikan pengaruh pada produksi bahan kering
protein kasar rumput Panicum maximum lebih tinggi dibanding rumput Panicum
sarmentosum (Mura, 2013). Produksi bahan kering dan kandungan protein kasar
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rataan produksi bahan kering dan kandungan protein kasar hijauan dua
jenis rumput Panicum umur 28, 35, dan 42 hari.
hijauan. Umur tanaman dari perbedaan species tidak semua sama sehingga
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dalam penentu pertumbuhan pada
pemotongan terbaik rumput gajah pada pemotongan pertama terdapat pada umur
50-60 hari. Penelitian Mura (2013) memberikan hasil terbaik pada umur
maximum.
Umur tanaman juga merupakan salah satu faktor internal yang sangat
pakan pada umur berbeda, memiliki produksi dan kualitas juga berbeda. Umur
tanaman yang masih mudah memiliki produksi bahan kering lebih rendah
dibanding tanaman yang sudah tua, kandungan protein terus menurun seiring
pertambahan umur tanaman (Mansyur dkk., 2005). Semakin tua umur tanaman,
maximum yang dipotong pada umur 28, 35, dan 42 hari memiliki produksi dan
produksi dan kualitas berbeda-beda. Gamal yang dipotong pada umur yang
berbeda juga memiliki produksi dan kandungan protein dan serat kasar berbeda
Tabel 3. Produksi segar (kg), kandungan protein dan serat kasar hijauan gamal
(Gliricidia sepium) pada umur 60, 80, 100, 120 hari.
Perlakuan
Produksi, PK, dan SK
Umur 60 Umur 80 Umur 100 Umur 120
Daun (kg) 4,06 5,61 5,78 6,76
Ranting (kg) 1,34 2,04 2,32 2,52
Total produksi (kg) 5,6 7,72 8,21 9,3
Protein kasar % 25,98 25,08 24,42 24,28
Serat kasar % 14,46 17,06 16,79 17,18
Sumber: Safitri dkk., (2012)
bahan kering, sehingga serat kasar juga akan terus meningkat, namun; bila dilihat
dari umur pemotongan ternyata semakin lama umur tanaman semakin tinggi
produksi bahan kering hijauan pakan yang dihasilkan tetapi kualitasnya akan
semakin menurun apabila tanaman sudah tua (Rismunandar, 1986; Mura, 2013).
Umur pemotongan terbaik bagi tanaman rumput terdapat pada umur 7-9
minggu (Rismunandar, 1986), atau pada masa tanaman telah dewasa tetapi belum
menjelang berbunga (stage of maturity); hal ini dikarenakan bahan kering yang
digunakan sebagai tolok ukur produksi sudah optimal, serat kasar yang digunakan
sebagai pembatas kualitas belum tinggi, sementara protein kasar yang digunakan
yaitu; iklim dan tanah. Dua faktor ini diuraikan sebagai berikut.
1. Iklim
temperatur yang memiliki suhu maksimum dan minimum dengan jarak yang
sangat berdekatan. Wilayah tropis umumnya mengalami dua musim setiap tahun,
yaitu: musim hujan dan musim kering (Amar, 2003). Tanaman yang biasa tumbuh
di wilayah beriklim sub-tropis belum tentu dapat tumbuh dengan baik di wilayah
beriklim tropis. Komponen iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap hasil
dan mutu hijauan pakan di Indonesia yaitu: curah hujan, temperatur/suhu udara,
intensitas sinar matahari, dan kelembaban udara (Prawiradiputra dkk., 2006; dan
Amar, 2012).
a. Curah hujan
Salah satu komponen iklim yang berpengaruh terhadap produksi dan mutu
hijauan pakan di Indonesia yaitu intensitas curah hujan. Curah hujan merupakan
salah satu faktor penting bagi pertumbuhan tanaman untuk menentukan kualitas
hijauan di daerah tropik (Chrowder dan Chedda, 1982). Lembah Palu di Sulawesi
Tengah merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki curah hujan yang
sangat rendah, curah hujan tahunan berkisar 580-800 mm selama periode 1999-
2003 di dalam tahun tersebut hanya memiliki distribusi bulan basah 1-3 bulan
dengan nilai 104-268 mm (Amar, 2003). Data curah hujan diperlukan sebagai
indikator ketersediaan air bagi tanaman. Produksi hijauan pakan di daerah yang
memiliki tingkat curah hujan yang tinggi, lebih besar dibanding daerah dengan
tingkat curah hujannya rendah (Hasan, 2012). Hal ini disebabkan pada musim
beriklim basah memiliki produksi yang lebih tinggi dibanding dengan rumput
gajah yang hidup di wilayah beriklim kering. Rumput gajah yang tumbuh di
wilayah subur dan beriklim basah mampu memproduksi hijauan segar mencapai
beriklim kering atau di wilayah dengan musim kemarau yang relatif panjang,
rumput ini memberikan hasil jauh lebih rendah, yaitu sekitar 48 ton Bk/ha/tahun
pertumbuhan tanaman hijauan pakan relatif lebih cepat menua (Crowder dan
Chedda, 1982). Akibatnya peternak kekurangan pasokan rumput untuk memenuhi
rumput lebih lambat, sehingga produksi rendah dan rumput lebih lambat dipanen.
