KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan di
PT.Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sukabumi Farm Bantarsari. Praktik Kerja
Lapangan telah dilaksanakan selama dua puluh lima hari mulai dari tanggal 4
Januari 2016 sampai dengan 28 Januari 2016.
Penyusunan laporan ini tidak akan sempurna apabila tidak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan
yaitu :
1. Prof. Dr. Ir. Husmy Yurmiati M.S., selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
2. Indrawati Yudha Asmara S.Pt, M.Si, Ph.D., selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran
3. Dr.Ir.TB. Benito A. Kurnani, Dip.Est. selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing selama Praktik kerja lapangan hingga penyusunan
laporan ini.
4. Dr.Ir.TB. Benito A. Kurnani, Dip.Est selaku kepala Laboratorium
Mikrobiologi dan Penanganan Limbah Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran.
5. Ir. Hj. Lia Budi Mulyati Salman, MP.,selaku Koordinator Praktik Kerja
Lapangan.
6. Bapak An An Nurmediansyah Suhendri, S.Pt, selaku sekertaris Praktik
Kerja Lapangan.
7. Bapak Basuki,selaku Manajer PT.Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Sukabumi Farm Bantarsari
8. Seluruh supervisor, assistant supervisor, dan caretaker PT. PT.Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit Sukabumi Farm Bantarsari.
9. Keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi dan doa restu yang
tiada henti.
10. Semua pihak yang telah membantu kelancaran PKL dan penulisan laporan
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dengan harapan, semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan khususnya di dunia
Peternakan.
Sumedang, 2016
Tim
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
I KEADAAN UMUM PERUSAHAAN..................................................................1
1.1.Identitas dan Sejarah Pendirian Perusahaan...................................................1
1.2. Lokasi Perusahaan.........................................................................................1
1.3 Struktur Organisasi Perusahaan......................................................................2
1.4. Bidang usaha.................................................................................................5
1.4.1. Skala Usaha dan Populasi...........................................................................5
1.4.2. Produk Perusahaan..................................................................................5
1.4.3. Proses Produksi.......................................................................................5
1.5. Manajemen pemeliharaan rutin.....................................................................6
1.6. Pakan dan Sistem Pemberian Pakan..............................................................6
1.7.Bangunan perkandangan................................................................................8
1.8.Sarana dan prasarana......................................................................................9
II.Tata laksana dan penanganan limbah telur afkir di PT. Charoen Pokphand
Bantarsari, Sukabumi(Fadillah Paturohman 200110130128)
2.1. Abstrak......................................................................................................14
2.2.Pendahuluan.................................................................................................14
2.3.Tujuan...........................................................................................................15
2.4. Metode Pengamatan....................................................................................16
2.5.Hasil dan Diskusi..........................................................................................16
2.5.1. Pengambilan Telur (Collection)............................................................16
2.5.2 Fumigasi Telur.......................................................................................16
2.5.3. Seleksi Telur.........................................................................................18
2.5.4. Grading Telur........................................................................................18
2.5.5. PenyimpananTelur................................................................................19
2.5.6. Penanganan Limbah Telur Infertil........................................................19
2.5.7 Pendistribusian telur by product............................................................20
2.6 Kesimpulan...................................................................................................21
4.5.6. Klorida.................................................................................................43
4.5.7. Fluorida................................................................................................43
4.5.8. Total Dissolved Solid (TDS)...............................................................44
4.5.9. Kekeruhan............................................................................................44
4.5.10. Organoleptik (Warna dan Aroma).......................................................45
4.5.11. Total Coliform....................................................................................46
4.6. Kesimpulan..................................................................................................47
4.7. Daftar Pustaka.............................................................................................47
5.1. Abstrak.........................................................................................................50
5.2. Latar Belakang............................................................................................50
5.3.
Tujuan......................................................................................................51
5.4.
Metode Pengamatan................................................................................51
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Telur yang akan di Fumigasi................................................................23
I
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
1.1 Identitas dan Sejarah Pendirian Perusahaan
Nama Perusahaan
Unit
Bentuk Perusahaan
Alamat
Bidang Usaha
Alamat Kantor Pusat : JI. Ancol Barat Blok A 5E. No. 10 Jakarta Utara
Sejak berakhirnya PT.Sumber Subur Mas (Subur Grup), aset kepemilikannya
beralih ke Badan Penyehatan Perbangkan Nasional (BPPN). Asset tersebut adalah
Farm Bantarsari di Sukabumi, Farm Sukamulya di Bogor dan Farm Taman Sari di
Bogor. Oleh BPPN farm-farm tersebut dijual melalui sistem lelang. PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm (PT.CPJF) termasuk yang telah membeli salah satu paket
lelang nya yaitu pada tahun 2002. Salah satu asset dari paket tersebut yaitu Farm
Bantarsari.PT. Charoen Pokphand Jaya Farm yang merupakan bagian atau cabang
dari Charoen Pokphand Grup (CP Grup), memulai aktifitasnya di Farm Bantarsari
pada awal tahun 2003. Setelah dilakukan perombakan dan pembangunan
infrastruktur, akhirnya pada bulan Agustus 2003 Farm Bantarsari memulai
usahanya dengan proses pemeliharaan ayam parent stock, yang menggunakan
sistem pemeliharaan ayam pullet
1.2. Lokasi Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm (PT. CPJF) berlokasi di Kampung Cibiru,
Desa Bantarsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi. Perusahan ini
mempunyai letak geografis yang cukup strategis, karena disamping jarak kejalan
raya sekitar 500 meter dan jarak ke kota madya kira-kira 52 km juga ditambah
dengan luas area yang cukup besar yaitu 7 Ha membuat perusahaan ini mudah
dijangkau oleh transportasi apapun. Selain itu, faktor utama yang mendukung
lokasi ini dipilih sebagai sektor perusahaan pemeliharaan ayam Parent Stock
broiler-breeder yaitu keadaan lingkungan yang bersuhu sejuk, yang baik untuk
pemeliharaan ayam.
1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sukabumi Farm Bantarsari memiliki
struktur organisasi yang di dalamnya terdapat perangkat kerja yang akan
membantu kelancaran dan kelangsungan dari perusahaan tersebut. Kegiatan
operasional tersebut dilakukan oleh tenaga teknis dan non teknis. Tenaga teknis
adalah tenaga yang terlibat secara langsung dengan teknis peternakan, sedangkan
tenaga non teknis adalah tenaga kerja yang terlibat dengan peternakan secara
langsung dan berfungsi sebagai pendukung. Berikut struktur organisasi:
REGIONAL HEAD
GENERAL MANAGER
MANAGER
SUPERVISOR
PEKERJA/ANAK KANDANG
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm dipimpin oleh seorang Regional Head
yang bertanggung jawab atas farm yang berada di wilayah tertentu biasanya antar
kota/kabupaten yang membawahi para GM(General Manager).General Manager
yang bertanggung jawab atas kinerja dari Manager dari setiap farm yang ada di
beberapa wilayah biasanya memegang 3 sampai 5 farm. Manager yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan kegiatan operasional perusahaan.
Supervisor membantu manajer farm dalam melaksanakan kegiatan perusahaan
dan bertugas mengawasi kegiatan operasional kandang. Supervisor dibantu oleh
assistant supervisor yang membawahi koordinator kandang dan caretaker.
Caretaker bertugas untuk melaksanakan semua pekerjaan yang menyangkut
pemeliharaan di dalam kandang. Setiap flock yang terdiri atas 3 kandang dikelola
oleh satu orang caretaker tiap kandangnya untuk merawat sekitar 5.600 ekor
ayam parent stock. Pekerjaan caretaker meliputi pemberian pakan, vaksinasi,
pengambilan telur, fumigasi telur, grading telur, menjaga sanitasi dan penanganan
produksi terhadap satu kandang.Dalam struktur organisasi pekerja atau anak
kandang dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. KORLAP (Koordinator Lapangan) : mengkoordinir semua pekerja
kandang dan yang bertanggung jawab atas anak kandang.
2. Caretaker : pegawai yang sudah ditempatkan di flock masingmasing
sudah mempunyai pekerjaan tetap,pegawai bersifat
tetap
selama
serta
satu
periode.
3. Pegawai harian/borongan : pegawai yang dipanggil oleh KORLAP ketika
pegawai dibutuhkan oleh perusahaan dan apabila pekerjaan sudah
selesai
melimpahkan
wewenangnya
kepada
bagian
administrasi
untuk
(pekerjaan
caretaker,
yang
berhubungan
supervisor,
langsung
asisstantsupervisor,
dengan
dan
manajer.