Pada musim hujan, tanaman memperoleh cukup air untuk tumbuh dan
berkembang. Oleh sebab itu, air merupakan kebutuhan utama bagi pertumbuhan
Setyati (1991), tanah yang memiliki keterbatasan air dapat mempengaruhi proses
fotosintesis pada tanaman. Air dapat berfungsi untuk proses fotosintesis yang
melarutkan zat-zat hara di dalam tanah diangkut ke daun. Jika ketersediaan air
tanaman semakin tinggi. Pada musim hujan, tanaman hijauan pakan mendapatkan
air dari dalam tanah dan CO2 untuk membentuk karbohidrat dalam proses
b. Suhu udara
dan Fisher, 1996). Suhu untuk pertumbuhan tanaman di daerah tropis berkisar
antara 5-300C (Humphreys, 1981). Di luar kisaran suhu ini pertumbuhan tanaman
sangat cepat menurun. Suhu minimum bagi rumput dan legum di daerah tropik
relatif tinggi, sehingga tidak tahan cuaca dingin mendekati 00C (Amar, 2012).
dinding sel, absorpsi air dan hara, transpirasi, aktivita enzim dan koagulasi protein
(Purbajanti, 2013).
kering yang merupakan fungsi dari fotosintesis. Pertambahan luas daun rumput
dengan pertumbuhan tajuk dan laju munculnya daun baru. Suhu optimum untuk
pertumbuhan tanaman sekitar 310C dengan suhu minimum 5-80C dan maksimum
fotosintesis yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang ada di dalam
d. Kelembaban udara
udara biasanya tinggi dan merata di wilayah tropik basah. Di wilayah basah,
kelembaban relatif sangat tinggi, bisa mendekati 100% di waktu pagi, dan relatif
penyakit tanaman dan menunda pembentukan biji dan menghambat produksi biji
tanaman yang lebat, tetapi buah tersebut tetap hijau sampai memasuki atau
melewati musim kering (Amar, 2012). Umumnya, buah tanaman tersebut terlalu
basah pada pagi hari, tetapi mengering pada siang dan sore hari. Kondisi tersebut
dapat menyediakan lingkungan dengan baik berupa udara, air dan unsur hara yang
pertumbuhan normalnya yang diperoleh dari udara, air, tanah dan garam-garam
mineral atau bahan organik. Menurut Hasan (2012) unsur yang diperoleh dari
udara ada 3 jenis, yaitu unsur; Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O),
sedangkan 13 unsur lainnya, yaitu; Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium
(Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga
(Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan Klorin (Cl). Ada 6 unsur hara tanah yang
Mg (Hasan, 2012). Namun dari enam unsur ini ada tiga unsur yang mutlak harus
ada bagi tanaman yaitu N, P, dan K (Lawani, 1993). Ketiga unsur ini sangat
secara teratur dan baik. Oleh karena itu, peternak harus lebih memperhatikan cara
tanaman hijauan makanan ternak dengan baik sangat diperlukan untuk memenuhi
2.3.1 Pemupukan
pupuk yang bertujuan untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman agar dapat meningkatkan produksi dan mutu hijauan
pakan yang diperoleh (Sarief, 1989). Pemupukan juga sangat penting untuk
unsur hara pada tanah yang kurang produktif. Pemupukan berupa pupuk kandang
adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah, dengan tujuan untuk
tanaman (Sutedjo, 2002). Pupuk dibedakan dalam dua jenis: pupuk alam dan
pupuk buatan. Pupuk alam terbuat secara alamiah dan tidak ada campur tangan
manusia untuk mengatur kandungan unsur hara yang ada di dalamnya sementara
pupuk buatan sengaja dibuat oleh manusia melalui pabrik dan sudah diatur dosis
tanaman yang akan dipupuk, jenis tanaman, jenis pupuk, dosis, waktu pemupukan
yang tepat agar sebagian besar pupuk yang diberikan dapat diserap akar tanaman
analisa tanah pada lahan yang digunakan sehingga dicapai pengaruh yang efektif
dan ekonomis.
dilakukan dengan cara menggunakan mesin pemotong atau alat bantu pemotong
lainnya. Pemotongan dilakukan pada saat umur tanaman sudah siap panen. Karena
apabila tanaman dipotong pada umur yang masih muda, cadangan karbohidrat
Selain itu, pemotongan juga berpengaruh terhadap produksi dan kualitas tanaman
pemotongan akan kehilangan sebagian ataupun seluruh bagian jaringan yang aktif
bagian tanaman yang tersisa akan dirombak untuk kebutuhan energi bagi
pertumbuhan tunas-tunas baru. Penggunaan cadangan karbohidrat ini akan
peningkatan produksi bahan kering, menurunkan rasio daun dan batang, dan
persentase protein kasar. Pemotongan tanaman pada umur yang terlalu singkat,
bahan kering hijauan, ketegaran tanaman, serta melemahan akar (Mc.Ilroy, 1976).
Selain itu, pemotongan tanaman pada umur yang terlalu singkat juga dapat
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, dan produksi bahan kering
Tabel 4. Perbandingan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan produksi bahan kering
rumput yang diteliti pada interval defoliasi 45 hari.