2.Indirectlabor (pekerja yang tidak langsung berhubungan dengan
ayam),seperti: satpam, administrasi,mekanik,gudang, statistik(staf yang
mengumpulkan data-data produksi dan kematian ayam per hari),kantin,
dan lain-lain
1.4. Bidang usaha
1.4.1. Skala Usaha dan Populasi
Skala usaha dalam perusahaan ini termasuk ke dalam kategori skala besar,
yang terdiri atas 15 kandang dan masing-masing kandang berkapasitas kurang
lebih 5200 ekor ayam Parent Stock dengan strain Cobb. Jenis kandang yang
digunakan adalah close house. Total populasi keseluruhan kurang lebih 90.000
ekor dengan perbandingan jantan dan betina ialah 1:15. Jumlah populasi ayam
yang dipelihara tidak selalu konstan, terjadi penurunan jumlah populasi pada
periode afkir yang dipengaruhi oleh tingkat kematian ayam.
1.4.2. Produk Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sukabumi Farm Bantarsari
bergerak dibidang peternakan ayam bibit (Parent Stock) yang menghasilkan telur
tetas dengan hasil DOC (Final Stock) ayam pedaging.
Pada periode layer keadaan pakan harus sesuai dengan kegiatan yang
sudah terjadwal oleh management dan pada control bobot badan harus mendapat
perhatian yang bagus, bobot badan harus tercapai supaya masa produksi telur
bagus. Pemberian pakan pada fase layer harus dibatasi agar keseragaman bobot
badan dapat tercapai, karena berat badan mempengaruhi produksi telur. Pakan
yang diberikan pada periode layer adalah berbentuk butiran(Crumble).
Sistem pemberian pakan pada PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Bantarsari Sukabumi ini dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 05.30 WIB, lalu
pakan untuk keesokan harinya harus sudah disiapkan dengan mengisi pakan di
dalam box pakan setiap sore sekitar pukul 15.00 WIB. Box pakan pada PT.
Charoen Pokphand Jaya Farm Bantarsari Sukabumi ini ada 2, yaitu Box utama
dengan kapasitas 200kg dan Box tambahan dengan kapasitas 25kg, tujuan dari
adanya box tambahan ini untuk pemerataan pakan Pemberian pakan pada PT.
Charoen Pokphand Jaya Farm Bantarsari Sukabumi ini dilakukan dengan metode
berdasarkan jenisnya.
Metode Pemberian pakan betina : Pemberian pakan betina dilakukan pada
jalur through yang merupakan alas tempat makan ayam yang pada bagian atasnya
terdapat sebuah grill yang merupakan penutup through tersebut. Perataan
distribusi pakan dicapai dalam waaktu sekitar 3 menit dengan feeder spees 13 15
cm/ekor. Keuntungan metode pemberian pakan ini adalah agar ayam jantan tidak
mencuri jatah pakan betina sehingga kontrol berat badan dan uniformity menjadi
lebih baik.
Metode pemberian pakan Jantan : Pemberian pakan jantan dilakukan pada
sebuah piringan yang disebut pan feeder, dengan feeder spees satu pan feeder
untuk 10 12 ekor ayam jantan. Jarak dan ketinggian pan feeder harus diatur
untuk mencegah ayam betina mencuri jatah pakan ayam jantan, sehingga tidak
menyulitkan
atau
menghalangi
ayam
jantan
mengkonsumsi
pakannya.
Keuntungan metode pemberian pakan ini adalah agar ayam jantan makan pada
tempatnya, yaitu pada pan feeder dan bukan pada through feeder.
Pakan yang digunakan pada PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Bantarsari
Sukabumi ini adalah langsung dari pabrik pakan punya pokphand sendiri, pakan
tersebut memiliki nomor seri, antara lain :
534RJ50 : pakan untuk betina periode layer
534RJ46 : pakan yang mengandung obat cacing (Flubenol)
534RJ48 :pakan yang mengandung amoxilin atau antibiotik
535RJ50 : pakan untuk jantan produksi, mengandung vitamin E yang
berfungsi membantu fertilitas.
Standar kebutuhan pakan ayam per ekor/hari pada masa produksi adalah 150
153 gram untuk betina, dan untuk jantan 140 143 gram. Selanjutnya
kebutuhan pakan tersebut turun secara bertahap mengikuti produksi, tujuannya
yaitu menghindari terjadinya double yolk egg. Faktor yang mempengaruhi
penurunan pemberian pakan ini antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
Berat badan
Produksi hen day
Clean up time
Berat telur
Temperature
Sistem penyimpanan pakan pada PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Bantarsari Sukabumi ini dilakukan di dalam gudang dengan tiap harinya pakan
didatangkan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan pada farm ini.
Selanjutnya pakan di distribusikan ke masing masing flock untuk kemudian
diberikan pada ayam keesokan harinya.
1.7.Bangunan perkandangan
Perkandangan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sukabumi Farm
Bantarsari ini menggunakan kandang sistem close house dan menggunakan model
kandang triple , satu kandang berkapasitas kurang lebih 5200 ekor ayam. Setiap
kandang mempunyai luas Panjang 75 m, lebar 12 m, dan tinggi 3 m. Atap yang
digunakan pada perkandangan ini menggunakan material seng dan dilapisi
dibagian dalam dengan polynum.
10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(2) Bagian dalam perusahaan yang termasuk area dua terdiri atas:
1. Fasilitas olahraga yang terdiri dari lapangan sepak bola, volley, dan
bulu tangkis.
Genset
Kantor
Tempat tinggal/Mess
Kantin
Mushola
Gudang :
a) Gudang Pakan
b) Gudang Telur
c) Gudang Karung
d) Gudang Sekam
e) Gudang Material
8. Shower :
a) Shower kendaraan
b) Shower untuk personil
9. Toilet
10. Wash room
11. Work shop
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(3). Bagian belakang perusahaan yang termasuk area tiga atau area inti terdapat
kandang, pos satpam dan tempat pembakaran sampah ayam yang sudah
mati/sakit.
Prasarana (perlengkapan dan peralatan) yang digunakan di kandang pada
perusahaan ini adalah :
1. Cooling pad, yaitu suatu sistem ventilasi kandang tertutup yang tersusun dari
beberapa cell pad. Fungsi dari cell pad adalah sebagai pertukaran udara (sirkulasi
udara), menetralisir suhu dalam kandang dan menyaring kotoran atau debu yang
akan masuk kedalam kandang (Cooling pad, yaitu suatu sistem ventilasi kandang
11
memperbaiki kualitas udara). satu cell pad mempunyai ukuran panjang 150 cm,
lebar 30 cm, dan tebal 15 cm. Cell pad dipasang didepan dan dipinggir kandang,
cooling pad akan menyala jika suhu didalam kandang mencapai 30 derajat. Dan
alat yang mengatur hidup atau mati (on/of) cooling pad tersebut yaitu dengan
Tempron.
2.Blower, yaitu kipas besar yang terletak pada bagian belakang kandang yang
berfungsi membuang debu dan gas-gas sisa (NH 3), juga menyerap oksigen dari
luar melalui cooling pad. Jumlah blower yang digunakan dalam setiap kandang
yaitu sebanyak 7 buah. Dari 7 buah blower tersebut terbagi atas 3 bagian yaitu
sebagai berikut :
1.Blower direct : blower yang bergerak selama 24 jam tanpa melalui
tempron yang berjumlah 3-4
2.Blower indirect: blower yang bergerak diatur suhu melalui
tempron
3.Blower Semi-direct (Intermiten), yaitu blower yang direct ataupun in
direct sudah di set atau ditentukan terlebih dahulu dan diatur waktu mati
hidupnya
3. Box pakan untuk menyimpan pakan yang akan di alirkan melalui automatic
feeder trough.box pakan di PT.Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sukabumi
Farm Bantarsari
12
10.Trough adalah tempat pakan untuk ayam.di PT Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Sukabumi Farm Bantarsari memakai running trol untuk mengaliri pakan dari
pen 1 ke pen 5 selama 3 menit
11.Niple adalah tempat minum untuk ayam
12.Tirai cooling pad, yaitu sejenis bahan plastik (terpal hitam) yang dipasang di
bagian belakang cooling pad, yang berfungsi untuk mengatur asupan oksigen dan
kecepatan angin yang masuk kedalam kandang dan disesuaikan dengan jumlah
banyaknya blower yang ada. Tirai cooling pad biasanya diturunkan pada pagi
hari, agar udara segar dari luar yang tersaring oleh cooling pad dapat masuk
kedalam kandang dan menggantikan udara kotor yang ada didalam kandang. pada
Sore hari tirai cooling pad dinaikan1/2 yang bertujuan agar ayam pada waktu
malam hari tidak kedinginan.
Tirai cooling pad dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Inlet adalah tempat masuknya udara.
2. outlet adalah berupa blower tempat keluarnya udara.
Nama sistem tirai coolingpad dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Negative pressure (tekanan) yaitu ditarik dari dalam di keluarkan
melalui outlet.
2. Positive pressure (tekanan) yaitu udara dari luar ditarik lalu
dihembuskan kedalam.
13. Polynum, yaitu sejenis bahan semi aluminium foil yang bewarna putih
mengkilap yang dipasang di bagian plafon(pembatas) kandang, yang berfungsi
untuk menahan dan menyerap panas yang ditimbulkan dari atap seng dan
kemudian dikeluarkan kembali melalui ventilator.