Perlakuan
Parameter yang
Rumput sendiri Campuran rumput-Legum
dibandingkan
P. sarmentosum P. maximum P. sarmentosum P. maximum
1. Tinggi tanaman (cm)
Pemotongan I 193,09 195,68 174,55 176,43
Pemotongan II 192,69 192,88 165,00 191,73
Pemotongan III 183,75 192,85 157,63 183,17
2. Jumlah anakan
Pemotongan I 12,39 8,09 13,79 8,25
Pemotongan II 23,00 11,80 21,90 11,83
Pemotongan III 28,59 16,12 29,59 14,90
3. Produksi BK (kg/ha)
Pemotongan I 1177,5 914,66 1025,9 865,91
Pemotongan II 1432,8 1112,2 1212,0 1108,8
Sumber : Tarsono dkk. (2009a, 2009b)
2.4 Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing
Mayadewi, 2007). Pupuk ini juga sangat bermanfaat untuk menjaga kesuburan
kehidupan jasad renik, sebagai sumber unsur mikro yang dibutuhkan tanaman
samping yang sangat penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan atau
ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah
(Sarief 1989). Komposisi pupuk kandang sangat bervariasi tergantung dari jenis,
mengandung lebih dari satu macam unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P),
kalium (K), calsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Kelebihan pupuk
kandang dibandingkan dengan pupuk buatan adalah melepaskan unsur hara secara
terus menerus sehingga tanaman lebih lama memanfaatkan unsur hara yang
pupuk kandang (dosis 20 ton-1) dibanding dengan pemberian pupuk urea (dosis
150 kg-1) dan fosfor (dosis 160 kg-1). Produksi rumput mulato (Brachiaria mulato)
yang diberi pupuk kandang level 15 ton ha-1 dan level 30 ton ha-1 dapat
kering hijauan (Marsetyo dkk., 2010). Jumlah anakan rumput Brachiaria mulato
yang diberi perlakuan pupuk kandang 15 ton ha-1 pada umur 9 minggu
perlakuan pupuk kandang pada level 15 ton ha-1 menunjukkan bahwa, umur 7
minggu 5,76 ton ha-1 terus meningkat pada masing-masing umur 9 minggu 8,52
ton ha-1 dan umur 11 minggu 9,53 ton ha-1 (Marsetyo dkk., 2010). Penelitian lain
juga menunjukkan bahwa terdapat interaksi pupuk kandang ayam broiler pada
level 1, 2, dan 3 ton/ha dengan umur pemotongan yang berbeda 30, 40,dan 60 hari
mempengaruhi kadar protein kasar tanaman, semakin tua umur pemotongan maka
(Anonim 2012).
Phyllum : Spermatophyta;
Sub Phyllum : Angiospermae;
Classis : Monocotyledoneae;
Ordo : Glumiflora;
Familia : Gramineae;
Sub familia : Panicoideae;
Genus : Panicum,
Spesies : sarmentosum.
Nama botani : Panicum sarmentosum Roxb.
yang mampu beradaptasi pada lahan kering (Amar 2003). Secara morfologi
rumput ini memiliki bulu-bulu putih pada pangkal tanaman yang lebih lembut
Tiga rumpun pangkal tanaman (± 25-40 cm) sisa renggutan ternak dari rumput ini
ditemukan tahun 1999 pada lahan kering di Kelurahan Tondo, Lembah Palu-
Sulawesi Tengah dalam komunitas tumbuhan semak belukar, yang berada dalam
wilayah khatulistiwa, antara 00 50’ 35,73” Lintang Selatan dan 1190 53’ 25.40”
Bujur Timur) pada ketinggian 60 m dari permukaan laut, dengan curah hujan
tahunan sekita 580-800 mm, dalam periode 1999-2003 (Amar dan Tarsono,
kemampuan berkompetisi dan beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan kering
dan naungan dalam komunitas semak belukar (Amar dan Tarsono, 2003).
Rumput ini memiliki kekerabatan yang hampir sama dengan Panicum maximum
hanya memiliki perbedaan spesies (Tarsono dkk., 2009a). Rumput ini juga sangat
disukai ternak dan memiliki produksi bahan kering yang tinggi (Mura, 2013).
hijauan pakan lainnya yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang sama.
anakan/rumpun, berat daun 1,78 ton/ha, jauh lebih tinggi bila dibandingkan
ton/ha bahan kering, jumlah anakan 26,07 anakan/rumpun, dan berat daun 1,25
ton/ha. Akan tetapi, berat batang 0,81 ton/ha, kandungan protein kasar daun
sarmentosum tidak berbeda jauh dengan berat batang 0,67 ton/ha, kandungan
protein kasar daun 4,92%, dan kandungan protein kasar batang 3,61% rumput
Panicum maximum.
c. Panicum maximum yang dipotong pada fase sebelum dan setelah berbunga
memiliki kadar protein kasar masing-masing 6,25% dan 4,75%, dan serat kasar
kandungan serat kasarnya lebih rendah pada fase sebelum berbunga (Tarsono
Panicum sarmentosum
No Komponen Nutrisi
Sebelum berbunga (%) Berbunga (%)
1 Protein Kasar 12,80 8,45
2 Lemak 2,44 3,41
3 Serat Kasar 33,82 34,39
4 BETN 50,35 52,94
5 Abu 0,59 0,81
Sumber: Tarsono dan Amar (2007).
2.7. Hipotesis
1. Terdapat interaksi yang nyata antara pemberian pupuk kandang dengan umur
diteliti.
dan dipelihara di kebun hijauan milik CV. PRIMA BREED. Rumput Panicum
sarmentosum tersebut telah ditanam pada bulan Maret 2014, dan sudah
mengalami 6 kali pemotongan. Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pupuk kandang dari kotoran kambing. Peralatan yang digunakan dalam
sampel, sabit, cangkul, tali, kayu sebagai patok, dan timbangan digital Merk
Lahan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini seluas 1472 m2,
disiapkan terlebih dahulu dengan cara membersihkan gulma dan tanaman lain
berukuran (5x5) m2, jarak antar petak adalah 4 m. Jarak tanam rumput Panicum
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kotoran kambing
dengan perlakuan yang diteliti yaitu; 30, 35 dan 40 hari. Pemotongan tanaman
pemotongan (30 hari, 35 hari dan 40 hari). Sampel diambil dari tanaman yang
berada pada baris yang terdapat di bagian tengah petak. Pengambilan sampel
pada bagian tengah petakan, yang terletak di baris ke-3 dari sisi kiri dan kanan
pada rumpun ke-3 dari masing-masing ujung baris tanaman (Gambar. 1). Sampel
(sampel hijauan segar). Hasil penimbangan sampel segar (18 rumpun) tersebut
diambil sebanyak 4 rumpun untuk dikeringkan dengan oven pada suhu 70oC
selama 48 jam sehingga mencapai berat konstan sebagai berat kering hijauan.
Data yang diperoleh selanjutnya dikonversi ke satuan ton berat kering per hektar
Penelitian ini terdiri dari 2 faktor, yaitu: pemupukan dan umur pemotongan (2x3).
µ : Rataan umum
muncul dari dalam tanah (subteranian tillers), bukan yang tumbuh ke samping
pada buku-buku batang di atas permukaan tanah (aereal tillers). Tanaman baru
tumbuh dihitung sebagai anakan jika sudah membentuk pelepah dan helaian daun
yang terbuka. Jumlah anakan dihitung pada saat panen berdasarkan masing-
Pemisahan daun dan batang dilakukan secara manual, yaitu dengan cara
memisahkan semua helaian dan pelepah daun dari batangnya hingga pangkal
rangkaian bunga. Bagian tanaman yang terlepas dari batangnya merupakan bagian
termasuk pelepah daun dan susunan bunga yang ada di tangkai (Smart dkk.,
2004). Produksi bahan kering daun diperoleh dari hasil penimbangan fraksi daun
tanaman sampel yang telah dipisahkan dari batangnya kemudian diovenkan pada
suhu 700C selama 48 jam sehingga diperoleh berat konstan bahan kering daun.
Data yang diperoleh selanjutnya dikonversi ke satuan ton berat kering per hektar
(ton BK.ha-1).
batang tanaman yang telah dipisahkan dari daunnya kemudian diovenkan pada
suhu 700C selama 48 jam. Data yang diperoleh selanjutnya dikonversi ke dalam
produksi batang ke satuan ton berat kering per hektar (ton BK.ha-1).
bahan kering daun dan bahan kering batang. Hasil yang didapatkan dikonversi ke
Rasio daun dan batang hijauan adalah hasil bagi produksi bahan kering
daun dengan produksi bahan kering batang masing-masing sampel rumput dari
petak percobaan.
dimodifikasi (Zaklouta dkk., 2011), dan kandungan serat kasar diperoleh dengan
program statisticx (SX). Variabel yang secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan
(P>0,05) antara faktor pemupukan dan umur pemotongan tehadap jumlah anakan
Tabel 6. Rataan jumlah anakan per rumpun tanaman Panicum sarmentosum yang
diberi perlakuan pemupukan.
kandang (75,18 anakan/rumpun) hampir seragam dengan yang tidak diberi pupuk
telah mengalami beberapa kali panen sehingga peningkatan jumlah anakan sudah
berada pada batas maximumnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Silalahi
(2001) dimana aplikasi pupuk kandang pada level 10, 20 dan 30 ton/ha
Kemungkinan lain adalah rumput tersebut telah mengalami beberapa kali panen
sehingga peningkatan jumlah anakan sudah maximum dan tidak dipengaruhi lagi
oleh perlakuan.
Anwar dan Bambang (2000) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat
Oleh karena itu, rimbunnya tanaman yang memiliki daun yang banyak dapat
perkembangan anakan yang ada di dalam tanah dengan jumlah yang lebih
pupuk kandang memiliki unsur hara yang lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan
tanaman khususnya pada fase vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah anakan dan
produksi daun (Sutanto, 2002a). Akan tetapi, unsur hara yang ada di dalamnya
dilepas secara lambat, sehingga tanaman membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk menyerap unsur hara pupuk tersebut, agar dapat meningkatkan jumlah
Tabel 7. Rataan Jumlah anakan per rumpun tanaman Panicum sarmentosum yang
diberi perlakuan umur pemotongan.