14. Ventilator, yaitu sebuah alat yang berfungsi untuk membuang gas panas yang
terdapat pada bagian ruang antara atap seng dengan plafon kandang. Jumlah
ventilator dalam satu kandang yaitu sebanyak 12 buah ventilator.
13
II
Tatalaksana dan Penanganan limbah Telur Infertil di PT. Charoen Pokphand
Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi
(Oleh : Fadillah Paturohman 200110130128)
2.1. Abstrak
Laporan praktek kerja lapangan ini disusun berdasarkan rangkaian
kegiatan serta pengamatan yang dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 28 Januari
14
2016 di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi. praktek
kerja lapangan ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengalaman, serta
membandingkan hasil belajar atau teori dengan praktek langsung ke lapangan.
Objek pengamatan yang dilakukan adalah tata laksana penanganan telur
tetas,penangan limbah telur, dan pencatatan jumlah telur infertil. Berbagai macam
kegiatan yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari
Sukabumi seperti pengambilan telur, fumigasi telur dan seleksi telur (egg
grading) . penanganan telur yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Bantarsari Sukabumi meliputi pengambilan telur yang dilakukan 5 kali
sehari, Fumigasi telur menggunakan forcent fumigant dan formalin, Seleksi telur
yang bertujuan untuk memisahkan telur HE dan telur komersil, Grading telur yang
bertujuan untuk keseragaman DOC yang dihasilkan, Penyimpanan telur yang
terjadi karena sebagian telur tidak di kirim ke Hatchery dan penangan telur
infertile atau afkir yang di jadikan sebagai telur konsumsi.
Kata kunci :Penanganan telur tetas, tata laksana.
2.2.Pendahuluan
Dalam usaha pembibitan unggas (Poultry breeder) terutama pembibitan
ayam pedaging final stok., produk utama yang dihasilkan adalah berupa telur
tetas. Telur tetas sebagai produk utama nantinya akan melalui serangkaian proses
penetasan hingga kemudian akan menetas sebagai Day Old Chicken atau biasa
disebut DOC. Guna menghasilkan DOC yang berkualitas baik yang akan
berdampak baik pada pertumbuhannya sebagai ayam pedaging, maka diperlukan
telur tetas yang memiliki kualitas naik pula. Selain telur tetas yang memiliki
kualitas baik , telur tetas harus pula memiliki kuantitas yang baik atau dengan kata
lain harus bejumlah banyak. Penanganan telur tetas dilakukan untuk menghindari
terjadinya kerusakan baik secara fisik maupun komposisi kimia dari telur yang
bisa menurunkan daya tetas dan kuantitas DOC ( Day Old Chicken). Penanganan
telur yang baik sangat penting karena di dalam telur sudah terdapat embrio yang
sedang berkembang yang harus tetap terjaga kualitasnya hingga embrio itu
menjadi anak ayam yang menetas dengan baik.
Kerusakan fisik dapat disebabkan oleh benturan, kesalahan pengemasan,
transportasi dan kerabang yang tipis.Sementara kerusakan atau perubahan
komposisi telur dapat disebabkan karena suhu, kelembaban, dan penyimpanan
15
yang lama.Tahapan penanganan telur tetas dimulai sejak telur dikeluarkan atau
ditelurkan induk ayam hingga telur ditetaskan dalam mesin tetas.
Penanganan telur di Farm hanya dimulai dari pengambilan telur sampai
penyimpanan telur sebelum telur tersebut di kirimkan ke hatchery. Untuk
penanganan limbah telur atau telur infertile di lakukan dengan cara dijadikan
sebagai telur konsumsi atau telur by product.
Guna menghasilkan telur tetas yang memiliki kualitas dan kuantitas baik
maka dibutuhkan serangkaian prosedur tata laksana penanganan telur tetas yang
baik pula, terutama prosedur penanganan saat di dalam farm. Prosedur tata
laksana penanganan telur yang ada di dalam farm terdiri atas persiapan awal
sebelum pengambilan telur hingga pengiriman ke hatchery yang seluruh
prosedurnya harus dilakukan dengan baik dan benar agar memperkecil resiko
kerusakan telur tetas baik secara fisik maupun secara kimiawi dan biologis.
2.3.Tujuan
Tujuan dari kegiatan PKL yang dilaksanakan adalah :
1. Untuk mengetahui tata laksana penanganan telur di PT. Charoen
Pokphand Jaya FarmUnit Bantarsari Sukabumi
2. Untuk mengetahui penanganan telur infertil atau afkir ayam parent stock
periode layingdi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari
Sukabumi
16
Pengambilan 1
Pengambilan 2
Pengambilan 3
Pengambilan 4
Pengambilan 5
17
membasmi mikroba yang terdapat pada telur dan mesin tetasnya. Fumigasi yang
di lakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi dengan
menggunakan
campuran
formalin
dan
Kalium
permanganat
(PK),
perbandingannya 200 ml formalin dan 100 gram PK untuk setiap kali fumigasi
dengan waktu 10 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al.
(2008)yang menyatakan bahwa fumigasi yaitu dua bagian larutan formalin dalam
mililiter dicampur dengan kristal KmnO4 dalam gram.
Fumigasi yang dilaksanakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Bantarsari Sukabumi dilakukan sebanyak 5 kali sesuai dengan jumlah
pengambilan telur. setelah telur selesai di kumpulkan dari dalam kandang yang di
kumpulkan dalam trolley, telur langsung masuk ke dalam ruang fumigasi. Hal ini
sesuai menurut pendapat (Rangga, 2000). Yang menyatakan bahwa telur yang
berasal dari kandang harus mendapat fumigasi awal, karena bibit penyakit yang
menempel pada kerabang telur berjumlah sangat banyak karena terkena kotoran
dari dalam kandang yang akan mengganggu persentase daya tetas telur. Hal ini
pun sesuai menurut pendapat (Rasyaf, 2001). Yang menyatakan bahwa Telur tetas
sebelum dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan, diperlukan usaha untuk
menghilangkan bibit penyakit yang menempel pada kerabang agar tidak
mencemari telur dan unit penetasan
Kebersihan terhadap telur akan berpengaruh terhadap daya tetas karena
ekskreta
yang
menempel
mengandung
mikroorganisme
yang
dapat
18
Berat Telur
A3
>69 gram
A2
62-68,9 gram
A1
55-61,9 gram
B3
50-54,9 gram
B2
45-49,9 gram
B1
kotor
19
Tujuan dari grading ini adalah untuk keragaman DOC (Day Old Chicken)
yang dihasilkan sehingga temperatur dan lama penetasan dapat disesuaikan dan
dapat membedakan harga DOC berdasarkan grade. Berat telur yang ditetaskan
untuk pembibitan ayam pedaging memiliki ukuran 55-60 gram karena daya tetas
optimum pada telur dengan berat 57,7 gram (Rasyaf,1995)
2.5.5. PenyimpananTelur
Penyimpanan telur dilakukan di holding room yang berukuran 12x8 meter
dengan suhu sekitar 16-250C dengan tujuan untuk memperlambat perkembangan
embrio sampai siap dimasukan ke ruang incubator.Kegiatan penyimpanan telur di
holding room ini dilakukan apabila sebagian telur tidak dapat dikirim ke hatchery.
Hal ini disebabkan karena untuk pengangkutan telur dari holding room ke
hatchery tergantung dari permintaan dari pihak hatchery, akan tetapi telah
ditetapkan untuk sekali pengangkutan dalam satu truk pengangkutan.
2.5.6. Penanganan Limbah Telur Infertil
Penanganan telur infertil atau afkir di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Bantarsari Sukabumi ini adalah dengan di jadikanya telur sebagai telur
komersil atau by product yang di jual ke masyarakat untuk dijadikan telur
konsumsi, telur afkir yang dijadikan telur komersil biasanya adalah telur yang
abnormal.
Abnormalitas atau cacat pada telur dapat berupa kerusakan pada bagian luar
maupun bagian dalam telur. Faktor penyebab terjadinya abnormalitas pada telur
yaitu konsumsi pakan dan air, tingkat stress, umur atau masa produksi, dan suhu
lingkungan.
Abnormalitas telur di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari
Sukabumi biasanya berupa abnormalitas bagian luar telur (kerabang). Kualitas
kerabang telur menurun selaras dengan meningkatnya umur ayam (Kerzhavarz,
1985).Penurunan kualitas kerabang telur ini terjadi akibat dari absorpsi kalsium
intestinum (Tri, 2010). Beberapa abnormalitas telur yang sering ditemui saat
20
penanganan telur di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi
diantaranya adalah :
1. Kulit telur tipisatau tanpa kulit telur. Telur seperti ini umumnya
dihasilkan oleh ayam betina yang baru mulai bertelur, terutama ayam
yang terlalu cepat dewasa kelamin
2. Kulit telur mengerut sebelah, terjadi jika ada salah satu sisi kulit telur
yang mengerut dan tidak licin
3. Kulit telur bergelombang atau keriput pada seluruh permukaan telur.
Abnormalitas seperti ini biasanya banyak terjadi pada telur berukuran
besar dan ayam yang sudah lama berproduksi
4. Telur dengan ukuran sangat besar (jumbo egg). Yang biasanya
disebabkan karena dua sel telur yang masak secara bersamaan sehingga
terdapat dua buah yolk dalam satu telur atau biasa di sebut double yolk
5. Telur dengan ukuran sangat kecil (junior egg) yang terjadi akibat adanya
rangsangan benda benda asing, seperti bekuan darah dari pendarahan
yang masuk ke dalam oviduk yang kemudian dibentuk menjadi telur
berukuran sangat kecil.