anakan hampir semua seragam. Hal ini diduga disebabkan oleh selisih umur
dalam hal memperbanyak anakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mura (2013)
umur pemotongan 4 (28 hari), 5(35 hari), dan 6 minggu(42 hari) tergolong sangat
anakan rumput Panicum sarmentosum dan Panicum maximum. Akan tetapi, hal
ini juga mungkin terjadi karena rumput tersebut telah mengalami beberapa kali
vegetatif 21-28 hari sehingga umur 30, 35, dan 40 hari tidak menunjukkan
pengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
minggu (25,5/rumpun).
tanaman hijauan pakan (Minson, 1990). Produksi bahan kering merupakan bagian
dari hasil pertumbuhan tanaman dan dijadikan pedoman untuk mengetahui tingkat
pemupukan dan umur pemotongan terhadap produksi bahan kering dan rasio
terhadap produksi bahan kering daun, produksi total hijauan, rasio daun/batang,
dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi batang rumput
pupuk kandang 2,77 ton ha-1 lebih tinggi dibanding rumput Panicum
sarmentosum yang tidak diberi pupuk (1,93 ton ha-1). Hal ini diduga bahwa
kandungan unsur hara pada pupuk kandang, dapat dimanfaatkan dengan sempurna
sarmentosum sehingga mengakibatkan produksi daun lebih tinggi. Hal ini dapat
dilihat pada hasil analisis pupuk kandang (Lampiran 2), bahwa unsur haranya
tergolong sangat tinggi. Unsur nitrogen (N) diperoleh dari pupuk kandang tersebut
4,02%, unsur fosfor (P) 0,08%, unsur kalium (K) 2,43%. Pupuk kandang yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi.
Soepardi (1993) menyatakan bahwa dengan kandungan nitrogen yang tinggi pada
khususnya panjang, lebar daun, dan daun menjadi hijau dan segar.
Perlakuan pupuk kandang juga berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
produksi batang rumput P. sarmentosum (0,41 ton ha-1) yang diberi pupuk, jauh
lebih tinggi dibanding produksi batang (0,21 ton ha-1) yang tidak diberi pupuk
(Tabel 8). Hal ini diduga bahwa kandungan nitrogen yang terdapat di dalam
produksi batangnya ikut meningkat. Sarief (1989) menyatakan bahwa, unsur hara
yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman yaitu unsur nitrogen (N), fosfor (P)
penelitian ini (Lampiran 8). Hal ini disebabkan oleh tingginya produksi daun dan
batang yang diberi pupuk kandang dengan level 30 ton ha-1 sehingga total bahan
kering yang dihasilkan mencapai 3,18 ton ha-1 lebih tinggi dibanding yang tidak
diberi pupuk hanya mampu menghasilkan produksi bahan kering 2,14 ton ha-1
(Tabel. 8). Rendahnya produksi total bahan kering yang tidak diberi pupuk,
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kandungan unsur nitrogen yang
proses vegetatif khususnya pertumbuhan daun dan batangnya. Oleh karena itu,
tingginya total produksi bahan kering dipengaruhi oleh tingginya produksi daun
dan batang rumput P. sarmentosum. Hal ini terbukti bahwa dengan pemberian
pupuk kandang pada kandungan nitrogen yang tinggi 4,02% dapat meningkatkan
produksi daun dan batang sehingga dapat berpengaruh terhadap produksi total
bahan kering. Tingginya kandungan nitrogen (N) yang ada di dalam tanah dapat
dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga struktur tanah menjadi
cukup remah, unsur hara dari bahan organik tersedia lengkap, dan kelembaban
menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap rasio daun dan batang
rumput. Akan tetapi, rasio daun dan batang rumput P. sarmentosum yang diberi
pupuk (6,76) lebih rendah dari pada yang tidak diberi pupuk (9,19) seperti yang
disajikan pada tabel 8. Rendahnya rasio daun dan batang rumput yang diberi
sarmentosum. Hal ini diduga bahwa kandungan nitrogen 4,02% pada pupuk
menyebabkan rasio daun dan batang semakin kecil. Anwar dan Bambang, (2000)
tinggi dapat merangsang perkembangan daun dan batang tanaman, sehingga dapat
meningkatkan produksi hijauan. Tingginya rasio daun dan batang dipengaruhi
oleh rendahnya produksi batang yang tidak diberi pupuk. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah pada lokasi
kerdil.
(P>0,05) terhadap produksi daun, batang, dan total produksi bahan kering rumput
Nilai rataan produksi bahan kering daun, batang, dan total produksi dari
tidak menunjukkan pengaruh secara nyata. Hal ini diduga bahwa umur 30, 35, dan
secara nyata terhadap produksi bahan kering rumput Panicum sarmentosum dan
Panicum maximum. Akan tetapi, hal ini juga mungkin terjadi karena rumput
bahan keringnya sudah berada pada batas maximumnya. Hasil ini tidak sama
penelitian ini kemungkinan sudah dilewati dan terjadi di bawah fase awal
vegetatif, sebelum umur 28 hari, sehingga produksi bahan kering pada umur 30,
35, 40 hari tidak menunjukkan pengaruh secara nyata. Dilihat dari masing-masing
umur pemotongan, produksi umur 40 sudah mulai menurun, hal ini menandakan
bahwa tanaman tersebut sudah mulai menua seiring dengan pertambahan umur.
Hal ini diduga bahwa pada U35 tanaman Panicum sarmentosum tersebut sudah
berada di akhir fase vegetatif. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian
Mura (2013) bahwa umur 28-42 hari mendapatkan produksi daun, batang, dan
kemungkinan hal ini disebabkan oleh rendahnya curah hujan pada lokasi
penelitian ditunjang dari data curah hujan CV. PRIMA BREED (Lampiran 3).
sarmentosum. Nilai rataan rasio daun dan batang (Tabel 9) dari masing-masing
umur pemotongan lebih tinggi umur 35 (9,79) dibanding umur 30 (5,97) dan umur
40 (7,41). Hal ini disebabkan oleh rendahnya produksi batang pada umur 35
dengan nilai produksi 0,29 ton ha-1 sehingga mengakibatkan tingginya rasio daun
dan batang pada umur 35. Vanis (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi
produksi batang pada tanaman menyebabkan rasio daun dan batang semakin
rendah.
Protein dan serat kasar merupakan unsur yang berperan penting di dalam
suatu bahan pakan khususnya rumput. Kedua unsur ini memiliki hubungan yang
sangat erat untuk menentukan kualitas dan mutu hijauan pakan. Oleh karena itu,
yang ada di dalam hijauan pakan didukung oleh kandungan nitrogen yang ada di
(P>0,05) antara faktor pemupukan dan umur pemotongan terhadap protein kasar
daun dan serat kasar daun rumput Panicum sarmentosum. Oleh karena itu,
nyata (P<0,05) terhadap protein kasar dan serat kasar daun rumput Panicum
sarmentosum. Rataan protein kasar dan serat kasar Panicum sarmentosum pada
Tabel 10. Rataan kandungan protein kasar dan serat kasar daun rumput Panicum
sarmentosum berdasarkan perlakuan pemupukan (% bahan kering)
Nilai rataan protein kasar 7,02% yang diberi perlakuan pupuk kandang
jauh lebih tinggi dibanding kandungan protein 4,88% yang tidak diberi pupuk
(Tabel 10). Hal ini diduga bahwa, kandungan unsur hara yang ada pada pupuk
(N) yang tinggi dapat meningkatkan protein pada tanaman. Kandungan unsur hara
yang paling berperan penting dalam penyusunan dan pembentukan protein yaitu
kandungan serat kasar daun rumput Panicum sarmentosum (Lampiran 9). Akan
kandungan serat kasar yang diberi pupuk (14,89%) jauh lebih rendah dibanding
yang tidak diberi pupuk kandang (19,53%) disajikan pada (Tabel 10). Hal ini
diduga bahwa pemberian pupuk kandang dengan kandungan nitrogen 4,02% dapat
meningkatkan kandungan protein dan menahan laju pembentukan serat kasar yang
ada di dalam daun rumput P. sarmentosum. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sarwatt dkk. (2003) pemberian pupuk kandang dapat menahan laju pembentukan
dan serat kasar daun rumput P. sarmentosum. Rataan protein kasar dan serat kasar
Tabel 11. Rataan kandungan protein kasar (PK) dan serat kasar (SK) daun
rumput Panicum sarmentosum berdasarkan perlakuan umur
pemotongan
seragam seperti yang di sajikan pada (Tabel 11). Hal ini kemungkinan disebabkan
dalam jaringan khususnya protein tidak nampak secara nyata. Hal ini sesuai
sarmentosum.
data yang tidak signifikan antara umur 30(6,01%), meningkat pada umur
35(6,30%) dan mulai menurun pada umur 40(5,54%). Peningkatan protein rumput
P. sarmentosum pada penelitian ini kemungkinan sudah dilewati pada fase awal
vegetatif sehingga umur 30, umur 35, dan umur 40 hari tidak menunjukkan
pengaruh secara nyata. Hal ini mungkin terjadi karena rumput tersebut telah
berada pada batas maximumnya. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
umur 47 hari masi tergolong masa pertumbuhan vegetatif. Hal ini, menandakan
bahwa rumput tersebut mulai menua seiring pertambahan umur tanaman. Mansyur
dkk. (2005) menyatakan bahwa semakin tua umur tanaman semakin menurun
juga disebabkan oleh adanya faktor lingkungan yang belum maksimal untuk
menunjang pertumbuhan rumput Panicum sarmentosum. Hal ini terlihat dari data
curah hujan pada lokasi penelitian (CV. PRIMA BREED, Kelurahan Tondo,
kecamatan mantikulore), bahwa tingkat curah hujan sangat rendah (Lampiran 3).
Curah hujan yang diperoleh di lapangan selama penelitian (55,9 mm), Februari
(58 mm), Maret (64,6 mm). Curah hujan sangat berpengaruh terhadap
hujan, dapat menyebabkan tanaman lebih cepat tua sehingga berdampak pada nilai
rumput P. sarmentosum pada penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat sulit
nyata (P<0,05) antara perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan terhadap
pupuk kandang dan umur pemotongan dapat dilihat pada Tabel 12.
pupuk lebih tinggi dibanding yang tidak diberi pupuk. Hal ini menunjukkan
tinggi kandungan nitrogen (N) yang ada di dalam tanah dapat meningkatkan
protein pada tanaman (Sarwatt dkk., 2003). Akan tetapi, nilai rataan berdasarkan
masing-masing umur pemotongan terjadi perbedaan nilai yang sangat sulit untuk
protein kasar pada tanaman terus menurun (Sutedjo, 2002; Mansyur dkk., 2005).