6. Crack egg yaitu telur yang kerabangnya mengalami keretakan, dari
retak rambut hingga retak nyata (besar)
2.5.7 Pendistribusian telur by product
Pendistribusian telur infertil/ afkir yang dijadikan sebagai telur by product
di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm dilakukan dengan cara menjual melalui
koperasi Berkah Bumi yang tidak jauh dari PT. Charoen Pokphand Jaya Farm.
Tabel 2. Jumlah dan Harga Telur Inferti atau Afkir
Tgl
Jenis telur
4-Januari-
Junior
Crack
jumbo
Junior
Crack
jumbo
Junior
2016
7-Januari2016
10-16
Jumlah
satuan
9 peti
4 peti
10 peti
5 peti
4 peti
16 peri
-
Berat (kg)
Harga /kg
135 kg
50 kg
150 kg
75 kg
60 kg
240 kg
255 kg
15.600
9.700
11.200
15.600
9.700
11.200
15.600
Jumlah harga
Rp. 2.106.000
Rp. 485.000
Rp. 1.680.000
Rp. 1.170.000
Rp. 582.000
Rp. 2.688.000
Rp. 3.978.000
21
Januari
2016
21 Januari
2016
Crack
Jumbo
160 kg
435 kg
Junior
Crack
Jumbo
6 peti
6 peti
11 peti
71 peti
90 kg
90 kg
165 kg
1.905 kg
9.700
11.200
15.600
9.700
11.200
Total
Sumber : PT.Charoen Pokhand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi
Rp. 1.552.000
Rp. 4.872.000
Rp. 1.404.000
Rp. 873.000
Rp. 1.848.000
Rp.23.238.000
2.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan diskusi mengenai penanganan telur infertil dan
fumigasi telur di Pt. Charoen Pokphand jaya farm unit bantarsari sukabumi, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pengambilan telur : Pengambilan telur dilakukan sebanyak 5 kali sehari
2. Fumigasi
: Fumigasi dilakukan selama 10 menit dengan
menggunakan Forcent fumigan dan Formalin
3. seleksi telur
4. Grading telur
22
2.8 Lampiran
23
III
Manajemen Penanganan Limbah Feses pada Pemeliharaan Ayam Parent
Stock periode Laying Di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari
Sukabumi
(Oleh : Jujun Hidayat 200110130130)
3.1. Abstrak
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Bantarsari Sukabumi yang berlokasi di Kampung Cibiru, Desa Bantarsari,
Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi berlangsung mulai tanggal 4 januari
24
28 januari 2016. Tujuan dalam Praktek Kerja Lapangan yaitu untuk mengetahui
bagaimana manajemen penanganan limbah khususnya limbah feses ayam parent
stock periode laying. Metode pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan
langsung, wawancara, dan pengumpulan data. hasil yang didapat dari studi
mendalam yaitu tipe alas yang digunakan merupakan dua macam litter biasanya
sebagai tempat ayam pejantan dan slat biasanya sebagai tempat ayam betina.
Pengumpulan limbah yang digunakan adalah sistem free-fall yaitu feses yang
dikeluarkan dibiarkan jatuh ke lantai kombinasi litter dan slat. Sistem
pengumpulan yang dilakukan yaitu feses yang dihasilkan dari DOC sampai afkir
feses terus dikumpulkan selama satu periode pemeliharaan lalu dikelola oleh para
pekerja/anak kandang lalu dijual ke pembeli atau pemborong untuk dijadikan
pupuk kandang.
kata kunci : parent stock, feses, pupuk kandang
3.2 Latar Belakang
Perkembangan dunia peternakan saat ini, khususnya dunia perunggasan di
Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan
peternakan
unggas
yang
berdiri
perusahaan
peternakan
25
26
27
28
29
30
ekstensif untuk peternakan hewan tipe kecil, seperti ayam, kalkun, kelinci dan
ternak jenis lain. Pada dasarnya ada dua sistem free-fall, yaitu sistem kandang
yang lantainya menggunakan (1) penyaring lantai (screened floor) dan (2)
penyekat lantai (slotled floor).
Sceened floors
Lantai kandang sistem ini dapat dibuat menggunakan kawat kasa atau besi gril
yang berukuran mess lebih besar dan rata. Mes kawat kasa yang digunakan
biasanya berukuran 1,6 cm2 (0,025 in2) untuk anak ayam sampai 6,45 cm2 (1in2)
untuk ayam dewasa. Kawat dapat dipasang dengan direntangkan seluas lantai
kandang agar limbah langsung jatuh ke lantai atau tempat penampungan. Selain
itu, juga dapat digunakan pada kandang batere (cage) yang bentuknya diatur agar
limbah langsung jatuh ke lantai kandang atau tempat penampungan. Penggunaan
kawat kasa sangat memungkinkan untuk tempat pijakan hewan yang ada di
dalamnya dan memudahkan limbah dapat dikeluarkan.
Slotled floors
Slotled floor merupakan salah satu bentuk lantai bersekat (jeruji) yang
dipasang dengan jarak yang teratur dan rata sehingga ukuran dan jumlahnya
mencukupi untuk keluarnya limbah dari lantai.Selain itu juga mudah dibersihkan
dari kemungkinan menempelnya limbah pada lantai.Lubang di bawah lantai
merupakan tempat untuk pengumpulan dan penampungan sementara untuk
kemudian limbah diolah atau digunakan. Slotled floor dapat dibuat dari bermacam
bahan, seperti kayu, beton atau besi plat.
Kayu yang digunakan sebaiknya jenis yang keras karena dapat bertahan 2 5
tahun. Sekat yang berasal dari kayu biasanya dibuat dengan ukuran lebar bagian
31
atas 8 cm dan bagian bawah 6cm, ketebalan 9 cm. Jarak antara sekat biasanya 2
cm. Apabila menggunakan bahan beton sekat dibuat dengan ukuran lebar bagian
atas 12,7 cm dan bagian bawah 7,5 cm dengan ketebalan 10 cm, agar tidak mudah
patah. Jarak antara sekat dibuat sesuai dengan panjang kandang dan ukuran ternak
yang dipelihara. Sekat dari logam biasanya buatan pabrik yang telah dilapisi
stainles atau aluminium untuk mencegah terjadinya karat. Penggunaan sekat
logam lebih mudah untuk penanganan limbah, pemasangannya praktis dan mudah
dipindahkan dibandingkan dengan sekat beton.
c) Flushing
pengumpulan limbah menggunakan air untuk mengangkut limbah tersebut
dalam bentuk cair.
Pengumpulan limbah dengan cara flushing meliputi prinsip kerja :
Penggunaan parit yang cukup untuk mengalirkan air yang deras untuk
mengangkut limbah.
Kecepatan aliran yang tinggi.
Pengangkutan limbah dari kandang.
Sistem flushing telah digunakan sejak tahun 1960-an dan menjadi cara yang
makin populer digunakan oleh peternak untuk pengumpulan limbah ternak. Hal
ini dikarenakan lebih murah biayanya, bebas dari pemindahan bagian, sama sekali
tidak atau sedikit sekali membutuhkan perarawatan dan mudah dipasang pada
bangunan baru atau bangunan lama.
32
salah satunya adalah membuat system yang tepat untuk penanganan limbah feses
ayam tersebut.
Sistem yang digunakan oleh PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari
Sukabumi yaitu menggunakan system free-fall yaitu membiarkan limbah tersebut
jatuh bebas melewati penyaring atau penyekat lantai ke dalam lubang pengumpul
di bawah lantai kandang atau slotled floor. Penyekat kandang tersebut berukuran
panjang 20 cm dan lebar 3 cm dan jarak antar penyekatnya sekitar 5 cm. Di PT.
Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi ini juga di bagian bawah
lantai memakai lantai litter yang memakai alas sekam untuk tempat ayam jantan
dan ayam betina bereproduksi.
3.5.3 Pengangkutan Limbah Peternakan
Setelah limbah peternakan dikumpulkan di tempat penyimpanan
sementara, biasanya diangkut untuk diolah dan atau dibuang ke tempat
penampungan. Cara pengangkutan limbah dari tempat pengumpulan bergantung
pada karakteristik limbah. Karakteristik aliran limbah bergantung pada terutama
umur dan jenis ternak dan juga pada sistem pengumpulan limbah yang digunakan.
Merkel (1981) mengklasifikasikan cara pengangkutan limbah berdasarkan
karakteristiknya, yaitu semi padat, semi cair dan cair.
1. Limbah peternakan semi padat
Limbah yang berbentuk semi padat jelas tidak dapat dialirkan tanpa
bantuan penggerak secara mekanik.Limbah terletak kuat pada lantai (lengket) dan
sangat berat untuk dipindahkan dan membutuhkan periode waktu yang lama.
Pada umumnya limbah ini dikategorikan sebagai limbah segar.
2. Limbah peternakan semi cair
Limbah semi cair adalah limbah yang telah mengalami pengenceran
dengan air dan bertambahnya aktifitas mikroorganisme.Limbah dengan mudah
dapat dialirkan tanpa bantuan mekanik yang dapat dengan mudah dilihat dengan
mata telanjang.Limbah semi cair biasanya mengandung 5 15 % bahan kering.
3. Limbah peternakan cair
33
Limbah peternakan yang cair adalah limbah yang sudah berbentuk cairan
yang pada umumnya mengandung bahan kering (total solid concentrasions)
kurang dari 5 %.
Di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi sendiri
dari awal pemeliharaan sampai ayam di afkir, limbah yang dihasilkan oleh
produksi ternak limbah feses maupun urin terus di tampung di bawah kandang
untuk dijadikan pupuk kandang yang nantinya pada akhir periode diangkut dan
dibersihkan oleh para pekerja yang ada di sekitar PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit Bantarsari Sukabumi untuk dijual kepada pemborong lalu pemborong
tersebut membayar hasil pupuk yang dihasilkan ke PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit Bantarsari Sukabumi. Para pemborong tersebut biasanya langsung
menjual lagi kepada para petani untuk dijadikan pupuk kandang. Berdasarkan
penelitian Widodo(2008:05) pupuk kandang atau kotoran ternak ayam adalah
sangat kaya kandungan nitrogen organik untuk menyuburkan tanah, selain itu
feses ayam mempunyai peranan cukup penting untuk memperbaiki sifat biologis,
fisik dan kimia pada tanah pertanian secara alami.
Pembeli atau
Pemborong
koordinator yang
menjual ke pembeli
atau pemborong
34
35
3.6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan diskusi mengenai manajemen pengelolaan limbah pada
pemeliharaan ayam parent stock periode laying di PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit Bantarsari Sukabumi, dapat disimpulkan bahwa :
(1) Tipe alas yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Bantarsari Sukabumi ada 2 macam yaitu tembok dengan menggunakan alas
sekam padi berada di bawah biasanya untuk tempat pejantan dan alas
dengan menggunakan slat berada di atas biasanya untuk tempat betina.
(2) Pengumpulan limbah feses yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit Bantarsari Sukabumi menggunakan free-fall dengan type slotled
floor yaitu feses yang dihasilkan ayam langsung jatuh ke bawah dan di
bawah sudah tertampung,type lantainya bersekat sehingga kotoran tidak
menempel.
(3) Teknik pengumpulan limbah feses di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Bantarsari Sukabumi yaitu feses selama satu periode dikumpulkan yang
nantinya pada saat ayam sudah di afkir feses di bersihkan secara
keseluruhan.
(4) Feses yang dihasilkan dari pemeliharaan ayam parent stock di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi pada akhir periode langsung
dijual kepada pembeli atau pemborong dan nanti dari hasil dari penjualan
pupuk tersebut akan disetorkan ke kantor.
3.7. Daftar Pustaka
Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Pembibit.
Penerbit Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta
Merkel,J.A. 1981.Managing Livestock Wastes. AVI Publishing Company.
Inc.Westport.Connecticut.
36
IV
Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Air Layak Konsumsi di Pt. Charoen
Phokpand Jaya Farm Bantarsari Sukabumi
Oleh :
Radi Maulidda Hidayat
(200110130135)
4.1. Abstrak
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT.Charoen Pokphand
Jaya Farm Unit Sukabumi Farm BantarsariKp. Cibiru, Desa Pabuaran, Kecamatan
Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dari tanggal 4 Januari sampai dengan
28 Januari 2016. Studi khusus yang dikaji dalam praktik kerja lapangan ini
bertujuan untuk mengetahui dan memahami kegiatan-kegiatan pengolahan air
37
Indonesia, jumlah penduduk lebih dari 200 juta namun 119 juta penduduk belum
memiliki akses terhadap air bersih layak konsumsi sedangkan kebutuhan
diperkirakan
meningkat
hingga
15-35%/kapita/tahun.
Permasalahan
di
38
39
Serta semakin luas permukaan adsorben (zat penyerap), maka semakin banyak
adsorbat (zat terserap) yang dapat diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin
efektif. Semakin kecil
ukuran
diameter
partikel
makan
semakin
luas
terkecil dari atas ke bawah sehingga semakin rapat rongga pada media filter.
Susunan dengan skala laboraturium yaitu dari bawah ke atas sebagai berikut spon
dan kapas setebal 3.80 cm, pasir halus 20 up mesh setinggi 3.80 cm, pasir kasar
4-8 mesh setinggi 2.50 cm, kerikil kecil 8-10 mesh setinggi 2.50 cm, kapas dan
ijuk setebal 3.80 cm, Granular Activated Carbon (GAC) 6-8 mesh setinggi
3.80 cm, kapas dan ijuk setebal 3.80 cm, zeolit 16-32 mesh setinggi 3.80 cm,
dan kerikil besar 16-32 mesh setinggi 2.50 cm. Media filter yang menyusun pipa
filter memiliki peran penting masing-masing. Kerikil besar menyaring pengotor
dengan ukuran besar. Zeolit berperan mengadsorpsi antara adsorben (zat
penjerap) dan adsorbat (zat terjerat) serta menyaring zat padatan karena
ruang hampa pada zeolit. Prinsip zeolit lain yaitu penukar ion untuk menjaga
kenetralan. Granular Activated Carbon (GAC) berperan mengadsorpsi baik
secara fisik dan kimia. Adsorpsi fisik terjadi karena adanya ikatan Van der
waals, dan bila ikatan tarik antar molekul zat terlarut dengan zat penyerapnya
lebih besar dari ikatan antara molekulzat terlarut dengan pelarutnya maka zat
terlarut akan dapat diadsorpsi . Adsorpsi kimia merupakan hasil dari reaksi
kimia antara molekul adsorbat dan adsorban dimana terjadi pertukaran
elektron . Zeolit dan GAC dapat mengadsorpsi zat terlarut penyebab rasa, warna,
aroma kurang baik serta mengadsorpsi mineral dan logam berat. Kerikil
kecil dan pasir halus menyerap zat padatan atau kotoran yang masih lolos dari
media filter sebelumnya.
40
kesadahan
pada
air
sebelum
Bantarsari Sukabumi yaitu sebesar 39.60 mg/L termasuk dalam tingkat lunak
atau kesadahan sangat rendah . Zeolit memiliki sifat adsorben dan sebagai ion
exchange dengan mengalirkan air hujan pada filter zeolit akan melepaskan Na
dan digantikan dengan mengikat Ca dan Mg. Sedangkan arang aktif mempunyai
kemampuan menyerap Ca dan Mg yang merupakan penyebab utama air sadah.
Zeolit memiliki muatan negatif karena keberadaan atom aluminium di
dalamnya. Muatan negatif yang menyebabkan zeolit dapat mengikat kation-kation
dalam air seperti Fe, Al, Ca dan Mg. pengaliran air pada filter zeolit, kation
tersebut akan diikat oleh zeolit yang bermuatan negatif. Selain itu zeolit mudah
melepaskan kation dan digantikan zeolit lain. Serta arang aktif memiliki luas
permukaan besar dengan pori-pori terbuka sehingga memiliki daya serap yang
dapat mennghilangkan partikel-partike
41
sudah
memasuki
standar
yang
berlaku
yaitu maksimal 1
Media
filter zeolite
berfungsi dalam menghilangkan zat besi dan berfungsi sebagai katalis. Waktu
42
bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air akan teroksidasi menjadi
bentuk ferri-oksida dan mangan-dioksida yang tidak larut dalam air
4.5.5. pH
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa nilai pH pada air
hujan sebelum difiltrasi adalah 7.40 dan menjadi 7.30 setelah difiltrasi.
Modifikasi filtrasi tersebut mengakibatkan adanya penurunan pada pH.
Apabila dibandingkan dengan standar baku mutu dari Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 pH air hujan sebelum difiltrasi dan air hasil filtrasi
sistem modifikasi filtrasi sudah memasuki standar yang berlaku yaitu sekitar 6.90
9. Kadar asam akan mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan.
Kondisi pH lebih kecil dari 6.50 atau lebih besar dari 9.20 akan menyebabkan
korosifitas pada pipa-pipa air dan dapat mengakibatkan beberapa senyawa
kimia berubah menjadi racun yang
kelarutan
tinggi
logam
berat
akan
lebih
pada
pH
rendah, sehingga
Sistem filtrasi
tersebut dapat menurunkan kadar klorida pada air hujan sebanyak 1 mg/L.