Hal yang sama juga terdapat pada variabel kandungan serat kasar batang
bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara pemberian pupuk
kandang dan umur pemotongan terhadap kandungan protein kasar batang rumput
Tabel 13. Rataan kandungan serat kasar batang rumput Panicum sarmentosum
berdasarkan perlakuan pupuk kandang dan umur pemotongan
serat kasar yang terus meningkat seiring dengan pertambahan umur pemotongan.
Secara umum, semakin tua umur tanaman pada waktu dipotong kadar serat
kasarnya akan terus meningkat dan protein kasarnya menurun karena terjadi
proses lignifikasi (Tillman dkk., 1998). Pernyataan ini sesuai dengan Givens dkk.
(2000), bahwa semakin tua umur tanaman maka komponen dinding sel di
yang signifikan dengan kandungan serat kasar yang tidak diberi pupuk.
Kandungan serat kasar rumput yang mendapat perlakuan pupuk lebih rendah
dibanding yang tidak diberi pupuk. Hal ini diduga bahwa dengan pemberian
batang rumput Panicum sarmentosum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwatt
dkk. (2003) pemberian pupuk kandang dapat menahan laju pembentukan serat
(2000) menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan protein kasar pada tanaman
dapat menyebabkan kandungan serat kasar akan semakin rendah baik di daun
5.1. Kesimpulan
nyata (P<0,05) terhadap variabel protein kasar batang dan serat kasar batang,
interaksi tersebut tidak nyata pada variabel jumlah anakan, produksi daun,
batang, total produksi, rasio daun/batang, protein kasar daun, dan serat kasar
semua parameter yang diukur, kecuali pada variabel rasio daun/batang dan
5.2. Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan adanya penelitian lanjutan untuk
P. sarmentosum.
DAFTAR PUSTAKA
Amar, A.L. 2002. Pengenalan Tanaman Hijauan Pakan. BKS PTN INTIM,
Makassar
Amar, A.L. 2003. Tanaman Hijauan Pakan untuk Penggembalaan Sapi Potong
pada Lahan Kering dan Perkebunan di Sulawesi Tengah. Seminar dan
Lokakarya Pasca IAEUP Proyek, 15-16 Desember 2003 di Palu
Amar. A.L. dan Tarsono. 2003. Pasture composition and yield with reference to
the presence of tree legume canopy. In: “The Organic Farming and
Sustainable Agriculture in the Tropics and Subtropics: Science,
Technology, Manajement, and Social Walfare”, Vol. II., p. 306-309.
Proceedings of the International Seminar by Sriwijaya University & PT.
PUSRI, Palembang
Amar, A.L. 2012. Lahan Penggembalaan Di Wilayah Iklim Panas. Edukasi Mitra
Grafika, Palu
Ambarwati, D. 2000. Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan Dan Pemupukan
Urea Terhadap Kadar dan Produksi Protein Kasar dan Serat kasar
Pertumbuhan Kembali Rumput Gajah. Skripsi. Fakultas Peternakan
UNDIP. Semarang
Aminuddin. 1987. Beberapa Jenis dan Metode Pengawetan Hijauan Pakan Ternak
Tropika. Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto
Anonim. 2012. Panicum sarmentosum Roxb. http://eol.org/pages/2876169/
hierarchi-entries/50340508/literature. Diakses tanggal 10 september 2015
Anwar, M. Dan Bambang, K. 2000. Pengaruh Perbedaan Penggunaan Pupuk
Terhadap Produksi Rumput Raja (Pennisetum purpureophoides) Di
Lapangan Percobaan Ciawi. Jurnal Balai Penelitian Ternak
Association of official analytical chemist. 1999. Official methods of analysis.
AOAC international, Washington
Bogdan, A. V. 1997. Tropical Pasture and Fodder Plants (grasses and legumines).