Apabila dibandingkan dengan standar baku mutu dari Permenkes RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar mangan air hujan sebelum difiltrasi dan
air hasil filtrasi system modifikasi filtrasi sudah memasuki standar yang berlaku
yaitu maksimal 0,1 mg/L. Penurunan kadar klorida disebabkan oleh peran karbon
aktif yang dapat menyerap garam-garam mineral yang ada dalam perairan.
Karbon aktif memiliki sifat adsorpsi secara fisik yang terjadi karena ikatan Van
der Waals yaitu ikatan tarik antar molekul zat terlarut dan zat penyerapnya yaitu
43
klorida yang berikatan dengan karbon aktif. Serta sifat zeolit yang memiliki
volume dan ukuran ruang hampa yang besar dalam kristalnya maka dapat
menyaring zat-zat terlarut dalam air.
4.5.7. Fluorida
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa kadar fluorida
pada air hujan di Bantarsari Sukabumi sebelum difiltrasi adalah 0.34 mg/L
kemudian menjadi 0.32 mg/L setelah difiltrasi dengan sistem modifikasi
filtrasi. Sistem filtrasi tersebut dapat menurunkan kadar fluorida pada air
hujan. Apabila dibandingkan dengan standar baku mutu dari Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 kadar fluorida air hujan sebelum difiltrasi dan air
hasil filtrasi sistem modifikasi filtrasi sudah memasuki standar yang berlaku
yaitu maksimal 1.50
karbon aktif yang dapat menyerap garamgaram mineral yang ada dalam perairan.
Adanya adsorpsi secara fisik yang terjadi karena ikatan Van der Waals yaitu ikatan
tarik antar molekul zat terlarut dan zat penyerapnya yaitu fluorida yang berikatan
dengan karbon aktif. Serta sifat zeolit yang memiliki volume dan ukuran
ruang hampa yang besar dalam kristalnya maka dapat mneyaring zat-zat
terlarut dalam air
4.5.8. Total Dissolved Solid (TDS)
Berdasarkan data hasil pengamatan, air hujan di Bantarsari Sukabumi
memiliki nilai Total Dissolved Solid (TDS) sebesar 136 mg/L kemudian
menjadi 116 mg/L setelah difiltrasi dengan sistem filtrasi modifikasi. Apabila
dibandingkan
dengan
standar
baku
mutu
dari Permenkes RI
standar
yang
berlaku
yaitu
maksimal
1000
mg/L.
Sistem
modifikasi filtrasi tersebut membuat nilai TDS air hujan mendekati nol dapat
dilihat dari penurunan nilai TDS. Karbon aktif membentuk amorf yang sebagian
besar terdiri dari karbon bebas dan memiliki permukaan
berrongga.
Luas
44
dengan pori internal yang menyebabkan karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa terlarut
4.5.9. Kekeruhan
Berdasarkan data hasil pengamatan, air hujan di Bantarsari Sukabumi
memiliki
kekeruhan sebesar
1.05
NTU
(Nephelometry
Turbidity
Unit)
kemudian menjadi 1.02 NTU setelah difiltrasi dengan sistem filtrasi modifikasi.
Apabila dibandingkan dengan standar baku mutu dari
Permenkes
RI
No.
dari
karbon
bebas
dan
memiliki
permukaan
berongga.
Luas
Pt.Co.
Apabila
dibandingkan
dengan
standar baku
mutu
dari
45
yaitu A1 (air hujan dari atap), A2 (air hujan dari langit), A3 (air hasil filtrasi
termodifikasi dari air hujan atap), A4 (air PDAM).Uji organoleptik warna dinilai
dengan adanya 5 skala numerik yaitu 1 jernih sekali, 2 jernih, 3 biasa, 4 keruh
dan 5 keruh sekali. Uji organoleptik warna menggunakan uji Friedman. Uji
Friedman diujikan pada 3 perlakuan yaitu A1, A2 dan A3 dengan tingkat
kesalahan 5% ( = 0.05). Hasil menunjukkan terdapat perbedaan warna
yang
penilaian yaitu beraroma (B) dan tidak beraroma (TB). Uji organoleptik aroma
menggunakan
uji
One
Proportion.
Uji
MPN/100 ml
46
Mekanisme
zeolit
pertumbuhan mikroba
typhi
itu
Salmonella
typhi
47
48
World
(b)
(a)
Gentong penampung air yang
berada dekat dengan kandang
dan akan di salurkan ke suluruh
Gentong penampung
air bersih yang sudah
diproses penjernihan
The World's
49
(d)
Bak penampung air dan
proses filtrasi air
(c)
Gentong penampung air yang
sudah
di filtrasi dan siap
dipakai dan di konsumsi oleh
V
Manajemen Penanganan Ayam Mati Pada Pemeliharaan Ayam Parent Stock
Periode Laying Di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari
Sukabumi
(Oleh : Luhur Ahmad Fadhillah 200110130137)
5.1. Abstrak
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Bantarsari Sukabumi yang berlokasi di Kampung Cibiru, Desa Bantarsari,
Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi berlangsung mulai tanggal 4 januari
28 januari 2016. Tujuan dalam Praktek Kerja Lapangan yaitu untuk mengetahui
manajemen penanganan ayam mati pada pemeliharaan ayam parent stock periode
laying. Metode pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan langsung,
wawancara, dan pengumpulan data. Hasil yang didapat dari studi mendalam yaitu
penyebab kematian ayam yang terdiri dari faktor mekanis, penyakit, dan
agresifitas jantan beserta cara penanggulangannya. Proses penanganan ayam mati
50
51
Tujuan
Mengetahui penyebab penyebab kematian ayam parent stock periode
laying dan cara penanggulangannya di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Bantarsari Sukabumi
(2)
Mengetahui proses penanganan ayam mati dan ayam yang telah culling di
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi
(3)
Mengetahui angka mortalitas dan culling ayam parent stock periode laying
di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi
5.4.
Metode Pengamatan
(1)
Pengamatan langsung
Melakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap sistem manajemen
penanganan ayam mati pada PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Bantarsari Sukabumi.
(2)
Wawancara
Melakukan wawancara serta diskusi mengenai sistem penanganan ayam
mati yang ada di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari
Sukabumi.
(3)
Pengumpulan Data
Mengumpulkan data data sistem manajemen penanganan ayam mati
yang dimiliki PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari
Sukabumi.
52
5.5.1.1. Mekanis
Penyebab mekasnis pada perusahaan ini dapat diakibatkan berbagai faktor
antara lain karena terdapat benda benda tajam yang ada pada area dalam kandang,
benda benda tajam ini yang akan melukai ayam dan berpotensi menyebabkan
penyakit Bubble Foot.
Penyebab mekanis lainnya disebabkan oleh kelalaian pegawai karena
masih ada ayam jantan error yang tidak terseleksi pada area dalam kandang. Ayam
jantan error adalah ayam yang kelakuannya tidak seperti ayam jantan pada
umumnya, ayam jantan error ini pada umumnya pada saat masih DOC bagian
spur tidak terpotong, sehingga bisa melukai ayam betina yang dikawini oleh ayam
jantan error ini.
5.5.1.2. Penyakit
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan salah satu supervisor, penyakit
yang sering dialimi pada ayam parent stock fase laying di PT. Charoen Pokphand
Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi ini antara lain adalah Enteritis, CRD, dan
Bubble Foot, namun selama kegiatan praktek kerja lapangan ini berlangsung kami
hanya menemukan penyakit Bubble Foot saja yang menyerang ayam.
5.5.1.3. Agresifitas Jantan
Penyebab lain dari kematian ayam di perusahaan ini adalah agresif jantan,
agresif jantan membuat jantan jantan yang sudah lemah / tidak berdaya diserang
secara terus menerus oleh jantan yang masih kuat. Oleh karena itu banyak jantan
jantan yang mati akibat diserang secara terus menerus oleh jantan lain.
5.5.1.4. Penanggulangannya
Cara penanggulangan terhadap berbagai persoalan yang menyebabkan
ayam mati pada PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari ini dengan
menjalankan program grading. Program grading bertujuan untuk mencari ayam
yang sakit guna dipisahkan dengan ayam yang sehat. Grading dilaksanakan
hampir setiap hari dengan memutari area dalam kandang untuk mencari ayam
53
yang sakit atau kurus. Ayam yang sakit dan kurus dibawa ke pen karantina untuk
mendapatkan pengobatan. Pen karantina adalah tempat bagi ayam ayam yang
performanya sedang tidak bagus, di dalam pen ini penyediaan pakan diberikan
secara adlibitum agar ayam mendapat asupan pakan yang banyak sehingga dapat
mencapai keseragaman dengan ayam yang lainnya. Ayam yang berada pada pen
karantina ini akan diberikan antibiotik Alamycin LA untuk betina dan Catosal
untuk jantan dalam selang waktu seminggu satu kali. Tujuan pemberian antibiotik
tersebut agar kondisi tubuh ayam membaik. Ayam yang kondisi tubuhnya sudah
membaik maka akan dikeluarkan dari pen karantina dan masuk ke pen produksi
untuk memproduksi telur kembali. Antibiotika adalah suatu zat yang dibuat oleh
organisme hidup yang menghambat atau merusak organisme lain. (Bambang.
1992)
Tabel 3. Dosis antibiotik
Bobot Badan
1 kg
2 kg
3 kg
4 kg
5 kg
Alamycin LA
0,1 ml
0,2 ml
0,3 ml
0,4 ml
0,5 ml
Catosal
0,1 ml
0,2 ml
0,3 ml
0,4 ml
0,5 ml
54
Dihitung Jantan
dan Betinanya
Ditempatkan
pada tempat
khusus di depan
kandang
55
Diletakkan pada
tungku
pembakaran
Diangkut ke
mobil
pengangkut
bangkai
Dibiarkan sampai
ada petugas
khusus
pengambilan
ayam yang mati
56
dampak buruk pula dari pembakaran ayam mati. Setiap pembakaran ayam mati,
sudah pasti menghasilkan asap pembakaran. Asap ini dapat menyebabkan polusi
udara terutama di area farm. Akan tetapi, asap pembakaran ini tidak berdampak
besar bagi ayam ayam maupun karyawan yang bekerja di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi. Hal ini dikarenakan tempat
pembakaran hanya berada di satu tempat. Jarak dari tempat pembakaran ke
kandang terdekat pun cukup jauh. Selain itu sistem perkandangan disini adalah
sistem semi closed house, sehingga kontaminasi dari luar pun dapat
diminimalisir. Karyawan yang bekerja di farm ini pun dianjurkan memakai
masker, yang selain mencegah penyebaran virus dari tubuh ayam ke karyawan,
juga dimaksudkan agar karyawan terhindar dari polusi, baik yang berasal dari
udara luar maupun yang berasal dari dalam kandang itu sendiri.
5.5.3 Angka Mortalitas dan Culling
Angka mortalitas/kematian ternak pada PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Bantarsari Sukabumi ini masih berada dibawah standart perusahaan PT.
CPJF Group, karena pada periode laying ini angka kematian ayam jantan hanya
1% dari total jumlah ayam dan angka kematian ayam betina hanya 0,2% dari total
jumlah ayam, sedangkan standart perusahaan yang di tetapkan adalah maksimal
1,3% untuk jantan dan 0,3% untuk betina yang mati. (Herman dan Zamrowi,
1988) menyampaikan bahwa orang yang sudah berpengalaman dan banyak
pengetahuan tentang peternakan ini tentu akan lebih banyak mengetahui
kelemahan kelemahan dan tata cara perawatan terhadap ternaknya. Dengan
demikian ayam sebagai ternaknya mendapatkan perawatan dengan sebaik
baiknya, dengan memberikan ransum makanan yang bermutu tinggi serta
perkandangan yang memenuhi syarat. Jika angka mortalitas sudah melebihi
standart perusahaan maka sesegera mungkin akan dilakukan nekropsi untuk
mencari tahu akibat dari tingginya angka mortalitas tersebut.
Angka culling pada ayam periode laying di PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit Bantarsari Sukabumi ini tidak bisa diduga karena pengafkiran ayam ini
57
dilihat secara bentuk fisik saja oleh petugas piket kandang yang mencari ayam
mati sewaktu pagi, jadi sangat besar kemungkinan terjadi human error yang
mengakibatkan ada ayam yang terlewat saat pencarian ayam yang seharusnya di
culling. (Ruhyat dan Suprijatna, 2006) Menyampaikan bahwa pengeluaran ayam
yang tidak produktif ini dapat dilakukan berdasarkan tanda tanda exterior dari
ayam yang bersangkutan. Adapun tanda tanda tersebut diantaranya sebagai
berikut :
a. Jenggernya relatif mengecil, umumnya berwarna pucat, agak berkerut, dan
b.
c.
d.
e.
f.
bersisik
Matanya relative kurang bersinar
Anusnya mengecil, berbentuk bundar, kering, dan berkerut
Jarak antara kedua ujung tulang pubis lebih kecil dari 2 jari tangan
Jika diraba perutnya terasa keras
Jarak antara ujung tulang dada dan ujung tulang pubis lebih kecil dari 3
jari tangan
MONDAY
Betina
Jantan
TUESDAY
Betina
Jantan
HH
01
21
02
12
00
21
02
20
10
20
10
11
03
11
10
21
20
21
04
21
11
20
10
20
05
20
20
30
01
21
06
12
01
20
20
20
07
20
10
20
20
11
08
21
10
20
20
20
09
21
11
20
10
11
10
12
10
20
02
21
11
11
20
30
00
11
12
20
10
21
01
20
13
20
10
12
01
21
14
11
02
02
01
11
15
20
10
10
02
20
Sumber : PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi.
11
11
10
10
01
20
20
10
11
10
11
11
20
20
11
58
5.6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan diskusi mengenai manajemen penanganan ayam
mati pada pemeliharaan ayam parent stock periode laying di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi, dapat disimpulkan bahwa :
(5) Penyebab penyebab kematian yang sering dialami di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi ini disebabkan oleh
faktor mekanis, penyakit, dan agresifitas jantan. Cara penanggulangan
adalah dengan menjalankan program grading dan melakukan nekropsi
pada ayam yang mati guna mencari penyebab kematian kemudian di
evaluasi.
(6) Penanganan ayam mati dan ayam yang telah di culling PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi ini dilakukan dengan
metode pembakaran. Pembakaran dilakukan didalam areal farm yang
berjarak 700m dari kandang dan 3 5 km dengan pemukiman warga,
selanjutnya pembakaran dilakukan dengan menggunakan kayu bakar
atau sekam sebanyak 2 karung.
(7) Angka mortalitas/kematian dan culling pada PT. Charoen Pokphand
Jaya Farm Unit Bantarsari Sukabumi ini masih bagus, karena masih
berada dibawah standart perusahaan dan belum mempengaruhi
produktivitas secara keseluruhan.
5.7. Daftar Pustaka
Bambang, A.M. 1992. Pengendalian Hama Dan Penyakit Ayam. Kanisius.
Yogyakarta.
Hadi, I.K. 2001. Biosekuritas Farm Pembibitan Ayam. Poultry Indonesia.
Desember
260 : 88 90.
59
Press. Yogyakarta.
Jakarta.
60
LAMPIRAN
61
VI
Manajemen Penerapan Biosecurity dan Sanitasi di PT. Charoen Pokphand
Jaya Farm Unit Sukabumi Farm Bantarsari
Oleh : Deriel Kurniawan
200110130354
6.1 Abstrak
Praktek kerja lapangan telah dilaksanakan di PT.Charoen Pokphand Jaya
Unit Sukabumi Farm Bantarsari pada tanggal 4 januari 28 januari 2016 dengan
melaksanakan kegiatan pengkajian terhadap biosecurity. Biosecurity sangat
penting untuk mengendalikan dan mencegah berbagai penyakit menyerang
meskipun biosecurity bukan satu satunya upaya untuk pencegahan penyakit ,
namun biosecurity merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.
PT.Charoen Pokphand Jaya Unit Sukabumi Farm Bantarsari menerapkan program
biosecurity yang cukup ketat dimulai dari awal masukgerbang sampai sebelum
memasuki area kandang.program biosecurity di PT.Charoen Pokphand Jaya Unit
Sukabumi Farm Bantarsari salah satunya adalah sanitasi manusia dan barang
bawaan dengan tahapan sebagai berikut: menyimpan barang bawaan dalam box
UV, melewati ruang shower 1 , memakai baju warna kuning , kemudian masuk
Ring 2 (Sanitasi flok), yaitu dengan melakukan celup kaki, lepas baju jalan, spray
desinfektan, mandi, ganti baju kandang, memakai masker, topi, dan sepatu boots,
ketika memasuki kandang ,menyemprotkan alkohol ke tangan, dan menginjakan
boot kebak kapur ,selain sanitasi karyawan di PT.Charoen Pokphand Jaya Unit
Sukabumi Farm Bantarsari menerapkan sanitasi kendaraan ,sanitasi lingkungan,
sanitasi kandang dan mengontol kesehatan ayam.
62
63
dilakukan
dengan
mengamati
bagian
bagian
dari
program
biosecuritydan sanitasi yang ada di di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Sukabumi Farm Bantarsari
6.5 Hasil dan Diskusi
Biosecurity adalah suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis
maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengptimalkan produksi secara
keseleruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal
welfare) (Winkel, 1997).
Biosecurity dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga komponen yaitu :
1. Biosecuritykonseptual merupakan biosekurity tingkat pertama dan menjadi basis
dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang,
pemisahan umur unggas, control kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta
penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
2. Biosecurity struktural, merupakan biosekurity tingkat kedua, meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan tataletak peternakan (farm), pernbuatan pagar yangbenar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi,
instalasi penyimpanan pakan, ruang ganti pakaian dan peralatan kandang.