Longman Ltd., New York
Cheeke PR. 1999. Applied Animal Nutrition Feed and Feeding. Prentice Hall,
New Jersey
Clements, D.R., D.L. Benoit, S.D. Murphy, and C.J. Swanto. 1996. Tillage effect
on weed seed return and seed bank composition. Weed Sci. 44 : 314-322
Crowder, L. V. and H. R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman
Inc., London and New York
Damayanti, I.C. 2006 Produktjvitas Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Di
Peternakan Ternak Domba Sehat C-Ginbogor Sebagai Respon Pemupukan
Organik dan Nitrogen. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Givens. D.I., E. Owen., R.F.E. Axford And H.M. Omed. 2000. Forage Evaluation
In Ruminant Nutrition. Cabi Publishing, Wallingford, UK. Pp. 281−295
Goldworthy, P. R. and N. M. Fisher. 1996. The Physiology of Tropical Field
Crops. Edisi Indonesia. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan
Tohari. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Presindo, Jakarta
Harjadi, S.S. 1983. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Preess, Bogor
Hendarto, E dan R. Soedarjo. 2003. Studi komparasi penampilan kualitas visual
dan produksi rumput benggala (Panicum maximum) pada pemupukan
berbagai jenis dan taraf pupuk organik dan anorganik. Jurnal Media
Peternakan, Vol. 5(1): 17-22
Holmes, W. 1980. Grass its production and utilization. British Grassland Society
by Blackwell Scientific Publication, Oxford
Kode pH N C-organik Na Ca
No P (%) K (%)
Sampel (1:2,5) (%) (%) (%) (%)
1 PK 7.40 4.02 0.08 2.43 18.57 8.13 17.85
Lampiran 3. Data curah hujan areal penelitian CV. Prima Breed ( 2015)
Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 74,66 85,83 79,72 80,07
2 78,55 99,22 86,61 88,13
P0
3 75,5 47,88 76,77 66,72
4 60,61 56,05 45,38 54,01
Rataan 72,33 72,25 72,12 72,23
1 74,11 102,27 81,77 86,05
2 83,94 84,94 93,72 87,53
P30
3 60,22 62,72 60,27 61,07
4 63,44 76,77 58 66,07
Rataan 70,43 81,68 73,44 75,18
Produksi BK batang/g/plot
Umur Pemotongan
Pemupukan Kelompok Rataan
U30 U35 U40
1 22,9 32,2 27 27,37
2 50,2 34,1 21,6 35,3
P0
3 20,8 20,9 17,6 19,77
4 35,2 37 34,7 35,63
Rataan 32,275 31,05 25,225 29,52
1 59,6 77,6 94,6 77,27
2 68,6 41,5 38,1 49,4
P30
3 25,1 27,1 60,7 37,63
4 71,4 66,1 67,4 68,3
Rataan 56,18 53,08 65,2 58,15
SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 3419.92 1139.97 10.66 0.0005
PUPUK (B) 1 52.1855 52.1855 0.49 0.4955
UMUR (C) 2 134.897 67.4483 0.63 0.5457
B*C 2 136.388 68.1941 0.64 0.5422
A*B*C 15 1603.95 106.930
TOTAL 23 5347.34
SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 7.09242 2.36414 3.25 0.0516
PUPUK (B) 1 4.26727 4.26727 5.86 0.0286
UMUR (C) 2 3.91278 1.95639 2.69 0.1005
B*C 2 0.11111 0.05555 0.08 0.9269
A*B*C 15 10.9149 0.72766
TOTAL 23 26.2985
SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 0.10761 0.03587 3.54 0.0407
PUPUK (B) 1 0.23800 0.23800 23.46 0.0002
UMUR (C) 2 0.00181 9.04204 0.09 0.9152
B*C 2 0.01991 0.00995 0.98 0.3977
A*B*C 15 0.15216 0.01014
TOTAL 23 0.51950
LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF BKBTG BY PUPUK
HOMOGENEOUS
PUPUK MEAN GROUPS
2 0.4067 A
1 0.2075 .. B
SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 6.93188 2.31063 2.86 0.0723
PUPUK (B) 1 6.54170 6.54170 8.09 0.0123
UMUR (C) 2 3.78008 1.89004 2.34 0.1309
B*C 2 0.07506 0.03753 0.05 0.9548
A*B*C 15 12.1361 0.80908
TOTAL 23 29.4649
SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 23.8018 7.93393 2.58 0.0920
PUPUK (B) 1 27.3921 27.3921 8.92 0.0092
UMUR (C) 2 2.36303 1.18151 0.38 0.6872
B*C 2 5.45376 2.72688 0.89 0.4321
A*B*C 15 46.0756 3.07171
TOTAL 23 105.086
SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 4.13618 1.37873 1.55 0.2418
PUPUK (B) 1 1.49500 1.49500 1.69 0.2138
UMUR (C) 2 1.16530 0.58265 0.66 0.5328
B*C 2 10.1040 5.05202 5.69 0.0145
A*B*C 15 13.3075 0.88717
TOTAL 23 30.2081
GRAND MEAN 4.1587 SE 0.1923
MEANS OF PKBTG FOR PUPUK
SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 18.9243 6.30809 1.37 0.2896
PUPUK (B) 1 129.270 129.270 28.11 0.0001
UMUR (C) 2 30.1763 15.0882 3.28 0.0658
B*C 2 22.2794 11.1397 2.42 0.1226
A*B*C 15 68.9866 4.59911
TOTAL 23 269.637
LSD (T) COMPARISON OF MEANS OF SKDAUN BY PUPUK
HOMOGENEOUS
PUPUK MEAN GROUPS
1 19.530 A
2 14.888 .. B
ALL 2 MEANS ARE SIGNIFICANTLY DIFFERENT FROM ONE ANOTHER.
CRITICAL T VALUE 2.131 REJECTION LEVEL 0.010
CRITICAL VALUE FOR COMPARISON 1.8661
STANDARD ERROR FOR COMPARISON 0.8755
ERROR TERM USED: KELOMPOK*PUPUK*UMUR, 15 DF
SOURCE DF SS MS F P
KELOMPOK (A) 3 3.59461 1.19820 0.17 0.9144
PUPUK (B) 1 223.077 223.077 31.82 0.0000
UMUR (C) 2 245.363 122.682 17.50 0.0001
B*C 2 91.8947 45.9473 6.55 0.0090
A*B*C 15 105.165 7.01099
TOTAL 23 669.094
Palu, tahun 2008. Pendidikan Sekolah Menengah atas ditempuh di SMK N 5, Palu
tamat tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
Tadulako, Palu, yang berdiri sendiri menjadi Fakultas pada tahun 2013.