3. Biosecurity operasional adalah biosecurity tingkat ketiga, terdiri dari prosedur
manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu farm.
Biosekuriti ini harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh karyawan,
berbekal status kekebalan terhadap penyakit.Biosecurity operasional terdiri atas
tiga hal pokok, yakni (a) pengaturan traffic control, (b) pengaturan dalam farm
dan, (c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti
golongan fenol (alkohol, lisol dan lainnya); formalin; kaporit; detergen, iodine dan
vaksinasi. (Dwicipto, 2010).
64
Kegiatan Biosecurity di
65
1999). Sanitasi berkaitan erat dengan disinfeksi. Sanitasi yang diterapkan pada
peternakan unggas meliputi praktek disinfeksi bahan, manusia, dan peralatan yang
masuk ke dalam peternakan, serta kebersihan pegawai di peternakan (Jeffrey
1997).Sanitasi dan biosecurity merupakan dua hal yang saling mengiringi yang
bertujuan untuk mencegah suatu penyakit masuk ke dalam farm dan menyerang
ayam-ayam yang dipelihara di dalam kandang.
6.5.1. Sanitasi Manusia
PT.Charoen Pokphand Jaya Unit Sukabumi Farm Bantarsari menerapkan
sanitasi manusia yang dilakukan dua kali yaitu di Ring 1 (sanitasi depan) dari area
parkir disana terdapat pos pemeriksaan dan pendataan orang yang masuk maupun
keluar. Setiap tamu diwajibkan mengisi daftar tamu dengan mencantumkan
identitas lengkap dan asal daerah tamu,hal ini penting untuk kemudahan dalam
memonitor jika terjadi kasus penyakit, gerbang harus selalu ditutup yang
bertujuan untuk tidak sembarangan orang yang masuk kearea farm.
Karyawan atau tamu yang masuk ke area farm meletakan alas kaki kemudian
masuk keruangan untuk meninggalkan pakaian dan langsung keruangan shower
untuk dispray disenfektan, Disenfektan yang digunakan adalah bromoquad dengan
konsentrasi 1:1000. Disenfektan tersebut menyemprotkan ketubuh selama 3 menit
kemudian karyawan/tamu masuk kesekat berikutnya untuk memakai pakaian yang
berwarna kuning. Pakaian berwarna kuning ini khusus untuk memasuki area farm,
diarea farm terdapat kantor,gudang-gudang,dan ruang shower 2.Karyawan atau
tamu yang memasuki kearea kandang harus melewati Ring 2 (sanitasi flock), yaitu
dengan melakukan celup kaki, lepas baju jalan, spray desinfektan, mandi, ganti
baju kandang, memakai masker, topi, dan sepatu boots.
Sesampainya diluar flock, karyawan atau tamu harus mengganti boot khusus
ke kandang kemudian menyemprotkan alkohol ke tangan, menginjakan boot
kebak kapur yang terletak didepan pintu masuk kandang, dan masuk kandang. Hal
ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (2011) bahwa setiap karyawan atau
tamu, kendaraan dan peralatan yang akan masuk dan keluar lokasi usaha
66
67
Bahan lain yang digunakan yaitu Cynoff untuk membasmi serangga seperti,
nyamuk, kecoa, dan hama lainnya yang dapat mengganggu kenyamanan di dalam
kandang dan contrac untuk membasmi tikus untukmencegah membawa penyakit
dari luar yang dibawa hewan . Menurut Hanson 2002Beberapa hewan yang
potensial sebagai hewan penganggu adalah unggas/burung liar, tikus, dan insekta
(Hanson 2002). Hal yang harus diperhatikan oleh pemilik ataupun pekerja
peternakan (EF 2003), yaitu: 1) Tidak diperbolehkan mempunyai/merawat unggas
lain, babi, dan segala hewan yang bisa menimbulkan risiko penyakit atau bahaya
terhadap ayam (tikus dan unggas liar merupakan vektor yang potensial), 2)
Melakukan pencegahan khusus setelah kontak dengan hewan lain sebelum masuk
atau kontak dengan unggas.
6.5.4. Sanitasi Kandang
Sanitasi kandang harus diperhatikan seperti pembersihan litter. Litter
apapun yang digunakan tidak dapat lepas dari faktor basah penggumpalan
sehingga mudah membuat kandang menjadi lembab, sumpek, dan mengakibatkan
penyakit. Jenis litter yang digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Litter
harus selalu dijaga agar tetap kering dan bersih. Litter yang basah dapat
meningkatkan kandungan amonia yang
penambahan sekam bila kotoran sudah banyak dan basah, hal ini bertujuan agar
sekam tetap kering dan tidak menimbulkan bau yang berakibat timbulnya
penyakit pernafasan.Sekam yang dijadikan litter kandang sebelum dibawa
kekandang di lakukan treatment sekam yaitu dengan cara sekam difumigasi
dengan campuran formalin dan pk , sekam yang difumigasi ini bertujuan untuk
mengurangi mikroorganisme yang merugikan masuk kekandang.
68
Cara yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sukabumi
Farm Bantarsari untuk menghindari litter yang basah dan dapat memberikan efek
negatife yang besar pada performance kesehatan dan keuntungan dalam budidaya
yang baik adalah dengan mengatur litter agar tetap kering dan juga melakukan
pembersihan kotoran yang ada di litter. Kontrol terhadap litter sangat rutin dan
hampir di setiap hari dilakukan kontrol ini. Keberadaan litter di kandang sangat
berpengaruh pada kesehatan ayam karena ayam sangat suka bermain di litter dan
juga mandi dengan menggunakan sekam. Fungsi litter sendiri ialah untuk
menyerap air, bisa dari tempat minum yang tumpah atau dari kotoran yang basah,
mengurangi kontak broiler dengan kotoran, pada broiler masa starter (umur 0-7
hari) litter berfungsi sebagai pembatas kontak langsung dengan lantai yang
suhunya terlalu dinginbahkan pada masa tersebut, suhu litter menjadi salah satu
parameter penting untuk menciptakan suasana yang nyaman pada ayam.
Program biosecurity pada fase pemeliharaan dilakukan penyemprotan
desinfektan lingkungan kandang untuk meminimalisir adanya agen penyakit di
sekitar kandang, sedangkan didalam kandang tidak dilakukan penyemprotan, hal
ini dimaksud agar disenfektan tidak masuk dalam tubuh ayam melalui kontak
langsung dari saluran pernafasan sehingga dapat menimbulkan penyakit ataupun
kematian, namun didalam kandang tetap dilakukan pembersihan rutin alat-alat
kandang dan pembersihan debu dilangit langit atap secara berkalaagar tidak
menjadi tempat timbulnya penyakit yang bisa membahayakan kesehatan ayam.
6.5.6 Kontrol kesehatan ayam
Kontrol kesehatan ayam harus diperhatikan untuk mencegah bibit penyakit
menyebar,hal yang dilakukan diPT.Charoen Pokphand Jaya Unit Sukabumi Farm
Bantarsarilakukan adalah
69
pent 4 khusus betina dan pen 6 khusus ayam jantan dipen tersebut
disediakan tempat isolasi yang dibatasi dengan waring untuk dikarantina,
kemudian ayam ayam dipen itu diberi antibiotik alamycin yang dosisnya
70
serta bak ban ,sanitasi kandang dan mengontrol kesehatan ayam. Penerapan dan
pelaksanaan program biosecurity di PT.Charoen Pokphand Jaya Unit Sukabumi
Farm Bantarsari sudah berjalan baik ,hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya
mortalitas ayam akibat bakteri atau virus yang dapat menimbulkan penyakit.
6.7.Daftar pustaka
Dwicipto. 2010. Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.
EF] Euribrid Farm. 2003. Biosecurity Requirements for Poultry-Farms.
Boxmeer: Euribrid
Fadilah. R. dan P. Agustin. 2005. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Jeffrey JS. 1997. Biosecurity for poultry flocks. Poultry fact sheet 1(26).
Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Marriott, N.G. 1999. Principle of Food Sanitation. 4thedition.Aspen Publisher,
Inc.,Gaithtersbug, Maryland
Mulyantini, N. G. A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas.Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Peraturan Menteri Pertanian. No: 40/Permentan/OT.140/7/2011. Pedoman
Pembibitan Ayam Ras yang Baik.
Rusianto, N. (2008). Manajemen Beternak BroilerModern. Kalamedia. Surabaya.
Suprijatna, E. U.Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Cetakan Ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijayanti, R.P., Busono, W., dan Indrati, R. 2011. Pengaruh suhu kandang yang
berbeda terhadap performans ayam pedaging periode starter.
J. Of Apl. Poult. Resrch. Universitas Brawijaya, Malang.
Winkel,P.T.1997.Biosecurity In Poultry Production.11th International Congress of
the World Poultry Association
71
Lampiran
Gambar 14. Ruang Ganti Pakaian
72